Upload
novita-ninda
View
4
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
koass bedah RSU Pirngadi Medan
Citation preview
Ilmu Bedah
Pembimbing :Dr. Djeni Bijantoro, Sp.B, Sp.BA
Nonoperatif management of delayed splenic
rupture in a patient with hemophilia B
HEMOFILIA
Gangguan Perdarahan yang bersifat herediter akibat kekurangan faktor pembekuan
VIII dan IX
A B
Nonoperatif management of delayed splenic rupture in a patient with
hemophilia B
Abstrak
Penanganan yang tidak operatif pada laserasi splen menjadi standar perawatan pada pasien dengan hemodinamik yang stabil.
Kami membahas kasus seorang anak laki – laki berusia 13 tahun dengan laserasi splen grade 4 , anemia kehilangan darah akut, dan hipotensi yang dikelola tidak operatif.
Laporan Kasus
Nyeri perut hilang timbul selama 24 jam
Diagnosa Hemofilia
Riwayat jatuh dari skateboard sekitar 1 minggu yang lalu
Kadar Hemoglobin 8,0 mg/ dl . Tekanan darah 104/56 mmHg,
Riwayat Penyakit : Hemofilia b dan hepatitis c
Pasien merespon dengan baik dengan pemberian terapi cairan secara bolus dan telah dirujuk ke rumah
sakit lain untuk dilakukan computed tomography scanning (CT- Scan ) dan observasi perawatan intensif.
Di ruang operasi
Frekuensi nadi 94x/menit dan tekanan darahnya 123/70 mmHg. Perutnya soepel dan tidak distensi,
Pasien juga mengeluhkan nyeri bahu kiri. Pergerakan ekstremitasnya normal, tanpa tanda-
tanda memar atau trauma. Waktu Protombine 13,2 C dan waktu tromboplastin parsial nya 50,2 C .
Pada CT-Scan perut dan panggul menunjukkan hematoma di kuadran kiri
atas, bersebelahan dengan pembuluh splen. Ditemukan hematoma subcapsular posterior medial splen. Ada free fluid di
panggul.
CT- Scan
Pasien dengan terapi Rebetron. Setelah 4 hari, pasien mengalami perbaikan. Transfusi tidak diperlukan, selain penggantian faktor IX. Kadar hemoglobin terendah adalah 7,8 mg/dl pada saat pasien masuk ke rumah
sakit , yang semakin hari semakin meningkat menjadi 10,7 mg/ dl. Pada saat toleransi cairan sudah tercapai. Pasien pulang ke
rumah untuk melanjutkan terapi penggantian faktor IX dengan instruksi ketat mengenai
aktivitas fisik dan olahraga.
4000 unit (100 U / kg per hari) dari Benefix yang diberikan setiap 12 jam untuk mencapai 80% - 100%
faktor IX.
DISKUSI
Penanganan tidak operatif pada anak-anak secara klinis pada cedera splen telah menjadi
standart kasus. Perdarahan seringkali akan berhenti secara spontan. Meskipun
pendarahan pada splen tertunda dapat dilihat sebagai indikasi untuk penanganan dalam operasi, pada pasien dalam kondisi yang
stabil, Dapat dilakukan observasi lebih lanjut.
Pada laporan kasus penderita hemofilia dengan trauma splen dalam literatur, dan hanya satu laporan
kasus lainnya dari faktor IV - penderita hemofilia kekurangan dengan cedera splen yang berhasil
ditangani dengan tidak operatif. Faktanya, sebagian besar literatur pediatrik mendukung intervensi operasi untuk secara keseluruhan menunjukan
respon yang baik untuk penggantian faktor pembekuan dengan perdarahan berulang dan bahkan
kematian beberapa minggu kemudian.
Hemofilia B mempengaruhi 1 dalam 25.000 laki-laki dan merupakan kromosom seks yang terkait penyakit darah resesif pembekuan ditandai dengan defisiensi aktivitas faktor IX. Morbiditas dan kematian terutama akibat perdarahan, pada penyakit menular. Faktor IX merupakan terapi pilihan yang dianjurkan sebagai
terapi penganti
Ruptur spleen yang tertunda, atau perdarahan splen yang tertunda, diketahui saat trauma pada splen
yang tidak operatif. Hal ini diduga terjadi dari ruptur yang besar pada subcapsular hematoma atau lemahnya perbaikan dari faktor pembekuan,
menyebabkan perdarahan yang tertu
Trauma abdomen, muntah yang hebat, batuk yang berlebihan, dan splenomegali berhubungan dengan infeksi virus ini akan menjadi faktor risiko ruptur pada splen pada penderita hemofilia. Pada laporan pasien dengan ruptur splen yang kedua pada trauma tumpul abdomen dan intervensi operasi pada anak yang stabil bisa menyebabkan kebutuhan transfusi lebih lanjut dan menimbukan risiko sepsis pasca splenektomi.
Penanganan tidak operatif pada pasien ini membutuhkan observasi yang ketat dan follow up dengan faKtor penganti factor IX. Tidak ada literatur pasti yang menunjukkan terapi rejimen yang tepat untuk faktor IX. Computed tomography scan( CT- Scan ) ulang . Dengan tindakan pencegahan ini, penanganan yang tidak operatif dapat dipertimbangkan pada pasien hemofilia.