40
1 HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK BERDASARKAN PANDUAN ATS/IDSA 2019 DENGAN PERBAIKAN KLINIS PADA PASIEN PNEUMONIA KOMUNITAS RAWAT INAP SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Mensiana Ayu Maju NIM : 168114174 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

1

HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK

BERDASARKAN PANDUAN ATS/IDSA 2019 DENGAN PERBAIKAN

KLINIS PADA PASIEN PNEUMONIA KOMUNITAS RAWAT INAP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Mensiana Ayu Maju

NIM : 168114174

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

i

HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK

BERDASARKAN PANDUAN ATS/IDSA 2019 DENGAN PERBAIKAN

KLINIS PADA PASIEN PNEUMONIA KOMUNITAS RAWAT INAP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Mensiana Ayu Maju

NIM : 168114174

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persemabahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Bapa-Mama, saudari-saudariku, kakak-kakak iparku, dan ponakan-

ponakanku

Keluarga besar, sahabat-sahabat dan teman-teman

Almamaterku Universitas Sanata Dharma

“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang

perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada

mereka.”

Mat 7:12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

x

ABSTRAK

Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri dapat menyebabkan peradangan

paru-paru, jika tidak ditangani dengan tepat dapat mengakibatkan kematian.

Ketepatan pemberian antibiotik empiris dapat meningkatkan keberhasilan terapi

pada pneumonia dan mencegah timbulnya resistensi bakteri terhadap berbagai

macam antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai ketepatan pemilihan

antibiotik empiris pada pneumonia komunitas dengan menggunakan panduan

antibiotik ATS/IDSA 2019, serta hubungannya dengan respon klinis pasien.

Penelitian ini merupakan jenis rancangan kohort retrospektif, data diambil dari

rekam medis pasien pneumonia komunitas yang di rawat inap dan jumlah sampel

yang diambil minimal sebanyak 30. Data rekam medis yang diperoleh kemudian

dianalisis dengan uji statistik independent sampel t-test atau uji Mann-Whitney

sebagai alternatifnya. Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata

perbaikan klinis yang meliputi suhu tubuh, detak jantung dan laju pernapasan

antara penderita CAP yang menggunakan antibiotik empiris sesuai panduan

ATS/IDSA 2019 dan yang menggunakan antibiotik empiris tidak sesuai panduan

ATS/IDSA 2019 (p-value <0,05) serta, tidak terdapat perbedaan rata-rata

perbaikan klinis yaitu tekanan darah sistolik antara penderita CAP yang

menggunakan antibiotik empiris sesuai panduan ATS/IDSA 2019 dan yang

menggunakan antibiotik empiris tidak sesuai panduan ATS/IDSA 2019 (p-value

>0,05) di RSUP Dr. Sardjito.

Kata Kunci : Antibiotik, Community Acquired Pneumonia(CAP), Panduan

ATS/IDSA 2019, Perbaikan Klinis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

xi

ABSTRACT

Pneumonia caused by bacteria can cause inflammation of the lungs, if not

treated properly it can lead to death. The accuracy of giving empiric antibiotiks

can increase the success of therapy in pneumonia and prevent the emergence of

bacterial resistance to various kinds of antibiotiks. The aim of this study was to

assess the appropriateness of empiric antibiotik selection in community

pneumonia using the 2019 ATS/IDSA antibiotik guide, as well as its relationship

with patient clinical response. This research is a type of retrospective cohort

design, the data were taken from the medical records of community pneumonia

patients who were hospitalized and the number of samples taken was at least

30.The medical record data obtained were then analyzed by statistical

independent sample t-test or the Mann-Whitney test as a the alternative. The

results of the analysis show that there is a difference in the mean clinical

improvement including body temperature, heart rate and respiratory rate between

CAP patients who use empirical antibiotiks according to the 2019 ATS/IDSA

guidelines and those using empirical antibiotiks that are not according to the

2019 ATS / IDSA guidelines (p-value <0.05) and, there was no difference in the

mean clinical improvement, namely systolic blood pressure between CAP patients

who used empirical antibiotiks according to the 2019 ATS / IDSA guidelines and

those using empirical antibiotiks not according to the 2019 ATS / IDSA guidelines

(p-value >0.05 ) at Dr. Sardjito.

Keywords: Antibiotiks, Clinical Improvement, Community Acquired Pneumonia

(CAP), 2019 ATS/IDSA Guidelines

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................ vi

PRAKATA ............................................................................................................ vii

ABSTARK ...............................................................................................................x

ABSTRACT ........................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xv

PENDAHULUAN ...................................................................................................1

METODE PENELITIAN .........................................................................................3

Desain dan Subjek Penelitian ............................................................................... 3

Pengambilan Data ................................................................................................. 5

Analisis Data ......................................................................................................... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................7

KESIMPULAN ......................................................................................................17

SARAN ..................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................18

LAMPIRAN ...........................................................................................................21

BIOGRAFI PENULIS ...........................................................................................31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Karakteristik Pasien CAP di RSUP Dr. Sardjit……………...…………...8

Tabel II. Terapi Antibiotik Empiris Pada Pasien CAP di RSUP

Dr. Sardjit……………………………………………………...……….12

Tabel III. Rata-Rata Perbaikan KlinisPada Penderita CAP Yang

Menggunakan Antibiotik Empiris Sesuai Panduan ATS/IDSA

2019 dan Tidak Sesuai Panduan ATS/IDSA 2019…………………13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema pengambilan data……….…….………….…………………….4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance ........................................................................... 22

Lampiran 2. Surat Perizinan Penelitian RSUP Dr. Sardjito ................................ 23

Lampiran 3. Sertifikat CE&BU ........................................................................... 24

Lampiran 4. Pengumpulan Data .......................................................................... 25

Lampiran 5. Definisi Operasional ....................................................................... 28

Lampiran 5. Analisis Statistik ............................................................................. 29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

1

PENDAHULUHAN

Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang

disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur dan parasit). Pneumonia

merupakan infeksi saluran napas bawah, yang masih tetap menjadi masalah utama

dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang

sudah maju (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003). Pneumonia merupakan

salah satu infeksi yang sering ditemukan pada usia lanjut. Terdapat lebih dari

sejuta kasus pneumonia yang memerlukan perawatan di Amerika Serikat, 600.000

kasus di antaranya pada pasien di atas 65 tahun (Mulyana, 2019). Data South East

Asian Medical Information Center (SEAMIC) Health Statistik 2001 influenza dan

pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di

Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan

nomor 3 di Vietnam (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003).

Pneumonia selalu masuk dalam 10 besar penyakit di Indonesia. Pada tahun

2013, pneumonia ditemukan dengan prevalensi 3,1% di Sumatera Barat. Di Kota

Padang jumlah kunjungan pengobatan pneumonia mengalami kenaikan dari tahun

2008 hingga 2013, dengan 5.878 kasus pada 2008 dan 8.970 kasus pada 2013 (M.

A. Sari et al., 2018). Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun 2016 (Data Tahun 2015) di DIY secara keseluruhan, angka

penemuan kasus pneumonia adalah 18,06%, sedangkan Profil Kesehatan Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 secara keseluruhan, angka penemuan kasus

pneumonia adalah 23,13% (Dinkes DIY, 2016). Dari data ini dapat dilihat adanya

kenaikan pada kasus pneumonia dari tahun 2015 sampai tahun 2016.

Salah satu klasifikasi pneumonia adalah Pneumonia Komunitas (Community

Acquired Pneumonia) atau CAP. Infeksi saluran napas bawah termasuk

pneumonia komunitas menduduki urutan ke-3 dari 30 penyebab kematian di

dunia. Angka kematian pneumonia komunitas pada rawat jalan 2%, rawat inap 5-

20%, lebih meningkat pada pasien di ruang intensif yaitu lebih dari 50%. Sekitar

20-40% pasien pneumonia komunitas memerlukan perawatan rumah sakit dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

2

sekitar 5-10% memerlukan perawatan intensif (PDPI, 2014). Di Indonesia,

pneumonia termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit. Angka

kematian pada pasien rawat jalan 1% dan pada pasien rawat inap meningkat

menjadi sekitar 25%, sehingga diperlukan tatalaksana yang adekuat dan optimal

untuk mencegah peningkatan angka kematian (Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia, 2003).

Meningkatkan perawatan pasien dewasa dengan pneumonia yang didapat dari

komunitas (CAP) telah menjadi fokus banyak organisasi yang berbeda, dan

beberapa telah mengembangkan pedoman untuk manajemen CAP. Dua yang

paling banyak dirujuk adalah dari Infectious Diseases Society of America (IDSA)

dan American Thoracic Society (ATS). Menanggapi tentang perbedaan antara

pedoman masing-masing, IDSA dan ATS membentuk komite bersama untuk

mengembangkan dokumen pedoman CAP terpadu (Mandell et al., 2007).

Rekomendasi antibiotik untuk pengobatan empiris CAP pada panduan ATS/IDSA

didasarkan pada memilih agen yang efektif melawan mayor penyebab bakteri

CAP yang dapat diobati (Metlay et al., 2019). Kriteria keparahan CAP pada

panduan ATS/IDSA 2019 telah divalidasi dan mendefinisikan CAP parah pada

penderita dengan melihat satu kriteria mayor atau tiga atau lebih kriteria minor

(Metlay et al., 2019) yang telah ditetapkan. Kriteria mayor terdiri atas 2 kriteria

yaitu syok septik dengan kebutuhan vasopresor dan kegagalan pernafasan yang

membutuhkan ventilasi mekanis, sedangkan kriteria minor terdiri dari 9 kriteria

yaitu frekuensi pernapasan ≥ 30 napas/menit, rasio PaO2/FIO2 ≤ 250, infiltrat

multilobar, kebingungan/disorientasi, uremia (nitrogen urea darah tingkat ≥ 20

mg/dl), leukopenia (sel darah putih/leukosit, < 4.000 sel/ml), trombositopenia

(trombosit, < 100.000/ml), hipotermia (suhu inti, < 36,8 0C), dan hipotensi yang

membutuhkan resusitasi cairan dengan agresif (Metlay et al., 2019).

Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai

permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi

bakteri terhadap antibiotik. Hal tersebut tidak hanya berdampak pada morbiditas

dan mortalitas, tetapi juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial

yang sangat tinggi (PerMenkes, 2011), dengan demikian diperlukan pertimbangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

3

yang tepat dalam menentukan antibiotik empiris. Pemberian antibiotik yang tepat

sangat dianjurkan agar terjadi perbaikan klinis pada pasien pneumonia, oleh

karena itu akan dilakukan suatu penelitian dengan judul “Hubungan Antara

Ketepatan Pemberian Antibiotik Berdasarkan Panduan ATS/IDSA 2019 dengan

Perbaikan Klinis pada Pasien Pneumonia Komunitas Rawat Inap”.

METODE PENELITIAN

Desain dan Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Observasional analitik. Metode

observasi adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan

mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Rancangan penelitian ini adalah kohort

retrospektif karena paparannya (dalam penelitian ini berupa pemberian antibiotik)

telah dinilai atau diberikan sebelum dilakukannya penelitian ini dan hasil

outcomenya sudah ada.Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah

ketepatan pemberian antibiotik empiris berdasarkan panduan ATS/IDSA 2019,

sedangkan variabel tergantung/terikat (dependen) adalah rata-rata lama perbaikan

klinis yang meliputi suhu tubuh, detak jantung (nadi), frekuensi pernapasan, dan

tekanan darah sistolik pada penderita CAP yang menggunakan antibiotik empiris

sesuai panduan ATS/IDSA 2019 dan tidak sesuai panduan ATS/IDSA 2019.

Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien usia ≥ 18 tahun dengan

pneumonia yang dirawat inap di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta selama tahun

2019. Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria

penelitian yaitu: kriteria inklusi yang terdiri dari, pasien usia ≥18 tahun dengan

pneumonia komunitas yang dirawat inap di rumah sakit, mendapat terapi

antibiotik untuk pneumonia, rekam medis lengkap (diagnosa, jenis kelamin, usia,

nitrogen urea darah, laju pernapasan/Respiration Rate, tekanan darah, suhu tubuh,

denyut jantung, leukosit, lama perbaikan klinis, lama tinggal di RS) dan kriteria

eksklusi berupa, ibu hamil atau menyusui, pasien dengan transplantasi organ atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

4

stem cell yang mengonsumsi obat imunosupresan, pasien dengan sistem imun

yang rendah seperti pada pasien dengan HIV, pasien pneumonia komunitas yang

memutuskan pulang atas permintaan sendiri atau pulang paksa, pasien dengan

komorbid (gagal jantung, gagal ginjal kronik/akut, TBC).

Gambar 1. Skema pengambilan data

Jumlah penderita CAP dengan usia ≥ 18

tahun periode Juli-Desember 2019

sebanyak 95 data rekam medis

Inklusi sebanyak 84 data

rekam medis

Data rekam medis yang

digunakan 40 data

Eksklusi

sebanyak 44 data

rekam medis

18 data Pasien

meninggal, 2 data

pasien pulang paksa,

24 data adanya

komorbid (gagal ginjal

kronis, gagal ginjal

akut, gagal jantung

kongestif, susp. TBC).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

5

Pengambilan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data sekunder berupa rekam medis.

Pengambilan data menggunakan teknik purposive sampling, jenis purposive

sampling digunakan karena semua sampel yang dipilih berdasarkan kriteria

inklusi yang telah ditetapkan untuk dimasukan ke dalam penelitian hingga jumlah

sampel telah tercapai. Data yang diambil terdiri dari diagnosa, jenis kelamin, usia,

nitrogen urea darah, laju pernapasan/Respiration Rate, tekanan darah, suhu tubuh,

denyut jantung, leukosit, lama perbaikan klinis, lama tinggal di RS dan terapi

antibiotik yang diperoleh. Penelitian ini telah mendapat izin dari Komisi Etik

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dengan nomor surat No. : KE/FK/

0381/EC/2020 dan pihak RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta dengan nomor surat No.

: LB.02.01/XI.2.2/6913/2020.

Analisis Data

Analisa data dilakukan di Pusat Kajian CE&BU Universitas Gadjah Mada

dengan menggunakan program IBM SPSS Statistiks 22. Uji statistik yang

digunakan yaitu independent sampel t-test jika data berdistribusi normal, apabilah

data tidak berdistribusi normal maka dipakai uji alternatifnya yaitu uji Mann-

Whitney. Dalam penelitian ini menggunakan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05).

Data rekam medis yang digunakan dalam penelitian akan dilihat keparahan CAP

untuk melihat ketepatan penggunaan antibiotik berdasarkan panduan ATS/IDSA

2019. Penentuan keparahan CAP berdasarkan panduan ATS/IDSA 2019 dapat

dilihat dari satu kriteria mayor atau dapat dilihat dari tiga kriteri minor atau lebih

kriteria minor. Kriteria mayor terdiri atas 2 kriteria yaitu syok septik dengan

kebutuhan vasopresor dan kegagalan pernafasan yang membutuhkan ventilasi

mekanis, sedangkan kriteria minor terdiri dari 9 kriteria yaitu frekuensi

pernapasan ≥ 30 napas/menit, rasio PaO2/FIO2 ≤ 250, infiltrat multilobar,

kebingungan/disorientasi, uremia (nitrogen urea darah tingkat ≥ 20 mg/dl),

leukopenia (sel darah putih/leukosit, < 4.000 sel/ml), trombositopenia (trombosit,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

6

< 100.000/ml), hipotermia (suhu inti, < 360C), dan hipotensi yang membutuhkan

resusitasi cairan dengan agresif (Metlay et al., 2019). Data rekam medis yang ada

tidak lengkap, sehingga dalam menentukan keparahan CAP pada kriteria minor

dari 9 hanya bisa melihat 5 kriteria saja yaitu leukosit, trombosit, nitrogen urea

darah (BUN), frekuensi pernapasan, dan hipotermia.

Pada orang dewasa yang di rawat inap dengan tingkat keparahan CAP

tidak parah panduan merekomendasikan antibiotik empiris berupa kombinasi β-

laktam dan makrolida atau monoterapi dengan fluoroquinolone respirasi,

sedangkan pada orang dewasa yang di rawat inap dengan tingkat keparahan CAP

parah panduan merekomendasikan antibiotik empiris kombinasi berupa β-laktam

dan makrolida atau β-laktam dan fluoroquinolone respirasi (Metlay et al., 2019).

Pada penelitian ini pasien akan dikategorikan menjadi, pasien yang menggunakan

antibiotik empiris berdasarkan panduan ATS/IDSA 2019 dan pasien yang

menggunakan antibiotik empiris tidak berdasarkan panduan ATS/IDSA 2019.

Setelah dikelompokkan maka data akan dilihat lama perbaikan klinis dan lama

tinggal di RS untuk masing-masing pasien.

Kriteria untuk menentukan perbaikan klinis berdasarkan panduan

ATS/IDSA 2019 dilihat dari kriteria suhu, detak jantung, laju pernapasan, tekanan

darah, saturasi oksigen, kemampuan makan dan status mental normal. Panduan

ATS/IDSA 2007 menjelaskan nilai dari kriteria pasien stabil secara klinis yaitu

suhu tubuh ≤ 37,8 0C, detak jantung ≤ 100 kali/menit, laju pernapasan ≤ 24

kali/menit, tekanan darah sistolik ≥ 90 mmHg, saturasi oksigen arteri ≥ 90% atau

pO2 ≥60 mmHg dalam ruangan, kemampuan mempertahankan asupan oral, dan

status mental normal. Pada rekam medis di RS tidak semua kriteria pasien stabil

secara klinis berdasarkan panduan ATS/IDSA dicantumkan, sehingga pada

penelitian ini kriteria pasien stabil secara klinis dari 7 kriteria hanya dilihat 4

kriteria saja yaitu tekanan darah sistolik, suhu tubuh, detak jantung, dan laju

pernapasan. Data perbaikkan klinis akan dilihat dari pemeriksaan tanda-tanda vital

pada asuhan keperawatan pada Rekam Medis pasien, dilihat pada hari keberapa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

7

pasien mengalami perbaikan klinis, sedangkan lama tinggal di RS akan dilihat

dari hari pertama pasien di rawat inap sampai hari pasien diperbolehkan pulang.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara ketepatan

pemberian Antibiotik empiris berdasarkan panduan ATS/IDSA 2019 terhadap

perbaikan klinis pada pasien pneumonia komunitas rawat inap.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,

jumlah penderita pneumonia komunitas dengan usia lebih dari/sama dengan 18

tahun periode Juli-Desember 2019 sebanyak 95 data rekam medis. Rekam medis

yang masuk dalam kriteria inklusi sebanyak 84 data, sebanyak 44 data dieksklusi

dikarenakan terdapat 18 data pasien meninggal, terdapat 2 data pasien pulang

paksa, dan terdapat 24 data adanya komorbid (gagal ginjal kronis, gagal ginjal

akut, gagal jantung kongestif, susp. TBC). Dalam penelitian ini rekam medis pasien

pneumonia komunitas yang digunakan sebanyak 40 data dan yang sesuai panduan

ATS/IDSA 2019 sebanyak 20 data serta tidak sesuai panduan ATS/IDSA 2019

sebanyak 20 data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

8

Tabel I. Karakteristik Pasien CAP di RSUP Dr. Sardjito

Karakteristik n %

Terapi antibiotik empiris

Sesuai panduan

ATS/IDSA

- CAP tidak parah

- CAP parah

Tidak sesuai

panduan ATSIDSA

- CAP tidak parah

- CAP parah

20

0

18

2

100

90

10

Usia (Tahun)

19-40

41-50

51-60

>60

4

5

8

23

10

12,5

20

57,5

Lama rawat inap (hari) pasien CAP

Sesuai panduan

ATS/IDSA

1-5

≥ 6

Tidak sesuai

panduan ATS/IDSA

1-5

≥ 6

11

9

4

16

55

45

20

80

Lama perbaikan suhu tubuh (hari)

1-5

≥ 6

37

3

92,5

7,5

Lama perbaikan tekanan darah sistolik (hari)

1-5

≥ 6

39

1

97,5

2,5

Lama perbaikan detak jantung/nadi (hari)

1-5

≥ 6

34

6

85

15

Lama perbaikan laju pernapasan (hari)

1-5

≥ 6

36

4

90

10

Keterangan: n = jumlah keseluruhan; % = persentase

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

9

Berdasarkan Tabel. I, kelompok pasien yang menggunakan antibiotik

empiris sesuai panduan ATS/IDSA 2019 tidak ditemukan pasien dengan kondisi

CAP parah ( 0%) dan pasien yang menderita CAP tidak parah sebanyak 20

(100%), sedangkan pada kelompok penderita yang menggunakan antibiotik

empiris tidak sesuai ATS/IDSA 2019 dengan CAP parah terdapat pada 2 (10%)

penderita dan CAP tidak parah terdapat pada 18 (90%) penderita. Usia rata-rata

penderita pneumonia komunitas yang didapat adalah 60,15 tahun dengan usia

terendah adalah 19 tahun dan usia tertinggi adalah 86 tahun. Penderita pneumonia

komunitas terbanyak berada pada rentang usia > 60 tahun sebanyak 23 (57,5%),

kemudian 51-60 tahun sebanyak 8 (20%), lalu dilanjutkan dengan usia 41-50

tahun sebanyak 5 (12,5%) dan terendah pada usia 19-40 tahun sebanyak 4 (10%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Munarsih,

Natadidjaja dan Syamsudin (2018), dari hasil penelitian tersebut diperoleh jumlah

subjek usia lanjut yang menderita pneumonia komunitas menduduki posisi

terbanyak yaitu mencapai 56 (57,1%). Hal ini berbeda dari penelitian yang

dilakukan oleh Sari, Raveinal dan Noverial (2018), usia terendah yang menderita

pneumonia komunitas adalah 60 tahun dan usia tertinggi adalah 94 tahun. Hal ini

dikarenakan pada penelitian tersebut kriteria inklusinya adalah penderita

pneumonia komunitas pada geriatrik. Pada penelitian ini pasien berjenis kelamin

wanita lebih banyak menderita pneumonia komunitas dibandingkan dengan pria

yaitu dengan persentase jenis kelamin wanita sebesar 25 (62,5%) dan jenis

kelamin pria sebesar 15 (37,5%). Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sari, Raveinal dan Noverial (2018) yang di lakukan di RS. Dr. M.

Djamil Padang tahun 2016, dari 365 pasien pneumonia komunitas didapatkan 198

(54,25%) pasien dengan jenis kelamin wanita dan 167 (45,75%) pasien dengan

jenis kelamin pria. Selain itu, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Sari,

Rumende dan Harimurti (2017) dengan perbandingan jenis kelamin pria 75

(47,5%) dan jenis kelamin wanita 83 (52,5%), sedangkan dalam penelitian

Rivero-Calle et al. (2016) di Spanyol menemukan bahwa insiden CAP sedikit

lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Penelitian tersebut juga

mendapatkan hasil dimana insiden CAP dari usia 18 hingga 65 tahun sebanding

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

10

antara pria dan wanita, sedangkan dari usia 65 tahun insiden CAP lebih tinggi

pada pria dibandingkan pada wanita. Infeksi saluran napas bawah lebih sering

terjadi pada kelompok perokok dan mereka yang perokok pasif (Corwin, 2009).

Penelitian systematic review dan meta-analysis yang dilakukan oleh Baskaran et

al. (2019), menemukan bahwa paparan asap tembakau secara signifikan terkait

dengan perkembangan CAP pada perokok aktif dan mantan perokok serta orang

dewasa berusia ≥ 65 tahun yang merupakan perokok pasif berisiko lebih tinggi

terkena CAP. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Janah dan Martini

(2017), jenis kelamin wanita (71%) lebih banyak terpapar asap rokok sebagai

perokok pasif dibandingkan pria (29%).

Dalam penelitian ini jumlah penderita yang menggunakan antibiotik

empiris sesuai panduan ATS/IDSA 2019 lebih banyak mengalami lama rawat inap

1-5 hari terdapat 11 penderita dibandingkan dengan penderita yang mengalami

lama rawat inap diatas/sama dengan 6 hari terdapat 9 penderita, sedangkan jumlah

penderita yang menggunakan antibiotik empiris tidak sesuai panduan ATS/IDSA

2019 lebih banyak mengalami lama rawat inap diatas/sama dengan 6 hari terdapat

16 penderita dibandingkan dengan penderita yang mengalami lama rawat inap 1-5

hari terdapat 4 penderita. Lama perbaikan klinis yaitu suhu tubuh, detak jantung,

laju pernapasan, dan tekanan darah sistolik dalam penelitian ini secara

keseluruhan lebih banyak jumlah penderita yang mengalami perbaikan dalam

waktu 1-5 hari dibandingkan jumlah penderita yang mengalami perbaikan dalam

waktu diatas/sama dengan 6 hari. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Munarsih, Natadidjaja dan Syamsudin (2018) tentang

Pengaruh Pemberian Antibiotik Berdasarkan Panduan ATS/IDSA 2007 terhadap

Lama Tinggal pada Pasien Pneumonia Komunitas di Rumah Sakit, jumlah

penderita yang menggunakan antibiotik empiris sesuai panduan lebih banyak

mengalami lama rawat inap 1-5 hari (38 penderita) dibandingkan dengan

penderita yang mengalami lama rawat inap diatas/sama dengan 6 hari (11

penderita), sedangkan jumlah penderita yang menggunakan antibiotik empiris

tidak sesuai panduan lebih banyak mengalami lama rawat inap diatas/sama

dengan 6 hari (37 penderita) dibandingkan dengan penderita yang mengalami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

11

lama rawat inap 1-5 hari (12 penderita). Rotter, et al. (2012) dalam penelitiannya

yang berjudul The Effects of Clinical Pathways on Professional Practice, Patient

Outcomes, Length of Stay, and Hospital Costs: Cochrane Systematic Reviewand

Meta-Analysis, menemukan bahwa penerapan panduan di 11 penelitian secara

signifikan mengurangi LOS (Length of Stay)/lama tinggal di rumah sakit. Ellen et

al. (2014), menerangkan bahwa mengurangi lama tinggal di rumah sakit adalah

tujuan umum yang dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya dengan

menerapkan pedoman praktik klinis, secara teori penerapan pedoman praktik

klinis dapat membantu pasien mempercepat perawatannya di rumah sakit, selain

digunakan untuk perawatan pedoman praktik klinis juga dimaksudkan untuk

mengurangi duplikasi dan komplikasi. Munarsih, Natadidjaja dan Syamsudin

(2018) dari hasil penelitiannya didapat bahwa pasien-pasien yang diterapi dengan

antibiotik tidak sesuai dengan panduan ATS/IDSA 2007 memiliki kecenderungan

untuk lebih lama tinggal di rumah sakit sebanyak 10,25 kali lipat dibandingkan

dengan yang diberikan terapi sesuai dengan panduan ATS/IDSA 2007. Lebih

lanjut dalam penelitian tersebut dijelaskan antibiotik empiris yang diberikan

menurut panduan sebelum hasil kultur keluar akan memberikan hasil klinis yang

baik karena panduan antibiotik dibuat berdasarkan pola kuman dan telah

mempertimbangkan farmakodinamik dan farmakokinetik antibiotik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

12

Tabel. II Terapi Antibiotik Empiris Pada Pasien

CAP di RSUP Dr. Sardjito

Terapi antibiotik Jumlah

pasien 40

CAP tidak

parah (%)

CAP parah

(%)

Jenis antibiotik

Levofloxacin 5 5 (12,5)

Ciprofloxacin 1 1 (2,5 )

Cefoperazone 4 4 (10)

Moxifloxacin 1 1 (2,5)

Ceftazidime 6 4 (10) 2 (5)

Meropenem+Levofloxacin 1 1 (2,5)

Ceftazidime+Ciprofloxacin 3 3 (7,5)

Cefoperazone+Levofloxacin 2 2 (5)

Cefotaxime+Azithromysin 1 1 (2,5)

Ampi-

Sulbactam+Azithromycin

1 1 (2,5)

Ceftazidime+Levofloxacin 2 2 (5)

Ceftriaxone+Ciprofloxacin 1 1 (2,5)

Ceftriaxone+Azitromysin 10 10 (25)

Ceftazidime+Azithromysin 1 1 (2,5)

Cefotaxime+Ciprofloxacin 1 1 (2,5)

Keterangan: % = persentase

Pada penelitian ini penentuan keparahan CAP menggunakan panduan

ATS/IDSA 2019, dimana secara keseluruhan terdapat 38 penderita dengan CAP

tidak parah dan 2 penderita dengan CAP parah. Panduan ATS/IDSA 2019

merekomendasikan antibiotik empiris dengan tingkat keparahan CAP tidak parah

berupa kombinasi β-laktam dan makrolida atau monoterapi dengan

fluoroquinolone respirasi. Pada Tabel. II, pemberian antibiotik empiris dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

13

tingkat keparahan CAP tidak parah di RSUP Dr. Sardjito diberikan antibiotik β-

laktam yakni antibiotik cefoperazone dan ceftazidime, dan antibiotik kombinasi β-

laktam dan fluoroquinolone yakni antibiotik meropenem+levofloxacin,

ceftazidime+ciprofloxacin, cefoperazone+levofloxacin, ceftazidime+levofloxacin,

ceftriaxone+ciprofloxacin, dan cefotaxime+ciprofloxacin, penerapan terapi

antibiotik ini tidak sesuai dengan panduan ATS/IDSA 2019 untuk penderita

dengan tingkat keparahan CAP tidak parah. Panduan ATS/IDSA 2019

merekomendasikan antibiotik empiris dengan tingkat keparahan CAP parah

berupa antibiotik kombinasi β-laktam dan makrolida atau β-laktam dan

fluoroquinolone respirasi. Pemberian terapi antibiotik empiris pada pasien CAP di

RSUP Dr. Sardjito dengan tingkat keparahan CAP parah diberikan antibiotik β-

laktam yaitu ceftazidime, penerapan terapi antibiotik ini tidak sesuai dengan

panduan ATS/IDSA 2019 untuk penderita dengan tingkat keparahan CAP parah.

Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Alfina (2019) yang menganalisis

perbandingan antara monoterapi dengan dualterapi antibiotik extended empiric

pada pasien CAP di RSUP Fatmawati Jakarta, didapatkan tidak ada perbedaan

bermakna (p-value = 0,643) antara terapi antibiotik extended empiric monoterapi

β-laktam dengan dualterapi β-laktam dan fluoroquinolone, selama 5 hari yang

ditandai dengan perbaikan suhu, laju napas dan leukosit darah menuju nilai

normal.

Tabel III. Rata-Rata Lama Perbaikan Klinis Pada Penderita CAP Yang

Menggunakan Antibiotik Empiris Sesuai Panduan ATS/IDSA

2019 dan Tidak Sesuai Panduan ATS/IDSA 2019

Rata-Rata Perbaikan

Klinis

Antibiotik Empiris

p-value Sesuai

ATS/IDSA

2019

(Hari)

Tidak Sesuai

ATS/IDSA

2019

(Hari)

Suhu Tubuh 1.90 2.75 0.046

Detak Jantung/Nadi 2.80 3.95 0.012

Laju Pernapasan 2.20 3.75 0.019

Tekanan Darah Sistolik 1.40 1.55 0.672

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

14

Demam merupakan salah satu tanda terjadinya infeksi aktif, di mana suhu

yang tinggi dapat menandakan parahnya infeksi (Pitaloka & Wibisono, 2015).

Pasien dikatakan demam jika suhu > 37,8 0C (E. F. Sari et al., 2017). Frekuensi

napas/Respiratory Rate yang meningkat menunjukkan adanya penurunan

kompliansi atau fungsi paru, yang juga akan berpengaruh terhadap ketersediaan

oksigen dalam darah (Pitaloka & Wibisono, 2015). Adanya kekurangan oksigen

ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan

kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan (Karmiza et al., 2017).

Hipoksia merupakan kondisi berbahaya karena dapat mengganggu fungsi otak,

hati, dan organ lainnya dengan cepat. Hipoksia dapat dideteksi dengan saturasi

oksigen yang rendah dengan gejala yang lain yaitu sesak napas, napas cenderung

cepat/takipnea dan detak jantung yang cepat/takikardia (Budi et al., 2019).

Demam dan kurangnya pasokan oksigen dapat diperparah dengan tekanan darah

yang turun hingga mean arterial pressure (MAP) <60 mmHg atau tekanan darah

sistolik <90 mmHg, dimana ketiganya termasuk dalam kriteria sepsis dan syok

sepsis. Sepsis cukup banyak terjadi pada pasien pneumonia komunitas (Pitaloka &

Wibisono, 2015).

Lama pemberian antibiotik (iv/oral) minimal 5 hari dan bebas demam 48-

72 jam, serta tidak lebih dari 1 tanda terkait ketidak stabilan klinis CAP sebelum

penghentian terapi, sedangkan lama pengobatan pada umumnya 7-10 hari pada

pasien yang menunjukkan respon (perbaikan klinis) dalam 72 jam pertama. Lama

pemberian antibiotik dapat diperpanjang jika terapi awal tidak aktif terhadap

patogen yang diidentifikasi atau jika diperumit oleh infeksi luar paru, seperti

meningitis atau endokarditis (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003). Dalam

penelitian ini penderita yang menggunakan antibiotik empiris sesuai panduan

ATS/IDSA 2019 lebih banyak yang mengalami perbaikan klinis dalam waktu ≤ 5

hari dibandingkan penderita yang menggunakan antibiotik empiris tidak sesuai

panduan ATS/IDSA 2019 dan tetap mengalami perbaikan klinis. Penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian Sari, dkk. (2017) yang membandingkan pola terapi

antibiotik pada CAP di RS tipe A dan tipe B, dijelaskan bahwa di RS tipe A

tampak bahwa pasien CAP yang mendapatkan antibiotik empiris yang sesuai akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

15

menunjukkan hasil terapi yang membaik lebih banyak dibandingkan dengan

pasien yang mendapatkan terapi antibiotik empiris yang tidak sesuai dengan

pedoman ATS/IDSA sementara itu, di RS B walaupun pasien CAP mendapatkan

terapi antibiotik yang sebagian besar tidak sesuai dengan pedoman ATS/IDSA

tetap menunjukkan outcome terapi membaik.

Tabel. III, menunjukkan rata-rata lama perbaikan klinis antara penderita

yang menggunakan antibiotik empiris sesuai panduan ATS/IDSA 2019 dengan

penderita yang menggunakan antibiotik empiris tidak sesuai panduan ATS/IDSA

2019. Uji statistik yang dilakukan menggunakan uji Mann-Whitney dikarenakan

data pada penelitian ini tidak terdistribusi normal. Hasil analisis statistik

menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p-value < 0,05) pada perbaikan suhu

tubuh, detak jantung, dan laju pernapasan sehingga, dari hasil yang diperoleh

dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan rata-rata lama perbaikan klinis yaitu suhu

tubuh, detak jantung, dan laju pernapasan antara penderita yang menggunakan

antibiotik empiris sesuai panduan ATS/IDSA 2019 dengan penderita yang

menggunakan antibiotik empiris tidak sesuai panduan ATS/IDSA 2019. Hasil

analisis statistik pada perbaikan klinis yaitu tekanan darah tidak terdapat

perbedaan yang bermakna (p-value > 0,05), antara penderita yang menggunakan

antibiotik empiris sesuai panduan ATS/IDSA 2019 dengan penderita yang

menggunakan antibiotik empiris tidak sesuai panduan ATS/IDSA 2019. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang sudah ada yakni penelitian yang

dilakukan oleh Sari, dkk. (2017), penelitian tersebut membandingkan pola terapi

antibiotik pada CAP di RS tipe A dan tipe B. Adapun penelitian tersebut

menunjukkan hasil yang jelas, penderita CAP di RS tipe A yang menggunakan

antibiotik empiris yang sesuai ATS/IDSA akan memberikan hasil terapi

perbaikkan pasien pada hari ke-5 dibandingkan dengan pemberian antibiotik

empiris yang tidak sesuai (p = 0,007). Lebih lanjut dalam penelitian tersebut

dijelaskan bahwa di RS tipe B tidak ditemukan adanya antibiotik yang sesuai

namun penderita yang menggunakan antibiotik empiris tidak sesuai ATS/IDSA

sebanyak 76,5% mengalami perbaikan setelah 5 hari. Dalam penelitian tersebut

tidak dijelaskan luaran perbaikan klinis apa saja yang dilihat dalam menilai terapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

16

perbaikan pada penderita CAP. Almazrou Mazrou (2013), menjelaskan bahwa

penerapan pedoman klinis yang efektif dapat meningkatkan hasil klinis,

mengurangi lamanya rawat inap, rujukan, kunjungan gawat darurat (UGD),

frekuensi pemantauan dan mengurang biaya. Fauzia (2015) memaparkan ada

beberapa hal yang penting diperhatikan dalam menyusun pedoman antibiotik

salah satunya yakni antibiotik yang dipilih selaras dengan pola patogen dan

sensistivitas lokal. Lebih lanjut Liapikou dan Tarres (2013) menjelaskan salah

satu alasan untuk menyatakan bahwa pedoman CAP harus lokal adalah karena

etiologinya dapat berbeda antara negara dan wilayah yang berbeda, berkaitan

dengan pola resistensi. Oleh sebab itu dalam menerapkan pedoman antibiotik

harus memperhatikan etiologi yang terjadi.

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu dalam rekam medis yang sudah

di ambil tidak dijelaskan faktor resiko untuk MRSA dan P. Aeruginosa, sehingga

dalam penelitian ini untuk penentuan antibiotik empiris faktor resiko untuk

MRSA dan P. Aeruginosa tidak dimasukkan. Data rekam medis yang ada tidak

lengkap sehingga dalam menentukan keparahan CAP dari kriteria minor dari 9

hanya bisa melihat 5 kriteria saja yaitu leukosit, trombosit, nitrogen urea darah

(BUN), frekuensi pernapasan, dan hipotermia serta, dalam menentukan perbaikan

secara klinis berdasarkan panduan ATS/IDSA dari 7 kriteria hanya dilihat 4

kriteria saja yaitu tekanan darah sistolik, suhu tubuh, detak jantung, dan laju

pernapasan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

17

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Antara Ketepatan Pemberian

Antibiotik Berdasarkan Panduan ATS/IDSA 2019 dengan Perbaikan Klinis pada

Pasien Pneumonia Komunitas Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito yang telah

dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna nilai rata-rata

antara penderita CAP yang menggunakan antibiotik empiris sesuai panduan

ATS/IDSA 2019 dan tidak sesuai panduan ATS/IDSA 2019 terhadap lama

perbaikan klinis yang meliputi suhu tubuh, detak jantung dan laju pernapasan,

serta tidak terdapat perbedaan bermakna nilai rata-rata antara penderita CAP yang

menggunakan antibiotik empiris sesuai panduan ATS/IDSA 2019 dan tidak sesuai

panduan ATS/IDSA 2019 terhadap lama perbaikan klinis yaitu tekana darah

sistolik.

SARAN

Saran untuk penelitian selanjutnya agar memasukkan faktor resiko untuk

MRSA atau P. Aeruginosa dalam penentuan antibiotik empris agar dapat

mengetahui secara jelas ketepatan pemberian antibiotik empiris pada data rekam

medis berdasarkan panduan ATS/IDSA 2019 dan diharapkan semua kriteria

perbaikan klinis yakni suhu, detak jantung, laju pernapasan, tekanan darah,

saturasi oksigen, kemampuan makan dan status mental normal dapat dimasukkan

dalam penelitian agar dapat menyesuaikan dengan perbaikan klinis berdasarkan

panduan ATS/IDSA 2019. Diharapkan juga bagi penlitian selanjutnya untuk

melihat hasil kultur untuk masing-masing penderita CAP agar dapat mengetahui

bahwa pemberian antibiotik untuk pasien sudah sesuai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

18

Daftar Pustaka

Alfina, L. N. R. M. R. (2019). Analisis Perbandingan Antara Monoterapi dengan

Dualterapi Antibiotik Extended Empiric pada Pasien Community-Acquired

Pneumonia di RSUP Fatmawati Jakarta. J Sains Farm Klin 6(2),147–157,

6(2), 147–157.

Almazrou Mazrou, S. (2013). Expected benefits of clinical practice guidelines:

Factors affecting their adherence and methods of implementation and

dissemination. Journal of Health Specialties, 1(3), 141.

https://doi.org/10.4103/1658-600x.120855

Baskaran, V., Murray, R. L., Hunter, A., Lim, W. S., & McKeever, T. M. (2019).

Effect of tobacco smoking on the risk of developing community acquired

pneumonia: A systematic review and meta-analysis. PLoS ONE, 14(7), 1–18.

https://doi.org/10.1371/journal.pone.0220204

Budi, D. B. S., Maulana, R., & Fitriyah, H. (2019). Sistem Deteksi Gejala

Hipoksia Berdasarkan Saturasi Oksigen Dengan Detak Jantung

Menggunakan Metode Fuzzy Berbasis Arduino. Jurnal Pengembangan

Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer., 3(2), 1925–1933. http://j-

ptiik.ub.ac.id

Corwin, J. E., 2009. Buku Saku: Patofisiologi. Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC.

538,542.

Dinkes DIY. (2016). 1 Profil Kesehatan DIY 2016. Dinas Kesehatan DIY, 180.

Ellen, M., Baker, G. R., & Brown, A. (2014). The impact of acute care clinical

practice guidelines on length of stay: A closer look at some conflicting

findings. Journal of Hospital Administration, 3(4), 25.

https://doi.org/10.5430/jha.v3n4p25

Fauzia, D. (2017). Strategi Optimasi Penggunaan Antibiotik. Jurnal Ilmu

Kedokteran, 9(2), 55. https://doi.org/10.26891/jik.v9i2.2015.55-64

Janah, M., & Martini, S. (2017). Hubungan Antara Paparan Asap Rokok Dengan

Kejadian Prehipertensi Relationship Between Secondhand Smoke And

Prehypertension. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS.Dr. Soetomo,

3(2), 131. https://doi.org/10.29241/jmk.v3i1.75

Karmiza, K., Muharriza, M., & Huriani, E. (2017). Left Lateral Positioning With

Head Elevation Increase the Partial Pressure of Oxygen on Patients With

Mechanical Ventilation. Jurnal NERS, 9(1), 59.

https://doi.org/10.20473/jn.v9i1.2979

Liapikou, A., & Torres, A. (2013). Current treatment of community-acquired

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

19

pneumonia. 1–14.

Mandell, L. A., Wunderink, R. G., Anzueto, A., Bartlett, J. G., Campbell, G. D.,

Dean, N. C., Dowell, S. F., File, T. M., Musher, D. M., Niederman, M. S.,

Torres, A., & Whitney, C. G. (2007). Infectious Diseases Society of

America/American Thoracic Society Consensus Guidelines on the

Management of Community-Acquired Pneumonia in Adults. Clinical

Infectious Diseases, 44(Supplement_2), S27–S72.

https://doi.org/10.1086/511159

Metlay, J. P., Waterer, G. W., Long, A. C., Anzueto, A., Brozek, J., Crothers, K.,

Cooley, L. A., Dean, N. C., Fine, M. J., Flanders, S. A., Grif, M. R.,

Metersky, M. L., & Musher, D. M. (2019). AMERICAN THORACIC

SOCIETY Diagnosis and Treatment of Adults with Community-acquired

Pneumonia An Of fi cial Clinical Practice Guideline of the American

Thoracic Society and Infectious Diseases Society of America. 200.

https://doi.org/10.1164/rccm.201908-1581ST

Mulyana, R. (2019). Terapi Antibiotika pada Pneumonia Usia Lanjut. Jurnal

Kesehatan Andalas, 8(1), 172. https://doi.org/10.25077/jka.v8i1.987

Munarsih, F. C., Natadidjaja, R. I., & Syamsudin, S. (2018). Pengaruh Pemberian

Antibiotik berdasar Panduan terhadap Lama Tinggal pada Pasien Pneumonia

Komunitas di Rumah Sakit. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 5(3), 141.

https://doi.org/10.7454/jpdi.v5i3.195

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2406/Menkes/Per/XII/2011 Tentang Pedoman Umum Penggunaan

Antibiotik.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2014). Pneumonia komuniti. Pneumonia

Komuniti (Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan),

https://www.scribd.com/document/374953596/Pneumonia-Komunitas-2014

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2003). Pneumonia komuniti 1973 - 2003.

Pneumonia Komuniti (Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan), 6.

Pitaloka, S., & Wibisono, B. (2015). Beberapa Faktor Risiko Yang Berhubungan

Dengan Kematian Pasien Pneumonia Komunitas Di Rsup Dr. Kariadi

Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 4(4), 1495–1502.

Rivero-Calle, I., Pardo-Seco, J., Aldaz, P., Vargas, D. A., Mascarós, E., Redondo,

E., Díaz-Maroto, J. L., Linares-Rufo, M., Fierro-Alacio, M. J., Gil, A.,

Molina, J., Ocaña, D., Martinón-Torres, F., Vargas, D., Mascarós, E.,

Redondo, E., Díaz-Maroto, J. L., Linares-Rufo, M., Gil, A., … Rivero-Calle,

I. (2016). Incidence and risk factor prevalence of community-acquired

pneumonia in adults in primary care in Spain (NEUMO-ES-RISK project).

BMC Infectious Diseases, 16(1), 1–8. https://doi.org/10.1186/s12879-016-

1974-4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

20

Rotter, T., Kinsman, L., James, E., Machotta, A., Willis, J., Snow, P., & Kugler, J.

(2012). The Effects of Clinical Pathways on Professional Practice, Patient

Outcomes, Length of Stay, and Hospital Costs: Cochrane Systematic Review

and Meta-Analysis. Evaluation and the Health Professions, 35(1), 3–27.

https://doi.org/10.1177/0163278711407313

Sari, E. F., Rumende, C. M., & Harimurti, K. (2017). Faktor–Faktor yang

Berhubungan dengan Diagnosis Pneumonia pada Pasien Usia Lanjut. Jurnal

Penyakit Dalam Indonesia, 3(4), 183. https://doi.org/10.7454/jpdi.v3i4.51

Sari, I. P., Nuryastuti, T., Asdie, R. H., Pratama, A., & Estriningsih, E. (2017).

Perbandingan Pola Terapi Antibiotik pada Community- Acquired Pneumonia

(CAP) di Rumah Ssakit Tipe A dan B. Jurnal Manajemen Dan Pelayanan

Farmasi, 7(4), 168–174.

Sari, M. A., Raveinal, R., & Noverial, N. (2018). Derajat Keparahan Pneumonia

Komunitas pada Geriatri Berdasarkan Skor CURB-65 di Bangsal Penyakit

Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Andalas,

7(1), 102. https://doi.org/10.25077/jka.v7i1.786

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

21

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

22

Lampiran 1. Ethical Clearance

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

23

Lampiran 2. Surat Perizinan Penelitian RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

24

Lampiran 3. Sertifikat CE&BU

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

25

Lampiran 4. Pengumpulan Data

No. Rekam Medis :

Usia :

Jenis Kelamin :

Tgl. Masuk :

Tgl. Keluar :

Anamnesis I 21-10-2019

- Riwayat pribadi (terutama riwayat penyakit) :

Pemeriksaan jasmani 1 Tanggal :

- Tanda vital: suhu:; N:; TD:; frekuensi

- Tinggi badan: -; berat badan: -

- Keadaan umum:

- Paru-paru:

Pengkajian awal pasien rawat inap dewasa Tanggal:

- Tiba diruang rawat dengan cara: - Alergi:

- Keadaan umum: kesadaran: ; GCS:; TD:; N:; suhu:; RR

- Informasi tambahan: -

Pengobatan yang sudah diberikan di instalasi rawat darurat

Tanggal:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

26

Asuhan Keperawatan

Tgl Tgl Tgl Tgl

KU

TD

(mmHg)

Suhu 0C

Nadi

(x/menit)

RR

(x/menit)

Pengobatan di rawat inap

Tgl Tgl Tgl Tgl

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

27

Ringkasan pasien keluar dari RS (Tanggal: )

Pemeriksaan fisik:

- KU :; TD:; N:; RR:; suhu:

Penatalaksanaan:

- obat:

- Doagnosa akhir:

- Diagnose lain/komplikasi/penyakit penyerta:

- Keadaan pulang dari RS:

- cara keluar:

- Obat/ tindakan yang dilanjutkan:

- Tanggal :

- Prognosis:

Pemeriksaan penunjang :

Patologi klinik Tanggal:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

28

Lampiran 5. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional skala

ketepatan

pemberian

antibiotik

berdasarkan

pedomaan

ATS/IDSA 2019

Pada orang dewasa yang di rawat inap

dengan tingkat keparahan CAP tidak

parah panduan merekomendasikan

antibiotik empiris berupa kombinasi b-

laktam dan makrolida atau monoterapi

dengan fluoroquinolone respirasi

sedangkan pada orang dewasa yang di

rawat inap dengan tingkat keparahan

CAP parah panduan merekomendasikan

antibiotik empiris kombinasi berupa b-

laktam dan makrolida atau b-laktam dan

fluoroquinolone respirasi

CAP parah pada penderita dapat

ditentukan dengan melihat satu kriteria

mayor atau dapat dilihat dari tiga kriteri

minor atau lebih kriteria minor.

Dikategorikan: antibiotik empiris sesuai

pedomaan ATS/IDSA 2019 dan

antibiotik empiris tidak sesuai pedomaan

ATS/IDSA 2019

Nominal

Rata-rata lama

perbaikan klinis

Kriteria pasien stabil secara klinis pada

pasien pneumonia komunitas yaitu Suhu

tubuh ≤ 37.8 0C, Detak jantung ≤100

kali/menit, Laju pernapasan ≤ 24

kali/menit, Tekanan darah sistolik ≥90

mmHg.

Lama perbaikan tekanan darah sistolik,

suhu tubuh, detak jantung, dan laju

pernapasan dilihat dari hari keberapa

penderita mengalami perbaikan sesuai

kriteria dan perbaikan sesuai kriteria

tersebut stabil sampai hari penderita CAP

diperbolehkan pulang.

Nominal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

29

Apabila perbaikan klinis baru ada dihari

penderita CAP diperbolehkan pulang

maka, penderita CAP baru menglami

perbaikan klinis dihari tersebut.

Dikategorikan: lama perbaikan klinis ≤ 5

hari dan lama perbaikan klinis > 5 hari.

Lampiran 6.Analisis Statistik

Tests of Normality

Sesuai

panduan

ATS/IDSA

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hari

perbaikan

TD sistolik

Tepat .527 20 .000 .351 20 .000

Tidak tepat .482 20 .000 .392 20 .000

Hari

perbaikan

suhu tubuh

Tepat .358 20 .000 .408 20 .000

Tidak tepat .229 20 .007 .759 20 .000

Hari

perbaikan

detak

jantung

Tepat .326 20 .000 .569 20 .000

Tidak tepat .192 20 .051 .854 20 .006

Hari

perbaikan

RR

Tepat .207 20 .025 .802 20 .001

Tidak tepat .144 20 .200* .891 20 .028

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

30

Means

Report

Sesuai panduan

ATS/IDSA

Hari

perbaikan

TD sistolik

Hari

perbaikan

suhu tubuh

Hari

perbaikan

detak

jantung

Hari

perbaikan RR

Tepat N 20 20 20 20

Mean 1.40 1.90 2.80 2.20

Std.

Deviation 1.231 2.469 3.270 1.399

Median 1.00 1.00 2.00 2.00

Tidak tepat N 20 20 20 20

Mean 1.55 2.75 3.95 3.75

Std.

Deviation 1.638 2.359 2.544 2.268

Median 1.00 2.00 3.50 4.00

Total N 40 40 40 40

Mean 1.48 2.33 3.38 2.98

Std.

Deviation 1.432 2.422 2.950 2.019

Median 1.00 1.00 2.00 3.00

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Test Statistiksa

Hari

perbaikan

TD

sistolik

Hari

perbaikan

suhu tubuh

Hari

perbaikan

detak

jantung

Hari

perbaikan

RR

Mann-Whitney U 191.000 133.000 109.000 115.500

Wilcoxon W 401.000 343.000 319.000 325.500

Z -.424 -1.993 -2.514 -2.341

Asymp. Sig. (2-tailed) .672 .046 .012 .019

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .820b .072b .013b .021b

a. Grouping Variable: Sesuai panduan ATS/IDSA

b. Not corrected for ties.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK …

31

Biografi Penulis

Penulis bernama Mensiana Ayu Maju. Lahir di Ruteng

(Leda), Manggarai-NTT pada tanggal 19 Maret 1998.

Penulis merupakan anak dari pasangan Bpk. Maju

Mansuradi Mathias dan Ibu Antonia Djenau serta

merupakan anak bungsu dari lima bersaudari. Penulis

telah menempuh pendidikan di SDI Wae Mata (2004-

2010), SMPK Arnoldus Labuan Bajo (2010-2013),

SMAK St. Ignatius Loyola Labuan Bajo (2013-2016),

hingga perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta (2016-2020). Penulis pernah terlibat dalam beberapa

kegiatan kepanitiaan, antara lain anggota divisi Humas dalam acarara Aksi

Osteoporosis Day, anggota divisi Dana dan Usaha dalam acara Pelepasan Wisuda

1, Koordinator Dana dan Usaha dalam acara Pelepasan Wisuda II. Penulis juga

terlibat dalam kegiatan Word Health Day (2017) dan mengikuti kegiatan Latihan

Kepemimpinan 1 sebagai peserta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI