Upload
vungoc
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN TELEPON GENGGAM
SMARTPHONE DENGAN NOMOPHOBIA PADA MAHASISWA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Oleh :
FITRI VERAWATI FAJRI
F 100 130 193
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
1
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN TELEPON GENGGAM
SMARTPHONE DENGAN NOMOPHOBIA PADA MAHASISWA
ABSTRAK
Perkembangan teknologi smartphone yang semakin pesat mempermudah
segala aktivitas manusia dan membuat individu khususnya mahasiswa merasa
cemas bila jauh dari smartphone atau disebut juga nomophobia. Nomophobia
adalah suatu situasi terkait kecemasan yang dikarenakan ponsel, internet, atau
perangkat komputer berada jauh dari jangkauan pemiliknya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan telepon genggam
smartphone dengan nomophobia pada mahasiswa. Sampel penelitian berjumlah
91 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan
teknik penentuan sampel menggunakan accidental sampling. Metode
pengumpulan data menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan alat ukur
skala yaitu skala penggunaan smartphone dan nomophobia. Teknik analisis data
menggunakan teknik korelasi product moment dari Carl Pearson. Berdasarkan
hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,626 dan taraf
signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05), artinya ada hubungan positif yang sangat
signifikan antara penggunaan smartphone dengan nomophobia. Tingkat
penggunaan smartphone dan nomophobia pada subjek termasuk dalam kategori
tinggi. Sumbangan efektif penggunaan smartphone terhadap nomophobia sebesar
39,2%.
Kata kunci: kecemasan, nomophobia, penggunaan smartphone
ABSTRACT
The rapid development of smartphone technology make all human
activities more easier and make the people especially college students feel
anxious if far away from the smartphone or can be called nomophobia.
Nomophobia is an anxiety related situation because cell phones, internet, or
computer devices are far from their owner’s reach. The purpose of the research is
to know the relationship between smartphone using with nomophobia on students.
The samples were 91 collage students Faculty of Psychology Universitas
Muhammadiyah Surakarta with using accidental sampling technique sample. The
method used in this research is quantitative with measuring instruments of the
scale of smartphone using and the scale of nomophobia. Data analysis technique
used in this research is product moment correlation from Carl Pearson. Based on
the result of data analysis, the correlation coefficient value of 0,626 and
significance is 0,000 (p<0,05), there is very significant positive relation between
smartphone using and nomophobia. The level of smartphone using and
nomophobia on the subject included in the high category. Effective contribution
of smartphone using to nomophobia of 39,2%.
Keywords: anxiety, nomophobia, smartphone using
2
1. PENDAHULUAN
Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi mempermudah
manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain bahkan dengan orang yang
berada di tempat jauh. Salah satu bentuk perkembangan teknologi ini adalah
smartphone. Kemudahan yang diberikan teknologi membuat penggunanya
menjadi ketergantungan. Sebuah organisasi riset di Inggris yang meneliti
pengguna smartphone yang mengalami kecemasan menemukan bahwa hampir
53% pengguna smartphone di Inggris cenderung mengalami cemas ketika
menghadapi jangkauan jaringan yang kurang, kehabisan baterai, dan ketika
kehilangan smartphone mereka (Bivin, Mathew, Thulasi & Philip, 2013).
Untuk mengukur ketakutan tersebut, sebuah studi 2015 mengembangkan
kuesioner nomophobia. Dalam studi ini, peneliti melaporkan bahwa ketika
smartphone anda tertinggal di rumah secara tidak langsung anda akan lebih
mudah merasakan kecemasan, detak jantung dan tekanan darah akan
meningkat saat anda sudah merasa bahwa smartphone adalah bagian
terpenting dari “hidup” anda (Pininta, 2016).
Nomophobia atau biasa dikenal dengan singkatan “No Mobile Phone
Phobia” atau penyakit tidak bisa jauh-jauh dari mobile phone merupakan suatu
penyakit ketergantungan yang dialami seorang individu terhadap mobile
phone, sehingga bisa mendatangkan kekhawatiran yang berlebihan jika mobile
phone nya tidak ada di dekatnya. Dalam kajian Psikologi, Nomophobia
dikategorikan sebagai phobia spesifik yang artinya phobia terhadap hal-hal
yang sifatnya spesifik dalam hal ini dicontohkan adalah mobile phone
(Hardianti, 2016). Menurut Yildirim (2014) nomophobia memiliki empat
aspek yaitu, ketidakmampuan berkomunikasi, kehilangan koneksi,
ketidakmampuan dalam mengakses informasi, dan kenyamanan yang
diberikan oleh smartphone. Faktor penyebab nomophobia (kecemasan jauh
dari handphone) diantaranya: faktor genetis, faktor sosial lingkungan, faktor
perilaku serta faktor kognitif dan emosional (Nevid, 2005).
Smartphone (telepon cerdas) adalah telepon genggam yang
mempunyai kemampuan tingkat tinggi bahkan terkadang mempunyai fungsi
3
yang menyerupai computer. Smartphone menyediakan fitur yang berada di
atas dan diluar kemampuan sederhana untuk membuat panggilan telepon.
Selama bertahun-tahun, konsep ponsel pintar terus berkembang sebagai
perangkat tangan telah semakin canggih (Rahma, 2015). Menurut Putra (2015)
terdapat 3 aspek penggunaan smartphone adalah frekuensi, durasi dan
aktifitas. Faktor yang mempeengaruhi penggunaan smartphone adalah
keamanan, murah dan praktis, kebutuhan akan akses informasi, menunjang
interaksi sosial, orang tua, manajemen waktu dan koordinasi, menjaga privasi,
pencitraan, dan ketergantungan (Wardhana, 2015).
Berdasarkan survei yang dilakukan Secur Envoy (sebuah perusahaan
yang mengkhususkan diri dalam password digital) melakukan survei terhadap
1.000 orang di Inggris, menyimpulkan bahwa mahasiswa masa kini
mengalami nomophobia, yaitu perasaan cemas dan takut jika mereka tidak
bersama dengan ponselnya, panik ketika baterai ponsel habis, menyalakan
ponselnya sepanjang hari, selalu mengecek ponselnya secara terus-menerus
dan membawa ponselnya kemana saja termasuk ketika ke kamar mandi. Hasil
survei ini menunjukkan bahwa 66% responden mengaku tidak bisa hidup
tanpa ponselnya. Persentase ini semakin meningkat pada responden berusia 18
sampai 24 tahun, dimana responden di kelompok usia ini yang mengalami
nomophobia adalah sebanyak 77% (Ngafifi, 2014). Hal ini juga sesuai dengan
pernyataan Emelin, Alexander & Rasskazova (2013) bahwa psikologis remaja
merupakan slaah satu faktor utama remaja beresiko lebih tinggi untuk
mengalami kecanduan smartphone dibandingkan kelompok usia yang lebih
tua.
Penelitian yang dilakukan oleh Pavithra, Madhukumar & Mahadeva
(2015) dengan subjek penelitian dari 200 siswa yang terdiri dari 47,5%
perempuan dan 52,5% laki-laki. Sekitar 23% siswa merasa mereka kehilangan
konsentrasi dan menjadi stres ketika mereka jauh dari ponsel, 79 (39,5%)
siswa mengidap Nomophobic di penelitian ini dan 27% berada pada risiko
mengembangkan nomophobia. Penelitian lain yang dilakukan oleh Mittal,
Rajasekar & Krishnagopal (2016). Mahasiswa gelisah ketika mereka tidak
4
dapat menghubungi orang yang diinginkan dan ketika mereka lupa membawa
ponsel (kegelisahan diamati secara signifikan di kalangan pengguna yang
sering menggunakan ponsel). 54% mahasiswa marah, karena masalah
software (29,3%), tidak tersedianya jaringan (23,4%), pesan menjengkelkan
dan panggilan (22,8%) dan 25% mahasiswa menerima panggilan saat
mengemudi.
Penggunaan smartphone yang berlebihan ini merupakan faktor
penyebab meningkatnya depresi, gangguan kecemasan, defisit perhatian,
gangguan bipolar, autisme, dan berbagai gangguan perilaku yang terjadi pada
anak (Kartika, 2014). Pengguna smartphone di Indonesia sebanyak 20%
masuk dalam kategori rakus data dimana konsumsi data mencapai 249 MB per
hari yang dilakukan oleh golongan ini. Dengan waktu utama di malam hari
(19.00-22.00), golongan ini rata-rata menghabiskan waktu untuk
menggunakan smartphone-nya sebanyak 126 menit per hari (Bohag, 2015).
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 5 mahasiswa diperoleh data
bahwa 3 dari 5 orang mengaku jika smartphonenya selalu terkoneksi dengan
layanan data internet dan memiliki minimal 3 akun media sosial yang selalu
aktif setiap harinya sehingga mereka mengalami cemas ketika tidak
memgakses smartphonenya bahkan 3 diantaranya mengaku akan bergegas
mengisi daya baterai apabila smartphonenya lowbatt. Ketika ke kamar mandi
2 diantaranya membawa smartphone untuk mengisi kesepian dan untuk
browsing. Sebelum tidur dan bangun tidur 4 mahasiswa akan terlebih dahulu
mengecek smartphonenya seperti sosial media, bermain game, mendengarkan
musik atau hanya sekedar mengecek pesan masuk. Mereka juga mengaku
menggunakan smartphone sebanyak puluhan kali dalam sehari karena selalu
melihat informasi terbaru dari smartphonenya dan selalu membuka
smartphone ketika sedang waktu luang.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan tersebut maka muncul
rumusan masalah dalam penelitian :”Apakah ada hubungan antara penggunaan
telepon genggam smartphone dengan nomophobia pada mahasiswa?”. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan
5
telepon genggam smartphone dengan nomophobia pada mahasiswa,
mengetahui tingkat penggunaan smartphone pada mahasiswa, mengetahui
tingkat nomophobia pada mahasiswa dan mengetahui sumbangan efektif
penggunaan smartphone dengan nomophobia pada mahasiswa. Manfaat dari
penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan
penting bagi masyarakat umum terutama mahasiswa agar dapat mengurangi
penggunaan smartphone sehingga tidak mengalami nomophobia serta
diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dalam bidang Psikologi
tentang hubungan antara penggunaan telepon genggam smartphone dengan
nomophobia pada mahasiswa.
2. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kuantitatif.
Variabel bebas dalam penelitian adalah penggunaan smartphone dan variabel
tergantung adalah nomophobia. Populasi dalam penelitian ini yaitu mahasiswa
fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta berjumlah 1047
mahasiswa. Sedangkan sampel yang di ambil dalam penelitian berjumlah 91
orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan Accidental sampling. Alat
ukur skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala penggunaan
smartphone dan skala nomophobia. Rentang hasil validitas Penggunaan
Smartphone bergerak dari angka 0,67 sampai 0,83 dan rentang hasil validitas
nomophobia bergerak dari angka 0,67 sampai 0,83. Koefisien Alpha ( )
variabel penggunaan smartphone sebesar 0,690 dan koefisien Alpha ( )
variabel nmophobia sebesar 0,886. Teknik analisis data dalam penelitian
menggunakan teknik korelasi product moment.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian diperoleh korelasi 0,626 dengan taraf signifikansi
sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat
signifikan antara penggunaan smartphone dengan nomophobia. Mahasiswa
yang memiliki penggunaan smartphone tinggi mempunyai nomophobia yang
6
tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki penggunaan
smartphone rendah. Hal ini karena smartphone telah memiliki posisi penting
dalam kehidupan penggunanya, dengan kemampuannya yang banyak,
smartphone memfasilitasi kemudahan berkomunikasi, membantu seseorang
tetap terhubung dimana saja, kapan saja, dan memberikan seseorang
kemudahan dalam mengakses informasi. Dengan demikian, seseorang telah
menjadi bergantung pada ponsel lebih dari sebelumnya, yang pada
akhirnya akan memperburuk kecemasan yang disebabkan oleh smartphone
(Yildirim, 2014). Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Bivin dkk (2013)
bahwa smartphone menjadi salah satu masalah perilaku kecanduan
terbesar akan ketergantungan terhadap smartphone atau yang dikenal
dengan nomophobia. Semakin sering smartphone mendampingi penggunanya
dalam kehidupan sehari-hari maka semakin tinggi pula tingkat kecemasan
yang dialami ketika mereka tidak memiliki akses terhadap smartphonenya.
Kecemasan itu timbul karena mereka tidak bisa melakukan panggilan,
mengirim pesan, browsing, atau melakukan kontak apapun dengan orang
lain (keluarga dan teman) lewat ponselnya bila tidak ada sinyal.
Penggunaan smartphone merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat nomophobia. Penggunaan smartphone tanpa kontrol
akan mendatangkan permasalahan sosial di lingkungan sekitarnya. Hal
tersebut akan membuat seseorang menarik diri dari lingkungan sosialnya,
memicu timbulnya perasaan cemas dan kehilangan jika berjauhan dengan
smartphone (Choliz, 2012). Menurut King dkk (2013) mengemukakan bahwa
penderita dengan gangguan kecemasan mengeluh gugup, cemas, berkeringat
dan gemetar terhadap sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan untuk
memiliki perangkat tertentu dalam genggamannya seperti smartphone. Dalam
situasi tertentu, smartphone dirasa dapat membuat mereka lebih aman dan
nyaman karena dapat mengurangi kegugupan.
Tingkat penggunaan smartphone subjek dalam penelitian tergolong
tinggi dilihat dari Rerata Empirik (RE) sebesar 37,25 dan Rerata Hipotetik
(RH) sebesar 30. Berdasarkan hasil kategorisasi penggunaan smartphone
7
diketahui 45 mahasiswa (49,45%) dari 91 mahasiswa paling banyak
menunjukan tingkat penggunaan smartphone tinggi. Pengaruh penggunaan
smartphone yang tinggi disebabkan karena mahasiswa memenuhi aspek-aspek
penggunaan smartphone. Hal ini dibuktikan sesuai dengan pendapat bahwa
penggunaan smartphone dapat dilihat melalui tiga aspek, yaitu aktifitas,
frekuensi, dan durasi (Putra, 2015). Smartphone bagi sebagian mahasiswa
termasuk salah satu benda yang dituankan karena berteknologi canggih yang
menjadi kebutuhan pertama (primer). Dengan canggihnya fitur-fitur yang
tersedia pada smartphone seperti : akses internet, browsing, email, massenger
dan video call tentunya akan membantu kegiatan mahasiswa (Yildirim,2014).
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Park, Kim, Shon & Shim (2013)
bahwa kepopuleran smartphone di kalangan mahasiswa disebabkan oleh
fitur dan fungsi yang mereka tawarkan. Smartphone membuat semua
kegiatan sehari-hari terpadu untuk dilakukan karena seluruh kegiatan dapat
dilakukan dalam satu perangkat, seperti: melakukan panggilan, mengirim
pesan singkat, mengecek dan mengirim email, mengatur jadwal, selancar
di dunia maya, belanja, jejaring sosial, mencari informasi di internet,
permainan, hiburan dan yang lainnya.
Tingkat nomophobia subjek dalam penelitian tergolong tinggi dilihat
dari Rerata Empirik (RE) sebesar 74,14 dan Rerata Hipotetik (RH) sebesar 65.
Berdasarkan hasil kategorisasi penggunaan smartphone diketahui 43
mahasiswa (47,25%) dari 91 mahasiswa paling banyak menunjukan tingkat
penggunaan smartphone tinggi . Hal ini dibuktikan sesuai dengan pendapat
bahwa nomophobia dapat dilihat melalui empat aspek, yaitu ketidakmampuan
berkomunikasi, kehilangan koneksi, ketidakmampuan dalam mengakses
informasi, dan kenyamanan yang diberikan oleh smartphone.(Yildirim, 2014).
Kemunculan sosial media seperti facebook, Path, Twitter, Instagram, Line
dan media sosial lainnya menjadi salah satu faktor banyak orang
menggunakan smartphone. Efek dari Nomophobia saat ini bisa dilihat dari
semakin banyaknya orang menghabiskan waktu menatap layar ponsel
dibandingkan lawan bicaranya. Hal ini juga sesuai dengan penelitian tentang
8
Hubungan Smartphone Addiction dengan Kecenderungan Nomophobia pada
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala yang menunjukkan
bahwa sebanyak 76,4% responden tidak mengalami ketergantungann pada
smartphone dan 44,9% mengalami nomophobia pada tingkat sedang.
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara smartphone
addiction dengan kecenderungan nomophobia pada mahasiswa (Rossa, 2017).
Sumbangan efektif penggunaan smartphone dengan nomophobia
sebesar 39,2%. Maka masih terdapat 60,8% dipengaruhi faktor lain selain
faktor penggunaan smartphone yang mempengaruhi nomophobia. Faktor yang
mempengaruhi nomophobia selain penggunaan smartphone misalnya kontrol
diri. Kontrol diri yang baik akan menjauhkan seseorang dari kecanduan pada
smartphone, dan tentunya individu akan terhindar dari masalah kecemasan
bila berada jauh dari smartphone atau nomophobia (Asih, 2017). Kontrol diri
yang baik akan membuat individu mengatur penggunaan smartphonenya agar
sesuai dengan kebutuhan dan tidak berlebihan.
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan hubungan yang sangat
signifikan antara penggunaan telepon genggam smartphone dengan
nomophobia sehingga penggunaan smartphone memiliki pengaruh terhadap
nomophobia pada mahasiswa. Hal ini diketahui dari hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa hasil hipotesis yang diajukan dalam penelitian di terima.
4. PENUTUP
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1) ada hubungan antara
penggunaan smartphone dengan nomophobia pada mahasiswa, 2) tingkat
penggunaan smartphone pada mahasiswa tergolong tinggi, 3) tingkat
nomophobia pada mahasiswa tergolong tinggi, 4) Sumbangan efektif
penggunaan smartphone terhadap nomophobia sebesar 39,2%, masih terdapat
60,8% di pengaruhi faktor lain selain faktor penggunaan smartphone seperti
misalnya kontrol diri dan kesepian.
9
Saran yang diberikan peneliti kepada mahasiswa agar dalam
menggunakan smartphone harus lebih bijak dalam mengatur waktusehingga
tidak mengalami nomophobia dan gunakan smartphone untuk hal-hal positif
seperti mencari data atau materi mengenai perkuliahaan ataupun pengetahuan
lain. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat
meneliti faktor-faktor dari dari variabel nomophobia yang tidak diungkap
dalam penelitian ini antara lain kontrol diri dan kesepian.
DAFTAR PUSTAKA
Asih, A,T. (2017). Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Kecemasan Jauh Dari
Smartphone (Nomophobia) pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang.
(Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.
Semarang
Bivin, J.B., Mathew, P.,Thulasi, P.C & Philip, J. (2013). Nomophobia – Do We
Really Need To Worry About?. Reviews of Progress Vol -1 , ISSUE –1, 1-5
Bohag, F.K. (2015, Desember 5). Terungkap, 5 Golongan Pengguna Smartphone
Indonesia. Kompas.com. Diunduh dari
http://tekno.kompas.com/read/2015/12/05/10180097/Terungkap.5.Golongan.
Pengguna.Smartphone.Indonesia
Choliz. (2012). Mobile-phone addiction in adolescence: The Test of Mobile
Phone Dependence (TMD). Progress in Health Sciences Vol. 2(1)
Emelin, V., Alexander, T & Rasskazova, E. (2013). Excessive Use of Internet,
Mobile Phones and Computers; the Role of Technology- related Changes in
Needs and Psychological Boundaries. Procedia- Social and Behavioral
Sciences 86. 530-535
Hardianti, F. (2016). Komunikasi Interpersonal Penderita Nomophobia dalam
Menjalin Hubungan Persahabatan (Studi pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi
di Universitas Riau). JOM FISIP Vol.3 No.2: 1–14
Kartika, U. (2014, Mei 12). 10 Alasan Anak Perlu Lepas dari Gadget.
Kompas.com. Diunduh dari
http://health.kompas.com/read/2014/05/12/1640161/10.Alasan.Anak.Perlu.Le
pas.dari.Gadget
King, A, L., Valenca, A. M., Silva, A. C., Baczynski, T., Carvalho, M. R., &
Nardi, A. E. (2013). Nomophobia: dependency on virtual environments or
10
social phobia ? Computers in Human Behavior, 29, 140-144.
Doi:10.1016/j.chb.2012.07.025
Mittal,A., Rajasekar, V,D & Krishnagopal, L. (2015) . Cell Phone Dependence
Among Medical Students and Its Implications- A Cross Sectional Study. Int J
Cur Res Rev, Vol 7, Issue 8, 7-13
Nevid, J,F. (2015). Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga
Ngafifi, Muhammad. (2014). Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia
dalam Perspektif Sosial Budaya. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi
dan Aplikasi Volume 2, Nomor : 33-47
Park, N., Kim, Y. C., Shon, H. Y., & Shim, H. (2013). Factors influencing
smartphone use and dependency in South Korea. Computers in Human
Behavior, 29(4), 1763-1770.
Pavithra, MB., Madhukumar, S & TS, Mahadeva M. (2015). A Study on
Nomophobia – Mobile Phone Dependence, Among Students of a Medical
College in Bangalore. National Journal of Community Medicine, Volume 6,
Issue 2, 340-344
Pininta. (2016, Juni 20). 4 Tanda Ponsel Mulai Mengganggu Kinerja Syaraf.
Kompas.com. Diunduh dari
http://health.kompas.com/read/2016/06/20/183500023/4.Tanda.Ponsel.Mulai.
Mengganggu.Kinerja.Syaraf
Putra, M,D., (2015). Hubungan antara Penggunaan Smartphone dengan
Ketergantungan Berinteraksi di Dunia Maya (Studi Pada Mahasiswa
Pengguna Smartphone Jurusan Sosiologi Angkatan Tahun 2011-2014 FISIP
Universitas Lampung) (Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas FISIP
Universitas Lampung, Lampung
Rahma, A. (2015). Pengaruh Penggunaan Smartphone terhadap Aktifitas
Kehidupan Siswa (Studi Kasus MAN 1 Rengat Barat). Jom Fisip Vol. 2 No.
2
Rossa, E. (2016). Hubungan Smartphone Addiction dengan Kecenderungan
Nomophobia pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah
Kuala. (Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas Keperawatan Universitas
Syiah Kuala. Banda Aceh
Wardhana, H. (2015, Juni 24), Beragam Alasan Menggunakan Ponsel Dari
Keamanan Hingga Pencitraan, Kompasiana, Diunduh dari
http://www.kompasiana.com/wardhanahendra/beragam-alasan-
menggunakan-ponsel-dari-keamanan-hingga-
pencitraan_552853b5f17e61913a8b45f9
11
Yildirim, Caglar, "Exploring the Dimensions of Nomophobia: Developing and
Validating a Questionnaire Using Mixed Methodsresearch" (2014). Graduate
Theses and Dissertations. Paper 14005