42
Dheya Desita 240210130053 V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Praktikum yang dilaksanan pada tanggal 24 April 2014 dikenalkan mengenai pengawetan dengan suhu rendah yakni pendinginan dan pembekuan. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pendinginan adalah sayuran, buah-buahan, daging, telur, tahu dan tempe. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum pembekuan adalah bunga kol, jagung, nenas, daging dan melon. Pengawetan dengan menggunakan suhu rendah dibedakan atas pendinginan (refrigerasi) dan pembekuan, kecepatan pertumbuhan mikroorganisme dan kecepatan reaksi-reaksi kimia dan biokimia pada suhu rendah lebih lambat sehingga kerusakan yang ditimbulkannya akan diperlambat. Penyimpanan suhu rendah dibedakan atas : 1. Penyimpanan Controlled Atmosphere (CA) dan penyimpanan hipobar (bertekanan rendah). Suhu penyimpanannya berkisar antara –2 dan –16°C. Pada penyimpanan CA, selain suhu rendah juga komposisi udara dalam ruangan penyimpanan diatur agar kadar oksigennya rendah dan kadar karbondioksidanya tinggi. Penyimpanan pada hipobar, selain suhu rendah juga dilakukan pemompaan keluar udara sehingga diperoleh keadaan bertekanan rendah. 2. Pembekuan. Penyimpanan makanan beku umumnya dilakukan pada – 18°C, dengan cara ini makanan dapat

Hasil Pengamatan Bpdp-6 (Pendingina Dan Pembekuan)

Embed Size (px)

Citation preview

Dheya Desita240210130053V.HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASANPraktikum yang dilaksanan pada tanggal 24 April 2014 dikenalkan mengenai pengawetan dengan suhu rendah yakni pendinginan dan pembekuan. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pendinginan adalah sayuran, buah-buahan, daging, telur, tahu dan tempe. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum pembekuan adalah bunga kol, jagung, nenas, daging dan melon.Pengawetan dengan menggunakan suhu rendah dibedakan atas pendinginan (refrigerasi) dan pembekuan, kecepatan pertumbuhan mikroorganisme dan kecepatan reaksi-reaksi kimia dan biokimia pada suhu rendah lebih lambat sehingga kerusakan yang ditimbulkannya akan diperlambat.Penyimpanan suhu rendah dibedakan atas :1. Penyimpanan Controlled Atmosphere (CA) dan penyimpanan hipobar (bertekanan rendah). Suhu penyimpanannya berkisar antara 2 dan 16C. Pada penyimpanan CA, selain suhu rendah juga komposisi udara dalam ruangan penyimpanan diatur agar kadar oksigennya rendah dan kadar karbondioksidanya tinggi. Penyimpanan pada hipobar, selain suhu rendah juga dilakukan pemompaan keluar udara sehingga diperoleh keadaan bertekanan rendah.2. Pembekuan. Penyimpanan makanan beku umumnya dilakukan pada 18C, dengan cara ini makanan dapat tahan beberapa bulan hingga setahun.Pembekuan biasanya Karena pada pembekuan sebagian air dalam bahan menjadi es, maka penghambatan pertumbuhan mikroorganisme juga timbul akibat penurunan aktivitas air.

5.1 PendinginanPendinginan atau refrigerasi adalah penyimpanan pada suhu di atas titik beku yaitu di antara -20C dan 160C. Suhu lemari es umumnya berkisar antara 40 70C (Tjahjadi, 2011). Tujuan penyimpanan suhu dingin (cold storage) adalah untuk mencegahh kerusakan tanpa mengakibatkan pematangan abnormal atau perubahan yang tak diinginkan sehingga mempertahankan komoditas dalam kondisi yang dapat diterima oleh konsumen selama mungkin (Tranggono, 1990). Pengaruh pendinginan terhadap makanan yaitu:1. Penuruan suhu akan mengakibatkan penurunan proses kimia, mikrobiologi dan biokimia yang berhubungan dengan kelayuan (snescence), kerusakan (decay), pembusukan dan lain-lain.2. Suhu di bawah 00C air akan membeku dan terpisah dari larutan membentuk es, yang mirip dalam hal air yang diuapkan pada pengeringan atau suatu penurunan aw (Buckle, 1985)Daya tahan simpan makanan yang disimpan dengan pendinginan berkisar antara beberapa hari sampai beberapa minggu tergantung pada jenis makanannya. Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam refrigerasi atau pendinginan adalah:1. Pendinginan pendahuluan.2. Pembersihan, pembuangan bagian-bagian yang tidak dikehendaki, grading dan sortasi serta pengemasan.3. Pemilihan suhu penyimpanan.4. Suhu ruangan penyimpanan harus dipertahankan konstan (Tjahjadi, 2011)

Praktikum kali ini, bahan-bahan yang digunakan adalah sayuran, buah-buahan, daging, telur, tahu dan tempe. Jenis sayuran yang digunakan yakni wortel, sawi, buncis, seledri, kacang merah dan toge. Jenis buah-buahan yang digunakan pada prakrikum ini yaitu tomat, jeruk dan apel.Beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan pendinginan pada sayuran diantaranya menyiapkan kantung plastik dan melubanginya sebanyak 8 lubang. Kantung plastik ini akan digunakan untuk membungkus sayuran dan lubang pada kantung berfungsi untuk pengaturan RH di dalam plastik agar tidak mencapai keadaan jenuh, karena dapat mempercepat terjadinya pembusukan oleh bakteri. Bahan pangan yang akan diawetkan pada suhu rendah atau disimpan dalam lemari es harus dikemas dengan baik, karena;1. Bahan pangan dalam penyimpanan dingin akan kehilangan air karena RH dalam lemari es rendah. Akibatnya, terjadi pengerutan/layu, pengeringan, pengerasan, susut bobot dan lain-lain.2. Beberapa jenis bahan pangan mudah sekali melepaskan bau atau menyerap bau dari dan / ke lingkungannya (Tjahjadi,2011)Langkah selanjutnya adalah sayuran disortasi. Sortasi ini bertujuan untuk memisahkan produk berdasarkan kriteria tertentu seperti ukuran, bentuk, warna, berat jenis, derajat kematangan. Sortasi sayuran selesai, sayuran dicuci agar bersih dan tidak ada kotoran yang menempel kemudian ditiriskan. Sayuran yang telah ditiriskan tersebut ditimbang dan dimasukkan kedalam kantong yang telah disiapkan sebelumnya, diikat dan disimpan dalam lemari es selama 2 minggu. Pengamatan terhadap sayuran ini dilakukan setiap seminggu sekali.Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pendinginan buah diantaranya penyiapan plastik dan melubanginya sebanyak 8 lubang sama halnya seperti yang dilakukan pada pendinginan sayuran. Sama hal nya seperti sayuran buah-buahan disortasi, dicuci, ditiriskan, ditimbang dan dimasukkan ke dalam kantung plastik lalu disimpan dalam lemari es. Buah tomat tidak dilakukan pencucian, hanya dilap menggunakan lap basah. Tomat tidak dicuci karena dikhawatirkan pada saat pencucian air akan masuk ke dalam tomat sehingga dapat menyebabkan peningkatan Aw tomat yang akhirnya akan menjadi tempat tumbuh bagi mikroba pembusukDaging yang akan didinginkan dimasukkan ke dalam styrofoam lalu ditutup dengan clingwrap dan disimpan pada chiller. Daging dikemas dengan cukup udara di sekitarnya agar tidak berubah warna dan menghasilkan bau dan rasa yang menyimpang. Untuk pendinginan telur, dilakukan pembersihan terlebih dahulu dengan cara dilap, bila telur dicuci maka kulitnya harus diolesi dengan minyak goreng agar pori-pori tertutup kembali. Pembersihan ini bertujuan agar telur bersih dan tidak ada kotoran yang menempel. Telur yang sudah bersih kemudian dilakukan penimbangan, lalu telur dimasukkan ke dalam wadah telur dengan posisi bagian yang lebar di atas, yaitu bagian tempat kantung udara berada.Bahan yang selanjutnya adalah tahu, tahu yang akan didinginkan dicuci terlebih dahulu dengan air bersih agar bersih dan tidak ada kotoran yang menempel. Tahu yang sudah dicuci kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik, dan ditambahkan air hingga terendam dan tertutup wadahnya. Penambahan air ini bertujuan agar tahu tidak kering. Tahu yang sudah direndam dan ditutup lalu disimpan pada lemari es. Untuk bahan yang terkahir yaitu tempe, dibungkus dengan kantung plastic secara utuh lalu ditimbang dan disimpan pada lemari es. Semua bahan-bahan yang disimpan dalam lemari es tersebut di amati setiap 1 minggu sekali selama 2 minggu kecuali untuk daging ayam diamati dua hari sekali selama 1 minggu. Hasil pengamatan dari pendinginan sayuran dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pendinginan pada SayuranKelBahanPanganWaktuKesegaranWarnaAromaTeksturBeratgambar

9AKacang merahSebelumSegar +++MerahkecoklatanKhas kacang merahKeras +++96,67 gram

Minggu ke ISegar ++Merah kecoklatanKhas kacang merahKeras +++100 gram

Minggu ke IISegar +Merah kecoklatanKhas kacang merah kurang segarKeras ++100 gram

6AWortelSebelumSegar +++Orange +++Aroma wortel segarKeras +++200 gram

Minggu ke ISegar++Orange ++Aroma wortel ++Keras +++210 gram

Minggu ke IITidak segarOrange pucatHambarKeras ++++210 gram

7ASawiSebelum Segar +++HijauKhas sawiKeras utuh60 gram

Minggu ke ILebih lentur ++Hijau tuaBau sayur dari lemari esKeras ++59 gram

Minggu ke IISegar +Hijau kekuninganSawi tidak segarLayu58 gram

8ABuncisSebelum Segar ++++Hijau mudaSegar buncis +++Keras ++++50 gram

Minggu ke ISegar ++Hijau kotor binti-bintik hitamBau sayuran dari lemari esKeras ++50 g

Minggu ke IIBusukHijau kotor, hitam busukBau busukLembek +++50 g

SeledriSebelumSegar ++++Hijau tuaSegar khas seledri ++++Keras +++70 gram

Minggu ke ISegar +++Hijau kekuninganSegar +++Keras ++100 gram

Minggu ke IISegar +Hijau kekuninganSeledri tidak segarKeras ++90 gram

10ATogeSebelumSegar ++Putih togeKhas togeKeras ++150 gram

Minggu ke ISegar ++Putih kecoklatanLebih menyengatKeras +150 gram

Minggu ke IISegar +Putih kecoklatanSayuran dari lemari esKeras berlendir150 gram

(Sumber, Dokumentasi Pribadi 2014)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pendinginan sayuran terdiri atas wortel, kacang merah, seledri, buncis, sawi dan toge. Wortel setelah pendinginan selama satu minggu warnanya menjadi lebih cerah sedangkan setelah pendinginan selama dua minggu warnanya tidak jauh berbeda dengan warna pada minggu pertama. Aroma khas wortel semakin lama didinginkan maka semakin menyengat aroma khas wortel yang ditimbulkan. Demikian pula dengan kesegaran, semakin lama pendinginan, maka wortel kesegarannya semakin berkurang. Tekstur wortel setelah pendinginan selama satu minggu lebih keras dari pada sebelum pendinginan, namun jika dibandingkan dengan pendinginan minggu ke dua, maka tekstur wortel pada minggu pertama lebih keras dari pada minggu ke dua dan sebelum pendinginan. Berat wortel bertambah dari sebelum pendinginan minggu ke minggu. Hal ini terjadi karena udara di dalam bahan pangan yaitu wortel terlalu kering sehingga air yang ada dalam ruang pendingin akan menguap dan diserap oleh wortel untuk keseimbangan sehingga berat wortel bertambah. Berat wortel sebelum pendinginan adalah 200 gram, setelah pendinginan minggu pertama beratnya menjadi 210 gram dan pada minggu ke dua beratnya tetap 210 gram. Wortel tidak mengalami susut bobot hingga minggu pertama karena mengalami pertambahan berat. Worel pada minggu ke satu hingga minggu kedua juga tidak mengalami susut bobot karena berat wortel tidak mengalami pertambhan ataupun pengurangan berat. Sawi yang telah mengalami pendinginan selama satu minggu lebih segar dari pada sawi sebelum pendinginan tetapi tekturnya lebih lentur dan sawi sebelum pendinginan lebih segar dari pada sawi setelah pendinginan selama dua minggu. Sawi sebelum pendinginan, daun sawi berwarna lebih hijau dari pada bagian tangkainya, setelah pendinginan selama satu minggu sawi berwarna hijau segar dan warna daunya lebih bewarna hijau tua, sedangkan setelah pendinginan selama dua minggu sawi menjadiberwarna hijau kekuningan. Hal ini terjadi karena udara di dalam ruang pendingin terlalu kering (RH-nya rendah) maka air dari bahan yang ada di dalam ruang pendingin akan menguap untuk mencapai keseimbangan. Hal ini mengakibatkan sawi yang disimpan menjadi layu dan berwarna kekuningan. Selain itu, hal ini juga merupakan salah satu akibat dari cacat suhu dingin. Baik sebelum maupun setelah pendinginan selama satu minggu sawi tetap beraroma khas sawi, namun setelah pendinginan selama dua minggu aroma sawi tidak tercium dan tidak segar lagi. Semula sawi bertekstur berserat, setelah pendinginan selama satu minggu sawi menjadi keras, hal ini terjadi karena sawi menyerap air dari ruang pendingin sedangkan pada minggu ke dua tekstur sawi menjadi lunak. Selama pendingginan berat sawi berkurang. Berat sawi sebelum pendinginan adalah 60 gram, setelah pendinginan selama satu minggu berat sawi menjadi 59 gram dan setelah pendinginan selama dua minggu berat sawi menjadi 58 gram. Susut bobot pada sawi yang terjadi dari sebelum pendinginan hingga minggu pertama adalah adalah x 100% = 1,66 % sedangkan susut bobot dari minggu pertama ke minggu kedua adalah x 100% = 1,69%.Warna toge sebelum pendinginan adalah putih dan terdapat endosperm yang berwarna hijau, setelah pendinginan selama satu minggu toge berwarna putih kecoklatan dan terdapat warna hijau pada bagian bekas endospermanya dan setelah pendinginan selama dua minggu toge menjadi berwarna pucat yaitu putih kecoklatan. Aroma khas toge sebelum pendinginan lebih segar dibandingkan dengan minggu pertama dan minggu kedua. Minggu pertamt aroma khas toge yang diamati lebih menyengat dari sebelum pendinginan, namun setelah pendingan selama dua minggu aroma khas toge sudah tidak tercium lagi melainkan berarona syuran dalam lemari es. Tekstur toge sebelum pendinginan adalah padat halus, setelah pendinginan minggu pertama tekstur toge menjadi keras dan setelah pendinginan minggu kedua tekstur toge menjadi lunak dan sedikit berlendir. Toge tidak mengalami susut bobot dari sebelum pendinginan hingga pendinginan minggu pertama dan minggu kedua karena berat toge tidak mengalami perubahan.Kacang merah sebelum pendinginan sangat segar beraroma khas kacang merah, namun setelah pendinginan minggu pertama khas kacang merah kesegarannya sedikit berkurang tetapi tektur kacang merah tetap sama tidak mengalami perubahan. Kacang merah setelah dua minggu aromanya sudah kurang segar dan teksturnya pun tidak terlalu keras lagi seperti sebelum dan setelah satu minggu. Kacang merah tidak mengalami susut bobot hingga minggu pertama karena mengalami pertambahan berat. Kacang merah pada minggu ke satu hingga minggu kedua juga tidak mengalami susut bobot karena berat wortel tidak mengalami pertambhan ataupun pengurangan berat. Keempat sayuran di atas mengalami chilling injury yaitu kerusakan karena suhu rendah. Hal ini dapat terlihat dari perubahan warna pada sayuran antara sebelum dan setelah pendinginan, baik pada pendinginan minggu pertama maupun pada pendinginan minggu ke dua. Selain pada sayuran pendinginan pun dilakukan pada buah-buahan. Hasil pengamatan dari pendinginan pada buah-buahan dapat diliaht pada Tabel 2.

Tabel 2. Pendinginan pada Buah-buahanKelSampelWaktuKesegaranWarnaAromaTeksturBeratGambar

6AJerukSebelumSegar +++Orange +++Aroma jeruk segarKeras ++288,35 gram

Minggu ISegar +++Orange +++Aroma jeruk ++Keras ++300 gram

Minggu IISegar +Orange +Aroma jeruk +Lunak, busuk150 gram

10AApelSebelumSegar ++Merah atiKhas apelKeras200 gram

Minggu ISegar ++Merah ati ++Khas apel ++Keras +200 gram

Minggu IISegar ++Merah ati ++Khas apel +Keras ++200 gram

8ATomatSebelumSegar +++Merah kekuninganSegar khas tomat ++Keras +++240 gram

Minggu ISegar ++Merah kekuningan ++Khas tomat ++Keras +200 gram

Minggu IISebagian busukKekuningan tidak segarBau busukSedikit lembek200 gram

(Sumber, Dokumentasi Pribadi 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa aroma pada tomat setelah pendinginan selama 2 minggu tercium berbau busuk yang lebih menyengat dari pada pendinginan selama satu minggu. Hal ini terjadi mungkin karena pertukaran bau dan aroma dari bahan pangan yang lain, karena pada saat pendinginan di dalam refigerator atau lemari es tidak hanya terdapat tomat tapi juga terdapat buah-buahan yang lain bahkan bahan pangan yang lainnya. Tomat setelah pendinginan hingga minggu ke dua memiliki tekstur sedikit lebih lembek dari pada tomat yang mengalami pendinginan hingga minggu pertama dan sebelum pendinginan. Kekerasan dari tomat berkurang/menjadi lebih lunak disebabkan karena jaringan-jaringan pada tomat yang mengalami penuaan. Tomat dari sebelum pendinginan hingga pendinginan minggu pertama tomat mengalami susut bobot yaitu x 100%= 16,7 %. Dari pendinginan minggu pertama hingga pendinginan minggu kedua tomat tidak mengalami susut bobot karena tidak mengalami perubahan berat pada tomat. Jeruk mengalami perubahan signifikan pada aroma, sebelum pendingina aroma jeruk tercium lebih segar, namun setelah pendinginan pada minggu pertama hingga minggu ke dua aroma jeruk semakin berkurang kesegarannya. Jeruk tidak mengalami susut bobot dari sebelum pendinginan sampai minggu pertama hal ini dikarenakan berat pada jeruk minggu pertama lebih berat dibandingkan sebelum pendinginan. Jeruk mengalami susut bobot ketika pendinginan yang disimpan pada minggu ke pertama hingga minggu ke dua. Susut bobot pada jeruk minggu ke ini adalah x 100% = 50 %. Berkurangnya berat jeruk merupakan gejala-gejala terjadinya chilling injury. Chilling injury ini dapat terjadi pada karena proses pendinginan ini apabila suhu yang diberikan tidak sesuai dengan suhu penyimpanan optimumnya. Biasanya hal ini terjadi pada bahan yang disimpan pada suhu yang terlalu rendah. Pengurangan berat yang terjadi pada jeruk adalah karena kehilangan air pada saat penyimpanan pada refrigerator. Buah selanjutnya yang digunakan dalam pendinginan ini adalah apel. Warna dan aroma pada apel tidak mengalami perubahan yang signifikan. Apel yang mengalami pendinginan hingga minggu ke dua memiliki kesegaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan apel yang mengalami pendinginan hingga minggu pertama dan sebelum pendinginan. Semula apel bertekstur keras, setelah pendinginan minggu pertama tekstur apel menjadi semakin keras, hal ini dapat dilihat dari pertambahan berat. Apel tidak mengalami susut bobot karena berat dari sebelum pendinginan hingga minggu pertama dan minggu kedua karena berat pada apel tidak berubah yaitu tetap 200 gram.Ketiga buah tersebut, yaitu buah tomat, jeruk dan apel mengalami kerusakan fisiologis, sebagian besar kerusakan mempengaruhi area diskri dari jaringan. Beberapa kerusakan dapat mempengaruhi kulit bahan segar namun daging buah di bawahnya tetap utuh, beberapa yang lain hanya mempengaruhi area tertentu pada daging buah atau bagian tengahnya (Tranggono, 1990).Selain pada buah, pendinginan pun dilakukan terhadap daging. Hasil pengamatan dari pendinginan terhadap daging dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pendinginan pada DagingKelBahanPanganWaktuKesegaranWarnaAromaTeksturBeratgambar

7AIkanSebelumSegar +++Hitam keabu-abuanAroma ikan segarLicin190 gram

Minggu ke ISegar ++Hitam ++Amis +Licin +198 g

Minggu ke IISegar +Hitam +Amis ++Licin ++199 g

6AAyamSebelumSegar +Putih pucatAmis +++Lunak ++250 gram

Hari ke 4Segar +Putih pucat ++Bau busukLunak +

Hari ke 6Tidak segar lagiPucatAmis +++Lunak +260 gram

10ADaging sapiSebelum Segar ++Merah kecoklatanDaging segar ++Kenyal +++250 gram

Minggu ISegar +Merah kecoklatan, pucatDaging tidak terlalu segarKenyal +++253 gram

Minggu IITidak segarCoklat pucatAmis +++Keras260 gram

(Sumber, Dokumentasi Pribadi 2014)

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa daging ayam diamati selama sekitar dua hari sekali. Warna daging sebelum dan setelah pendinginan selama 2 hari tidak menunjukkan perubahan yang signifikan, daging tetap berwarna putih pucat sedangkan setelah empat hari bahkan setelah enam dari pendinginan daging berubah warna menjadi sangat pucat. Perubahan warna ini menunjukkan bahwa daging mengalami chiilling injury yakni kerusakan akibat pendinginan. Kerusakan dingin ini dapat menurunkan mutu produk dan memperpendek masa simpan. Perubahan warna pada daging terjadi karena pigmen pada daging yaitu mioglobin mengalami oksidasi. Aroma bau amis pada daging bertambah setelah pendinginan selama dua hari, namun aroma bau amis tersebut menjadi semakin menyengat ketika pendinginan setelah empat hari dan setelah enam hari. Bau amis pada daging disebabkan oleh bakteri yang terkandung pada daging. Semakin lama daging disimpan di dalam pendingin maka kesegarannya semakin berkurang. Tekstur daging sebelum pendinginan adalah kenyal, setelah pendinginan dua hari menjadi lebih kenyal, namun setelah pendinginan empat hari kekenyalannya berkurang dan setelah enam hari tekstur daging menjadi kenyal dan berair. Setelah pendinginan selama empat hingga enam hari daging tidak mengalami susut bobot karena berat pada daging ayam bertambah yaitu menjadi 260 gram. Sampel selanjutnya yaitu daging, daging dari minggu ke minggu kesegarannya semakin menurun dan warnanya semakin pucat. Perubahan warna ini menunjukkan bahwa daging mengalami chiilling injury yakni kerusakan akibat pendinginan. Aroma daging ini pun setiap minggu nya mengalami perubahan, minggu kedua daging ini menjadi berbau sangat amis. Daging tidak mengalami susut bobot hal ini dikarenakan karena berat daging yang bertambah dari sebelum pendinginan hingga minggu pertama dan minggu kedua. Bahan yang selanjutnya digunakan dalam pendinginan ini adalah telur. Hasil pengamatan terhadap telur dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Pendinginan pada TelurKelBahan panganSifat kenampakanSebelumMinggu ke IMinggu ke II

7ATelurWarna cangkang---

Kecerahan cangkang---

Berat62,433 gram61,3 gram61,3 gram

Gambar

(Sumber, Dokumentasi Pribadi 2014)

Berdasarkan tabel di atas tidak ada pengamatan yang diamati pada telur, hanya saja berat sebelum pendinginan dan setelah pendinginan pada minggu pertama dan minggu kedua. Telur sebelum pendinginan hingga minggu pertama telur mengalami susut bobot karena setelah minggu pertama telur mengalami penurunan berat. Susut bobot pada telor ini adalah x 100% = 1,81%. Telur pada minggu pertama hinggu minggu kedua tidak mengalami susut bobot karena berat telur tidak mengalami perubahan yaitu 61,3 gram. Selain pendinginan pada telur, pengamatan juga dilakukan pada tahu dan tempe. Hasil pengamatan pada tahu dan tempe dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pendinginan pada Tahu dan TempeKelBahanPanganWaktuKesegaranWarnaAromaTeksturBeratgambar

9ATahuSebelumsegar +++Kuning +++khas tahuKenyal +++250 gram

Minggu ke ISegar ++++Kuning +++Khas tahuAgak keras ++250 gram

Minggu ke IISegar +++Kuning ++Khas tahuKeras +++250 gram

TempeSebelumSegar +++Putih gading +++Khas tempeKeras ++200 gram

Minggu ke ISegar ++Putih gading ++Khas tempeKeras +200 gram

Minggu ke IIKurang segarPutih gading +Khas tempe kurang segarAgak lembek200 gram

(Sumber, Dokumentasi Pribadi 2014)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pada tahu, teksturnya menjadi keras setelah pendinginan minggu pertama dan menjadi keras berongga setelah pendinginan minggu ke dua, warnanya menjadi pudar dan baunyatetap khas tahu, warnanya mengalami pemudaran karena pigmen yang dikandungnya terpengaruh oleh suhu dalam lemari es. Tahu tidak mengalami susut bobot karena berat pada tahu dari sebelum pendinginan hingga minggu pertama dan minggu ke dua beratnya tetap yaitu 250 gram. Sampel yang diamati selanjutnya yaitu tempe, tempe kesegarannya hilang, teksturnya semakin lunak, warnanya semakin pudar, dan bau yang kurang segar, kesegaran hilang karena pengaruh suhu dalam lemari es, teksturnya semakin lunak dan berair, hal tersebut dikarenakan uap air yang dihasilkan dalam lemari es terserap oleh tempe, warnanya semakin pudar karena pigmen yang dimiliki sedikit demi sedikit memudar karena pengaruh suhu dalam lemari es. Selain itu pada tempe terdapat bintik berwarna hitam, hal ini disebabkan oleh kelembaban udara yang rendah disekitar tempe yang didinginkan. Akibatnya terjadi pengeringan bahan, sel-sel bahan rusak dan jaringan bahan akan kelihatan cekung dan transparan. Bau tempe yang kurang segar disebabkan oleh mikroorganisme yang terkandung pada tempe salah satunya adalah kapang jenis Rhizopus dan juga karena masih aktifnya enzim yang terkandung pada tempe. Sama seperti tahu, tempe juga tidak mengalami susut bobot karena berat nya tidak mengalami perubahan baik sebelum pendinginan hingga minggu pertama dan minggu kedua.

5.2 Pembekuan

Pembekuan adalah penurunan suhu di bawah 0C yang mengakibatkan sebagian air dalam bahan pangan berubah menjadi es, sehingga tidak lagi tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan reaksi-reaksi kimia. Pembentukan es ini efeknya sama seperti penurunan aktivitas air akibat pengeringan. Terhambatnya pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan yang beku disebabkan karena air tidak tersedia lagi, sedangkan terhambatnya laju reaksi-reaksi kimia disebabkan karena sistem larutan telah berubah menjadi padat sehingga air tidak lagi dapat berfungsi sebagai zat pelarut. Pengawetan dengan pembekuan terdiri dari dua proses yaitu pembekuan pangan pada umumnya -400C, kemudian penyimpanan beku makanan tersebut pada suhu -180C (Thajadi, 2011). Metode pembekuan yang dipilih untuk setiap produk tergantung pada:1. Mutu produk dan tingkat pembekuan yang diinginkan.2. Tipe dan bentuk produk, pengemasan dan lain-lain.3. Fleksibilitas yang dibutuhkan dalam operasi pembekuan.4. Biaya pembekuan untuk teknik alternatif (Buckle, 1985).Sampel bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah bunga kol, jagung, nenas, daging dan melon. Pembekuan pada bunga kol dan jagung dilakukan blnasing terlebih dahulu, baik blansing rebus mupun blansing kukus. Blansing ini bertujuan untuk menonaktifkan enzim peroksidase, katalase oksidase, fenolase dan enzim pembuat warna cokelat lainnya, mengurangi kadar oksigen dalam sel, mengurangi jumlah mikroba dan memperbaiki warna (Buckle, 1985). Blansing rebus pada bunga kol selama 3 menit dan blansing kukus selama 5 menit. Sedangkan pada jagung, blansing rebus selama 4 menit dan blansing kukus selama 6 menit. Nenas dikemas dalam larutan sirup dan melon di taburi gula pasir sebelum pengemasan bertujuan untuk mencegah pencokelatan pada bahan juga berfungsi untuk menurunkan titik beku. Pembekuan ini dilakukan selama satu minggu. Hasil pengamatan dari pembekuan pada bunga kol dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pembekuan pada Bunga KolKelSampelSifat KenampakanSebelum pembekuanSetelah pembekuan

7ABunga KolSebelum rebusSebelum kukusSesudah rebusSesudah kukus

KesegaranSegar +++Segar +++Segar +Segar +

WarnaHijau mudaHijau mudaHijau muda ++Hijau muda ++

AromaKhas bunga kolKhas bunga kolKhas bunga kol +Khas bunga kol +

TeksturKeras +++Keras +++Keras +Keras +

Berat163,3 gram136,951gram145,39 gram

Gambar

(Sumber, Dokumentasi Pribadi 2014)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa bunga kol yang diblansing rebus memiliki warna yang lebih cerah, khas bunga kol yang lebih menyengat, lebih segar dan tekstur yang lebih lunak dari pada blansing kukus. Hal ini terjadi karena pada blansing rebus kontak antara bahan dengan panas yang terdapat dalam air lebih merata dari pada kontak bahan dengan panas pada blansing kukus. Pembekuan yang telah dilakukan selama satu minggu warna bunga kol yang diblansing rebus lebih gelap dari pada sebelum pembekuan, dan warna bunga kol yang diblansing kukus lebih cerah dari pada bunga kol blansing rebus setelah pembekuan. Aroma khas bunga kol setelah pembekuan lebih menyengat dari pada sebelum pembekuan. Pembekuan bunga kol yang diblansing kukus menghasilkan aroma khas yang lebih menyengat dari pada bunga kol yang diblansing rebus. Tekstur bunga kol yang diblansing rebus setelah pembekuan lebih lentur dari pada pembekuan bunga kol yang diblansing kukus. Hal ini terjadi karena pada saat blansing rebus kontak antara bahan dengan panas merata sehingga terjadi pelenturan jaringan yang optimal dibandingkan dengan blansing kukus. Bunga kol pembekuan yang diblansing kukus lebih segar dari pada bunga kol yang diblansing rebus. Bunga kol mengalami susut bobot pada sebelum pembekuan hinggu minggu pertama yaitu x 100% = 16,16%. Minggu kedua tidak mengalami susut bobot karena berat bunga kol pada minggu pertama hingga minggu kedua terjadi kenaikan berat. Selain pada bunga kol, pembekuan juga dilakukan pada jagung. Hasil pengamatan dari pembekuan pada jagung dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pembekuan pada Jagung SisirKelSampelSifat KenampakanSebelum pembekuanSesudah Pembekuan

Blansing kukusBlansing RebusBlansing kukusBlansing Rebus

6AJagung sisirKesegaranSegar +++Segar +++Segar ++Segar ++

WarnaKuning ++Kuning ++Kuning +Kuning +

AromaSegar khas jagungSegar khas jagungLangu jagung ++Langu jagung +

TeksturLunak +Lunak +Lunak +++Lunak ++

Berat 350 gram350 gram350 gram

Gambar

(Sumber, Dokumentasi Pribadi 2014)

Berdasarkan tabel di atas telihat bahwa warna jagung setelah pembekuan menjadi kurang cerah. Hal ini disebabkan oleh adanya enzim yang belum ternonaktivasi setelah dilakukannya blansing pada saat sebelum pembekuan. Baik sebelum maupun setelah pembekuan aroma khas jagung tidak berubah. Jagung sebelum pembekuan lebih segar dari pada jagung setelah pembekuan. Tekstur jagung setelah pembekuan lebih lunak dari pada sebelum pembekuan. Hal ini terjadi karena air yang berada pada pada jagung menguap ke lingkungan untuk mencapai keadaan seimbang. Pembekuan juga dilakukan pada nenas yang dimasukkan dalam kemasan laruran gula. Larutan gula yang dipakai untuk pembekuan nenas berbeda-beda, yakni larutan sirup 30%, 40% dan 50%. Komposisi dari masing-masing larutan tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Komposisi Larutan SirupKonsentrasiLarutan Air

30% light 2 cups = 300 gram4 cups = 1 liter

40% medium3 cups = 450 gram4 cups = 1 liter

50% heavy4 cups = 715 gram4 cups = 1 liter

Sumber: (Tjahjadi, 2011)

Pembekuan nenas tidak dilakukan blansing terlebih dahulu seperti halnya yang dilakukan pada bunga kol dan jagung, tapi nenas dikemas ke dalam larutan sirup yang berfungsi untuk mencegah terjadinya pencokelatan serta untuk menurunkan titik beku. Hasil pengamatan dari pembekuan nenas dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pembekuan pada NanasKelSampelSifat KenampakanSebelum PembekuanSesudah Pembekuan

10ANanasKesegaranSegar +++Segar +++

WarnaKuningKuning ++

AromaKhas nanas +++Khas nanas ++

TeksturKeras ++Keras +++

Berat150 gram150 gram

Gambar

(Sumber, Dokumentasi Pribadi 2014)

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa setelah pembekuan warna nenas menjadi lebih cerah, menjadi lebih segar dan teksturnya menjadi lebih lunak. Hal ini disebabkan karena hilangnya cloud dan perusakan gel sehingga ikatannya terpecah-pecah. Hal juga terjadi karena air yang terdapat pada nenas berpindah secara osmosis pada larutan sirup karena konsentrasi larutan sirup lebih pekat dari pada konsentrasi cairan pada nenas. Nanas tidak terjadi susut bobot karena tidak terjadi penambahan ataupun pengurangan berat pada sebelum pembekuan maupun setelah pembekuan. Selain pada nenas, pembekuan juga dilakukan pada melon. Hasil pengamatan dari pembekuan melon dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Pembekuan pada MelonKelSampelSifat KenampakanSebelum pembekuanSetelah pembekuan

Melon daduMelon SliceMelon daduMelon Slice

9AMelonKesegaranSegar +++Segar +++Segar +Segar +

WarnaHijau mudaHijau mudaHijau pucatHijau pucat

AromaSegar khas melon +++Segar khas melon +++Segar ++Segar ++

TeksturKeras +++Keras +++Lembek +++Lembek +++

Berat200 gram300 gram145,389 gram200 gram

Gambar

(Sumber, Dokumentasi Pribadi 2014)

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa sama halnya dengan nenas, pada melon pun diberi larutan gula. Pemberian larutan gula ini bertujuan untuk mencegah pencokelatan dan menurunkan titik beku. Warna melon setelah diberi gula yaitu hijau muda, namun setelah pembekuan melon menjadi berwarna hijau pucat. Melon yang sudah mengalami pembekuan aroma khas melon menjadi berkurang kesegarannya dan teksturnya yang semula keras menjadi kenyal dan lunak. Melon sebelum pembekuan lebih segar dari pada melon setelah pembekuan. Melon ini tidak terjadi susut bobot, karena melon mengalami kenaikan berat. Sampel terakhir dari pembekuan ini adalah daging. Hasil pengamatan dari pembekuan pada daging dapat diliahat pada Tabel 11.

Tabel 11. Pembekuan pada DagingKelSampelSifat kenampakanSebelum pembekuanSesudah pembekuan

8ADagingKesegaranSegar +++Segar +

WarnaMerah ati ++Merah ati pucat

AromaSegar ++++Segar ++

TeksturKenyal ++++Kenyal ++

Berat 300 gram300 gram

Gambar

(Sumber, Dokumentasi Pribadi 2014)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa warna daging berubah setelah pembekuan, semula daging berwarna merah ati, setelah pembekuan warna daging menjadi merah ati pucat. Aroma bau amis pada daging sebelum pembekuan lebih menyengat dari pada setelah pembekuan. Hal tersebut terjadi karena pengaruh bakteri dan mikroorganisme yang masih terkandung dalam bahan-bahan tersebut Semula daging bertekstur kenyal, setelah pembekuan tekstur daging menjadi keras. Tekstur pada daging pun berubah semula kenyal menjadi agak keras. Daging sebelum pembekuan lebih segar dari pada setelah pembekuan. Daging tidak terjadi penyusutan bobot hal ini dikarena berat daging sebelum pembekuan dan setelah pembekuan tidak mengalami perubahan berat.Kerusakan bahan pangan beku biasanya terjadi setelah bahan pangan tersebut mengalami peristiwa thawing karena pada saat itu miokroorganisme akan cepat tumbuh kembali Thawing adalah peristiwa pencairan es pada bahan makanan yang membeku akibat adanya kenaikan suhu dan menyebabkan luka pada bahan tersebut.Mutu akhir makanan beku dapat mengalami kerusakan yang pada dasarnya terjadi karena perubahan warna (seperti hilangnya pigmen klorofil dan pembentukan warna yang menyimpang), perubahan tekstur (hilangnya cloud, perusakan gel, denaturasi protein ,dan pengerasan), perubahan flavor (hilangnya flavor asal atau pembentukan flavor yang menyimpang), dan perubahan zat gizi seperti asam askorbat dalam sayuran dan buah-buahan, lemak tak jenuh, serta asam amino esensial (Buckel,1985).Mutu akhir makanan beku dipengaruhi oleh berbagai faktor dasar seperti :1. Mutu bahan baku yang dibekukan.2. Perlakuan sebelum pembekuan seperti blansing, penggunaan SO2, atau asam askorbat.3. Metode dan kecepatan pembekuan yang dipakai4. Suhu penyimpanan dan fluktuasi suhu5. Waktu atau lama penyimpanan6. Kelembaban lingkungan tempat penyimpanan7. Sifat-sifat dari bahan pengemas (Buckel,1985).Terdapat perbedaan hasil antara bahan pangan yang mengalami proses pendinginan dan proses pembekuan. Bahan pangan yang mengalami pembekuan memiliki umur simpan yang lebih lama atau lebih awet dibandingkan dengan bahan pangan yang mengalami pendinginan. Hal ini disebabkan karena suhu pembekuan yang lebih rendah yang menyebabkan perubahan air menjadi kristal-kristal es di dalam bahan pangan tersebut yang selanjutnya akan membentuk struktur jaringan es yang berdampak pada tidak adanya tempat tumbuh bagi mikroba dan terhambatnya laju reaksi kimia. Pendinginan memiliki umur simpan yang lebih singkat, karena masih adanya mikroorganisme yang mampu tumbuh dan berkembang biak pada suhu pendinginan dan masih memungkinkan terjadinya reaksi kimia akibat aktivitas dari enzim-enzim.

VI.KESIMPULAN

1. Pengawetan dengan menggunakan suhu rendah dapat dilakukan dengan cara pendinginan (refrigerasi) dan pembekuan.2. Pendinginan adalah penyimpanan pada suhu diatas titik beku yaitu antara -2C dan 16C.3. Tekstur bunga kol yang diblansing rebus setelah pembekuan lebih lentur dari pada pembekuan bunga kol yang diblansing kukus.4. Teksturnya tempe semakin lunak dan berair, hal tersebut dikarenakan uap air yang dihasilkan dalam lemari es terserap oleh tempe.5. Pembekuan dilakukan dengan cara menyimpan makanan dalam keadaan beku dan suhu penyimpanan yang baik adalah -18C.6. Pemberian larutan gula dalam pembekuan bertujuan untuk mencegah pencokelatan dan menurunkan titik beku serta sebagai bahan pengawet.7. Bahan pangan baik yang didinginkan maupun yang dibekukan umumnya mengalami susut bobot.8. Ketiga buah, yaitu buah tomat, jeruk dan apel mengalami kerusakan fisiologis, sebagian besar kerusakan mempengaruhi area diskri dari jaringan.9. Terdapat perbedaan hasil antara bahan pangan yang mengalami proses pendinginan dan proses pembekuan. Bahan pangan yang mengalami pembekuan memiliki umur simpan yang lebih lama atau lebih awet dibandingkan dengan bahan pangan yang mengalami pendinginan.

DAFTAR PUSTAKABuckle, K.A., Edwards, G.H. Fleet, dan H. Wooton. 1985. Ilmu Pangan (Terjemahan). Universitas Indonesia : Jakarta

Tjahjadi, C dan Herlina Marta. 2011. Pengantar Teknologi Pangan. Universitas Padjajaran, Bandung.

Tranggono dan Sutardi, 1990. Biokima dan Teknologi Pasca Panen. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Jawaban Pertanyaan

A. Pendinginan1. Mengapa tomat yang disimpan di lemari es harus sudah merah dan tidak boleh di cuci?Jawab: Tomat yang akan disimpan dalam lemari es tidak boleh dicuci karena dikhawatirkan pada saat pencucian air akan masuk ke dalam tomat sehingga dapat menyebabkan peningkatan Aw pada tomat yang akhirnya akan menjadi tempat tumbuh bagi mikroba pembusuk.2. Mengapa kantung plastik untuk pengemasan sayuran dan buah-buahan harus diberi lubang?Jawab:Kantung plastik untuk mengemas sayuran dan buah harus diberi lubang agar dapat mengatur RH dalam plastik agar tidak jenuh yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan atau pembusukan oleh bakteri.

B. Pembekuan1. Mengapa sayuran yang dibekukan harus diblansing terlebih dahulu?Jawab: Sayuran yang akan dibekukan harus diblansing terlebih dahulu dengan tujuan untuk menonaktivkan enzim peroksidase, katalase, dan enzim pembuat warna coklat lainnya, untuk mengurangi kadar oksigen dalam sel, mengurangi jumlah mikroba, dan memperbaiki warna.2. Apa yang dimaksud dengan peristiwa thawing?Jawab: Thawing adalah peristiwa pencairan es pada bahan makanan yang membeku akibat adanya kenaikan suhu dan menyebabkan luka dan penurunan kadar gizi pada bahan tersebut3. Apa tujuan dari pemberian gula atau sirup dalam pembekuan buah-buahan?Jawab: Untuk mengawetkan buah-buahan karena penambahan larutan gula atau sirup akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan cara mengikat air bebas dalam bahan pangan dengan gula sehingga tidak ada tempat tumbuh bagi mikroorganisme, dan untuk menurunkan titik beku.