hasil akhir DDMA

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM DASAR-DASAR MIKROBIOLOGI AKUATIK PENGENALAN ALAT DAN STERILISASI

Oleh Oktarian 05111005030 Kelompok VI

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN DAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2012

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa, dosen, peneliti dan sebagainya melakukan percobaan. Percobaan yang dilakukan menggunakan berbagai bahan kimia, peralatan gelas dan instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Kecelakaan itu dapat juga terjadi karena kelalaian atau kecerobohan kerja, ini dapat membuat orang tersebut cedera, dan bahkan bagi orang disekitarnya. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan dambaan bagi setiap individu yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan dan kenyamanan kerja. Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan. Walaupun petunjuk keselamatan kerja sudah tertulis dalam setiap penuntun praktikum, namun hal ini perlu dijelaskan berulangulang agar setiap praktikan lebih meningkatkan kewaspadaan ketika bekerja di laboratorium (Anonim, 2011). Kegiatan dilaboratorium mikrobiologi dilakukan dengan memperlihatkan aspek sterilisasi dengan perlatan tertentu antara lain mikroskop, sterilisator (oven dan autoclave). Keamanan kerja perlu diperhatikan sehingga dapat dihindari kontaminasi pribadi, pekerja dan lingkungan kerja. Pemeriksaan mikrobiologis merupakan penunjang diagnostic klinik untuk menguatkan diagnosis definitive suatu penyakit infeksi mirobial. Mikroorganisme seperti bakteri, kapang, khamir dapat dijumpai pada lingkungan di sekitar kita. Misalnya di udara, tanah, air, tubuh serta bendabenda yang ada disekitar kita. Bentuknya yang mikroskopis tidak memungkinkan kita untuk melihatnya dengan mata langsung tanpa bantuan mikroskop (Suratni, 2006). Sebelum dilakukannya suatu proses mikrobiologi, maka terlebih dahulu harus disiapkan prasarana yang dapat menunjang proses tersebut, mulai dari peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan. Mikroorganisme dapat hidup dimana-mana. Untuk menumbuhkan suatu mikroorganisme di dalam laboratorium, diperlukan suatu media

yang di dalamnya tercakup segala nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme. Untuk mengamati perkembangan koloni dari suatu bakteri perlu dilakukan pembiakan bakteri. Pembiakan bakteri memerlukan medium yang sesuai dengan jenis bakteri yang akn dibiakkan. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang cara pembuatan mediumnya. Supaya pada medium yang akan digunakan tidak ditumbuhi mikroorganisme lain maka dilakukan sterilisasi (Suratni, 2002). Pada mikroorganisme yang telah dilakukan kita harus mengenal hal-hal yang berhubungan dengan pembiakan tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pembiakan organisme adalah seperti alat-alat laboratorium yang mana kita harus mengetahui mana alat-alat tersebut beserta cara-cara penggunaannya dan juga alat-alat sterilisasi yang juga harus kita kuasai semua dalam cara penggunaannya agar pembiakan yang telah kita lakukan dapat berjalan dengan sukses (Anonim, 2011). Suatu proses ataupun usaha untuk membebaskan bahan-bahan serta alat-alat dari semua bentuk kehidupan mikrobia seperti salah satunya ialah bakteri disebut dengan proses sterilisasi. Sedangkan yang dimaksud dengan steril itu sendiri adalah kondisi atau keadaan dimana bebasnya alat atau bahan dari segala macam bentuk kehidupan mikrobia. Guna dari sterilisasi adalah untuk mematikan mikroorganisme yang dianggap merugikan pada suatu alat ataupun bahan (Prawitohartono, 2003). Cara steriliasasi beragam tergantung dari faktor bahan apa yang dibuat. Alat yang disterilkan senantiasa bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi terhadap lingkungan luar. Sterilisasi merupakan kegiatan yang dilakukan baik secara fisik ataupun kimiawi untuk mendapatkan suatu keadaan yang steril, suatu kondisi dimaksudkan tidak terdapat suatu mikroba baik bentuk vegetatif maupun spora (Suratni, 2002). Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya dan kerusakan. Hal ini terlihat dari kemampuan mikroorganisme menginfeksi inangnya yang dapat menyebabkan penyakit hingga kematian. Miroorganisme dapat juga mencemari makanan dan dengan menimbulkan perubahan-perubahan kimiawi, membuat

makanan tersebut tidak dapat dimakan dan beracun (Ferdiaz, 2002).

Sterilisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan cara penyaringan dan dengan pemanasan. Sterilisasi dengan cara penyaringan biasanya dilakukan dengan mengalirkan gas suatu bahan penyaring untuk menahan mikroorganisme. Cara penyaringan seperti ini biasanya digunakan untuk bahan-bahan seperti serum darah atau toxin karena sterilisasi dengan cara ini digunakan untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas (Ferdiaz, 2002). B. Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Agar praktikan dapat mengenal dan memahami alat-alat yang ada di laboratorium berserta fungsi dan cara pemakaian dari alat-alat tersebut. 2. Agar praktikan mengenal alat-alat dan bahan serta fungsinya yang ada di laboratorium dan untuk mengetahui cara kerja dan mempelajari alat-alat sterilisasi beserta prosesnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengenalan Alat Di laboratorium kita dapat meneliti berbagai hal dengan menggunakan

peralatan-peralatan yang tersedia. Sehingga, laboratorium dianggap sebagai suatu tempat dimana para mahasiswa dan dosen serta para peneliti melakukan percobaan (Dwidjoseputro, 2000). Berbagai percobaan yang dilakukan biasanya menggunakan alat-alat dalam bentuk gelas. Alat-alat di laboratorium sangat mudah sekali pecah. Sering kali para praktikan yang tidak berhati-hati dalam menggunakan peralatan di laboratorium tersebut. Hal inilah yang sering menyebabkan terjadinya kecelakaan pada saat kerja. Akan tetapi, bila dilakukan dengan cara yang benar atau sesuai prosedurnya, kecelakaan-kecelakaan seperti itu dapat diminimalisir. Kecelakaan- itu juga dapat terjadi karena kelalaian para praktikan, ini dapat membuat orang tersebut cidera, dan bahkan juga bagi orang-orang yang berada di sekitarnya (Dwidjoseputro, 2000). Keselamatan kerja di laboratorium adalah sesuatu yang sangat diharapkan khususnya oleh para peneliti yang sering kali melakukan percobaan di laboratorium. Hal ini biasanya terpikirkan oleh para peneliti yang selalu peduli akan kesehatan, keamanan, dan kenyamanan kerja (Dwidjoseputro, 2000). Terdapat berbagai peralatan yang biasa digunakan dalam melakukan percobaan di laboratorium. Biasanya alat-alat yang selalu dijumpai apabila kita masuk ke dalam suatu laboratorium adalah peralatan-peralatan berbentuk gelas. Yang termasuk ke dalam bahan-bahan gelas ini antara lain adalah gelas beker, gelas ukur, erlenmeyer, pipet tetes, dan lain sebagainya. Penggunaan alat-alat ini harus sangat hati-hati dalam menggunakannya, karena alat-alat ini sangat mudah pecah (Dwidjoseputro, 2000). Selain peralatan yang terbuat dari kaca, di laboratorium juga terdapat peralanperatalan lain yang cukup penting seperti autoclave, colonicounter, oven, scomacher, freezer, dan jenis-jenis peralatan yang lainnya. Sebelum melakukan percobaan diwajibkan kepada para peneliti untuk mengetahui prosedur penggunaan

dari alat-alat tersebut, sehingga proses penelitian dapat berjalan dengan sempurna dan memperoleh hasil yang maksimal (Dwidjoseputro, 2000).

B. Sterilisasi Beberapa peralatan dilaboratorium seperti alat-alat gelas seperti cawan petri, tabung, pipet yang telah dicuci dan bersih dari kontaminan, harus disterilkan kembali bila akan digunakan untuk keperluan pemeriksaan mikrobiologik (mikologik, bateriologik, dan virologik). Dan untuk keperluan tersebut digunakan peralatan dan cara-cara sterilisasi (Sandjaja, 2002). Sterilisasi merupakan kegiatan yang dilakukan baik secara fisik atau kimiawi untuk mendapatkan suatu keadaan yang steril. Adapun yang dimaksud dengan steril yaitu tidak terdapatnya suatu mikroba baik vegetatifnya maupun bentuk sporanya. Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan pemanasan, radiasi, dan filtrasi. Sedangkan sterilisasi secara kimiawi dilakukan dengan memakai bahan-bahan kimia seperti fenol, alkohol, logam berat dan turunannya atau deterjen. Cara sterilisai tergantung pada jenis materil yang akan disterilkan (Sandjaja, 2002). Sterilisasi secara fisik yaitu proses sterilisasi yang dilakukan dengan memakai alat sterilisai yang dikenal sebagai oven, karena oven merupakan alat perlengkapan laboratorium yang mutlak ada dan sangat diperlukan dilaboratorium. Selain itu dengan cara perebusan pada air medidih dan dengan uap bertekanan. Beberapa alat seksi seperti pinset, gunting, dan skapel dapat dipakai ulang dengan merenus alat tersenut dalam air mendidih yang bersuhu 1000C selama 10-15 menit. Adapun sterilsasi media yang silakukan dengan autoclave adalah proses sterilisasi pada suhu 1210C dengan tekanan uap 1 atm selama 15 menit (Prawitohartono, 2003). Sterilisasi secara kimiawi yaitu beberapa bahan kimia sebagaimana halnya dengan spectrum cahaya mempunyai sifat bakterisdal atau bacteriostatik. Kondisi steril hanya dapat diperoleh hanya mempergunakan bahan yang bersifat bakterisidal saja. Dalam pemakaian bahan-bahan kimia tersebut, beberapa pertimbangan perlu diperhatikan adalah: aktivitas microbial, toksisitas, stabilitas, daya tembus, waktu yang digunakan, ketersediaan bahan dan harga bahan kimia yang dapat dipakai

adalah fenol, alkohol, logam berat, dan turunannya serta yang lazim digunakan adalah alkohol 70% (Prawitohartono, 2003).

C. Metode Sterilisasi Menurut Sandjaja metode sterilisasi dibagi menjadi 4 yaitu: A. Sterilisasi basah Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau sterilisator uap yang mudah diangkat (portable) dengan menggunkan uap air jenuh bertekanan pada suhu 121oC selama 15 menit. Karena titik didih air menjadi 121oC itu disebabkan oleh tekanan 1 atmosfer pada ketinggian permukaan laut, maka daur sterilisasi tersebut seringkali juga dinyatakan sebagai 1 atm 15 menit. Pada tempat-tempat yang lebih tingginya diperlukan tekanan lebih besar untuk mencapai suhu 121oC. Karena itu daripada menyatakan besarnya tekanan, lebih baik menyatakan bahwa keadaan steril dicapai dengan cara mempertahankan suhu 121oC selama 15 menit (Sandjaja, 2002). Sterilisasi basah dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus uap air dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 110oC dan 121oC. Bahan-bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini antara lain medium biakan yang umum, air suling, peralatan laboratorium, biakan yang akan dibuang, medium tercemar, dan bahan-bahan dari karet Ada 4 hal utama yang harus diingat bila melakukan sterilisasi basah: Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul-betul dari ruang sterilisator. Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkenai uap, karena itu tabung dan labu kosong harus diletakkan dalam posisi tidur agar udara tidak terperangkap di dasarnya. Bahan-bahan yang berpori atau berbentuk cair harus permeabel terhadap uap. Suhu sebagaimana yang terukur oleh termometer harus mencapai 121oC (Anonim, 2011).

B. Sterilisasi kering Sterilisasi panas kering dapat diterapkan pada apa saja yang tidak merusak, menyala, hangus, dan menguap pada suhu setinggi itu. Bahan-bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini antara lain pecah belah seperti pipet, tabung reaksi, cawan petri dari kaca, botol sampel, juga peralatan seperti jarum suntik, dan bahan-bahan yang tidak tembus uap seperti gliserin, minyak, vaselin, dan bahan-bahan berupa bubuk. Bahan-bahan yang disterilkan harus dilindungi dengan cara membungkus, menyumbat atau menaruhnya dalam suatu wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven (Sandjaja, 2002). Proses sterilisasi lain yang juga dilakukan pada suhu kamar ialah penyaringan. Dengan cara ini larutan atau suspensi dibebaskan dari semua organisme hidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang sedemikian kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan di atasnya, sedangkan filtratnya ditampung di dalam wadah yang steril. Beberapa contoh bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini ialah serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin bakteri, medium sintetik tertentu, dan antibiotik (Sandjaja, 2002). C. Radiasi Radiasi pengion adalah energi tinggi yang terpancar dari radiasi isotop radioaktif seperti kobalt-60 (sinar gamma) atau yang dihasilkan oleh percepatan mekanis elektron sampai kecepatan den energi tinggi (sinar katode, sinar beta). Sinar gamma mempunyai keuntungan mutlak karena tidak menyebabkan kerusakan mekanik, namun demikian, kekurangan sinar ini adalah di hentikan dari, mekanik elektron akselerasi (yang dipercepat) keuntungan elektron yang dipercepat adalah kemampuannya memberikan output laju dosis yang lebih seragam. Aksi letal radiasi pengionan menghacurkan mikroorganisme dengan menghentikan reproduksi sebagai hasil mutasi letal. Mutasi ini disebabkan karena transformasi radiasi menjadi molekul penerima pada sinar x, menurut teori langsung. Mutasi ini dapat disebabkan oleh tindakan tidak langsung, dimana molekul-molekul air diubah menjadi kesatuan yang berenergi tinggi seperti hidrogen dan ion hidroksil. Semua ini pada akhirnya, menyebabkan perubahan energi pada asam nukleat dan molekul lain sehingga hilangnya keberadaannya bagi metabolisme molekul sel bakteri (Sandjaja, 2002).

D. Sterilisasi dengan penyaringan Penyaringan atau filtration dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas melalui suatu bahan penyaring yang memiliki pori yang cukup kecil untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan yang dipakai ini tidak dapat menahan virus. Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan substansi yang peka terhadap panas seperti serum, solusi, enzim, toksik kuman, ekstrak sel dan sebagainya (Sandjaja, 2002). Sterilisasi secara mekanik pada umumnya dikerjakan untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas. Misalnya serum 3-9 darah, antibiotika gula sederhana (Sandjaja, 2002).

III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat Praktikum pengenalan alat dan sterilisasi ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 16 Maret 2012 pukul 14.30 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Dasar Perikanan Bersama Ps. BDA THI, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

B. Alat dan Bahan No Nama Alat Fungsi Untuk menggambil 1. Gelas Ukur cairan dengan ketelitian 1ml Cara Kerja Masukkan larutan dan goyangkan hingga tercampur. Masukkan larutan dan 2. Tabung Reaksi Untuk mereaksikan suatu bagan atau zat goyangkan sampai larutan homogen.

Untuk mengambil 3 Pipet Tetes larutan dalam volume kering Rak Tabung 4 Reaksi Sebagai tempat meletakkan tabung reaksi Sebagai tempat media 5 Cawan Petri untuk menumbuhkan bakteri. 6 Bunsen Untuk pemanasanalat

Pencet bola pipet untuk mengambil dan pencet lagi untuk mengeluarkannya.

Masukkan media ke dalam cawan dan tutup dengan kertas. Letakkan larutan yang akan

atau bahan dan juga untuk melakukan sterilisasi secara kering Untuk mengambil 7 Jarum Ose bakteri yang ditumbuhkan Sebagai tempat 8 Erlenmeyer larutan dan juga digunakan untuk titrasi Untuk meletakan larutan atau bahan Untuk mengambil 10 Pipet volume larutan dengen ketelitian 0,1ml

dipanaskan di atas api bunsen.

Panaskan ose dan goreskan pada media yang akan diambil bakterinya.

Masukkan larutan dan panaskan di atas bunsen.

Ambil larutan dalam skala yang besar dan masukkan ke dalam gelas beker

9

Gelas beker

Tanda A untuk Mengambil larutan 11 Ball pipet dalam jumlah besar secara terukur. mengembalikan kebentuk semula, tanda S untuk menghisap larutan, dan tanda E untuk mengeluarkan larutan 12 Magnetik Stirer Untuk mengaduk larutan

Untuk melihat benda13 Mikroskop benda yang berukuran mikroskopik.

Preparat diletakkan di atas kaca preparat dan lihat dengan mengatur skalanya.

Mensterilkan media 14 Autoklaf biakan, bahanbahab/alat prktikum

Alat yang disterilisasi dimasukkan selama 15 menit dengan suhu 1210C.

Sebagai media 15 Inkubator bertumbuhnya bakteri biakan murni.

Masukkan cawan petri berisi bakteri dan atur suhunya.

16

Batang Pengaduk

Pengocok larutan

17

Kaki Tiga

Penyangga Pembakar Spritus

18

Klem Universal

Untuk menjepit erlenmeyer, dll

Memperbesar 19 Lup penglihatan pada saat pengamatan

20

Neraca

Untuk menimbang

C. Cara Kerja a. Pengenalan Alat Cara kerja praktikum pengenalan alat yaitu sebelum memulai praktikum, praktikan diperkenalkan dahulu dengan alat-alat yang ada di laboratorium oleh asisten serta diberi penjelaskan mengenai fungsi masing-masing alat-alat laboratorium itu dan cara penggunaannya. Setelah para praktikan mengenal serta telah mengetahui fungsi-fungsi alat tersebut, praktikan mencatat hasil yang dituliskan pada laporan sementara.

b. Sterilisasi Cara kerjanya dalam percobaan sterilisasi ini adalah sebagai berikut:

1. 2. 3.

Pertama sterilkan tangan dan meja dengan menggunakan aquadest. Kemudian ambil alat yang akan disterilkan. Semprot alat tersebut dengan menggunakan campuran aquades dan alkohol yang telah disediakan.

4. 5.

Keringkan dengan menggunakan tissue. Bungkus alat yang telah disterilkan dengan menggunkan kertas.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil A. Pengenalan Alat Hasil yang diperoleh dari kegiatan praktikum pengenalan alat adalah sebagai berikut: Tabel 1. Jenis-Jenis Peralatan di Laboratorium No Nama Alat Fungsi Gambar

1.

Gelas Ukur

Untuk menggambil cairan dengan ketelitian 1ml

2.

Tabung Reaksi

Untuk mereaksikan suatu bagan atau zat

3

Pipet Tetes

Untuk mengambil larutan dalam volume kering

4

Rak Tabung Reaksi

Sebagai tempat meletakkan tabung reaksi

5

Cawan Petri

Sebagai tempat media untuk menumbuhkan bakteri.

6

Bunsen

Untuk pemanasanalat atau bahan dan juga untuk melakukan sterilisasi secara kering

7

Jarum Ose

Untuk mengambil bakteri yang ditumbuhkan

8

Erlenmeyer

Sebagai tempat larutan dan juga digunakan untuk titrasi

9

Beker Gelas

Untuk meletakan larutan atau bahan

10

Pipet volume

Untuk mengambil larutan dengen ketelitian 0,1ml

11

Ball pipet

Tanda A untuk mengembalikan kebentuk semula, tanda S untuk menghisap larutan, dan tanda E untuk mengeluarkan larutan.

12

Magnetik Stirer

Untuk mengaduk larutan

13

Mikroskop

Untuk melihat bendabenda yang berukuran mikroskopik.

14

Autoklaf

Mensterilkan media biakan, bahanbahab/alat prktikum

15

Inkubator

Sebagai media bertumbuhnya bakteri biakan murni.

16

Batang Pengaduk

Pengocok larutan

17

Kaki Tiga

Penyangga Pembakar Spritus

18

Klem Universal

Untuk menjepit erlenmeyer, dll

19

Lup

Memperbesar penglihatan pada saat pengamatan

20

Neraca

Untuk menimbang

b. Sterilisasi Ada dua jenis sterilisasi yang dapat dilakukan berdasarkan pelaksanaannya yaitu sebagai berikut: 1. Fisik Pensterilan dengan cara fisik adalah sterilisasi dengan menggunkan oven, autoklaf, dan menggunakan radiasi. Serta dengan perebusan dengan air mendidih. Pada oven suhu 180oC, dan jarum ose dipanaskan hingga berwarna biru dengan suhu 100oC selama 10-15 menit. a. Bakterisidal : kemampuan ntuk menumbuhkan dan mematikan jasad renik sehingga diperoleh vondasi yang steril. b. Bakteriostatif : kemampuan untuk menghambat pertumbuhan dan

perkembangan suatu mikroba tanpa membunuhnya.

2. Kimiawi Bahan yang digunakan untuk sterilisasi secara kimiawi alkohol. Namun pada praktikum ini sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi dengan menggunakan alkohol. Aplikasinya sendiri lebih mengarah pada pemberishan lingkungan atau tempat untuk kegiatan praktikum.

B. Pembahasan A. Pengenalan Alat Pada praktikum pengenalan alat dan sterilisasi ini bertujuan untuk mensterilisasikan alat-alat yang ada di laboratorium. Pertama praktikan dikenalkan dengan alat-alat laboratorium serta dijelaskan fungsi-fungsi masing-masing alat tersebut. Ada beberapa hal yang harus diketahui praktikan sebelum melakukan percobaan, diantaranya adalah mengetahui alat-alat yang akan digunakan serta fungsinya. Sebelum memakai alat sebaiknya teliti terlebih dahulu. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum biasanya cawan petri, pipet sirologis atau pipet volume, pipet tetes, jarum ose, bunsen, mikroskop, tabung reaksi dan lain sebagainya. Dimana dari hasil praktikum ini diperoleh bahwa tabung reaksi berfungsi untuk pengenceran, pelarutan, dan dapat juga sebagai media pertumbuhan mikroba. Erlenmeyer berfungsi sebagai tempat bahan yang akan dilarutkan. Cawan petri berfungsi sebagai media tumbuh mikroba. Sedangkan pipet serologis berfungsi untuk mengambil larutan atau media dalam jumlah sedikit dan akurat. Beker gelas berfungsi untuk mengambil larutan atau media yang akan dibiakkan dalam jumlah besar. Ada juga jarum ose yang berfungsi untuk mengambil mikroba. Gelas ukur

berfungsi untuk mengambil sejumlah larutan dengan skala tertentu. Dan untuk bunsen, berfungsi sebagai alat pembakaran. Setelah diberi tahu fungsi-fungsi ini diwajibkan kepada para praktikan agar dapat mengetahui fungsi-fungsi karena itu akan menunjang praktikum-praktikum selanjutnya. Pada pipet serologis, mempunyai pasangan yang bernama tention ball. Tention ball ini diletakkan di atas pipet serologis. Pada tention ball terdapat 3 simbol yaitu simbol S, simbol A, dan simbol E. Simbol S digunakan untuk mengambil larutan ataupun menyerap larutan sesuai dengan ukuran. Simbol A memasukkan larutan kedalam pipet. Sedangkan simbol E untuk memindahkan larutan tersebut.

b. Sterilisasi Tahap awal percobaan ini yaitu alat-alat harus dalam keadaan bersih atau dengan kata lain steril. Hal ini dimaksudkan agar percobaan yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar serta sesuai dengan ketentuan. Sebelum melakukan suatu analisis mikrobiologi hal yang paling penting dilakukan adalah sterilisasi alat. Hal ini menjaga kondisi aseptik. Sterilisasi dapat dilakukan dengan meggunakan Autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit atau menggunakan oven dengan suhu 180oC selama kurang lebih 15 menit. Untuk proses sterilisasi, alat-alat disemprot terlebih dahulu dengan larutan alkohol. Setelah itu keringkan dengan tisu. Alat yang telah disteril kemudian dibungkus dengan menggunakan kertas yang telah disediakan. Pembungkusan yang dilakukan benar-benar rapat. Setiap alat cara pembungkusannya berbeda-beda, karena untuk mendapatkan kerapatan pembungkusan. Untuk menambah kerapatan pembungkusan dilakukan pengikatan dengan menggunakan karet. Kerapatan pembungkusan menentukan hasil sterilisasi. Sterilisasi merupakan suatu usaha untuk membebasakan bahan-bahan, alat-alat dari semua bentuk kehidupan mikroba seperti fungi, bakteri, virus dan mikroba. Virus adalah macam bentuk kehidupan mikroba. Sterilisasi berguna untuk

mematikan semua mikroba yang terdapat pada suatu benda. Beberapa alasan untuk mengendalikan mikroba adalah mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, mencegah pembusukkan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme, proses pembunuhan mikroorganisme pada sterilisasi dipengaruhi oleh mikroorganisme.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Setelah melakukan praktikum pengenalan alat, maka kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan praktikum kita harus mengenal terlebih dahulu fungsi dan cara kerja dari masingmasing alat yang akan kita amati. 2. Alatalat yang digunakan dalam laboratorium biasanya berbentuk gelas yang mudah pecah. 3. Kecelakaan kerja terhadap peralatan laboratorium sering terjadi karena sering kali dalam melakukan percobaan para praktikan tidak hatihati. 4. Alat yang sering dipakai dalam laboratorium mikrobiologi diantaranya adalah autoklave, oven, mikroskop, alat gelas, seperti cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, beaker glass, pipet tetes, jarum ose dan bunsen. 5. Sterilisasi dilakukan agar bahan-bahan dan alat-alat yang akan digunakan menjadi steril.

B. Saran

Dalam pelaksanaan praktikum pengenalan alat ini sebaiknya praktikan harus lebih mendengarkan asisten saat menerangkan fungsi-fungsi alat dengan lebih serius agar dapat mengetahui serta memahami fungsi-fungsi dari alat tersebut. Dan pada praktikum sterilisasi dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan maka semua alat yang digunakan harus disemprot dengan alkohol agar alat steril.

DAFTAR PUSTAKA

Ferdiaz, I. 2002. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. Alumni: Bandung. Ginting, Tjurmin. 2006.Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Laboratorium Dasar Bersama Universitas Sriwijaya: Indralaya. Herdiana, N. 2004. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik. Universitas Sriwijaya. Indralaya. Prawitohartono, S. 2003. Biologi SMU 3. Bumi Aksara; Jakarta. Sandjaja. 2002. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Erlangga: Jakarta. Setyawai, E. 2000. PR Biologi 2 SMU. PT Intan Pariwara: Klaten. Anonim, 2011. Mikrobiologi (http://mikroorganisme.blog.com/ diakses tanggal 16 April 2012). Anonim, 2011. Penyiapan dan Penggunaan Alat Laboratorium (http://firebiology07.wordpress.com/2009/04/19/teknikpengenalanpenyiapan-dan-penggunaan-alat-laboratorium-mikrobiologi/ diakses tanggal 16 April 2012).