Upload
raden-hamidi-athaya-kenzie
View
217
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Jurnal
Citation preview
PENGARUH KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF TERHADAP MOTIVASI
MENGAJAR GURU SMK NEGERI 2 MANADO
THE PARTICIPATORY LEADERSHIP INFLUENCE TOWARD
TEACHING MOTIVATION OF TEACHER SMK NEGERI 2 MANADO
Hantje Ponto*
email: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui berapa besar pengaruh kepemimpinan
partisipatif terhadap motivasi mengajar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif analitik bersifat korelasional, yaitu untuk mengetahui pengaruh/
hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat. Adapun hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kepemimpinan partisipatif
terhadap motivasi mengajar guru di SMK Negeri 2 Manado.
Kata Kunci : kepala sekolah, kepemiminan partisipatif, motivasi mengajar
ABSTRACT
The research objective is to find out how big the influence of participative leadership
on motivation to teach. The method used in this research is analytical descriptive
correlational, namely to investigate the effect / relationship between independent
variables and the dependent variable. The results of this study indicate that there is a
significant effect of participative leadership on motivation of teachers to teach in
SMK Negeri 2 Manado.
Keywords: head of school, participatory leadership, teaching motivation
PENDAHULUAN
Sekolah menengah kejuruan (SMK)
adalah salah satu institusi pendidikan yang
bertujuan untuk melaksanakan program
pendidikan mengarah pada pemberian bekal
kecakapan dan keterampilan dalam berbagai
bidang agar setelah anak didik selesai studi,
mereka dapat diberdayakan dalam dunia
industri. Dengan demikian, pendidikan
kejuruan seperti SMK dapat melahirkan
tenaga terampil untuk mengisi kebutuhan
tenaga kerja menengah dalam dalam berbagai
bidang industri.
Keandalan tenaga keahlian tersebut
tergantung mutu lulusan, sedangkan mutu
lulusan sangat tergantung dari proses belajar
mengajar yang dilaksanakan di lembaga
pendidikan formal tersebut. Menurut
Suryosubroto (2005), guru dan iklim kerja
sama diantara guru dengan murid, guru dngan
guru, serta guru dengan kepala sekolah. Me-
netukan kualitas proses belajar mengajar yang
pada gilirannya sangat me-nentukan mutu/
kualitas lulusan. Dengan demikian guru meru-
pakan salah satu kom-ponen pendidikan yang
sangat menentukan mutu lulusan pada
lembaga pendidikan formal. Berdasarkan
penjelasan ini, maka peran-an guru sangat
penting kedudukannya dalam proses pen-
didikan untuk menciptakan sumber daya ma-
nusia yang berkualitas agar mereka mampu
bersaing dengan bangsa lain di era globalisasi
khususnya -dibidang ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin cepat perkem-
bangannya di era modernisasi sekarang ini.
Guru sebagai manusia, memiliki karak-
ter, kepribadian dan kebutuhan yang berbeda
satu dengan yang lain. Faktor inilah yang
mempengaruhi dan meng-akibatkan motivasi
mengajar guru bervariasi satu dengan yang
lain. Sedangkan di dalam kelas, selain
mengajar guru juga sebagai motivator bagi
siswa untuk mempelajari pelajaran. Sehingga
* Staf Pengajar Pada Prodi Pendidikan Teknik Elektro Unima
15
timbul pertanyaan, apa yang akan terjadi bila
motivasi mengajar guru bermasalah? Hal ini
akan berdampak terhadap kualitas lulusan.
Motivasi merupakan proses psikis yang
mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Sehingga untuk mengarahkan
seseorang pada suatu kegiatan dibutuhkan
motivasi agar kegiatan tersebut dapat dilak-
sanakan sesuai tujuan yang diinginkan.
Kata motivasi berasal dari bahasa Latin,
yaitu Movere yang berarti dorongan atau
menggerakan. Hasibuan (2001) mengatakan
motivasi dalam manajemen, hanya ditunjukan
pada sumber daya manusia pada umumnya
dan bawahan atau staf khususnya, agar mau
bekerja sama secara produktif berhasil men-
capai dan mewujudkan tujuan yang telah
ditentukan. Apabila motivasi tersebut di-
tujukan untuk pekerjaan mengajar seseorang
yang berprofesi guru, maka akan menghasil-
kan proses belajar mengajar yang baik.
Husaini (2006), mengatakan motivasi
sangat penting bagi manajer untuk mening-
katkan kinerja (performance) bawahannya
karena kinerja tergantung dari motivasi,
kemampuan, dan lingkungan. Selanjutnya di-
katakan, motivasi adalah keinginan untuk
berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah
kebutuhan (need), keinginan (wish), dorongan
(disire) atau impuls. Motivasi merupakan
keinginan yang terdapat pada seseorang indi-
vidu yang merangsangnya untuk melakukan
tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi
dasar atau alasan seseorang berperilaku.
Motivasi kerja dapat diartikan sebagai ke-
inginan atau kebutuhan yang melatar-
belakangi seseorang sehingga ia terdorong
untuk bekerja.
Motif manusia didasarkan atas kebu-
tuhan-kebutuhan yang dirasakan secara sadar
dan tidak sadar. Beberapa kebutuhan primer,
sebagaimana halnya persyaratan fisik, seperti
air, udara, makanan, nafsu sex, tidur dan
perumahan. Sedangkan kebutuhan sekunder,
seperti kebanggaan, kedudukan/status,
kerjasama dengan orang lain, persaudaraan,
kecakapan, berdiri sendiri, dan sebagainya.
Menurut Berelson dan Steiner (Faustino,
2001) mengartikan istilah motif yaitu suatu
pernyataan batin yang mewujudkan daya
kekuatan untuk bertindak atau bergerak, dan
secara langsung atau melalui perilaku meng-
arah terhadap sasaran. Dengan per-kataan lain
motivasi adalah pengertian umum dalam
bentuk dorongan, kehendak, keinginan dan
daya kekuatan lain yang ada kesamaannya
Banyak faktor yang dapat mempe-
ngaruhi motivasi mengajar guru, diantaranya
adalah kepemimpinan partisipatif. Sudarwan
(2006), kemampuan kepala sekolah menja-
lankan kepemimpinan partisipasi (participa-
tive-leadership) menjadi persyaratan utama
manajemen sekolah. Meskipun begitu, seba-
gai manusia biasa perilaku kepala sekolah
dalam memimpin sekolahnya akan beragam
karena faktor-faktor kontekstual, kondisi
subyek yang dipimpin, dan faktor individual
kepala sekolah itu sendiri. Berkaitan dengan
kepemimpinan, Pidarta (2004) berpendapat
bahwa banyak guru merasa tidak puas dengan
kedudukan mereka, karena mereka tidak
dihargai sebagaimana mestinya sehingga
mengurangi motivasi guru untuk menjalankan
kegiatan mengajar. Sehubungan dengan pen-
dapat ini maka kepala sekolah selaku pemim-
pinan dalam organisasi sekolah perlu meli-
batkan komunitas sekolah secara partisipasi.
Komunitas sekolah dalam hal ini khususnya
staf pengajar/guru. Dalam proses belajar
mengajar, guru merupakan faktror paling
penting bagi para siswa untuk menguasai
pelajaran dengan baik, sedangkan kepala
sekolah dituntut untuk memanfaatkan potensi
yang dimiliki para guru untuk mencapai tu-
juan sekolah yang diinginkan. Dengan demi-
kian kepala sekolah perlu melibatkan staf
guru secara bersama-sama dalam men-capai
tujuan. Karena proses belajar mengajar pada
pelajaran tertentu memiliki spesifikasi
tersendiri dan hal ini harus dikuasai oleh guru
bidang studi tersebut. Menurut Pidarta (2004),
gaya kepemimpinan seseorang kepala sekolah
mempengaruhi motivasi para guru dalam
kegiatan mengajar.
Mulyasa (2005), mengatakan bahwa
dalam rangka melakukan peran dan fungsi
kepala sekolah sebagai manajer, harus me-
miliki strategi yang tepat untuk mem-
berdayakan tenaga kependidikan melalui
kerja sama (kooperatif), memberi kesempatan
16 ELEKTROMATIKA, VOL. 1, N0. 1, Maret 2011
kepada para tenaga kependidikan untuk me-
ningkatkan profesinya, dan mendorong keter-
libatan seluruh tenaga kependidikan dalam
berbagai kegiatan yang menunjang program
sekolah.
1. Memberdayakan tenaga kependidikan
melalui kerja sama atau kooperatif.
Maksud-nya bahwa dalam meningkatkan
profesiona-lisme tenaga kependidikan di
sekolah, kepala sekolah harus memen-
tingkan kerja sama dengan tenaga pendi-
dikan dan pihak lain yang terkait dalam
melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai
manajer, kepala sekolah harus mau dan
mampu men-dayagunakan seluruh sum-
ber daya sekolah dalam rangka mewu-
judkan visi, misi dan mencapai tujuan.
Kepala sekolah harus mampu bekerja
melalui orang lain (wakil-wakilnya), serta
berusaha untuk senantiasa mempertang-
gungjawabkan setiap tindakan. Kepala
sekolah, berpikir secara analitik dan
konseptual, dan harus senantiasa berusaha
untuk menjadi juru penengah dalam
memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi oleh para tenaga kependidikan
yang menjadi bawahannya, serta berusaha
untuk mengam-bil keputusan yang memu-
askan bagi semua.
2. Memberikan kesempatan kepada para
tenaga kependidikan untuk mening-katkan
profesinya. Sebagai manajer, kepala sekolah
harus meningkatkan persuasif dan dari hati
ke hati. Dalam hal ini, kepala sekolah
harus bersikap demokratis dan memberi-
kan kesempatan kepada seluruh tenaga
kependidi-kan untuk mengembangkan
potensinya secara optimal. Misalnya
member kesempatan kepada bawahan
untuk meningkatkan profesinya melalui
berbagai penataran dan lokakarya sesuai
dengan bidang masing-masing.
3. Mendorong keterlibatan seluruh tenaga
kependidikan, yaitu kepala sekolah harus
berusaha untuk mendorong keterlibatan semua
tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di
sekolah (partisipatif). Dalam hal ini, kepala
sekolah berpedoman pada asas tujuan, asas
keunggulan, asas mufakat, asas kesatuan, asas
empirisme, asas keakraban, dan asas integritas.
Likert (Husaini, 2006) telah mengem-
bangkan ide dan pendekatan penting untuk
memahami perilaku pemimpin. Yaitu meran-
cang empat sistem gaya kepemimpinan dalam
manajemen, yaitu:
Gaya Pertama. Exploitative Autho-rirative
(Otoriter yang Memeras)
Kegagalan kerja mendapat ancaman dan
hukuman
Kepemimpinan yang arogan dan
memaksakan kehendak
Bawahan merasa takut dengan atasan/
pemimpinnya.
Gaya Kedua. Benevolent Authorative
(Otoriter yang Baik)
Bawahan diberi kesempatan untuk
melaksanakan tugasnya dalam batas-batas
yang telah ditentukan
Bawahan yang telah melaksanakan tugas
yang telah ditetapkan akan diberi hadiah
atau penghargaan
Gaya Ketiga. Consultative (konsultatif)
Pemimpin seringkali berdiskusi dengan
bawahan/guru berkaitan dengan tugas.
Para guru dipercaya untuk melaksanakan tugas.
Gaya Keempat. Participative (partisipatif)
Keputusan diambil setelah memperhatikan
kelompok
Bawahan merasa dihargai sebagaimana
manusia yang bekerja.
Dengan demikian penerapan manajemen
partisipatif dalam organisasi sekolah sangat
penting dilakukan oleh kepala sekolah dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan. Seorang
kepala sekolah bukan hanya sekedar memiliki
pengalaman dan kompetensi tertentu melain-
kan ia harus mampu menerapkan manajemen
partisipatif agar pelaksanaan MBS dalam
organisasi sekolah dapat berhasil dengan
baik. Husaini (2006) mengatakan, manajemen
partisipatif adalah sasaran tugas dan kepu-
tusan yang berhubungan dengan pekerjaan di-buat
oleh kelompok. Jika pemimpin mengam-bil
keputusan maka keputusan itu diambil setelah
memperhatikan pendapat kelompok termasuk staf
guru. Motivasi bawahan tidak saja berupa
penghargaan ekonomis, tetapi juga berupa suatu
upaya agar bawahannya merasakan bagaimana
pentingnya mereka serta harga dirinya sebagai
Ponto, Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif 17
manusia yang bekerja. Hubungan antara
pemimpin dan ba-wahan terbuka, bersahabat,
dan saling per-caya. Bila pendapat ini
diterapkan dalam or-ganisasi sekolah, maka
kepala sekolah selaku pemimpin dalam
pengambilan keputusan harus memperhatikan
pendapat para guru, hubungan dengan para
guru yang terbuka, bersahabat, dan saling
percaya. Karena para guru merupakan
bawahannya dalam organisasi sekolah.
Menurut Sudarwan (2006) manajemen
partisipatif bermakna bahwa kepala sekolah
membutuhkan sistem kerja yang teratur untuk
mensinergikan keragaman orang-orang
dengan tugas pokok dan fungsi yang beragam
pula agar bermuara pada satu koridor
pemdidikan dan pembelajaran di sekolah.
Proses desentralisasi sekolah seringkali
menimbulkan banyak masalah yang
berhubungan dengan peran individu guru.
Masalah tersebut antara lain: (a) pemahaman
konsep manajemen partisipatif yaitu konsep
dasarnya adalah pelibatan semua anggota
komunitas dalam proses pembuatan
keputusan sekolah. Keputusan sekolah
berkaitan dengan dimensi perencanaan,
akuntabilitas, dan sustainabilitas program, (b)
aplikasi konsep manajemen partisipatif, yaitu
keiklasan kepala sekolah untuk berbagi
kewenangan dan kematangan komunitas
sekolah menerima delegasi tugas menjadi
prayarat bagi berfungsinya semua komponen
dalam mendukung usaha pendidikan dan
pembelajaran, (c) profesionalisme
kependidikan dan keguruan, yaitu kunci
utama bagi kepala sekolah dan guru dalam
menyelenggarakan proses pendidi-kan dan
pembelajaran secara efektif, baik di dalam
maupun di luar kelas. Kemampuan dan
keahlian ini menjadi kunci bagi sekolah untuk
membangun keunggulan (to be center for
excellence), baik akademik maupun non-
akademik.
Kepala sekolah merupakan salah satu
yang menentukan keberhasilan sekolah dalam
mencapai tujuan sekolah. Keberhasilan
tersebut secara dominan ditentukan oleh
keandalan manajemen sekolah yang
bersangkutan. Hal ini tidak berarti peranan
kepala sekolah hanya sekadar sebagai leader
(pemimpin) karena masih banyak peran
lainnya. Untuk lingkungan pendidikan dasar
dan menengah, peranan kepala sekolah harus
sebagai EMASLIM, yaitu Educator,
Manager, Adminstrator, Supervisor, Leader,
Inovator, dan Motivator. Sedangkan menurut
Anonim (Husaini, 2006:303) kepemimpinan
untuk lingkungan pendidikan kejuruan
dikenal dengan pemimpin sebagai Leader,
Administrator, Educator, Supervisor,
Climated Maker, Manager, dan entrepreneur.
Sebagai seorang leader, kepala sekolah
harus berjiwa besar serta memiliki kemam-
puan untuk meyakinkan dan menggerakan
orang lain (staf guru, siswa, tenaga admi-
nistrasi, dan masyarakat) untuk mencapai tu-
juan sesuai target. Untuk itu, seorang kepala
sekolah harus mengembangkan rasa memiliki
terhadap sekolahnya serta
konsisten.Kompetensi yang harus dimiliki
antara lain (1) mengembangkan visi dan misi
sekolah, (2) mengembangkan rasa memiliki,
(3) mendorong tenaga kependidikan dan
siswa agar melaksanakan peran dan
fungsinya, dan (4) melaksanakan
pengambilan keputusan dengan cepat dan
tepat.
Penelitian ini bertujuan untuk menge-
tahui berapa besar pengaruh kepemimpinan
partisipatif terhadap motivasi mengajar guru
SMK di Kota Manado.
METODE PENELITIAN
Subyek dalam penelitian ini adalah para
guru SMK di kota Manado yang mengajar
dan memiliki kopetensi khusus untuk
menunjang program keahlian bidang tek-
nologi yaitu guru SMK Negeri 2 di Kota
Manado dengan 100 orang. Data dikumpul
dengan teknik dokumentasi dan teknik
angket. Teknik dokumentasi untuk memper-
oleh data guru, sedangkan teknik angket atau
kuesioner merupakan instrumen sebagai alat
ukur variabel penelitian.
Dalam penelitian ini digunakan metode
diskriptif analitik yang bersifat korelasional,
yaitu untuk menggambarkan pengaruh/
hubungan antar variabel bebas (independen)
terhadap variabel terikat (dependen). Dalam
hal ini untuk mengetahui pola hubungan atau
18 ELEKTROMATIKA, VOL. 1, N0. 1, Maret 2011
kontribusi variabel bebas terhadap variabel
terikat. Pengujian hipotesis digunakan teknik
analisis regresi dan korelasi yang diawali
dengan analisis persyaratan pengujian
hipotesis, yaitu normalitas data dan linieritas
data
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil perhitungan jarak
kategori dan pentabulasi data, diperoleh batas
kelas dari masing-masing kategori untuk
variabel kepemimpinan partisipatif diperoleh
seperti pada tabel 1.Pada Tabel 1 dapat dilihat
bahwa data kategori variabel kepemimpinan
partisipatif untuk skor tinggi adalah sebanyak
25% responden, skor sedang sebanyak 49%
responden, dan skor rendah sebanyak 26%
responden.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel
Kepemimpinan Partisipatif
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel Y
SPSS, diperoleh nilai statistika distribusi
student (t) = 8,12. Nilai tersebut diklasifikasi
pada taraf signifikan () = 0,01. Sehingga
dapat dikatakan koefisien regresi arah (b)
pada persamaan regresi kesejahteraan guru
terhadap motivasi mengajar sangat signifikan.
Hasil analisis, diperoleh koefisien kore-
lasi adalah ry = 0,64 dan daya determinasi r
y
2
= 40,9. Setelah nilai koefisien korelasi di-
substitusi ke dalam rumus distribusi student
(t), diperoleh: t = 10,50. Dari tabel distribusi
t pada = 0,01 diperoleh ttabel
= 1,66. Setelah
nilai tersebut dibandingkan dengan analisis
data terlihat bahwa thitung
(10,50) > ttabel
(1,66).
Berdasarkan pada kriteria pengujian maka
dapat dikatakan bahwa terhadap pengaruh
kepemimpinan partisipatif terhadap motivasi
mengajar guru di SMK Negeri 2 Manado
pada taraf kepercayaan sebesar 99%.
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian menunjukkan ter-
dapat pengaruh kepemimpinan partisipatif
terhadap motivasi mengajar guru di SMK
Negeri 2 Manado. Dalam hal ini, semakin
tinggi variabel partisipasi semakin tinggi pula
motivasi mengajar guru, atau sebaliknya.
Maknanya adalah bila seorang guru dilibat-
kan dalam berbagai hal secara partisipasi oleh
pemimpin maka motivasinya dalam menja-
lankan tugas mengajar semakin baik pula.
Mengacu dari hasil analisis data diper-
oleh koefisien determinasi adalah ry
2 = 0,49
sehingga dapat dikatakan bahwa kontribusi
kepemimpinan partisipatif terhadap motivasi
mengajar guru sebesar 40,9%. Sedangkan
59,1% dipengaruh oleh variabel lain yang
tidak dilibatkan atau diteliti dalam penelitian
ini.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan kepemimpinan parti-
sipatif terhadap motivasi mengajar guru SMK
di Kota Manado.
Pada variabel motivasi mengajar,
diperoleh sepert pada tabel 2.
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa data
kategori variabel motivasi mengajar untuk
skor tinggi adalah sebanyak 22% responden,
skor sedang sebanyak 51% responden, dan
skor rendah sebanyak 27% responden.
Hasil analisis data, diperoleh persamaan
regresi sebagai berikut:
Y = 10,9 + 0,8 X
Setelah koefisien dari konstanta persa-
maan regresi variabel bebas arah (b) diuji
dengan menggunakan komputer program
Ponto, Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif 19
SARAN
1. Pemimpin lembaga pendidikan khususnya
SMK di Kota Manado perlu menerapkan
kepemimpinan partisipatif di sekolah yang
dipimpinnya
2. Pemerintah Kota Manado, dalam hal ini
Dinas Pendidikan Kota Manado untuk
melaksanakan pendidikan dan pelatihan
tentang kepemimpinan partisipatif bagi
kepala sekolah dan calon kepala sekolah
SMK di Kota Manado.
DAFTAR PUSTAKAFaustino, C.G, 2003, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Penerbit: Andy, Yogyakarta.
Hadisusanto, D., 1995, Pengantar IlmuPendidikan, FIP IKIP, Yogyakarta.
Hasibuan, M.S.P., 2001. 1996. Organisasidan Motivasi, Penerbit: Bumi Aksara,Jakarta.
Husaini, U., 2006, Manajemen, Teori,Praktik, dan Riset Pendidikan, Penerbit:Bumi Aksara, Jakarta
Maxwell J. C (Penerjemah Marlene T), 2009,Qualities of Leader, MIC Publishing,Surabaya.
Muhadir, N., 1997, Ilmu Pendidikan danPerubahan Sosial: Suatu TeoriPendidikan, Penerbit: Rake Sarasin,Yogyakarta.
Mulyasa, E., 2005, menjadi Kepala SekolahProfesional, Remaja Rosdakarya,Bandung.
Pidarta, M., 2004, Manajemen PendidikanIndonesia, Penerbit: Reneka Cipta,Jakarta.
Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-faktoryang Mempengaruhinya, Penerbit: PT.Rineka Cipta, Jakarta.
Sudarwan, D., 2006, Visi Baru ManajemenSekolah, Bumi Aksara, Jakarta
Suryosubroto, B., 2004, ManajemenPendidikan Di Sekolah, Penerbit: PTRineka Cipta, Jakarta.
Suwardi, 2007, Manajemen Pembelajaran:Mencipta Guru Kreatif danBerkompetensi, Stain Salahtiga Press,Salahtiga.
20 ELEKTROMATIKA, VOL. 1, N0. 1, Maret 2011