15
1 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI KABUPATEN MALANG ARTIKEL Oleh: MUDRIKATUN NIKMAH 130811606884 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI AGUSTUS 2018

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENYESUAIAN …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL1.pdf · sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Kondisi yang

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENYESUAIAN …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL1.pdf · sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Kondisi yang

1

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN

PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA KORBAN KEKERASAN

SEKSUAL DI KABUPATEN MALANG

ARTIKEL

Oleh:

MUDRIKATUN NIKMAH

130811606884

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

AGUSTUS 2018

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENYESUAIAN …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL1.pdf · sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Kondisi yang

2

LEMBAR PERSETUJUAN

Artikel oleh Mudrikatun Nikmah

telah diperiksa dan disetujui.

Malang, 23 Agustus 2018

Pembimbing I,

Prof. Dr. Fattah Hanurawan, M.Si., M.Ed

NIP. 19661006 198812 1 001

Malang, 23 Agustus 2018

Pembimbing II,

Indah Yasminum Suhanti, S.Psi.,M.Psi., Psikolog

NIP. 19821217 200912 2 002

Page 3: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENYESUAIAN …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL1.pdf · sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Kondisi yang

3

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN

PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA KORBAN KEKERASAN

SEKSUAL DI KABUPATEN MALANG

Mudrikatun Nikmah*, Fattah Hanurawan, dan Indah Yasminum Suhanti

Jurusan Psikologi, FPPSI, Universitas Negeri Malang

Jalan Semarang No. 5 Malang, 65145

*Email: [email protected]

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) gambaran

kecerdasan emosional remaja korban kekerasan seksual di Kabupaten Malang, (2)

gambaran penyesuaian remaja korban kekerasan seksual di Kabupaten Malang, dan

(3) hubungan antara kecerdasan emosional dan penyesuaian social pada remaja

korban kekerasan seksual di Kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif dengan rancangan deskriptif dan korelasional. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua remaja korban kekerasan seksual di Kabupaten Malang.

Sampel penelitian ini berjumlah 53 orang yang diperoleh dengan teknik Accidental

Sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecerdasan

emosional yang berjumlah 35 aitem dan skala penyesuaian sosial yang berjumlah 36

aitem dengan analisis data menggunakan teknik analisis Pearson Product moment

dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,656 dan p<0,05. Hasil penelitian

menunjukkan (1) kecerdasan emosional remaja korban kekerasan seksual di

Kabupaten Malang termasuk dalam kategori rendah, (2) penyesuaian social remaja

korban kekerasan seksual remaja korban kekerasan seksual di Kabupaten Malang

termasuk dalam kategori rendah, dan (3) terdapat hubungan positif yang signifikan

antara kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial pada remaja korban kekerasan

seksual di Kabupaten Malang.

Kata kunci: kecerdasan emosional, penyesuaian sosial, remaja korban kekerasan

seksual.

Abstract: The purpose of this study is to know (1) the descriptions of emotional

intellegence of adolescent who sexual violence victims in Malang district, (2) the

adjustment of adolescent who sexual violence victims in Malang district, and (3)The

correlation between emotional intelligence and social adjustment of adolescent who

sexual violence victims in Malang district. This study uses a quantitative approach

wich descriptive and correlational design. The population in this study were all the

victims of sexsual violence in Malang district. The sample of this study involved 53

people who were obtained with accidental sampling technique. The instrument used

in this study is the emotional intelligence scale of 35 items, and social adjustment

scale of 36 items by using analysis tehnique pearson product moment with a

correlation coefficient of 0,656 and p<0,05. The results show (1) the emotional

intelligence of juvenile victims of sexual violence in Malang district is included in

low category, (2) the social adjustment of adolescent victims of sexual violence in

malang district is included in low category, and (3) there is a significant positive

correlation between emotional intelligence and social adjustment of adolescent who

sexual violence victims in Malang district.

Page 4: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENYESUAIAN …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL1.pdf · sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Kondisi yang

4

Keywords: emotional intelligence, social adjustment, adolescent who sexual violence

victims.

PENDAHULUAN

Menurut Hurlock (2002) penyesuaian social diartikan sebagai keberhasilan

seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lainpada umumnya dan

terhadap kelompok pada khususnya. Salah satu indikasi penyesuaian sosial yang

berhasil adalah kemampuan untuk menetapkan hubungan yang dekat dengan

seseorang. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik mempelajari berbagai

keterampilan sosial seperti kemampuan untuk menjalin hubungan diplomatis

dengan orang lain, baik orang yang dikenal maupun orang yang tidak di kenal

sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Kondisi yang

diperlukan untuk mencapai penyesuaian sosial yang baik yaitu memperlihatkan

sikap serta tingkah laku yang menyenangkan, sehingga ia diterima oleh

lingkungannya. Apabila interaksi harmonis maka dapat diharapkan terjadi

perkembangan kepribadian yang sehat.

Kekerasan seksual secara umum menurut Utamadi (Christi, 2013) adalah

segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah kepada hal-hal

seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang

menjadi sasaran, sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti malu, marah, benci,

tersinggung, dan sebagainya pada diri individu yang menjadi korban kekerasan

tersebut. Sedangkan secara operasional, kekerasan seksual di definisikan

berdasarkan hukum sebagai adanya bentuk dari diskriminasi seksual.

Goleman (2009) mendefinisikan bahwa kecerdasan emosi adalah suatu

kemampuan seseorang yang didalamnya terdiri dari berbagai kemampuan untuk

dapat memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan

impulsive needs atau dorongan hati, tidak melebih-lebihkan kesenangan maupun

kesusahan, mampu mengatur reactive needs, menjaga agar bebas stress, tidak

melumpuhkan kemampuan berfikir dan kemampuan untuk berempati pada orang

lain, serta adanya prinsip berusaha sambil berdoa. Goleman juga menambahkan

kecerdasan emosional merupakan sisi lain dari kecerdasan kognitif yang berperan

dalam aktivitas manusia yang meliputi kesadaran diri dan kendali dorongan hati,

ketekunan, semangat dan motivasi diri serta empati dan kecakapan sosial.

Masa remaja adalah masa krisis identitas bagi kebanyakan anak remaja.

Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya.

Secara umum dan dalam kondisi normal sekalipun, masa ini merupakan periode

yang sulit untuk ditempuh, baik secara individual ataupun kelompok, sehingga

remaja sering dikatakan sebagai kelompok umur bermasalah (the trouble teens).

Perubahan yang terjadi pada diri remaja bukan hanya fisik dan kognitif saja, namun

juga emosi dalam diri yang diekspresikan melalui perilaku terhadap lingkungan

sekitar juga berkembang. Hal tersebut juga berkaitan dengan bagaimana

kecerdasan emosional yang dimiliki oleh remaja.

Keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas- tugas perkembangan ini

mengantarkannya kedalam suatu kondisi penyesuaian sosial yang baik dalam

keseluruhanya kedalam suatu kondisi penyesuaian sosial yang baik dalam

keseluruhan hidupnya sehingga remaja yang bersangkutan dapat merasa bahagia,

harmonis dan dapat menjadi orang yang produktif. Namun sebaliknya apabila

gagal, maka remaja akan mengalami ketidakbahagian atau kesulitan dalam

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENYESUAIAN …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL1.pdf · sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Kondisi yang

5

kehidupannya. Menurut pendapat Goleman (2009) apabila individu pandai

menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dengan kata lain

mampu berempati, maka individu tersebut akan memiliki tingkat emosi yang tinggi

dan akan lebih mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

Selanjutnya Goleman (2009) juga menyatakan bahwa keberhasilan seseorang

dalam menyelesaikan permasalahan banyak ditentukan oleh kualitas

kecerdasannya, sebagian dari kecerdasan yang dapat membantu dalam

menyelesaikan permasalahan adalah kecerdasan yang berkaitan dengan aspek

emosional seseorang yang cerdas dalam mengelola emosinya akan meningkatkan

kualitas penyesuaian terhadap lingkungannya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) gambaran kecerdasan

emosional remaja korban kekerasan seksual di Kabupaten Malang, (2) gambaran

penyesuaian remaja korban kekerasan seksual di Kabupaten Malang, dan (3)

hubungan antara kecerdasan emosional dan penyesuaian social pada remaja korban

kekerasan seksual di Kabupaten Malang.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan

deskriptif dan korelasional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kekuatan atau

signifikasi hubungan antara kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial. Dalam

penelitian ini digunakan teknik Accidental sampling atau sampling peluang.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa daftar pernyataan yang

disusun oleh peneliti dengan menggunakan model angket skala Likert. Responden

diminta untuk memilih salah satu dari alternatif jawaban yang tersedia yang

disesuaikan dengan keadaan dirinya dengan memberikan tanda checklist (√).

Pernyataan yang terdapat dalam instrumen penelitian memiliki dua arah yaitu

favourable (mendukung) dan unfavourable (tidak mendukung). Alternatif pilihan

jawaban pada penelitian ini menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu yaitu Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Peniadaan pada jawaban netral atau ragu-ragu dihilangkan agar subjek penelitian

dapat memberikan jawaban yang pasti terhadap pernyataan yang tersedia.

Skala kecerdasan emosional di susun berdasarkan aspek-aspek yang di

kemukakan Goleman (2009). Skala ini digunakan untuk mengungkap sejauhmana

kecerdasan emosional yang dimiliki subjek.Terdapat 60 aitem pernyataan pada

skala ini yang terdiri dari 30 pernyataan favourable dan 30 aitem pernyataan

unfavourable. Semakin tinggi skor yang didapat, menunjukkan bahwa kecerdasan

emosional yang dimiliki semakin baik, sebaliknya jika skor yang diperoleh

semakin rendah maka kecerdasan emosional yang dimiliki juga kurang baik.

Tabel 1. Skala Kecerdasan Emosional

Indikator Aitem ∑

Favorable Unfavorable

Mengenali emosi diri 1,3,5,7,9,11 2,4,6,8,10,12 12

Mengelola emosi 13,15,17,19,21,23 14,16,18,20,22,24 12

Memotivasi diri sendiri 25,27,29,31,33,35 26,28,30,32,34,36 12

Mengenali emosi orang lain 37,39,41,43 38,40,42,44 8

Membina hubungan baik

dengan orang lain 45,47,49,51,53,55,57,59 46,48,50,52,54,56,58,60 16

Jumlah 30 30 60

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENYESUAIAN …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL1.pdf · sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Kondisi yang

6

Skala penyesuaian sosial disusun berdasarkan apek-aspek yang dikemukakan

oleh Hurlock (2002). Skala ini digunakan untuk mengungkap sejauhmana

kemampuan penyesuaian sosial yang dimiliki subjek. Terdapat 60 aitem pernyataan

pada skala ini yang terdiri dari 30 pernyataan favourable dan 30 aitem pernyataan

unfavourable. Semakin tinggi skor yang didapat, menunjukkan bahwa penyesuaian

sosialyang dimiliki semakin baik, sebaliknya jika skor yang diperoleh semakin

rendah maka penyesuaian sosial yang dimiliki kurang baik.

Tabel 2. Skala Penyesuaian Sosial

Indikator Aitem ∑

Favorable Unfavorable

Penampilan Nyata 1,3,5,7,9,11 2,4,6,8,10,12 12

Penyesuaian sosial

terhadap berbagai

kelompok

13,15,17,19,21,23 14,16,18,20,22,24 12

Sikap Sosial 25,27,29,31,33,35 26,28,30,32,34,36 12

Kepuasan Pribadi 37,39,41,43 38,40,42,44 8

Hubungan yang baik

dengan seseorang 45,47,49,51,53,55,57,59 46,48,50,52,54,56,58,60 16

Jumlah 30 30 60

Untuk menguji validitas dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas

konstruk, dalam hal ini setelah instrument dikonstruksi tentang aspek-aspek yang

akan diukur dengan berdasarkan teori tertentu, selanjutnya pengujian terhadap isi

tes dengan analisis rasional atau melalui professional judgement, dalam skala ini

merupakan dosen pembimbing. Kemudian menggunakan validitas isi dengan

diestimasi berdasarkan pengujian isi alat ukur dengan pengujian analisis rasional.

Validitas isi dapat terpenuhi dengan memperhatikan aitem-aitem pada alat ukur

yang disusun berdasarkan blue print yang telah dibuat. Jumlah aitem pada skala

Kecerdasan Emosional terdiri dari 60 pernyataan yang kemudian diuji cobakan dan

diuji validitasnya. Hasil nilai corrected aitem-total correlation yang diperoleh pada

60 aitem tersebut sebesar -0,314 – 0,601. Setelah dilakukan analisa pada hasil uji

validitas tersebut, diperoleh hasil sebanyak 35 butir pernyataan yang valid. 35

aitem tersebut memiliki nilai corrected aitem-total correlation sebesar 0,322 –

0,601. Jumlah aitem pada skala Penyesuaian Sosial terdiri dari 60 pernyataan yang

kemudian diuji cobakan dan diuji validitasnya. Hasil nilai corrected aitem-total

correlation yang diperoleh pada 60 aitem tersebut sebesar -0,134 – 0,674. Setelah

dilakukan analisa pada hasil uji validitas tersebut, diperoleh hasil sebanyak 36 butir

pernyataan yang valid. Setelah dilakukan analisa pada hasil uji validitas tersebut,

diperoleh hasil sebanyak 36 butir pernyataan yang valid dengan nilai corrected

aitem-total correlation sebesar 0,304 – 0,674. Uji reliabilitas pada penelitian ini

menggunakan pendekatan internal consistency (cronbach’s alpha coefficient)

dengan bantuan program SPSS for Windows Release 22.0.

Penelitian ini menggunaka teknik uji instrumental penelitian sebagai berikut.

(1) Analisis Statistik Deskriptif. Hasil dari pengolahan data dengan teknik ini

bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai karakteristik sampel

penelitian berdasarkan frekuensi, nilai rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai

minimum, dan persentasi skor. (2) Uji Normalitas. Uji normalitas digunakan untuk

mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data dari setiap variabel

penelitian. Uji normalitas data pada penelitian menggunakan Test of Normality

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENYESUAIAN …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL1.pdf · sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Kondisi yang

7

Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program Statistical Package for Sosial

Science (SPSS) for Windows Release 22.0. (3) Uji Linieritas. Uji linieritas

bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel yang akan dikenai prosedur

analisis statistik korelasional menunjukkan hubungan yang linier atau tidak. (4) Uji

Hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dan

membuktikan kebenaran dari hipotesis penelitian, untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan secara signifikan antara dua variabel atau lebih. Uji hipotesis yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan korelasi pearson product

moment,dengan bantuan program Statistical Package for Sosial Science (SPSS) for

Windows Release 22.0. Uji korelasi digunakan untuk mempelajari pola dan

mengukur hubungan statistic dua variabel atau lebih serta menguji kekuatan

hubungan antara dua variabel atau lebih.

HASIL ANALISIS

Deskripsi Karakteristik Kecerdasan Emosional

Hasil deskripsi statistik hasil skor karakteristik kecerdasan emosional remaja

korban kekerasan seksual di Kabupaten Malang adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Perbandingan Data Empirik dan Data Absolut Kecerdasan Emosional

Variabel Data Empirik

Min Max Mean Std. Deviation

Kecerdasan emosional 70 119 97,45 8,813

Rentang Skala Data Absolut

Rentangan Keterangan

1 35-69 Sangat Rendah

2 70-104 Rendah

3 105-139 Tinggi

4 140 Sangat Tinggi

Tabel 3 menunjukkan bahwa kecerdasan emosional pada remaja korban

kekerasan seksual di Kabupaten Malang sebanyak 53 subjek mempunyai nilai

rata-rata 97,45 dengan nilai minimal 70 dan maksimal 119, sedangkan standar

deviasi sebesar 8,813. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa kecerdasan emosional

remaja korban kekerasan seksual berada pada kategori rendah. Jumlah dan presentase

dari masing-masing kategori terangkum dalam tabel berikut: Tabel 4. Kategori Kecerdasan Emosional

Interval Kategori Aitem Jumlah Frekuensi

105-139 Tinggi 7,10,17,19,21,31 6 10

70-104 Rendah 1,2,3,4,5,6,8,9,11,12,13,14,15,16,

18,20,22,23,24,25,26,27,28,29,30,

32,33,34,35

29 43

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa diperoleh skor dominan

kecerdasan emosional remaja korban kekerasan seaksual pada kategori rendah

sebanyak 29 aitem dengan fkekuensi 43 subjek, dan pada kategori tinggi sebanyak

6 aitem dengan frekuensi 10 subjek. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek

memiliki kecerdasan emosional rendah.

Deskripsi Penyesuaian Sosial

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENYESUAIAN …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL1.pdf · sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Kondisi yang

8

Hasil deskripsi statistik hasil skor karakteristik penyesuaian sosial remaja

korban kekerasan seksual di Kabupaten Malang adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Perbandingan Data Empirik dan data Absolut Penyesuaian Sosial

Variabel Data Empirik

Min Max Mean Std. Deviation

Penyesuaian Sosial 84 121 105,83 10,666

Rentang Skala Data Absolut

Rentangan Keterangan

1 36-71 Sangat Rendah

2 72-107 Rendah

3 108-143 Tinggi

4 144 Sangat Tinggi

Tabel 5 menunjukkan bahwa penyesuaian sosial pada remaja korban kekerasan

seksual di Kabupaten Malang sebanyak 53 subjek mempunyai nilai rata-rata 105,83,

dengan nilai minimal 84 dan maksimal 121, sedangkan standar deviasi sebesar

10,666. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa penyesuaian sosial remaja korban

kekerasan seksual berada pada kategori rendah.

Tabel 6. Kategori Kecerdasan Emosional Interval Kategori Aitem Jumlah Frekuensi

108-143 Tinggi 1,13,17,19,22,24 6 24

72-107 Rendah 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,14,15,16,

18,20,21,23,25,26,27,28,29,30,31,

32,33,34,35,36

30 29

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa diperoleh skor dominan

oenyesuaian sosial remaja korban kekerasan seaksual pada kategori rendah

sebanyak 30 aitem dengan frekuensi sebanyak 29 subjek, dan pada kategori tinggi

sebanyak 6 aitem dengan frekuensi sebanyak 24 subjek. Dapat disimpulkan bahwa

rata-rata subjek memiliki penyesuaian sosial rendah.

Sebelum melakukan analisis korelasional, peneliti melakukan uji asumsi untuk

menentukan apakah pengujian hipotesis menggunakan statistik parametric atau

non parametric. Pengujian analisis meliputi uji normalitas dan linieritas.

Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu

distribusi data dari setiap variabel penelitian. Uji normalitas data pada penelitian

menggunakan Test of Normality Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program

Statistikal Package for Sosial Science (SPSS) for Windows Release 22.0. Suatu

sebaran dapat dikatakan normal apabila nilai probabilitas yang diperoleh lebih dari

0,05 (p > 0,05), jika probabilitas kurang dari 0,05 (p < 0,05), maka sebaran data

tersebut dikatakan tidak normal. Hasil uji normalitas pada kedua variabel dapat

dilihat dalam tabel 4.3 sebagai berikut.

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Data Variabel Penelitian Signifikansi(P) Keterangan Keterangan

Kecerdasan emosional 0,200* p>0,05 Normal

Penyesuaian sosial 0,079 p>0,05 Normal

Hasil uji normalitas pada tabel 7 menunjukkan bahwa data pada variabel

kecerdasan emosional memiliki signifikansi sebesar 0,200 dan variabel

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENYESUAIAN …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL1.pdf · sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Kondisi yang

9

penyesuaian sosial memiliki signifikansi sebesar 0,079. Hal ini menunjukkan

bahwa sebaran data kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial dapat dikatakan

normal karena nilai yang diperoleh lebih besar dari 0,05 (p > 0,05).

Uji Linieritas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang akan

dikenai prosedur analisis statistik korelasional berhubungan secara linier dengan

variabel terikat atau tidak.

Tabel 8. Hasil Uji Linieritas F Signifikansi Kesimpulan

Kecerdasan

emosional

*penyesuaian

social

Between

group

(combined) 2,132 0,028 Linier

Linierity 34,057 0,000 Linier

Deviation

linearity

0,744 0,764 Linier

Berdasarkan hasil uji linieritas menunjukkan bahwa nilai deviation linearity

menunjukkan F sebesar 1,744 dengan signifikansi sebesar 0,764 (p>0,05).

Sehingga perubahan bada variabel bebas akan diikuti oleh perubahan pada variabel

terikat, yang menunjukkan hubungan antara kecerdasan emosional dan

penyesuaian sosial adalah linier. Dari hasil uji normalitas dan uji linieritas yang

telah dilakukan diperoleh hasil bahwa data berdistribusi normal dan linier sehingga

analisis korelasional dapat dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik.

Uji Hipotesis

Uji korelasi digunakan untuk mempelajari pola dan mengukur hubungan statistik

dua variabel atau lebih serta menguji kekuatan hubungan antara dua variabel atau

lebih. Pada penelitian ini menggunakan uji signifikansi korelasi pearson product

moment. Kekuatan hubungan antar variabel ditunjukkan melalui nilai korelasi.

Apabila nilai sig <0,05 maka ada korelasi yang signifikan (Ha diterima). Arah

hubungan dilihat dari tanda koefisien korelasi, jika tanda (-) berarti apabila variabel x

tinggi variabel y rendah, tanda (+) berarti apabila variabel x tinggi maka variabel y

juga tinggi. Hasil uji korelasi disajikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 9. Hasil Uji Korelasi antara Kecerdasan Emosional dan Penyesuaian Sosial

Variabel r Signifikansi Keterangan

Kecerdasan emosional

dengan Penyesuaian sosial 0,656 0,000

Signifikan

Hasil dari tabel 9 menunjukkan bahwa analisis korelasi product moment

menunjukkan koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

sosial sebesar r = 0,656 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0.05). Nilai tersebut

bertanda positif artinya hubungan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

sosial searah, menunjukkan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional, maka

penyesuaian sosial yang dimiliki seseorang cenderung semakin tinggi. Ini berarti

bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial pada

remaja korban kekerasan seksual di Kabupaten Malang.

PEMBAHASAN

Kecerdasan Emosional

Goleman (2002) kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk

mengatur kehidupan emosi dengan intelegensi, menjaga keselarasan emosi dan

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENYESUAIAN …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL1.pdf · sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Kondisi yang

10

pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi

diri dan empati. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa subjek yang mengalami

kekerasan seksual mempunyai kecerdasan emosional yang baik, dapat dilihat dari

hasil skoring yang menunjukkan bahwa rata-rata subjek mampu mengatur suasana

hati dengan baik, dan memiliki motivasi yang tinggi setelah mengalami kejadian

tersebut. Tetapi lingkungan sangat mempengaruhi subjek dalam mengendalikan

dirinya, jika lingkungan mampu mendukung terus menerus maka subjek dapat

mempertahankan kecerdasan emosionalnya. Sebaliknya jika lingkungan tidak bisa

mendukung atau justru menghambat subjek tersebut dalam mengendalikan

emosinya, maka kecerdasan emosional subjek dapat berubah-ubah.

Cooper dan Sawaf (Ginanjar, 2001) mengemukakan bahwa kecerdasan

emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, menerapkan kemampuan

emosi, mampu menghargai perasaan orang lain dan diri sendiri serta menanggapinya

dengan tepat, menerapkan secara efektif energi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian bahwa subjek mampu menghargai diri sendiri,

rata-rata subjek tingkat kecerdasan emosi rendah sehingga dapat dikatakan bahwa

subjek mampu menanggapi permasalahan yang ada dengan cukup baik.

Menurut Bar-On (Stein & Book, 2004) bahwa kecerdasan emosional juga

serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non-kognitif, yang

mempengaruhi seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan,

yang memungkinkan kita melapangkan jalan di dunia yang rumit, meliputi aspek

pribadi, sosial, dan pertahanan dari seluruh kecerdasan dan kepekaan yang penting

untuk berfungsi secara efektif setiap hari. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bahwa subjek mampu menerima kelebihan dan kekurangan mereka, subjek memiliki

kemampuan untuk tidak terpengaruh oleh kekerasan seksual yang dialami sehingga

tidak merasa dikucilkan di lingkungan.

Weisinger (2006) menyatakan bahwa kecerdasaan emosi adalah menggunakan

emosi secara cerdas, yaitu seseorang membuat emosi menjadi bermanfaat dengan

menggunakannya sebagai pemandu perilaku dan pemikiran sehingga terdapat hasil

yang meningkat dalam diri seseorang tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

bahwa subjek yang dapat menggunakan emosinya dengan baik, maka subjek juga

akan meningkat pula dalam hal pemikiran dan perilakunya.

Dusek (Casmini, 2007) mendifinisikan pengertian kecerdasan emosional yaitu

secara kuantitatif adalah proses belajar untuk memecahkan masalah yang dapat

diukur dengan tes intelegensi, dan secara kualitatif suatu cara berpikir dalam

membentuk konstruk bagaimana menghubungkan dan mengelola informasi dari luar

yang disesuaikan dengan dirinya. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa subjek

mampu memecahkan masalahnya dengan cukup baik.

Daniel Goleman (2009) Kecerdasan emosional yaitu kemampuan-kemampuan

seperti kemampuan memotivasi diri dan bertahan dalam menghadapi frustasi,

mengendalikan dorongan hati dan tidak berlebih-lebihan, mengatur suasana hati dan

menjaga agar tetap berfikir jernih, berempati dan optimis. Berdasarkan hasil

penelitian bahwa subjek mampu memotivasi dirinya sendiri bahkan juga dapat

memotivasi orang lain.

Sesuai yang penulis kutip dari Hidayati dkk.(2010) menyatakan bahwa

kecerdasan emosi yang tinggi akan membantu individu dalam mengatasi konflik

secara tepat dan menciptakan kondisi kerja yang tinggi pula. Berdasarkan hasil

penelitian menjelaskan bahwa adanya kecerdasan emosi yang tinggi dapat membuat

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENYESUAIAN …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL1.pdf · sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Kondisi yang

11

individu memiliki kestabilan emosi. Kestabilan emosi tersebut menjadikan individu

mampu menyesuaikan diri dengan baik, merasa senang dan tertarik untuk bekerja

serta berprestasi, mampu memotivasi diri terhadap masalah yang dialami, dan dapat

mengendalikan kebutuhan-kebutuhan yang dipengaruhi oleh emosi.

Kecerdasan emosional yang dimiliki remaja korban kekerasan seksual di

Kabupaten Malang dalam kategori rendah, dikarenakan dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa remaja tersebut tidak bisa mengatasi masalah yang dialami

kemudian stress yang tidak terkendali bisa berdampak pada kesehatan mental yang

membuat ia rentan terhadap kecemasan dan depresi. Remaja tersebut tidak bisa

mengatasi emosinya, sehingga akan beresiko tidak bisa membangun hubungan yang

kuat sehingga ia merasa kesepian dan terisolasi. Subjek mungkin cenderung

menyalahkan oranglain, sehingga ia tidak bisa mengendalikan stressnya. Kekerasan

seksual yang dialami remaja tersebut tidak bisa dilupakan. Emosi yang terpendam

akan menumpuk akan menyebabkan ia kurang bisa belajar dari masalah yang

dialaminya, membuat ia gelisah dan cemas, sehingga akan berdampak pula pada

kepribadian, bahkan kesehatan fisik dan mentalnya. Ketidakmampuan seseorang

dengan kecerdasan emosi yang rendah dalam memahami emosi juga berdampak pada

orang lain karena cenderung sulit untuk memahami perasaan orng lain, mereka akan

sulit juga untuk beremlpati dan berusaha memahami perasaan orang lain.

Untuk meningkatkan kecerdasan emosi subjek yang rendah adalah antara lain:

mengurangi emosi negatif, berlatih tetap tenang dan mengatasi stress, bersikap

proaktif saat berhadapan dengan orang lain yang memicu emosi, harus berani bangkit

dari kesalahan atau masalah yang pernah dialami dan mampu memiliki kemampuan

untuk mengungkapkan perasaan kepada orang lain.

Penyesuaian Sosial Menurut Hurlock (2002), penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan

seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap

kelompok pada khususnya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja

dapat menyesuaikan diri dengan baik dengan lingkungannya, baik orang yang

dikenal maupun orang yang tidak di kenal sehingga sikap orang lain terhadap mereka

menyenangkan. Selanjutnya, dijelaskan lagi bahwa penyesuaian sosial adalah

kemampuan individu untuk memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang

menyenangkan, sehingga ia diterima oleh kelompok atau lingkungannya. Kondisi

tersebut dapat ditunjukkan oleh subjek bahwa rata-rata subjek mampu memotivasi

dirinya untuk dapat menjalani kehidupan kedepannya lebih baik lagi, sehingga

lingkungan juga dapat menerimanya dengan baik pula.

Menurut (Desmita, 2009) penyesuaian sosial adalah bentuk proses yang

melingkupi reaksi mental dan tingkah laku, dimana individu sedang berupaya untuk

mengambil keberhasilan dalam mengatasi kebutuhan di dalam dirinya, ketegangan,

konflik dan frustasi yang dialaminya, sehingga tingkat keselarasan antara tuntutan

dalam diri dan apa yang diinginkan oleh lingkungan dimana ia tinggal dapat terwujud

dengan baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa subjek dapat mengambil

manfaat dan pengalaman dari kejadian yang dia alami sehingga ia dapat menerima

dan diterima di lingkungan dengan baik.

Yusuf (2011) mengungkapkan penyesuaian sosial sebagai kemampuan untuk

mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian bahwa subjek mampu mereaksi secara tepat untuk permasalaha yang

sedang dialami, ia mampu menerima kondisinya dengan cukup baik.

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENYESUAIAN …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL1.pdf · sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Kondisi yang

12

Keseluruhan proses hidup dan kehidupan individu akan selalu diwarnai oleh

hubungan dengan orang lain, baik itu dalam lingkup keluarga, maupun masyarakat.

Sebagai makhluk sosial individu selalu membutuhkan pergaulan dalam hidupnya

dengan oranglain, pengakuan dan penerimaan terhadap dirinya dari orang lain. Hal

ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa subjek dapat menerima dirinya, apapun yang

dialami dan apapun yang akan terjadi setelah kejadian tersebut. Sehingga dapat

dikatakan bahwa subjek mampu berhubungan baik dengan lingkungannya.

Menurut Runyon dan Haber (Artha & Supriyadi, 2013), penyesuaian sosial

sebagai keadaan atau sebagai proses yang terus berlangsung dalam kehidupan

individu. Penyesuaian sosial sebagai proses menunjukkan bagaimana penyesuaian

sosial yang efektif dapat diukur dengan mengetahui bagaimana kemampuan individu

menghadapi perubahan di lingkungannya. Subjek dalam penelitian dapat

menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan baik, dapat dilihat dari subjek yang

dapat menghadapi permasalahan yang dialami dengam cukup baik pula.

Penyesuaian sosial merupakan proses mental dan tingkah laku yang mendorong

seseorang untuk menyesuaikan diri dengan keinginan yang berasal dari dalam diri

sendiri yang dapat diterima oleh lingkungannya. Tuntutan yang dihadapi subjek

adalah ia harus dapat mengendalikan emosinya, harus dapat berfikir jernih dalam

menghadapi masalah yang dialaminya. Seseorang dikatakan mempunyai

penyesuaian sosial yang berhasil apabila ia dapat mencapai kepuasan dalam

usahanya memenuhi kebutuhan, mengatasi ketegangan, bebas dari berbagai simptom

(gejala) emosi yang mengganggu seperti, kecemasan, kemurungan, depresi, obsesi,

atau gangguan psikosomatis yang dapat menghambat tugas seseorang. Dapat

diketahui dari hasil penelitian bahwa uji korelasi menunjukkan arah positif sehingga

dapat disimpulkan bahwa semakin subjek dapat mengatasi gejala emosinya, maka

semakin ia dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.

Kondisi fisik juga sangat mempengaruhi proses penyesuaian sosial dan

kecerdasan remaja yang digambarkan melalui keberadaan system utama tubuh

misalnya sistem saraf dan kesehatan fisik yang dimiliki individu. Fungsi sistem saraf

yang memadai diperlukan bagi penyesuaian sosial yang baik, akan tetapi bila

penyimpangan terjadi dalam sistem saraf akan berpengaruh pada kondisi mental dan

penyesuaian sosial. Hal tersebut dapat dicontohkan melalui gejala psikosomatis, pada

gejala tersebut terjadi keberfungsian sistem saraf yang kurang baik sehingga

mempengaruhi penyesuaian sosial yang kurang baik. Di samping itu, penyesuaian

sosial individu akan lebih mudah dilakukan bila kondisi fisiknya sehat karena dengan

fisik yang sehat dapat menimbulkan penerimaan diri, percaya diri, dan harga diri.

Faktor kepribadian memberikan pengaruh terhadap penyesuaian sosial remaja.

Dalam hal ini remaja yang memiliki kemauan, kemampuan, dan belajar secara

bersungguh-sungguh untuk merubah diri dalam merespon lingkungan sekitarnya,

tidak akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dibandingkan dengan

remaja yang tidak memiliki kemauan untuk berubah. Kemampuan dalam mengatur

diri dan inteligensi juga mempengaruhi penyesuaian sosial remaja. Pendapat tersebut

mendukung hasil penelitian ini.

Penyesuaian sosial yang dimiliki remaja korban kekerasan seksual di Kabupaten

Malang dalam kategori rendah, dikarenakan dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa remaja tersebut tidak bisa bereaksi terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Ia

tidak bisa mengatasi stress, kecemasan, depresi dan gangguan psikosomatis lainnya

sehingga ia tidak bisa dengan mudah beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENYESUAIAN …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL1.pdf · sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Kondisi yang

13

lingkungannya. Untuk meningkatkan penyesuaian sosial subjek yang rendah adalah

antara lain: penyesuaian dari lingkungan dalam keluarga, mulai belajar menerima

orang lain, belajar dari kegagalan dan bisa menerima perubahan di lingkungannya.

Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Penyesuaian Sosial Pada Remaja

Korban Kekerasan Seksual di Kabupaten Malang

Menurut pendapat Goleman (2009) apabila individu mampu berempati, maka

individu tersebut akan memiliki tingkat emosi yang tinggi dan akan lebih mudah

untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Pendapat tersebut

memperkuat hasil penelitian yakni arah hubungan kedua variabel bersifat positif,

yang maknanya adalah apabila kecerdasan emosi yang dimiliki individu semakin

tinggi, maka penyesuaian sosial yang dimiliki individu cenderung meningkat.

Apabila individu dapat mengelola emosinya, maka dapat disimpulkan bahwa

individu tersebut dapat memiliki hubungan yang baik pula dengan lingkungan.

Selanjutnya Goleman (2009) juga menyatakan bahwa keberhasilan seseorang

dalam menyelesaikan permasalahan banyak ditentukan oleh kualitas kecerdasannya,

sebagian dari kecerdasan yang dapat membantu dalam menyelesaikan permasalahan

adalah kecerdasan yang berkaitan dengan aspek emosional seseorang yang cerdas

dalam mengelola emosinya akan meningkatkan kualitas kepribadiannya.

Perkembangan kepribadian yang baik akan membantu individu untuk lebih mudah

melakukan penyesuaian terhadap lingkungan sosialnya. Pendapat tersebut

menguatkan hasil penelitian ini bahwasannya ketika kecerdasan emosi seseorang

tinggi maka seseorang tersebut juga memiliki penyesuaian sosial yang tinggi pula.

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri

dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak

melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres

tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa (Goleman, 2009).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa diperoleh nilai korelasi r menunjukkan

bahwa kontribusi yang diberikan oleh kecerdasan emosi terhadap penyesuaian sosial

pada penelitian ini sebesar 43% dilihat dari nilai R2 (R Square) adalah 0,430, jadi

sumbangan pengaruh dari variabel independen yaitu 43% sedangkan sisa lainnya

dipengaruhi oleh faktor yang lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Hasil

penelitian ini memberikan gambaran kecerdasan emosi merupakan salah satu faktor

yang dapat berpengaruh terhadap penyesuaian sosial yang dialami remaja korban

kekerasan seksual.

Menurut pendapat Goleman (2009) apabila individu pandai menyesuaikan diri

dengan suasana hati individu yang lain atau dengan kata lain mampu berempati,

maka individu tersebut akan memiliki tingkat emosi yang tinggi dan akan lebih

mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Selanjutnya Goleman

(2009) juga menyatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan

permasalahan banyak ditentukan oleh kualitas kecerdasannya. Sesuai dengan hasil

penelitian bahwa subjek dapat mengelola emosinya pasca kejadian tersebut sehingga

ia akan meningkatkan kualitas kepribadiannya. Kualitas kepribadian subjek yang

baik akan membuat ia akan diterima oleh lingkungannya.

Penyesuaian sosial individu akan lebih mudah dilakukan bila kondisi fisiknya

sehat karena dengan fisik yang sehat dapat menimbulkan penerimaan diri, percaya

diri, dan harga diri. Dalam hal ini subjek penelitian yang memiliki kemauan,

kemampuan, dan belajar secara bersungguh-sungguh untuk merubah diri dalam

merespon lingkungan sekitarnya, tidak akan mengalami kesulitan dalam

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENYESUAIAN …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL1.pdf · sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Kondisi yang

14

menyesuaikan diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek bisa merespon

lingkungan sekitar dengan baik sehingga dapat dikatakan bahwa subjek memiliki

kondisi fisik yang sehat.

Yusof dan Yacob (Artha & Supriyadi, 2013) mengatakan bahwa kecerdasan

emosional sebagai sebuah cermin untuk merefleksikan kemampuan seseorang dalam

bernegosiasi dengan baik terhadap orang lain dan untuk mengontrol diri selain itu

juga kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengatasi tantangan di

lingkungan sehari-hari dan membantu memprediksi kesuksesan dalam hidup

termasuk dalam masalah pribadi dan karir. Pendapat ini sesuai dengan hasil

penelitian yaitu subjek dapat mengontrol dirinya setelah mengalami kekerasan

seksual tersebut dan bisa menghadapi kehidupan setelah kejadian tersebut.

Mengelola emosi berarti kemampuan menghadapi badai emosi yang terjadi dan

mengacu pada bagaimana individu mampu mengatur dan mengelola emosi dalam

diri. Penyesuaian sosial merupakan kemampuan individu untuk mampu

bersosialisasi dan mampu membina hubungan baik dengan orang lain. Sesuai dengan

hasil penelitian bahwa subjek mampu mengendalikan diri dan memghadapi masalah

yang dihadapi sehingga subjek mampu melakukan penyesuaian sosial yang baik.

Memotivasi diri sebagai alat ukur untuk mengendalikan dorongan hati sehingga

ia mampu mengendalikan kecemasan, optimis, dan mampu mencapai keadaan flow

yaitu keadaan ketika seseorang sepenuhnya terserap ke dalam apa yang sedang

dikerjakannya, perhatiannya hanya fokus apa yang dikerjakannya, dan kesadaran

dengan tindakan. Kemampuan membangkitkan minat agar mencapai tujuan tertentu.

Sesuai dengan hasil penelitian bahwa subjek dapat mengendalikan kecemasannya. Ia

mampu mengembangkan minatnya karena tujuannya adalah bisa memiki hubungan

baik dengan lingkungannya, sehingga ia dapat diterima dan menerima

lingkungannya.

Remaja yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu

mengendalikan emosinya sehingga dapat menghasilkan optimalisasi pada fungsi

kerjanya. Remaja yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan

baik, mereka cenderung tidak memahami apa yang terjadi atau atau dikatakan cacat

sosial. Remaja yang menunjukkan cacat sosial yaitu remaja karena kecanggungannya

membuat mereka merasa diabaikan atau diabaikan oleh teman-temannya. Bukan

hanya factor kecerdasan emosional yang mempengaruhinya, salah satunya adalah

penyesuaian sosial. Kondisi lingkungan selalu berubah setiap saat oleh karenanya

remaja dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan bentuk hubungan yang baru

dalam berbagai situasi. Remaja diharapkan mampu bertanggung jawab secara social,

mengembangkan keamampuan intelektual, emosional dan konsep yang penting bagi

kompetensinya. Remaja yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, maka akan

melewati masa remajanya dengan lancar da nada perkembangan ke arah kedewasaan

yang optimal serta dapat diterima lingkungannya. Berdasarkan hasil penelitian

bahwa remaja memiliki kecerdasan emosi yang cukup baik, maka ia akan memiliki

penyesuaian yang baik pula.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil data penelitian serta perhitungan secara statistik yang telah

dilakukan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. (1) Kecerdasan emosional

remaja korban kekerasan seksual di Kabupaten Malang berada pada kategori rendah.

(2) Penyesuaian sosial remaja korban kekerasan seksual di Kabupaten Malang berada

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENYESUAIAN …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL1.pdf · sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Kondisi yang

15

pada kategori rendah. (3) Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan

emosional (X) dan penyesuaian sosial (Y) pada remaja korban kekerasan seksual di

Kabupaten Malang.

DAFTAR RUJUKAN Artha, N. M. W. I. & Supriyadi. 2013. Hubungan antara Kecerdasan emosional dan

Self Efficacy dalam Pemecahan Masalah Penyesuaian sosial Remaja.

Jurnal Psikologi Udayana, 1 (1), 190-202.

Casmini. 2007. Emotional Parenting. Yogyakarta: Pilar Medika.

Christi, D. 2013. Kesehatan Reproduksi (Kekerasan Seksual). Makalah: Program

Studi S1 Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Darul

Ma’arif Al-Insan Baturaja.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Goleman, D. 2002. Working with Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Goleman, D. 2009. Kecerdasan emosional: Mengapa EI lebih penting daripada IQ.

Terjemahan: Hermaya, T. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hidayati, R., Purwanto, Y., &Yuwono, S. 2010. Korelasi Kecerdasan emosional dan

Stres Kerja dengan Kinerja. Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi,

12 (1), 81-87.

Hurlock, EB. 2002. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. (Terjemahan Istiwidayanti & Soejarwo). Jakarta: Erlangga.

Stein, S. J. & Book, H. E. 2004. Ledakan EQ 15: Prinsip Dasar Kecerdasan

emosional Meraih Sukses. Penerjemah: Trinanda Rainy Januarsari dan

Yudhi Murtanto. Bandung: Kaifa.

Weisinger, H. 2006. Emotional Intelligence at Work. Penerjemah: Roro Ratih

Ambarwati. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

Yusuf, S. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.