Click here to load reader
Upload
michelle-rumawir
View
139
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia tidak dapat mengelakkan diri dari proses regenerasi,
berupa berakhirnya peranan suatu generasi untuk diganti oleh generasi
berikutnya. Proses tersebut berlangsung secara alamiah sesuai
ketentuan Tuhan. Pergantian terjadi karena manusia tidak dapat
mengelakkan diri dari perkembangan dan pertumbuhan menjadi tua,
sehingga tidak seorang pun dapat menghindar dari kematian.
Bersamaan dengan itu lahir pula anak-anak manusia, yang dalam
pertumbuhan dan perkembangannya makin menjadi besar dari waktu ke
waktu, hingga sampai pada saat kedewasaannya masing-masing.
Generasi baru itu harus meneruskan sejarah kehidupan manusia dengan
menggantikan peranan generasi terdahulu, baik yang telah
mengundurkan diri karena usia tua, menjadi lemah dan tak berdaya,
maupun karena telah menutup usianya. Siklus ini tidak akan pernah
berhenti selama di muka bumi ini masih ada kehidupan, atau sampai
kiamat tiba.
Namun pergantian generasi jangan sekadar bergantinya
sekumpulan manusia dari yang tua menjadi muda. Generasi pengganti
itu haruslah berkualitas agar dapat melanjutkan tugas generasi
sebelumnya dalam mengelola bumi dan peradaban dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari anak berkualitas ?
2. Apa saja faktor yang memengaruhi pembentukan anak berkualitas ?
3. Bagaimana membentuk anak berkualitas ?
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari anak berkualitas.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi pembentukan
anak berkualitas.
3. Untuk mengetahui cara yang harus ditempuh untuk membentuk anak
berkualitas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN ANAK BERKUALITAS
Perkataan “kualitas” menunjukkan kondisi sesuatu dibandingkan
dengan suatu ukuran tertentu, berdasarkan norma-norma atau nilai-nilai
terbaik mengenai sesuatu itu. Ukuran dari nilai-nilai itu sendiri adalah
abstrak, sehingga ketika disebutkan istilah “generasi berkualitas”,
definisi atau pengertian langsung dari istilah itu tidaklah begitu
diperlukan karena maknanya tidak akan lebih jelas daripada istilah yang
didefinisikan. Yang lebih penting untuk disampaikan di sini adalah ciri-
ciri dari generasi berkualitas tersebut.
Ciri-ciri generasi berkualitas dilihat dari beberapa aspek penting,
yakni aspek fisik/jasmani, aspek psikis/psikologis, aspek sosial dan
kultural, serta aspek spiritual dan moral.
a. Aspek Fisik / Jasmani
Generasi berkualitas berarti generasi yang dari segi jasmani
menunjukkan tingkat kesehatan yang baik. Kesehatan jasmani
dipengaruhi oleh jenis dan kualitas makanan sejak dilahirkan,
pada masa kanak-kanak, remaja, dan masa dewasa. Faktor
lain yang ikut berpengaruh adalah kebersihan dalam
menjalani kehidupan baik kebersihan diri, rumah dan
lingkungan tempat tinggal.
Kualitas jasmani ditentukan sejak masa konsepsi yang
merupakan pengaruh dan tanggung jawab orang tua. Setelah
seseorang berangsur besar dan dewasa, maka memelihara
3
kesehatan jasmani merupakan tanggung jawab individu itu
sendiri.
b. Aspek Psikis / Psikologis
Psikologis yang berkualitas diukur dari tingkat
pengembangan dan pendayagunaan potensi-potensi yang
terdapat di dalamnya, seperti bakat, minat, kemampuan
berpikir, pengendalian emosi, kepedulian sosial dan lain-lain.
Kualitas psikologis meliputi : aspek-aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor. Secara kognitif, generasi berkualitas berarti
memiliki kemampuan berpikir yang tajam, pemahaman yang
dalam, dan pengetahuan serta wawasan yang luas. Manusia
berkualitas memiliki pengetahuan yang memadai, berupa
pengetahuan umum dan khusus di bidangnya. Kemudian
kaitannya dengan tantangan global dan modernitas di zaman
sekarang ini, penguasaan atas ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) menjadi syarat mutlak bagi tegaknya generasi dalam
suatu kelompok masyarakat agar tidak tertinggal oleh
generasi dari kelompok masyarakat atau negara lain.
Dari segi afektif, generasi berkualitas memiliki kecerdasan
emosi yang baik. Dia memiliki kemandirian, rajin dan senang
bekerja, sanggup bekerja keras, tekun, gigih, disiplin, berani
merebut kesempatan, jujur, mampu bersaing dan bekerja
sama, dapat dipercaya dan mempercayai orang lain serta tidak
mudah putus asa. Dan dari aspek psikomotorik, dia memiliki
keterampilan atau keahlian tertentu sebagai hasil
pengembangan dan pendayagunaan potensi psikologis, yang
memungkinkan untuk menjadi sumber daya manusia yang
produktif. Karakteristik ini dimaksudkan bahwa manusia
berkualitas mampu mewujudkan bakat dan minatnya menjadi
4
keterampilan dan bahkan keahlian, untuk memasuki lapangan
kerja dan mempunyai penghasilan.
c. Aspek Sosial dan Kultural
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial yang
harus menjalani kehidupan bersama dan dalam kebersamaan
dengan orang lain. Perwujudannya dalam kebersamaan tidak
sekadar mampu bergaul dengan orang lain, tetapi juga
memiliki kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi.
Misalnya, menolong orang lain yang berada dalam kesusahan,
suka bergotong royong, dan senang beroganisasi (Nawawi
dan Martini, 1994).
d. Aspek Spiritual dan Moral
Aspek spiritual terwujud dalam kualtas iman dan takwa, yang
berarti kemampuan mengendalikan diri untuk tidak
melanggar yang diperintahkan dan sebaliknya tidak
memperturutkan sesuatu yang dilarang oleh Tuhan. Manusia
yang beriman tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai
kesuksesan. Kualitas spiritual (iman dan takwa, hubungan
manusia dengan Tuhan) terimplementasi dalam akhlak atau
moral (hubungan manusia dengan sesamanya). Akhlak
terhadap ibu dan bapak adalah dengan berbuat baik dan
berterima kasih kepada keduanya. Akhlak terhadap orang
lain, yaitu bersikap sopan dan santun terhadap sesama, tidak
sombong, tidak angkuh, berjalan sederhana dan bersuara
lembut.
5
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBENTUKAN
ANAK BERKUALITAS
Terbentuknya generasi berkualitas dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik yang mendukung maupun yang menghambat. Dalam
sejarah perkembangan manusia, ada tiga lingkungan yang berpengaruh
pada kepribadian dan kualitas dirinya. Lingkungan itu adalah keluarga,
lembaga pendidikan formal, dan masyarakat, ditambah faktor negara
dan global.
1. Keluarga.
Keluarga merupakan institusi pertama yang ditemui seorang
anak dalam perjalanan hidupnya. Keluarga adalah awal dari
pengenalan dan pemahaman setiap anak mengenai kehidupan.
Perkembangan kepribadian seorang anak sangat dipengaruhi keadaan
dan pola pengasuhan dalam keluarganya. Oleh karena itu, peranan
keluarga dalam proyek pembentukan generasi berkualitas sangat
penting untuk ditekankan.
Sejak kelahiran, setiap manusia telah membawa sifat-sifat
keturunan sebagai akibat pertemuan gen kedua orang tuanya. Sifat-
sifat keturunan itu mewujud dalam aspek fisik seperti bentuk rambut
dan postur tubuh, maupun aspek psikis seperti bakat, inteligensi, dan
sifat-sifat kepribadian. Kondisi dasar ini akan tumbuh dan
berkembang secara alamiah dan tidak dapat diubah, namun bukan
berarti tidak dapat dipengaruhi dan diarahkan.
Peranan keluarga dalam mempersiapkan generasi baru
berkualitas, pertama sekali adalah dengan mewujudkan pemeliharaan
yang terbaik. Setiap anak memerlukan untuk tumbuh dan dibesarkan
dalam lingkungan yang sehat. Agar tercipta anak-anak yang
berkualitas, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan.
6
Gambar 1. Pendidikan Keluarga
Pertama, aspek fisik atau jasmani. Artinya, setiap anak memiliki
hak untuk dipenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan dari
orang tuanya secara halal dan baik.
Kedua, aspek psikologis. Setiap anak berhak hidup dalam
lingkungan yang memiliki hubungan harmonis antar anggota
keluarga (suami isteri, anak, atau anggota keluarga lainnya).
Hubungan seperti ini yang akan membentuk kepribadian anak secara
positif. Sebaliknya, kehidupan yang diwarnai dengan pertengkaran,
makian, bentakan, dan kemarahan akan memberi dampak negatif
bagi perkembangan psikologis anak.
Ketiga, aspek spiritual. Setiap anak juga membutuhkan
lingkungan yang senantiasa menanamkan akidah (nilai keimanan),
bahwa Allah satu-satunya yang kuasa dan berhak disembah, bahwa
Allah tidak boleh dipersekutukan dengan apapun. Hal ini dapat
dilakukan dengan penanaman ajaran agama dan pembiasaan
melakukan ibadah.
Keempat, aspek sosiologis dan kultural. Setiap anak juga
membutuhkan lingkungan sosial dan kultural sosial dan kultur yang
sehat dan humanis, sehingga membantu anak memahami realitas
kehidupan.
7
Karena begitu pentingnya peranan keluarga dalam pembentukan
generasi berkualitas ini, hendaknya setiap manusia, laki-laki dan
perempuan, harus sudah memikirkan model keluarga yang
bagaimana yang hendak ia bentuk sejak ia beranjak dewasa dan
mulai memilih pasangan. Generasi yang baik adalah apabila
dihasilkan dari pasangan-pasangan yang baik pula. Itulah sebabnya
diciptakan pernikahan, karena dengan pernikahan itu nantinya akan
dihasilkan generasi yang baik. Dan ini dimulai dari bagaimana cara
memilih pasangan hidup. Sikap selektif dan terencana dalam
memilih pasangan hidup akan membawa pada terbentuknya keluarga
yang diharapkan.
Untuk mewujudkan keluarga dan anak-anak yang berkualitas,
diperlukan perencanaan yang matang. Setiap keluarga harus dapat
memerhitungkan anak-anak yang mungkin lahir, karena kehadiran
seorang anak atau manusia baru memerlukan banyak kebutuhan,
antara lain, makan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan,
dan sebagainya.
2. Lembaga Pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis untuk
menghasilkan manusia-manusia yang terpelajar, memiliki kapasitas
intelektual dan keterampilan tertentu. Oleh karena itu peranan
lembaga pendidikan dalam pembentukan generasi sangat krusial.
Seringkali kualitas seseorang diukur dari seberapa tinggi
pendidikannya. Meski tidak sepenuhnya tepat, hal itu memang
banyak benarnya.
Maka agar sebuah generasi menjadi generasi yang kuat dan
berkualitas, pendidikan dan lembaga pendidikan harus mendapat
perhatian yang khusus. Sebisa mungkin, pendidikan diselenggarakan
8
dalam lembaga dan sistem yang baik, yang memungkinkan anak
didik mencapai segenap kualitas yang diperlukan olehnya dalam
mengarungi kehidupan. Pendidikan merupakan tanggung jawab
semua pihak yang berkepentingan, keluarga, masyarakat, dan
pemerintah.
Permasalahan yang kita hadapi sekarang ini di negara kita,
lembaga pendidikan berkualitas baik identik dengan biaya yang
mahal. Sedangkan lembaga pendidikan dengan biaya yang sedang
atau murah, kualitasnya pun disesuaikan. Ada juga yang
mengeluhkan, lembaga pendidikan, khususnya yang formal, lebih
banyak menitikberatkan pada aspek kognitif atau intelektual, dan
kurang menyentuh aspek moral.
Gambar 2. Pendidikan Sekolah
3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan sekitar di mana seorang anak
tumbuh dan dibesarkan. Bagi seorang anak, pada mulanya
masyarakat berarti teman-teman sepermainan tempat di mana dia
mulai bersosialisasi dengan orang-orang di luar anggota keluarganya.
Seiring dengan pertumbuhan usianya, pergaulannya pun akan
semakin meluas, dengan tetangga, komunitas kecil di kampung,
hingga masyarakat di luar kampungnya.
9
Lingkungan masyarakat dengan segala sistem nilai dan
normanya sangat berpengaruh pada kepribadian seseorang.
Masyarakat yang permisif dan materialistik akan cenderung
menghasilkan individu-individu yang permisif dan materialistik pula.
Masyarakat yang suka bekerja keras dan kreatif akan membuat
individu-individu di dalamnya suka pula bekerja keras dan kreatif.
Maka agar suatu generasi menjadi generasi yang berkualitas, ia
memerlukan tumbuh dalam lingkungan masyarakat yang berkualitas
pula, dengan sistem nilai dan norma yang akan mendukung dan
mengarahkan kepribadiannya menjadi baik. Tidak mudah
membentuk masyarakat yang baik, dan terlebih karena hal itu bukan
semata tanggung jawab individu atau suatu keluarga, melainkan
memerlukan kerjasama berbagai pihak dan pemerintah.
4. Negara dan Lingkungan Global
Negara dapat dikatakan sebagai masyarakat dalam lingkup yang
lebih luas, dan dunia (lingkungan global) adalah masyarakat dalam
lingkup yang lebih luas lagi. Peranan negara dalam pembentukan
generasi berkualitas melibatkan penyediaan berbagai sarana dan
prasarana yang memadai untuk segenap aktivitas warganya, juga
pembuatan kebijakan-kebijakan dan peraturan yang mendukung
berlangsungnya aktivitas-aktivitas itu. Bidang-bidang kehidupan
seperti pendidikan, ekonomi, politik, kebudayaan, agama, dll., sangat
memerlukan keterlibatan negara dalam pengaturannya. Pembukaan
Undang-undang Dasar 1945 mencantumkan kalimat ”mencerdaskan
kehidupan bangsa” sebagai salah satu tujuan penyelenggaraan
kehidupan bernegara. Artinya, pembentukan generasi yang
berkualitas merupakan tanggung jawab negara, di samping segenap
elemen masyarakat dan keluarga. Pola kebijakan negara dalam
pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya, akan sangat berpengaruh
pada berhasil-tidaknya pembentukan generasi yang berkualitas.
10
Kemudian di era globalisasi dan informasi sekarang ini, dunia
seolah-olah menjadi menyempit sehingga apa yang terjadi di belahan
dunia lain dapat dengan mudah dan cepat kita ketahui. Ketika
televisi dan internet sudah tersaji di rumah kita, pada saat itu
sebenarnya Barack Obama dan Christiano Ronaldo telah menjadi
tetangga kita. Tidak jarang peristiwa yang terjadi di Afrika dan
Amerika lebih cepat kita ketahui daripada kebakaran atau pencurian
di RT tetangga. Keadaan ini, disadari atau tidak, langsung atau tidak
langsung, akan berpengaruh pada keadaan diri kita, baik secara
psikologis, sosial, moral, maupun spiritual. Baik atau buruknya
keadaan itu mungkin bukan kita yang menentukan. Namun kita dapat
melakukan seleksi atas informasi yang kita perlukan, mengambil
hanya yang baik dan membuang yang berdampak negatif.
Di sisi lain, mendidik anak berkualitas merupakan upaya yang
harus melibatkan semua pemangku kepentingan dalam pendidikan,
baik pihak keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah dan juga
masyarakat luas. Oleh karena itu, langkah awal yang perlu dilakukan
adalah membangun kembali kemitraan dan jejaring pendidikan yang
kelihatannya mulai terputus diantara ketiga stakeholder’s terdekat
dalam lingkungan sekolah yaitu guru, keluarga dan masyarakat.
Pembentukan dan pendidikan karakter tidak akan berhasil
selama stakeholder lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan
dan keharmonisan. Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga
sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama
dan utama harus lebih diberdayakan yang kemudian didukung
oleh lingkungan dan kondisi pembelajaran di sekolah yang
memperkuat siklus pembentukan tersebut. Di samping itu tidak kalah
pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga
sangat mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang.
11
Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap
keberhasilan penanaman nilai-nilaietika, estetika untuk pembentukan
karakter. Situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang
dianutnya, memengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara
keseluruhan. Jika sistem nilaidan pandangan mereka terbatas pada
kini dan disini, maka upaya dan ambisinya terbatas pada hal yang
sama.
2.3 MEMBENTUK ANAK BERKUALITAS
Membentuk anak yang berkualitas tidak dapat lepas dari pendidikan
yang harus diberikan oleh orang tua dan pendidik kepada anak sedini
mungkin. Pendidikan-pendidikan tersebut adalah :
1. Pendidikan Keagamaan
Ini adalah hal yang utama perlu ditekankan pada seorang anak ;
seorang anak perlu tahu siapa Tuhannya, cara beribadah, dan
bagaimana memohon berkat dan mengucap syukur. Tunjukkan buku,
gambar, dan cerita-cerita yang bisa menginspirasi si anak yang
berhubungan dengan keagamaan tersebut. Jika memungkinkan, ajak
anak anda untuk ikut ke tempat ibadah bersama. Semakin dini kita
menanamkan hal ini pada seorang anak, akan semakin kuat ahlak
dan keyakinan akan Tuhan di dalam diri anak kita.
2. Kualitas Input yang Diterima
Seorang anak pada usia dibawah 10 tahun belum mempunyai
fondasi yang kuat dalam prinsip hidup, cara berpikir, dan tingkah
laku. Artinya, semua hal yang dilihat, didengar, dan dirasakan
olehnya selama masa pertumbuhan tersebut akan diserap semuanya
oleh pikiran dan dijadikan sebagai dasar atau prinsip dalam
hidupnya. Adalah tugas orang tua untuk memilah dan menentukan,
input-input mana saja yang perlu dimasukkan,dan mana yang perlu
12
dihindarkan. Menonton televisi misalnya, tidaksemua acara itu
bagus. Demikian juga dengan membaca majalah, menontonfilm,
mendengarkan radio, dan sebagainya.
3. Anak adalah Peniru yang Baik
Ada istilah “Monkey see, Monkey Do”; artinya seekor monyet
biasanya akan bertindak berdasarkan apa yang telah dilihatnya.
Demikian pula seorang anak. Anak perlu figur seorang tokoh yang
dikagumi, yang akan ditiru di dalam tindakan sehari-harinya. Pilihan
utamanya biasanya akan jatuh pada orang tua. Dan seorang anak
akan lebih percaya pada apa yang dilihat daripada apa yang
dikatakan orang tua. Jadi saatorang tua mengatakan satu nasehat,
misalnya jangan tidur malam-malam,tapi orang tuanya sendiri selalu
bekerja sampai larut malam, jelas ini bukan cara mendidik yang baik.
Ajarkan sesuatu melalui contoh, dengan tindakan kita sendiri, akan
membuat anak meniru dan mengembangkannya menjadi suatu
kebiasaan dan karakter di dalam pertumbuhannya.
4.Tiga Perilaku Dasar dalam Komunikasi
Sejak kecil, seorang anak perlu dididik tiga perilaku dasar dalam
komunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Yang pertama
adalah harus belajar mengucapkan “terima kasih” kepada siapa saja
yang sudahmemberikan sesuatu kepadanya, yang kedua adalah harus
belajar mengucapkan kata “tolong” apabila ingin meminta bantuan
kepada orang di sekitarnya, dan yang ketiga adalah belajar
mengucapkan kata “maaf” apabila memang bersalah. Kalau anak
kita sudah terbiasa mengucapkannya sejak kecil, perilakunya akan
lebih menghargai orang lain. Karakter, kepribadian, dan kualitas
seorang anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan input yang
diterimanya dari orang tua.Bila orang tua kurang memberikan
bimbingan ini secara maksimal, maka peran ini akan diambil alih
13
oleh lingkungan, yang mana bisa memberikan berbagai macam input
yang lebih banyak negatifnya daripada positifnya.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Perkataan “kualitas” menunjukkan kondisi sesuatu dibandingkan
dengan suatu ukuran tertentu, berdasarkan norma-norma atau nilai-nilai
terbaik mengenai sesuatu itu. Ukuran dari nilai-nilai itu sendiri adalah
abstrak, sehingga ketika disebutkan istilah “generasi berkualitas”,
definisi atau pengertian langsung dari istilah itu tidaklah begitu
diperlukan karena maknanya tidak akan lebih jelas daripada istilah yang
didefinisikan. Yang lebih penting untuk disampaikan di sini adalah ciri-
ciri dari generasi berkualitas tersebut.
Ciri-ciri generasi berkualitas dilihat dari beberapa aspek penting,
yakni aspek fisik/jasmani, aspek psikis/psikologis, aspek sosial dan
kultural, serta aspek spiritual dan moral.
Terbentuknya generasi berkualitas dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik yang mendukung maupun yang menghambat. Dalam
sejarah perkembangan manusia, ada tiga lingkungan yang berpengaruh
pada kepribadian dan kualitas dirinya. Lingkungan itu adalah keluarga,
lembaga pendidikan formal, dan masyarakat, ditambah faktor negara
dan global.
Membentuk anak yang berkualitas harus dimulai sejak dini, lewat
pendidikan keagamaan, pendidikan etika, agar anak dapat menghadapi
kehidupan dengan baik.
3.2 SARAN
Bertitik tolak dari penulisan makalah ini, penulis merasa perlu
memberikan beberapa saran sebagai berikut :
15
Perlu adanya keseriusan dan kesungguhan para pendidik dalam semua
tingkatan lembaga pendidikan sebagai usaha untuk pendewasaan diri
yang optimal. Hendaknya masing-masing lembaga pendidikan
menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya dalam usaha turut serta
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dengan hasil karya ini, semoga memberikan warna baru bagi pelaku-
pelaku pendidikan untuk menggunakan kemampuan diri dalam
menjalani pendidikan yang berkualitas.
Penulisan makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
menyempurnakan makalah ini sangatlah diharapkan.
16
DAFTAR PUSTAKA
www.dokteranak.com
Gunarsa, Prof. Dr. Singgih D. 1981. Dasar dan Teori Perkembangan Anak.
Jakarta : BPK Gunung Mulia.
17