21
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bali salah satu daerah tujuan wisata yang cukup terkenal bagi masyarakat nasional maupun internasional karena memiliki panorama alam dan budaya yang cukup menarik sebagai tempat kunjungan wisata. Ketika Bali menjadi daerah tujuan wisata yang sangat ramai dikunjungi para wisatawan, namun mulai saat itulah Bali menjadi tanah yang mempunyai nilai jual banyak diminati oleh para investor untuk menanam saham di sektor pariwisata. Pembangunan hotel-hotel mewah di sepanjang Pantai di Bali sudah menjadi pemandangan yang tidak mengherankan. Lahan dapat diartikan suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat sifat tertentu yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan hewan serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan sekarang, sampai pada tingkat tertentu dengan sifat sifat tersebut mempunyai pengaruh yang berarti terhadap fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Salah satu pantai yang ada di Desa Sanur Kauh Denpasar adalah Pantai Mertasari. Pantai berpasir putih yang sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara ini, mempunyai beragam nilai budaya dan keindahan panorama alam yang sangat indah. Pantai Mertasari sebenarnya sudah dikenal oleh masyarakat 1

HPL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hak pengelolaan dalam hukum perdata

Citation preview

Page 1: HPL

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bali salah satu daerah tujuan wisata yang cukup terkenal bagi masyarakat nasional

maupun internasional karena memiliki panorama alam dan budaya yang cukup menarik

sebagai tempat kunjungan wisata. Ketika Bali menjadi daerah tujuan wisata yang sangat

ramai dikunjungi para wisatawan, namun mulai saat itulah Bali menjadi tanah yang

mempunyai nilai jual banyak diminati oleh para investor untuk menanam saham di sektor

pariwisata. Pembangunan hotel-hotel mewah di sepanjang Pantai di Bali sudah menjadi

pemandangan yang tidak mengherankan.

Lahan dapat diartikan suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat sifat tertentu yang

meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan hewan

serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan sekarang, sampai pada tingkat tertentu dengan

sifat sifat tersebut mempunyai pengaruh yang berarti terhadap fungsi lahan oleh manusia

pada masa sekarang dan masa yang akan datang.

Salah satu pantai yang ada di Desa Sanur Kauh Denpasar adalah Pantai Mertasari.

Pantai berpasir putih yang sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara ini, mempunyai

beragam nilai budaya dan keindahan panorama alam yang sangat indah. Pantai Mertasari

sebenarnya sudah dikenal oleh masyarakat lokal sejak puluhan tahun yang lalu sebelum Desa

Sanur Kauh ditetapkan menjadi desa definitif oleh pemerintah Provinsi Bali pada tahun 1982.

Pantai Mertasari mulai lebih diperhatikan oleh pemerintah sebagai tempat obyek

pembangunan pariwisata. Perkembangan pariwisata yang sangat pesat di Bali membuat tanah

yang sebagai salah satu sub komponen ekonomi ini menjadi rebutan para investor.

Untuk upaya pengembangan pariwisata Pantai Mertasari pemerintah melakukan kerja

sama dengan berbagai pihak investor salah satunya dengan PT. Sanur Dinamika Mentari

dengan agenda kerja pembangunan hotel di sepanjang pesisir Pantai Mertasari. Kerjasama ini

disepakati oleh kedua belah pihak dengan mengadakan kontrak perjanjian pengelolaan lahan.

Dalam hal ini pihak pertama Pemerintah Provinsi Bali memberikan Hak Pengelolaan Lahan

HPL kepada PT. Sanur Dinamika Mentari selaku pihak kedua penyewa lahan yang luas

1

Page 2: HPL

tanahnya ( 1,58 Ha), dengan jangka waktu 30 tahun terhitung sejak tanggal 27 Januari 1995.

Tetapi dalam proses pelaksanannya PT. Sanur Dinamika Mentari tidak pernah melakukan

kewajibanya untuk membangun hotel. Terhitung sejak dimulainya penandatanganan

kerjasama antara PT. Sanur Dinamika Mentari dengan Pemerintah Provinsi Bali pada tahun

27 Januari 1995 hingga saat ini di tahun 2013 belum ada pembangunan hotel.

Dengan adanya kekosongan lahan tersebut yang belum dikelola oleh pihak PT. Sanur

Dinamika Mentari, beberapa warga Mertasari memanfaatkan lahan tersebut sebagai sarana

berjualan. Namun demikian para pedagang mendapatkan penolakan keras dari penyewa lahan

yang menyebabkan terjadi konflik kepentingan pengelolaan lahan yang berujung sengketa

lahan antara pihak Pedagang dengan PT. Sanur Dinamika Mentari selaku pemilik hak atas

guna lahan tersebut.

Konflik sengketa lahan ini berawal dari para pedagang yang menempatinya pada

tahun 2002-2011. Tanah kosong milik PT. Sanur Dinamika Mentari digunakan sebagai

tempat berdagang. Mereka pada umumnya membuka kios-kios kecil untuk mencari

keuntungan secara ekonomi demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Namun pemanfaatan

lahan oleh para pedagang malah menimbulkan konflik yang cukup panjang antara PT. Sanur

Dinamika Mentari karena para pedagang yang menempati lahan yang dikelola oleh PT. Sanur

Dinamika Mentari.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana upaya penyelesaian kasus konflik hak pengelolaan antara pedagang

dan PT. Sanur Dinamika Mentari?

2

Page 3: HPL

BAB II

PEMBAHASAN

A. HAK PENGELOLAAN

- Dasar Hukum

Hak Pengelolaan (selanjutnya disebut dengan “HPL”) diatur dalam beberapa

peraturan perundang-undangan antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan (“UU BPHTB”)

2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak

Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah. (“PP No.40/1996”)

3. Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan

Konversi Hak enguasaan Atas tanah Negara dan Ketentuan-Ketentuan tentang

Kebijaksanaan Selanjutnya. (“Permenag No.9/1965”)

4. Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun

1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara

dan Hak Pengelolaan (“Permenag No.9/1999”)

- Pengertian

Berdasarkan Permenag No. 9/1999, pengertian dari HPL yaitu hak menguasai

dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada

pemegangnya. Selanjutnya, berdasarkan Penjelasan Pasal 2 ayat (3) huruf f UU

BPHTB, pengertian HPL dijelaskan lebih lengkap lagi yaitu hak menguasai dari

Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang

haknya, antara lain berupa perencanaan peruntukandan penggunaan tanah,

penggunaan tanah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya, penyerahan bagian-bagian

dari tanah tersebut kepada pihak ketiga dan atau bekerja sama dengan pihak ketiga.

- Obyek HPL

Obyek dari HPL adalah tanah untuk pertanian dan tanah bukan untuk

pertanian.

3

Page 4: HPL

- Subyek HPL

Berdasarkan Pasal 67 Permenag No. 9/1999, HPL dapat diberikan kepada

pihak-pihak sebagai berikut:

a. instansi pemerintah termasuk Pemerintah Daerah;

b. Badan Usaha Milik Negara;

c. Badan Usaha Milik Daerah;

d. PT. Persero;

e. Badan Otorita;

f. badan-badan hukum Pemerintah lainnya yang ditunjuk Pemerintah.

- Terjadinya HPL

HPL dapat terjadi karena 2 (dua) hal, yaitu:

a. Konversi hak penguasaan sebagaimana dimaksud dalam Permenag

No.9/1965.

b. Pemberian hak atas tanah berasal dari tanah negara yang diberikan melalui

permohonan, sebagaimana diatur dalam Permenag No.9/1999.

- Kewenangan Subyek HPL

Lebih lanjut Pasal 6 Permenag No. 9/1965 menjelaskan HPL memberikan

wewenang kepada pemegangnya untuk:

a. merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah tersebut;

b. menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan tugasnya;

c. menyerahkan bagian-bagian dari tanah tersebut kepada pihak ketiga

dengan hak pakai yang berjangka waktu 6 (enam) tahun;

d. menerima uang pemasukan/ganti rugi dan/atau uang wajib tahunan.

- Tata Cara Permohonan dan Pemberian HPL

Pasal 70 Permenag No. 9/1999 lebih lanjut menjelaskan terkait tata cara

permohonan HPL yaitu permohonan diajukan secara tertulis kepada Menteri melalui

Kepala Kantor Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang

bersangkutan. Keputusan pemberian atau penolakan pemberian HPL akan

disampaikan kepada pemohon melalui surat tercatat atau dengan cara lain yang

menjamin sampainya keputusan tersebut kepada yang berhak.

4

Page 5: HPL

- Jangka Waktu HPL

HPL tidak mempunyai jangka waktu kepemilikan sehingga jangka waktu HPL

adalah tidak terbatas.

- Pemberian Hak Atas Tanah di Atas Bagian Tanah HPL

Berdasarkan PPNo. 40/ 1996 menyatakan bahwa di atas tanah HPL dapat

diberikan atau dibebankan dengan hak-hak atas tanah yaitu Hak Guna Bangunan

(“HGB”) dan Hak Pakai (“HP”). HGB atas tanah HPL dan HP atas tanah HPL

diberikan dengan keputusan pemberian hak oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk

berdasarkan usul pemegang HPL kepada calon pemegang HPL1

- Kedudukan hak pengelolaan dalam hukum tanah nasional

Hak Pengelolaan tanah ini diatur dalam Peraturan Menteri Agraria /Kepala

pertanahan negara No.9 tahun 1999 dan perraturan menteri agrarian No.9 tahun 1965,

hak pengelolaan ini diperoleh dari tanah yang berasal dari tanah negara yang

dimohonkan oleh pemegang hak pengelolaan. Tata cara perolehan hak pengelolaan

tercantum dalam peraturan tersebut. Hak penguasaan tanah yang lahir dilekati oleh

wewenang,hak,dan kewajiban bagi pemegang haknya, demikian pula dengan hak

pengelolaan. Dalam berbagai peraturan perundang-undangan ditetapkan wewenang

dalam hak pengelolaan.

Pasal 6 PerMen Agraria no.9 tahun 1965 . Wewenang yang diberikan kepada

pemegang hak pengelolaan, yaitu:

a. Merencanakan peruntukkan dan penggunaan tanah tersebut ;

b. Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan tugasnya ;

c. Menyerahkan bagian-bagian dari tanah tersebut kepada pihak ketiga dengan

hak pakai yang berjangka waktu 6 (enam) tahun ;

d. Menerima uang pemasukan/ganti-rugi dan/atau uang wajib tahunan ;

Tanah hak pengelolaan yang dikuasai oleh pemegang haknya dapat

dipergunakan untuk keperluan usaha atau pelaksanaan tugasnya, juga dapat

diserahkan kepada pihak ketiga atas persetujuan dari pemegang hak pengelolaan .

Boedi Harsono menyatakan bahwa pemegang hak pengelolaan memang mempunyai

1 "Aspek Hukum Hak Pengelolaan Dan Peraturannya." Http://www.hukumproperti.com/2013/12/18/aspek-hukum-hak-pengelolaan-dan-peraturannya/. Diakses November 20, 2015.

5

Page 6: HPL

kewenangan untuk menggunakan tanah yang menjadi haknya bagi keperluan

usahanya. Tetapi, itu bukan tujuan pemberian hak kepadanya. Tujuan utamanya

adalah tanah yang bersangkutan disediakan bagi penggunaan oleh pihak-pihak lain

yang memerlukannya.2

Hak pengelolaan merupakan hak atas tanah. Menurut A.P parlindungan

menyatakan bahwa hak pengelolaan adalah suatu ha katas tanah yang sama sekali

tidak ada istilahnya dalam UUPA dan khusus hak ini demikian pula luasnya terdapat

di luar ketentuan UUPA.3 Sependapat dengan A.P Parlindungan , Effendi perangin

menyatakan bahwa hak pengelolaan termasuk hak atas tanah yang didaftarkan

menurut PP No.10 tahun 1961 tentang pendaftaran tanah.

Selain itu, Hak pengelolaan juga merupakan hak menguasasi atas tanah negara

hal ini dimaksudkan dalam pasal 2 ayat (3) UU No.20 tahun 2000, pasal 1 angka 3

Permen Agraria / Kepala badan pertanahan Nasional No.9 Tahun 1999, pasal 1 angka

3 Permen Agraria / Kepala badan pertanahan Nasional no.4 tahun 1998, dan pasal 1

huruf c keputusan Menteri Agararia / Kepala Badan Pertanahan Nasional No.9 tahun

1997 ditetapkan bahwa hak pengelolaan adalah menguasai negara atas tanah yang

kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya.

Hak pengelolaan juga disejajarkan dengan hak atas tanah hal ini tertuang

dalam Pasal 9 PP No.24 tahun 1997 dan PerMen Agararia No.9 tahun 1999 yang

ditetapkan bahwa hak pengelolaan disejajarkan dengan HGB, HGU, hak milik, dan

hak pakai. Hak atas tanah yang merupakan juga hak pengelolaan ini dapat hapus

karena ditelantarkan oleh pemegang haknya, jangka waktunya berakhir, dicabut untuk

kepentingan umum hal ini diatur dalam UUPA dan PP No.40 tahun 1996. HPL sendiri

tidak mempunyai jangka waktu kepemilikan sehingga jangka waktu HPL adalah tidak

terbatas atau disesuaikan dengan perjanjian.

B. ANALISIS KASUS

Sebuah konflik, yakni sebuah situasi dimana 2 pihak atau lebih dihadabkan pada

prbedaan kepentingan, tidak akan berkembang menjadi sebuah sengketa apabila pihak yang

merasa dirugikan hanya memendam perasaan tidak puas atau keprihatinannya. Sebuah 2 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia sejarah pembentukan UUPA, isi, dan pelaksanaannya, Jakarta: Djambatan, hlm. 2803 A.P Parlindungan, Konversi hak-hak atas tanah, Bandung: mandar maju, hlm. 1

6

Page 7: HPL

konflik dapat berubah atau berkembang menjadi sebuah sengketa bilamana pihak yang

merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak puas atau keperihatinannya, baik secara

langsung kepada pihak yang dianggap sebagai penyebab kerugian atau kepada pihak lain.

Konflik pengelolaan lahan merupakan bagian dari realitas sosial.

Berbagai penyelesaian konflik lahan cukup banyak ditawarkan baik yang bersifat

litigasi maupun non litigasi, tetapi dalam banyak hal hasilnya terasa kurang memuaskan.

Bahkan penyelesaian melalui pengadilanpun terkadang dirasakan oleh masyarakat tidak adil.

Tidak sedikit mereka yang telah menduduki tanah selama bertahun-tahun ditolak gugatannya

untuk mempertahankan hak atau mendapatkan lahanya karena adanya pihak lain yang

menguasai lahan yang bersangkutan. Atau sebaliknya gugatan seseorang terhadap

penguasaan lahan untuk kepentingan pribadi tertentu dikabulkan pengadilan walaupun bagi

pihak yang menguasai lahan tidak cukup kuat atau gugatan kurang beralasan. Di Indonesia,

konflik pengelolaan lahan yang ada diselesaikan melalui Pengadilan Umum dan Pengadilan

Tata Usaha Negara. Namun dari sekian banyaknya kasus yang masuk ke badan peradilan

tersebut, banyak yang diselesaikan dengan hasil yang kurang memuaskan, sehingga

berkembanglah pandangan di masyarakat bahwa badan peradilan kurang optimal dalam

menyelesaikan sengketa pengelolaan lahan. Salah satu metode alternatif penyelesaian

sengketa yang sekarang ini sering digunakan adalah mediasi. Semakin menumpuknya angka

perkara dipengadilan telah memaksa diperlukannya atau peningkatan penggunaan

penyelesaian sengketa di luar pengadilan diantaranya adalah mediasi, seiring dengan

dikeluarkannya peraturan Mahkamah Agung No 2 tahun 2008 tentang prosedur mediasi

pengadilan.

Upaya penyelesaian konflik lahan di Pantai Mertasari juga menuai protes dari pihak

pedagang yang berkonflik dengan PT. SDM, maka dari itu pola-pola penyelesaian konflik

pengelolaan lahan di luar pengadilan menjadi sebuah solusi yang dilakukan oleh kalangan

yang berkonflik. Upaya penyelesaian konflik di luar pengadilan ialah negosiasi,

musyawarah mufakat dan mediasi. Negosiasi dilakukan dengan jalan dimana para pihak

yang berkonflik duduk bersama untuk mencari jalan terbaik dalam penyelesaian konflik

dengan prinsip bahwa penyelesaian itu tidak ada pihak yang dirugikan (win-win solution),

kedua pihak tidak ada yang merasa dirugikan. Musyawarah mufakat adalah lengkah lebih

lanjut dari negosiasi. Jika dalam negosiasi tidak terdapat kesepakatan yang saling

menguntungkan, maka langkah lebih lanjut adalah melakukan musyawarah mufakat dengan

melibatkan pihak lain selaku penengah. Hasil musyawarah tersebut selanjutnya dibuatkan

7

Page 8: HPL

surat kesepakatan bersama untuk sebuah perdamaian yang ditanda tangani oleh para pihak

yang berkonflik dan para saksi yang ikut terlibat. Upaya penyelesaian konflik Pedagang

Pantai Mertasari dengan PT. Sanur Dinamika Mentari melibatkan peran aktor, antara lain

peran dari Kepala Desa Sanur Kauh, masyarakat Desa Sanur Kauh dan Pemerintah Provinsi

Bali.4

C. UPAYA PENYELESAIAN YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM KASUS INI

1. Negosiasi

Negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna

mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan

pihak kelompok atau organisasi yang lain, penyelesaian sengketa secara damai

melalui perundingan antara pihak yang bersengketa.

Negosiasi merupakan kata serapan bahasa inggris yang berasal dari kata

negotiate yang berarti : merundingkan, bermusyawarah.

- Proses Negosiasi

a) Pihak yang memiliki program (pihak pertama) menyampaikan maksud

dengan kalimat santun, jelas, dan terinci.

b) Pihak mitra bicara menyanggah mitra bicara dengan santun dan tetap

menghargai maksud pihak pertama.

c) Pemilik program mengemukakan argumentasi dengan kalimat santun

dan meyakinkan mitra bicara disertai dengan alasan yang logis.

d) terjadi pembahasan dan kesepakatan terlaksananya program atau

maksud negosiasi.

- Negosiasi dan lobi

Dalam advokasi terdapat dua bentuk, yaitu formal dan informal. Bentuk

formalnya, negosiasi sedangkan bentuk informalnya disebut lobi. Proses lobi

tidak terikat oleh waktu dan tempat, serta dapat dilakukan secara terus-

4 Konflik Adat di Bali, Koran BaliPost, 17 Desember 2008.

8

Page 9: HPL

menerus dalam jangka waktu panjang sedangkan negosiasi tidak, negosiasi

terikat oleh waktu dan tempat5

PT. Sanur Dinamika Mentari selaku pemilik hak pengelolaan lahan di

Pantai Mertasari telah melakukan upaya-upaya negosiasi dengan para

pedagang agar para pedagang segera meninggalkan lahan tersebut. Pertemuan

juga terus dilakukan agar permasalahan konflik ini cepat selesai dan kedua

belah pihak antara PT.SDM dengan Pedagang Pantai Mertasari mendapatkan

solusi yang terbaik, tetapi pertemuan tersebut belum menemukan kata sepakat

untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan, hal ini dipicu adanya

penolakan Para Pedagang untuk meninggalkan lahan tersebut. Para Pedagang

beranggapan bahwa lahan yang luasnya 1,58 hektar tersebut masih asset

Negara yang artinya masyarakat masih berhak menempati lahan tersebut

sesuai dengan pasal 33 ayat 3 yang berbunyi: Bumi dan air dan kekayaan alam

yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat.

2. Musyawarah

Selain Negosiasi, musyawarah juga dilakukan oleh kedua belah pihak antara

PT. Sanur Dinamika Mentari dengan Pedagang Pantai Mertasari. Musyawarah

berasal dari kata Syawara yaitu berasal dari Bahasa Arab yang berarti berunding, urun

rembuk atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Istilah- istilah lain dalam tata

Negara Indonesia dan kehidupan modern tentang musyawarah dikenal dengan sebutan

kesepakatan bersama, rembug desa, kerapatan nagari bahkan demokrasi. Kewajiban

musyawarah hanya untuk urusan keduniawian, jadi musyawarah adalah merupakan

suatu upaya bersama dengan sikap rendah hat i untuk memecahkan persoalan (mencari

jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau pemecahan

masalah yang menyangkut urusan keduniawian

Tetapi musyawarah juga tidak bisa berjalan dengan efektif, sebab keduabelah

pihak masih mempunyai pandangan yang berbeda terkait siapa yang berhak

5 Amriani, N. 2012. Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm: 23-28

9

Page 10: HPL

mengelola lahan tersebut, kemudian proses akhir dalam penyelesaian konflik ini

adalah melalui mediasi yang diperantarain langsung oleh pihak ketiga. 6

3. Mediasi

Mediasi dilakukan oleh pihak ketiga dengan melibatkan Kepala Desa Sanur

Kauh selaku pihak yang mempunyai wewenang. Mediasi Secara etimologi, istilah

mediasi berasal dari bahasa latin, mediare yang berarti berada ditegah. Pengertian

mediasi ini menunjukkan pada peran yang ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator

dalam menjalankan tugasnya menengahi dan menyelesaikan perkara antara para

pihak. Berada di tengah juga bermakna mediator harus berada pada posisi netral dan

tidak memihak dalam menyelesaikan perkara. Mediator harus mampu menjaga

kepentingan para pihak yang berperkara secara adil dan sama, sehingga membutuhkan

kepercayaan dari para pihak yang berperkara.

Penjelasan mediasi dari sisi kebahasaan etimologi lebih menekankan pada

keberadaan pihak ketiga yang menjembatani para pihak bersengketa untuk

menyelesaikan perselisihannya. Penjelasan ini amat penting guna membedakan

dengan bentuk-bentuk alternatif penyelesaian sengketa lainnya seperti

arbitrase,negosiasi, adjudikasi dan lain-lain. Mediator berada pada posisi ditengah dan

netral antara para pihak yang bersengketa, dan mengupayakan menemukan sejumlah

kesepakatan sehingga mencapai hasil yang memuaskan para pihak bersengketa.

Dalam mediasi, penyelesaian perselisihan atau sengketa lebih banyak muncul dari

keinginan dan inisiatif para pihak, sehingga mediator berperan membantu mereka

mencapai kesepakatankesepakatan7

Dalam membantu pihak yang bersengketa, Kepala Desa Sanur Kauh sebagai

mediator bersifat imparsial atau tidak memihak. Kedudukan Kepala Desa Sanur Kauh

sebagai mediator seperti ini amat penting, karena akan menumbuhkan kepercayaan

yang memudahkan mediator melakukan kegiatan mediasi. Kedudukan mediator yang

tidak netral, tidak hanya menyulitkan kegiatan mediasi tetapi dapat membawa

kegagalan.

Dalam mediasi, Pihak Desa Sanur Kauh sebagai mediator berperan membantu

para pihak yang bersengketa antara PT. Sanur Dinamika Mentari dengan Pedagang

6 Ibid, Hlm: 118-1207 Ibid, Hlm: 28-36

10

Page 11: HPL

Pantai Mertasari dengan melakukan identifikasi persoalan yang dipersengketakan.

Mengembangkan pilihan , dan mempertimbangkan alternatif yang dapat ditawarkan

kepada para pihak untuk mencapai kesepakatan. Desa Sanur Kauh sebagai mediator

dalam menjalankan perannya hanya memiliki kewenangan untuk memberikan saran

atau menentukan proses mediasi dalam mengupayakan penyelesaian sengketa, dalam

kasus ini mediator tidak memiliki kewenangan dan peran menentukan dalam

kaitannya dengan isi persengketaan, ia hanya menjaga bagaimana proses mediasi

dapat berjalan, sehingga menghasilkan kesepakatan dari para pihak hal ini

diungkapkan oleh Kepala Desa Sanur Kauh ( Made D).

- Proses mediasi

1. Mediasi terhadap sengketa kepemilikan atas sebagian lahan dengan

surat perjanjian hak pengelolaan lahan milik nomor 593.6/1462/perl

Pemerintah Provinsi Bali, dengan pengaduan PT. Sanur Dinamika

Mentari kepada kantor Desa Sanur kauh di tahun 2009.

2. Pihak Kantor Desa Sanur Kauh kemudian menindaklanjuti pengaduan

PT. Sanur Dinamika Mentari dengan mengirimkan undangan

pertemuan di Desa Sanur Kauh kepada para pihak yang terkait dengan

sengketa tersebut pada tanggal 16 Juli Tahun 2010.

3. Kemudian mediasi dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2011 yang

bertempat di Kantor Kepala Desa Sanur Kauh.

4. Mediasi dipimpin oleh Kepala Desa Sanur Kauh.

5. Peserta Mediasi sesuai dengan daftar undangan hadir beserta

perwakilan:

a) Nama: I Made Dana

Jabatan : Kepala Desa Sanur Kauh

b) Nama: I Made Dana

Jabatan : Sekretaris Desa Sanur Kauh

c) Nama: I Made Jendra, SH

Jabatan: Plt. Sekretaris Daerah Provinsi Bali

d) Nama: I Made Rasna

Pekerjaan : Pedagang ( Ketua Pedagang Pantai Mertasari)

6. Mediasi dilaksanakan pada pukul 09.30 Wita sampai selesai dan telah

menghasilkan keputusan bahwa kedua belah pihak sepakat tentang

11

Page 12: HPL

pengosongan lahan dengan catatan bahwa PT. Sanur Dinamika Mentari

akan memberikan konpensasi ganti rugi kepada para pedagang berupa

uang yang jumlahnya mulai dari satu juta rupiah sampai dengan lima

juta rupiah.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, tentang bentuk dan upaya penyelesaian

Konflik Pedagang dengan PT. Sanur Dinamika Mentari Studi Kasus: Pengelolaan Lahan

Pembangunan Hotel di Pantai Mertasari Sanur. Pada bab ini peneliti akan menyimpulkan

hasil dari penelitian yang merupakan jawaban dari permasalahan penelitian.

Jawaban dari rumusan masalah tentang Bagaimana upaya penyelesaian konflik

pedagang dengan PT. Sanur Dinamika Mentari ada 3 tahapan perdamaian yang dilalui oleh

pedagang dan PT. Sanur Dinamika Mentari, yaitu yang pertama melalui tahapan negosiasi,

dalam tahapan negosiasi fakta dilapangan sengketa lahan antara pedagang dengan PT. Sanur

Dinamika Mentari belum menemukan kata sepakat sebab kedua belah pihak saling

mempertahankan haknya masing-masing. Kemudian tahapan yang kedua adalah tahapan

musyawarah, dalam tahapan ini masing- masing pihak tetap menuntut atas hak kuasa

pengelolaan lahan, maka dari itu tahapan musyawarah ini belum menemukan kata sepakat

dikeduabelah pihak yang bersengketa. Tahapan Perdamaian yang ketiga adalah mediasi yang

melibatkan orang ketiga yang cukup berpengaruh di Desa Sanur Kauh yaitu Kepala Desa

Sanur Kauh dan aparat keamanan. Dalam tahapan mediasi ini ternyata memunculkan suatu

kesepakatan bersama tentang perdamaian antara pedagang dengan PT. Sanur Dinamika

Mentari, dalam kesepakatan bersama PT. Sanur Dinamika Mentari berjanji akan memberikan

ganti rugi berupa uang sebesar satu juta rupiah sampai dengan lima juta rupiah kepada

masing-masing para pedagang jika para pedagang mau pindah dari lahan tersebut. Dari hasil

kesepakatan antara pedagang dengan PT. Sanur Dinamika Mentari para pedagang menyetujui

12

Page 13: HPL

syarat yang diberikan oleh PT. Sanur Dinamika Mentari untuk meninggalkan lahan tersebut,

sebab para pedagang menyadari bahwa lahan tersebut masih hak pengelolaan lahan PT. Sanur

Dinamika Mentari sesuai dengan kontrak perjanjian tahun 1995 dengan Pemerintah Provinsi

Bali.

B. SARAN-SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, penulis bermaksud memberikan rekomendasi yang dapat

diajukan terkait dengan judul penelitian “Konflik Pedagang dengan PT. Sanur Dinamika

Mentari: Studi Kasus Pengelolaan lahan Pembangunan Hotel di Pantai Mertasari Sanur”.

- Bagi Para Pedagang.

a. Perlu pemahaman mengenai aturan main dan hak pengelolaan lahan yang lebih baik

lagi, agar tidak terjadi kesalahan menempati lahan milik orang lain ataupun aset

pemerintah tanpa izin.

b. Para Pedagang harus tetap menjaga ketertiban dan keamanan di Pantai Mertasari dan

juga menjaga kelestariaan alam sekitar Pantai Mertasari Desa Sanur Kauh.

c. Para Pedagang diharapkan mengikuti aturan mediasi yang sudah disepakati bersama

untuk berdamai demi keamanan bersama.

- Bagi Pemerintah.

a. Pemerintah harus memberikan perhatian lebih terhadap perkembangan Desa Sanur

Kauh terutama Para Pedagang Pantai Mertasari agar tetap berjalan dengan rencana

yang sudah dibuat oleh pemerintah.

b. Pemerintah agar selalu menjalin hubungan baik dengan Para Pedagang dan

Masyarakat Desa Sanur Kauh agar tercipta suatu kerjasama yang lebih baik antara

pemerintah dan masyarakat.

c. Pemerintah juga harus memperhatikan Para Pedagang dalam hal kesejahteraan

pedagang dengan memberikan tempat-tempat sarana berjualan agar para pedagang

masih tetap bisa mencari kebutuhan ekonomi keluarganya.

- Bagi PT. Sanur Dinamika Mentari.

13

Page 14: HPL

a. PT. Sanur Dinamika Mentari juga harus memperhatikan perkembangan sosial di

Desa Sanur Kauh agar tidak membiarkan lahan tersebut kosong tanpa penghuni.

b. PT. Sanur Dinamika Mentari harus memperhatikan kelestarian alam di Pantai

Mertasari jika memang benar akan didirikan bangunan hotel agar tidak mengganggu

radius kesucian pura dan ekosistem pantai.

c. PT. Sanur Dinamika Mentari diharapkan segera melengkapi izin pembanguanan hotel

agar lahan yang luasnya 1,58 hektar tersebut tidak dibiarkan begitu saja tanpa ada

yang merawat.

14