2
Hay dan Silase Solusi Atasi Krisis Pakan Ternak Dikirim oleh oky_dian pada 11 September 2015 | Komentar : 0 | Dilihat : 5798 Pakar Nutrisia Ruminansia UB Prof. Dr. Ir. Hendrawan S, M.Rur.Sc membahas Hay dan silase Menurut pakar Nutrisia Ruminansia Universitas Brawijaya (UB) Prof. Dr. Ir. Hendrawan S, M.Rur.Sc, Hay dan silase menjadi alternatif solusi untuk mengatasi krisis pakan ternak saat musim kemarau yang melanda wilayah Indonesia sejak bulan Mei. Dalam dunia peternakan, hay adalah rumput yang sengaja dikeringkan. Metode pengeringan rumput ini sering digunakan oleh peternak kecil atau peternakan rakyat. Sedangkan silase adalah hijauan segar yang difermentasi, dibuat dari tanaman yang dicacah disimpan dalam satu lubang menggunakan tower atau drum kemudian dipadatkan untuk menghilangkan oksigen dan ditambahi tetes tebu. http://prasetya.ub.ac.id/cmsub/javascript/tiny_mce/plugins/pagebreak/img/trans.gif Silase bisa disimpan sampai tahunan, asalkan tidak ada udara yang masuk. Perusahaan besar seperti Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari misalnya, sudah menggunakan silase. Sebaliknya, peternakan rakyat enggan memproduksi silase karena keterbatasan lahan dan tenaga kerja yang minim. Meskipun kandungan gizi menurun pada kedua jenis pakan ini, namun metode tersebut lebih efektif digunakan untuk menanggulangi krisis pakan ternak. "Pengenalan teknologi pengawetan sangat diperlukan bagi peternak rakyat untuk mempersiapkan bahan makanan cadangan, tidak hanya dikala kemarau bahkan jika terjadi bencana alam," kata dosen yang lebih dari 35 tahun mengabdikan diri di Fakultas Peternakan tersebut. Hendrawan menuturkan persoalan utama bidang peternakan yang berpenduduk padat adalah keterbatasan lahan. Krisis pakan ternak tidak hanya disebabkan oleh kemarau saja namun beralih fungsinya lahan juga berpengaruh terhadap produksi hijauan. Dia berharap Pemerintah menjamin penerapan Undang-Undang Agraria tentang penyediaan lahan bagi peternak untuk pengembangan ternak. Selain itu, integrasi antara Perhutani dan Peternak juga diperlukan, disamping pengelolaan kawasan untuk konservasi juga bisa ditanami tanaman leguminosa (kacang-kacangan).

Hay dan Silase Solusi Atasi Krisis Pakan Ternak · Akademisi Peternakan di beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia sudah mensosialisasikan teknik pengawetan hijauan ini melalui Sentra

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hay dan Silase Solusi Atasi Krisis Pakan Ternak · Akademisi Peternakan di beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia sudah mensosialisasikan teknik pengawetan hijauan ini melalui Sentra

Hay dan Silase Solusi Atasi Krisis Pakan Ternak

Dikirim oleh oky_dian pada 11 September 2015 | Komentar : 0 | Dilihat : 5798

Pakar Nutrisia Ruminansia UB Prof. Dr. Ir. Hendrawan S, M.Rur.Sc membahas Hay dan

silase

Menurut pakar Nutrisia Ruminansia Universitas Brawijaya (UB) Prof. Dr. Ir. Hendrawan S, M.Rur.Sc, Hay dan silase menjadi alternatif solusi untuk mengatasi krisis pakan ternak saat musim kemarau yang melanda wilayah Indonesia sejak bulan Mei.

Dalam dunia peternakan, hay adalah rumput yang sengaja dikeringkan. Metode pengeringan rumput ini sering digunakan oleh peternak kecil atau peternakan rakyat. Sedangkan silase adalah hijauan segar yang difermentasi, dibuat dari tanaman yang dicacah disimpan dalam satu lubang menggunakan tower atau drum kemudian dipadatkan untuk menghilangkan oksigen dan ditambahi tetes tebu.

http://prasetya.ub.ac.id/cmsub/javascript/tiny_mce/plugins/pagebreak/img/trans.gif

Silase bisa disimpan sampai tahunan, asalkan tidak ada udara yang masuk. Perusahaan besar seperti Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari misalnya, sudah menggunakan silase. Sebaliknya, peternakan rakyat enggan memproduksi silase karena keterbatasan lahan dan tenaga kerja yang minim. Meskipun kandungan gizi menurun pada kedua jenis pakan ini, namun metode tersebut lebih efektif digunakan untuk menanggulangi krisis pakan ternak.

"Pengenalan teknologi pengawetan sangat diperlukan bagi peternak rakyat untuk mempersiapkan bahan makanan cadangan, tidak hanya dikala kemarau bahkan jika terjadi bencana alam," kata dosen yang lebih dari 35 tahun mengabdikan diri di Fakultas Peternakan tersebut.

Hendrawan menuturkan persoalan utama bidang peternakan yang berpenduduk padat adalah keterbatasan lahan. Krisis pakan ternak tidak hanya disebabkan oleh kemarau saja namun beralih fungsinya lahan juga berpengaruh terhadap produksi hijauan. Dia berharap Pemerintah menjamin penerapan Undang-Undang Agraria tentang penyediaan lahan bagi peternak untuk pengembangan ternak. Selain itu, integrasi antara Perhutani dan Peternak juga diperlukan, disamping pengelolaan kawasan untuk konservasi juga bisa ditanami tanaman leguminosa (kacang-kacangan).

Page 2: Hay dan Silase Solusi Atasi Krisis Pakan Ternak · Akademisi Peternakan di beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia sudah mensosialisasikan teknik pengawetan hijauan ini melalui Sentra

Akademisi Peternakan di beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia sudah mensosialisasikan teknik pengawetan hijauan ini melalui Sentra Peternakan Rakyat (SPR). Hanya saja keterbatasan lahan untuk menanam hijauan masih menjadi kendala.

"Untuk keterbatasan lahan ini bisa diakali dengan menggunakan metode jimpitan. Saat pakan melimpah para kelompok ternak harus menyisihkan sedikit pakan ternak, lalu secara kolektif dilakukan pengawetan," katanya. [dita/Humas UB]

     Artikel terkait

Program Doktor Fakultas Peternakan UB Raih Akreditasi A oleh BAN PTFapet Lakukan Penjaringan Dekan Periode 2019-2023Kelompok Peneliti Ternak Pedaging Fapet Sambangi Desa Binaan di TubanDosen Fapet Bina Kelompok Ternak KediriFPPTPI Adakan FGD Bahas Kewenangan Profesi Insinyur Peternakan