5

Click here to load reader

Haram, terlibat dalam perayaan natal !

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Haram, terlibat dalam perayaan natal !

9/12/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Haram, Terlibat Dalam Perayaan Natal !

Haram, Terlibat Dalam Perayaan Natal !

December 9th, 2014 by farid

HTI­Press.Perayaan Natal Bersama yang melibatkan umat Islam masih saja marakterjadi. Kendati Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa haramnya umatIslam terlibat dalam perayaan Natal, namun banyak yang tidak mengindahkan fatwa itu.Bahkan, hampir tidak ada perayaan Natal Bersama yang tidak dihadiri pejabat publik atautokoh politik. Toleransi dan persatuan kerapkali dijadikan sebagai dalihnya. Keadaansemakin runyam ketika ada sejumlah ’ulama’ atau ’tokoh Islam’ yang melegitimasi sikaptersebut dengan berbagai dalil yang telah disimpangkan sedemikian rupa.

Bagaimana sesunguhnya hukum melibatkan diri dalam perayaan natal dan hari rayaagama­agama lainnya?

Haram Hadir dalam Perayaan Kufur

Pada dasarnya, Islam telah melarang kaum muslim melibatkan diri di dalam perayaanhari raya orang­orang kafir, apapun bentuknya. Melibatkan diri di sini mencakup aktivitas:mengucapkan selamat, hadir di jalan­jalan untuk menyaksikan atau melihat perayaanorang kafir, mengirim kartu selamat, dan lain sebagainya. Sedangkan perayaan hari rayaorang kafir di sini mencakup seluruh perayaan hari raya, perayaan orang suci mereka,dan semua hal yang berkaitan dengan hari perayaan orang­orang kafir (musyrik maupunahlul kitab).

Ketentuan ini didasarkan pada firman Allah swt;

.(والذين ال يشهدون الزور وإذا مروا باللغو مروا كراما (الفرقان: 72

Menurut sebagian besar mufassir, makna kata al­zûr (kepalsuan) di sini adalah syirik(Imam al­Syaukani, Fath al­Qadîr, juz 4, hal. 89). Beberapa mufassir seperti Abu ‘Aliyah,Thawus, Muhammad bin Sirrin, al­Dhahhak, al­Rabi’ bin Anas, dan lainnya, memaknai al­zûr di sini adalah hari raya kaum Musyrik. Lebih luas, Amru bin Qays menafsirkannyasebagai majelis­majelis yang buruk dan kotor (Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, juz 3,hal. 1346).

Sedangkan kata lâ yasyhadûna, menurut jumhur ulama’ bermakna lâ yahdhurûna al­zûr, tidak menghadirinya (Imam al­Syaukani, Fath al­Qadîr, juz 4, hal. 89). Memang adayang memahami ayat ini berkenaan dengan pemberian kesaksian palsu (syahâdah al­zûr) yang di dalam Hadits Shahih dikatagorikan sebagai dosa besar. Akan tetapi, darikonteks kalimatnya, lebih tepat dimaknai lâ yahdhurûnahu, tidak menghadirinya. Dalamfrasa berikutnya disebutkan:

وإذا مروا باللغو مروا كراما

“Dan apabila mereka melewati (orang­orang) yang mengerjakan perbuatan­perbuatan

Page 2: Haram, terlibat dalam perayaan natal !

9/12/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Haram, Terlibat Dalam Perayaan Natal !

yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya”(QS al­Furqan [25]: 72).

Dengan demikian, keseluruhan ayat ini memberikan pengertian bahwa mereka tidakmenghadiri al­zûr. Dan jika mereka melewatinya, maka mereka segera melaluinya, dantidak mau terkotori sedikit pun oleh nya (lihat Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, juz 3,hal. 1346).

Berdasarkan ayat ini pula, banyak fuqaha’ yang menyatakan haramnya menghadirimenghadiri perayaan hari raya kaum kafir. Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “KaumMuslim telah diharamkan untuk merayakan hari raya orang­orang Yahudi dan Nasrani.“ (Ibnu Tamiyyah, Iqtidhâ’ al­Shirâth al­Mustaqîm, hal.201).

Imam Baihaqi menyatakan, “Jika kaum muslim diharamkan memasuki gereja, apalagimerayakan hari raya mereka.” (Ibnu Tamiyyah, Iqtidhâ’ al­Shirâth al­Mustaqîm, hal.201).

Imam al­Amidi dan Qadli Abu Bakar al­Khalal menyatakan,”Kaum Mmuslim dilarangkeluar untuk menyaksikan hari raya orang­orang kafir dan musyrik.” (IbnuTamiyyah, Iqtidhâ’ al­Shirâth al­Mustaqîm, hal.201).

Al­Qadhi Abu Ya’la al­Fara’ berkata, “Kaum Muslim telah dilarang untuk merayakan hariraya orang­orang kafir atau musyrik”. (Ibnu Tamiyyah, Iqtidhâ’ al­Shirâth al­Mustaqîm,hal. 201)

Imam Malik menyatakan, “Kaum Muslim telah dilarang untuk merayakan hari raya orang­orang musyrik atau kafir, atau memberikan sesuatu (hadiah), atau menjual sesuatukepada mereka, atau naik kendaraan yang digunakan mereka untuk merayakan harirayanya. Sedangkan memakan makanan yang disajikan kepada kita hukumnya makruh,baik diantar atau mereka mengundang kita.” (Ibnu Tamiyyah, Iqtidhâ’ al­Shirâth al­Mustaqîm, hal. 201).

Ibnu Qayyim al­Jauziyyah mengatakan, “Sebagaimana mereka (kaum Musyrik) tidakdiperbolehkan menampakkan syiar­syiar mereka, maka tidak diperbolehkan pula bagikaum Muslim menyetujui dan membantu mereka melakukan syiar itu serta hadir bersamamereka. Demikian menurut kesepakatan ahli ilmu.” (Ibnu Qayyim al­Jauziyyah, AhkâmAhl al­Dzimmah, juz 1. hal. 235).

Abu al­Qasim al­Thabari mengatakan, “Tidak diperbolehkan bagi kaum Muslimmenghadiri hari raya mereka karena mereka berada dalam kemunkaran dankedustaan (zawr). Apabila ahli ma’ruf bercampur dengan ahli munkar, tanpa mengingkarimereka, maka ahli ma’ruf itu sebagaimana halnya orang yang meridhai dan terpengaruhdengan kemunkaran itu. Maka kita takut akan turunnya murka Allah atas jama’ah mereka,yang meliputi secara umum. Kita berlindung kepada Allah dari murka­Nya Ibnu Qayyimal­Jauziyyah, Ahkâm Ahl al­Dzimmah, juz 1. hal. 235).

Abdul Malik bin Habib, salah seorang ulama Malikiyyah menyatakan, “Mereka tidakdibantu sedikit pun pada perayaan hari mereka. Sebab, tindakan merupakan

Page 3: Haram, terlibat dalam perayaan natal !

9/12/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Haram, Terlibat Dalam Perayaan Natal !

penghormatan terhadap kemusyrikan mreka dan membantu kekufuran mereka. Danseharusnya para penguasa melarang kaum Muslim melakukan perbuatan tersebut. Iniadalah pendapat Imam Malik dan lainnya. Dan aku tidak mengetahui perselisihan tentanghal itu” (Ibnu Taimiyyah, Majmu’ al­Fatâwâ, juz 6 hal 110).

Pada masa­masa kejayaan Islam, pemerintahan Islam saat itu –sejak masa Rasulullahsaw –, kaum muslim tidak diperbolehkan merayakan hari raya ahlul Kitab dan kaummusyrik. Dari Anas ra bahwa ketika Rasulullah saw datang ke Madinah, mereka memilikidua hari raya yang mereka rayakan, beliau pun bersabda:

بهما خيرا منهما : يوم األضحى ويوم الفطر 敃قد أبدلكم ا

“Sungguh Allah swt telah mengganti dua hari itu dengan dua hari yang yang lebih baikdaripada keduanya, yaitu Idul Adha dan idul Adha.”(HR. Abu Dawud dan al­Nasa’i dengan sanad yang shahih).

Pada masa pemerintahan Khalifah ‘Umar bin al­Khaththab, beliau juga telah melarangkaum muslim merayakan hari raya orang­orang kafir. Imam Baihaqiy telah menuturkansebuah riwayat dengan sanad shahih dari ‘Atha’ bin Dinar, bahwa Umar ra pernahberkata,

ال تعلموا رطانة األعاجم وال تدخلوا على المشركين في كنائسهم يوم عيدهم فإن السخط ينزل عليهم

“Janganlah kalian menmempelajari bahasa­bahasa orang­orang Ajam. Janganlah kalianmemasuki kaum Musyrik di gereja­gereja pada hari raya mereka. Sesungguhnya murkaAllah swt akan turun kepada mereka pada hari itu.”(HR. Baihaqiy).

Umar bin al­Khaththtab ra juga mengatakan:

في عيدهم 敃اجتنبوا أعداء ا

“Jauhilah musuh­musuh Allah pada di hari raya mereka.”

Demikianlah, Islam telah melarang umatnya melibatkan diri di dalam perayaan hari rayaorang­orang kafir, apapun bentuknya. Melibatkan diri di sini mencakup perbuatan;mengucapkan selamat, hadir di jalan­jalan untuk menyaksikan atau melihat perayaanorang kafir, mengirim kartu selamat, dan lain sebagainya. Adapun perayaan hari rayaorang kafir di sini mencakup seluruh perayaan hari raya, perayaan orang suci mereka,dan semua hal yang berkaitan dengan hari perayaan orang­orang kafir (musyrik maupunahlul kitab).

Melenyapkan Syubhat

Di antara ayat sering digunakan untuk melegitimasi bolehnya mengucapkan selamat nataladalah firman Allah Swt:

والسالم علي يوم ولدت ويوم أموت ويوم أبعث حي歧湡ا

Page 4: Haram, terlibat dalam perayaan natal !

9/12/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Haram, Terlibat Dalam Perayaan Natal !

“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hariaku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali” (QS Maryam [19]: 33).

Memang dalam ayat ini disebutkan tentang keselamatan pada hari kelahiran Isa. Akantetapi, itu tidak ada kaitannya dengan ucapan selamat natal. Sebab, Natal adalahperayaan dalam rangka memperingati kelahiran Yesus di Bethlehem. Sejak abadkeempat Masehi, pesta atau perayaan natal ditetapkan tanggal 25 Desember,menggantikan perayaan Natalis Solis Invioti (kelahiran matahari yang yang takterkalahkan).

Telah maklum, bahwa keyakinan Nasrani terhadap Isa as –yang mereka sebut Yesus–adalah sebagai Tuhan. Dan keyakinan ini menjadi salah satu penyebab kekufuranmereka. Banyak sekali ayat menegaskan hal ini, seperti firman Allah Swt:

فقد حرم 敃ربي وربكم إنه من يشرك با 敃هو المسيح ابن مريم وقال المسيح يا بني إسرائيل اعبدوا ا 敃لقد كفر الذين قالوا إن ا عليه الجنة ومأواه النار وما للظالمين من أنصار 敃ا

“Sesungguhnya telah kafirlah orang­orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah AlMasih putra Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israel, sembahlahAllah Tuhanku dan Tuhanmu” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatudengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialahneraka, tidaklah ada bagi orang­orang dzalim itu seorang penolong pun.” (QS al­Maidah[5]: 72).

إله واحد وإن لم ينتهوا عما يقولون ليمسن الذين كفروا منهم عذاب أليم ثالث ثالثة وما من إله إال 敃لقد كفر الذين قالوا إن ا

“Sesungguhnya kafirlah orang­orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satudari yang tiga”, padahal sekali­kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain TuhanYang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang­orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapamereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada­Nya? Dan Allah MahaPengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al­Maidah [5]: 73­74).

Bertolak dari fakta tersebut, perayaan Natal yang merayakan ‘kelahiran Tuhan’merupakan sebuah kemunkaran besar. Sikap yang seharusnya dilakukan kaum Muslimterhadap pelakunya adalah menjelaskan kesesatan mereka dan mengajak mereka kejalan yang benar, Islam. Bukan malah mengucapkan selamat terhadap mereka. Tindakantersebut dapat dimaknai sebagai sikap ridha dan cenderung terhadap kemunkaran besaryang mereka lakukan. Padahal Allah Swt berfirman:

من أولياء ثم ال تنصرون 敃وال تركنوا إلى الذين ظلموا فتمسكم النار وما لكم من دون ا

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang­orang yang zalim yang menyebabkankamu disentuh api neraka, dan sekali­kali kamu tiada mempunyai seorang penolong punselain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” (QS Hud [11]:113).

Page 5: Haram, terlibat dalam perayaan natal !

9/12/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Haram, Terlibat Dalam Perayaan Natal !

Menurut Abu al­Aliyah, makna kata al­rukûn adalah ridha. Artinya ridha terhadapperbuatan orang­orang zhalim. Ibnu Abbas memaknainya al­mayl (cenderung).Sedangkan menurut al­Zamakhsyari, al­rukûn tak sekadar al­mayl, namun al­mayl al­yasîr (kecenderungan ringan). Ini berarti, setiap Muslim wajibmembebaskan dirinya dari kezahliman. Bukan hanya dalam praktik, namun sekadarkecenderungan sedikit saja sudah tidak diperbolehkan.

Jelaslah, haram hukumnya kaum Muslim terlibat dalam perayaan hari raya kaum kaumkafir, baik Musyrik maupun Ahli Kitab. Wal­Lâh a’lam bi al­Shawâb. (LajnahTsqafiyyah Hizbut Tahrir Indonesia).

Baca juga :

1. Hukum Melibatkan Diri dalam Perayaan Natal dan Perayaan Agama Lainnya2. Perayaan Natal Dalam Negara Khilafah3. Haram, Ikut Natal Bersama!4. Kebijakan Khilafah Terhadap Perayaan Keagamaan Orang­orang Kafir5. Meski SBY Kepala Negara tetap Haram Rayakan Natal