Upload
fera-sun
View
323
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Hubungan Antara Overbite dengan Pola Pertumbuhan Kraniofasial
AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai hubungan antara overbite dengan pola pertumbuhan kraniofasial. Sampel terdiri atas 86 cephalogram yang diperoleh selama fase sebelum perawatan ortodonti dan dianalisis menggunakan program Radiocef untuk mengidentifikasi landmark kraniofasial dan menunjukkan pengukuran ortodonti. Variabel yang digunakan adalah overbite, persentase Jarabak dan indeks Vert, sebagai hasil klasifikasi dari interpretasi pengukuran ini. Dalam uji statistik digunakan level signifikan 5%. Tingkat kepercayaan diuji dengan perhitungan Standard Error. Analisis Weight Kappa menunjukkan bahwa bentuk wajah menurut Indeks Vert dan kecendrungan arah pertumbuhan wajah menurut persentase Jarabak tidak memuaskan. Untuk menegaskan kekurangan persamaan ini, kemungkinan adanya hubungan signifikan antara overbite dan pola pertumbuhan kraniofasial dievaluasi dengan uji Chi-Square, mempertimbangkan dua metode secara terpisah. Tidak ada hubungan signifikan antara overbite dengan pola pertumbuhan kraniofasial yang diperoleh dari hasil analisis. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa klasifikasi pola pertumbuhan wajah tidak akan sama ketika membandingkan antara analisa Jarabak dan Ricketts, dan meningkatnya overbite tidak dapat dihubungkan dengan pola pertumbuhan brakifasial maupun dolicofasial.
Kata Kunci: Orthodontics; Cephalometry; Growth and Development; Diagnostic Errors.
Pendahuluan
Perubahan dalam overbite (overlap Vertikal insisivus) dapat dikaitkan
dengan beberapa perubahan fungsional, seperti masalah phonoarticulatory.1
Istilah "deep overbite skeletal" dan "open bite skeletal" digunakan untuk
menunjukkan perbedaan Vertikal dimensi.2 Penulis lain menggunakan istilah
"sindrom wajah panjang"3 dan "sindrom wajah pendek"4 secara kolektif untuk
menggambarkan karakteristik yang terjadi pada pasien dengan perubahan Vertikal
dimensi yang berlebihan.
Langkah penting dalam diagnosa dan rencana perawatan ortodonti adalah
dengan menentukan pola pertumbuhan kraniofasial. Gambaran sefalometri yang
digunakan untuk mengidentifikasi biotipe wajah dapat berbeda, serta terminologi
yang digunakan oleh penulis yang berbeda.
Dalam penelitian ini digunakan analisis dari Ricketts dkk.5, dan Siriwat &
Jarabak6. Analisis Ricketts digunakan untuk mengidentifikasi pola pertumbuhan
dengan nilai rata - rata indeks Vert, yang memperhitungkan lima pengukuran
sefalometri ( aksis wajah, kedalaman wajah, dataran mandibula, tinggi wajah
anteroinferior dan lengkung mandibula) dan mengklasifikasikan bentuk wajah
menjadi enam tipe (brakifasial berat, brakifasial, mesofasial, dolicofasial ringan,
dolicofasial dan dolikofasial berat) (Gambar 1). Analisa Siriwat & Jarabak
diperoleh dengan menentukan koefisien Jarabak [(Tinggi wajah posterior / tinggi
wajah anterior) x 100], dan mengklasifikasikan kecenderungan pertumbuhan ke
dalam kelompok hiperdivergen (54 - 58%), netral (59 - 63%) dan hipodivergen
(64 - 80%)7 (Gambar 2).
Gambar 1. Lima pengukuran cephalometric menggunakan indeks Vert. 1. Aksis wajah.
2. Kedalaman wajah. 3. Dataran mandibula. 4. Tinggi wajah anteroinferior. 5. Sudut mandibula.
Gambar 2. Pengukuran cephalometric menggunakan Koefisien Jarabak. 1. Tinggi wajah posterior. 2. Tinggi wajah anterior
Jika pertumbuhan Vertikal tulang kondilus melebihi pertumbuhan
dentoalveolar, terjadi rotasi mandibula berlawanan dengan arah jarum jam.8 Di
antara tiga jenis rotasi berlawanan jarum jam, tipe I (pusat rotasi pada kondilus)
dan tipe III (pusat rotasi pada premolar) menghasilkan penekanan gigi Insisivus
bawah terhadap gigi Insisivus atas, menghasilkan peningkatan deep bite.9
Meskipun karakteristik morfologi kraniofasial tertentu menunjukkan
perbedaan signifikan ketika kelompok dengan peningkatan overbite dan open bite
dievaluasi10 - yang mengindikasikan bahwa perubahan Vertikal skeletal mungkin
menunjukkan adanya overbite abnormal (open bite pada pasien dolichofacial dan
deep bite pada pasien brachyfacial) - ada kemungkinan bahwa perbedaan pola
wajah mungkin tidak sesuai dengan perbedaan dentoalveolar.
Studi ini mengevaluasi kesesuaian antara tipe wajah yang dihitung dengan
indeks Vert dan tipe wajah yang dihitung dengan persentase Jarabak, dan
menyelidiki apakah ada hubungan antara overbite dan pola pertumbuhan
kraniofasial.
Bahan dan Metode Penelitian
Penelitian ini disetujui oleh Komite Etika Institutional. Sampel terdiri atas
86 pasien (42 pria dan 44 wanita, dengan usia mulai 11-37 tahun). Lima puluh
sembilan pasien (31 wanita dan 28 laki-laki) berusia diatas 18 tahun, 15 pasien
(11 perempuan dan 4 laki-laki) berusia antara 18 sampai 26 tahun, dan 12 pasien
(2 wanita dan 10 pria) berusia mulai 26-37 tahun.
Delapan puluh enam hasil X-ray lateral kepala pasien diperoleh di institut
radiologi yang sama dan menggunakan alat yang sama. Pasien-pasien ini, semua
dalam fase pra-perawatan ortodontik, menunjukkan pertumbuhan gigi permanen
dengan adanya Molar kedua.
Sinar-X discan dan gambar distandarisasi menggunakan program
komputer Studio Radiocef versi 4.0 (Radio Memory Ltda, Belo Horizonte, MG,
Brasil).
Setelah identifikasi landmark kraniofasial, diperoleh data yang terdiri atas
variabel overbite, Indeks Vert (Gambar 1) dan persentase Jarabak (Gambar 2).
Kelompok overbite dibagi berdasarkan pada kriteria yang digunakan
Beckmann dkk.11 (1998), dan diklasifikasikan sebagai deep bite (> + 4 mm),
normal overbite (> +1 mm dan ≤ + 4 mm), overbite edge-to-edge (> - 1 mm dan
≤ +1 mm) dan open bite (≤ -1 mm). Namun, dalam penelitian ini baik edge-to-
edge overbite dan open bite dikelompokkan bersama-sama.
Standar Error
Dua puluh X-ray kembali dievaluasi setelah satu periode waktu, dan
pengukuran pertama dibandingkan dengan yang kedua dengan menggunakan uji t
untuk identifikasi kesalahan sistematis. Untuk evaluasi kesalahan acak, rumus
Dahlberg dipergunakan. Statistik Weight Kappa digunakan untuk data kategorik.
Metode Statistik
Karena uji Chi - Square memerlukan jumlah sampel sebanyak dua puluh
atau lebih, jumlah sampel dianggap cukup. Namun, jika jumlah sampel kurang
dari empat puluh, frekuensi harapan harus lebih tinggi dari lima.12 Frekuensi
harapan tidak dapat lebih rendah dari satu. Tingkat signifikansi 5% digunakan
untuk semua uji statistik.
Uji chi-square digunakan untuk mempelajari hubungan antara overbite
dengan pola pertumbuhan kraniofasial.
Hasil
Pengukuran reliabilitas dipastikan dengan menggunakan standard error,
yang tidak mengidentifikasi kesalahan sistematis dengan cara uji t untuk sampel
berpasangan. Kesalahan acak dinilai dengan rumus Dahlberg dianggap dapat
diterima karena varians kesalahan tidak melebihi 10% dari total varian. Dengan
demikian, koefisien terendah reliabilitas adalah 90,29%, dan tertinggi, 97,51%
(tabel 1).
Tabel 1. Hasil dari metode Dahlberg dan uji t
Penilaian terhadap kesalahan metode untuk pengelompokan data dari
interpretasi jenis wajah menghasilkan koefisien weighted kappa yaitu 0,68
(substantial) untuk interpretasi analisis Jarabak, untuk analisis Ricketts, koefisien
weighted kappa adalah 0,85 (hampir sempurna).
Data kesesuaian antara pengukuran Indeks Vert dan dengan persentase
Jarabak ditunjukkan pada Grafik 1. Untuk mengelola analisis statistik, derajat
(ringan, berat) dari analisis Ricketts dikelompokkan bersama sesuai jenis
pertumbuhan. Analisis Weighted Kappa menunjukkan bahwa adanya kesesuaian
antara tipe wajah didefinisikan oleh Indeks Vert dan arah kecenderungan
pertumbuhan ditetapkan dengan persentase Jarabak. (Weighted Kappa = 0,20).
Interpretasi dari nilai kappa, menurut Landis dan Kock,13 ditunjukkan dalam
skema 1.
Grafik 1. Persentase indeks antara hasil indeks Vert dan penentuan dengan persentase Jarabak
Skema 1. Interprestasi nilai kappa menurut Landdis dan Kock (1977).13
Karena kesesuaian antara interpretasi tipe pertumbuhan tidak kuat, kami
memilih untuk melakukan penilaian hubungan dengan pertimbangan analisis
terpisah.
Data yang ditunjukkan pada tabel 2 dan 3 menunjukkan kurangnya
hubungan antara pola-pola yang dibentuk oleh Indeks Vert dan overbite tanpa
memperhatikan derajat dari tipe wajah yang dipertimbangkan.
Dengan tujuan agar nilai yang mengacu baik pada pasien overbite normal
dan pasien mesofasial tidak mempengaruhi hasil, digunakanlah uji Chi – Square,
kecuali pada kelompok ini. Hasil yang ditunjukkan pada tabel 4 dan 5 adalah
hubungan yang tidak signifikan antara overbite dan pola pertumbuhan wajah.
Kurangnya hubungan antara overbite dan pola pertumbuhan wajah
menurut Persentase Jarabak (tabel 6), bahkan ketika mempertahankan
hyperdivergent dan hypodivergent yang berlebihan (tabel 7). Meskipun hubungan
diamati ketika tidak menyertakan kelompok gigitan normal (tabel 8), frekuensi
harapan dari salah satu kelompok kurang dari lima dan jumlah sampel dikurangi
menjadi kurang dari empat puluh, karena itu hasil dari hubungan ini tidak reliable.
Diskusi
Sampel penelitian merupakan perwakilan dari populasi pasien ortodonti
pada fase sebelum perawatan, yang ditentukan secara acak dan memiliki besar
sampel yang sesuai dengan uji statistik. Kriteria inklusi tidak terlalu spesifik, agar
saling berkaitan dengan tujuan penelitian, yang adalah untuk menilai apakah
hubungan umum antara tipe - tipe overbite dan pola wajah dapat didukung secara
ilmiah.
Umumnya maloklusi di pasien dengan wajah memanjang termasuk dalam
open bite, sementara maloklusi pada pasien dengan wajah pendek termasuk dalam
deep bite. Namun, walaupun kombinasi karakteristik oklusi tertentu dapat
dikaitkan dengan tipe wajah tertentu, konsep ini tidak dapat digeneralisasikan.14
Maloklusi Vertikal dapat dibagi menjadi maloklusi yang berasal dari
kelainan skeletal, dihubungkan dengan pola pertumbuhan mandibula dan maksila.
Dan maloklusi yang berasal dari kelainan dentoalveolar.8,15 Namun kedua faktor
ini dapat timbul secara bersama-sama atau bermanifestasi secara terpisah.
Terjadinya overbite normal ataupun deep overbite pada pasien dengan
wajah yang memanjang dapat dibenarkan dengan mempertimbangkan mekanisme
pertumbuhan mandibula/maksila dan pertumbuhan alveolarnya.16,17,18
Tipe II rotasi mandibula berlawanan arah jarum jam menunjukkan
pusatnya terletak pada kontak area insisivus,9 dan biasanya dihubungkan dengan
overbite. Namun jika oklusi dari insisivus terganggu, titik fulcrum akan
dilokasikan lebih ke arah posterior dan gigitannya akan diperdalam sejalan
waktu.8
Adalah hal yang tidak baik untuk menemukan ketidaksesuaian antara hasil
yang diperoleh dari analisa sefalometri dari pengarang yang berbeda pada
individu yang sama. Hal ini dapat menimbulkan perbedaan diagnosa, terutama di
kalangan para ahli yang baru lulus.
Penggunaan indeks Vert meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan yang berasal dari variasi morfologi regional. Penyimpangan ini
dapat terjadi sewaktu mendefinisikan pola wajah berdasarkan pengukuran
sefalometri individual. Namun indeks Vert mempunyai kelemahan terkait dengan
kesesuaian antara nilai rata-rata, yang akan meluluskan koresponden yang
sebenarnya diantara faktor-faktor yang mempengaruhi.19
Ketidakpuasan pengukuran dengan persentase Jarabak dan indeks Vert
juga dialami penelitian yang lain.20-22
Karena hasil kesesuaian antara tipe wajah ditentukan dengan analisis
berbeda yang tidak memuaskan, kami memilih untuk melakukan penilaian
terhadap hubungan antara overbite dan tipe wajah yang berbeda, mula - mula
seperti yang didefinisikan oleh indeks Vert, dan setelah itu seperti yang
didefinisikan oleh persentase Jarabak.
Karena perbedaan antara frekuensi yang diamati dan diharapkan lebih
kecil pada kedua kelompok mesofacial dan overbite normal, dan faktor-faktor ini
dapat mengganggu dalam hasil chi-kuadrat, hubungan antara pola pertumbuhan
wajah dan overbite diuji. Namun demikian, hubungan ini tidak diperiksa ketika
jenis wajah didefinisikan oleh indeks Vert. Suatu hubungan diperiksa ketika jenis
wajah didefinisikan menurut persentase Jarabak. Hasil ini, bagaimanapun,
mungkin tidak sepenuhnya dapat diandalkan, karena jumlah sampel di bawah
empat puluh, dalam hal ini, frekuensi yang diharapkan tidak boleh lebih kecil dari
lima, seperti yang terjadi pada kelompok hyperdivergent open bite.
Kurangnya keterkaitan antara jenis wajah dan overbite sesuai dengan hasil
penelitian lainnya dimana jenis wajah tidak mempengaruhi luasnya intrusi
insisivus.23
Faktor penentu utama terjadinya overbite pada pasien dengan wajah yang
memanjang adalah tinggi wajah inferior, sedangkan pada pasien dengan wajah
yang memendek, pengaruh utama pada overbite adalah morfologi dentoalveolar
inferior. Overbite yang normal pada pasien dengan wajah memanjang mungkin
disokong oleh kompensasi dentoalveolar inferior yang sempit.17
Beberapa faktor dapat mempengaruhi terjadinya mekanisme kompensasi.
Kompensasi membutuhkan sistem erupsi normal dan gaya-gaya yang dihasilkan
jaringan lunak seimbang. Posisi gigi yang berdekatan selama erupsi, seperti
kemiringan bidang dari posisi gigi selama oklusi dan pengunyahan, juga
mempengaruhi mekanisme kompensasi.18
Dalam penelitian ini kurangnya hubungan antara overbite dan pola wajah
menunjukkan bahwa sering terjadi mekanisme kompensasi. Namun, dalam
praktek klinis persepsi dari dampak mekanisme kompensasi terjadi dengan
frekuensi lebih tinggi hanya dalam kasus yang parah.
Kesimpulan
Dengan hasil analisis dalam penelitian ini, dan mempertimbangkan
karakteristik sampel penelitian, berikut ini dapat disimpulkan:
1. Tingkat kesesuaian antara interpretasi tipe wajah yang ditentukan
dengan indeks Vert dan oleh persentase Jarabak tidak memuaskan.
2. Tidak ada hubungan antara overbite dan pola pertumbuhan
kraniofasial.
Daftar Pustaka
1. Sahad MG, Nahás ACR, Scavone-Junior H, Jabur LB, Guedes-Pinto E.
Vertical interincisal trespass assessment in children with speech disorders. Braz
Oral Res. 2008 JulSep;22(3):247-51.
2. Sassouni V. A classification of skeletal facial types. Am J Orthod.1969.
Feb;55(2):109-23.
3. Schendel SA, Eisenfeld J, Bell WH, Epker BN, Mishelevich DJ. The
long face syndrome: Vertical maxillary excess. Am J Orthod. 1976 Oct;70(4):398-
408.
4. Opdebeeck H, Bell WH. The short face syndrome. Am J Orthod.1978
May;73(5):499-511.
5. Ricketts RM, Roth RH, Chaconas SJ, Schulhof RJ, Engel GA.
Orthodontic diagnosis and planning: their roles in preventive and rehabilitative
dentistry. Pacific Palisades: Rock Mountain Data Systems; 1982. 269 p.
6. Siriwat PP, Jarabak JR. Malocclusion and facial morphology. Is there a
relationship? An epidemiologic study. Angle Orthod.1985 Apr;55(2):127-38.
7. Jarabak JR, Fizzel JA. Technique and treatment with light wire
edgewise appliances. 2nd ed. Saint Louis: Mosby; 1972. 612 p.
8. Nielsen IL. Vertical malocclusions: etiology, development, diagnosis
and some aspects of treatment. Angle Orthod. 1991 Dec;61(4):247-60.
9. Bjork A. Prediction of mandibular growth rotation. Am J Orthod.
1969 Jun;55(6):585-99.
10. Trouten J, Enlow D, Rabini M, Phelps A, Swedlow D. Morphologic
factors in open bite and deep bite. Angle Orthod. 1983 Jul;53(3):192-211.
11. Beckmann SH, Kuitert RB, Prahl-Andersen B, Segner D, The RPS,
Tuinzing DB. Alveolar and skeletal dimensions associ-ated with overbite. Am J
Orthod Dentofacial Orthop. 1998 Apr;113(4):443-52.
12. Cochran WG. Some methods for strengthening the common X tests.
Biometrics. 1954 Dec;10(4):417-51.
13. Landis JR, Koch GG. The measurement of observer agreement 2 for
categorical data. Biometrics. 1977 Mar;33(1):159-74.
14. Keeling SD, Riolo ML, Martin RE, Ten Have TR. A multivariate
approach to analyzing the relation between occlusion and kraniofasial
morphology. Am J Orthod Dentofacial Orthop.1989 Apr;95(4):297-305.
15. Van der Linden FPGM. The Vertical dimension. In: McNamara Jr JA,
Brudon WL. Orthodontics and dentofacial orthopedics. Needham: Ann Arbor;
2001. p. 111-48.
16. Beckmann SH, Kuitert RB, Prahl-Andersen B, Segner D, The RPS,
Tuinzing DB. Alveolar and skeletal dimensions associated with lower face height.
Am J Orthod Dentofacial Orthop.1998 May;113(5):498-506.
17. Kuitert R, Beckmann S, Loenen M, Tuinzing B, Zentner A.
Dentoalveolar compensation in subjects with Vertical skeletal dysplasia. Am J
Orthod Dentofacial Orthop. 2006 May;129(5):649-57.
18. Solow B. The dentoalveolar compensatory mechanism: background and
clinical implications. Br J Orthod.1980 Jul;7(3):145-61.
19. Rino Neto J, Paiva JB, Queiroz GV. Variabilidade entre os fatores
components do índice Vert na determinação do padrão facial. Ortodontia. 2004
Sep-Dec;37(3):32-6.
20. Moresca R, Reis SAB, Vigorito JW, Scanavini MA. Estudo
comparativo cefalométrico-radiográfico do padräo facial na má-oclusäo de Classe
II, 1 de Angle, empregando as analyses cefalométricas de Ricketts e Siriwat &
Jarabak. J Bras Ortodon Ortop Facial. 2002 Nov-Dec;7(42):520-5.
21. Scanavini C, Vigorito JW. Estudo cefalométrico-radiográfico das
possíveis correlaçöes existentes entre as análises de Vigorito, Ricketts e Siriwat &
Jarabak na definiçäo dos tipos faciais, em indivíduos leucodermas. Ortodontia.
2001 Sep-Dec;34(3):27-41.
22. Poubel D. Estudo comparativo da determinação do tipo facial por meio
de análise facial e cefalométrica em indivíduos com oclusão normal [dissertação].
São Bernardo do Campo: Faculdade de Odontologia da Universidade Metodista
de São Paulo; 2003. p180.
23. Otto RL, Anholm JM, Engel GA. A comparative analysis of intrusion
of incisor teeth achieved in adults and children according to facial type. Am J
Orthod. 1980 Apr;77(4):437-46.