19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam-macam Anak Berkebutuhan Khusus. Salah satunya anak hiperaktif. Anak hiperaktif juga merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu keterampilan, maupun secara akademik. Permasalahan yang dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak hiperaktif tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak hiperaktif. Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi mengenai siapa anak hiperaktif, penyebabnya dan lainnya. Dengan adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum.. Oleh karena itu makalah ini nantinya dapat membantu kita mengetahui anak hiperaktif tersebut. Perilaku hiperaktif dapat dialami oleh anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian. Hal ini ditandai dengan ciri-ciri sering bergerak, menjawab dengan cepat sebelum pertanyaan selesai,sulit untuk menunggu giliran, menyela permainan yang sedang berlangsung, sulit bermain dengan diam, sulit berkonsentrasi dan sulit mengatur aktivitas. Anak yang berperilaku hiperaktif dapat berisiko tinggi seperti gagal di sekolah, mengalami masalah sosial yang serius, termasuk kesulitan bergaul sekaligus konflik dengan anggota keluarga, sering dimarahi dan dihukum oleh para pengasuh, dibenci

hiperaktif

  • Upload
    acs

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

peran apoteker bagi penderita HIV

Citation preview

Page 1: hiperaktif

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam-macam Anak Berkebutuhan

Khusus. Salah satunya anak hiperaktif. Anak hiperaktif juga merupakan pribadi individu yang

harus diberi pendidikan baik itu keterampilan, maupun secara akademik. Permasalahan yang

dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak hiperaktif tersebut. Oleh

kerena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak hiperaktif. Dalam pengkajian tersebut kita

butuh banyak informasi mengenai siapa anak hiperaktif, penyebabnya dan lainnya. Dengan

adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum.. Oleh karena itu makalah ini nantinya dapat

membantu kita mengetahui anak hiperaktif tersebut.

Perilaku hiperaktif dapat dialami oleh anak yang mengalami gangguan pemusatan

perhatian. Hal ini ditandai dengan ciri-ciri sering bergerak, menjawab dengan cepat sebelum

pertanyaan selesai,sulit untuk menunggu giliran, menyela permainan yang sedang berlangsung,

sulit bermain dengan diam, sulit berkonsentrasi dan sulit mengatur aktivitas.

Anak yang berperilaku hiperaktif dapat berisiko tinggi seperti gagal di sekolah,

mengalami masalah sosial yang serius, termasuk kesulitan bergaul sekaligus konflik dengan

anggota keluarga, sering dimarahi dan dihukum oleh para pengasuh, dibenci oleh teman-teman di

sekolah, bahkan diberi lebel sebagai “anak nakal”. Semua faktor-faktor tersebut dapat

berpengaruh terhadap timbulnya kekacauan sikap dan perilaku anak. Hasil penelitian Caspi, Ben

dan Ader (dalam Prasetya, 2003: 98) bahwa anak-anak yang memiliki masalah dan perangai

buruk pada masa kanak-kanak berpeluang terbawa sampai pada masa dewasa. Olehnya itu anak

yang menunjukkan perilaku hiperaktif harus mendapat perhatian dan penanganan yang tepat dan

berkesinambungan agar memiliki kesempatan berkembang menjadi manusia yang sukses dimasa

depan. Perilaku buruk pada masa kanak-kanak apabila tidak diatasi cenderung bermasalah pada

saat dewasa, sehingga dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam lingkungan sekolah,

lingkungan pekerjaan dan keluarga mereka menghadapi banyak masalah.

Page 2: hiperaktif

B. Tujuan

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas khusus Praktek Kerja

Profesi Apoteker di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui definisi, penyebab,

gejala,penanganan serta obat-obatan pada anak hiperaktif dan bagaimana peran apoteker bagi

anak hiperaktif agar dapat menambah pengetahuan penulis ataupun pembaca.

Page 3: hiperaktif

BAB II

PEMBAHASAN

I. Definisi Anak Hiperaktif

Gangguan hiperaktif sesungguhnya sudah dikenal sejak sekitar tahun 1900 di tengah dunia

medis. Pada perkembangan selanjutnya mulai muncul istilah ADHD (Attention

Deficit/Hyperactivity disorder). Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan

pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity

disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini

sering disebut minimal brain dysfunction syndrome.

Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan

dini (sebelum berusia tujuh tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian,

hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga

dewasa.

Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan

pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku

yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa

berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah kondisi

yang amat kompleks; gejalanya berbeda-beda.

Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi

ADHD ke dalam tiga jenis yaitu :

1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian.

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif.

Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan.

Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada “di awang-

awang”.

2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.

Page 4: hiperaktif

Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan

perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.

3.Tipe gabungan.

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak

anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola

perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak

menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu

bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh

anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke

fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan

mengasikkan namun tidak kunjung datang.

II. Ciri-Ciri Anak Hiperaktif

Ada tiga tanda utama anak yang menderita ADHD, yaitu :

a. Inatensi tidak ada perhatian

Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak

dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu

mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian

dari satu hal ke hal yang lain.Ketidak-mampuan memusatkan perhatian pada beberapa hal

seperti membaca, menyimak pelajaran.

b. Hiperaktif

Mempunyai terlalu banyak energi. Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang

tidak bisa diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan

bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu, ia

cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.

c. Impulsif

Page 5: hiperaktif

Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam

dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut

mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari

gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang

menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab

sebelum pertanyaan selesai diajukan. Bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang

lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa

dipikirkan terlebih dahulu akibatnya. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti

antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan

aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa

syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak

berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah

dan di sekolah.

Adapun ciri-ciri khusus anak yang hiperaktif diantaranya ialah sebagai berikut :

Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.

Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.

Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.

Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.

Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah

habis.

Sering terlalu banyak bicara.

Sering sulit menunggu giliran.

Sering memotong atau menyela pembicaraan.

Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap

lawan bicaranya).

Page 6: hiperaktif

III. Faktor-Faktor Penyebab Hiperaktif

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain:

1. Faktor Genetik

Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan

anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya

hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar. Anak laki-laki

dengan eksra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan hiperaktif

dibanding kembar dua telur.

2. Faktor Neurologik

Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-

masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara

ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan

persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan

rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohl juga meninggikan

insiden hiperaktif.

Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi

yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di

otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara

proses konsentrasi.

Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu

pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik

otak, khususnya sisi sebelah kanan

3. Faktor toksik

Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet

memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah

Page 7: hiperaktif

(lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi

alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.

4.Faktor Kultural dan Psikososial

Pemanjaan.

Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis, membujuk-

bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering

memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.

Kurang disiplin dan pengawasan.

Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab

perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu saja untuk berbuat sesuka hatinya

dalam rumah, maka anak tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain termasuk di

sekolah. Dan orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di

sekolah.

kesenangan.

Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki

ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau

mendengarkan dan menyesuaikan diri.

IV. Pengobatan

Penanganan Anak ADHD / Anak Hiperaktif meliputi; Pemberian obat (medication),

Konseling (psychotherapy), Pendidikan atau Pelatihan (education or training) atau kombinasi

dari treatment tersebut. Obat yang diberikan untuk penderita ADHD biasanya golongan

stimulant.  Sangat sedikit  obat golongan non stimulant untuk terapi ADHD.

Obat hanya mengontrol gejala yang timbul selama obat tersebut diminum.  Obat tidak

dapat memberikan kesembuhan yang permanen.  Treatment  terpenting untuk penderita ADHD

adalah dengan memberikan edukasi dan pelatihan (Edufeedback). Berdasarkan penelitian terbaru

Page 8: hiperaktif

tentang otak, bahwa otak manusia akan selalu dapat beradaptasi dan berkembang terhadap

rangsangan yang diberikan sepanjang hidupnya.  Teori ini disebut Neuroplastisitas.

Contoh obat-obat hiperaktif adalah sebagai berikut:

Trade Name Generic Name Approved Age

Adderall amphetamine 3 and older

Adderall XR amphetamine (extended release) 6 and older

Concerta methylphenidate (long acting) 6 and older

Daytrana methylphenidate patch 6 and older

Desoxyn methamphetamine hydrochloride 6 and older

Dexedrine dextroamphetamine 6 and older

Dextrostat dextroamphetamine 6 and older

Focalin dextroamphetamine 6 and older

Focalin XR dexmethylphenidate (extended release) 3 and older

Metadate ER methylphenidate (extended release) 3 and older

Metadate CD methylphenidate (extended release) 6 and older

Methylinmethylphenidate (oral solution and chewable tablets)

6 and older

Ritalin methylphenidate 6 and older

Ritalin SR methylphenidate (extended release) 6 and older

Ritalin LA methylphenidate (long acting) 6 and older

Strattera atomoxetine 6 and older

Vyvanse lisdexamfetamine dimesylate 6 and older

Page 9: hiperaktif

V. Peran apoteker

Peran Apoteker Farmasi Komunitas

Peran apoteker dalam farmasi komunitas sangat bervariasi, diantaranya dapat meliputi konseling

obat terkait penyelesaian drug related problems baik untuk obat over the ounter (OTC) maupun

resep. Selain itu dapat pula turut serta dalam farmakoepidemiologi yang bergerak dalam bidang

uji klinik obat yang berorientasi pada keselamatan pasien. Apoteker juga dapat berperan dalam

pemantauan penyakit tertentu melalui konseling, seperti tuberkolusis, AIDS, dan penyakit

genital. Selain itu, peran nyata apoteker dalam komunitas juga bisa dalam bentuk konseling bagi

pasien dengan penyalahgunaan alkohol dan obatobatan, meningkatkan kewaspadaan masyarakat

terhadap makanan dan lingkungan karsinogenik, dan konsumsi nutrisi (Saini dan Rai, 2012).

Apoteker pada praktek komunitas memiliki kesempatan untuk membantu mengoptimalkan terapi

pengobatan dan mencapai outcome terapi. Institusi Kedokteran menemukan bahwa apoteker

sebagai penyedia layanan kesehatan dapat membantu pasien memperbaiki penggunaan obat

(Kucukarslan, 2012).

Penggunaan obat yang tepat juga menjadi fokus tersendiri bagi apoteker di komunitas, sebagai

contoh adalah pasien geriatri. Pasien geriatri yang menderita penyakit kronis sangat terkait

dengan ketepatan penggunaan obat yang sedang dijalankan (Lipton dkk, 1988). Pasien geriatri

harus memiliki kepatuhan terhadap beberapa regimen obat. Sebuah penelitian terhadap pasien

geriatri dengan umur lebih dari 60 tahun menyatakan bahwa setiap individu bisa mendapatkan

rata-rata 5 obat setiap harinya, dimana hal tersebut berarti mendapatkan obat 3 kali lebih banyak

dari populasi umum (Golden dkk, 1999; Patterson dkk, 1999).

Apoteker hendaknya mampu menggalang komunikasi dengan tenaga kesehatan lain, termasuk

kepada dokter. Termasuk memberi informasi tentang obat baru atau tentang produk obat yang

sudah ditarik. Hendaknya aktif mencari masukan tentang keluhan pasien terhadap obat-obat yang

Page 10: hiperaktif

dikonsumsi. Apoteker mencatat reaksi atau keluhan pasien untuk didiskusikan bersama dengan

dokter, dengan cara demikian ikut berpartisipasi dalam pelaporan efek samping obat (ISFI,

2003).

Apoteker juga dalam pelayanan di farmasi komunitas harus memberikan konseling. Konseling

pasien merupakan bagian dari Komunikasi Informasi Edukasi (KIE). Kriteria pasien yang

memerlukan pelayanan konseling diantaranya penderita penyakit kronis seperti asma, diabetes,

kardiovaskular, penderita yang menerima obat dengan indeks terapi sempit, pasien lanjut usia,

anak-anak, penderita yang sering mengalami reaksi alergi pada penggunaan obat dan penderita

yang tidak patuh dalam meminum obat. Konseling hendaknya dilakukan di ruangan tersendiri

yang dapat terhindar dari berbagai interupsi (Rantucci, 1997; SHP, 1993). Pelayanan konseling

dapat dipermudah dengan menyediakan leaflet atau booklet yang isinya meliputi patofisiologi

penyakit dan mekanisme kerja obat (Purwanti dkk, 2004).

Di negara maju seperti Amerika Serikat pelayanan farmasi meliputi antara lain mendidik pasien

tentang kebiasaan/pola hidup yang mendukung tercapainya keberhasilan pengobatan, memberi

informasi mengenai program pengobatan yang harus dijalani pasien, memonitor hasil pengobatan

dan juga bekerja sama dengan profesi lainnya (dokter) untuk mencapai kualitas hidup yang

optimal bagi pasien (Morgan dan Cohan, 1995; Sierralta dan Scott, 1995).

Di Indonesia, peran apoteker farmasi komunitas telah tertuang dalam

No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Apoteker

harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan

lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari

bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan

lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskuler, diabetes, tuberkolusis, asma

dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

Peran Apoteker sebagai Sumber Informasi Obat

Apoteker telah mengalami perubahan paradigma, dari product oriented menjadi drug oriented.

Apoteker menjadi sumber informasi obat kepada dokter dan sesama tenaga kesehatan. Tugas ini

Page 11: hiperaktif

merupakan tugas kewajiban profesi. Apoteker adalah profesi dalam tim kesehatan yang

mengelola obat dengan potensi yang besar (Anief, 2001).

Dalam menjaga dan memajukan kesehatan, pemberian informasi yang cukup mengenai obat

pada pasien yang memerlukan informasi menjadi tugas seorang apoteker yang memang memiliki

tanggung jawab pada ranah tersebut (Anief, 2001). Memberikan informasi kepada pasien dan

bertindak sebagai caregiver adalah sebuah usaha untuk memasikan keamanan dan pengobatan

yang tepat sebagai tanggung jawab profesional bagi apoteker (Krueger, 2011).

Kepmenkes No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

tercantum bahwa apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti,

akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya

meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta

makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

Peran Apotek sebagai Lembaga Informasi Obat

Apotek mempunyai fungsi utama dalam pelayanan obat resep dan yang berhubungan dengan itu,

serta pelayanan obat tanpa resep yang biasa dipakai di rumah. Dalam pelayanan obat ini apoteker

harus berorientasi pada pasien, apakah obat yang diinginkan pasien tersebut dapat

menyembuhkan penyakitnya serta ada tidaknya efek samping yang merugikan (Anief, 2001).

Salah satu peranan Apoteker Pengelola Apoteker (APA) di apotek yang terpenting adalah

sebagai informan obat kepada masyarakat dan segala sesuatu yang ingin diketahuinya. Oleh

karena itu APA harus menguasai segala macam pengetahuan tentang obat (Hartono, 1987).

Page 12: hiperaktif

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Hiperaktif adalah gangguan

perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas

anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan.

Sekarang ini, anak ADHD dibedakan ke dalam tiga tipe. Pertama, tipe ADHD gabungan.

Kedua, tipe ADHD kurang memerhatikan dan tipe hiperktif impulsife. Ketiga, tipe ADHD

hiperaktif impulsive.

ADHD bukan disebabkan oleh parenting yang buruk, terlalu banyak asupan gula atau

MSG, ataupun gara-gara vaksin. ADHD itu berawal dari masalah biologis yang belum seratus

persen dapat dipahami. Faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak yaitu,   Faktor neurologik, 

Faktor toksik faktor genetik dan Faktor Kultural dan psikososial.

Melihat penyebab ADHD yang belum pasti terungkap dan adanya beberapa teori

penyebabnya, maka tentunya banyak sekali terapi atau cara dalam penanganannya sesuai dengan

landasan teori penyebabnya. Ada satu hal yang perlu diketahui, bahwa tak ada penyembuhan

ADH. Beberapa terapi untuk anak hiperaktif : Terapi Bermain, Terapi Perilaku, Terapi

Farmakologi dan Lingkungan.

Peran farmasis bagi terapi hiperaktif adalah dengan memberikan edukasi kepada pasien

mengenai terapi farmakologi dengan kepatuhan minum obat agar dapat tercapai dosis terapi yang

diinginkan.

Page 13: hiperaktif

B. SARAN

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat

berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis

pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015, Penanganan anak hiperaktif/ADHD, Diakses tanggal 27 Oktober 2015 dari:

http://www.adhd-centre.com/adhd-article/10-penanganan-anak-adhd-hiperaktif

Bakti Husada, 2014, Buletin Infarkes. Edisi I . Jakarta: Penerbit Direktorat Jendral Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

Isaac, A., 2005. Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik (terjemahan). Edisi

3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Townsend, M.C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawata Pada Keperawatan Psikiatri pedoman

Untuk Pembuatan Rencana Perawatan (terjemahan). Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC