35
1 LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA Aplikasi Pelapisan dengan Beberapa Jenis Minyak Nabati dan Antimikroba untuk Meningkat Daya Simpan Buah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) dalam Suhu Ruang Tahun ke 1 dari rencana 3 tahun Gede Arda, S.TP.,M.Sc.- 0080073002 Prof. Ir. I Made Supartha Utama, MS., Ph.D - 0028115902 Ni Luh Yulianti, S.TP.,M.Si - 0007127805 Ir. I Gusti Ngurah Apriadi Aviantara, MT. - 00090464003 UNIVERSITAS UDAYANA NOPEMBER 2013

HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

1

LAPORAN AKHIRHIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

Aplikasi Pelapisan dengan Beberapa Jenis Minyak Nabati danAntimikroba untuk Meningkat Daya Simpan Buah Tomat (Lycopersicon

esculentum Mill.) dalam Suhu Ruang

Tahun ke 1 dari rencana 3 tahun

Gede Arda, S.TP.,M.Sc.- 0080073002Prof. Ir. I Made Supartha Utama, MS., Ph.D - 0028115902

Ni Luh Yulianti, S.TP.,M.Si - 0007127805Ir. I Gusti Ngurah Apriadi Aviantara, MT. - 00090464003

UNIVERSITAS UDAYANANOPEMBER 2013

Page 2: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

2

HALAMAN PENGESAHANJudul : Aplikasi Pelapisan dengan Beberapa Jenis Minyak Nabati dan

Antimikroba untuk Meningkat Daya Simpan Buah Tomat (LycopersiconesculentumMill.) dalam Suhu Ruang

Peneliti / PelaksanaNama Lengkap : Gede Arda, S.TP.,M.ScNIDN : 0080073002Jabatan Fungsional : Asisten AhliProgram Studi : Teknologi PertanianNomor HP : 08174767372Alamat surel (e-mail) : [email protected] 1 :Nama Lengkap : Prof. Ir. I Made Supartha Utama, MS., Ph.D.NIDN : 0028115902Perguruan Tinggi : Universitas UdayanaAnggota 2 :Nama Lengkap : Ni Luh Yulianti,S.TP.,M.Si.NIDN : 0007127805Perguruan Tinggi : Universitas UdayanaAnggota 3 :Nama Lengkap : Ir I Gusti Ngurah Apriadi Aviantara, MTNIDN : 00090464003Perguruan Tinggi : Universitas UdayanaInstitusi Mitra : -Nama Institusi Mitra : -Alamat : -Penanggung Jawab : -Tahun Pelaksanaan : Tahun ke 1 dari rencana 3 tahunBiaya Tahun Berjalan : Rp. 50.000.000.,Biaya Keseluruhan : Rp. 150.000.000.,

Denpasar,25 Nopember 2013

Mengetahui,

Ketua LPPM KetuaUniversitas Udayana

(Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan, MT) Gede Arda, S.TP.,M.sc.NIP: 19640717 198903 1 001 NIP. 198007302006041003

Page 3: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

3

RINGKASAN

Tujuan penelitian pada tahap pertama ini adalah untuk memperoleh informasi tentang tingkat

efektivitas pelapisan buah tomat menggunakan emulsi minyak nabati. Jenis minyak nabati yang

digunakan adalah minyak kelapa sawit, minyak kanola, minyak wijen dan minyak biji matahari

dengan pembanding adalah tanpa pelapisan. Parameter yang diamati untuk membandingkan

antar perlakuan dan antar perlakuan dengan kontrol adalah susut bobot, kekerasan kulit buah,

total padatan terlarut, pH cairan daging buah, intensitas kerusakan serta pengamatan deskriptif

terhadap penampilan buah tomat selama disimpan di suhu ruang selama 21 hari. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa emulsi minyak nabati mampu memberikan pengaruh terhadap beberapa

parameter mutu buah tomat dengan parameter yang paling utama dipengaruhi adalah susut

bobot dan kekerasan kulit. Diantara empat jenis minyak nabati yaitu minyak kelapa sawit,

minyak kanola, minyak wijen dan minyak biji matahari, minyak wijen memberikan pengaruh

paling signifikan terhadap mutu buah tomat yang disimpan. Pelapisan dengan minyak nabati

mampu mempertahankan bobot buah tomat namun tidak mampu mempertahankan tomat dari

serangan busuk.

Page 4: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

4

PRAKATA

Puja dan puji syukur kami haturkan ke hadapan Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa, karena atasasung kertha waranugraha-Nya kami berhasil menyelesaikan laporan tahunan Hibah grup riset ini.Laporan ini merupakan laporan tahun pertama dari 3 tahun penelitian yang kami rencanakan. Lebihbanyak langkah yang harus ditempuh ketimbang apa yang telah kami raih, namun kami bertekaduntuk menyelesaikan semua tahapan yang sudah kami rencanakan ditengah beragam kendala danhambatan yang kami temui. Namun kami sangat bersyukur bahwa dalam tahapan pertama penelitianini telah berhasil mencapai apa yang telah kami harapkan sehingga bisa melangkah pada tahapselanjutnya.

Besar harapan kami bahwa apa yang telah kami raih untuk bisa dijadikan pertimbangan dari semuapihak yang berkepentingan mengenai pentingnya ketercapaian seluruh tahap penelitian ini, sehinggaapa yang ingin kami berikan sebagai salah satu kontribusi bagi ilmu dan masyakarat dapat dicapaipula

Sebagai akhir kata, terimakasih kepada semua pihak terutama pihak Universitas Udayana melaluilembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang telah memberikan kesempatan dn jugadukungan dana atas penelitian kami

Ketua Tim Peneliti

Gede arda, S.TP.,M.Sc.

Page 5: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

5

DAFTAR ISI

RINGKASAN -------------------------------------------------------------------------- iPRAKATA------------------------------------------------------------------------------ iiDAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------------- iiiDAFTAR TABEL --------------------------------------------------------------------- ivDAFTAR GAMBAR ----------------------------------------------------------------- vBAB 1. PENDAHULUAN ---------------------------------------------------------- 1BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ----------------------------- 4BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA----------------------------------------------------- 6BAB 4. METODE PENELITIAN --------------------------------------------------- 12BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN -------------------------------------------- 20BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ------------------------------- 25BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN -------------------------------------------- 27DAFTAR PUSTAKA

Page 6: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

6

DAFTAR TABEL

No Tabel tentang halaman

Tabel 1. Hasil Uji Jarak Duncan untuk Susut Bobot 21

Tabel 2. Hasil Uji Jarak Duncan untuk Kekerasan 21

Tabel 3. Data Pengamatan Total Padatan Terlarut 22

Tabel 4. Data Pengamatan pH 22

Tabel 5. Analisis Uji Lanjut Duncan Rata-Rata Data TPT 22

Tabel 6. Hasil Uji Jarak Duncan untuk pH 23

Tabel 7. Hasil Uji Jarak Duncan untuk Intensitas Kerusakan 24

Page 7: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

7

DAFTAR GAMBAR

No Gambar tentang halaman

3.1 Tahapan pertumbuhan tanaman tomat 7

3.2 Buah tomat di lahan petani di Bedugul 8

4.1 Road map Penelitian 14

4.2 Diagram Alir uji efektifitas minyak nabati 16

4.3 Diagram alir uji anti mikroba 17

4.4 Gambaran Nilai L, a, dan b dari pengukuranmenggunakan colorimeter

18

Page 8: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

8

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hubungan antara petani selaku produsen komoditi sayuran dan konsumen melalui media

pasar melahirkan berbagai kebutuhan termasuk kebutuhan terhadap paket teknologi. Petani telah

meluangkan porsi waktu yang besar dalam proses budidaya. Hasil akhir yang diharapkan

tentunya produk yang mempunyai kualitas yang baik, sesuai dengan kebutuhan pasar. Di sisi

yang lain, konsumen memiliki daya tawar yang sebanding dengan kemampuannya untuk

membeli. Namun sayangnya tanggung jawab yang harus dipikul oleh petani tidak serta merta

berhenti setelah tanamannya menghasilkan. Mereka harus berjuang lagi untuk memasarkan

seluruh produk yang dihasilkan dengan kendala yang sangat besar adalah produk memiliki

rentang waktu yang sangat terbatas sebelum kerusakan ataupun kebusukan terjadi. Sudah sangat

mahfum di semua stakeholder yang terlibat bahwa produk sayuran mempunyai rentang waktu

yang baik untuk dijual sangat pendek. Sebelum produk diterima oleh end user, setiap pihak yang

terlibat mempunyai kontribusi yang sama dalam proses penurunan kualitas ini. Setiap tindakan

yang dilakukan terhadap produk harus mampu mencegah ataupun menghilangkan sama sekali

beberapa faktor yang mempercepat kerusakan dan penurunan daya jual yaitu: kehilangan

susut/bobot, kerusakan mekanis, kimiawi maupun biologis dan juga kontaminasi benda asing.

Penelitian menyatakan bahwa di negara berkembang-dengan terbatasnya penerapan

teknologi penanganan pasca panen- kehilangan yang dialami ketika produk sampai di tangan

konsumen akhir mencapai 20-40% (kader,2002). Selain disebabkan oleh faktor lingkungan

seperti temperatur, kelembaban, sinar matahari juga lebih banyak disebabkan oleh perilaku

manusia dalam proses penanganan. Oleh karena itu, perbaikan dalam proses penanganan harus

melalui dua jalur yaitu perbaikan perilaku penangan melalui pembinaan dan pelatihan dalam

menerapkan prosedur yang benar dan jalur lainnya melalui introduksi paket teknologi yang tepat

guna.

Dalam proses penanganan beberapa produk sayuran khususnya buah tomat, kerusakan

dimulai saat buah dipanen. Benturan, gesekan maupun tekanan antar buah maupun antara buah

dan wadah adalah sumber kerusakan awal yang dapat mempengaruhi keberhasilan tahapan

penanganan selanjutnya. Kerusakan awal yang kemudian dibarengi oleh pengaruh lingkungan

Page 9: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

9

seperti suhu tinggi dan kelembaban yang rendah membuat produk tidak hanya kehilangan bobot

yang besar, namun juga tomat menjadi rentan terhadap infasi mikroba yang menyerang bagian-

bagian yang terluka. Oleh karena itu, proses sanitasi produk menjadi langkah penting saat buah

sampai di ruang penyimpanan. Ini merupakan langkah penting dan dasar untuk menjamin

keberhasilan langkah penanganan selanjutnya.

Peranan paket teknologi dalam usaha memperpanjang umur simpan produk sayur

khususnya tomat akan diperlukan ketika proses penanganan yang baik sudah bisa dilakukan oleh

petani dan penangan. Tujuan penerapan beberapa teknologi pasca panen adalah untuk

mengurangi laju kerusakan selama produk disimpan. Pada kondisi tomat mempunyai kualitas

baik dan terbebas dari kerusakan, maka faktor lingkungan yang menimpa tomat harus dikurangi.

Suhu mempercepat laju respirasi produk segar, yang akan mempercepat produk kehilangan

bobot dan nutrisi. Langkah penanganan untuk mengurangi proses ini harus dengan menerapkan

manajemen suhu yang baik. Kelembaban yang rendah juga ikut mempercepat laju penguapan air

dari permukaan produk sehingga produk cepat menjadi layu dan keriput. Langkah yang dapat

diambil untuk mengurangi faktor kelembaban adalah dengan mengatur kelembaban ruangan.

Namun faktor kelembaban jarang diatur dibandingkan dengan suhu, oleh karena itu perlindungan

langsung terhadap produk seperti menggunakan pengemasan yang baik, penyiraman ke

permukaan produk ataupun dengan teknik pelapisan permukaan produk dengan lapisan lilin.

Pelapisan dengan menggunakan lilin (wax) pada beberapa produk terbukti memberikan

efek yang baik seperti pada buah manggis Apel Anna (Anany et al,2009), strawberry (Ribeiro et

al, 2007), Asparagus (Tzoumaki, 2009). Namun, jenis lilin yang dijual untuk tujuan khusus ini

masih relatif mahal bagi petani dan mungkin masih tidak mudah untuk diperoleh. Beberapa

penelitian terakhir memberikan peluang untuk membuat sebuah paket teknologi pelilinan dengan

menggunakan sumber alami yang mudah diperoleh yaitu minyak nabati. Oleh sebab itu, dalam

penelitian ini akan dipelajari efektifitas penggunaan beberapa minyak nabati untuk bahan

pelilinan pada buah tomat dalam mempertahankan mutu tomat selama penyimpanan.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk memperoleh efektifitas beberapa minyak

nabati sebagai bahan alternatif lilin (wax) untuk produk tomat yang disimpan dalam suhu ruang.

Penelitian menjadi penting dengan pertimbangan dua faktor utama seperti uraian sebelumnya

yaitu tomat masih dianggap produk dengan nilai ekonomis rendah sehingga penerapan teknologi

pasca panen –yang bagi petani identik dengan biaya mahal – jarang diterapkan oleh petani.

Page 10: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

10

Faktor kedua adalah aksesibilitas petani terhadap bahan lilin (coating). Dengan menggunakan

bahan alternatif yang mudah diperoleh, diharapkan mampu memotivasi petani untuk menerapkan

langkah-langkah penanganan pasca panen yang baik sehingga mutu produk khususnya tomat

dapat ditingkatkan.

Page 11: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah Tomat

Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) merupakan salah satu produk pertanian yang sangat

penting. Selain menjadi bagian yang umum dipakai oleh masyarakat, rentang adaptasi dari tomat

juga sangat luas, sehingga menjadikan tomat di produksi oleh petani sayur dari daerah dataran

rendah sampai dataran tinggi. Disamping itu tomat juga penuh nutrisi dan rendah kalori. Tomat

dengan ukuran medium menyediakan 57% dari Vitamin C yang direkomendasikan setiap hari,

25% vitamin A serta 8% kebutuhan dari zat besi dengan hanya 35 kalori (Lerner, ___)

Tomat merupakan tanaman asli di Benua Amerika yang tersebar dari Amerika Tengah

hingga Amerika Selatan. Tanaman tomat pertama kali dibudidayakan oleh suku Inca dan suku

Aztee pada tahun 700 SM (Prajawati, 2006).

Dalam botani atau ilmu tumbuh-tumbuhan, tanaman tomat diklasifikasikan sebagai berikut

(Atherton dan Rudich, 1986).

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledoneae (berbiji berkeping satu)

Ordo : Tubiflorae

Famili : Solanaceae

Genus : Lycopersicon

Spesies : Lycopersicon esculentum Mill.

Tomat selama masa pertumbuhan mengalami beberapa tahapan :

1. Tahapan Biji (Seed)

2. Tahapan pembenihan (Seedling stage): biasanya periode saat biji tumbuh sampai

penanaman ke lahan

3. Tahapan vegetatif (Vegetative stage): periode dari penanaman di lahan sampai kuncup

bunga mulai berkembang

4. Tahapan berbunga (Flowering stage): tahapan saat kuncup bunga sampai bunga mekar

Page 12: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

12

5. Tahapan berbuah (Fruiting stage) : tahapan saat tanaman membentuk buah kecil sampai

ukuran siap panen (full-sized fruits)

6. Tahapan panen (Harvesting stage) : periode saat tanaman menghasilkan buah matang.

Tahapanpanen

Tahapanpembuahan 55+ HST

Tahapanpembungaan

45+HST

Tahapan pembenihan(seed)

Tahapanvegetatif 24-45 hst

0-45 HSP 0-25 HST (hari)pembenihan penanaman

HSP = Hari Setelah pembenihanHST = Hari Setelah Tanam

Gambar 3.1. Tahapan pertumbuhan tanaman tomat (digambar ulang dariFAO, 2000)

Buah tomat segar, menurut SNI 01-3162-1992 adalah buah dari tanaman tomat dalam

keadaan utuh, segar dan bersih. Menurut beratnya, tomat digolongkan besar (jika beratnya lebih

dari 150 gram/buah), sedang (jika beratnya 100-150 gram/buah), dan kecil (jika beratnya kurang

dari 100 gram/buah).

Page 13: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

13

Gambar 3.2. Buah Tomat di lahan petani di Bedugul (koleksi pribadi)

2.2 Teknologi Pelapisan (coating)

Umumnya produk pertanian segar terutama sayur dan buah-buahan memiliki umur simpan yang

singkat di ruang terbuka. Suhu ruang yang tinggi di daerah tropis dataran rendah serta kelembaban

yang rendah memicu produk melakukan aktivitas fisiologis yang cepat seperti respirasi, penguapan

uap air dari permukaan produk maupun produksi gas ethylene pada beberapa jenis buah-buahan.

Oleh karena itu, manajemen faktor penyimpanan yang baik menjadi penting untuk mengurangi laju

kerusakan buah dan sayuran.

Tomat dengan tekstur yang keras di bagian luar namun mempunyai kandungan air yang

tinggi pada daging buahnya membuat tomat mudah rusak secara mekanis. Kerusakan jaringan

kulit memberikan akses bagi mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Kerusakan dalam

skala besar kerap terjadi pada masa setelah panen sampai konsumsi (Brooks et al, 2008).

Kerusakan terjadi karena 3 faktor utama yaitu: penurunan tingkat desikasi (kekerasan)

permukaan tomat, proses fisiologis pematangan dan setelah matang (senescense) serta kerusakan

akibat berkembangnya mikroba. Oleh karena itu, keringkihan dari tomat membutuhkan

Page 14: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

14

pengembangan teknologi yang mampu mengurangi kerusakan pascapanen dan memperpanjang

umur simpannya (Gonzalez-Aguilar et al., 2009).

Teknologi modified atmosphere (MA) yang berkembang dari tahun 1920-an (Burg, 2004)

telah memberikan dampak yang positif pada banyak produk seperti mangga (Pesis et al., 2000),

bell-peper yang di potong segar (Gonzalez-Aguilar et al. 2004), asparagus (Sothornvit et al.,

2009) atau apel (Hertog et al., 2001). Penyimpanan dengan controlled-atmosphere (CA) dimana

kondisi lingkungan dimonitor dengan ketat dan seringkali digunakan secara komersial untuk

memperpanjang umur simpan dari banyak jenis buah dan sayuran (Smock 1979; Barret et al.

1991). Namun penggunaan teknologi ini sangat membutuhkan modal yang tinggi dan biaya

perawatan yang besar serta memerlukan operator yang terlatih. (Park et al. 1994; Falcao et al,

2007). Teknik yang lebih sederhana dapat diperoleh dengan penggunaan jenis pengemas yang

tepat. Pengemas membantu mengendalikan keluar masuk gas berdasarkan kemampuan pengemas

melalukan gas (permeabilitas gas), sehingga teknologi modified atmosphere menjadi lebih

murah. Penyimpanan dengan teknologi modified atmosphere (MA) yang melibatkan penggunaan

lembaran fleksibel (flexible film) adalah salah satu alternatif yang efektif dalam menciptakan

kondisi lingkungan yang diinginkan. Karena perkembangan dari industri flexibel film, sangat

mungkin untuk diproduksi lembaran yang mempunyai karakteristik fisik untuk menghasilkan

komposisi gas di sekitar produk yang berespirasi (Kader et al. 1989). Namun pemilihan

pengemas yang baik tidak mudah dilakukan dan membutuhkan penelitian tersediri untuk

menentukan jenis pengemas yang tepat sesuai dengan produk yang dikemas.

Teknik terkini yang dapat digunakan adalah dengan pelapisan produk dengan bahan

pelapis yang dapat dibuat dari bahan-bahan buatan pabrik (parafin) ataupun yang dibuat dari

bahan alami. Dengan bahan pelapis ini, seakan-akan pengemas langsung menempel

membungkus produk dengan rekat. Jenis lapisan serta konsentrasi bahan pelapis yang digunakan

mempunyai karakteristik yang berbeda. Penggunaan edible coatings yang dibarengkan dengan

suhu rendah sepertinya menunjukkan cara pendekatan yang menjanjikan dalam upaya untuk

mengurangi masalah yang timbul serta mampu menjaga kesegaran tomat lebih lama (Gonzalez-

Aguilar et al., 2010a). Mekanisme bagaimana edible coating mampu menjaga buah dan sayuran

adalah dengan terciptanya keadaan atmosfer termodifikasi di sekeliling produk yang juga berlaku

sebagai hambatan parsial terhadap gas oksigen dan karbon dioksida, uap air dan senyawa aroma.

Page 15: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

15

Selain itu, pelapisan (coating) juga menurunkan laju respirasi dan penguapan uap air serta

menjaga tekstur dan rasa. (Olivas and Barbosa-Canovas, 2008).

2.3 Pengaruh Pelapisan

Bahan pelapi yang digunakan oleh peneliti sangat bermacam-macam, namun bahan

pelapis dapat dibedakan berdasarkan komposisi dasarnya yaitu bahan pelapis dengan bahan dasar

karbohidrat, lemak dan protein (Cipolatti et al, 2012). Karena bersifat mengemas, pelapisan

memberikan efek terhadap fisiologis produk yang di lapisi. Pelapisan dengan chitosan 2% dan

1% dan disimpan pada suhu 20o mempengaruhi laju respirasi dan laju produksi gas ethylene pada

buah tomat. Akibat pelapisan meningkatkan konsentrasi CO dan menurunkan level gas O2

internal. Namun, dengan pelapisan ini buah tomat lebih keras (firm), mengandung asam titrasi

yang lebih tinggi, tingkat kebusukan yang lebih rendah, serta menunjukkan perubahan warna

merah yang lebih rendah dibandingkan dengan tomat yang disimpan di suhu ruang (Ghaouth et

al, 1992).

Cipolatti et al (2012) meneliti pengaruh protein-phenoclic based coating yang dibuat dari

dedak beras terfermentasi terhadap kehilangan massa, pH, total padatan terlarut serta karotenoid

pada buah tomat cheery (Lycopersicum esculentum). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dengan pelapisan menggunakan bahan tersebut mampu menurunkan laju kehilangan massa

sampai 57% dibandingkan tanpa pelapisan pada suhu ruang. Hasil juga menunjukkan bahwa

pelapisan dengan protein-phenoclic based coating menurunkan reaksi-reaksi pematangan yang

diindikasikan oleh penurunan laju kehilangan massa, pH dan keasaman serta meningkatnya total

karotenoid dibandingkan dengan kontrol (Cipolatti et al, 2012).

Hoa et al (2001) melakukan pelapisan terhadap buah mangga dengan menggunakan

empat jenis bahan pelapis yang berbeda yaitu carnaube wax, shellac, zein, dan turunan cellulosa.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dari keempat jenis pelapis yang digunakan, tiga

diantaranya mampu menunda kematangan buah mangga beberapa hari. Meskipun terjadi

kandungan ethanol yang meningkat akibat reaksi fermentasi, namun tidak mengubah rasa secara

organoleptik. Carnauba wax mampu mencegah kehilangan uap air paling efektif pada RH tinggi

dibandingkan dengan bahan pelapisan yang lain.

Page 16: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

16

III. PERUMUSAN MASALAH, TUJUANDAN LUARAN PENELITIAN

3.1 Rumusan Masalah

Beberapa minyak nabati terbukti memberikan pengaruh yang baik terhadap produk segar

dalam mengurangi laju susut bobot buah selama penyimpanan. Namun, beberapa jenis minyak

nabati yang digunakan dalam penelitian ini belum diketahui tingkat efektifitasnya dalam

mempertahankan mutu tomat segar yang disimpan dalam suhu ruang. Selain itu, studi lanjut juga

dilakukan untuk memperoleh efektifitas minyak nabati yang dikombinasikan dengan bahan

antimikroba ekstrak minyak sereh dalam menjaga mutu buah tomat segar yang disimpan dalam

suhu ruang. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dipelajari jenis minyak nabati mana yang

memiliki efektifitas terbaik dalam menjaga mutu buah tomat segar yang disimpan dalam suhu

ruang? Bagaimana efektifitas jenis minyak nabati terbaik dalam menjaga mutu buah tomat segar

yang disimpan dalam suhu ruang apabila dikombinasikan dengan bahan antimikroba dari ekstrak

minyak sereh?

3.2 Tujuan Penelitian

a. Mempelajari efektifitas beberapa minyak nabati sebagai bahan alernatif untuk pelilinan

pada buah tomat segar yang disimpan dalam suhu ruang dan menentukan jenis minyak

nabati yang terbaik.

b. Mempelajari efektifitas kombinasi antara pelilinan dengan minyak nabati dan

antimikroba dari ekstrak minyak sereh wangi dalam mempertahankan mutu buah tomat

segar yang disimpan dalam suhu ruang.

3.3 Luaran Penelitian

Mengacu pada permasalahan yang dihadapi petani dan penangan buah tomat khususnya,

maka setelah penelitian ini selesai akan tersedia paket teknologi pasca panen untuk buah tomat

segar yang murah dan mudah dibuat. Paket teknologi ini bukan hanya menyasar penanganan

buah tomat saja, namun diharapkan dapat mendorong penerapan pada jenis komoditi segar

lainnya terutama produk yang masih dianggap memiliki nilai ekonomis rendah oleh petani.

Dengan demikian, paket teknologi yang nantinya dibuat akan memberikan manfaat secara

eknonomis baik langsung maupun tidak langsung ke petani. Bagi institusi, hasil penelitian ini

Page 17: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

17

diharapkan menambah khasanah ilmu terapan lainnya sehingga dapat juga memicu penelitian-

penelitian lain khususnya penelitian tentang penanganan pasca panen yang mampu diaplikasikan

petani .

Page 18: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

18

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Garis besar penelitian

Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan paket teknologi berupa emulsi

untuk pelilinan buah tomat dengan bahan minyak nabati yang dikombinasikan dengan antimikroba

dari ekstrak minyak sereh. Kebutuhan emulsi yang tepat guna dan murah diperlukan di masyarakat

khususnya penangan buah dan sayuran. Kemampuan emulsi ini untuk melapisi buah memberikan

lapisan tambahan bagi buah dan memberikan hambatan tambahan bagi uap air lepas dari permukaan

buah; sehingga mampu mempertahankan kesegaran buah lebih lama. Meskipun secara alami, buah

memiliki lapisan lilin ketika masih di inangnya, namun dengan bertambahnya usia buah serta

gesekan selama panen dan penanganan pascapanen mengikis atau menghilangkan sama sekali

lapisan lilin alami ini. Oleh akrena itu pelapisan kembali dengan lapisan lilin buatan dapat

mengembalikan lapisan lilin yang hilang.

Formulasi emulsi ini membutuhkan beberapa syarat yaitu jenis minyak yang efektif dalam

melapisi permukaan buah dan juga dosis efektif dari bahan antimikroba. Oleh karena itu, tahapan

pertama dari penelitian adalah studi komparasi efektifitas jenis minyak nabati yang digunakan yaitu:

minyak kelapa sawit, minyak canola, minyak wijen, minyak biji bunga matahari. Efektifias 4 jenis

ini dipelajari untuk diketahui tingkat efektifitasnya dibandingkan dengan emulsi yang dijual secara

komersial yaitu brogdex dan tanpa pelilinan. Tahapan ini bertujuan untuk memperoleh rekomendasi

jenis minyak nabati yang efektif dalam melapisi tomat. Kegiatan kedua pada tahapan pertama ini

adalah memperoleh dosis minimal dari ekstrak minyak sereh yang efektif membunuh bakteri

pembukus buah tomat yaitu Erwinia carotovora. Penentuan dosis minimal ini diperlukan untuk

menentukan rentang dosis pada saat antimbakteri ini diaplikasikan pada emulsi. Dua kegiatan ini

memberikan informasi awal yang penting dalam formulasi emulsi pada penelitian tahap kedua.

Tahapan selanjutnya adalah penelitian tahap kedua yang bertujuan untuk memperoleh dosis

bahan anti mikroba yang diaplikasikan pada bahan pelilinan. Penentuan dosis yang efektif

menjawab pertanyaan berikut:Apakah dosis minimal bahan antimikroba tetap efektif ketika di

incorpoasikan dengan bahan emulsi? Berapakah dosis di atas dosis minimal bahan animikroba

yang lebih efektif untuk mencegah kebusukan pada tomat? Berapakah dosis di atas dosis minimal

bahan animikroba yang lebih efektif untuk mencegah kebusukan pada tomat namun tidak

Page 19: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

19

mempengaruhi penampakan/mutu dari buah tomat? Dua pertanyaan diatas dapat terjawab dengan

hasil penelitian yang dilaksanakan pada tahap kedua. Hasil akhir dari penelitian tahap kedua adalah

formulasi emulsi.

Tahapan akhir dari penelitian ini adalah validasi formulasi emulsi serta aplikasi emulsi pada

beberapa jenis buah-buahan lain. Validasi diperlukan untuk memastikan bahwa emulsi mempunyai

efektifitas yang teruji pada kondisi yang sama. Tanpa melakukan tahapan yang sama, emulsi

kemudian diujicobakan pada buah-buahan. Hasil penelitian dari tahapa ketiga adalah informasi

mengenai rentang aplikasi dari emulsi yang diperoleh sehingga dapat direkomendasikan di dalam

aplikasinya di penangan buah-buahan. Skema dari road map penelitian dapat dilihat pada skema

dibawah ini.

Page 20: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

20

Gambar. Road map penelitian

Page 21: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

21

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium teknik pasca panen fakultas teknologi pertanian

universitas udayana. Karena ketersediaan buah tomat sepanjang tahun, maka penelitian dapat

dilakukan kapan saja ketika kondisi memungkinkan. Penelitian diharapkan dalat dilakukan pada

musim panas dimana ketersediaan buah tomat melimpah mutu sampel yang diperoleh lebih baik.

Oleh karena itu, penelitian diharapkan dapat dilaksanakan pada bulan april sampai bulan agustus.

4.3 Peralatan

Alat utama yang digunakan meliputi alat untuk dan pendukung perlakuan dan alat ukur

parameter mutu. Alat pendukung perlakuan meliputi cold storage dan rak besi penempatan buah.

Alat ukur mutu meliputi: texture analyzer model TA.XTplus 30 kg, (Stable micro system, England),

untuk pengukuran kekerasan buah, Colorimeter (AccuProbe HH 06, New York, USA), untuk

pengukuran warna buah, digital refractometer (Misco V 1.04 Palm Abbe II, USA), digital pH

meter (Shindengen Isfet KS 701, Japan). Untuk uji efektifitas anti mikroba akan dilakukan di

laboratorium Biosain dan Mikrobiologis Universitas Udayana.

4.3 Prosedur penelitian

4.3.1. Uji efektifitas minyak

Buah tomat yang sudah matang fisiologis, yaitu mulai terbentuk pigmen merah, dipanen

dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya kerusakan akibat panen. Buah yang telah dipetik,

ditempatkan di wadah dan kemudian dipindahkan ke wadah yang lebih besar untuk mengurangi

tekanan saat panen. Sortasi dan grading dilakukan untuk memilih buah yang benar-benar matang,

dan mempunyai ukuran yang hampir seragam. Kemudian buah dibawa ke laboratorium dengan

wadah kardus untuk mengurangi tekanan selama trasportasi. Setelah itu, buah tomat dicuci dan

dikelompokan menjadi 48 unit sampel dengan jumlah masing-masing unit 15-20 buah tomat atau

sekitar 2 kg. langkah terakhir adalah pencelupan sampel ke dalam larutan pelapis yang sudah

disiapkan selama 30 detik lalu ditiriskan. Sampel dikembalikan ke masing-masing unit sampel dan

dialasi dengan kerta buram untuk menyerap sisa air yang menetes. Data awal dicari dari masing-

masing unit sampel, dan selanjutnya dilakukan pengamatan setiap 3 hari sekali

Page 22: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

22

Panen↓Sortasi dan Grading↓

Pencucian↓Pengelompokan menjadi 48 unit sampel

masing-masing 15-20 buah/unit↓Pelilinan dengan mencelupkan buah tomat

ke dalam emulsi dan ditiriskan↓Pengamatan parameter awal↓

Pengamatan setiap 3 hari↓Analisis data

Gambar 3.1. Diagram alir uji efektifitas minyak nabati

4.3.2. Penentuan dosis minimal ekstrak minyak sereh sebagai antimikroba

Ekstrak minyak sereh dicampurkan ke dalam pelarut dengan konsentrasi 1%, 5% dan 10%.

Inoculum bakteri disiapkan untuk objek ujicoba. Ujicoba antimikroba di ujicobakan mulai dari

konsentrasi terendah yaitu 1%. Apabila tidak terjadi aksi penghambatan pertumbuhan bakteri,

konsentrasi antimikroba dinaikkan menjadi 5% dan 10% apabila belum juga terjadi aksi

penghambatan. Apabila terjadi penghambatan pada konsentrasi tertentu, dilakukan penurunan

konsentrasi untuk mengetahui konsentrasi antimikroba minimal yang mampu menghambat

pertumbuhan bakteri.

Page 23: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

23

Gambar 3.2. Diagram alir uji anti mikroba

4.4 Parameter

4.4.1. Kekerasan / Tekstur Buah

Kekerasan buah diukur dengan menggunakan texture analyser. Alat texture analyser

dihubungkan ke perangkat komputer yang dilengkapi dengan software “Texture Exponent 32”.Probe silinder 6 mm pada alat ini digunakan untuk menekan daging buah hingg pecah. Parameter

pengujian digunakan Test speed : 2 mm/second, Distance : 10 mm. pengukuran kekerasan di

lakukan pada dua tempat berbeda pada bagian tengah buah. Nilai kekerasan (beban untuk memecah

buah oleh probe) secara langsung diperlihatkan pada komputer dengan satuan kg/cm2. Pengukuran

dilakukan setiap 3 hari selama penyimpanan.

Persiapan Ekstrak Minyaksereh dengan konsentrasi

10%, 5%, 1%

Persiapan inoculumErwinia carotovora

Uji cobaTerjadi aksi

penghambatan?

Tidak (2)

ya

Perubahankonsentrasi > 10%

Penurunan konsentrasi < darikonsentrasi yang mampumenghambat

Tidak (1)

Konsentrasi Minimal Minyakseerh sebagai antimikroba

Page 24: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

24

4.4.2 Warna Buah

Pengukuran warna pada permukaan kulit buah dilakukan menggunakan alat colorimeter.

Alat colorimeter dihubungkan ke perangkat komputer, lalu alat dan komputer dinyalakan. Software

“AccuWin 32” dibuka dan disetting sesuai perlakuan. Sampel mangga dikupas kulitnya selanjutnya

dilakukan pengukuran pada tiga titik (ujung, tengah dan pangkal buah) lalu tombol ditekan untuk

mulai pengukuran. Standar warna yang digunakan berdasarkan skala Hunter L, a, dan b dimana L

menggambarkan kecerahan warna (range = 0 - 100; angka bertambah besar berarti lebih terang),

huruf a menggambarkan warna merah/hijau (range = (-128) - 127; + warna lebih merah; - warna

lebih hijau), dan huruf b menggambarkan warna kuning/biru (range = (-128) - 127; + warna lebih

kuning; - warna lebih biru) (Anonimus, 2008). Skematik perubahan warna dengan menggunakan

skala Hunter L, a dan b dapat dilihat pada Gambar 3. Pengukuran dilakukan setiap 3 hari selama

pemasakannya.

Gambar 4. Gambaran nilai L, a dan b dari pengukuran menggunakanAlat Colorimeter

4.4.3 Total Padatan Terlarut (TPT)

Pengukuran total padatan terlarut dilakukan dengan alat digital refractometer. Daging buah

dihancurkan terlebih dahulu, cairan yang diperoleh diteteskan pada prisma refraktometer dan secara

otomatis nilai TPT akan terlihat pada pintu pembaca dalam satuan oBrix. Sebelum digunakan, alat

terlebih dahulu di kalibrasi dengan cara meneteskan aquades pada permukaan prisma refractometer

dan menyesuaikan bacaan pada angka nol (0), kemudian dibersihkan dengan tissue lalu teteskan

sampel. Pengukuran dilakukan setiap 3 hari selama pemasakannya.

Page 25: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

25

4.4.5 pH Daging Buah

Pengukuran pH dilakukan menggunakan digital pHmeter. Alat di kalibrasi dengan cara

meneteskan larutan buffer pH 6,9 pada permukaan sensor pHmeter. Daging buah tomat di peras

disaring dengan kertas saring selanjutnya hasil saringan diteteskan pada sensor pHmeter. Setelah itu

alat akan bekerja secara otomatis sehingga muncul angka yang menunjukkan pH dari jus buah

tomat.

Page 26: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

26

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelapisan pada tomat dengan menggunakan emulsi, merupakan salah satu cara untuk

mengembalikan kemampuan produ k segar dalam mempertahankan kesegarannya. Pelapisan

dengan emulsi pada hakekatnya mengemas produk sehingga uap air tidak dengan mudah lepas dari

produk. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kandungan air awal sehingga produk mempunyai

tingkat kesegaran lebih lama. Tujuan lain adalah untuk menghambat gas oksigen dan karbon

dioksida masuk atau keluar dari produk sehingga laju respirasi tomat dapat ditekan. Perlambatan

pada laju respirasi berdampak pada penurunan laju oksidasi bahan-bahan yang dikandung oleh

tomat seperti karbohidrat. Dengan demikian, pelapisan dengan emulsi berdampak secara fisik dan

kimia terhadap tomat yaitu tomat dapat lebih segar, dengan kandungan nutrisi yang relatif tinggi

serta kemungkinan terjaganya penampilan tomat selama penyimpanan.

Penelitian ini berfokus pada pengamatan pengaruh pelapisan dengan emulsi minyak nabati

terhadap beberapa parameter mutu tomat yaitu parameter fisik meliputi susut bobot, tekstur dan

warna, kimia yang meliputi pH serta Total Padatan Terlarut, serta pengamatan deskriptif yang

meliputi intensitas kerusakan fisik dan biologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum

pelapisan dengan emulsi minyak nabati memberikan efek yang baik terhadap tomat selama

penyimpanan. Parameter mutu yang paling signifikan dipengaruhi oleh perlakukan adalah susut

bobot dan tekstur, sedangkan parameter warna, pH dan Total Padatn terlarut tidak dipengaruhi oleh

pelapisan.

5.1. Susut bobot

Hasil pengamatan susut bobot menunjukkan bahwa pengaruh jenis emulsi tampak pada hari

ke 6, 9, 12 dan hari terakhir pengamatan, hari ke 21. Hasil pengamatan juga menunjukan bahwa

perlakukan dengan menggunakan emulsi minyak wijen (E3) memberikan pengaruh yang paling

nyata dan juga paling cepat menunjukkan pengaruhnya, sedangkan perlakuan dengan minyak

emulsi yang lain yaitu E1 mulai berpengaruh pada hari ke-9. Pada akhir pengamatan, pelapisan

dengan emulsi minyak wijen menunjukkan pengaruh yang nyata dalam mempertahankan tomat dari

susut bobot.

Page 27: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

27

Tabel 1. Hasil Uji Jarak Duncan untuk Susut Bobot

Perlakuan Pengamatan Hari ke3 6 9 12 15 18 21

E0 1.41 3.06 a 4.20 a 5.95 a 9.41 9.98 11.42 aE1 1.11 1.96 ab 3.00 bc 4.31 bc 6.03 8.89 9.25 abE2 1.03 2.10 ab 3.05 abc 4.47 bc 5.85 7.62 8.78 abE3 0.82 1.48 b 2.20 c 3.25 c 5.11 6.07 7.63 cE4 1.27 2.40 ab 3.73 ab 5.23 ab 7.10 7.80 9.73 aE5 1.22 2.08 ab 3.35 abc 4.53 abc 6.92 8.17 11.63 a

Keterangan : 1. Huruf yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukan nilai yang tidak berbeda nyata. (α = 5%)2. Kontrol (E0), Minyak kelapa (E1), Minyak biji bunga matahari (E2), Minyak wijen (E3),

Minyak canola (E4)

5.2 Kekerasan

Kekerasan buah tomat dipengaruhi oleh laju penguapan air dari produk dan perubahan

psiko-kimia akibat proses pematangan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pelapisan dengan

emulsi minyak nabati memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kekerasan kulit tomat. Dari

tabel dapat diketahui bahwa kekerasan kulit tomat sudah mulai berbeda sejak hari ke-3 dan

kemudian berlanjut pada hari ke-12, 15 dan berakhir pada hari ke-18. Meskipun ada perbedaan

antar perlakuan pada hari ke-3, hanya perlakuan E3 (emulsi minyak wijen) yang menunjukkan

pengaruh paling nyata. Pada hari ke-12 emulsi minyak wijen masih menunjukkan pengaruh yang

nyata diikuti oleh emulsi minyak kanola. Penomena yang sama tetap berlanjut sampai pengamatan

hari ke-18. Di akhir pengamatan, semua perlakuan tidak menunjukkan pengaruh terhadap nilai

kekerasan kulit tomat.

Tabel 2. Hasil Uji Jarak Duncan untuk Kekerasan

Perlakuan 3 6 9 12 15 18 21E3 10,09 a 8,65 7,35 7,13 a 6,48 a 5,77 a 5,29E5 9,65 ab 8,29 6,90 6,58 b 5,90 b 5,71 ab 4,16E2 8,82 b 8,14 6,84 6,48 bc 5,68 bc 5,29 abc 4,88E0 8,76 bc 7,76 6,61 6,47 bcd 5,44 bcd 5,22 abc 4,53E1 8,55 c 7,79 7,02 6,27 cde 5,06 de 4,87 c 4,91E4 8,46 c 8,29 6,83 5,85 e 4,80 e 4,73 c 4,80Keterangan : 1. Huruf yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukan nilai yang tidak berbeda nyata. (α = 5%)

2. Kontrol (E0), Minyak kelapa (E1), Minyak biji bunga matahari (E2), Minyak wijen (E3),Minyak canola (E4)

Page 28: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

28

5.3 Total Padatan terlarut dan pH

Secara umum, kandungan padatan terlarut dari tomat semakin lama semkin menurun.

Semakin matang buah tomat, menunjukkan kandungan total padata terlarutnya semakin rendah. Hal

ini menunjukkan bahwa cairan di dalam pulp buah semakin menurun. Namun hasil pengamatan pH

pulp tomat menunjukkan perubahan yang berbanding terbalik yaitu cenderung meningkat dengan

bertambahnya waktu penyimpanan. (Tabel <><><>). Hasil uji varian yang kemudian dilanjutkan

dengan uji jarak Duncan menunjukkan bahwa perlakuan dengan minyak wijen mempengaruhi

keadaan total padatan terlarut dan juga derajat keasaman (pH) buah tomat.

Tabel 3. Data Pengamatan Total Padatan Terlarut

perlakuan Pengamatan hari ke0 3 6 9 12 15 18 21

E0 5,33 3,92 4,63 3,52 3,48 3,08 2,75 2,42E1 5,33 4,20 4,37 3,87 3,70 3,33 2,83 2,75E2 5,33 4,28 4,37 3,90 3,78 3,38 3,08 2,75E3 5,33 5,05 5,07 4,83 3,92 3,73 3,60 2,92E4 5,33 4,52 4,27 4,12 3,78 3,33 3,00 2,75

Keterangan : Kontrol (E0), Minyak kelapa (E1), Minyak biji bunga matahari (E2), Minyak wijen (E3), Minyakcanola (E4)

Tabel 4. Data Pengamatan pH

Perlakuan Pengamatan hari ke0 3 6 9 12 15 18 21

E0 4,4 4,4 4,4 5,0 5,0 5,1 5,1 5,2E1 4,4 4,2 4,4 4,7 4,9 4,9 5,1 5,0E2 4,4 4,4 4,4 4,8 4,7 5,0 5,0 5,0E3 4,4 4,4 4,5 4,5 4,7 4,7 4,9 5,0E4 4,4 4,6 4,6 4,6 4,8 5,0 5,0 5,1

Keterangan : Kontrol (E0), Minyak kelapa (E1), Minyak biji bunga matahari (E2), Minyak wijen (E3), Minyakcanola (E4)

Page 29: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

29

Tabel 5. Analisis Uji Lanjut Duncan Rata-Rata Data TPTPerlakuan Pengamatan Hari ke

0 3 6 9 12 15 18 21E0 5.3 3.9 e 4.6 3.5 e 3.5 b 3.1 d 2.8 b 2.4 bE1 5.3 4.2 cd 4.3 3.8 bcd 3.7 ab 3.3 abcd 2.8 b 2.8 abE2 5.3 4.2 bc 4.3 3.9 bc 3.8 a 3.4 abc 3.1 ab 2.8 abE3 5.3 5.1 a 5.1 4.8 a 3.9 a 3.7 a 3.6 a 2.9 aE4 5.3 4.5 b 4.3 4.1 b 3.8 a 3.3 ab 3.0 b 2.8 abE5 5.3 3.9 de 4.3 3.8 cde 3.4 b 3.2 d 2.8 b 2.5 bKeterangan : 1. Huruf yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukan nilai yang tidak berbeda nyata. (α =

5%)2. Kontrol (E0), Minyak kelapa (E1), Minyak biji bunga matahari (E2), Minyak wijen (E3), Minyak

canola (E4), Wax brogdex (E5)

Tabel 6. Hasil Uji Jarak Duncan untuk pH

Perlakuan Pengamatan hari ke

0 3 6 9 12 15 18 21

E0 4.370 4.367 4.417 5.047 a 5.017 a 5.100 a 5.117 5.217

E1 4.370 4.200 4.400 4.650 bc 4.867 ab 4.933 abce 5.083 5.033

E2 4.370 4.367 4.383 4.767b 4.733 bcd 5.017 abc 4.950 5.000

E3 4.370 4.400 4.467 4.500 c 4.650 d 4.700 e 4.917 4.967

E4 4.370 4.567 4.603 4.633 bc 4.783 bcd 5.000 abcd 4.950 5.067

Keterangan : 1. Huruf yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukan nilai yang tidak berbeda nyata. (α = 5%)2. Kontrol (E0), Minyak kelapa (E1), Minyak biji bunga matahari (E2), Minyak wijen (E3),

Minyak canola (E4)

5.4 Intensitas Kerusakan

Kerusakan yang diamati meliputi kerusakan fisik seperti pecah kulit, pelunakan daging

buah, ataupun kerusakan yang merupakan kombinasi antara fisik dan biologis. Kerusakan fisik dan

biologis yang dimaksud adalah rusaknya jaringan buah tomat baik di dalam maupun sampai ke

permukaan buah yang dibarengi dengan keluarnya cairan (juice) buah tomat yang tidak segar dan

berbau tidak enak. Hasil uji beda rata-rata dengan Uji Jarak Berganda Duncan (P=0.05) dihari ke 9

menunjukan bahwa intensitas kerusakan fisik terkecil ditunjukan pada perlakuan emulsi minyak

Page 30: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

30

wijen (E3) yang berbeda secara nyata dengan perlakuan E5, E0, E2, dan E4 sedangkan pada

perlakuan E1 tidak berbeda nyata. Sedangkan intensitas kerusakan fisik yang tertinggi ditunjukan

pada perlakuan E5. Hasil yang hampir sama juga ditunjukan pada pengamatan hari ke 12, 15, dan

18. Hal ini dimana perlakuan E5 atau emulsi yang berbahan wax brogdex yang tidak sesuai

prosedur penggunaan menyebabkan intensitas kerusakan fisik pada sampel buah menjadi tinggi

dibandingkan dengan perlakuan E0 dan perlakuan yang menggunakan emulsi berbahan minyak

nabati. Hal serupa juga terlihat pada pengamatan perubahan berat dan kekerasan pada buah tomat.

Pemberian lapisan berbahan minyak dapat menggurangi laju respirasi lebih baik dari pada pelapisan

lilin terutama pada keadaan anaerob yang dapat menggurangi kerusakan pada buah-buahan (Mitra.

1997).

Tabel 7. Hasil Uji Jarak Duncan untuk Intensitas Kerusakan

Perlakuan Pengamatan hari ke6 9 12 15 18 21

E0 0.44 0.44 ab 16.44 abc 26.22 abc 45.78 abc 61.33E1 0.44 0.44 c 9.33 bcd 17.78 bcd 30.67 bcd 54.22E2 0.44 0.44 ab 19.11 ab 29.78 ab 47.11 ab 60.89E3 0.00 0.00 c 2.22 d 11.11 d 19.56 d 37.33E4 5.78 5.78 ab 13.33 bcd 20.89 bcd 36.00 abcd 48.44

5.5. Pengamatan Deskriptif

Pola perubahan penampilan buah tomat dapat diuraikan sebagai berikut: perubahan warna

pada buah tomat mulai terlihat dari breaker menjadi kuning pada hari ketiga. Namun perubahan ini

belum mulai nampak pada buah tomat yang mengalami pelapisan sampai pada hari ke 6. Setelah

hari ke-6 pengamatan, tomat mulai mengalami perubahan warna secara cepat menuju warna merah.

Perubahan fisik berupa munculnya kerutan-kerutan pada permukaan tomat mulai tampak pada hari

ke-12. Kerusakan biologis juga mulai terlihat, yang menandakan bahwa infasi mikrobilogis tidak

mampu dicegah oleh pelapisan dengan emulsi minyak nabati ini. Perubahan warna terus berlanjut

sampai pada akhir pengamatan dengan warna merah sebagai puncak warna yang bisa dicapai. Hasil

Page 31: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

31

pengamatan yang paling bisa disimpulkan adalah, pelapisan dengan minyak wijen menunjukkan

tingkat kerusakan fisik yang paling rendah.

Page 32: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

32

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Dari penelitian tahapan pertama dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Emulsi minyak nabati mampu memberikan pengaruh terhadap beberapa parameter mutu

buah tomat dengan parameter yang paling utama dipengaruhi adalah susut bobot dan

kekerasan kulit.

2. Diantara empat jenis minyak nabati yaitu minyak kelapa sawit, minyak kanola, minyak

wijen dan minyak biji matahari, minyak wijen memberikan pengaruh paling signifikan

terhadap mutu buah tomat yang disimpan.

3. Pelapisan dengan minyak nabati mampu mempertahankan bobot buah tomat namun tidak

mampu mempertahankan tomat dari serangan busuk

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, persiapan sampel dan keseragaman sampel

memgang peranan penting. Diupayakan agar sampel dapat diperoleh langsung dari lahan sehingga

keseragaman sampel yang baik. Disamping itu, pemberian waktu tenggang sekitar beberapa hari

untuk melihat kerusakan akibat kerusakan sebelum dan saat panen sangat penting. Untuk

memperoleh sampel yang seragam, dapat disiapkan jumlah unit sampel yang banyak untuk

kemudian dipilih sampel yang baik dan utuh.

Page 33: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

33

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDYQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.extension.iastate.edu%2FPublications%2FPM608.pdf&ei=qD4hUc3yO4iurAefxIGgCg&usg=AFQjCNGabHKGYShED_ZeB_4PtMpXwCZowA&sig2=AzZMNLcGuPqM9olH8-vfng&bvm=bv.42553238,d.bmk.

A.M.El-Anany, G.F.A.Hassa, And F.M. Rehab Ali. 2009, Effectts of Edible Coating on The ShelfLife and Quality of Anna Apple (Malus Domestica Borklt) During Cold Storage JournalOf Food Technology 7 (1):5-11, 2009.

Alejandra G. Ponceb, Sara I. Rouraa, Carlos E. del Vallea, Mar´ia R. Moreiraa. 2008.Antimicrobial and antioxidant activities of edible coatings enriched with natural plantextracts: In vitro and in vivo studies. Postharvest Biology and Technology 49 (2008) 294–300.

Baldwin, E.A, M.O. Nisperos, X. Chen , R.D. Hagenmaier. Improving storage life of cut apple andpotato with edible coating . Postharvest Biology and Technology 9 ( 1996) 15 l-1 63.

Barrett, D.M., Lee, C.Y. And Liu, F.W. 1991. Changes in ‘Delicious’ apple browning and softeningduring controlled atmosphere storage. J. Food Quality 14, 443-453.

Brooks, M.S., N.H.A. El-Hana and A.E. Ghaly, 2008. Effects of tomato geometries and airtemperature on the drying behavior of plum tomato. Am. J. Applied Sci., 5: 1369-1375.DOI: 10.3844/ajassp.2008.1369.1375.

Burg, Stanly P. 2004. Postharvest Physiology and Hypobaric Storage of Fresh Produce. BiddlesLtd, King’s Lynn.United Kingdom.

Chang-Kui Ding, Kazuo Chachin, Yoshinori Ueda , Yoshihiro Imahori a, Chien Y. Wang .Modifiedatmosphere packaging maintains postharvest quality of loquat fruit. Postharvest Biologyand Technology 24 (2002) 341–348.

CIPOLATTI, Eliane Pereira, Larine KUPSKI1, Meritaine da ROCHA, Melissa dos SantosOLIVEIRA, Jaqueline Garda BUFFON, Eliana Badiale FURLONG.2012.Application ofprotein-phenolic based coating on tomatoes (Lycopersicum esculentum). Ciênc. Tecnol.Aliment., Campinas, 32(3): 594-598, jul.-set. 2012.

Ghaouth, Ahmed El, Rathy Ponnampalam, François Castaigne, and Joseph Arul, 1992. ChitosanCoating to Extend the Storage Life of Tomatoes. Hortscience 27(9):1016-1018.

Jaqueline Garda BUFFON, Eliana Badiale FURLONG.2012.Application of protein-phenolic basedcoating on tomatoes (Lycopersicum esculentum). Ciênc. Tecnol. Aliment., Campinas,32(3): 594-598, jul.-set. 2012

Page 34: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

34

Clara Ribeiro a,b,*, Ant´onio A. Vicente a, Jos´e A. Teixeira a, Cˆandida Miranda.2007.Optimization of edible coating composition to retard strawberry fruit senescence.Postharvest Biology and Technology 44 (2007) 63–70.

Desmond B.C.M. Worrell, Fosb.on, Donald J. Huber, Sean Carringt. 2002. The use of lowtemperature and coatings to maintain storage quality of breadfruit, Artocarpus altilis(Parks.) Postharvest Biology and Technology 25 (2002) 33–40.

Falcao-Rodrigues, M. M.; Moldao-Martins, M.; Beirao‑Da-Costa, M. L. DSC as a tool to assessphysiological evolution of apples preserved by edible coatings. Food Chemistry, v. 102, p.475-480, 2007.

FAO, 2000. Tomato Integrated Pest Management an Ecological Guide Training Resource Text onCrop Development, Major Argonomic Practices, Disease and Insect Ecology, Insect Pests,Natural Enemies and Disease of Tomato. FAO inter-country programme for thedevelopment and application of inegrated pest management in vegetable growing in southand south-east asia. December 2000

Edna Pesis, Dalia Aharoni, Zion Aharon, Rosa Ben-Arie, Nehemia Aharoni, Yoram Fuchs. 2000Modified atmosphere and modified humidity packaging alleviates chilling injurysymptoms in mango fruit Postharvest Biology and Technology 19 (2000) 93–101.

Hagenmaier R.D.. 2009. The flavor of mandarin hybrids with different coatings. PostharvestBiology and Technology 24 (2002) 79–87.

Hagenmaier, Robert D .Jinhe Bai, Elizabeth A. Baldwin.2003. Coating selection for ‘Delicious’ andother apples . Postharvest Biology and Technology 28 (2003) 381/390.

G. Oms-Oliu, R. Soliva-Fortuny, O. Mart´in-Belloso. 2008. Edible coatings with antibrowningagents to maintain sensory quality and antioxidant properties of fresh-cut pears.Postharvest Biology and Technology 50 (2008) 87–94.

G.A. Gonzalez-Aguilar, J.F. Ayala-Zavala, S. Ruiz-Cruz, E. Acedo-Felix, M.E. Dıaz-Cinco . 2004.Effect of temperature and modified atmosphere packaging on overall quality of fresh-cutbell peppers Lebensm.-Wiss. u.-Technol. 37 (2004) 817–826.

Gonzalez-Aguilar, G., J. Ayala-Zavala, G. Olivas, L. de la Rosa and E. Alvarez-Parrilla, 2010a.Preserving quality of fresh-cut products using safe technologies. J. Für Verbraucherschutzund Lebensmittelsicherheit, 5: 65-72. DOI: 10.1007/s00003-009-0315-6.

Gonzalez-Aguilar, G.A., E. Valenzuela-Soto, J. Lizardi-Mendoza, F. Goycoolea and M.A.Martinez-Téllezet al., 2009. Effect of chitosan coating inpreventing deterioration andpreserving the quality of fresh-cut papaya ‘Maradol. J. Sci. Food Agric., 89: 15-23. DOI:10.1002/jsfa.3405 .

Page 35: HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA

35

Hoa ,Thai Thi, Marie-Noelle Ducamp. 2008. Effects of different coatings on biochemical changesof ‘cat Hoa loc’ mangoes in storage. Postharvest Biology and Technology . 48 (2008) 150–152.

Kader, A.A., Zagory, D. And Kerbel, E.L. 1989. Modified atmosphere packaging of fruits andvegetables. Crit. Rev. Food Sci. Nutr. 28, 1-29.

Lerner, B.Rosie. Tomatoes.http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CC0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.hort.purdue.edu%2Fext%2FHO6.PDF&ei=qD4hUc3yO4iurAefxIGgCg&usg=AFQjCNFUdWAEzc8ceaekTRK1Qa8VvqsA&sig2=urdrVhSpWFC6_6NAR19x0Q&bvm=bv.42553238,d.bmk.

Maarten L.A.T.M. Hertog *, Sue E. Nicholson, Nigel H. Banks .The effect of modified atmosphereson the rate of firmness change in ‘Braeburn’ apples. Postharvest Biology and Technology23 (2001) 175–184.

Olivas, G.I. and G.V. Barbosa-Canovas, 2008. Alginate-calcium films: Water vapor permeabilityand mechanical properties as affected by plasticizer and relative humidity. LWT Food Sci.Technol., 41: 359-366. DOI: 10.1016/j.lwt.2007.02.015.

Park, H.J., M.S. Chinnan And R.L. Shewfelt. 1994. Edible Corn-Zein Film Coatings To ExtendStorage Life Of Tomatoes. Journal of Food Proceesing and Preservation 18 (1994) 317-331.

Rungsinee Sothornvit, Peeriya Kiatchanapaibul. 2009. Quality and shelf-life of washed fresh-cutasparagus in modified atmosphere packaging LWT - Food Science and Technology 42(2009) 1484–1490.

Smock, R.M. 1979. Controlled atmosphere storage of fruits. Hort. Rev. 1, 301-336.

Tzoumaki, Maria V, Costas G. Biliaderis, Miltiadis Vasilakakis. 2009. Impact of edible coatingsand packaging on quality of white asparagus (Asparagus officinalis, L.) during coldstorage. Food Chemistry 117 (2009) 55–63.