Upload
lamdang
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian dilaksanakan Di SD Negeri Penerusan pada bulan februari, yang
kami mulai dengan melakukan Observasi agar lebih mendalami keadaan sekolah
secara menyeluruh. SD Negeri Penerusan merupakan Sekolah paralel dengan jumlah
kelas ada 12 dan 26 guru serta 1 kepala sekolah. Sekolah yang nyaman menjadi ciri
khas dari SD Negeri Panerusan dikarenakan tata ruang yang baik serta tanaman hijau
yang ada sangat membuat kenyamanan anak didik menjadi lebih baik.
4.1.1. Pembelajaran Siklus 1
Dalam proses pembelajarannya, pengajar dibantu oleh teman sejawatnya
sebagai pengamat (observer) untuk membantu melakukan pengamatan selama proses
pembelajaran berlangsung. Pada siklus I ini dilakukan melalui tiga kali pertemuan
dengan rincian sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan pembelajaran ditenkankan pada permasalahan yang
ditemukan pada kondisi awal. Dalam hal ini peneliti menyusun strategi,
memilih metode dan media yang sesuai dengan pembelajaran dan yang
siswa kenal lebih dekat agar mereka lebih mengenal jadi mudah dalam
menerapkannyadengan tujuan siswa menjadi lebih aktif mengikuti
pembelajaran. Pembelajaran siklus 1 dilaksanakan sebanyak 3 pertemuan
dengan alokasi waktu masing-masing pertemuan 2 x 35 menit namun
untuk pertemuan yang ke - 3 digunakan untuk mengerjakan soal evaluasi.
Adapun instrumen yang telah disiapkan dalam pembelajaran siklus
1 adalah : (1) Menyusun perangkat pembelajaran, (2) Memilih metode
pembelajaran bermain peran dengan alat peraga Magic Pocket (3)
Menyusun lembar observasi sebagai panduan bagi observer terdiri dari
lembar observasi kegiatan siswa dan lembar observasi kegiatan guru (4)
36
Menyusun lembar kerja siswa (5) Menyusun alat penilaian hasil belajar
siswa.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaaan tindakan siklus 1 sebanyak 3 pertemuan. Pertemuan
1 pada hari Senin, 15 April 2013, pertemuan 2 pada hari Rabu, 17 April
2013 dan pertemuan 3 pada hari Sabtu 20 April 2013. Pada pertemuan ke
3 ini dilaksanakan tes formatif. Pelaksanaan tindakan pada siklus 1, guru
mengawali pembelajaran dengan menyiapkan kondisi kelas,
melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang meliputi kegiatan
awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah disusun. pada kegiatan awal guru melakukan
apersepsi, memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Pada Kegiatan ini guru bersama siswa melakukan langkah - langkah
sesuai yang ada pada Rencana pelaksanaan Pembelajaran dalam hal ini
dilakukan dengan memulai dengan motivasi di dalam kelas sehingga ada
semangat yang terbangun di awal pembelajaran. Memilih peran serta
menyusun tahap - tahap di dalam proses bermain peran dilakukan secara
bertahap, setelah itu menyiapkan pengamat yang di nilai guru sangat
cocok untuk kegiatan ini. Guru mengawasi serta mendampingi siswa
dalam proses bermain peran, Bermain peran tambah menarik dikarenakan
menggunakan alat peraga Magic Pocket atau semacam kantung nilai
namun di SD Negeri Panerusan dikenal dengan Magic Pocket. Adanya
pemeranan ulang setelah diskusi dan evaluasi bersama guru membuat
siswa semakin semangat karena peran yang mereka terima dianggapnya
sebagai salah satu permainan biasa.
Guru di akhir pertemuan membagi pengalaman yang mereka dapat
dan mengambil kesimpulan serta menyertakan tindak lanjut setelah
pembelajaran berlangsung. Sebelum pembelajaran berakhir guru
37
meberikan motivasi lebih agar mereka rajin belajar dan membuka
kembali pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
3. Observasi
Observasi yang dilakukan terhadap aktivitas siswa yang diamati
oleh observer Gigih Febriyanto,S.Pd guru kelas V SD Negeri 4 Panerusan
meliputi 5 aspek antara lain : (1) Perhatian siswa terhadap materi
pelajaran, (2) Keaktifan siswa dalam memanfaatkan alat peraga (3)
Keterampilan siswa dalam tanya jawab dengan guru (4) Keberanian
siswa dalam berpendapat. Hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa
berdasarkan aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut :
1) Perhatian siswa mulai meningkat karena pembelajaran
Menyenangkan.
2) Kemampuan siswa dalam berkonsentrasi sudah baik.
3) Siswa aktif dalam pembelajaran.
4) Siswa berani bertanya dengan guru karena guru mebuka seluas -
luanya dalam menerima pertanyaan.
5) Siswa beluum terbiasa dengan bermain peran sehingga mereka
masih malu - malu.
Aktivitas guru menjadi hal yang sangat diperhatikan sehingga
peneliti mengamati lewat bantuan observer. Adapun aspek-aspek
kegiatan guru yang diamati antara lain : (1) Penguasaan guru terhadap
materi, (2) Memotivasi siswa dalam pembelajaran, (3) Penerapan metode
pembelajaran, (4) Pemanfaatan media pembelajaran, (5) Pelaksanaan
evaluasi.
4. Refleksi
Peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil pembelajaran siklus 1
dan mendiskusikan aspek-aspek yang perlu ditingkatkan pada
pembelajaran Siklus 2. Membandingkan hasil belajar prasiklus dan siklus
38
1 serta kelebihan dan kekurangan yang ditemukan dalam pembelajaran
siklus 1. Masalah utama masih dalam pengelolaan kelas dan
meningkatkan motivasi siswa agar lebih aktif.
4.1.2. Pembelajaran Siklus 2
Pembelajaran siklus 2 dilakukan dengan melihat berbagai kekurangan yang
ada pada pembelajaran yang dilakukan di siklus 1. Guru berusaha lebih keras dan
semaksimal mungkin agar bisa membuat pembelajaran menarik dan siswa aktif.
1. Perencanaan
Perencanaan pembelajaran ditenkankan pada permasalahan yang
ditemukan pada kondisi awal. Dalam hal ini peneliti menyusun strategi,
memilih metode dan media yang sesuai dengan pembelajaran dan yang
siswa kenal lebih dekat agar mereka lebih mengenal jadi mudah dalam
menerapkannyadengan tujuan siswa menjadi lebih aktif mengikuti
pembelajaran. Pembelajaran siklus 1 dilaksanakan sebanyak 3 pertemuan
dengan alokasi waktu masing-masing pertemuan 2 x 35 menit namun
untuk pertemuan yang ke - 3 digunakan untuk mengerjakan soal evaluasi.
Adapun instrumen yang telah disiapkan dalam pembelajaran siklus
1 adalah : (1) Menyusun perangkat pembelajaran, (2) Memilih metode
pembelajaran bermain peran dengan alat peraga Magic Pocket (3)
Menyusun lembar observasi sebagai panduan bagi observer terdiri dari
lembar observasi kegiatan siswa dan lembar observasi kegiatan guru (4)
Menyusun lembar kerja siswa (5) Menyusun alat penilaian hasil belajar
siswa.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanakan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan sebanyak 3
pertemuan. pertemuan 1 pada hari senin, 22 April 2013, pertemuan 2
pada hari Rabu, 24 April 2013 dan Pertemuan ke 3 pada hari Sabtu, 27
April 2013. Pelaksanaan tindakan pada siklus 2, guru mengawali
39
pembelajaran dengan menyiapkan kondisi kelas, mengatur pola tempat
duduk siswa dalam bentuk diskusi kelompok, melaksanakan langkah-
langkah pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan akhir sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah disusun. pada kegiatan awal guru melakukan apersepsi berupa soal-
soal dari materi pertemuan siklus 1, memotivasi siswa agar lebih berani
dan tidak perlu malu-malu untuk bertanya atau menggunakan alat peraga
dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Proses metode pembelajaran metode Bermain Peran dengan alat
peraga Magic Pocket yang dilaksanakan oleh guru ternyata telah mampu
mengefektifkan kegiatan belajar siswa. Kerjasama antar siswa harus
ditingkatkan oleh guru agar kelas aktif dan tidak membosanka.
Pada kegiatan akhir pertemuan ke 3, guru bersama siswa
menyimpulkan hasil pembelajaran dan melaksanakan penilaian tertulis
kepada siswa dengan membagikan soal. Dari analisis hasil tes formatif
pada pertemuan 2 ini guru selanjutnya memberikan tindak lanjut kepada
siswa dengan meminta siswa untuk tetap belajar materi pelajaran
berikutnya.
3. Observasi
Observasi yang dilakukan terhadap aktivitas siswa yang diamati
oleh observer Gigih Febriyanto,S.Pd guru kelas V SD Negeri 4 Panerusan
meliputi 5 aspek antara lain : (1) Perhatian siswa terhadap materi
pelajaran, (2) Keaktifan siswa dalam memanfaatkan alat peraga (3)
Keterampilan siswa dalam tanya jawab dengan guru (4) Keberanian
siswa dalam berpendapat.
4. Refleksi
Setelah proses pembelajaran selesai peneliti dan pengamat
melakukan refleksi. Peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil
40
pembelajaran siklus 2 dengan membandingkan hasil belajar siklus 1 dan
siklus 2 serta kelebihan dan kekurangan yang ditemukan dalam
pembelajaran siklus 2.
4.2. Hasil Analisis Data
Analisis data ini terdapat 2 data yang dianalisis yaitu hasil belajar siswa dan
hasil observasi mengajar guru. Dalam analisis data akan di tunjukkan data dan
analisanya sesuai dengan jenis datanya.
4.2.1 Hasil Belajar Siswa
a. Kondisi Awal
Seperti yang terjadi pada siswa kelas II SD Negeri Panerusan tahun pelajaran
2012 / 2013, diperoleh data dari 25 siswa yang mengikuti evaluasi pembelajaran
terdapat 11 siswa (44%) mampu mencapai KKM (68) dan 14 siswa (56%) masih
berada dibawah KKM. Hasil pembelajaran sebelum tindakan disajikan dalam tabel
9 di bawah ini :
Tabel 9
Hasil tes Matematika Pra Tindakan
Siswa Kelas 2 SD Negeri Panerusan
Ketuntasan Frekuensi Persentase ( % )
Tuntas 11 44 %
Tidak tuntas 14 56 %
Jumlah 25 100 %
Maximum 85
Minimum 45
Rata -rata 63,6
Tabel 9 menunjukan bahwa ada 44 % siswa yang mencapai KKM 68, namun
ada 56 % siswa yang belum mencapai nilai KKM yang ditetapkan sekolah. Tabel
41
diatas menunjukkan hasil belajar siswa sebelum tindakan. Untuk lebih jelasnya akan
ditunjukkan dengan tabel ketuntasan belajar seperti tabel 10.
Tabel 10
Ketuntasan belajar siswa
No. Skor Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Persentase (%)
1. (Tuntas) 11 44%
2. 68 (Belum Tuntas) 14 56%
Jumlah 25 100%
Tabel 10. Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal sebelum diadakan
tindakan dapat diketahui siswa yang mempunyai nilai kurang dari KKM yaitu 68
sebanyak 14 siswa atau 56% dan siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 11
siswa atau 44%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 10 dapat dilihat pada diagram
2 berikut:
Diagram 2
Ketuntasan Belajar Pada Kondisi Awal
Tuntas44%
Belum Tuntas56%
Tuntas Belum Tuntas
42
b. Siklus 1
Setelah di lakukan pembelajaran atau tindakan pada siklus 1 dengan metode
pembelajaran bermain peran dengan alat peraga Magic Pocket tentunya diketahui
seberapa besar kemampuan siswa yang di tunjukkan dengan hasi tes formatif siswa.
Adapun hasilnya sebagai berikut :
Tabel 11
Distribusi Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas 2 SD Negeri Panerusan Siklus 1
No Rentang Nilai Turus Frekuensi persentase (%)
1 38-47 - 0 -
2 48-57 I 1 4
3 58-67 IIIII 5 20
4 68-77 IIIII III 8 32
5 78-87 IIIII II 7 28
6 88-97 IIII 4 16
7 >97 - 0 -
Jumlah
25 100
Tabel 11. Menunjukkan bahwa frekuensi rentang yang dibawah 68 berjumlah 6
siswa, sedangkan pada rentang nilai di atas atau sama dengan 68 berjumlah 19 siswa.
Dari data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar dengan menggunakan metode
bermain peran dengan alat peraga magic pada pembelajaran matematika mengalami
peningkatan dari 14 siswa yang pada kondisi awal (pra siklus) telah tuntas mencapai
KKM menjadi 19 siswa.
Jika data hasil belajar siklus 1 disajikan dalam bentuk persentase diagram
batang adalah sebagai berikut :
43
Diagram 3
Diagram Hasil Belajar Matematika pada Siklus I
Diagram 3 menunjukkan hasil evaluasi pada rentang nilai kurang dari sama
dengan 67 mempunyai persentase 24 %, dan rentang nilai ≥ 68 mempunyai
persentase 76 %. Pada hasil evaluasi pembelajaran siklus I dengan memberikan
tindakan pada pembelajaran dengan metode bermain peran dengan alat peraga Magic
Pocket, siswa yang mendapat nilai di atas KKM ≥ 68 pada siklus pertama ini
meningkat dari pada kondisi awal. Persentase ketuntasan belajar akan ditunjukkan
dalam tabel dibawah ini.
0
1
5
8
7
4
00
1
2
3
4
5
6
7
8
9
38-47 48-57 58-67 68-77 78-87 88-97 >97
J
u
m
l
a
h
s
i
s
w
a
44
Tabel 12
Ketuntasan Belajar Pada Siklus I
No. Ketuntasan
Belajar
Jumlah Siswa
Jumlah Persen (%)
1. Tuntas 19 76%
2. Belum tuntas 6 24%
Jumlah 25 100%
Berdasarkan 12 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 68, diketahui
sebanyak 6 siswa dengan prosentase 24% di bawah KKM 68, sedangkan 19 siswa
dengan proosentase 76% sudah mencapai ketuntasan ═ 68. Data nilai ketuntasan
belajar pada siklus I dapat dilihat pada gambar 4 berikut:
Gambar 4
Prosentase Nilai Pada Siklus I
Tuntas76%
Belum Tuntas24 %
Tuntas Belum Tuntas
45
Berdasarkan gambar 4 di atas, diketahui bahwa setelah dilaksanakan
pembelajaran Matematika menggunakan metode bermain peran dengan alat peraga
magic pocket dari 25 siswa kelas 2 terdapat siswa (68%) yang tuntas belajar dan 19
siswa (76 %) belum tuntas belajar. Adapun KKM matematika di SD Negeri
Panerusan adalah 68.
c. Siklus 2
Data hasil belajar matematika siswa kelas 2 SD Negeri Panerusan pada
siklus II dengan menggunakan metode bermain peran dengan alat peraga Magic
Pocket pada pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:
Tabel 13
Fistribusi Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas 2 SD Negeri Panerusan Siklus 2
No Rentang Nilai Turus Frekuensi presentase (%)
1 38-47 - - -
2 48-57 - - -
3 58-67 - - -
4 68-77 IIIII 5 20
5 78-87 IIIII IIIII 10 40
6 88-97 IIIII I 6 24
7 <97 IIII 4 16
Jumlah
25 100
Tabel 13. Menunjukkan bahwa frekuensi rentang yang dibawah 68 tidak ada
sedangkan semua siswa yang berjumlah 25 siswa pada rentang nilai di atas atau sama
dengan 68. Dari data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar dengan menggunakan
metode bermain peran dengan alat peraga magic pada pembelajaran matematika
mengalami peningkatan dari 14 kondisi awal (pra siklus) telah tuntas mencapai KKM
menjadi 25 siswa.
46
Jika data hasil belajar siklus 2 disajikan dalam bentuk prosentase diagram
batang adalah sebagai berikut :
Gambar 5
Diagram Hasil Belajar Matematika pada Siklus 2
Gambar 5 menunjukkan bahwa hasil belajar pada pembelajaran siklus II ini
dengan memberikan tindakan pada pembelajaran dengan metode bermain peran
dengan alat peraga Magic Pocket dan melengkapi kekurangan yang ada pada siklus I,
siswa yang mendapat nilai di atas KKM 68 meningkat dan ketuntasan yang dicapai
mencapai 100%. Penelitian ini berhasil karena pembelajaaran dengan bermain peran
dengan alat peraga Magic Pocket sudah mencapai indikator kinerja ≥ 85%. Adapun
tingkat ketuntasan akan ditunjukkan dengan tabel dibawah ini.
0 0 0
5
10
6
4
0
2
4
6
8
10
12
38-47 48-57 58-67 68-77 78-87 88-97 >97
J
u
m
l
a
h
s
i
s
w
a
47
Tabel 14
Ketuntasan Belajar Pada Siklus I
No. Ketuntasan
Belajar
Jumlah Siswa
Jumlah Persen (%)
1. Tuntas 25 100%
2. Belum tuntas 0 0%
Jumlah 25 100%
Tabel 14. Ketuntasan belajar siswa pada siklus 2 semua siswa telah tuntas
atau mencapai KKM yaitu 68. Ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat dilihat
pada Gambar 6 berikut:
Gambar 6
Persentase Ketuntasan Belajar Siklus 2
Gambar 6 menunjukkan bahwa siswa kelas 2 SD Negeri Panerusan Kec.
Wadaslintang Kab. Wonosobo tuntas 100% sesuai dengan KKM yaitu 68.
Tuntas100%
Tuntas
48
4.2.2 Hasil Observasi Pembelajaran
a. Siklus 1
Hasil obsservasi yang dilakukan oleh observer yaitu teman sejawat guru
sebagai berikut :
Tabel 15
Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus I
No Kegiatan Hasil (%) Keterangan Kriteria
1 Awal 70% Cukup 85 – 100 = Sangat Baik
75 – 84 = Baik
65 – 74 = Cukup
55 – 64 = Kurang
54 – 0 =Sangat kurang
2 Inti 83% Baik
3 Akhir 79% Baik
Rata-rata 88% Sangat Baik
Berdasarkan tabel 15 di atas dapat dijelaskan bahwa setelah dilaksanakan
pembelajaran metode Bermain Peran dengan alat peraga Magic Pocket rata-rata
keseluruhan kegiatan telah mencapai indikator keberhasilan yaitu 77%. Sesuai
kriteria yang telah ditentukan, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
metode Bermain Peran dengan alat peraga Magic Pocket sudah baik. Namun ada
beberapa hal yang menjadi perhatian yaitu tentang motivasi karena kurang semangat
juga akan berimbas di pembelajaran.
b. Siklus 2
Siklus 2 dilakukan kembali observasi sesuai kriteria yang ditentukan, Observasi
siklus 2 ini sebagai acuan tingkat keberhasilan suatu pembelajaran yang dinilai dari
proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa. Observasi
menunjukkan adanya peningkatan pembelajaran seperti tabel dibawah ini :
49
Tabel 16
Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus I
No Kegiatan Hasil
(%)
Keterangan Kriteria
1 Awal 88% Sangat Baik 85 – 100 = Sangat Baik
75 – 84 = Baik
65 – 74 = Cukup
55 – 64 = Kurang
54 – 0 = Sangat kurang
2 Inti 95% Sangat Baik
3 Akhir 81% Baik
Rata-rata 88% Sangat Baik
Berdasarkan tabel 16 di atas dapat dijelaskan bahwa kegiatan pembelajaran
metode Bermain Peran dengan alat peraga Magic Pocket pada siklus 2 rata-rata
keseluruhan kegiatan telah mencapai indikator keberhasilan yaitu 88%. Sesuai
kriteria yang telah ditentukan, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
sudah sangat baik, sehingga pembelajaran metode Bermain Peran dengan alat peraga
Magic Pocket ini mampu meningkatkan aktivitas kegiatan guru dan siswa dalam
pembelajaran.
4.2.3 Rekapitulasi kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2.
Tabel 17
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika SD N Panerusan
Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
No Ketuntasan Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
1. Tuntas 11 44 % 19 76% 25 100%
2. Tidak tuntas 14 56 % 6 24% 0 0%
Jumlah 41 100 % 41 100 % 36 100 %
Maximum 85 90 100
Minimum 45 65 75
Rata -rata 63,6 73,2 83,6
50
Tabel 17, dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa dari pra
siklus sampai dengan siklus 2 mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa yang
tuntas belajar adalah 11 siswa (44%), pada siklus I menjadi 19 siswa (76%) dan pada
siklus 2 menjadi 25 siswa (100%). Sedangkan siswa yang belum tuntas jumlahnya
menurun. Pada saat prasiklus terdapat 14 siswa (56%) belum tuntas, pada siklus I
masih 6 siswa (32%) yang belum tuntas dan pada siklus 2 semua siswa tuntas
(100%). Nilai rata-rata siswa dari pra siklus ke siklus II juga mengalami peningkatan
dari prasiklus 63,6 menjadi 73,2 pada siklus I dan pada siklus II menjadi 83,6.
4.3. Pembahasan
Pelaksanaan pembelajaran yang konvensional memang sangat jauh
perbedaannya jika dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan metode bermain
peran dengan alat peraga Magic Pocket. Hal ini bisa ditunjukkan dengan hasil belajar
yang dicapai siswa ketika menggunakan metode ini. Guru memang harus membuat
inovasi yang tiada henti dalam melaksanakan pembelajaran yang menarik dan terbaik.
Metode bermain peran dengan alat peraga Magic Pocket dalam PBM
Matematika di kelas 2 SD Negeri Panerusan sangat positif bagi hasil belajar siswa
dengan ditunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar yang signifikan. Dari
kondisi awal sampai siklus 2 peningkatannya sangat baik sehingga metode ini dapat
dikatakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Suasana kelas yang menarik dan nyaman akan membuat siswa betah dan
mencintai belajar, dalam pembelajaran metode bermain peran memang membuat
suasana atau kondisi menjadi kelas yang seperti dunia mereka yaitu bermain.
Ditambah lagi dengan penggunaan alat peraga Magic Pocket yang bagi merekasudah
tidak asing lagi maka pembelajaran semakin memiliki daya tarik tersendiri bagi
siswa.
Penjelasan dari hasil analisis data observasi dapat dikemukakan bahwa
keterlaksanaan metode bermain peran dengan alat peraga Magic Pocket meningkat
dari tindakan siklus I sampai tindakan siklus II, Aktivitas siswa yang semakin berani
51
untuk mengeksplor diri mereka membuat kelas semakin hidup dan sesuai yang
diharapkan. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika
menggunakan metode pembelajaran bermain peran dengan alat peraga Magic Pocket
dapat membuat siswa semakin aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran,
sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif dan efektif. Kondisi yang
kondusif dapat meningkatkan prestasi atau hasil belajar siswa.
4.3.1 Hasil Belajar Siswa dengan Metode Pembelajaran Bermain Peran dengan
Aat Peraga Magic Pocket
Data hasil belajar matematika siswa kelas 2 terdapat dua data nilai, yaitu data
nilai hasil belajar siswa siklus 1 dan data nilai hasil belajar siswa siklus II. Hasil
belajar siswa dari kondisi awal sampai diterapkan tindakan pada siklus I sampai
siklus 2 mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa didapat dari tes yang dilakukan
pada akhir pembelajaran untuk dapat mengetahui seberapa besar siswa dapat
menguasai materi pelajaran. Hasil belajar siswa dari data hasil tes siklus I dan siklus
II mengalami peningkatan yang sangat memuaskan.
Peningkatan hasil belajar ini tidak lain karena pembelajaran menggunakan
metode pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan. Kelas yang semangat atau
menyenangkan menjadi titik kemajuan pada pola piker anak bahwa matematika tidak
susah karena diajarkan dengan menggunakan cara bermain sesuai dunia mereka.
Berdasarkan analisa data dan pembahasan maka dapat dikemukakan bahwa
metode pembelajaran bermain peran dengan alat peraga Magic Pocket dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 2 SD negeri Panerusan hal ini
sangat positif dan tentunya mutu pendidikan di Indonesia bisa meningkat jika semua
guru inovatif dan kreatif.