5
D. Prinsip-prinsip Paham Hermeneutika Bagi penganut ajaran hermeneutika, dunia yang kita tinggali ini merupakan sumber pengetahuan yang paling mendasar dan terpenting. Bagi intelektual barat yang mengikuti faham empirisme justru pengetahuan objektif yang menentukan pemahaman atas dunia yang kita tinggali itu. pengikut hermeneutika dalam mempelajari perilaku manusia mencari perspektif yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang paling mendasar. Mereka keberatan dengan konsep perspektif objektif, sebab objektifitas adalah abstraksi dan reduksi dari dunia sebenarnya. Dunia yang kita tinggali dan kita alami ini lebih bermakna daripada alam semesta fisikal. Artinya perspektif keseluruhan dan kontekstual seyogianya menjadi dasar dalam memahami fenomena yang diselidiki. Argumen objektivitas mengandung risiko menjauhkan fenomena dari dunia yang kita tinggali ini. Dunia ini adalah untuk memahami dan menginterpretasi realitas.[40][40] Berikut adalah beberapa prinsip faham hermeneutika: 1. Bila kaum strukturalis berkonsentrasi pada struktur, kaum hermeneutika berkonsentrasi pada makna. Makna ada pada bahasa sebuah tradisi. Pandangan ini berbeda dengan pandangan fenomenologis bahwa makna ada pada kesadaran seseorang. 2. Bahasa adalah pusat kekuatan manusia. Menurut Gadamer, ada (being) yang bisa dimengerti adalah bahasa. Tanpa bahasa tidaklah mungkin memahaminya. Ini mengingatkan kita akan ungkapan lama zoon logon echon, manusia sebagai makhluk berbicara. Sesuai pula dengan pepatah Arab al-Insan hayawan naathiq. 3. Hermeneutika menakankan pemahaman dan komunikasi. Lewat bahasa mereka berupaya untuk mendapatkan pemahaman berjamaah atau shared view. Kuncinya adalah interpretasi terhadap teks. Bagaimana memahami problem dalam konteks kita masa kini ihwal sesuatu yang tertulis dalam teks tradisional yang jauh berbeda dalam ruang dan waktu. 4. Dalam tradisi hermeneutika, subjek dan objek tidak dipisahkan tetapi malah terlibat dalam hubungan komunikatif. Konstruksi makna berdasar pada intersubjektivitas dan dalam konteks tempat kejadian fenomena. Subjektivitas yang dialami bersama secara kolektif jauh lebih bernilai daripada kesimpulan subjektif dan idiosinkratik. 5. Subjek dimaknai demikian adanya karena dunia bahasa yang mereka gali. Dunia adalah bagian dari bahasa. Dunia kita dibentuk oleh bahasa. Interpretasi yang baik menyaratkan adanya keterkaitan (interplay) antar dua konteks. Ini yang disebut Gadamer sebagai fusion of horizons. Dalam tradisi hermeneutika pemahaman itu

hermeneutika

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi

Citation preview

Page 1: hermeneutika

D.  Prinsip-prinsip Paham HermeneutikaBagi penganut ajaran hermeneutika, dunia yang kita tinggali ini merupakan sumber pengetahuan yang paling mendasar dan terpenting. Bagi intelektual barat yang mengikuti faham empirisme justru pengetahuan objektif yang menentukan pemahaman atas dunia yang kita tinggali itu. pengikut hermeneutika dalam mempelajari perilaku manusia mencari perspektif yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang paling mendasar. Mereka keberatan dengan konsep perspektif objektif, sebab objektifitas adalah abstraksi dan reduksi dari dunia sebenarnya. Dunia yang kita tinggali dan kita alami ini lebih bermakna daripada alam semesta fisikal. Artinya perspektif keseluruhan dan kontekstual seyogianya menjadi dasar dalam memahami fenomena yang diselidiki. Argumen objektivitas mengandung risiko menjauhkan fenomena dari dunia yang kita tinggali ini. Dunia ini adalah untuk memahami dan menginterpretasi realitas.[40][40]Berikut adalah beberapa prinsip faham hermeneutika:1.      Bila kaum strukturalis berkonsentrasi pada struktur, kaum hermeneutika berkonsentrasi pada makna. Makna ada pada bahasa sebuah tradisi. Pandangan ini berbeda dengan pandangan fenomenologis bahwa makna ada pada kesadaran seseorang.2.      Bahasa adalah pusat kekuatan manusia. Menurut Gadamer, ada (being) yang bisa dimengerti adalah bahasa. Tanpa bahasa tidaklah mungkin memahaminya. Ini mengingatkan kita akan ungkapan lama zoon logon echon, manusia sebagai makhluk berbicara. Sesuai pula dengan pepatah Arab al-Insan hayawan naathiq.3.      Hermeneutika menakankan pemahaman dan komunikasi. Lewat bahasa mereka berupaya untuk mendapatkan pemahaman berjamaah atau shared view. Kuncinya adalah interpretasi terhadap teks. Bagaimana memahami problem dalam konteks kita masa kini ihwal sesuatu yang tertulis dalam teks tradisional yang jauh berbeda dalam ruang dan waktu.4.      Dalam tradisi hermeneutika, subjek dan objek tidak dipisahkan tetapi malah terlibat dalam hubungan komunikatif. Konstruksi makna berdasar pada intersubjektivitas dan dalam konteks tempat kejadian fenomena. Subjektivitas yang dialami bersama secara kolektif jauh lebih bernilai daripada kesimpulan subjektif dan idiosinkratik.5.      Subjek dimaknai demikian adanya karena dunia bahasa yang mereka gali. Dunia adalah bagian dari bahasa. Dunia kita dibentuk oleh bahasa. Interpretasi yang baik menyaratkan adanya keterkaitan (interplay) antar dua konteks. Ini yang disebut Gadamer sebagai fusion of horizons. Dalam tradisi hermeneutika pemahaman itu dideskripsi sebagai lived atau existential, yakni teralami langsung, bukannya pengalaman yang dijaraki (detached) dengan alasan demi objektivitasnya.6.      Tujuan akhir dari hermeneutika adalah pemahaman yang lebih baik atau pemaknaan (sense making) dari interaksi berbagai konstruksi yang sudah ada, lalu dianalisis agar lebih mudah dipahami pihak lain, sehingga akhirnya dicapailah sebuah konsensus.7.      Pemahaman antarbudaya dan antar zaman seperti halnya pemahaman teks juga, yaitu sebuah dialog lintas budaya dan lintas zaman. Tidak mungkin ada titik temu pemahaman yang pasti, sebab masing-masing dibentuk oleh dunia bahasa dan budayanya sendiri. namun masing-masing dapat berupaya untuk mendapat pemahaman semaksimal mungkin.[41][41]E.  Pendekatan HermenutikaPendekatan hermeneutik menganggap objek kajian sebagai gejala teks. Fakhruddin faiz mencatat pendefinisian dan perkembangan persepsi terhadap hermeneutik menunjukkan bagaimana kronologi pemahaman manusia terhadap model penafsiran. Sebagai suatu metode penafsiran dapat dikatakan bahwa hermeneutik adalah sebuah kajian yang membahas mengenai bagaimana menggunakan instrumen sejarah, filologi, manuskriptologi dan lain sebagainya sebagai sarana untuk memahami maksud dari suatu objek yang ditafsirkan.Hermeneutik adalah suatu pemahaman terhadap pemahaman yang dilakukan oleh seseorang dengan menelaah proses asumsi-asumsi yang berlaku dalam pemahaman tersebut, termasuk diantaranya konteks-konteks yang melingkupi dan mempengaruhi proses tersebut. Setidaknya untuk 2 tujuan: Pertama, untuk meletakan hasil pemahaman yang dimaksud dalam porsi dan proporsi yang sesuai, kedua, untuk melakukan suatu reproduksi makna darai pemahaman terdahulu tersebut dalam bentuk kontekstualisasi.

Page 2: hermeneutika

Hermeneutik bertujuan menghilangkan misteri yang terdapat dalam sebuah simbol dengan cara membuka selubung-selubung yang menutupinya. Hermeneutik membuka makna yang sesungguhnya sehingga dapat mengurangi keanekaan makna dari simbol-simbol itu tadi. Berkaitan dengan studi islam, penting kiranya memahami makna dari ekspresi simbol-simbol yang ada guna mengungkap makna sesungguhnya dibalik suatu teks atau nash.Pendekatan hermeneutik juga dapat digunakan dalam studi islam. Peta hermeneutik menurut palmer adalah:1.         Sebagai teori penafsiran kitab suci( oleh J.C. Danhauer)2.         Sebagai metode filologi, yang hanya menakankan pada kosakata atau gramatika.3.         Sebagai ilmu pemahaman linguistik, sebagai kritik pada metode filologi,dan menawarkan perpaduan gramatikal dan psikologi (oleh Schleiermacher)4.         Sebagai fondasi metodologi ilmu-ilmu kemansusiaan (oleh Wilhelm Dilthey)5.         Sebagai fenomena dasein dan pemahaman eksistensial6.         Sebagai sistem penafsiran[42][42]Menurut Josef Bleicherr,peta hermeneutik ada tiga, sebagai berikut: 1.       Sebagai metodologi2.        Sebagai filsafat atau filosofis3.        Sebagai kritik[43][43]Ada juga ilmuan yang mengelompokan interpretasi atau hermeneutika menjadi:1.       Interpratasi/hermeneutika gramatika bahasa2.       Interpretasi/hermeneutika psiko-historis-sosiologis(ekstra linguistik)3.       Interpretasi/hermeneutika spirit (ideal moral) yakni untuk menemukan konsep dasar/umum/prinsip atau makna universal teks4.       Interpretasi/hermeneutika kontekstual, yakni jawaban terhadap kasus baru berdasarkan nilai ideal-moral[44][44]Dalam konteks penafsiran terhadap al-Quran, Penggunaan hermeneutika dalam dunia penafsiran al Quran adalah hal baru yang belum pernah dilakukan oleh para mufassir terdahulu. Dalam tradisi keilmuwan Islam telah dikenal ilmu tafsir yang berfungsi untuk menafsirkan al-Quran, sehingga ilmu ini dianggap telah mapan dalam bidangnya. Dari segi epistemologi dan metodologi ilmu ini telah diakui mampu mengembankan tugasnya untuk menggali kandungan al Quran.[45][45]Pada awal abad ke-20 beberapa mufassir seperti Muhammad Abduh dalam tafsirnya al Manar telah menggunakan ilmu ini dalam praktek penafsiran ayat-ayat al Quran, yang walaupun dia belum secara eksplisit memproklamirkan penggunaan hermeneutika dalam penafsiran. Penggunaan ilmu ini secara terangterangan baru dilakukan pada tahun tujuh puluhan abad 20.Penggunaan hermeneutika dalam penafsiran ayat-ayat al Quran mendapat tanggapan yang beragam dari para ulama dan cendekiawan muslim. Setidaknya ada dua pendapat tentang penggunaan hermeneutika ini dalam penafsiran al-Quran ini.Pertama, hermeneutika tidak bisa digunakan untuk menafsirkan al Quran. Hermeneutika lahir dan berkembang dari suatu peradaban dan pandangan hidup masyarakat penemunya. Setiap ilmu, konsep atau teori termasuk hermeneutika , pasti merupakan produk dari masyarakat, atau bangsa yang memiliki peradaban dan pandangan hidup sendiri. Pendapat ini dianut oleh sebagian besar mufassir. Beberapa cendekiawan, seperti Alparslam, Hamid Fahmy, Anis Malik Toha, dan Wan Moh Nor sejalan dengan faham di atas.[46][46]Alparslan (salah seorang cendekiawan Turki) berpendapat, ”Pandangan hidup setiap peradaban merupakan kumpulan dari konsep-konsep yang dalam konteks keilmuan berkembang menjadi tradisi ilmiah (scientifik tradition). Tradisi ilmiah pada gilirannya menghasilkan berbagai disiplin ilmu, seperti yang kita lihat sekarang, termasuk teori atau konsep hermeneutika. Karena ilmu dilahirkan oleh pandangan hidup maka ia memiliki presupposisi sendiri dalam bidang etika, ontologi, cosmologi dan metafisika. Hal-hal inilah yang menjadikan ilmu (khususnya ilmu-ilmu sosial), termasuk hermeneutika tidak netral.[47][47]Untuk memperkuat pendapatnya, ia mengutip pendapat salah seorang pakar Hermeneutika Werner G.Jeanrond. Ada tiga milleu penting yang berpengaruh terhadap timbulnya hermeneutika sebagai

Page 3: hermeneutika

suatu metode, konsep atau teori interpretasi. Pertama milleu masyarakat yang terpengaruh oleh pemikiran Yunani. Kedua milleu masyarakat Yahudi dan Nasrani yang menghadapi masalah teks kitab suci mereka dan berupaya untuk mencari model yang cocok untuk interpretasi. Ketiga masyarakat Eropa di zaman Enlightenment yang berusaha lepas dari tradisi dan otoritas keagamaan dan membawa hermeneutika keluar dari konteks keagamaan.[48][48]Selain itu, Epistemologi dalam Islam berbeda dengan epistemologi barat. Dalam Islam sumber inspirasi tidak hanya akal. Karena akal manusia mempunyai keterbatasan. Al Quran banyak menyebutkan peristiwa yang tidak bisa diterima oleh akal. Dan hal ini tidak pernah terlintas dalam pemikiran para pakar hermeneutika. Misalnya ceritera kapalnya nabi Nuh, nabi Ibrahim yang tidak mempan dibakar, nabi Musa yang dapat membelah laut, Isra dan mi’rajnya nabi Muhammad SAW dan banyak lagi. Peristiwa-peristiwa tersebut bukanlah khayalan akan tetapi merupakan khabar shadiq (benar dan tidak diragukan lagi). Selain itu pula jika ilmu pengetahuan berdasarkan pada kepentingan individu-baik bersifat politik, ekonomis maupun idiologi, maka pengetahuan itu tidak dapat diaplikasikan untuk kepentingan individu lain. Apatah lagi diaplikasikan untuk menjelaskan makna-makna ajaran dalam al Quran. Memahami al Quran dengan metode Habermas misalnya, justru merduksi ayat-ayat al Quran ke dalam makna-makna individu. Dalam Islam wahyu (revelation) menempati posisi penting. Rasio an sich sebagai sumber inspirasi seperti pendapatnya Habermas berbeda dengan Islam yang menempatkan wahyu dan rasio sekaligus yang berfungsi sebagai sumber dan penjelas termasuk juga ilmu pengetahuan. Di sinilah letak perbedaan epistemologi hermeneutika Kritis dan Islam.[49][49]Kedua, hermeneutika adalah pengetahuan yang membahas penafsiran dari suatu teks. Teks tersebut meliputi berbagai teks yang merupakan produk ekspresi manusia. Menurut hermeneutika memiliki banyak persamaan dengan ilmu tafsir yang sudah dikenal sejak abad pertama hijriyah. Walaupun hermeneutika lahir dari masyarakat tertentu yang berbeda dengan masyarakat yang memunculkan ilmu tafsir, akan tetapi sebagai ilmu ia bisa digunakan, tentunya dengan penyesuaian-penyesuaian tertentu.[50][50]Suatu peradaban bisa saja mengimport suatu konsep, tentunya dengan proses modifikasi konseptual atau apa yang disebut borrowing proses. Jika modifikasi konsep ini melibatkan konsep-konsep dasar yang lebih utama maka perubahan paradigma (Paradigma Shift) tidak dapat dielakkan. Selain itu juga, Implementasi hermeneutika dalam Islam berbeda dengan hermeneutika dalam dunia Kristen. Implementasi hermeneutika dalam dunia Kristen digunakan untuk mencari orsinialitas kitab suci mereka. Mereka menemukan teks kitab suci yang sangat beragam, sehingga mereka perlu mencari mana dari semua itu yang asli dan paling benar. Sedangkan penggunaan hermeneutika dalam dunia keilmuwan Islam digunakan bukan untuk mencari keotentikan teks al Quran, akan tetapi untuk mencari penafsiran yang paling mendekati kebenaran. Dan kebenaran dari suatu tafsir hanya Allah

Sumarnoyo. 2003. Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: PT Kanisius.