Upload
tian
View
213
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bentang alam gunungapi
Citation preview
A. Pengenalan Gunungapi
Gunungapi adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat
keluarnya cairan magma, gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi.
Gunungapi dalam istilah asing disebut “volcano”. Istilah ini berasal dari
kepulauan kecil dilaut mediterania yang bernama “Volcano”. Gunung api bisa merupakan
rangkaian pegunungan tetapi sangat berbeda dengan gunung lainnya. Gunung api tidak
ibentuk oleh perlipatan, erosi ataupun pengangkatan, tetapi membentuk tubuhnya sendiri
oleh adanya pengumpulan bahan erupsinya, seperti lava, jatuhan an aliran piroklastik.
Gunungapi aktif dan dorman (mati) terletak disepanjang jalur yang bersamaan dengan
daerah gempa bumi
B. Tempat Terbentuk Gunungapi
Gunungapi terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua, terbentuk
akibat pemekarankerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat penunjaman kerak
samudara ke kerak benua;busur tengah samudera, terjadi akibat pemekaran kerak
samudera; dan busur dasar samuderayang terjadi akibat terobosan magma basa pada
penipisan kerak samudera. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
C. Pembentukan Gunungapi
Pergerakan antar lempeng ini menimbulkan empat busur gunungapi berbeda :
1. Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga memberikan
kesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian membentuk busur
gunungapitengah samudera.
2. Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak benua.
Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan lelehan batuan ini
bergerak kepermukaan melalui rekahan kemudian membentuk busur gunungapi di
tepi benua.
3. Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga menimbulkan
rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi jalan ke permukaan
lelehan batuanatau magma sehingga membentuk busur gunungapi tengah benua atau
banjir lavasepanjang rekahan.
4. Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan kesempatan
bagimagma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini merupakan banjir
lava yangmembentuk deretan gunungapi perisai.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
D. Tipe Gunungapi
Berdasarkan sejarah erupsinya, gunung api diklasifikasikan atas :
1. Gunungapi Tipe A, yaitu gunungapi yang pernah mengalami erupsi magmatik
sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.
2. Gunungapi Tipe B, yaitu gunungapi yang sesudah tahun 1600 belum lagi
mengadakan erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti
kegiatan solfatara.
3. Gunungapi Tipe C, yaitu gunungapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah
manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan
solfatara/fumarola pada tingkah lemah.
E. Morfologi / Bentang Alam Hasil Aktivitas Gunungapi
Aktivitas gunung api menghasilkan beberapa morfologi (bentuk) yang berbeda-beda di
setiap jenis gunung api. Beberapa morfologi hasil aktivitas gunungapi diantaranya :
1. Volcanic Landform (Morfologi gunungapi)
Morfologi gunung api adalah bentang alam yang dihasilkan dari aktivitas vulkanisme.
Endapan morfologi gunung api diklasifikasikan berdasarkan tipe magma dan jenis
material yang dikeluarkan. Bentuk gunung api yaitu :
a. Bentuk Kaldera
Bentuk Kaldera menjadi beberapa jenis berdasarkan proses yang membentuknya,
yaitu :
1) Kaldera letusan, yang disebabkan oleh letusan gunungapi yang sangat kuat
yang menghancurkan bagian puncak kerucut dan menyemburkan massa
batuan dalam jumlah besar. Contoh yang baik antara lain Kaldera Bandaisan
di Jepang, Kaldera Tarawera di New Zealand.
2) Kaldera runtuhan, yang terbentuk karena adanya letusan yang berjalan cepat
yang memuntahkan batuapung dalam jumlah banyak, sehingga menyebabkan
kekosongan pada dapur magma. Penurunan permukaan magma didalam
waduk pun akan menyebabkan akan terjadinya runtuhan pada bagian puncak
gunungapi. Contoh yang baik antara lain Kaldera Toba (Tapanuli – Sumatra
Utara), Kaldera Tengger (Probolinggo – Jawa Timur).
3) Kaldera erosi, disebabkan oleh erosi pada bagian puncak kerucut, dimana
erosi akan memperluas daerah lekukan sehingga kaldera tersebut akan
semakin luas.
4) Kaldera resurgent, yang terbentuk karena adanya bongkah lekukan di bagian
tengah kaldera yang terangkat oleh magma yang bergerak naik ke atas, dan
kemudian membentuk suatu kubah.
Gunungapi yang membentuk kaldera membutuhkan sejumlah gas yang
mempunyai tekanan tinggi, yang secara matematis jumlah tersebut akan terpenuhi
apabila dapur magma mempunyai kedalaman yang cukup besar yaitu antara 15 -
50 km. Selain itu, untuk membentuk kaldera diperlukan letusan yang bersifat
paroksimal, sehingga akan terbentuk teras besar berbentuk silinder. Tingkat atau
derajat kekuatan letusan ini merupakan fungsi dari kedalaman dan isi dapur
magma. Dan untuk peruntuhan yang besar dibutuhkan bidang lengser silinder
letusan yang mempunyai lebar antara 1 - 2 km. Letusan paroksimal yang berulang
dan berlangsung singkat dibedakan dengan letusan paroksimal berikutnya dalam
ukuran abad dimana pada kurun abad tersebut tekanan gas akan semakin
meningkat dan menyamai tekanan beban dari tubuh gunungapi di atas dapur
magma. Dan selama periode tenang, akan terjadi pembentukan generasi baru
gunungapi disepanjang daerah kulit bumi. Generasi baru gunungapi akan
cenderung memperlihatkan kegiatan yang bersifat berulang dan membangun.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
b. Bentuk Kerucut Sinder
Terjadi akibat erupsi magmatic eksplosif yang menghasilkan bahan
piroklastik seperti bom, lapilli, batuapung, dan abu gunungapi. Biasanya kawah
yang terbentuk lebar dan tidak tinggi karena bahan-bahan piroklastiknya rentan
terhadap erosi. Endapan piroklastiknya bertekstur versikuler, berkomposisi basalt
sampai dengan andesit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.
c. Bentuk Perisai
Terbentuk oleh perlapisan lava encer yang merupakan pengulangan erupsi yang
membentuk kubah landai. Perpindahan pusat erupsi bias membuat bentuknya
tidak teratur. Bentuk gunungapi ini merupakan ciri khas gunungapi-gunungapi
dihawaii. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
d. Bentuk Gunungapi Strato
Terbentuk oleh adanya perlapisan antara lava dengan piroklastik, contohnya
antara lain Gunung Tangkuban Perahu di bagian utara Bandung dengan pusat
erupsi yang berpindah dari sebelah barat ke timur sehingga menyerupai perahu
yang terbalik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
e. Bentuk Kubah Lava
Sangat berhubungan sekali dengan komposisi magma dan viskositasnya. Semakin
encer magma/lava akan mempunyai penyebaran yang semakin luas dan
membentuk plateau lava. Jika viskositas magma/lava tinggi maka akan menjadi
sumbat lava yang sewaktu-waktu bias diletuskan akibat adanya tekanan gas yang
tersumbat dibawahnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.
2. Volcanic Footslope Landform (Morfologi Kaki Gunungapi)
Morfologi kaki gunungapi adalah bentang alam gunungapi yang merupakan bagian
kaki dari sebuah gunungapi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contohnya pada
gambar dibawah ini.
3. Crater Landform (Kawah Gunungapi)
Morfologi kawah adalah bentangalam gunung api berupa lubang tempat keluarnya
material gunungapi ketika erupsi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contohnya pada
gambar dibawah ini.
4. Caldera Landform (Morfologi Kaldera Gunungapi)
Morfologi kaldera adalah bentangalam yang terbentuk sebagai hasil erupsi gunung
api tipe eksplosif yang menyebabkan kepundan gunung api runtuh sehingga
membentuk kawah yang sangat luas. Contoh kaldera di Indonesia adalah kaldera
Bromo. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contohnya pada gambar dibawah ini.
5. Volcanic Neck Landform (Morfologi Leher Gunungapi)
Morfologi gunungapi adalah bentangalam seperti leher atau tiang yang merupakan
sisa dari proses denudasi (erosi) gunung api. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
contohnya pada gambar dibawah ini.
6. Parasit Cone Landform (Morfologi Gunungapi Parasit)
Morfologi gunungapi parasit adalah bentangalam yang berbentuk kerucut yang
menumpang di tubuh gunungapi induknya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
contohnya pada gambar dibawah ini.
7. Lava Plug Landform (Morfologi Sumbat Lava)
Morfologi sumbat lava adalah bentangalam yang terbentuk pipa atau bantal yang
terbentuk dari lava yang membeku pada kepundan gunung api. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat contohnya pada gambar dibawah ini.
8. Morfologi Maar
Morfologi maar adalah bentangalam berelief rendah dan luas dari suatu kawah
gunungapi hasil erupsi freatomagmatik. Letusannya disebabkan oleh kontak antara air
bawah tanah dengan magma. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contohnya pada
gambar dibawah ini.
9. Volcanic Remnant Landform (Morfologi Sisa Gunungapi)
Morfologi sisa gunungapi adalah bentukkan yang berasal dari tubuh gunung api yang
mengalami proses denudasi (erosi). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contohnya pada
gambar dibawah ini.
F. Analisa Bentang Alam Gunungapi dan Kegunaannya
Analisa morfologi gunungapi dilaksanakan untuk memudahkan pekerjaan
pemetaan geovulkanologi, yang dasarnya adalah penafsiran bentuk, pola penyebaran dan
ukuran berbagai aspek struktur dan obyek morfologi gunungapi. Pengenalan langsung di
lapangan ditujukan sebagai pembanding. Sehingga setelah tahapan pekerjaan tersebut
dilakukan, penafsiran dapat langsung dilakukan hanya dengan dengan mempergunakan
peta topografi.
Pengenalan morfologi gunungapi sebenarnya bertujuan untuk melengkapi usaha
penelitian geologis daerah gunungapi, yaitu pemetaan geovulkanologi, terutama di dalam
menentukan perkembangan (evolusi) gunungapi. Ini dirasa perlu sebab melacak batuan
gunungapi di lapangan bukanlah pekerjaan yang mudah.
Sehingga sasaran dari pemahaman morfologi gunungapi antara adalah :
1. Mengenal ragam bentuk morfologi gunungapi, khususnya gunungapi berlapis
2. Mengetahui hubungan antar satuan morfologi gunungapi, baik secara sendiri maupun
berkelompok.
3. Mengetahui jenjang keaktifan gunungapi
4. Menafsirkan perkembangan kegiatan suatu gunungapi.
Jalur-jalur gunungapi cenderung mengikuti pola struktur regional, di mana akan
ditunjukkan oleh berbagai kelurusan gunungapi baik skala besar maupun skala kecil.
Setelah memahami hubungan struktur regional dengan munculnya jalur gunungapi, maka
pengamatan ditingkatkan kepada jalur gunungapi pembanding yaitu dengan
memperhatikan aspek morfologinya. Dimana harus diperhatikan ciri - ciri ketakselarasan
morfologi, yang nantinya berguna untuk menentukan perbedaan umur secara nisbi
satuan-satuan gunungapi terletak berdekatan. Dan untuk ini pula perlu memahami dan
mengenal struktur dan morfologi gunungapi secara umum, khususnya gunungapi
berlapis. Prinsip utama analisa morfologi gunungapi berawal dari pengertian dasar
bahwasanya lava akan mencerminkan morfologi tertentu yang dengan mudah dapat
dibedakan dengan morfologi yang disusun oleh bahan lepas gunungapi. Kuenen (1945)
yang telah mengelompokkan rekahan sayap pada tubuh gunungapi kedalam empat jenis
menjelaskan lebih lanjut bahwasanya apabila rekahan - rekahan tersebut sempat dilalui
oleh magma, dan kemudian terjadi pembekuan, maka akan terbentuk korok dari berbagai
bentuk tergantung pada jenis rekahannya. Apabila 2 korok memencar berkembang
menjadi sistem penyesaran, maka bagian tengah yang dibatasi oleh korok - korok tersebut
akan melengser ke bawah dan berkumpul pada kaki gunungapi. Morfologi ini dikenal
sebagai sector graben yang di lapangan akan membentuk kipas alluvial. Apabila erosi
belum begitu lanjut, sector graben ini dicirikan dengan dinding - dinding tegak dari korok
yang juga merupakan bidang sesar.
Hasil penafsiran morfologi mempunyai kegunaan yang cukup luas, sehingga tidak hanya
untuk kepentingan ilmiah saja tetapi juga aspek-aspek sosial. Penerapan hasil penafsiran
morfologi gunungapi tersebut antara lain untuk :
1. Menyusun stratigrafi gunungapi berlapis
2. Membantu penentuan lokasi pengambilan contoh batuan secara berpola (systematic
sampling), terutama contoh batuan untuk analisis petrokimia guna menentukan
perkembangan magma selama waktu geologi tertentu.
3. Membantu memecahkan permasalahan tektonik regional, yaitu menentukan arah gaya
tegasan utama yang bekerja di suatu daerah berdasarkan analisis kelurusan
gunungapi.
4. Memudahkan mempelajari ekosisten gunungapi, yang sangat berguna untuk dasar
perencanaan pengembangan wilayah pemukiman di daerah gunungapi, penelitian
sumber air atau hidrologi gunungapi, daerah pariwisata dan sebagainya.
Adapun tujuan analisa morfologi Gunungapi dilakukan untuk :
1. Mengenal macam-macam bentuk Gunungapi
2. Mengetahui hubungan antara satuan morfologi Gunungapi baik secara individu
maupun kelompok.
3. Mengetahui stadia dan jenjang keaktifan Gunungapi
4. Menginterpretasikan evolusi atau perkembangan suatu Gunungapi maupun kelompok
Gunungapi.
Sarana – sarana yang dapat dipergunakan berupa :
1. Peta topografi
2. Foto udara
3. Citra satelit yang selanjutnya dilengkapi dengan pengamatan dilapangan