47
LAPORAN KASUS HIPEREMESIS GRAVIDARUM PEMBIMBING : Dr. H. M. Salleh, Sp.OG PENYUSUN : Neneng Maya 030.09.169 Izzul Akmal bin Kadarusman 030.08.274 KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI PERIODE 9 JUNI 2014 – 15 AUGUSTUS 2014 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI 1

HEG

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat

Citation preview

LAPORAN KASUS

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

PEMBIMBING :

Dr. H. M. Salleh, Sp.OG

PENYUSUN :

Neneng Maya 030.09.169

Izzul Akmal bin Kadarusman 030.08.274

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI

PERIODE 9 JUNI 2014 – 15 AUGUSTUS 2014

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN

1

Laporan kasus dengan judul

”HIPEREMESIS GRAVIDARUM”

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, dr. Salleh , SpOG

sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Kebidanan dan

Kandungan

di RSUD Karawang periode 9 JUNI 2014 – 15 AUGUSTUS 2014

Jakarta, Augustus 2014,

(dr. Salleh , Sp.OG)

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala nikmat

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus yang berjudul “HIPEREMESIS

GRAVIDARUM” ini. Adapun penulisan kasus ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah

satu tugas kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah

Karawang periode 9 JUNI 2014 – 15 AUGUSTUS 2014.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Salleh , SpOG

selaku pembimbing yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam penyusunan kasus

ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang turut serta membantu

penyusunan kasus ini yang tidak mungkin diselesaikan tepat waktu jika tidak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak.

Demikian kata pengantar ini penulis buat. Untuk segala kekurangan dalam kasus ini,

penulis memohon maaf dan juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif bagi

perbaikan kasus ini. Terima kasih.

Jakarta, Augustus 2014,

(Penulis)

3

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN 2

KATA PENGANTAR 3

DAFTAR ISI 4

BAB I : PENDAHULUAN 5

BAB II : LAPORAN KASUS

Status Pemeriksaan Pasien 6

Analisa Kasus 14

BAB III : TINJAUAN PUSTAKA

Definisi 18

Epidemiologi 19

Etiologi 20

Patologi 21

Patogenesis 21

Diagnosis 22

Kriteria Diagnostik 22

Diagnosis Banding 22

Komplikasi 23

Penatalaksanaan 26

Diagnosis Banding 27

BAB IV : KESIMPULAN 32

DAFTAR PUSTAKA 33

4

BAB I

PENDAHULUAN

Mual (nausea) dan muntah (vomiting), pusing, perut kembung, dan badan terasa lemah

dapat terjadi hampir pada 50% kasus ibu hamil, dan terbanyak pada usia kehamilan 6-12 minggu.

Keluhan mual muntah sering terjadi pada waktu pagi sehingga dikenal juga dengan ’morning

sickness’. Juga terdapat keluhan ptialisme, hipersalivasi yaitu banyak meludah. Mual dan muntah

terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Batas mual dan muntah berapa

banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang menyatakan, bisa

lebih dari 10 kali muntah. Namun yang jelas bila mual dan muntah mengakibatkan gangguan

yang berat pada ibu sehingga ibu perlu perawatan di rumah sakit maka kondisi ini disebut

hiperemesis gravidarum.

Perasaan mual disebabkan oleh meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam

serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat

atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan

keadaan ini.

Bayi yang dilahirkan dengan ibu yang menderita hiperemesis gravidarum yang persisten

akan mengalami prematuritas, berat badan lahir rendah, gangguan dari susunan saraf pusat dan

kelainan kulit.

Hiperemesis gravidarum harus dapat ditegakkan ketika semua penyebab mual dan

muntah yang persisten dapat disingkirkan seperti adanya pyelonefritis, pankreatitis, kolesistitis,

hepatitis, apendisitis, gastroenteritis, ulkus peptikum, tirotoksikosis, dan hipertiroid yang

semuanya itu memberikan gajala yang sama.

5

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. P

Umur : 20 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : RT 014/RW 006 Bengle, kec. Majalaya Kab. Karawang

Masuk RS : 16 Juni 2014

II. IDENTITAS SUAMI

Nama : Tn. H

Usiah : 22 tahun

Pekerjaan : Buruh

Agama : Islam

III. ANAMNESIS

Autoanamnesis dilakukan di ruang VK, tanggal 16 Juni 2014 pukul 18:45 WIB

Keluhan Utama

G1P0A0 Hamil 2 bulan, datang sendiri dengan Hiperemesis Gravidarum

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

G3P2A0 mengaku hamil 8-9 minggu datang dengan keluhan mual dan muntah

lebih dari 10 kali sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

6

Pasien mengeluh keluhan mual dan muntah sudah sering dialami sejak dari awal

kehamilan tapi tidak terlalu parah. Pasien muntah 2-3 kali sehari, lebih sering pada

waktu pagi, tapi pasien bisa makan dan minum.

Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengaku keluhan mual dan

muntah bertambah parah. Pasien muntah lebih dari 10 kali sehari. Muntah berupa

cairan berwarna putih kekuningan, bercampur makanan dan minuman yang baru

dimakan. Dalam muntah tidak pernah bercampur darah. Pasien mengaku tidak bisa

makan sama sekali. Semua makanan dan minuman yang dimakan akan dimuntahkan

lagi sehingga nafsu makan pasien menurun. Pasien mengeluh badan terasa sangat

lemah sehingga pasien tidak bisa melakukan aktivitas sama sekali.

Sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh pandangan mata

kabur,kepala pusing dan tubuh terasa lemah. Keluhan mual muntah masih berlanjut,

pasien tidak bisa makan, badan lemas, sehingga pasien dibawa ke rumah sakit.

Pasien menyatakan BAK warna kuning tua, jumlah sedikit. BAB tidak mencret.

Sering merasa haus. Pasien menyangkal adanya rasa kesemutan dan baal di tubuh.

a. Riwayat Haid

HPHT : 19-4-2014

Taksiran Partus : 26-1-2015

Usia Kehamilan : 7 minggu

Menarche : 12 thn

Siklus Haid : teratur (antara 28-35 hari)

Lama Haid : 7 hari

Banyaknya : 2-3 pembalut per hari

Dismenore : (-)

b. Riwayat Perkawinan

Status : Menikah 1x

Usia saat Menikah : 20 tahun

Lama Perkawinan : 1 tahun

c. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan nifas yang lalu

1. Hamil ini

7

d. Riwayat Keluarga Berencana KB : tidak menggunakan KB

e. Riwayat Antenatal dan Imunisasi

Pasien memeriksakan kehamilannya baru 1x ke bidan di posyandu, pasien belum

mendapatkan imunisasi TT. Belum pernah USG

Riwayat Penyakit Dahulu

Darah tinggi (-), kencing manis (-),jantung (-), asma (-), alergi (-), maag (-).

Riwayat Penyakit keluarga

Darah tinggi (-), kencing manis (-),jantung (-), asma (-), alergi (-), maag (-).

Riwayat Kebiasaan

Merokok (-), minum alkohol (-), jamu-jamuan (-), menggunakan narkoba atau obat-

obatan (-).

IV. PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 16 Juni 2014, jam 18:45 WIB

a. Status Generalis

Keadaan Umum : Lemah, pucat

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah : 100/60 mmHg

Nadi : 112x/menit

Suhu : 36,9oC

Pernapasan : 20x/menit

Kepala : normocefali, deformitas (-)

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata sedikit

cekung (+/+)

Mulut : bibir kering (+), lidah kotor (-), sianosis (-), napas bau

aseton (-)

8

Leher : kelenjar getah benih tidak teraba membesar, tiroid tidak

teraba membesar.

Thorax

Mammae : simetris, hiperpigmentasi pada kedua areola, retraksi

puting -/-

Cor : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tak teraba

membesar, turgor kulit menurun, bising usus (+)

2-3x/menit

Ektremitas atas : akral hangat +/+, edema -/-, refleks fisiologis +/+, refleks

patologis -/-

Ektremitas bawah : akral hangat +/+, edema -/-

b. Status Obstetri

- Abdomen

Inspeksi : datar

Palpasi : supel,TFU belum teraba

Auskultasi : DJJ belum bisa didengarkan

- Pemeriksaan Dalam

I : v/v tenang, tidak tampak keluar carian dari vagina, perdarahan aktif (-)

Io : portio livid, licin, ostium tertutup, flour (-), fluxus (-)

Vt : korpus uteri membesar, OUE tertutup, massa adnexa (-), parametrium lemas,

nyeri goyang portio (-), cavum dauglas tidak menonjol.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hematologi 16 Juni 2014

Hb : 13,3 g/dl

Ht : 37,3%

Leukosit : 9,090/uL

9

Trombosit :267.000/uL

HBsAg : nonreaktif

Gol. darah/ rhesus : A/ +

Masa perdarahan : 2 menit

Masa pembekuan : 12 menit

Kimia darah 16 Juni 2014

GDS : 50 mg/dl

Ureum : 30 mg/dl

Kreatinin : 0,59 mg/dl

SGOT : 15 U/L

SGPT : 11,6 U/L

Natrium : 140 mmol/L

Kalium : 3,3 mmol/L

Klorida : 107 mmol/L

Urinalisis Fisik / Kimiawi 16 Juni 2014

warna : Kuning pekat

Kekeruhan : Jernih

pH : 6

Protein : negatif

Glukosa : negatif

b-HCG : positif

Keton : (+2) positif

Epitel : (+) positif

Leukosit : 0-1

Eritrosit : 0-1

Kristal : negative

USG tanggal 16 Juni 2014 jam 23.15 :

CRL : 13,6

10

Usia Kehamilan : 7 minggu 5 hari

Kesan : Tampak janin tunggal hidup intrauterin, 7 minggu

RESUME

Wanita, 20 tahun, G1P0A0 hamil 8-9 minggu, dengan HPHT : 19-4-2013,

taksiran partus : 26-01-2014 datang dirujuk oleh bidan dengan hiperemesis

gravidarum.

Pasien mengeluh keluhan mual dan muntah sudah sering dialami sejak dari awal

kehamilan tapi tidak terlalu parah. Pasien muntah 2-3 kali sehari, lebih sering pada

waktu pagi, tapi pasien bisa makan dan minum.

Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengaku keluhan mual dan

muntah bertambah parah. Pasien muntah lebih dari 10 kali sehari. Muntah berupa

cairan berwarna putih kekuningan, bercampur makanan dan minuman yang baru

dimakan. Dalam muntah tidak pernah bercampur darah. Pasien mengaku tidak bisa

makan sama sekali. Semua makanan dan minuman yang dimakan akan dimuntahkan

lagi sehingga nafsu makan pasien menurun. Pasien mengeluh badan terasa sangat

lemah sehingga pasien tidak bisa melakukan aktivitas sama sekali.

Sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh pandangan mata

kabur,kepala pusing dan tubuh terasa lemah. Keluhan mual muntah masih berlanjut,

pasien tidak bisa makan, badan lemas, sehingga pasien dibawa ke rumah sakit.

Pasien menyatakan BAK warna kuning tua, jumlah sedikit. BAB tidak mencret.

Sering merasa haus. Pasien menyangkal adanya rasa kesemutan dan baal di tubuh.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan:

o Tanda vital : TD: 100/60mmHg, N: 112x/menit, P: 22x/menit, S: 36,9oC

o Status generalis : KU lemah, pucat. Mata cekung, lidah kering, nyeri tekan

epigastrium, turgor kulit menurun.

o Status obstetrik:

Inspeksi : datar

Palpasi : supel, TFU belum teraba

Auskultasi : DJJ belum bisa didengarkan

- Pemeriksaan Dalam

11

• I : v/v tenang, tidak tampak keluar carian dari vagina, perdarahan aktif (-)

Io : portio livid, licin, ostium tertutup

Vt : korpus uteri membesar, OUE tertutup, massa adnexa (-), parametrium lemas,

nyeri goyang portio (-), cavum dauglas tidak menonjol.

Pada pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Hb: 13,3 g/dl, Ht : 37,3%, Ureum

: 11,9 mg/dl, Kalium : 3,3 mmol/L, HCG : positif. Keton : (+2) positif.

VI. DIAGNOSIS KERJA

Hiperemesis Gravidarum tingkat I pada G1P0A0 Hamil 7 minggu, JTH-intrauterin

VII. PENATALAKSANAAN

- Observasi keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda dehidrasi

- Rawat ruangan

- Stop makanan peroral 24-48 jam (sampai mual muntah berkurang)

- Terapi medikamentosa :

o IVFD D5% : RL + Neurobion 1 amp = 1 : 2 / 24 jam

o Inj. Ondansetron 3 x 8 mg, iv

o Inj. Ranitidin 2 x 1 amp

o Asam Folat 1 x 1 tab

Follow Up

Tanggal 17 Juni 2014 (Jam 07:00 WIB)

Subjektif : mual (+), muntah (+), berkurang. Pasien sudah makan per oral(+), minum per oral

(+). Nyeri ulu hati (-), BAK biasa, BAB tidak ada keluhan.

Objektif :

Keadaan umum : Lemah (+), Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital : TD : 100/70mmHg, Nadi : 80x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 36,4oC

12

Status generalis

Mata : cekung +/+, konjungtiva anemis -/-

Thoraks : Cor : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : turgor kulit menurun

Extremitas : akral hangat (+), CRT <2detik

Analisis : Hiperemesis Gravidarum tingkat I pada G1P0A0 Hamil 7 minggu, JTH-intrauterin

Planning :

- Observasi keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda dehidrasi berat

- Terapi masih dilanjutkan secara perenteral sehingga mual muntah tidak ada

- Terapi medikamentosa :

o IVFD D5% : RL + ondansentron 8 mg = 1 : 2 / 24 jam

o Neurobion 1 x 1 ampul, im

o Ranitidin 2 x 50 mg, iv

Tanggal 18 Juni 2014 (J 06:45)

Subjektif : pusing (-), mual (-)sangat berkurang, muntah (-), pasien sudah mulai makan bubur ±

3 sendok, tidak dimuntahkan lagi, minum per oral (+). Nyeri ulu hati (-), BAK biasa, BAB tidak

ada keluhan.

Objektif :

Keadaan umum : membaik, Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital : TD : 110/80mmHg, Nadi : 82x/menit, RR : 18x/menit, Suhu : 36,4oC

Status generalis

13

Mata : cekung -/-, konjungtiva anemis -/-

Thoraks : Cor : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : turgor kulit normal

Extremitas : akral hangat (+), CRT <2detik

Analisis : Hiperemesis Gravidarum tingkat I pada G1P0A0 Hamil 7 minggu, JTH-intrauterin

Planning :

- Observasi keadaan umum, tanda vital

- Terapi diganti oral

- Terapi medikamentosa :

o Ondansentron 2 x 4 mg, tab

o Ranitidin 2 x 150 mg, tab

o Neurobion 2 x 1, tab

o Asam folat 1 x 1, tab

- Rencana pulang

14

BAB III

ANALISA KASUS

Pasien ini didiagnosis dengan Hiperemesis Gravidarum didasarkan atas dari hasil

anamnesia, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

1) Dari anamnesia :

o Wanita, 20 tahun, G1P0A0, mengaku hamil 8-9 minggu

o Mual dan muntah selama 1 hari SMRS. Dialami sejak awal hamil, makin lama

makin parah. Muntah lebih dari 10x/hari. Muntah berisi makanan yang dimakan.

o Tidak nafsu makan, lemas, pusing, mengganggu aktivitas sehari-hari

o Merasa haus, kencing warna kuning tua dan sedikit

Pada pasien ini terdapat gejala-gejala Hiperemesis Gravidarum yang sesuai dengan

kepustakaan, dimana terjadi mual dan muntah yang terjadi pada trimester pertama kehamilan,

yang dirasakan semakin hari semakin bertambah parah, sehingga mengakibatkan gangguan

intake secara oral, gangguan gizi, hambatan aktivitas sehari-hari dan terdapat tanda-tanda

dehidrasi.

2) Dari pemeriksaan fisik :

o KU/KES : lemah, pucat / CM

15

o Tanda vital : TD 100/60 mmHg, N 112x/menit, RR 22x/menit, S 36,9oC

o Mata : cekung (+/+), Mulut : bibir kering (+/+)

o Abdomen : nyeri tekan epigastrium (+), turgor kulit menurun

o Status obstetrik

Inspeksi : datar

Palpasi : supel, TFU belum teraba

Auskultasi : DJJ belum bisa didengarkan

Pemeriksaan Dalam

• I : v/v tenang, tidak tampak keluar carian dari vagina, perdarahan aktif (-)

Io : portio livid, licin, ostium tertutup

Vt : korpus uteri membesar, OUE tertutup

Status generalis menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yaitu nadi takikardia, mata

cekung, bibir kering, turgor kulit menurun, urin sedikit, pekat. Muntah yang berlebihan

menyebabkan iritasi pada mukosa lambung ditambah dengan motalitas usus yang

berkurang pada wanita hamil sehingga pemaparan mukosa lambung terhadap asam

lambung lebih lama, sehingga didapatkan nyeri epigastrium. Pada status obstetrik,

didapatkan perut mendatar, palpasi fundus belum teraba, DJJ belum bisa didengarkan,

portio livid, korpus uteri membesar, menyokong pernyataan pasien yang menyatakan

hamil muda. Hal ini penting untuk diketahui karena untuk dapat menegakkan diagnosis

Hiperemesis Gravidarum pertama kali kita harus yakin bahwa pasien dalam keadaan

hamil.

3) Dari pemeriksaan penunjang

o USG : tampak janin tunggal hidup intra-uterin, usia 7 minggu

o Lab : B-hCG (+), Keton (++), Hipokalemia (+), Ureum meningkat

Pada pemeriksaan darah didapatkan hipokalemia. Terjadi akibat muntah yang

berlebihan pada pasien. Ureum yang meningkat dapat terjadi karena keadaan pasien

16

dengan intake oral (terutama minum) berkurang, dan muntah yang berterusan

menyebabkan volume darah berkurang, darah yang dikirim ke organ-organ berkurang,

sehingga filtrasi ginjal berkurang, sehingga fungsi eksresi ginjal juga berkurang. Ini

menyebabkan ureum yang merupakan bahan yang harusnya dieksresi ginjal meningkat

dalam darah. Pada pemeriksaan urin didapatkan keton urin positif. Hal ini terjadi karena

cadangan karbohidrat sudah habis terpakai untuk energi, sehingga tubuh menggunakan

lemak sebagai sumber bahan bakar untuk menghasilkan energi atau dikenal sebagai

liposis. Hasil akhir proses lipolisis ini adalah benda keton. Benda keton dapat ditemukan

dalam darah atau dikenal dengan istilah ketosis, dan dapat juga ditemukan di urin.

4) Penatalaksanaan

Pada pasien ini, awalnya dberikan terapi parenteral sehingga keluhan mual,

muntahnya berkurang. Tujuan terapi yang pertama adalah untuk memperbaiki keadaan

umum pasien dan mengatasi dehidrasi. Diberikan cairan rehidrasi dengan infuse Dextrose

5% : RL + Ondansentron 8mg = 1:2 dalam 24 jam pertama. Diberikan infuse Dextrose

karena diharapkan tubuh akan mempergunakan karbohidrat sebagai sumber energi, dan

menghentikan proses lipolisis. Ondansentron diberikan untuk mengurangi mual yang

dialami pasien. Ranitidin diberikan untuk mengurangi produksi asam lambung.Hari

pertama pasien dirawat, terapi awal secara parenteral masih dilanjutkan, dan ditambah

neurobion 5000 IU didrip dalam RL 500cc. Hari kedua perawatan, pasien sudah tidak

mual, muntah, jadi pengobatan diganti per oral. Diberikan Ondansentron 2 x 4 mg tab,

Ranitidin 2 x 150 mg tab, Neurobion 2 x 1 tab, Asam folat 1 x 1 tab. Instruksikan cara

minum obat pada pasien yaitu : obat diminum sebelum makan. Beri jarak tiap obat

selama 15 menit sebelum makan obat yang lain. 30 menit setelah selesai minum obat,

baru bisa makan. Makan dalam porsi kecil, tapi lebih sering. Infuse juga di aff karena

pasien sudah bisa intake per oral. Karena pasien sudah bisa intake oral, dan tidak muntah

lagi, pasien direncanakan pulang.

17

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI DAN KLASIFIKASI1,2

Pada sebagian besar wanita mual dan muntah ringan sampai sedang sangat sering dijuampai

sampai sekitar 16 minggu.namun pada sebagian wanita keluhan ini parah dan berespons terhadap

modifikasi diet sederhana dan antiemetik.Hiperemesis gravidarum didefinisiskan secara beragam

sebagai muntah yang cukup parah untuk menunjukan penurunan berat

badan,dehidrasi,alkalosis,akibat keluarnya asam hidroklorat,hypokalemia.Asidosis terjadi akibat

kelaparan parsial.pada sebagian wanita terjadi disfungsi hati transien

Hiperemesis tampaknya berkaitan dengan kadar kadar hormone kehamilan seperti

hCG,estrogen,progesterone,tiroksin,hormone adenokorteks,diperkirakan berperanstudy-study

oleh Goodwin dkk mengisyaratkat peran system vestibulum.Tampaknya tidak diragukan pada

sebagian tetapi tidak semua kasus berat terdapat komponen-komponene psikologis yang saling

berkaitan,pada sebagian hyperemesis menjadi alasan untuk pengakhiran kehamilan secara

elektif.Faktor lain yang menentukan rawat inap mencakup hipertiroidisme,riawayat kehamilan

mola,diabetes,penyakit saluran cerna dan asma.8

Mual dan muntah adalah keluahan yang umum selama trimester I kehamilan,mual dan

muntah dengan keparahan yang bervariasi biasanya muncul antara satu sampai dua periode

terlambat haid dan berlanjut sampai 14 hingga 16 minggu meskipun cenderung lebih berat pada

pagi hari sehingga terkadang dinamai morning sickness,mual dan muntah sering berlanjut

sepanjang hari.lacroix,dd(2000) mendapatkan bahwa mual dan muntah dilaporkan oleh tiga

perempat wanita hamil dan berlangsung rata-rata 35 hari.separuh mereda pada 14 minggu dan 90

18

% pada 22 minggu pada 80% wanita mual berlangsung sepanjang hari.keluhan ini sering

dilaporkan memiliki karakter dan intensitas yang serupa dengan dialami orang yang menjalami

kemoterapi.

Mual dan muntah dikeluhkan oleh sekitar tiga perempat ibu hamil, umumnya terjadi

selama trimester pertama. Biasanya mual dan muntah disertai dengan keluhan banyak meludah

(hipersalivasi), pening, perut kembung, dan badan terasa lemah. Keluhan ini secara umum

dikenal sebagai “morning sickness” karena terasa lebih berat pada pagi hari. Namun, mual dan

muntah dapat berlangsung sepanjang hari. Rasa dan intensitasnya seringkali dideskripsikan

menyerupai mual muntah karena kemoterapi untuk kanker.

Keluhan mual dan muntah pada ibu hamil jarang yang dapat dihilangkan seluruhnya.

Untungnya gejala dapat diringankan, misalnya dengan membatasi makan tidak sampai kenyang,

makan sedikit tapi sering, menghindari makanan tertentu, atau pemberian anti-emetik. Namun,

pada sejumlah kasus, mual muntah cukup berat sehingga langkah-langkah di atas tidak berhasil

dan terjadi masalah-masalah seperti penurunan berat badan, dehidrasi, kelainan keseimbangan

asam-basa, dan ketosis. Seringnya mual dan muntah mengakibatkan ibu kehilangan lebih dari

5% berat badannya. Kondisi ini disebut hiperemesis gravidarum.

Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi tiga tingkat, yaitu1:

Tingkat I

Hiperemesis gravidarum tingkat I ditandai oleh muntah yang terus menerus disertai

dengan intoleransi terhadap makan dan minum. Terdapat penurunan berat badan dan

nyeri epigastrium. Pertama-tama isi muntahan adalah makanan, kemudian lendir beserta

sedikit cairan empedu, dan kalau sudah lama bisa keluar darah. Frekuensi nadi meningkat

sampai 100 kali/menit dan tekanan darah sistolik menurun. Pada pemeriksaan fisik,

ditemukan mata cekung, lidah kering, turgor kulit menurun, dan urin sedikit berkurang.

Tingkat II

Pada hiperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan segala yang dimakan dan

diminum, berat badan cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat. Frekuensi nadi 100-

140 kali/menit dan tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg. Pasien terlihat apatis,

pucat, lidah kotor, kadang ikterus, dan ditemukan aseton serta bilirubin dalam urin.

19

Tingkat III

Kondisi tingkat III ini sangat jarang, ditandai dengan berkurangnya muntah atau bahkan

berhenti, tapi kesadaran menurun (delirium sampai koma). Pasien mengalami ikterus,

sianosis, nistagmus, gangguan jantung, dan dalam urin ditemukan bilirubin dan protein.

2. EPIDEMIOLOGI3

Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya dimulai pada

gestasi minggu 9-10, memuncak pada minggu 11-13, dan berakhir pada minggu 12-16. Pada 1-

10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-22 minggu. Hiperemesis berat yang harus

dirawat inap terjadi dalam 0,3-2% kehamilan.

Di masa kini, hiperemesis gravidarum jarang sekali menyebabkan kematian, tapi masih

berhubungan dengan morbiditas yang signifikan.

Mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir 50% wanita hamil yang bekerja.

Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan depresi. Sekitar seperempat pasien

hiperemesis gravidarum membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih dari sekali.

Wanita dengan hiperemesis gravidarum dengan kenaikan berat badan dalam kehamilan

yang rendah (7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan neonatus dengan

berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai Apgar 5 menit

kurang dari 7.

Insiden hiperemesis gravidarum dalam 30 tahun terakhir ini telah menurun ±1 diantara

1000 kehamilan. Hal ini disebabkan oleh,

pelaksanaan KB yang berjalan baik yang menyebabkan penurunan angka kehamilan

yang tidak diinginkan,

antenatal care yang baik,

obat-obatan anti-emetik yang kuat.

3. FAKTOR RISIKO3

Faktor risiko untuk hiperemesis gravidarum adalah:

o Kehamilan sebelumnya dengan hiperemesis gravidarum

20

o Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda

o Faktor organik : yaitu masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan

perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu

terhadap perubahan ini

o Alergi : sebagai respon jaringan ibu terhadap anak

o Faktor psikologis, memegang peranan yang penting terhadap penyakit ini.

Hubungan psikologis dengan hiperemesis gravidarum belum dikenal pasti. Tidak

jarang dengan memberikan suasana baru, sadah dapat membantu mengurangi

frekuensi muntah.

Merokok berhubungan dengan risiko yang lebih rendah untuk hiperemesis gravidarum

4. PATOFISIOLOGI4,5

Etiologi mual dan muntah yang terjadi selama kehamilan masih belum diketahui, namun

terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan terjadinya hiperemesis gravidarum. Faktor

sosial, psikologis dan organo-biologik, yang berupa perubahan kadar hormon-hormon selama

kehamilan, memegang peranan dalam terjadinya hiperemesis gravidarum. Disfungsi pada traktus

gastrointestinal yang disebabkan oleh pengaruh hormon progesteron diduga menjadi salah satu

penyebab terjadinya mual dan muntah pada kehamilan. Peningkatan kadar progesteron

memperlambat motilitas lambung dan mengganggu ritme kontraksi otot-otot polos di lambung

(disritmia gaster). Selain progesteron, peningkatan kadar hormon human chorionic gonadotropin

(hCG) dan estrogen serta penurunan kadar thyrotropin-stimulating hormone (TSH), terutama

pada awal kehamilan, memiliki hubungan terhadap terjadinya hiperemesis gravidarum walaupun

mekanismenya belum diketahui. Pada studi lain ditemukan adanya hubungan antara infeksi

kronik Helicobacter pylori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum. Sebanyak 61,8%

perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum yang diteliti pada studi tersebut menunjukkan

hasil tes deteksi genom H. pylori yang positif.

5. GEJALA KLINIS1

21

Hiperemesis gravidarum dijumpai pada trimester pertama kehamilan, di mana pasien datang

dengan keluhan mual dan muntah. Sesuai dengan beratnya penyakit yang dialami, dapat pula

dijumpai penurunan berat badan, hipersalivasi, tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, bibir dan

lidah kering, turgor kulit berkurang, hipotensi postural dan takikardi).

Gejala dan tanda awal :

Memuntahkan segala yang dimakan, muntah mengandung cairan empedu atau hanya

makanan

Terhambatnya aktivitas sehari-hari

Gangguan gizi

Pada pemeriksaan, tambah keadaan umum baik

Pemeriksaan darah dan urin dalam batas normal

Gejala lanjut :

Jumlah dan frekuensi muntah bertambah

Jumlah urin berkurang

Konstipasi, kadang diare

Nyeri ulu hati

Pasien berbaring terus

Terdapat tanda-tanda dari komplikasi yaitu

a) Ensefalopati Wernicke (apatis, gelisah, tidak bisa tidur, kejang, bahkan

koma)

b) Psikosis Karsakott (bingung dan kehilangan ingatan saat ini)

c) Nefritis perifer

d) Gangguan pada mata (diplopia, gangguan penglihatan bahkan kebutaan)

Tanda-tanda lanjut dari Hiperemesis Gravidarum :

Badan menjadi kurus karena berat badan turun secara progresif

Lemas

Apatis

Turgor kulit menurun

Lidah kering, coklat, kotor

Napas bau aseton

Nadi 100-120x/menit

22

Tekanan darah sistolik <100 mmHg

Suhu meningkat

Gejala neurologis seperti nistagmus, strabismus, dan lumpuh

Ikterik

6. DIAGNOSIS1

Secara klinis penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dilakukan dengan menegakkan

diagnosis kehamilan terlebih dahulu (amenore yang disertai dengan tanda-tanda kehamilan).

Lebih lanjut pada anamnesis didapatkan adanya keluhan mual dan muntah hebat yang dapat

mengganggu pekerjaan sehari-hari. Pada pemeriksaan fisis diijumpai tanda-tanda vital abnormal,

yakni peningkatan frekuensi nadi (>100 kali per menit), penurunan tekanan darah, dan dengan

semakin beratnya penyakit dapat dijumpai kondisi subfebris dan penurunan kesadaran. Pada

pemeriksaan fisis lengkap dapat dijumpai tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis,

penurunan berat badan, uterus yang besarnya sesuai dengan usia kehamilan dengan konsistensi

lunak, dan serviks yang livide saat dilakukan inspeksi dengan spekulum. Pada pemeriksaan

laboratorium dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan

hipokalema, benda keton dalam darah, dan proteinuria.

7. KOMPLIKASI1

Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi pada

penderita. Dehidrasi muncul pada keadaan ini akibat kekurangan cairan yang dikonsumsi dan

kehilangan cairan karena muntah. Keadaan ini menyebabkan cairan ekstraseluler dan plasma

berkurang sehingga volume cairan dalam pembuluh darah berkurang dan aliran darah ke jaringan

berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan (nutrisi) dan oksigen yang akan diantarkan

ke jaringan berkurang pula. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah menurunnya

keadaan umum, munculnya tanda-tanda dehidrasi (dalam berbagai tingkatan tergantung beratnya

hiperemesis gravidum), dan berat badan ibu berkurang. Risiko dari keadaan ini terhadap ibu

23

adalah kesehatan yang menurun dan bisa terjadi syok serta terganggunya aktivitas sehari-hari

ibu. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi dan

oksigen yang diterima janin. Risiko dari keadaan ini adalah tumbuh kembang janin akan

terpengaruh.

Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ketidakseimbangan

elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat cairan ekstraseluler dan plasma

berkurang. Natrium dan klorida darah akan turun. Kalium juga berkurang sebagai akibat dari

muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan

ibu adalah bertambah buruknya keadaan umum dan akan muncul keadaan alkalosis metabolik

hipokloremik (tingkat klorida yang rendah bersama dengan tingginya kadar HCO3 & CO2 dan

meningkatnya pH darah). Risiko dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah bisa munculnya

gejala-gejala dari hiponatremi, hipokalemi, dan hipokloremik yang akan memperberat keadaan

umum ibu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah juga akan mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan janin.

Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya asupan energi (nutrisi)

ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh

ibu habis terpakai untuk keperluan pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Perubahan

metabolisme mulai terjadi dalam tahap ini. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka

terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton

dalam darah. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan ke jaringan berkurang dan tertimbunnya

zat metabolik yang toksik. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah kekurangan

sumber energi, terjadinya metabolisme baru yang memecah sumber energi dalam jaringan,

berkurangnya berat badan ibu, dan terciumnya bau aseton pada pernafasan. Risikonya bagi ibu

adalah kesehatan dan asupan nutrisi ibu terganggu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin

adalah berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko bagi janin adalah pertumbuhan dan

perkembangan akan terganggu.

Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya robekan pada

selaput jaringan esofagus dan lambung ( Sindroma Mallory Weiss). Keadaan ini dapat

24

menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan yang terjadi berupa robekan

kecil dan ringan. Perdarahan yang muncul akibat robekan ini dapat berhenti sendiri. Keadaan ini

jarang menyebabkan tindakan operatif dan tidak diperlukan transfusi.

Muntah dapat berkepanjangan,sering,dan parah.Kadar seng plasma meningkat,kadar

tembaga menurun,kadar magnesium tidak berubah,Temuan-temuan awal menyatakan bahwa

sepertiga wanita dengan hyperemesis memperlihatkan EEG abnormal,dapat terjadi berbagai

tingkatan gagal ginjal akut akibat dehidrasi,dan pernah merawat sejumlah wanita dengan

gangguan fungsi ginjal yang berat.Contoh ekstrim yang dilaporkan oleh Hill dkk(2002),adalah

seorang wanita yang memerlukan dialysis 5 hari ketika kreatinin serum meningkat menjadi 10,7

mg/dl.penyulit yang mengancam nyawa akibat muntah yang terus menerus adalah robekan

Mallory–Weiss,rupture esophagus,pneumotoraks, Paling tidak dua defisiensi vitamin serius

parah dilaporkan pada hyperemesis gravidarum.Ensefalopati Wernicke akibat defisisensi tiamin

tidak jarang terjadi.Chiossi dkk(2006) mengulas 49 kasus dan melaporkan bahwa hanya separuh

yang memperlihatkan trias konfusi (Gelisah/delirium),kelainan mata dan ataksia.Biasanya

dijuampai kelainan pada MRI .Paling Tidak tiga kematian ibu hamil pernah dilaporkan dan

sekuele jangka panjang serius terjadi yang mencakup kebutaan,kejang dan koma.Defisiensi

Vitamin K pernah dilaporkan menyebabkan koagulopati dan perdarah intrakranium janin.8

25

8. TATA LAKSANA DAN PENCEGAHAN

Penatalaksanaan utama sering melibatkan istirahat dan penghindaran dari rangsangan

yang berperan sebagai pemicu. Prinsip penatalaksanaan adalah untuk :

i. Memperbaiki keadaan umum

ii. Koreksi cairan, elektrolit, dan zat-zat metabolik

26

iii. Mencegah atau mendeteksi lebih awal adanya komplikasi yang timbul

iv. Memberikan pengertian bahwa mual dan muntah adalah gejala yang fisiologis

pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan

Kadang hiperemesis cukup berat sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit.

Keadaan yang mengharuskan pasien dirawat :

i. Apa yang dimakan, diminum dimuntahkan lagi, apalagi kalau berlangsung

lama

ii. BB turun lebih dari 1/10 BB sebelum hamil

iii. Turgor kulit berkurang, lidah kering

iv. Aseton dalam urin

Di bawah ini adalah penatalaksanaan dalam kondisi kegawatdaruratan:

Untuk keluhan hiperemesis yang berat, pasien dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit

dan membatasi pengunjung.

Penghentian pemberian makanan per oral 24 – 48 jam.

Penggantian cairan dan pemberian anti-emetik jika dibutuhkan. Larutan normal saline

atau ringer laktat dapat digunakan dalam kondisi itu.

Penambahan glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, dan atau tiamin dapat

dipertimbangkan. Untuk pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100 mg dapat diberikan

sebelum pemberian cairan dekstrosa.

Lanjutkan penatalaksanaan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan sampai

hasil uji menunjukkan jumlah keton urin hilang atau sedikit.

Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan dengan vitamin B6 atau vitamin B6

ditambah doxylamine sangat aman dan efektif serta dapat digunakan sebagai terapi farmakologis

lini pertama (American College of Obstetricians and Gynecologists, 2004). Pemberian

multivitamin pada saat terjadinya konsepsi juga menurunkan derajat keparahan gejala.6

Penatalaksanaan Konvensional

Sampai saat ini belum ada penatalaksanaan farmakologi yang terbukti. Modalitas terapi

dan obat-obatan yang telah diteliti efektivitasnya dapat dilihat dalam tabel 1 dan 2. Pasien yang

27

mengalami mual dan muntah yang berat pada kehamilan sebelumnya dapat mengkonsumsi anti-

emetik sebagai profilaksis atau segera setelah mengalami gejala pada kehamilan berikutnya,

yang dikenal sebagai pre-emptive therapy.7

Anti-emetik konvensional, seperti penyekat reseptor H1, fenotiazin dan benzamin, telah

terbukti efektif dan aman. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin, klorpromazin dapat

menyembuhkan mual dan muntah dengan menghambat postsynaptic mesolimbic dopamine

receptors melalui efek antikolinergik dan penekanan reticular activating system. Terdapat obat-

obat kelas C dengan keamanan yang belum dipastikan untuk digunakan pada kehamilan. Namun,

hanya didapatkan sedikit informasi mengenai efek terapi antiemetik terhadap outcome fetus dari

randomized controlled trial, walaupun tidak didapatkan hubungan antara metoklopramid dan

efek sampingnya, seperti malformasi, berat lahir rendah, dan persalinan preterm. Terapi

kombinasi dengan pyridoxine dan metoklopramid terbuti lebih baik dibandingkan monoterapi

lain. Jika terapi itu gagal, cairan kristaloid dapat diberikan untuk memperbaiki dehidrasi,

ketonemia, defisit elektrolit, dan gangguan asam basa. Tiamin 100 mg dapat ditambahkan dalam

1 liter pertama dan pemberian cairan dilakukan sampai muntah terkontrol.

Profilaksis Wernicke’s encephalopathy dengan suplementasi tiamin dapat dilakukan

sebagai upaya pencegahan komplikasi hiperemsis. Komplikasi itu jarang terjadi, tetapi perlu

diwaspadai jika terdapat gejala muntah berat disertai dengan gejala okular, seperti perdarahan

retina atau hambatan gerakan ekstraokular.

Penatalaksanaan Diet

Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan yang diberikan

berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 – 2 jam

setelah makan. Diet itu kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C, sehingga diberikan

hanya selama beberapa hari.

Diet hiperemesis II diberikan jika rasa mual dan muntah berkurang. Pemberian dilakukan

secara bertahap untuk makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama

makanan. Diet itu rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D.

28

Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Pemberian

minuman dapat diberikan bersama makanan. Diet ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali

kalsium.

Selain diet hiperemesis, pasien juga perlu diinstruksikan supaya mematuhi aturan makan

yaitu :

o Makan bila lapar, walaupun melebihi frekuensi biasa makan sehari

o Makan dalam jumlah kecil, namun sering

o Hindari makanan tinggi lemak

o Hindari makanan pedas

o Hindari makanan atau bau-bauan yang membuat muntah

o Tingkatkan intake berupa makanan kering

o Hindari pil mengandung zat besi

o Makan makanan ringan yang tinggi protein

o Makan biskut di pagi hari sebelum sarapan

o Tingkatkan makanan yang berkarbonasi

Terapi Alternatif

Ada berbagai terapi alternatif lain yang sangat efektif. Akar jahe (Zingiber officinale

Roscoe) adalah salah satu pilihan non-farmakologik dengan efek yang cukup baik. Bahan

aktifnya, disebut gingerol, dapat menghambat pertumbuhan seluruh galur H. pylori, terutama

galur Cytotoxin associated gene (Cag) A+ yang sering menyebabkan infeksi. Ekstrak jahe ini

sangat direkomendasikan oleh ACOG. Dosisnya adalah 250 mg kapsul akar jahe bubuk per oral,

4 kali sehari.

The Systematic Cochrane Review mendukung penggunaan stimulasi akupunktur P6 pada

pasien tanpa profilaksis antiemetik. Stimulasi ini dapat mengurangi risiko mual. National

Evidence-based Clinical (NICE) Guidelines Oktober 2003 merekomendasikan jahe, akupunktur

29

P6 dan antihistamin untuk tata laksana mual dan muntah dalam kehamilan, dengan evidence level

I. Juga telah ditunjukkan bahwa terapi stimulasi saraf tingkat rendah pada aspek volar

pergelangan tangan dapat menurunkan mual dan muntah serta merangsang kenaikan berat badan.

Dengan muntah yang persisten, kita harus mencari adanya penyebab lain seperti

gastroenteritis, kolesistitis, pankreatits, hepatitis, ulkus peptikum, pielonefritis, dan perlemakan

hati dalam kehamilan.

Hampir semua wanita hamil akan memberikan respon yang baik dengan penatalaksanaan

yang telah disebutkan di atas. Bila masih ada muntah berkepanjangan, maka pemberian nutrisi

enteral harus dipikirkan. Vaisman dkk. (2004) telah menunjukkan keberhasilan pemberian

makan nasojejunal selama 4-21 hari pada 11 wanita hamil dengan mual dan muntah refrakter.

Pada sedikit sekali perempuan, nutrisi parenteral mungkin diperlukan.

9. DIAGNOSIS BANDING1

Selain hiperemesis gravidarum, ada beberapa penyakit yang harus dipikirkan jika terjadi

mual dan muntah yang berat dan persisten pada ibu hamil, yaitu:

Ulkus peptikum

Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit ulkus peptikum kronik yang

mengalami eksaserbasi. Gejalanya adalah nyeri epigastrik yang berkurang dengan

makanan atau antasid dan memberat dengan alkohol, kopi, atau OAINS. Nyeri tekan

epigastrik, hematemesis, dan melena dapat ditemukan.

Kolestasis obstetrik

Gejala yang khas untuk kolestasis adalah pruritus pada seluruh tubuh tanpa adanya ruam.

Ikterus, warna urin gelap, dan tinja terkadang pucat juga dapat ditemui walaupun jarang.

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan kadar enzim hati atau

peningkatan bilirubin.

Acute fatty liver

Pada penyakit ini ditemukan perburukan fungsi hati yang terjadi cepat disertai dengan

gejala kegagalan hati seperti hipoglikemia, ganguan pembekuan darah, dan perubahan

30

kesadaran sekunder akibat ensefalopati hepatik. Penyebab kegagalan hati akut yang lain

harus disingkirkan, misalnya keracunan parasetamol dan hepatitis virus akut.

Apendiksitis akut

Pasien dengan apendiksitis akut mengalami demam dan nyeri perut kanan bawah.

Uniknya, lokasi nyeri dapat berpindah ke atas sesuai usia kehamilan karena uterus yang

semakin membesar. Nyeri dapat berupa nyeri tekan dan nyeri lepas. Dapat ditemukan

tanda Bryan (timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan) dan tanda Alder (pasien berbaring

miring ke kiri dan letak nyeri tidak berubah).

Diare akut

Gejal diare akut adalah mual dan muntah disertai dengan peningkatan frekuensi buang air

besar di atas 3 kali per hari dengan konsistensi cair.

BAB V

PENUTUP

31

Mual dan muntah adalah gejala normal pada awal kehamilan. Jika keadaan ini berlanjut,

maka dapat menyebabkan keadaan yang serius yang dikenal sebagai Hiperemesis Gravidarum.

Muntah-muntah yang sering mengakibatkan keadaan umum ibu terganggu, dehidrasi, gangguan

elektrolit, gangguan gizi, yang akhirnya dapat menggangu ibu dan pertumbuhan janin.

Faktor psikologis sangat memegang peran penting dalam menyebabkan Hiperemesis

Gravidarum. Terapi ditujukan untuk memperbaiki keadaan umum, rehidrasi, dan diet ibu.

Pada ibu, disarankan untuk senantiasa tenang dan cukup istirahat selama masa kehamilan.

Diet diberikan secara bertahap agar muntah-muntah dapat berkurang. Antenatal care yang teratur

sangat membantu dalam mengawasi ibu dan janin sehingga apabila ada kelainan yang terjadi

dapat ditangani lebih dini.

32

DAFTAR PUSTAKA

1. Siddik D. Kelainan gastrointestinal. Dalam: Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro

GH, ed. Ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo,`ed. 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo; 2008: 814-28.

2. Cunningham FG, dkk. Williams Obstetric, ed. 22. McGraw-Hill; 2007.

3. Ogunyemi DA, Fong A. Hyperemesis Gravidarum [halaman di Internet]. Diperbarui 19 Juni

2009. Dikutip 7 November 2010. Medscape; 2010. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview

4. Miller AWF, Hanretty KP. Vomiting in pregnancy. Dalam: Miller AWF, Hanretty KP, eds.

Obstetrics Illustrated, 5th ed. London: Churchill Livingstone; 1998: 102-3.

5. Quinlan JD, Hill DA. Nausea and vomiting of pregnancy. Am Fam Physician (serial online)

2003 (dikutip 2010 Nov 6); 68(1): 121-8. Diunduh dar::

http://www.aafp.org/afp/2003/0701/p121.html.

6. ACOG (American College of Obstetrics and Gynecology): Practice Bulletin No. 52: Nausea

and Vomiting of Pregnancy. Obstet Gynecol. 2004;103:803-14.

7. Koren G, Maltepe C. Pre-emptive therapy for severe nausea and vomiting of pregnancy and

hyperemesis gravidarum. J Obstet Gynaecol. 2004;24:530-3.

8. Cuningham,leveno,Bloom,Hauth,Rouse,Spong.Hiperemesis Gravidaraum in :William

Obstetric.edisi 23.p.1107.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran.

33