Upload
hoanglien
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR PADA KONSEP CAHAYA DENGAN METODE
EKSPERIMEN Di SMP Negeri 1 Caringin Bogor
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh EVI SUTAMI
NIM 107016300366
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2014
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Evi Sutami (107016300366). Hubungan antara Penilaian Kinerja dan Penilaian Hasil Belajar pada Konsep Cahaya dengan Metode Eksperimen. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran atau informasi tentang hubungan antara penilaian kinerja terhadap penilaian hasil belajar peserta didik pada pembelajaran fisika konsep cahaya. Penelitian dilaksanakan pada tahun ajaran 2012/2013, dimulai pada bulan februari sampai dengan bulan April 2013. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan di lapangan bahwa sistem penilaian yang digunakan belum komprehensif dan berkesinambungan, sehingga tidak jarang penilaian aspek proses pembelajaran peserta didik masih belum optimal dilakukan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode regresi linier sederhana. Subyek penelitian adalah peserta didik kelas VIII-8 SMP Negeri 1 Caringin Bogor, dengan instrumen pengumpul data berupa penilaian kinerja dan penilaian hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok peserta didik telah menguasai kemampuan yang diajarkan dengan persentase tertinggi yaitu 66.7% pada kategori baik pada penilaian kinerja-baik pada penilaian hasil belajar dan kategori cukup baik pada penilaian kinerja-baik pada penilaian hasil belajar sebesar 33.3%. Hal ini membuktikan bahwa efektivitas penilaian kinerja terhadap penilaian hasil belajar di SMP Negeri 1 Caringin Bogor mempunyai kontribusi yang sangat positif. Kelompok peserta didik mempunyai nilai rata-rata 3 pada penilaian kinerja, artinya penilaian kinerja seluruh kelompok peserta didik termasuk dalam kategori baik dan penilaian hasil belajar memperoleh nilai di atas 70 (nilai KKM), yaitu dengan rata-rata 78, dengan nilai tertinggi sebesar 83.2, sedangkan nilai terendah dengan nilai 75.2. dengan demikian bahwa dalam proses yang baik akan mengahsilkan hasil akhir yang baik pula. Kata kunci: Penilaian Kinerja (performance assessment), Penilaian Hasil
Belajar,Konsep Cahaya, dan Metode Eksperimen.
vi
ABSTRACT Evi Sutami (107016300366). Relationship Between Performance And Learning Outcomes Assessment in Light Concept Experiments Method. Thesis Studies Program Faculty of Physical Education and Teaching Tarbiyah Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014. This study aims to obtain a picture or information about the effectiveness of the performance appraisal assessment of learning outcomes of students in learning physics concepts of light. The experiment was conducted in the academic year 2012/2013, starting in February and ending in April 2013. Research was motivated by the reality on the ground that the scoring system used has not been a comprehensive and continuous, so is not uncommon assesses the learners the learning process is still not optimally done. The method used is descriptive method. Subjects were students of class VIII-8 SMP Negeri 1 Bogor Caringin, the data collection instrument and a performance appraisal form of a multiple choice test with four alternative answers. The results showed that most groups of learners have mastered the skills taught by the highest percentage of 66.7 % in both categories in the performance-appraisal well on the assessment of learning outcomes and assessment category quite well on good performance on the assessment of learning outcomes by 33.3 %. This proves that the effectiveness of the performance assessment of learning outcomes assessment in SMP Negeri 1 Bogor Caringin have a very positive contribution. Group of students having an average value of 3 in performance assessment, performance appraisal means the entire group of students included in both categories, and assessment of learning outcomes scoring above 70 (KKM), by an average of 78, with a highest score of 83.2, while the lowest value with a value of 75.2. so that in the process of good will mengahsilkan also a good final result. Keywords: Performance Assessment (performance assessment), Assessment of
Learning Outcomes, Light Concepts, and Experimental Methods.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia yang tidak terhingga. Salah satu nikmat dan
karunia-Nya adalah akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat teriring salam senantiasa tersampaikan kepada nabi tercinta, nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para pengikutnya. Skripsi ini disusun
dalam rangka memenuhi syarat akademis untuk menyelesaikan studi Strata 1 (S1)
program studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan
judul “Hubungan Penilaian Kinerja dan Hasil Belajar pada Konsep Cahaya
dengan Metode Eksperimen”. Peneliti menyadari bahwa dalam penyelesaian
skripsi ini banyak pihak yang terlibat. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’I, M.A, Pd.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai dosen penguji. Terima
kasih atas doa, ilmu, didikan, dorongan semangat, serta kebijakan-kebijakan
selama penulis menyelesaikan studi di program studi pendidikan fisika.
4. Ibu Diah Mulhayatiah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas do’a,
bimbingan dan arahan, serta dorongan semangatnya yang juga menjadi salah
satu sosok inspiratif bagi peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini.
viii
5. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II sekaligus sebagai
pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya
untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penelitian skripsi ini.
Terima kasih atas do’a, bimbingan dan arahan, ilmu serta dorongan
semangatnya yang juga menjadi salah satu sosok inspiratif bagi peneliti,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Erina Hertanti, M.Si., selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan
banyak waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis
dalam penulisan skripsi ini.
7. Segenap dosen dan staff jurusan pendidikan IPA, khususnya program studi
pendidikan fisika, yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan di
perguruan tinggi ini.
8. Bapak Drs. Dede Raharja, selaku Kepala Sekolah SMP Negeri I Caringin
Bogor. Trimakasih telah mengizinkan peneliti untuk penelitian.
9. Ibu Intan Nurbagjawati, S.Pd., selaku guru pembimbing di SMP Negeri 1
Caringin Bogor selama peneliti melaksanakan penelitian. Dan segenap guru
beserta staff SMP Negeri I Caringin Bogor. Terima kasih telah memberikan
informasi selama proses penelitian.
10. Secara khusus, peneliti juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu
dan Bapak, yang kasih sayangnya tak terbatas dan tak lekang oleh waktu,
segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT. atas karunia yang Allah
berikan melalui Ibu dan Bapak. Do’a, didikan, nasehat, dorongan moril dan
materi yang diberikan senantiasa menjadi pengobat rasa lelah dan pemicu
untuk senantiasa melakukan yang terbaik dan berusaha meraih yang terbaik
untuk membuat Ibu dan Bapak bangga. Semoga Allah selalu menyayangi
keduanya sebagaimana keduanya menyayangi ku.
11. Adik-adikku tercinta : Eva Rosita, S.KM., Wida dan Sahid terimakasih atas
do’a, cinta, motivasi serta semangat yang diberikan, terimakasih atas
segalanya.
12. Keluarga besar Physics Family ’07, terutama Delia, Agis, Ira, Reni dan Indra,
terima kasih atas kebersamaannya selama ini, teman-teman satu perjuangan di
ix
kampus UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2007 khususnya pendidikan fisika
yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, penulis ucapkan terima kasih atas
kerjasama dan bantuannya selama ini.
13. Keluarga besar Racana Fatahillah-Nyi Mas Gandasari (UKM Pramuka UIN
Jakarta), terima kasih atas kebersamaannya sampai sekarang, khususnya The
Gigil’s ‘07. Thanks for being my friends in the health and sick, in the the
happiness and sadness, in the love and cherish, Thank you for all.
-Gigil NeverLasst-.
Atas semuanya semoga Allah SWT membalas dengan balasan yang lebih
baik, jazákum ahsan al-jazâ’.
Jakarta, April 2014
Evi Sutami
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i
PERNYATAAN KARYA SENDIRI ............................................................ iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii
DAFTAR DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................. 5
D. Rumusan Masalah ..................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR ............................... 7
A. Kajian Teoritis .......................................................................... 7
1. Penilaian Kelas ..................................................................... 7
a. Pengertian penilaian kelas ................................................ 7
b. Tujuan penilaian kelas ...................................................... 9
c. Fungsi penilaian kelas .................................................... 10
d. Prinsip-prinsip penilaian kelas ........................................ 13
e. Jenis-jenis penilaian kelas .............................................. 13
f. Manfaat penilaian kelas .................................................. 19
g. Keunggulan penilaian kelas ............................................ 19
2. Penilaian Kinerja ................................................................ 20
a. Pengertian penilaian kinerja ........................................... 21
xi
b. Tugas penilaian kinerja .................................................. 22
c. Rubrik penilaian kinerja ................................................. 22
d. Teknik penilaian ............................................................ 25
e. Tujuan penialian kinerja ................................................. 27
f. Kriteria penilaian kinerja ................................................ 27
g. Kelebihan dan kekurangan penialaian kinerja ................. 28
3. Penilaian Hasil Belajar ........................................................ 29
a. Ranah kognitif ............................................................... 31
b. Ranah afektif .................................................................. 34
c. Ranah psikomotorik ....................................................... 35
4. Metode Eksperimen ............................................................ 37
a. Tahapan metode eksperimen .......................................... 39
b. Jenis-jenis metode eksperimen ....................................... 41
c. Kelebihan metode eksperimen ........................................ 42
d. Kelemahan metode eksperimen ...................................... 43
5. Konsep Cahaya ................................................................... 43
a. Sifat cahaya merambat lurus ........................................... 45
b. Pemantulan cahaya ......................................................... 45
c. Pembiasan cahaya .......................................................... 50
B. Penelitian yang Relevan .......................................................... 53
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 58
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 58
B. Metode Penelitian ................................................................... 58
C. Subjek Penelitian ..................................................................... 58
D. Intrumen Penelitian ................................................................. 59
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 65
F. Teknik Analisis Data ............................................................... 66
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 69
A. Hasil Penelitian ....................................................................... 69
1. Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran ................................ 69
2. Penilaian Hasil Belajar ........................................................ 71
3. Hasil Uji Regresi Linieritas Penilaian Kinerja dan Penilaian
Hasil Belajar ........................................................................ 72
B. Pembahasan ............................................................................ 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 75
A. Kesimpulan ............................................................................. 75
B. Saran ....................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 76
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Contoh Rubrik penilaian Kinerja .................................................... 22
Tabel 2.2 Contoh Daftar Penilaian Checklist .................................................. 24
Tabel 2.3 Contoh Skala Penilaian ................................................................... 25
Tabel 2.4 Perbandingan Penilaian Kinerja dengan Penilaian Konvensional .... 27
Tabel 2.5 Ketentuan pada Lensa ..................................................................... 52
Tabel 3.1 Uji Validitas Ahli ........................................................................... 58
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Pilihan Ganda ............................................ 59
Tabel 3.3 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen ..................................... 62
Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran ....................................................... 63
Tabel 3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal .................................. 63
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda .............................................................. 64
Tabel 3.7 Hasil Analisis Daya pembeda ......................................................... 64
Tabel 3.8 Klasifikasi Kategori Penilaian Kinerja ............................................ 65
Tabel 3.9 Klasifikasi Kategori Penilaian Hasil Belajar .................................... 66
Tabel 3.10 Pasangan Kategori penilaian Kinerja dengan penilaian hasil belajar 67
Tabel 4.1 Penilaian Kinerja pada Tiap Kelompok pada Pertemuan Pertama ... 69
Tabel 4.2 Penilaian Kinerja pada Tiap Kelompok pada Pertemuan Kedua ...... 70
Tabel 4.3 Penilaian Kinerja pada Tiap Kelompok pada Pertemuan Ketiga ...... 70
Tabel 4.4 Penilaian Kinerja pada Tiap Kelompok pada Pertemuan Keempat .. 71
Tabel 4.5 Rekapitulasi Penilaian Kinerja Untuk Tiap Kelompok .................... 72
Tabel 4.6 Distribusi Kelompok Peserta Didik Berdasarkan Ketegori Penilaian
Kinerja ........................................................................................... 73
Tabel 4.7 Rekapitulasi Penilaian Hasil Belajar Untuk Tiap kelompok ............ 74
Tabel 4.8 Distribusi Kelompok Peserta Didik Berdasarkan Kategori Penilaian
Hasil Belajar ................................................................................... 74
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja dengan Penilain Hasil Belajar 75
Tabel 4.10 Persentase Efektivitas Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran ......... 76
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Konsep Cahaya ............................................................... 43
Gambar 2.2 Bayang-bayang Gelap (umbra) dan Bayang-bayang Semu
(penumbra) Terbentuk Oleh Sumber Cahaya yang Lebih Besar
dari bendanya ........................................................................... 44
Gambar 2.3 Pembentukan Bayangan Pada Cermin Datar ............................ 45
Gambar 2.4 Tiga Sinar Istimewa Cermin Cekung ....................................... 46
Gambar 2.5 Pembagian Ruangan pada Cermin Cekung .............................. 46
Gambar 2.6 Tiga Sinar Istimewa Cermin Cembung .................................... 48
Gambar 2.7 Pembiasan pada Kaca Plan Paralel .......................................... 49
Gambar 2.8 Tiga Sinar Istimewa Lensa Cekung ......................................... 50
Gambar 2.9 Tiga Sinar Istimewa Lensa Cembung ...................................... 51
Gambar 2.10 Kerangka Berfikir ................................................................... 56
Gambar 4.1 Persentase Hasil Penilaian Kinerja Tiap Kelompok ................. 73
Gambar 4.2 Persentase Penilaian Hasil Belajar Tiap Kelompok ................. 75
Gambar 4.3 Persentase Efektivitas Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran . 77
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus ..................................................................................... 80
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................... 82
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ................................................... 102
Lampiran 4 Kisi-kisi Penilaian Kinerja .................................................... 124
Lampiran 5 Pedoman Penilaian Kinerja .................................................... 126
Lampiran 6 lembar Penilaian Kinerja ....................................................... 128
Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Hasil Belajar ........................... 141
Lampiran 8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Hasil Belajar ............. 143
Lampiran 9 Soal Tes Penilaian Hasil Belajar ............................................. 145
Lampiran 10 Lembar Uji Validitas Ahli ..................................................... 152
Lampiran 11 Surat Keterangan Penelitian ................................................... 155
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Pendidikan sebagai suatu upaya yang sistematis, terencana, dan
berkelanjutan tentu berusaha optimal untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan
yang lebih baik. Pendidikan saat ini harus mampu membekali setiap peserta
didiknya dengan pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap, dimana
proses belajar bukan semata-mata mencerminkan pengetahuan (knowledge based)
tetapi harus mampu mengembangkan potensi-potensi peserta didik untuk
memiliki keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan.
Menanggapi hal tersebut para ahli pendidikan Indonesia dengan cepat
merespon terhadap kebutuhan pendidikan, yaitu melalui Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yang selanjutnya pada tahun 2006 disebut Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Perubahan yang terjadi pada kurikulum ini sangat
berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar.
Mata pelajaran fisika berdasarkan Standar Isi (SI) termasuk dalam rumpun
mata pelajaran IPA dan kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK). Kajian IPA mencakup hasil pengamatan, temuan maupun
hasil penelitian orang lain. Jadi, IPA khususnya fisika bukan hanya mempelajari
konsep-konsep tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai ilmiah peserta
didik. Sehingga diharapkan dapat memberikan bekal keterampilan pengetahuan
yang dapat diperkaya melalui pengembangan diri dan keilmuan melalui proses
pencarian yang terus menerus.
Sesuai dengan hakekat pembelajaran IPA, maka implementasi
pembelajaran IPA terdapat dua fase yang harus dinilai, yaitu fase proses belajar
mengajar dan fase hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Dalam fase proses
belajar mengajar yang dinilai adalah keterampilan menyelesaikan tugas belajar
(keterampilan proses), sedangkan fase hasil belajar (produk) adalah penilaian
2
akhir setelah fase proses dilalui. Kedua fase tersebut tidak dapat dipisahkan dan
hanya dapat diukur keberhasilannya dengan alat ukur yang relevan.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di sekolah SMP Negeri 1
Caringin Bogor pada pembelajaran fisika, ditemukan bahwa proses penilaian yang
banyak dilakukan guru dalam pelajaran IPA selama ini semata-mata hanya
menekankan pada aspek penguasaan konsep secara kognitif. Penilaian tersebut
hanya mengukur penguasan materi saja, sedangkan aspek proses pembelajarannya
masih diabaikan. Alat ukur yang digunakan adalah tes objektif.
Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) No 20 tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan, yang
menerangkan bahwa salah satu prinsip penilaian adalah menyeluruh dan
berkesinambungan.1 Artinya bahwa penilaian tidak hanya ditunjukkan pada
penguasaan salah satu aspek pengetahuan saja, namun meliputi berbagai aspek.
Sesuai dengan yang dikatakan Bloom yang mengklasifikasikan hasil belajar ke
dalam tiga ranah, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor
(keterampilan).
Ketetapan tersebut didukung pula dengan ditetapkannya Peraturan
Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 pasal 25 ayat 4 tentang standar kompetensi
lulusan, bahwa kompetensi lulusan mencakup pengetahuan, sikap dan
keterampilan.2 Dengan demikian, penilaian dalam pembelajaran harus mampu
mengukur ketiga ranah tersebut, yang semuanya itu akan dilaporkan kepada
peserta didik dan orang tua dalam bentuk laporan hasil belajar.
Hasil belajar merupakan keberhasilan peserta didik setelah menempuh
proses pembelajaran tentang materi tertentu.3 Hasil belajar merupakan tingkat
penguasaan kognitif yang dapat diukur dengan tes tertulis serta diwujudkan dalam
bentuk nilai. Pengukuran atau penilaian hasil belajar peserta didik biasanya
dilakukan dengan penilaian hasil belajar berupa soal objektif berbentuk pilihan
1 Depdiknas, Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 20, (Jakarta: Depdiknas, 2007), h. 2. 2 Kemendikbud, Peraturan Pemerintah No 19 pasal 25 ayat 4, (Jakarta: Kemendikbud, 2005), h. 5. 3 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ; edisi revisi, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), h. 84.
3
ganda. Penilaian hasil belajar peserta didik sebaiknya selain menggunakan tes
objektif, perlu juga dilengkapi dengan penerapan penilaian yang mampu memberi
peluang kepada peserta didik untuk memperlihatkan pemahamannya dalam
mengaplikasikan konsep. Dalam proses belajar mengajar IPA peserta didik
diharapkan dapat mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan
masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, menafsirkan data
serta mengkomunikasikan data hasil percobaan. Dengan mencermati berbagai
kemampuan, keterampilan dan kompetensi dasar yang diharapkan pada
pembelajaran IPA, maka sistem penilaiannya pun harus menggunakan penilaian
yang dapat mengungkap kemampuan, keterampilan dan kompetensi peserta didik
secara menyeluruh seperti yang diharapkan dalam kurikulum.
Seperti sistem penilaian yang sedang dikembangkan dalam KTSP, yaitu
sistem penilaian kelas yang sering disebut sebagai asesmen otentik (authentic
assessment). Asesmen otentik adalah jenis asesmen yang memicu peserta didik aktif
membangun pengetahuan yang dapat membentuk kompetensi seperti yang
ditetapkan dalam kurikulum.4 Mueller berpendapat bahwa penilaian otentik
merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki peserta didik untuk
menunjukkan kinerjanya yang merupakan penerapan dari pengetahuan dan
keterampilan mereka.
Salah satu jenis asesmen otentik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penilaian kinerja (performance assessment). Penilaian Kinerja merupakan
penilaian yang melibatkan peserta didik dalam suatu kegiatan unjuk kemampuan
baik dalam keterampilan dan atau berkreasi mengenai produk tertentu sebagai
perwujudan dari penguasaan pengetahuan. Sarwiji berpendapat bahwa penilaian
kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta
didik dalam melakukan sesuatu.5 Jadi, penilaian kinerja adalah penelusuran
produk dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan peserta didik
4 Masnur Muslich, Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi, (Bandung: Refika Aditama, 2011), h. 69. 5 Sarwiji Suwandi, Model-model Asesmen dalam Pembelajaran, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011), h. 83.
4
dalam proses pembelajaran digunakan sebagai landasan perkembangan
pengetahuannya.
Penilaian ini dapat digunakan untuk menilai kinerja peserta didik secara
individu atau kelompok, dan dirasakan lebih otentik dari hasil tes tertulis. Karena
apa yang dinilai lebih mencerminkan keterampilan peserta didik yang sebenarnya.
Selain itu, penilaian kinerja direkomendasikan sebagai penilaian yang sesuai
dengan hakikat IPA yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu
kompetensi tertentu dengan kegiatan eksperimen atau praktikum. Stiggins
mengemukakan beberapa alasan mengapa guru harus melakukan penilaian
kinerja, yaitu ada beberapa segi dari kemampuan peserta didik yang tidak dapat
dideteksi dengancara tertulis yaitu keterampilan dan kreativitas, penilaian kinerja
memberi peluang yang lebih banyak kepada guru untuk menganalisis peserta
didik secara total, penilaian dilakukan pada saat proses pembelajaran tanpa
menunggu proses akhir.6
Oleh sebab itu, dalam penelitian ini mencoba melakukan penilaian proses
dan produk pembelajaran. Untuk proses pembelajaran peneliti menggunakan
penilaian kinerja pada kegiatan eksperimen dan pada produk pembelajaran
peneliti mengunakan penilaian hasil belajar. Penelitian ini diharapkan mampu
memberikan informasi atau catatan yang cukup tentang umpan balik (feed back)
untuk memperbaiki proses belajar selanjutnya.
Dari hasil wawancara kepada guru IPA di sekolah, dimana dalam penerapan
penilaian kinerja guru merasa belum memahami betul prosedur penilaiannya.
Kendala ini disebabkan karena guru masih kurang berpengalaman dalam menyusun
dan merumuskan kriteria-kriteria untuk dijadikan pedoman penilaian, serta
pengolahan penilaiannya. Padahal kegiatan pembelajaran IPA yang melibatkan
kinerja peserta didik dalam kegiatan eksperimen di sekolah sering dilakukan.
Tetapi, penilaian peserta didik dalam melakukan eksperimen belum terlaksana
dengan baik. Artinya, kemampuan peserta didik saat melakukan unjuk keterampilan
dalam melakukan kegiatan eksperimen selama ini belum teramati dan terukur.
6 Douglas G. Wren, Ed.D., Perfoemance Assessment: A Key Component of A Balnced Assessment System, Journal from the Department of Research, Evaluation, and Assessment, 2, 2009, pp. 1-12.
5
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penilaian kinerja dalam pembelajaran IPA serta tertarik untuk mengidentifikasi
apakah terdapat kelinieran antara penilaian kinerja dengan hasil belajar. Oleh
sebab itu, penulis mengambil judul penelitian tentang “Hubungan Penilaian
Kinerja dan Hasil Belajar pada Konsep Cahaya dengan Metode Eksperimen.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka terdapat
beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu:
1. Sistem penilaian yang digunakan dalam pembelajaran IPA belum penerapkan
sistem penilaian yang otentik.
2. Kemampuan peserta didik aspek proses dan hasil belajar belum teramati dan
terukur secara menyeluruh.
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi, maka perlu dilakukan
pembatasan masalah agar penelitian ini terarah. Adapun batasan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1. Penilaian yang digunakan untuk menilai proses pembelajaran adalah dengan
penilaian kinerja peserta didik meliputi persiapan eksperimen, melakukan
pengambilan data, aktifitas dalam kelompok, dan persentasi hasil eksperimen.
2. Penilaian hasil belajar yang digunakan adalah dalam bentuk tes pilihan ganda
dengan empat alternatif jawaban, dengan tingkat berfikir mengingat (C1),
memahami (C2), mengaplikasikan (C3), dan menganalisis (C4).
3. Konsep yang diambil adalah tentang materi cahaya yang meliputi sifat cahaya
merambat lurus, umbra dan penumbara, pemantulan cahaya pada cermin,
serta pembiasan cahaya pada lensa yang disajikan dengan metode
pembelajaran eksperimen.
6
D. Rumusan Masalah
Merujuk dari masalah yang dibatasi, maka dapat dirumuskan
permasalahannya adalah sebagai berikut: “Bagaimana hubungan penilaian kinerja
dan hasil belajar pada konsep cahaya dengan metode eksperimen?”.
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat hubungan penilaian kinerja dan hasil belajar
pada konsep cahaya dengan metode eksperimen.
F. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian, manfaat yang diharapkan dari hasil
penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi tentang hubungan penilaian kinerja dan hasil belajar
pada konsep cahaya dengan metode eksperimen.
2. Memdorong semangat peserta didik dalam proses kegiatan pembelajaran,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar fisika.
7
7
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Penilaian Kelas (classroom assessment)
Istilah penilain (assessmnent) dapat diartikan sebagai proses menentukan
nilai suatu objek. Depdiknas mengemukakan bahwa penilaian merupakan kegiatan
yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi secara objektif, berkelanjutan
dan meyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dicapai peserta didik, yang
hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan prilaku selanjutnya.7
Objektif yang dimaksud adalah adil terhadap semua peserta didik dan
tidak membeda-bedakan latar belakang peserta didik yang dapat mempengaruhi
pencapaian hasil belajar. objektivitas penilaian dipengaruhi oleh faktor-faktor
pelaksana, kriteria untuk scoring, dan pembuatan keputusan. Berkelanjutan yaitu
terus-menerus, teratur, bertahap untuk memperoleh gambaran tentang
perkembangan kemajuan belajar peserta didik.
Kemudian, menyeluruh artinya penilaian yang dilakukan meliputi aspek
pengetahuan, sikap atau nilai, dan keterampilan secara representatif sehingga
hasilnya dapat diintegrasikan dengan baik. Penilaian juga merupakan suatu
kegiatan yang harus dilakukan sebagai bagian dari prposes pembelajaran yang
direncanakan dan diimplementasikan di kelas.
a. Pengertian Penilaian Kelas
Penilaian kelas pada dasarnya merupakan serangkaian kegiatan guru yang
terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian suatu kompetensi atau
hasil belajar peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.8 Harus
dipahami bahwa dalam penilaian kelas dilakukan melalui langkah-langkah
7 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2010), Cet. III, h. 54. 8 Hamzah B. Uno dan Satria Koni, Assessment Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet. I, h. 4.
8
perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah
bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik.9 Sementara itu,
menurut Supranata dan Hatta, penilaian kelas dapat diartikan sebagai suatu proses
pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan data dan informasi tentang hasil belajar
peserta didik untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik
terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.10
Tujuan pendidikan yang dimaksud adalah standar kompetensi, kompetensi
dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar yang terdapat dalam kurikulum.
Dalam implementasi penilaian kelas juga perlu diterapkan prinsip-prinsip
penilaian berkelanjutan, otentik, akurat, dan konsisten dalam kegiatan
pembelajaran di bawah kewenangan guru di kelas.11 Dalam hal ini kewenangan
guru menjadi sangat luas dan menentukan, sehingga guru dituntut harus cermat
dalam menentukan ketepatan jenis penilaian untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan peserta didik.
Untuk itu, kompetensi profesional dan integritas moral guru merupakan
persyaratan penting agar hasil yang dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
Jadi penilaian kelas yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang hasil
belajar peserta didik selama dan setelah kegiatan pembelajaran, juga dapat
digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program pendidikan.
b. Tujuan Penilaian Kelas
Secara umum penilaian kelas bertujuan untuk menilai hasil belajar peserta
didik, sehingga guru akan memperoleh potret atau profil kemampuan peserta didik
dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan
dalam kurikulum. Secara rinci tujuan dari penilaian kelas adalah sebagi berikut:
9 Jihad, op. cit., h. 94. 10 Sarwiji Suwandi, Model-model Asesmen dalam Pembelajaran, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011), h. 15. 11 Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), h. 6.
9
1) Dengan melakukan penilaian kelas guru dapat mengetahui seberapa jauh
peserta didik dapat mencapai tingkat kompetensi yang dipersyaratkan, baik
selama mengikuti pembelajaran atau setelahnya.
2) Pada saat melaksanakan penilaian, guru dapat memberikan umpan balik
kepada peserta didik.
3) Guru dapat terus melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dialami
peserta didik.
4) Hasil pantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan terus-
menerus juga dapat dipakai sebagai umpan balik untuk memperbaiki metode,
pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan, sesua dengan
kebutuhan materi ajar dan kebutuhan peserta didik itu sendiri.
5) Hasil asesmen dapat pula memberikan informasi kepada orang tua dan komite
sekolah tentang efektifitas pendidikan.12
Menurut Chittenden tujuan penilaian di kelas oleh guru hendaknya
diarahkan pada empat tujuan berikut:
1) Penelusuran (keeping track); menelusuri agar proses pembelajaran peserta
didik tetap sesuai dengan rencana. Guru mengumpulkan informasi sepanjang
semester dan tahun pelajaran melalui berbagai bentuk penilaian kelas agar
memperoleh gambaran tentang pencapaian kompetensi oleh peserta didik.
2) Pengecekan (checking-up); mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang
dialami peserta didik dalam proses pembelajaran. Melalui penilaian kelas,
baik yang bersifat formal maupun informal guru melakukan pengecekan
kemampuan (kompetensi) apa yang telah peserta didik kuasai dan apa yang
belum dikuasai.
3) Pencarian (finding-out); mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan
terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. Guru harus
terus menganalisis dan merefleksikan hasil penialain kelas dan mencari hal-
hal yang menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan secara efektif.
12 Hamzah B Uno, Satria Koni, Assessment Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), cet. I, h. 4-5.
10
4) Penyimpulan (summing-up); menyimpulkan apakah peserta didik telah
menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum.
Penyimpulan sangat penting dilakukan guru, khususnya pada saat guru
diminta melaporkan hasil kemajuan belajar peserta didik kepada orang tua,
sekolah, atau pihak lain seperti di akhir semester atau akhir tahun ajaran baik
dalam bentuk rapor peserta didik atau bentuk lainnya.13
c. Fungsi Penilaian Kelas
Sejalan dengan tujuan penilaian kelas yang telah dikemukakan di atas,
penilaian kelas juga memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai beriut:14
1) Menggambarkan sejauh mana pencapaian standar kompetensi maupun
kompetensi dasar telah dikusai peserta didik.
2) Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta
didik dalam memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah
berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian,
maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan).
3) Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu guru
menemukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan.
4) Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang
berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
5) Sebagai kontrol bagi guru dan sekolah tentang kemajuan perkembangan
peserta didik.
Menurut Abdul Majid penilaian kelas yang disusun secara berencana dan
sistematis oleh guru juga memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Fungsi motivasi
Penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas harus mendorong motivasi
peserta didik untuk belajar. Latihan, tugas, dan ulangan yang diberikan guru harus
13 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2011), h. 187-188. 14 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2010), Cet. III, h. 95.
11
memungkinkan peserta didik melakukan proses pembelajaran baik secara individu
maupun berkelompok. Bentuk latihan, tugas dan ulangan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga peserta didik terdorong untuk terus belajar dan merasa
kegiatan tersebut menyenangkan dan menjadi kebutuhannya. Dengan
mengerjakan latihan, tugas dan ulangan yang diberikan, peserta didik memperoleh
gambaran tentang hal-hal apa yang dia sudah kuasai dan belum dikuasai. Jika
peserta didik merasa ada hal-hal yang belum dia kuasai, ia terdorong untuk
mempelajarinya lagi.
2) Fungsi belajar tuntas
Penilaian di kelas harus diarahkan untuk memantau ketuntasan belajar
peserta didik. Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh guru adalah apakah
peserta didik sudah menguasai kemampuan yang diharapkan, siapa dari peserta
didik yang belum menguasai kemampuan tertentu, dan tindakan apa yang harus
dilakukan agar peserta didik akhirnya menguasai kemampuan tersebut.
Ketuntasan belajar harus menjadi fokus dalam perancangan materi yang harus
dicakup setiap kali guru melakukan penilaian. Jika suatu kemampuan belum
dikuasai peserta didik, penilaian harus terus dilakukan untuk mengetahui apakah
semua atau sebagian besar peserta didik telah menguasai kemampuan tersebut.
Rencana penilaian harus disusun sesuai dengan target kemampuan yang harus
dikuasai peserta didik pada setiap semester dan kelas sesuai dengan daftar
kemampuan yang telah ditetapkan.
3) Fungsi sebagai indikator efektivitas pengajaran
Di samping untuk memantau kemajuan belajar peserta didik, penilaian
kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar
telah berhasil. Apabila sebagian besar atau semua peserta didik telah menguasai
kemampuan yang diajarkan, maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar
mengajar telah berhasil sesuai dengan rencana. Apabila guru menemukan bahwa
hanya sebagian peserta didik saja yang menguasai kemampuan yang ditargetkan,
guru perlu melakuakan analisis dan refleksi mengapa hal ini terjadi dan apa
tindakan yang harus guru lakukan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran.
12
4) Fungsi umpan balik
Hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik bagi
peserta didik dan guru itu sendiri. Umpan balik hasil penilaian sangat bermanfaat
bagi peserta didik agar peserta didik mengetahui kelemahan yang dialaminya dan
dapat mencapai kemampuan yang diharapkan, dan peserta didik diminta
melakukan latihan atau pengayaan yang dianggap perlu. Analisis hasil penilaian
juga berguna bagi guru untuk melihat hal-hal apa yang perlu diperhatikan secara
serius dalam proses belajar mengajar. Dalam hal-hal tertentu hasil penilaian juga
dapat menjadi umpan balik bagi sekolah dan orang tua agar secara bersama-sama
mendorong dan membantu ketercapaian target penguasaan kemampuan yang telah
ditetapkan.15
d. Prinsip-prinsip Penilaian Kelas
Sebagai bagian dari kurikulum, pelaksanaan penilaian kelas sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor dan komponen yang ada di dalamnya. Untuk itu,
dalam pelaksanaan penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1) Mengacu pada kompetensi (competence referenced)
Penilaian kelas perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apakah
peserta didik telah menguasai kemampuan sesuai dengan target yang ditetapkan
dalam kurikulum. Penilaian kelas menilai pencapaian kompetensi peserta didik
yang meliputi seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang tercermin
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dengan berpijak pada kompetensi ini,
maka ukuran-ukuran keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas
dan terarah.
2) Berkelanjutan (continuous)
Penilaian yang dilakukan di kelas oleh guru harus merupakan proses yang
berkelanjutan dalam rangkaian rencana mengajar guru selama satu semester dan
tahun ajaran untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik,
sehingga kegiatan dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau melalui penilaian.
15 Majid, op. cit., h. 188-189.
13
3) Didaktis
Alat yang akan digunakan untuk penilaian kelas berupa tes maupun non-
tes harus dirancang baik isi, format, layout, dan tampilannya agar peserta didik
menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian. Alat penilaian kelas seperti ini
dapat menumbuhkan rasa keingintahuan peserta didik lebih dalam dan dorongan
belajar lebih kuat.
4) Menggali informasi
Penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan informasi yang cukup
bagi guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik. Pemilihan metode, teknik
dan alat penilaian yang tepat sangat menentukan jenis informasi yang ingin digali
dari proses penilaian kelas. Acuan sederhana yang dapat digunakan guru adalah
prinsip “sedikit tapi banyak”, prinsip ini dimaksudkan agar guru melakukan
penilaian dengan cakupan materi dan kemampuan yang tidak terlalu banyak tetapi
informasi yang diperoleh dari hasil penilaian tersebut sangat dalam dan luas.
5) Melihat yang benar dan yang salah
Dalam melaksanakan penilaian, guru hendaknya melakukan analisis
terhadap hasil penilaian dan kerja peserta didik secara seksama untuk melihat
adanya kesalahan yang secara umum terjadi pada peserta didik sekaligus melihat
hal-hal positif yang diberikan peserta didik. Analisis terhadap kesalahan jawaban
dan peyelesaian masalah yang diberikan peserta didik sangat berguna untuk
menghindari terjadinya miskonsepsi dan ketidak jelasan dalam proses
pembelajaran.16
e. Jenis-jenis Penilaian Kelas
Beragam jenis penilaian dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi
tentang perkembangan belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan
proses belajar maupun hasil belajar. Jenis pengumpulan tersebut pada prinsipnya
adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik berdasarkan standar
kompetensi, kompetensi dasar, serta indikator-indikator pembelajaran yang harus
dicapai. Berdasarkan indikator-indikator ini dapat ditentukan jenis penilaian yang
16 Ibid., h.189-191.
14
sesuai dengan apa yang hendak dinilai. Adapun jenis-jenis penilaian tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Penilaian dengan tes
Tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk tugas-
tugas yang harus dikerjakan peserta didik.17 Menurut Zainul, A. dan Nasution, N.
bahwa tes adalah suatu pertanyaan atau seperangkat tugas yang direncanakan
untuk memperoleh informasi tentang atribut atau karakteristik pendidikan atau
psikologi yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban
atau ketentuan yang dianggap benar.18
Tes dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung pada dasar yang
digunakan. Diantaranya berdasarkan tujuan penggunaannya; pre-test dan post-test,
mastery test, tes diagnostik, tes prestasi belajar umum, tes formatif, tes sumatif.
Tes diklasifikasikan menurut bentuknya; tes uraian dan tes objektif. Dan masih
banyak ragam tes yang lain sesuai dengan jenis-jenis tes di atas. Jenis-jenis tes di
atas biasanya sangat cocok untuk hampir semua kompetensi yang terdapat dalam
kurikulum, sehingga ada beberapa yang harus dipertimbangkan dalam
perencanaan tes, yaitu:19
a) Pengambilan sampel dan pemilihan butir soal,
b) Tipe tes yang akan digunakan,
c) Aspek yang akan diuji,
d) Format butir soal,
e) Jumlah butir soal, dan
f) Distribusi tngkat kesukaran butir soal.
2) Penilaian unjuk kerja (performance assessment)
Penilaian kinerja merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan
situasi, dimana peserta didik diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan
17 Sarwiji Suwandi, Model-model Asesmen dalam Pembelajaran, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011), h. 47. 18 Zulfiani, dkk., Strategi Pembalajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 75. 19 Ibid., h. 78.
15
pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai
macam konteks.20 Penilaian ini cocok digunakan untuk mkenilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan unjuk kinerjanya. Unjuk
kerja yang dapat diamati seperti bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi,
membaca puisi/deklamasi, menggunakan peralatan laboratorium, dan pengoprasian
suatu alat.21
Penilaian dilakukan terhadap perilaku peserta didik pada saat proses
pembelajaran berlangsung, sehingga cara penilaian ini dianggap lebih otentik
daripada tes tertulis, karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan
peserta didik yang sebenarnya. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai penilaian
kinerja dapat dilihat pada sub-bab berikutnya.
3) Penilaian sikap
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai
ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang.22
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konaktif.
Kompoen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau
penilainya terhadap sesutu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau
keyakinan seseorang mengenai objek. Sedangkan konaktif adalah kecenderungan
untuk berprilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan
kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran
berbagai mata pelajaran, terdiri dari; sikap terhadap materi pelajaran, sikap
terhadap guru/pengajar, sikap terhadap proses pembelajaran, dan sikap berkaitan
dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan materi pelajaran. Untuk
20 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: Rosda Karya, 2009), h. 200. 21 Hamzah, B. Uno, Satria Koni, Assessment Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Akasara, 2012), h. 19. 22 Sarwiji Suwandi, Model-model Asesmen dalam Pembelajaran, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011), h. 91.
16
penilaian sikap dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui
observasi prilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi.
4) Penilaian proyek
Penilaian proyek adalah penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan
dalam waktu tertentu. Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, hingga penyajian data. Proyek
juga akan memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan peserta
didik pada proses pembelajaran tertentu, kemampuan peserta didik dalam
pengaplikasian pengetahuan, dan kemampuan peserta didik untuk
mengkomunikasikan informasi.
Dalam penilaian proyek ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, yitu
sebagai berikut:23
a) Kemampuan pengelolaan; kemampuan peserta didik dalam memilih topik,
mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data, dan penulisan
laporan.
b) Relevansi; kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan
memepertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan
dalam pembelajaran.
c) Keaslian; proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil
karyanya, dengan memepertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk
dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
Teknik penilaian proyek dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa
daftar cek ataupun skala penilaian.
5) Penilaian produk (produck assessment)
Penilaian hasil kerja (produk) peserta didik adalah penilaian terhadap
penguasaan keterampilan peserta didik dalam membuat suatu produk (proses) dan
penilaian kualitas hasil kerja peserta didik (produk). Dalam Penilaian produk
biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
23Ibid., h. 99-100.
17
Terdapat tiga tahap penilaian yang perlu dilakukan pada penilaian produk, yaitu:
a) Tahap persiapan; penilaian kemampuan peserta didik dalam
merencanakan, menggali, mengembangkan gagasan, dan mendisaian
produk.
b) Tahap pembuatan produk (proses); menilai kemampuan menyeleksi,
menggunakan alat dan bahan, dan teknik.
c) Tahap penilaian produk (appraisal); menilai produk yang dihasilkan sesuai
dengan kriteria yang sudah ditetapkan.
6) Penilaian portopolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berbasis kelas terhadap
sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi
yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan
oleh guru dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan,
keterampilan dan sikap peserta didik. Dalam penilaian portopolio ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:24
a) Karya siswa adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri.
b) Saling percaya antara guru dan peserta didik.
c) Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik.
d) Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru.
e) Kepuasan.
f) Kesesuaian.
g) Penilaian proses dan hasil.
h) Penilaian dan pembelajaran.
Hal penting yang perlu disadari oleh guru, bahwa penggunaan portopolio
secara interaktif dan kolaboratif, tidak terjadi secar otomatis. Untuk itu
perencanaan yang baik dan sistematis sangat diperlukan. Di bawah ini adalah
langkah-langkah penerapan penilaian portopolio, yaitu sebagai berikut:25
24 Ibid., h. 114-116. 25 Ibid., h. 123-125.
18
a) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portopolio tidak hanya
digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi peserta didik dapat mengetahui
perkembangan prestasinya.
b) Menentukan bersama tugas yang akan dikumpulkan.
c) Mengumpulkan dan menyimpan penilaian portopolio dalam satu folder
untuk masing-masing peserta didik, baik di rumah maupun loker sekolah.
d) Memberi tanggal informasi, sehingga terlihat perubahan kulitas dari waktu
ke waktu.
e) Menentukan kriteria penilaian dengan peserta didik.
f) Meminta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan.
g) Peserta didik dapat memperbaiki tugasnya dengan waktu yang sudah
ditentukan.
h) Jadwalkan pertemuan untuk membahas portopolio yang sudah
dikumpulkan.
7) Penilaian diri (self assessment)
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta
menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian
diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan
psikomotor.26 Penilain diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif.
Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah untuk melakukanya. Langkah-
langkah tersebut diantaranya adalah:
a) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
b) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
c) Merumuskan format penilaian, berupa pedoman penskoran, daftar tanda
cek, atau skala penilaian.
d) Meminta peserta didik melakukan penilaian diri.
e) Mengkaji hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik
supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
26 Ibid., h. 135.
19
f) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian.
Jadi penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan oleh dirinya
sendiri, sehingga peserta didik dapat mengetahui, menilai, dan memperbaiki
dirinya berdasarkan hasil penilaian terhadap aspek-aspek yang sudah ditentukan.
Perlu diingat, bahwa melakukan teknik penilaian tunggal tidak cukup untuk
memberikan gambaran/informasi tentang kemampuan, keterampilan,
pengetahuan, dan sikap peserta didik secar lengkap. Dan interpretasi hasil tes
tidak mutlak dan abadi, karena peserta didik akan mengalami perubahan, terus
berkembang sesuai dengan pengalaman belajar yang dialaminya.
f. Manfaat Penilaian Kelas
Terdapat beberapa menfaat penilaian kelas, antara lain sebagai berikut:
1) Untuk memeberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui
kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian suatu kompetensi.
2) Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami
peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan ramedial.
3) Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan,
kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
4) Untuk masukan bagi guru guna merancang kegiatan belajar.
5) Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang
efektivitas pendidikan.
g. Keunggulan Penilaian Kelas
Salain memiliki manfaat, penilaian kelas juga memiliki beberapa
keunggulan sebagai berikut:
1) Pengumpulan informasi kemajuan belajar, baik formal maupun nonformal
diadakan secara terpadu, dalam suasana yang menyenangkan, dan senantiasa
memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi peserta didik untuk
menunjukkan apa yang diketahui, dipahami, dan mampu dikerjakan peserta
didik.
20
2) Pencapaian hasil belajar peserta didik tidak dibandingkan dengan prestasi
kelompok (norm reference assessment), tetapi dibandingkan dengan
kemampuan sebelumnya, kriteria pencapain kompetensi, standar pencapaian,
dan level pencapaian nasional dalam rangka membantu peserta didik
mencapai apa yang ingin dicapai bukan untuk menghakiminya.
3) Pengumpulan informasi menggunakan berbagai cara agar kemajuan belajar
peserta didik dapat terdeteksi secara lengkap.
4) Peserta didik dituntut agar dapat mengeksplorasi dan memotivasi diri untuk
mengerahkan semua potensi dalam menanggapi dan mengatasi semua
masalah yang dihadapi dengan cara sendiri, bukan sekedar melatih peserta
didik memilih jawaban yang tersedia.
5) Untuk menentukan ada tidaknya kemajuan belajar dan perlu tidaknya bantuan
secara berencana, bertahap, dan berkesinambungan berdasarkan fakta dan
bukti yang cukup akurat.27
2. Penilaian Kinerja (performance assessment)
Salah satu prinsip penilaian adalah menyeluruh, artinya menyangkut
semua aspek proses dan produk belajar yang secara bertahap dapat
menggambarkan perubahan prilaku dan konsepsi peserta didik. Olah karena itu,
dalam pembelajaran IPA khususnya pelajaran fisika selain menggunakan tes
objektif, perlu juga dilengkapi dengan penilaian yang menilai hasil belajar
mencakup aspek proses. Salah satu alternatif penilaian yang digunakan adalah
dengan menerapkan penilaian kinerja (performance assessment).
Terdapat istilah lainnya yang berkaitan dengan penilaian kinerja yaitu
penilaian alternatif (alternative assessment) dan penilaian otentik (authentic
assessment). Beberapa ahli menyatakan bahwa istilah penilaian otentik kadang-
kadang digunakan untuk menjelaskan penilaian kinerja karena tugas-tugas
asesmennya yang lebih dekat dengan kehidupan nyata. Istilah penilaian alternatif
27 Ibid., h. 17.
21
digunakan untuk penilaian kinerja karena merupakan alternatif untuk penilaian
tradisional paper and pencil test (tes tertulis objektif).28
a. Pengertian Asesmen Kinerja
Penilaian kinerja (performance assessment) merupakan penilaian yang
dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.29
Penilaian kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap
aktivitas peserta didik sebagaimana yang terjadi.30 Penialain ini cocok digunakan
untuk menilai keterampilan kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan
sesuatu yang bisa diamati atau diobservasi, seperti; praktikum di laboratorium,
praktik sholat, bermain peran, memainkan alat musik, dan lain-lain.
Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang menuntut peserta didik
menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dengan cara mendemonstrasikan
yang dapat mereka kerjakan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan atau
sesuai dengan indikator pembelajaran. Dan bisa juga dikatakan penelusuran
produk dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan dalam proses
pembelajaran digunakan untuk pemantauan perkembangan kemampuan peserta
didik pada suatu kompetensi.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penilaian kinerja merupakan
asesmen yang harus menunjukkan pertimbangan (judge) terhadap penampilan
nyata hasil karya peserta didik. Asesmen kinerja dapat difokuskan untuk menilai
proses (misalnya kemampuan menggunakan alat-alat laboratorium), produk atau
hasil kerja (misalnya laporan hasil penelitian), atau menilai kedua-duanya.
Penilaian kinerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:31
1) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
28 Ana Ratna Wulan, Penilaian Kinerja dan Portofolio Pada Pembelajaran Fisika, (Bandung: UPI), h. 1. 29 Suwandi, op. cit., h. 83. 30 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 95.
31 Suwandi, op. cit., h. 83-84.
22
3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
4) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua
dapat diamati.
5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan
diamati.
Berbagai macam instrumen penilaian kinerja dapat ditemukan dari buku,
dan jurnal. Tetapi, instrumen yang diperoleh ada kalanya belum sesuai dengan
kompetensi dasar yang diharapkan dan karakteristik peserta didik. Untuk itu perlu
disesuaikan dengan materi ajar, serta kondisi peserta didik, sehingga instrumen
memenuhi atau sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Terdapat tiga komponen
utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas kinerja (performance task), rubrik
performansi (performance rubrics), dan teknik penilaian (scoring guide).
b. Tugas Kinerja (performance task)
Salah satu persyaratan penting dalam penilaian kinerja adalah adanya
tugas yang harus diselesaikan. Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik,
standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas.32 Tugas kinerja
berupa prosedur kegiatan yang harus dilakukan dan daftar kinerja yang harus
ditunjukkan peserta didik dalam bentuk kegiatan atau proses dan pernyataan atau
deskripsi atau produk tertulis mengacu pada kegiatan praktikum yang
dilakukan.
c. Rubrik Performansi (performance rubrics)
Penilaian kinerja tidak menggunakan kunci jawaban yang menentukan
suatu kinerja benar atau salah seperti yang biasa dilakukan dalam soal tes, tetapi
dilakukan dengan melihat derajat keberhasilannya. Hal ini dapat dicapai dengan
menentukan kriteria penilaian yang sering disebut dengan rubrik. Rubrik adalah
suatu pedoman pensekoran yang digunakan untuk menentukan tingkat kemahiran
(proficiency) peserta didik dalam mengerjakan suatu tugas.33
32 Masnur Muslich, op. cit., h. 70.
33 Ibid., h. 131.
23
Dengan demikian maka rubrik dapat membantu guru untuk menentukan
tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan. Agar mempermudah guru atau
pemberi peringkat (rater). Secara singkat scoring rubric terdiri dari beberapa
elemen, yaitu :
1) Dimensi yang akan dijadikan dasar menilai kinerja peserta didik.
2) Definisi dan contoh yang merupakan penjelasan setiap dimensi.
3) Skala yang akan digunakan untuk menilai dimensi.
4) Standar untuk setiap kategori kinerja.
Rubrik dapat bersifat menyeluruh (berlaku umum) dan dapat pula bersifat
khusus (hanya berlaku untuk suatu topik tertentu dalam suatu mata pelajaran).
Rubrik yang bersifat menyeluruh dapat disajikan dalam bentuk holistik rubric dan
dapat pula dalam bentuk analytic rubric. Sedangkan mutu dapat berupa penilaian
subyektif dinyatakan secara deskriptif seperti sangat kompeten, kompeten, kurang
kompeten. Selain itu dapat pula dinyatakan dengan angka misalnya 3, 2 dan 1.
Atau kombinasi dari keduanya, yakni deskripsi maupun angka.
Dalam menentukan skala tersebut tergantung pada jenis kriteria yang
digunakan dan hakikat kinerja yang akan dinilai. Berikut ini adalah contoh rubrik
pada pelajaran Fisika.
Tabel 2.1 Contoh Rubrik Penilaian Kinerja pada Eksperimen Kalor
No Butir Penilaian Kriteria Penilaian Skor
1 Menggunakan termometer
a. posisi ujung termometer tercelup larutan.
b. Posisi termometer tidak menyentuh dasar gelas kimia.
c. Menutup gelas kimia (untuk meminimalkan panas yang terbuang).
(3) jika memenuhi 3 kriteria (2) jika memenuhi 2 kriteria (1) jika memenuhi 1 kriteria
2 Membaca skala termometer
a. Membaca termometer dalam keadaan tercelup.
b. Melihat termometer secara tegak lurus.
c. Membaca termometer tepat
(3) jika memenuhi 3 kriteria (2) jika memenuhi 2 kriteria (1) jika memenuhi 1 kriteria
24
No Butir Penilaian Kriteria Penilaian Skor
dengan selang waktu yang ditentukan.
3 Menganalisis
data hasil pengukuran
a. Mendeskripsikan data hasil pengukuran secara tertulis.
b. Mampu membedakan variabel bebas dan terikat.
c. Menemukan hubungan varibel bebas dan terikat (sebanding atau sebanding terbalik).
(3) jika memenuhi 3 kriteria (2) jika memenuhi 2 kriteria (1) jika memenuhi 1 kriteria
4 Menyimpulkan
data hasil pengukuran
a. Merangkum secara garis besar data yang diperoleh.
b. Menggunakan referensi parameter.
c. Membandingkan data yang didapat dengan referensi parameter.
(3) jika memenuhi 3 kriteria (2) jika memenuhi 2 kriteria (1) jika memenuhi 1 kriteria
5 Menyusun
laporan hasil percobaan
a. Laporan hasil pengukuran dibuat dengan rapih dalam tabel data yang disediakan.
b. Sistematika penulisan sesuai dengan laporan ilmiah.
c. Mengumpulkan laporan tepat waktu.
(3) jika memenuhi 3 kriteria (2) jika memenuhi 2 kriteria (1) jika memenuhi 1 kriteria
Setelah tugas dan rubrik dibuat, maka langkah berikutnya adalah
melakukan uji validitas ahli. Hasil uji validitas ini direvisi atau dimodifikasi
sampai benar-benar tepat untuk menilai performansi peserta didik. Dengan
mengkomunikasikan rubrik kepada peserta didik diharapkan peserta didik secara
jelas memahami dasar penilaian yang akan digunakan untuk mengukur suatu
kinerja peserta didik. Kedua pihak (guru dan peserta didik) akan memiliki
pedoman bersama yang jelas tentang tuntutan kinerja yang diharapkan. Rubrik
juga diharapkan dapat mendorong atau memotivasi peserta didik dalam proses
pembelajaran. Karena apapun yang dilakukan peserta didik selama proses
pembelajaran akan diamati atau di nilai.
25
d. Teknik Penilaian (scoring guide)
Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau
instrumen berikut:
1) Daftar cek (check-list)
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek.
Daftar cek berfungsi untuk mengukur hasil belajar berupa produk, prosedur,
maupun proses yang dirinci ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil dan
terdefinisi secara oprasional dan sangat spesifik. Kelemahan cara ini adalah
penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat
diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat nilai
tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah
besar.
Dalam menyusun daftar cek hendaknya menentukan indikator-indikator
penguasaan keterampilan yang akan di nilai dan mengurutkan indikator-indikator
tersebut sesuai dengan urutan penampilannya. Berikut contoh penilaian dengan
daftar cek.
Tabel 2.2 Contoh Daftar Penilaian Check list LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA
Eksperimen Sifat Perambatan Cahaya Nama Siswa : …….............. Kelompok : ……………..
Berilah tanda check list (√) pada kolom yang tersedia!
No Aspek Kinerja yang Dinilai Kriteria yang Diamati Baik Tidak
Baik
1. Persiapan Eksperimen
a. Kelengkapan alat eksperimen. b. Menyusun alat eksperimen dengan
benar.
c. Menjaga alat dari kerusakan.
2. Melakukan Pengambilan Data.
a. Posisi menyalakan senter lurus dengan karton.
b. Cahaya senter terlihat jelas pada layar.
c. Mencatat data hasil eksperimen lengkap dan tepat.
26
Keterangan penilaian: Baik mendapat skor 1 Tidak Baik mendapat skor 0
Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila kriteria
penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat
diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai.
2) Skala penilaian (rating scale)
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan
penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena
pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua.
Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya:
1= tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten.
Berikut adalah contoh skala penilaian.
Tabel 2.3 Contoh Skala Penilaian LEMBAR PENILAIAN KINERJA
Eksperimen Kalor Nama Siswa : …….............. Kelompok : ……………..
No Aspek yang Diamati Nilai 1 2 3 4
1 Menggunakan termometer 2 Membaca skala termometer 3 Menganalisis data hasil pengukuran 4 Menyimpulkan data hasil pengukuran
5 Mendeskripsikan hasil percobaan dengan teman sekelompoknya
6 Menyusun laporan hasil percobaan
3. Aktifitas dalam Kelompok.
a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok yang
merata.
c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok.
4. Persentasi Hasil Eksperimen.
a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat.
b. Mampu menjawab pertanyaan dari kelompok lain dengan benar.
c. Menghargai pendapat kelompok lain.
27
No Aspek yang Diamati Nilai 1 2 3 4
Jumlah Skor Maksimum 24
Keterangan Penilaian:
1 = tidak kompeten 2 = cukup kompeten 3 = kompeten 4 = sangat kompeten
Untuk memperkecil faktor subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh
lebih dari satu orang, agar hasil penilaian lebih akurat. Kedua cara ini sama-sama
berdasarkan pada beberapa kumpulan kemampuan keterampilan atau kinerja yang
hendak diukur, pada model checklist hanya memberikan dua kategori penilaian
sedangkan model rating scale memberikan lebih dari dua kategori penilaian.
e. Tujuan Penilaian Kinerja
Berikut ini terdapat lima tujuan dari adanya sistem penilaian kinerja:
1) Memantau perkembangan peserta didik terhadap hasil yang diinginkan.
2) Merangkul tanggung jawab sekolah dan guru terhadap keberhasilan atau
pencapaian peserta didik.
3) Menetukan secara jelas keterampilan dan kemampuan peserta didik.
4) Menghasilkan pembentukan kurikulum, pengajaran, dan penilaian yang lebih
baik.
5) Mempengaruhi praktek kurikulum dan pengajaran.34
f. Kriteria Penilian Kinerja
Instrumen penilaian kinerja yang baik memuat hal-hal berikut:
1) Autentik dan menarik
Hal yang penting dari suatu instrumen penilaian kinerja adalah menarik
dan melibatkan peserta didik dalam situasi yang akrab dengan mereka sehingga
34 US Department of Education, Assessment of Student Performance, (US: Office of
Educational Research and Improvement, 1997), h. 1-2.
28
peserta didik berusaha untuk menyelesaikan tugas itu dengan sebaik-baiknya.
Peserta didik cenderung tertarik terhadap situasi tugas yang menyerupai
kehidupan sehari-hari. Tugas ini akan membuat peserta didik menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang dikuasainya untuk menyelesaikan tugas
tersebut. situasi dan pertanyaan dalam bahasa yang baik dan dapat dipahami
peserta didik sehingga tidak memancing reaksi peserta didik seperti “siapa
peduli?”
2) Memungkinkan penilaian individual
Banyak instrumen penilaian kinerja yang dimaksudkan untuk dikerjakan
peserta didik secara berkelompok. Namun perlu diingat bahwa penilaian ini
sebenarnya lebih dititik beratkan untuk penilaian individu. Karena itu desain
penilaian kinerja sebaiknya bisa ditunjukkan untuk kelompok dan individu.
Sebagai contoh sekelompok peserta didik diberi data dan diminta untuk
menganalisisnya. Untuk penilaian individu masing-masing peserta didik diminta
untuk memberi rangkuman dan penafsiran apa yang ditunjukkan oleh data
tersebut.
3) Memuat petunjuk yang jelas
Instrumen penilaian kinerja yang baik harus memuat petunjuk yang jelas,
lengkap, tidak ambigu dan tidak membingungkan. Petunjuk juga harus memuat
apa yang dikerjakan peserta didik yang nanti akan dinilai. Sebagai contoh, jika
salah satu kriteria penilaian meliputi organisasi informasi, maka peserta didik
harus diminta untuk menampilkan informasi yang diperoleh dalam bentuk yang
teratur.
g. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Kinerja
Jika dibandingkan dengan tes konvensional, penilaian kinerja memiliki
beberapa penekanan, yaitu seperti yang disajikan pada tabel di bawah ini:
29
Tabel 2.4 Perbandingan Penilaian Kinerja dengan Penilaian Konvensional Penilaian Kinerja Penilaian Konvensional
Mementingkan kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan menjadi unjuk kerja yang dapat diamati atau produk yang dihasilkan.
Lebih mengutamakan pemahaman konsep peserta didik.
Membutuhkan waktu yang banyak untuk membuat dan melaksanakan tetapi menghasilkan format penilaian yang dapat digunakan berulang-ulang pada peserta didik yang sama atau peserta didik baru.
Membutuhkan waktu yang banyak untuk membuat, pelaksanaannya lebih cepat dan dapat digunakan untuk peserta didik dalam jumlah banyak secara serentak, tetapi hanya bisa digunakan sekali.
Memungkinkan untuk mendiagnosis dan meremidiasi kinerja peserta didik dan memetakan kemajuan peserta didik sepanjang waktu.
Memungkinkan untuk mendiagnosis dan meremidiasi kemampuan peserta didik tetapi hanya untuk soal uraian terbuka (open ended).
Memfokuskan pembelajaran pada unjuk kerja peserta didik.
Memfokuskan pembelajaran pada materi pelajaran.
Asesmen kinerja memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
asesmen kinerja adalah sebagai berikut :
1) Dapat mengevaluasi hasil belajar yang kompleks dan keterampilan-
keterampilan yang tidak dapat dievaluasi dengan tes kertas dan pensil.
2) Memotivasi peserta didik dalam belajar secara lebih baik. membuat
pembelajaran lebih bermakna. Kreativitas dan kemandirian belajar peserta
didik, serta proses dialog antara peserta didik dan guru merupakan faktor
penting dalam asesmen kinerja.
3) Dapat mengevaluasi beberapa keterampilan motorik.
4) Mendorong aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan nyata.
Adapun kelemahan asesmen kinerja yaitu sebagai berikut :
1) Membutuhkan waktu dan usaha-usaha yang harus dipertimbangkan dalam
penggunaannya.
2) Penilaian dan penskoran kinerja subjektif dan memiliki reliabilitas rendah.
30
3. Penilaian Hasil Belajar
Sebelum membahas tentang pencapaian hasil belajar, terlebih dahulu akan
dipaparkan beberapa pandangan tentang teori belajar. Belajar merupakan suatu
proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Belajar,
bukanlah semata-mata menambah pengetahuan atau ketrampilan, tetapi belajar
dapat dipandang sebagai cara memperoleh beberapa alternatif untuk
meningkatkan kualitas hasil belajar. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil
latihan, melainkan perubahan tingkah kelakuan.35
Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam
bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman sikap dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan perubahan aspek lain yang
ada pada individu yang belajar. Oleh karena itu, tidak akan ada hasil jika tidak ada
proses pengambilan nilai. Penilaian hasil belajar diperlukan kesesuaian antara
fungsi dan tujuan penilaian.
Penilaian pada dasarnya adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat keberhasilan belajar yang telah dicapai peserta didik setelah
berlangsungnya pembelajaran. Penilaian hasil belajar adalah proses memberikan
atau menentukan nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai peseta didik
dengan kriteria tertentu.36
Dikatakan kewajiban karena setiap guru pada akhir kegiatan pembelajaran
harus dapat memberikan informasi kepada sekolah, orang tua atau kepada peserta
didik itu sendiri, bagaimana dan sampai dimana penguasaan dan kemampuan yang
telah dicapai peserta didik tentang materi dan keterampilan-keterampilan
mengenai mata pelajaran yang telah diberikan. Dengan adanya penilaian akan
diketahui kemampuan peseta didik tersebut termasuk kelompok yang pandai,
sedang, cukup atau kurang baik dikelasnya jika dibandingkan teman-temannya.
35 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. ke-4, h: 36. 36 Nana Sudjana, Dasar dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar Baru, 2001), h. 3.
31
Penilaian hasil belajar mata pelajaran fisika dalam Kurikulum 2004
menyangkut ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Dengan
demikian, penilaian hasil belajar perlu dilakukan secara seimbang antara ranah
kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomorik
(keterampilan). Ketiga ranah itu dikenal dengan istilah Bloom’s Taxonomy
(taksonomi bloom).
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif ini mengacu pada Taksonomi Bloom yang sudah direvisi,
meliputi kemampuan pengembangan keterampilan intelektual (knowledge) dengan
tingkatan-tingkatan sebagai berikut.37
1) Menghafal/mengingat (remember)
Menghafal atau mengingat adalah menarik kembali informasi yang
tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif
yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa
menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan
dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan
terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif:
a) Mengenali (recognizing); mencakup proses kognitif untuk menarik kembali
informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang agar dapat
membandingkan dengan informasi yang baru.
b) Mengingat (recalling); menarik kembali informasi yang tersimpan dalam
memori jangka panjang dengan menggunakan petunjuk yang ada.
2) Memahami (understand)
Memahami adalah mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke
dalam skema yang telah ada dalam pemikiran peserta didik. Kategori memahami
mencakup tujuh proses kognitif:
37 Peter W. Airasian, dkk., A Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing, (New York: Longman, 2001), h. 67-68.
32
a) Menafsirkan (interpreting); mengubah dari satu bentuk informasi ke bentuk
informasi yang lainnya, misalnya dari kata-kata ke grafik atau gambar, atau
sebaliknya. Misalnya meringkas atau membuat parafrase.
b) Memberikan contoh (exemplifying); memberikan contoh dari suatu konsep
atau prinsip yang bersifat umum. Memberikan contoh menuntut kemampuan
mengidentifikasi ciri khas suatu konsep dan selanjutnya menggunakan ciri
tersebut untuk membuat contoh.
c) Mengklasifikasikan (classifying); mengenali bahwa sesuatu (benda atau
fenomena) masuk dalam kategori tertentu. Termasuk dalam kemampuan
mengkelasifikasikan adalah mengenali ciri-ciri yang dimiliki suatu benda
atau fenomena.
d) Meringkas (summarizing); membuat suatu pernyataan yang mewakili
seluruh informasi atau membuat suatu abstrak dari sebuat tulisan. Meringkas
menuntut peserta didik untuk memilih inti dari suatu informasi dan
meringkasnya.
e) Menarik inferensi (inferring); menemukan suatu pola dari sederetan contoh
atau fakta. Contoh: memprediksikan perkembangan suatu populasi dalam
sebuah komunitas berdasarkan data perkembangan populasi selama 10 tahun
terakhir.
f) Membandingkan (comparing); mendeteksi persamaan dan perbedaan yang
dimiliki dua objek atau lebih.
g) Menjelaskan (explaining); mengkonstruk dan menggunakan model sebab-
akibat dalam suatu sistem.
3) Mengaplikasikan (applying)
Mengaplikasikan yaitu mencakup penggunaan suatu prosedur guna
menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan
berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori
ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua
macam proses kognitif:
33
a) Menjalankan (executing); menjalankan suatu prosedur rutin yang telah
dipelajari sebelumnya. Langkah-langkah yang diperlukan sudah tertentu dan
juga dalam urutan tertentu.
b) Mengimplementasikan (implementing); memilih dan menggunakan prosedur
yang sesuai untuk menyelesaikan tugas yang baru.
4) Menganalisis (analyzing)
Menganalis maksudnya menguraikan suatu permasalahan atau objek ke
unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur
tersebut. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis:
a) Menguraikan (differentiating); menguraikan suatu struktur dalam bagian-
bagian berdasarkan relevansi, fungsi dan penting tidaknya.
b) Mengorganisir (organizing); mengidentifikasi unsur-unsur suatu keadaan
dan mengenali bagaimana unsur-unsur tersebut terkait satu sama lain untuk
membentuk suatu struktur yang padu.
c) Menemukan pesan tersirat (attributting); menemukan sudut pandang, bias,
dan tujuan dari suatu bentuk komunikasi.
5) Mengevaluasi (evaluate)
Mengevalusai adalah membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan
standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini:
a) Memeriksa (checking); menguji konsistensi atau kekurangan suatu karya
berdasarkan kriteria internal (kriteria yang melekat dengan sifat produk
tersebut). Contoh: memeriksa apakah kesimpulan yang ditarik telah sesuai
dengan data yang ada.
b) Mengritik (critiquing); menilai suatu karya baik kelebihan maupun
kekurangannya, berdasarkan kriteria eksternal. Contoh: menilai apakah
rumusan hipotesis sesuai atau tidak (sesuai atau tidaknya rumusan hipotesis
dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang penilai).
34
6) Membuat/menghasilkan karya (create)
Menghasilkan karya maksudnya adalah menggabungkan beberapa unsur
menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong
dalam kategori ini, yaitu:
a) Membuat (generating); menguraikan suatu masalah sehingga dapat
dirumuskan berbagai kemungkinan hipotesis yang mengarah pada
pemecahan masalah tersebut. Contoh: merumuskan hipotesis untuk
memecahkan permasalahan yang terjadi berdasarkan pengamatan di
lapangan.
b) Merencanakan (planning); merancang suatu metode atau strategi untuk
memecahkan masalah. Contoh: merancang serangkaian percobaan untuk
menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
c) Memproduksi (producing); membuat suatu rancangan atau menjalankan
suatu rencana untuk memecahkan masalah. Contoh: mendesain (atau juga
membuat) suatu alat yang akan digunakan untuk melakukan percobaan.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah suatu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai
interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial.38 Jadi dalam
penilaian ranah afektif peserta didik dituntut memberikan responnya yang
melibatkan sikap atau nilai terhadap proses pembelajaran. Ciri-ciri hasil belajar
ranah efektif ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku,
seperti; perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi serta minat belajar,
dan sebagaianya.
Oleh karena itu, guru mempunyai tugas bukan hanya meningkatkan nilai
pengetahuannya tetapi bertugas pula membangkitkan minat belajar peserta didik.
Sehingga diharapkan sikap peserta didik terhadap semua pelajaran bernilai positif.
Dengan demikian akan terjadi usaha yang sinergi untuk meningkatkan kualitas
38 Hamzah B. Uno, Satria Koni, Assesment Pembelajaran, Ed. 1, Cet. 1, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 63.
35
proses pembelajaran. Krathwohl dan kawan-kawan merinci ranah efektif ini
menjadi lima jenjang, yaitu:39
1) Penerimaan (reciving/attending)
Penerimaan merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu fenomena
atau stimulus tertentu. Misalnya mendengarkan secara seksama penjelasan guru
tentang alat-alat laboratorium sebelum digunakan.
2) Menanggapi (responding)
Menanggapi berkaitan dengan memberikan respon sebagai partisipasi aktif
dalam suatu kegiatan. Seperti menyelesaikan tugas laboratorium, mengikuti
diskusi kelas, serta menyelesaikan tugas terstruktur lain.
3) Penilaian (valuing)
Penilaian yaitu nilai dan kepercayaan terhadap stimulasi yang datang.
Seperti menunjukan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi (penghargaan), sikap
ilmiah atau kesungguhan (komitmen), untuk melakukan suatu kehidupan sosial.
Contohnya; menunjukkan rasa bertanggung jawab terhadap alat-alat laboratorium
yang dipakainya dalam praktikum.
4) Mengorganisasi (organization)
Pengorganisasian adalah pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain. Seperti menyadari
pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, memahami dan menerima
kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
5) Karakteristik (characterization)
Karakteristik merupakan puncak proses internalisasi nilai dalam diri
seseorang. Internalisasi yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Contohnya:
rajin, tepat waktu, berdisiplin diri dan dapat menilai serta mengajukan saran
perbaikan/solusi masalah.
39 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 20.
36
c. Ranah Psikomotorik
Berkaitan dengan psikomotor, Bloom berpendapat bahwa ranah
psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik.40 Keterampilan
itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau
sekumpulan tugas tertentu. Oleh karena itu, hasil belajar psikomotor tidak dapat
diabaikan khususnya pada pelajaran IPA yang memungkinkan peserta didik untuk
melakukan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian
secara matematis tentang fenomena-fenomena alam yang terjadi.
Pada ranah psikomotorik menurut Bloom dan kawan-kawan, pada ranah
psikomotor terdiri dari tijuh aspek:41
1) Persepsi; menyadari stimulus, menyeleksi stimulus terarah sampai
menerjemahkannya dalam pengamatan stimulus terarah kepada kegiatan yang
ditapilkan.
2) Kesiapan; berkaitan dengan kesiapan melakukan sesuatu kegiatan tertentu,
ternasuk kesiapan mental, fisik, dan emosional.
3) Respon terpimpin; meliputi kemampuan meniru gerakan, gerakan coba-coba,
dan performansi yang memadai yang menjadi tolak ukur.
4) Mekanisme; merupakan kebiasaan yang berasal dari respons yang dipelajari,
gerakan yang dilakukan dengan mantap, penuh keyakinan dan kemahiran.
5) Respon kompleks; berkaitan dengan gerak motorik yang memerlukan pola
gerakan yang kompleks.
6) Penyesuaian; berkaiatan dengan pola gerakan yang telah berkembang dengan
baik, sehingga seseorang dapat merubah pola gerakannya agar sesuai dengan
situasi yang dihadapinya.
7) Mencipta; keterampilan tingkat tinggi diman pada tingkatan ini seseorang
memiliki kemampuan untuk menghasilkan pola-pola gerakan baru agar sesuai
dengan situasi yang dihadapinya.
40 Depdiknas, Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotor. 2006. 41 Zulfiani, dkk., op. cit., h. 68-69.
37
Penilaian hasil belajar peserta didik pada ranah psikomotor akan nampak
dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.42 Tes untuk
mengukur ranah psikomotor adalah tes mengukur penampilan atau kinerja
(performance) peserta didik. Menurut Lunetta dkk. Ada empat jenis tes penilaian
psikomotor, yaitu:43
1) Tes paper and pencil; walaupun aktivitasnya seperti tes tulis, namun yang
menjadi sasarannya adalah kemampuan peserta didik dalam menampilkan
karya. Misalnya berupa desain alat, desain grafis, dll.
2) Tes identifikasi; tes ini lebih ditunjukkan untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam mengidentifikasi sesuatu hal. Contohnya menemukan
bagian yang rusak atau yang tidak berfungsi dari alat.
3) Tes simulasi; tes ini dilakukan bila tidak alat yang sesungguhnya yang dapat
dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga dengan
simulasi tetap dapat dinilai apakah peserta didik sudah menguasai
keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau seolah-olah menggunakan
suatu alat.
4) Tes unjuk kerja (work sample); tes ini dilakukan dengan alat yang
sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah
menguasai atau sudah terampil menggunakan alat tersebut.
Jadi, dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus
mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat
proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau
sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
4. Metode Eksperimen
Makna belajar dan pembelajaran sains adalah pendidikan yang lebih
menekankan pembentukkan kompetensi peserta didik melalui peningkatan
motivasi dan kreativitas peserta didik. Kreativitas peserta didik akan berkembang
42 Masnur Muslich, Authentic Assessment; Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 48. 43Asep Jihad, Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Presindo, cet. III 2010), h.
38
jika diikuti dengan menerapkan metode-metode pembelajaran yang dapat
mengefektifkan kegiatan belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
Metode mengajar diartikan sebagai cara mengajar yang digunakan oleh
guru atau instruktur ketika menyampaikan bahan ajar atau materi pelajaran.44
Metode mengajar adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan
satuan atau unit materi pelajaran dengan memusatkan pada keseluruhan proses
atau situasi belajar untuk mencapai tujuan.45 Setiap guru harus mempunyai
keterampilan dalam memilih metode mengajar yang tepat untuk digunakan ketika
menyampaikan bahan ajar. Karena salah satu keberhasilan implementasi
pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode
pembelajaran.
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, di mana peserta didik
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajari.46 Menurut Ratna Wilis Dahar, metode eksperimen adalah salah satu
cara penyampaian suatu pelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk melakukan kegiatan yang dikenal dengan keterampilan proses IPA,
yang meliputi; mengamati, menafsirkan, pengamatan, meramalkan, menggunakan
alat dan bahan, menerapkan konsep, berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan.47
Zulfiani dkk, mengemukakan bahwa metode eksperimen adalah metode
mengajar dengan cara mempraktekkan langsung untuk menguji atau membuktikan
suatu konsep yang sedang dipelajari. Metode ini diyakini sebagai metode yang
paling tepat dalam mengajarkan konsep-konsep sains, karena sains berasal dari
hal-hal yang bersifat fakta.48
44 Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 96. 45 Moh Amien. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”. (Jakarta : Departemen Pendidikikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi), 98. 46 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ; edisi revisi, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), h. 84. 47 Ratna Wilis Dahar, Dasar-dasar Teori Pendidikan, (), h. 52-53. 48 Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains. (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009). h.104.
39
Eksperimen bisa dilakukan pada suatu laboratorium atau diluar
laboratorium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat,
karena itu dapat dimasukkan kedalam metode pembelajaran.49 Dengan demikian,
dalam metode eksperimen peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami
sendiri atau melakukan sendiri, mengamati suatu objek, menganalisis,
membuktikan sebuah konsep atau hukum, serta dapat menarik kesimpulan atas
proses yang dialaminya. Dalam pelaksanaan metode eksperimen peran guru pun
sangat penting, khususnya berkaitan dengan ketelitian, kecermatan, dan
penggunaan alat-alat labotarorium sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan
dalam memaknai kegiatan eksperimen ini.
a. Tahapan Mengajar Metode Eksperimen
Keterampilan mengajar eksperimen dapat dipisahkan menjadi tiga tahap,
yaitu persiapan, pelaksanaan dan penutup.50
1) Keterampilan menyiapkan eksperimen.
Pada tahap persiapan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Menentukan tujuan pengajaran dan tujuan eksperimen.
b) Mengidentifikasi variabel-variabel eksperimen yang akan diselidiki sesuai
dengan topik pelajaran.
c) Merancang percobaan untuk eksperimen. Dalam kegiatan ini guru
menterjemahkan informasi dan prinsip verbal dari topik yang dipelajari
menjadi informasi dan prinsip yang tervisualisasikan melalui eksperimen.
d) Merancang prosedur pelaksanaan eksperimen, yaitu langkah kegiatan
pembelajaran dalam eksperimen yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti
dan kegiatan penutup.
2) Pelaksanaan eksperimen.
Pada tahap pelaksanaan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
49 Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung : Alfabeta, 2010), h.220. 50 Pudyo Susanto, Keterampilan Dasar Mengajar IPABerbasis Kontruktivisme, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2002), h. 68-69.
40
a) Pada kegiatan awal, eksperimen dimaksudkan untuk menyajikan fenomena
dalam rangka menimbulkan konflik kognitif, menggali pengetahuan awal
siswa dan memotivasi belajar peserta didik. Keterampilan guru yang
diperlukan diantarannya adalah sebagai berikut:
(1) Memandu peserta didik untuk menjalankan eksperimen. Keterampilan
ini diperlukan karena eksperimen biasanya dilaksanakan oleh
beberapa kelompok kecil.
(2) Memandu peserta didik untuk memusatkan perhatiannya pada
informasi yang esensial khususnya yang menimbulkan konflik
kognitif.
(3) Menggali pengetahuan awal peserta didik dan memotivasi peserta
didik, kegiatan ini didahului dengan meminta peserta didik untuk
menghentikan eksperimen. Selanjutnya, guru mengajukan masalah
yang dapat menimbulkan konflik kognitif dan mengevaluasi jawaban
peserta didik. Dengan begitu pengetahuan awal peserta didik dapat
digali.
b) Pada kegiatan inti, keterampilan guru yang diperlukan adalah sebagai
berikut:
(1) Guru membimbing penemuan masalah dan hipotesis. Tanya jawab
pada penggalian pengetahuan awal diteruskan ke tanya jawab untuk
menemukan masalah yang terkait dengan konsep/prinsip yang
dipelajari dan diteruskan lagi sampai ditemukan hipotesis.
(2) Guru juga membimbing kerja kelompok, setelah hipotesis dirumuskan
peserta didik dipandu untuk melanjutkan eksperimen lanjutan.
Kegiatan ini merupakan kegiatan kerja kelompok kecil atau
perseorangan.
(3) Guru membimbing diskusi kelompok keci untuk pencatatan data,
analisis data dan penarikan kesimpulan. Kegiatan ini dapat dilakukan
dikelompok kecil atau secara klasikal.
41
3) Mengakhiri ekspeimen.
Pada tahap penutup meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Memberikan pemantapan. Setelah kegiatan eksperimen berakhir guru
memberi pamanasan dapat berupa pertanyaan aplikatif atau memberi
masalah baru untuk dipecahkan melalui eksperimen di luar jam pertemuan.
b) Mengevaluasi tes belajar. Tes formatif dapat dilaksanakan secara informal
(tanya jawab) atau formal (tertulis). Tes sebaiknya mengukur hasil belajar
melalui pengalaman langsung (tes penampilan).
c) Membimbing peserta didik untuk mengemas, mengembalikan peralatan
dan membersihkan ruang belajar secara rapi. Ini merupakan kegiatan untuk
latihan pengembangan sikap.
b. Jenis-jenis Metode Eksperimen
Ada beberapa jenis metode ekperimen, yaitu: eksperimen sederhana,
ekperimen terkontrol, dan ekperimen berujung-terbuka.51
1) Eksperimen sederhana
Banyak permasalahan IPA yang dapat dipecahkan dengan eksperimen
sederhana, sehingga tidak memerlukan tahapan-tahapan kerja yang terpisah untuk
menyelesaikannya. Langkah dari ekperimen sederhana ini adalah pengajuan
masalah, pelaksanaan percobaan untuk pengamatan, dan pengambilan kesimpulan.
Dalam eksperimen sederhana tidak perlu dilakukan pengontrolan terhadap variabel-
variabel bebas yang tidak dipelajari, karena pengaruhnya terhadap veriabel terikat
dapat diabaikan atau memang tidak ada variabel lain yang berpengaruh kecuali
variabel yang sedang dipelajari.
Contohnya; “Apakah cahaya datang melalui sebuah cermin datar akan
dipantulkan?”. Hal seperti ini cukup dipecahkan dengan percobaan yang dilakukan
dengan mengarahkan sinar terhadap cermin datar, kemudian mengamati bahwa
seberkas sianar datang pada cermin datar akan dipantukan sama besar.
51 Ibid.
42
2) Eksperimen terkontrol
Banyak fenomena-fenomena alam yang terjadi tidak dapat langsung
diamati, ini karena adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang
diamati. Sehingga diperlukan tindakan atau perlakuan untuk membandingkan
hasilnya. Misalnya, ada suatu tamanan pot baru yang tanahnya diberi urea,
pertumbuhannya subur. Tetapi tidak dapat disimpulkan begitu saja bahwa yang
menyebabkan subur adalah zat urea, karena mungkin ada faktor lain yang
mempengaruhi tingkat kesuburan tanaman itu.
Maka dalam pelaksanaan ekperimen terkontrol, ada langkah-langkah yang
perlu dilaksanakan, meliputi:
a) Pengajuan masalah.
b) Pengajuan hipotesis.
c) Pengontrolan variabel; membuat perlakuan variabel bebas dan
mengendalikan varibel kontrol.
d) Pelaksanaan eksperimen.
e) Pengolahan data.
f) Pengambilan kesimpulan; kesimpulan ini merupakan jawaban yang pasti
(bersifat tertutup), maka tidak perlu dipertanyakan kebenarannya, atau tidak
mengundang munculnya masalah baru.
3) Eksperimen berujung-terbuka
Metode ekperimen berujung-terbuka memiliki langkah-langkah yang sama
dengan eksperimen terkontrol. Yang membedakan antara keduanya adalah pada
eksperimen berujung-terbuka kesimpulan dari jawaban masalah masih terbuka.
Artinya kesimpulan dari suatu masalah dapat menimbulkan masalah yang baru atau
hipotesis baru (lebih kompleks). Disamping itu, pada eksperimen sederhana dan
terkontrol, hipotesis dan rancangan kegiatan eksperimen disiapkan oleh guru,
sedangkan pada ekperimen terbuka peserta didik dapat diminta untuk menemukan
masalah, menyusun hipotesis, dan membuat rancangan ekperimen sendiri.
43
c. Kelebihan Metode Eksperimen
Metode eksperimen memiliki beberapa kelebihan yaitu sebagai berikut:52
1) Peserta didik dirangsang berpikir kritis, tekun, jujur, mau bekerja sama, terbuka
dan objektif.
2) Peserta didik dirangsang untuk memiliki keterampilan proses sains, seperti
mengamati, menginterpretasi, mengelompokkan, mengajukan pertanyaan,
merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, mengkomunikasikan
dan melakukan eksperimen.
3) Peserta didik belajar secara konstruktif tidak bersifat hafalan, sehingga
pemahamannya terhadap suatu konsep bersifat mendalam dan bertahan lama.
4) Peserta didik ditempatkan pada situasi belajar yang penuh tantangan, sehingga
tidak mudah bosan.
5) Peserta didik konsentrasinya terarahkan pada kegiatan pembelajaran.
6) Peserta didik lebih mudah memahami suatu konsep yang bersifat abstrak.
d. Kelemahan Metode Eksperimen
Selain mempunyai kelebihan, metode eksperimen juga memiliki kelemahan,
antara laian:53
1) Memerlukan waktu yang relatif lama.
2) Memerlukan alat dan bahan yang cukup dan terkadang sulit ditemukan atau
mahal harganya.
3) Guru harus membuat perencanaan kegiatan eksperimen yang matang, hal ini
nenuntut guru menguasai konsep yang akan diuji atau dibuktikan dalam
kegiatan eksperimen.
4) peserta didik dituntut terlebih dahulu memiliki landasan berpikir, sehingga
mengetahui secara jelas tujuannya melakukan eksperimen dan kesimpulan yang
diambilnya relevan dengan konsep yang sedang diuji.
5) Cenderung memerlukan ruang khusus (laboratorium), untuk lebih leluasa
melakukan eksperimen.
52 Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 104. 53 Ibid., h. 105.
44
5. Konsep Cahaya
Konsep fisika yang diambil dalam penelitian adalah salah satu konsep yang
terdapat di kelas VIII SMP semester genap, yaitu konsep cahaya. Materi pokok ini
mengcu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tercantum dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Konsep cahaya secara
garis besar dapat dilihat pada peta konsep di bawah ini:
Gambar 2.1 Peta Konsep Cahaya
Hakikat cahaya adalah energi yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Tanpa cahaya aktivitas kita akan terbatasi. Cahaya juga merupakan salah satu
bentuk gelombang. Cahaya dapat merambat di ruang hampa udara, karena termasuk
jenis gelombang elektromagnetik. Jika cahaya mengenai suatu benda, seperti halnya
gelombang mekanik, cahaya tersebut dapat dipantulkan dan dibiaskan.
45
a. Sifat cahaya merambat lurus
Cahaya dapat merambat lurus ke semua arah. Buktinya, saat berjalan di
kegelapan kita memerlukan senter. Cahaya dari lampu senter arah rambatannya
menurut garis lurus. Atau ketika kita melihat cahaya matahari yang menerobos
masuk melalui genting. Kedua hal tersebut membuktikan bahwa cahaya merambat
lurus. Perhatikan gambar berikut.
Gambar 2.2 Bayang-bayang gelap (umbra) dan bayang-bayang semu (penumbra) terbentuk oleh sumber cahaya yang lebih besar dari bendanya
Dari gambar di atas, cahaya yang sedang merambat mengenai benda yang
tidak tembus cahaya (apaque), cahaya tersebut akan terhalang. Hal ini terbukti,
ruangan di belakang benda tersebut gelap sehingga terjadi bayang-bayang benda.
Biasanya, bayang-bayang yang terbentuk ada dua macam, yaitu bayang-banyang
inti (umbra), dan bayang-bayang kabur (penumbra).
b. Pemantulan cahaya
Pemantulan cahaya pada permukaan rata diamati pertama kali oleh
seorang ilmuwan Belanda yang bernama Willebrord Snellius. Maka dikenal
dengan hukum Snellius. Pemantulan cahaya sesuai dengan hukum pemantulan
yang dikemukakan oleh Snellius yaitu:
(1) Sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada satu bidang
datar.
(2) Sudut datang sama dengan sudut pantul.
1) Cermin datar
Cermin datar adalah cermin yang bentuk permukaannya datar. Bayangan
yang terbentuk karena berkas cahaya mengenai suatu benda yang rata akan
dipantulkan secara teratur. Perhatikan gambar di bawah ini
46
Gambar 2.3 Pembentukan bayangan pada cermin datar
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sifat bayangan yang
terbentuk pada cermin datar adalah; maya, tegak, sama besar, sama jarak, dan
sifatnya terbalik antara kiri-kanan. Bila benda diletakan di antara dua cermin datar
yang membentuk sudut α, maka bayangan yang terbentuk dapat kita hitung
dengan persamaan:
푛 =360훼 − 1
Keterangan: n : banyaknya bayangan α : sudut yang terbentuk 1 : konstanta
2) Cermin cekung
Cermin cekung (cermin konkaf/cermin positif) adalah cermin yang
permukaannya lengkung seperti permukaan bola. Cermin cekung memiliki sifat
mengumpulkan cahaya (konvergen). Adapun tiga sinar istimewa pada cermin
cekung adalah sebagai berikut:
a) Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus.
b) Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
c) Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan
melalui titik kelengkungan itu juga.
Bila digambarkan seperti gambar di bawah ini.
47
Gambar 2.4 Tiga Sinar Istimewa Cermin Cekung
Untuk mengagmbar bayangan benda pada cermin cekung dapat
menggunakan dua dari tiga sinar istimewa di atas. Sifat bayangan yang terbentuk
tergantung pada posisi benda terhadap cermin. Untuk memudahkan mengingat
posisi atau letak dan sifat-sifat bayangan suatu benda yang diletakkan pada cermin
cekung, yaitu dengan menggunakan metode penomoran ruangan (delil esback),
seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.5 Bagian-bagian ruangan pada cermin cekung
Jadi, untuk menentukan posisi bayangan suatu benda bisa menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
(1) Jika benda berada di ruang II dan III (lebih besar dari jarak fokus),
bayangan yang terbentuk bersifat nyata, diperkecil dan terbalik.
(2) Jika benda berada di ruang I (jaraknya lebih kecil dari jarak fokus),
bayangan yang terbentuk bersifat maya, diperbesar dan sama tegak.
(3) Bila benda berada di tempat jauh tak terhingga, bayangannya terletak
pada titik fokus dan mempunyai sifat nyata, diperkecil,dan terbalik.
(4) Bayangan nyata terletak di depan cermin dan bayangan maya terletak
di belakang cermin. Bayangan nyata adalah bayangan yang terbentuk
푛표푚표푟푟푢푎푛푔푙푒푡푎푘푏푒푛푑푎 + 푛표푚표푟푙푒푡푎푘푏푎푦푎푛푔푎푛푏푒푛푑푎 = 5
48
oleh perpotongan sinar pantul. Sedangkan bayangan maya adalah
bayangan yang terbentuk oleh perpanjangan sinar-sinar pantul (garis
putus-putus).
Persamaan yang berlaku untuk cermin cekung adalah sebagai berikut:
= + karena f = 푅
maka bisa juga menggunakan persamaan: 2푅 =
1푆 +
1푆
Keterangan: f : titik fokus (m) So : jarak benda (m) Si : jarak bayangan (m) R : jari-jari kelengkungan (m)
Sedangakan untuk mengetahui perbesaran bayangan didefinisikan sebagai
perbandingan ukuran bayangan dengan ukuran bendanya. Secara matematis dapat
ditulis menjadi:
푀 =푆푆
=ℎℎ
Keterangan: M : perbesaran bayangan (m) SO : jarak benda (m) Si : jarak bayangan (m) hO : tinggi benda (m) hi : tinggi bayangan (m)
Cermin cekung banyak dimanfaatan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya
sebagai berikut:
(1) Kaca rias, Cermin cekung dengan fokus yang besar dapat dijadikan
kaca rias, karena menghasilkan bayangan yang diperbesar.
(2) Parabola, cermin cekung banyak digunakan sebagai parabola karena
sifatnya yang mengumpulkan gelombang.
49
(3) Teropong, cermin cekung digunakan pada teropong pantul pengganti
lensa okuler.
(4) Sebagai pengumpul sinar matahari pada Pembangkit Listrik Tenaga
Surya.
3) Cermin cembung
Cermin cembung (cermin konveks/cermin negatif) adalah cermin yang
permukaannya melengkung keluar. Cermin cembung selalu menyebarkan cahaya
(divergen). Sehingga sinar-sinar yang dipantulkan pada cermin cembung seolah-
olah berasal dari titik fokus menyebar keluar. Oleh karena itu pada perhitungan
titik fokus (titik api) pada cermin cembung bernilai negatif karena bersifat maya
(semu).
Adapun tiga sinar istimewa yang dimiliki cermin cembung adalah sebagai berikut:
a) Sinar yang datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah dari
titik fokus.
b) Sinar yang datang menuju fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
c) Sinar yang datang menuju pusat kelengkungan akan dipantulkan kembali.
Bila digambarkan seperti gambar di bawah ini.
Gambar 2.6 Tiga Sinar Istimewa Cermin Cembung
Sama halnya dengan pembentukan bayangan pada cermin cekung,
pembentukan bayangan pada cermin cembung juga dengan menggunakan dua sinar
istimewa cermin cembung. Tetapi bayangan yang terbentuk selalu dibelakang
cermin dengan sifat maya, sama tegak, dan diperkecil. Untuk mengetahui jarak
benda, jarak bayangan dan perbesarannya dapat menggunakan persamaan: 1푓 =
1푆 +
1푆
50
Persamaan untuk perbesaran bayangan:
푀 =푆푆 =
ℎℎ
Keterangan: f : titik fokus (m) SO : jarak benda (m) Si : jarak bayangan (m) M : perbesaran bayangan (m) hO : tinggi benda (m) hi : tinggi bayangan (m) nilai f dan Si selalu negatif.
Dengan sifat bayangan yang terbentuk selalu dibelakang cermin, maya,
sama tegak, dan diperkecil maka cermin cembung banyak digunakan untuk:
(1) Kaca spion pada kendaraan.
(2) Kaca pengintai pada supermarket.
(3) Kaca spion pada tikungan jalan.
c. Pembiasan cahaya
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya
karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Sinar bias akan
mendekati garis normal ketika sinar datang dari medium kurang rapat (udara) ke
medium lebih rapat (kaca). Dan jika cahaya merambat dari medium lebih rapat
(kaca) ke medium kurang rapat (udara), maka sinar bias akan menjauhi garis
normal. Perhatikan gambar berikut.
Gambar 2.7 Pembiasan pada kaca plan paralel
Pembelokan ini terjadi karena cepat rambat cahaya dalam medium satu
dengan yang lain berbeda-beda. Perbandingan cepat rambat cahaya di ruang hampa
51
dan cepat rambat cahaya dalam medium disebut indeks bias. Secara sistematis
dirumuskan:
푛 =푐푐
Keterangan: n : indeks bias c : cepat rambat cahaya di ruang hampa (3 · 108 m/s) cn : cepat rambat cahaya dalam medium (m/s)
indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 (artinya, n ³1).
Pada pembiasan juga berlaku hukum Snellius, yang berbunyi sebagai berikut:
(1) Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak dalam satu bidang
datar.
(2) Perbandingan antara proyeksi sinar datang dan proyeksi sinar bias pada
bidang batas merupakan bilangan tetap.
1) Pembiasan lensa cekung
Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya berbentuk cekung lebih
tipis dari bagian tepinya. Jika sinar-sinar sejajar dikenakan pada lensa cekung, sinar-
sinar biasnya akan menyebar seolah-olah berasal dari satu titik yang disebut titik
fokus. Titik fokus lensa cekung bersifat maya atau semu dan bernilai negatif. Ada
tiga sinar-sinar istimewa lensa cekung, yaitu:
a) Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik
fokus.
b) Sinar datang menuju titik fokus akan dibiaskan sejajar sumbu utama.
c) Sinar datang melalui pusat optik akan diteruskan tanpa dibiaskan.
Bila disajikan dalam bentuk gambar adalah sebagai berikut:
Gambar 2.8 Tiga Sinar Istimewa Lensa Cekung
52
Lensa cekung juga memiliki beberapa jenis lensa, yaitu: lensa konveks konkaf;
lensa yang salah satu permukaannya berbentuk bidang cekung dan permukaan
lainnya berbentuk bidang cembung. Lensa plan konkaf; lensa cekung yang salah
satu permukaannya berbentuk bidang datar. Dan lensa bikonkaf; lensa cekung
yang kedua permukaannya berupa bidang cekung.
2) Pembiasan lensa cembung
Lensa cembung atau lensa konveks merupakan lensa yang bersifat
mengumpulkan cahaya (konvergen). Berbeda dengan lensa cekung, jari-jari
kelengkungan lensa cembung bernilai positif. Lensa cembung ada tiga macam,
yaitu: lensa bikonveks (cembung ganda), lensa plankonveks (cembung datar), lensa
konkaf konveks (meniskus cembung/cembung cekung). Lensa cembung juga
memiliki sinar-sinar istimewa, yaitu sebagai berikut.
a) Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus.
b) Sinar datang melalui titik fokus dibiaskan sejajar sumbu utama.
c) Sinar datang melalui titik pusat optik tidak dibiaskan melainkan diteruskan.
Gambar 2.9 Tiga Sinar Istimewa Lensa Cembung
Untuk menggambarkan bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
menggunakan dua sinar istimewanya masing-masing. Bayangan benda diperoleh
dari perpotongan atau perpanjangan dua sinar bias tersebut. Persamaannya adalah
sebagai berikut: 1푆 +
1푆 =
1푓 푀 =
푆 푎푡푎푢푀 =
ℎℎ
Keterangan: So : jarak benda (m) M : perbesaran bayangan Si : jarak bayangan (m) ho : tinggi benda (m)
53
f : jarak fokus (m) hi : tinggi bayangan (m)
Dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 2.5 Ketentuan pada Lensa Lensa Cekung Lensa Cembung
f = negatif (f < 0) f = posiif (f > 0) Si = negatif (Si < 0) So = positif (So > 0)
Lensa memiliki kekuatan untuk memfokuskan sinar-sinar yang
melewatinya. Semakin kecil jarak fokus, semakin besar kekuatan lensa tersebut.
Adapun persamaanya adalah:
푃 =1푓
Keterangan: P : kekuatan lensa (dioptri) f : jarak fokus (m)
Kegunaan lensa sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya: kaca
mata, kamera, mikroskop, lup, teleskop, dan OHP.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penelitian-penelitian yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berikut ini adalah beberapa penelitian
yang relevan dengan penelitian yang dilakukan:
1. Ana Ratna Wulan (2008), dengan jurnalnya yang berjudul “Skenario Baru Bagi
Implementasi Asesmen Kinerja pada Pembelajaran Sains di Indonesia”.
Asesmen kinerja telah direkomendasikan oleh para ahli asesmen sebagai
penilaian otentik pada pembelajaran sains. Besarnya potensi asesmen kinerja
dalam menilai kemampuan proses sains belum dimanfaatkan oleh sebagian
besar guru sains. Besarnya jumlah peserta didik, tingginya beban mengajar guru
dan keterbatasan waktu mengakibatkan asesmen tersebut tidak dapat
dilaksanakan di sekolah. Prosedur asesmen kinerja yang ditawarkan oleh para
ahli asesmen juga terlalu rumit sehingga sulit dipelajari dan sulit dilaksanakan
pada pembelajaran sehari-hari. Belum ada metode praktis bagi pelaksanaan
asesmen kinerja pada setting pembelajaran sains di Indonesia. Sehingga tes
54
kognitif masih dijadikan sebagai alat penilaian utama pada pembelajaran sains.
Studi mendalam selama lima tahun telah menghasilkan suatu skenario baru bagi
implementasi asesmen kinerja yang sesuai dengan konteks pembelajaran sains
seharihari di sekolah.54
2. I Wayan Suastra (2007), dengan jurnalnya yang berjudul “Pengembangan
Sistem Asesmen Otentik dalam Pembelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas
(SMA)”. Perangkat asesmen otentik yang dikembangkan adalah penilaian
kinerja dengan menggunakan metode IDI (Instructional Model Institute). Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa sistem asesmen otentik yang
diimplementasikan dalam tiga model pembelajaran (inkuiri terbimbing,
pembelajaran berbasis masalah, dan pendekatan stater eksperimen) secara
konsisten dapat meningkatkan kompetensi dasar fisika dengan skor rerata secar
berturut-turut untuk setiap model pembelajran adalah 70.8 (kualifikasi baik),
79.8 (kulifikasi baik), 78.1 (kualifikasi baik). Respon siswa terhadap asesmen
otentik yang dikembangkan dalam pembelajaran fisika sangat positif. Dengan
demikian disarankan kepada guru-guru fisika agar menerapkan sistem asesmen
otentik melalui berbagai metode pembelajran inovatif lainnya.55
3. Subroto (2012), makalah pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan
Penerapan MIPA: “Trend” dan “Isu” tentang Penilaian dalam Pembelajaran
Sains-Fisika”. Belaiau memaparkar bahwa penilaian dipandang sebagai alat
untuk mengukur hasil hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
penyelarasan antara penilaian dengan pembelajaran, agar diperoleh suatu
penilaian yang mempunyai manfaat yang lebih luas. Dari beberapa isu dan
trend yang berkembang dalam pembelajaran saat ini dapat disimpulkan bahwa
disarankannya penggunaan penilaian kinerja dalam suatu pembelajaran, karena
mempunyai kontribusi untuk mengaktifkan dan memberi motivasi, ketrampilan
berpikir kreatif, kepercayaan diri, serta rasa ingin tahu peserta didik dalam belajar
54 Ana Ratna Wulan, Skenario Baru Bagi Implementasi Asesmen Kinerja pada Pembelajaran Sains di Indonesia, Jurnal Pendidikan, 3, 2008, h. 4-22. 55 I. Wayan Suastra, Pengembangan Sistem Asesmen Otentik dalam Pembelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA), Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, 1, 2007, h. 21.
55
sains. Namun kesulitan utama yang dihadapi peserta didik adalah penggunaan
waktu dan menentukan topik.56
4. Douglas G. Wren, Ed.D. (2009), dengan jurnal Perfoemance Assessment: “A
Key Component of A Balnced Assessment System”. Performance assessment is
used to evaluate higher-order thinking and the acquisition of knowledge,
concepts, and skills required for students to succeed in the 21st century
workplace. Performance assessment has other advantages over the traditional
assessments that are more commonly used in schools today. Students are able
to recognize real-life connections with performance assessments. Additionally,
students are generally more motivated by high-quality performance
assessments, which have the capacity to measure higher-order thinking skills
and other abilities needed to achieve success in the contemporary workplace.
However, a great deal of time and effort must be invested to ensure that
performance assessments and the rubrics used to score them are reliable and
yield valid results. Although performance assessments will never completely
replace traditional tests, they can be effectively utilized by schools and
divisions to complement other types of assessment within the framework of a
balanced assessment system.57
5. Bruce B. Frey, et al. (2012), dengan jurnal yang berjudul “Defining Authentic
Classroom Assessment”. Assessments are only authentic if they have meaning
or value beyond the score or grade that participation might produce. In other
words, the assessment task itself should be meaningful. This suggests that
assessments that require behaviors or cognitive operations that are not
intrinsically meaningful, (e.g. responding to multiple-choice questions on an
externally produced standardized tests) are not authentic. Conversely, the
56 Subroto, “Trend” dan “Isu” tentang Penilaian dalam Pembelajaran Sains-Fisika, Makalah pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA di Universitas Negeri Yogyakarta, 2012, h. 1-5. 57 Douglas G. Wren, Ed.D., Perfoemance Assessment: A Key Component of A Balnced Assessment System, Journal from the Department of Research, Evaluation, and Assessment, 2, 2009, pp. 1-12.
56
definition suggests that assessment tasks that are interesting, require complex
thought, and require high levels of student participation are authentic.58
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hakekat pembelajaran IPA yang merupakan suatu proses
penemuan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
ilmiah peserta didik, maka implementasi pembelajaran IPA terdapat dua fase yang
harus dinilai, yaitu fase proses belajar mengajar dan fase hasil belajar yang dicapai
oleh peserta didik. Dalam fase proses belajar mengajar yang dinilai adalah
ketrampilan menyelesaikan tugas belajar (ketrampilan proses), sedangkan fase
hasil belajar (produk) adalah penilaian akhir setelah fase proses dilalui. Kedua
fase tersebut tidak dapat dipisahkan dan hanya dapat diukur keberhasilannya
dengan alat ukur yang relevan.
Penilaian hasil belajar peserta didik sebaiknya selain menggunakan tes
objektif, perlu juga dilengkapi dengan penerapan penilaian yang mampu memberi
peluang kepada peserta didik untuk memperlihatkan pemahamannya dalam
mengaplikasikan konsep. Seperti sistem penilaian yang sedang dikembangkan saat
ini yaitu penilaian kelas yang sering disebut sebagai asesmen otentik (authentic
assessment). Penilaian otentik adalah suatu bentuk tugas yang menghendaki
peserta didik untuk menunjukkan kinerjanya yang merupakan penerapan dari
pengetahuan dan keterampilan mereka. Salah satu jenis asesmen otentik yang
digunakan adalah penilaian kinerja (performance assessment).
Penilaian kinerja adalah penelusuran produk dalam proses. Artinya, hasil-
hasil kerja yang ditunjukan peserta didik dalam proses pembelajaran digunakan
sebagai landasan perkembangan pengetahuannya. Sehingga diterapkannya teknik
penilaian kinerja diharapkan dapat melengkapi alat penilaian tes tertulis (paper
and pencil test) yang selama ini dipergunakan oleh para guru untuk mengukur
kemampuan peserta didik. Dengan demikian, kemampuan peserta didik dapat
terukur secara menyeluruh dan berkesinambungan sesuai dengan ketentuan
58 Bruce B. Frey, et al., Defining Authentic Classroom Assessment, Electronic Journal of Practical Assessment, Research & Evaluation, Vol 17, No 2, 2012, pp. 1-18.
57
kurikulum. Paparan kerangka pikir di atas jika disajikan dalam bentuk bagan, yaitu
sebagai berikut.
Bagan 2.10 Kerangka Berpikir
58
58
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Caringin Bogor, semester
genap tahun ajaran 2012/2013, sedangkan pengambilan data dilakukan pada bulan
Februari sampai dengan bulan April 2013.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
regresi linier sederhana. Metode penelitian analisis regresi linier sederhana adalah
hubungan secara linear antara satu variabel independen (X), dalam penelitian ini
adalah penilaian kinerja peserta didik dan dengan variabel dependen (Y) yaitu
hasil belajar peserta didik. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan
untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen
mengalami kenaikan atau penurunan.59 Metode penelitian ini berusaha
menemukan atau mencari hubungan antarvariabel, sebagai dasar untuk dapat
dipakai melakukan penaksiran atau peramalan atau estimasi dari hubungan
antarvariabel tersebut.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang dijadikan
sebagai sampel dalam sebuah penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VIII-8 SMP Negeri 1 Caringin Bogor dengan jumlah 30
orang. Peran subjek penelitian adalah untuk memberikan tanggapan dan informasi
terkait data yang dibutuhkan oleh peneliti, serta memberikan masukan kepada
peneliti, baik secara langsung maupun tidak langsung.
59 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penilaian Pendidikan Sains, (Jakarta: UIN Jakarta,
2008), h. 10.
59
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan dua instrumen penelitian, yaitu:
1. Penilaian Kinerja
Instrumen penilaian kinerja merupakan pedoman penilaian yang
digunakan untuk menilai kinerja peserta didik selama kegiatan eksperimen
berlangsung. Di dalam pedoman tersebut terdapat aspek yang dinilai serta krtiteria
penilaiannya. Bentuk penilaian kinerja yang digunakan berupa daftar cheklist (√).
Artinya, guru hanya memberikan tanda cheklist (√) jika kriteria tersebut dilakukan
oleh peserta didik. Ketercapaian dari kriteria-kriteria itulah yang menentukan skor
kinerja peserta didik. Adapun kisi-kisi instrumen penilaian kinerja dapat dilihat
pada lampiran C.
Sebelum digunakan, pedoman penilaian kinerja tidak di uji cobakan tetapi
dilakukan validitas isi dan keterukuran tujuan. Validitas isi dan keterukuran tujuan
dilakukan oleh ahli bidang studi. Bagi mahasiswa pendidikan sains ahli bidang
studi bisa melibatkan para guuru mata pelajaran, dosen pembimbing, dan dosen
mata kuliah sains (sesuai topik yang diteliti).60
Validitas isi dilakukan oleh tiga orang ahli, yaitu dua dosen pembimbing
dan 1 guru fisika dari sekolah tempat penelitian dilaksanakan. Validitas isi
merupakan judgement terhadap kesesuaian antara indikator pembelajaran, dimensi
penilaian, dan kriteria yang harus ditunjukan oleh peserta didik, serta bahasa yang
digunakan.Uji validitas isi ditunjukan pada tabel di bawah.
Tabel 3.1 Uji Validitas Ahli
No Aspek yang uji Kriteria
Baik Cukup Kurang
1 Kejelasan format instrumen.
2 Kesesuaian skor dengan kriteria.
3 Kesesuaian kriteria dengan aspek kinerja yang dinilai.
4 Keterwakilan semua tahap eksperimen oleh aspek kinerja yang dikembangkan.
60 Ibid., h. 32.
60
No Aspek yang uji Kriteria
Baik Cukup Kurang
5 Kejelasan dan keefektifan bahasa yang digunakan.
2. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar menggunakan instrumen tes pilihan ganda (tes
objektif) yang digunakan berupa soal dengan empat alternatif jawaban sebanyak
25 butir soal. Soal tersebut dibuat berdasarkan indikator pembelajaran, dengan
tingkat berfikir C1 (mengingat), C2 (memahami), C3(mengaplikasikan), dan C4
(menganalisis). Adapun kisi-kisi instrumen tes pilihan ganda dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Pilihan Ganda
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Aspek Kognitif
C1 C2 C3 C4 Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
Merancang dan melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya.
1,2* 3*,4,5* - - 5
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan.
6* 7*, 8* 9* - 4
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan.
10, 11*, 12, 13, 14
15, 16* 17* - 8
Mendeskripsikan proses pembentukkan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar,
18, 19, 20*
21, 22*
23*, 24, 25*, 26*, 27*
28, 29* 12
61
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Aspek Kognitif C1 C2 C3 C4
cermin cekung, dan cermin cembung. Mendeskripsikan proses pembentukkan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung.
30*, 31
32, 33*, 34*
35*, 36*
37*, 38*, 39, 40*
11
Jumlah 13 12 9 6 40 Keterangan: Nomor soal bertanda bintang (*) adalah soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba.
Soal-soal tersebut terlebih dahulu sudah di uji cobakan kepada siswa kelas
IX di sekolah yang sama. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
soal tersebut telah memenuhi persyaratan seperti uji validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya pembeda. Berikut adalah pengujian yang perlu dilakukan
agar istrumen dikatakan baik.
a. Uji validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan suatu instrumen.61 Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat
mengukur apa yang hendak diukur. Pengujian validitas instrumen tes ini
merupakan pengujian validitas setiap butir soal tes. Uji validitas menggunakan
rumus Korelasi Point Biserial (rpbi) karena skor butir soal berbentuk dikotomi
(skor butir 0 atau 1). Untuk memberikan interpretasi terhadap angka rpbi
dipergunakan tabel nilai “r” product moment, dengan terlebih dahulu mencari (df
= N-nr). Adapun rumus rpbi, yaitu:62
61 Suharsimi Arikunto, Penelitian Prosedur Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), cet. 11, h. 160.
62 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), cet. 21, hal. 258.
62
풓풑풃풊풔 =푴풑 −푴풕
푺푫풑풒
Keterangan: rpbi = angka indeks korelasi point biserial Mp = mean (nilai rata-rata hitung) yang dijawab dengan benar Mt = mean dari skor total SD = standar deviasi total p = proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item q = proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item
Nilai indeks korelasi point biserial kemudian dibandingkan dengan rtabel
dengan kriteria; jika rpbi > rtabel maka soal tersebut valid, sedangkan jika rpbi < rtabel
maka soal tersebut tidak valid. Berdasarkan hasil uji coba instrumen, dari 40 soal
yang diujikan diperoleh 27 soal yang valid, perhitungan pengujian validitas
instrumen tes ini terdapat pada Lampiran D. Semua soal yang valid selanjutnya
akan disaring kembali berdasarkan uji yang lainnya untuk dapat digunakan dalam
penelitian.
b. Reliabilitas instrumen
Reliabilitas (rely ability = reliability), yang bermakna: keterpercayaan,
keterandalan, keajegan, kestabilan, atau konsistensi.63 Artinya, sejauh mana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya dan konsisten. Sehingga kapan pun alat
penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Pengujian
reliabilitas menggunakan rumus K-R 20 (Kuder-Richardson 20).64
푟11 =푛
푛− 1푆2 − ∑푝푞
푆2
Keterangan: r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 - p) ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item
63 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h. 105. 64 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet. 11,
h. 100.
63
S = standar deviasi dari tes
Adapun kategori reliabilitas menurut Gilford seperti yang dikutip oleh Yanti
Herlanti adalah sebagai berikut:65
Tabel 3.3 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,00 r 0,20 Kecil
0,21 r 0,40 Rendah
0,41 r 0,70 Sedang
0,71 r 0,90 Tinggi
0,91 r 1,00 Sangat Tinggi
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai reliabilitas
instrumen tes adalah 0,726. Nilai ini termasuk kategori tinggi (r11 > 0,70) atau
dengan kata lain bahwa instrumen ini reliabel, dan dapat disimpulkan instrumen
ini layak untuk digunakan dalam penelitian. Lebih lengkapnya perhitungan nilai
reliabilitas terdapat pada Lampiran A bersama dengan uji validitas.
c. Taraf kesukaran (difficulty index) Taraf kesukaran tes merupakan kemampuan seluruh peserta didik dalam
menjawab soal dengan benar pada setiap butir soal. Pengujian taraf kesukaran
bertujuan untuk mengetahui tingkat mudah atau sukarnya suatu soal. Soal terlalu
mudah tidak merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta
didik menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi
karena diluar jangkauannya.66 Indeks kesukaran dihitung menggunakan rumus:67
푃 =퐵퐽푆
65 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penilaian Pendidikan Sains, (Jakarta: UIN Jakarta,
2008), h. 38. 66 Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 207. 67 Ibid., h. 208.
64
Keterangan: P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa menjawab soal tersebut dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Tolak ukur menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal yang diperoleh adalah
sebagai berikut:68
Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Indeks Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran
0,00 – 0,30 Sukar
0,30 – 0,70 Sedang
0,70 – 1,00 Mudah
Berikut ini adalah hasil analisis tingkat kesukaran pada 40 soal yang diujicobakan.
Tabel 3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
Kriteria No Soal Jumlah
Sukar 13,14,16,22,24,28,29,35,37,39 10
Sedang 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,15,17,19,20,21,23,25,26,27,30,31,32,33,34,36,38,40 28
Mudah 1,18 2
Total 40
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terdapat 10 soal sukar, 28 soal sedang,
dan 2 soal mudah.
a. Daya pembeda (discriminating power)
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara
peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang
berkemampuan rendah.69
68 Ibid., h. 210. 69 Ibid., h. 211.
65
Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal
adalah:70
퐷 =퐵퐽 −
퐵퐽
Keterangan: D = indeks diskriminasi JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar. BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar.
Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka nilainya diklasifisikan pada kriteria
daya pembeda sebagai berikut:71
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
0,00 – 0,20 Buruk (poor)
0,20 – 0,40 Cukup (statisfactory)
0,40 – 0,70 Baik (good)
0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)
Berikut klasifikasi soal berdasarkan hasil perehitungan daya pembeda pada 40 soal
yang diujicobakan.
Tabel 3.7 Hasil Analisis Daya Pembeda
Kriteria No Soal Jumlah
Buruk 21,28 2
Cukup 1,3,4,5,7,8,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20
,22,24,27,29,31,32,33,35,36,37,38,39,40
30
70 Ibid., h. 213. 71 Ibid., hal. 218.
66
Kriteria No Soal Jumlah
Baik 6,9,23,25,26,34 6
Baik Sekali 2,30 2
Total 40
E. Teknik Analisis Data
Terdapat dua buah teknik analisis data dalam penelitian ini, yaitu teknik
analisis data penilaian kinerja dan penilaian hasil belajar. Semua data dalam
penelitian ini akan dianalisis menggunakan perhitungan regresi linieritas pada
umumnya, yaitu dengan cara menghitung koefisien regresi (nilai peningkatan
ataupun penurunan) yang akan menentukan ada tidaknya hubungan atara kedua
variabel yang sedang dicari.
1. Penilaian kinerja
Dalam mengolah data penilaian kinerja peserta didik pada kegiatan
eksperimen dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung skor mentah pada lembar penilaian kinerja sesuai kriteria
yang telah ditentukan.
b. Menghitung nilai rata-rata yang diperoleh oleh setiap kelompok pada setia
pertemuan.
c. Setelah semua nilai diketahui, maka nilainya diklasifisikan pada kategori
sebagai berikut:
Tabel 3.8 Klasifikasi Kategori Penilaian Kinerja Nilai Kategori
1 Kurang Baik 2 Cukup Baik 3 Baik
2. Penilaian hasil belajar
Untuk mengolah nilai tes hasil belajar yang berupa tes pilihan
ganda yaitu dengan menggunakan persamaan:
푁 = 푆푥4
67
Keterangan: N : nilai yang diperoleh S : skor yang didapat 4 : bilangan tetap
Setelah semua nilai diketahui, maka nilainya diklasifisikan pada kategori sebagai
berikut:
Tabel 3.9 Klasifikasi Kategori Penilaian Hasil Belajar
Nilai Kategori < 70 Kurang Baik = 70 Cukup Baik >70 Baik
70 adalah nilai KKM yang sudah ditetapkan oleh sekolah tempat penelitian.
3. Uji Regresi Linieritas Penilaian Kinerja dan Penilaian Hasil Belajar
Uji regresi dugunakan untuk mengukur pengaruh satu atau
beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji regresi pada kasus lebih
dari tiga variabel bebas, dapat mengetahui variabel bebas mana yang pengaruhnya
paling dominan (nyata) terhadap variabel terikat.72 Persamaan regresi dapat
digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila
nilai variabel independen dimanipulasi (dirubah-rubah). Secara umum persamaan
regresi sederhana (dengan satu prediktor) dapat dirumuskan sebagai berikut.73
푟푋푌 =푛∑푋푌 − (∑푋)(∑푌)
푛∑푋2 − (∑푋)2 푛∑푋2 − (∑푌)2
Keterangan: rxy = koefisien kerelasi X = jumlah variabel independen Y = jumlah variabel dependen n = jumlah responden
72 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penilaian Pendidikan Sains, (Jakarta: UIN Jakarta,
2008), h. 54. 73 Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), h. 256.
68
Setelah nilai koefisien korelasi diketahui, maka nilainya diinterpretasikan sesuai
dengan ketentuan sebagai berikut:74
Tabel 3.10 Interpretasi Koefisien Korelasi Besarnya Nilai Koefisien
Korelasi Interpretasi
0.00 – 0.20 Sangat rendah (tak berkorelasi)
0.20 – 0.40 Rendah 0.40 – 0.60 Agak rendah 0.60 – 0.80 Cukup 0.80 – 1.00 Tinggi
Apabila diperoleh angka negatif, maka koerelasinya negatif dan
indeks korelasi tidak pernah lebih dari 1,00.
74 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penilaian Pendidikan Sains, (Jakarta: UIN Jakarta,
2008), h. 38.
69
69
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Caringin Bogor pada
kelas VIII-8, diperoleh dua data hasil penilaian. Penilaian pertama yaitu penilaian
kinerja pada saat kegiatan eksperimen konsep cahaya dan yang ke dua adalah
penilaian hasil belajar berupa tes pilihan ganda yang diberikan setelah
pembelajaran selesai. Adapun rincian dari masing-maing pengolahan data hasil
penelitian akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Penilaian Kinerja dalam Kegiatan Pembelajaran
Penilaian kinerja peserta didik dilaksanakan berdasarkan pedoman
penilaian kinerja yang sudah divalidasi. Penilaian kinerja dalam kegiatan
pembelajaran dilakukan berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
dan disesuaikan dengan langkah kerja yang tercantum dalam LKS yang telah
dibuat. Dalam kegiatan pembelajaran ini, peserta didik dituntut untuk
mengeluarkan segala kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas
eksperimen dalam rangka mengaplikasikan pengetahuannya tentang pengetahuan
fisika yang mereka miliki.
Penilaian kinerja melibatka tiga orang penilai (observer) dengan petunjuk
pengisian yaitu memberi tanda checklist (√) sesuai dengan tugas yang
ditunjukkan atau diperlihatkan oleh peserta didik. Berikut adalah hasil penilaian
kinerja untuk setiap kelompok yang diperoleh dari hasil pengamatan dilapangan,
melalui lembaran penilaian kinerja.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Penilaian Kinerja untuk Setiap Kelompok
Kelompok Pertemuan Rata-rata Keterangan 1 2 3 4
1 2 3 2 2 2 Cukup Baik 2 3 3 3 3 3 Baik
70
Kelompok Pertemuan
Rata-rata Keterangan 1 2 3 4
3 3 3 2 2 3 Baik 4 3 3 2 2 3 Baik 5 3 2 2 2 2 Cukup Baik 6 3 3 3 3 3 Baik
Rata-rata 3 3 2 2 3 Baik Keterangan: Nilai 1: jika melakukan semua kriteria yang ada pada lembar lembar penilaian
kinerja. Nilai 2: jika melakukan 2 kriteria yang ada pada lembar penialaian kinerja. Nilai 3: jika melakukan 1 kriteria yang ada pada lembar kinerja.
Pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa skor rata-rata penilaian kinerja untuk
setiap kelompok selama empat pertemuan berada pada kategori penilaian kinerja
baik. Hal ini terbukti ada empat kelompok peserta didik yang termasuk kategori
baik yaitu kelompok 2, 3, 4, dan 6. Dua kelompok yang termasuk dalam kategori
cukup baik yaitu kelompok 1, dan 5. Sedangkan tidak ada kelompok peserta didik
yang termasuk kategori kurang baik. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih
jelas mengenai hasil rekapitulasi penilaian kinerja pada setiap kategori, maka
dibuatlah tabel persentase sebagai berikut.
Tabel 4.6 Distribusi Kelompok Peserta Didik
Berdasarkan Kategori Penilaian Kinerja
Nilai Kategori Jumlah Kelompok
Persentase (%)
1 Kurang Baik 0 0 2 Cukup Baik 2 33.3 3 Baik 4 66.7
6 100
Berdasarkan tabel di atas, kategori penilaian kinerja baik memiliki
persentase tertinggi sebesar 66.7%, kategori penilaian kinerja cukup baik sebesar
33.3%, dan persentase terendah terdapat pada kategori penilaian kinerja kurang
baik sebesar 0%.
71
2. Penilaian Hasil Belajar
Selain data penilaian kinerja peserta didik, dalam penelitian ini juga
diambil data penilaian hasil belajar peserta didik mengenai konsep yang telah
dipelajari dengan metode eksperimen. Berikut adalah rekapitulasi penilaian hasil
belajar pada masing-masing kelompok peserta didik.
Tabel 4.7 Rekapitulasi Penilaian Hasil Belajar
pada Tiap Kelompok
Kelompok Rata-rata Hasil Belajar Kategori
1 74.4 Baik 2 80 Baik 3 78.4 Baik 4 83.2 Baik 5 75.2 Baik 6 76.8 Baik
Rata-rata 78 Baik
Pada tabel 4.3 terlihat bahwa rata-rata kemampuan peserta didik dalam
mengerjakan soal tes memiliki nilai yang “baik” yaitu 78. Nilai tertinggi
diperoleh oleh kelompok empat sebesar 83.2, sedangkan nilai terendah diperoleh
oleh kelopok lima dengan nilai 75.2. Hasil penilaian yang diperoleh masing-
masing kelompok peserta didik akan dikelompokan menjadi tiga kategori
penilaian sebagai berikut.
Tabel 4.8 Distribusi Kelompok Peserta Didik Berdasarkan Kategori Penilaian hasil Belajar
Nilai Kategori Jumlah Kelompok
Persentase (%)
<70 Kurang Baik 0 0 =70 Cukup Baik 0 0 >70 Baik 6 100
6 100
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan persentase kelompok peserta
didik untuk penilaian hasil belajar kategori baik memiliki persentase tertinggi
72
sebesar 100% dan untuk penilaian hasil belajar kategori cukup baik dan kurang
baik sebesar 0%.
3. Hasil Uji Regresi Linearitas Penilaian Kinerja dan Penilaian Hasil Belajar
Uji regresi linearitas dilakukan untuk melihat hubungan antara penilaian
kinerja dan penilaian hasil belajar. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji
linearitas regresi sederhana (bisa dilihat pada lampiran B.3). Hasil perhitungan
didapatkan koefisien korelasi sebasar r2 = 0.802, artinya ada hubungan linear yang
“sangat baik” antara penilaian kinerja dan hasil belajar. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa penilaian kinerja dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
B. Pembahasan
Dari hasil analisis data diketahui bahwa hubungan penilaian kinerja dan
hasil belajar pada konsep cahaya dengan metode eksperimen, menunjukan nilai
yang positif. Hal ini bisa dilihat setelah dilakukan uji linearitas sederhana,
menunjukkan perubahan hasil belajar atas penilaian kinerja sebesar 0.802, artinya
menunjukkan ada hubungan yang sangat baik antara penilaian kinerja dan hasil
belajar peserta didik. Jadi bisa disimpulkan bahwa penilaian kinerja dapat
mengakibatkan peningkatan penilaian hasil belajar kelompok peserta didik. Hal
ini sesuai dengan yang dipaparkan Wayan bahwa sistem asesmen otentik
(penilaian kinerja) yang diimplementasikan dalam pembelajaran secara konsisten
dapat meningkatkan kompetensi dasar peserta didik dan respon peserta didik
terhadap pembelajaran fisika sangat positif.75
Penerapan penilaian kinerja memberi peluang kepada peserta didik untuk
mengembangkan keterampilan, kreativitas, serta nilai-nilai dan sikap ilmiah untuk
membangun pengetahuannya. Pemerintah dalam peraturan menteri pendidikan
nasional no 25 pasal 4 merekomendasikan penilaian kinerja, karena penilaian
kinerja merupakan penilaian pembelajaran yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu melalui kegiatan percobaan di
75 I. Wayan Suastra, Pengembangan Sistem Asesmen Otentik dalam Pembelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA), Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, 1, 2007, h. 17.
73
laboratorium.76 Kegiatan eksperimen adalah bagian dari kegiatan pembelajaran
yang bertujuan untuk menguji dan melaksanakan suatu teori serta mampu
mengembangkan keterampilan praktikan. Manfaat praktikum sangat banyak
diantaranya dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan
pengalaman yang nyata dalam rangka meningkatkan pemahamannya tentang
suatu teori.
Dengan adanya penilaian kinerja, 90% peserta didik berupaya untuk
memperlihatkan kinerja terbaik yang dimilikinya sehingga peserta didik bersaing
untuk mendapatkan nilai tertinggi. I Wayan mengemukakan bahwa adanya
penilaian kinerja saat kegiatan leboratorium dapat lebih memotivasi peserta didik
untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.77 Hal ini terlihat pada penilaian
kinerja kategori baik memiliki persentase tertinggi sebesar 66.7%, dibandingkan
dengan kategori penilaian kinerja lainnya, yaitu cukup baik sebesar 33.3% dan
kategori kurang baik sebesar 0%. Mueller juga menegaskan bahwa penilaian
otentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki peserta didik untuk
menunjukkan kinerjanya yang merupakan penerapan dari pengetahuan dan
keterampilan mereka.
Penilaian kinerja juga mampu mengungkap hasil belajar peserta didik serta
meningkatkan motivasi dalam memahami dan mengaplikasikan konsep IPA.
Motivasi akan mendorong peseta didik untuk bekerja lebih baik dan aktif selama
proses pembelajaran, sehingga akan mempengruhi hasil belajarnya. Seperti pada
tabel 4.7 perolehan hasil belajar konsep cahaya seluruh kelompok peserta didik
termasuk dalam kategori baik. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata dari setiap
kelompok peserta didik memperoleh nilai 78, dengan nilai tertinggi 83.2 diperoleh
oleh kelompok empat dan nilai terendah dengan nilai 75.2 diperoleh oleh
kelompok lima. Artinya, indikator pembelajaran pada kompetensi dasar
menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin
dan lensa bisa dikatakan sudah tercapai oleh semua peserta didik.
76 Kemendikbud, Peraturan Pemerintah No 19 pasal 25 ayat 4, (Jakarta: Kemendikbud, 2005), h. 5. 77 Wayan., h. 17.
74
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa, hubungan
penilaian kinerja dan hasil belajar pada konsep cahaya dengan metode
eksperimen memiliki hubungan yang sangat baik. Telihat dalam proses dan hasil
belajar, peserta didik sangat antusias dan terlihat bersungguh-sungguh dalam
melaksanakan kegiatan eksperimen dan dapat dikatakan hampir seluruh kelompok
peserta didik sudah terampil dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan
metode eksperimen. Subroto mengemukakan dalam makalahnya pada Seminar
Nasional Penelitian, bahwa penilaian kinerja mempunyai kontribusi untuk
mengaktifkan dan memberi motivasi, ketrampilan berpikir kreatif, kepercayaan
diri, serta rasa ingin tahu siswa dalam belajar sains-fisika.78
78 Subroto, “Trend” dan “Isu” tentang Penilaian dalam Pembelajaran Sains-Fisika, Makalah pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA di Universitas Negeri Yogyakarta, 2012, h. 1-5.
75
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang sangat baik antara penilaian kinerja dan hasil belajar peserta didik pada konsep
cahaya dengan metode eksperimen. Hubungan ini dilihat dari nilai koefisien korelasi
sebesar 0.802. Dengan demikian, pelaksanaan penilaian kinerja memberikan
pengaruh yang kuat terhadap perubahan hasil belajar peserta didik. Hal ini dibuktikan
dengan rata-rata penilaian kinerja kelompok peserta didik termasuk pada kategori
baik dan searah dengan penilaian kinerja, penilaian hasil belajar pun mencapai nilai
rata-rata 78 dengan persentase 100% kelompok peserta didik termasuk dalam kategori
baik dan mencapai nilai diatas KKM.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian, ada beberapa saran yang ingin peneliti
kemukakan sebagai upaya perbaikan dalam penelitian selanjutnya. Adapun saran
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan penilaian kinerja memiliki hubungan yang sangat baik dengan hasil
belajar peserta didik, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
penilaian pembelajaran oleh guru.
2. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, sebaiknya penelitian
mengenai penilaian kinerja peserta didik dilakukan dalam waktu yang lebih lama
dan dalam konsep yang berbeda, misalnya konsep wujud zat dan perubahanya.
Serta diharapkan mampu menilai peserta didik secara individu.
76
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sofyan, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2006.
Airasian, Peter W. dkk. A Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing. New York: Longman. 2001.
Amien, Moh. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan Inquiry. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan kebudayaan. 1987.
Anwar, Kasful dan Henddra Harmi. Perencanaan Sistem Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). Bandung: Alfabeta. 2011.
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011. Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Sistem Penilaian Kelas SD SMP SMA dan SMK.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi Cet. I. Jakarta: Bumi Aksara.1999.
_______. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta. 1998.
Bahri, Djamarah, dkk. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2006.
B. Bruce Frey, et al., Defining Authentic Classroom Assessment, Electronic Journal of Practical Assessment, Research & Evaluation, Vol 17, No 2, 2012.
Dahar, Ratna Wilis. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga, 1996.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Model-model Pembelajaran IPA. Bandung: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru IPA. 2000.
Dimyati, Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 1994.
77
G. Douglas Wren, Ed.D., Perfoemance Assessment: A Key Component of A Balnced Assessment System. Journal from the Department of Research, Evaluation, and Assessment, 2, 2009.
Herlanti, Yanti. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008.
Iryanti, Puji. Penilaian Unjuk Kerja. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 2004.
Kusaeri, Supranoto. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya. 2009.
Mulhayatiah, Diah. Hubungan Peningkatan hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif dengan Ranah Psikomotorik Melalui Model Pembelajaran Berbasis Laboratorium. Jurnal Edusains Center for Science Education Jurusan Pendidikan IPA, Vol. 3 No. 1 Juni 2010.
Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis. Cet., 3. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007.
________. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009.
Muslich, Masnur. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan
Kompetensi. Bandung: Refika Aditama. 2011.
_______. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20 Tahun 2007. Standar Penilaian Pendidikan.
Rustaman, Nuryani Y., dkk. Pengembangan Butir Soal Keterampilan Proses Sains. Bandung: FPMIPA UPI.
78
Sagala, Saiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2005.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2008.
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.
Subroto, “Trend” dan “Isu” tentang Penilaian dalam Pembelajaran Sains-Fisika,
Makalah pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA di Universitas Negeri Yogyakarta, 2012.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2008.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru. 1989.
_______. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. 2007.
Supartin. Studi Deskriptif Hasil Belajar Fisika. Jurnal Penelitian Pendidikan: Universitas Negeri Semarang, 2006.
Susanto, Pudyo. Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme.
Malang: Universitas Negeri Malang. 2002.
Suwandi Sarwiji, Model-Model Asesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka, Cet. 1. 2011.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997.
Tedi, Wibowo. Inspirasi Sains:Pelajaran IPA Terpadu untuk SMP kelas VIII. Jakarta: Ganesa. 2007.
79
Uno, Hamzah B, dan Satria Koni. Assessment Pembelajaran. Ed., 1. Cet.,1. Jakarta: Bumi Aksara. 2012.
US Department of Education. Assessment of Student Performance. US: Office of Educational Research and Improvement. 1997.
Wasis, dkk. Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Nasional (BSE). 2008.
Wayan, I Suastra, Pengembangan Sistem Asesmen Otentik dalam Pembelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA), Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, 1, 2007.
Winarsih, Anni. dkk. IPA Terpadu untuk Sekolah Menengah dan Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Nasional (BSE). 2008.
Wulan, Ana Ratna. Pengertian dan Esensi Konsep, Evaluasi, Penilaian, Tes dan Pengukuran. Bandung: FPMIPA UPI.
_______. Penilaian Kinerja dan Portofolio Pada Pembelajaran Biologi. Bandung: FMIPA UPI.
_______. Skenario Baru Bagi Implementasi Asesmen Kinerja pada Pembelajaran Sains di Indonesia, Jurnal Pendidikan, 3, 2008.
Y, Nuryani Rustaman, dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang. 2005.
Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah. 2009.
Silabus IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2 1
Silabus Sekolah : SMP ................... Kelas : VIII (Delapan) Mata Pelajaran : IPA Fisika
Standar Kompetensi : 5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan pembelajaran Indikator
Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
Teknik Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen
5.1 Mengidentifikasi jenis-jenis gaya, penjumlahan gaya dan pengaruhnya pada suatu benda yang dikenai gaya.
Gaya
Memetakan gaya-gaya yang ada
pada suatu benda. Menentukan jenis-jenis gaya yang
bekerja pada suatu benda. Menghitung resultan gaya segaris
yang searah dan berlawanan arah. Studi pustaka untuk
mendeskripsikan syarat terjadinya keseimbangan.
Membedakan gaya sentuh dan
gaya tak sentuh. Mengukur gaya suatu benda. Melukiskan penjumlahan gaya
dan selisih gaya-gaya segaris baik yang searah maupun berlawanan.
Mengidentifikasi syarat
terjadinya keseimbangan.
Tes tertulis
Tes unjuk kerja
Tes tertulis
Tes tertulis
Tes PG
Uji petik kerja produk
Tes uraian
Tes isian
Berikut ini yang tidak termasuk gaya tak sentuh adalah .... a. gaya gesek b. gaya magnet c. gaya gravitasI d. gaya listrik Eksperimen mengamati perubahan yang ditimbulkan gaya (Kegiatan 1.1). Dua orang siswa mendorong meja masing-masing dengan gaya 20 N ke kanan dan 15 N ke kiri. Tentukan resultan gaya yang bekerja pada meja. Keadaan dimana dua gaya atau lebih bekerja pada sebuah benda, tetapi tidak mengakibatkan perubahan sifat gerak benda disebut ....
4 × 40’
Buku IPA Fisika 2 Esis hlm. 1-9, buku referensi yang relevan, lingkungan alat dan bahan praktikum.
5.2 Menerapkan hukum Newton untuk menjelaskan berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
Gaya
Melakukan percobaan hukum I,
hukum II, dan hukum III Newton dengan menggunakan alat-alat.
Mengaplikasikan hukum Newton
dalam kehidupan sehari-hari.
Mendemonstrasikan hukum I
Newton dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mendemonstrasikan hukum II
Newton dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mendemonstrasikan hukum III
Newton dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penugasan
Tugas rumah
Buatlah artikel yang menjelaskan percobaan sederhana (tujuan, alat dan bahan serta langkah kerja) tentang aplikasi hukum Newton dalam kehidupan sehari-hari.
6 × 40’
Buku IPA Fisika 2 Esis hlm. 9-28, buku referensi yang relevan, lingkungan, alat dan bahan praktikum.
Silabus IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2 2
Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan pembelajaran Indikator
Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
Melakukan percobaan gaya gesek pada permukaan yang kasar dan licin.
Merumuskan adanya gaya gesek
yang menguntungkan dan merugikan dalam kehidupan sehari-hari.
Studi pustaka untuk mencari
perbedaan berat dan massa menggunakan alat.
Membedakan besar gaya
gesekan pada berbagai permukaan yang berbeda kekasarannya yaitu pada permukaan benda yang licin, agak kasar, dan kasar.
Menunjukkan beberapa contoh
adanya gaya gesekan yang menguntungkan dan gaya gesekan yang merugikan.
Membandingkan berat dan
massa suatu benda.
Tes unjuk
kerja
Tes tertulis
Tes tertulis
Uji petik
kerja produk
Tes uraian
Tes PG
Eksperimen mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gesekan. Mengapa permukaan ban dibuat berulir? Apakah yang terjadi jika ban itu digunakan di jalan yang becek? Besarnya gaya tarik bumi pada suatu benda menyatakan .... a. berat benda b. massa benda c. volume benda d. massa jenis benda
5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Energi dan
Usaha
Studi pustaka untuk
mendeskripsikan pengertian energi dan bentuk-bentuk energi.
Studi referensi untuk
membandingkan pengertian energi kinetik dan energi potensial.
Mencari informasi tentang hukum
kekekalan energi. Studi pustaka untuk
mendeskripsikan kaitan antara energi dan usaha.
Menunjukkan bentuk-bentuk
energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari.
Mengaplikasikan konsep energi
dan perubahannya dalam kehidupan sehari-hari.
Membedakan konsep energi
kinetik dan energi potensial pada suatu benda yang bergerak.
Mengenalkan hukum
kekekalan energi melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Menjelaskan kaitan antara
energi dan usaha.
Tes lisan
Tes unjuk kerja
Tes tertulis
Tes tertulis
Tes tertulis
Daftar
pertanyaan
Uji petik kerja produk
Tes isian
Tes uraian
Tes PG
Sebutkan bentuk-bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari. Eksperimen mengamati perubahan bentuk energi (Kegiatan 2.2 h.32). Energi yang tersimpan dalam benda karena posisinya terhadap acuan tertentu disebut .... Jelaskan hukum kekekalan energi dan berikan contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Seorang atlet angkat berat menyangga beban seberat 700 N dengan tangannya pada ketinggian 2 m. Usaha yang dilakukan atlet itu adalah ....
4 × 40‘
Buku IPA Fisika 2 Esis hlm. 29-43, buku referensi yang relevan, lingkungan, alat dan bahan praktikum.
Silabus IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2 3
Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan pembelajaran Indikator
Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
Melakukan percobaan untuk
menemukan hubungan antara daya, usaha, dan kecepatan.
Menunjukkan penerapan daya
dalam kehidupan sehari-hari.
Tes tertulis
Tes uraian
a. 1.400 J c. 350 J b. 700 J d. nol Listrik yang terpasang pada sebuah rumah mempunyai daya 450 VA. Berapakah energi maksimal yang dapat digunakan oleh pemilik rumah selama 1 jam?
5.4 Melakukan percobaan tentang pesawat sederhana dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Energi dan
Usaha
Melakukan percobaan tentang
pesawat sederhana (tuas, katrol, dan bidang miring).
Diskusi untuk memecahkan
masalah yang berhubungan dengan pesawat sederhana.
Menunjukkan penggunaan
beberapa pesawat sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari misalnya tuas (pengungkit), katrol tunggal baik yang tetap maupun yang bergerak, bidang miring, dan roda gigi (gir).
Menyelesaikan masalah secara
kuantitatif sederhana yang berhubungan dengan pesawat sederhana.
Tes unjuk
kerja
Tes tertulis
Uji petik
kerja prosedur
Tes uraian
Eksperimen mengamati prinsip kerja tuas (Kegiatan 2.7). Eksperimen menyelidiki bidang miring pada sekrup (Kegiatan 2.10). Seseorang hanya mampu mengangkat benda dengan gaya 60 N. Tentukan berat beban yang sanggup ia angkat, jika: a. menggunakan satu katrol tetap b. menggunakan satu katrol bergerak
4 × 40’
Buku IPA Fisika 2 Esis hlm. 43-58, buku referensi yang relevan, lingkungan, alat dan bahan praktikum.
5.5 Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tekanan
Melakukan percobaan tentang
tekanan sampai menemukan konsep tekanan.
Melakukan percobaan bejana
berhubungan.
Menemukan hubungan antara
gaya, tekanan, dan luas daerah yang dikenai gaya melalui percobaan.
Mengaplikasikan prinsip
bejana berhubungan dalam kehidupan sehari-hari.
Mendeskripsikan hukum Pascal
dan hukum Archimedes
Tes unjuk
kerja
Tes tertulis
Tes unjuk kerja
Uji petik kerja
prosedur
Tes isian
Uji petik kerja prosedur
Eksperimen menyelidiki kaitan antara luas permukaan dan massa benda dengan tekanan (Kegiatan 3.1 dan Kegiatan 3.2). Permukaan air bendungan harus lebih tinggi dari permukaan sawah yang akan dialiri. Prinsip yang digunakan adalah .... a. hukum Pascal b. hukum Archimedes c. efek bejana berhubungan d. efek kapilaritas Eksperimen menyelidiki besar gaya angkat (Kegiatan 3.8)
10 × 40’
Buku IPA Fisika 2 Esis hlm. 59-88, buku referensi yang relevan, alat dan bahan praktikum.
Silabus IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2 4
Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan pembelajaran Indikator
Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
Melakukan percobaan tentang hukum Pascal dan hukum Archimides.
Mencari informasi melalui
lingkungan mengenai alat-alat yang prinsip kerjanya berdasarkan hukum Pascal dan hukum Archimides.
Studi lapangan untuk menemukan
konsep tekanan.
melalui percobaan sederhana serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menunjukkan beberapa produk
teknologi dalam kehidupan sehari-hari sehubungan dengan konsep benda terapung, melayang dan tenggelam.
Mengaplikasikan konsep
tekanan benda padat, cair, dan gas pada peristiwa alam yang relevan (dalam penyelesaian masalah sehari- hari).
Tes tertulis
Tes tertulis
Tes uraian
Tes isian
Mengapa sebuah kapal selam dapat mengapung, melayang, dan tenggelam? Pada kedalaman yang sama, tekanan di dalam air sungai lebih kecil daripada tekanan di dalam air laut karena ....
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan pembelajaran Indikator
Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
Teknik Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen
6.1 Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya.
Getaran dan Gelombang
Mencari informasi melalui
referensi tentang pengertian getaran.
Menentukan besarnya periode
dari hasil percobaan. Melakukan percobaan untuk
mencari perbedaan periode dan frekuensi suatu getaran.
Mencari informasi melalui
referensi tentang pengertian gelombang.
Melakukan percobaan untuk
mencari perbedaan karakteristik
Mengidentifikasi getaran pada
kehidupan sehari-hari. Mengukur periode dan
frekuensi suatu getaran. Membedakan karakteristik
gelombang transversal dan gelombang longitudinal.
Tes tertulis
Tes unjuk kerja
Tes tertulis
Tes unjuk kerja
Tes isian
Uji petik kerja prosedur
Tes uraian
Uji petik kerja
prosedur
Gerakan bolak-balik secara berkala di sekitar posisi setimbangnya disebut .... Eksperimen menentukan periode getaran (Kegiatan 4.3). Apa yang membedakan gelombang transversal dengan gelombang longitudinal? Berikan contohnya masing-masing. Eksperimen mengamati gelombang transversal dan
8 × 40’
Buku IPA Fisika 2 Esis hlm. 89-108, buku referensi yang relevan, alat dan bahan praktikum.
Silabus IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2 5
Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan pembelajaran Indikator
Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
gelombang transversal dan gelombang longitudinal.
Menggali informasi dari nara
sumber untuk menemukan hubungan antara periode, frekuensi, cepat rambat gelombang, dan panjang gelombang.
Mendeskripsikan hubungan
antara periode, frekuensi, cepat rambat gelombang, dan panjang gelombang.
Tes tertulis
Tes uraian
gelombang longitudinal pada slinki (Kegiatan 4.7 dan Kegiatan 4.8). Sebuah vibrator dengan frekuensi 6 Hz dimasukkan ke dalam tangki air menghasilkan panjang gelombang 0,02 m. Maka cepat rambat gelombangnya adalah .... a. 3 m/s c. 30 m/ b. 0,02 m/s d. 0,12 m/s
6.2 Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari.
Bunyi
Mencari informasi tentang
pengertian bunyi. Melakukan percobaan tentang
cepat rambat bunyi. Mencari informasi dari nara
sumber untuk membedakan pengertian infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik.
Melakukan percobaan tentang
resonansi. Mengaplikasikan pemantulan
bunyi dalam kehidupan sehari-hari.
Memaparkan karakteristik
gelombang bunyi. Merencanakan percobaan
untuk mengukur laju bunyi. Membedakan infrasonik,
audiosonik, dan ultrasonik. Menunjukkan gejala resonansi
dalam kehidupan sehari-hari. Memberikan contoh
pemanfaatan dan dampak pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.
Tes tertulis
Tes unjuk kerja
Tes tertulis
Tes unjuk kerja
Tes tertulis
Tes isian
Uji petik kerja prosedur
Tes PG
Uji petik kerja prosedur
Tes uraian
Kuat lemahnya bunyi ditentukan oleh .... Eksperimen mengukur cepat rambat bunyi (Kegiatan 5.3). Berikut ini yang dapat menghasilkan bunyi infrasonik adalah .... a. lumba-lumba b. mesin-mesin berat c. kelalawar d. gitar Eksperimen mengamati terjadinya resonansi pada garpu tala dan pada bandul sederhana (Kegiatan 5.4 dan Kegiatan 5.5). Jelaskan penerapan konsep pemantulan bunyi dalam perancangan suatu gedung pertunjukkan musik.
8 × 40’
Buku IPA Fisika 2 Esis hlm.109-132, buku referensi yang relevan, lingkungan, alat dan bahan praktikum.
6.3 Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
Cahaya
Melakukan pengamatan tentang
jalannya sinar untuk menentukan sifat perambatan cahaya.
Merancang dan melakukan
percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya.
Tes unjuk
kerja
Uji petik kerja
prosedur
Eksperimen mengamati perambatan cahaya dan peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra (Kegiatan 6.1 dan Kegiatan 6.2).
8 × 40’
Buku IPA Fisika 2 Esis hlm. 133-168, buku referensi yang relevan, alat dan bahan praktikum.
Silabus IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2 6
Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan pembelajaran Indikator
Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
Melakukan percobaan tentang
pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya.
Menggali informasi dari nara
sumber untuk mengenal sifat-sifat bayangan pada cermin dan lensa.
Menjelaskan hukum
pemantulan yang diperoleh melalui percobaan.
Menjelaskan hukum pembiasan
yang diperoleh berdasarkan percobaan.
Mendeskripsikan proses
pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung.
Mendeskripsikan proses
pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung.dan lensa cekung.
Tes tertulis
Tes unjuk kerja
Tes tertulis
Tes tertulis
Tes PG
Uji petik kerja prosedur
Tes uraian
Tes uraian
Pemantulan cahaya oleh permukaan cermin datar merupakan pemantulan .... a. baur c. acak b. teratur d. tak teratur Eksperimen kelompok untuk mengamati arah perambatan cahaya yang melewati dua medium (Kegiatan 6.4). Sebuah benda setinggi 5 cm terletak di depan cermin cembung (f = 15 cm). Benda itu membentuk bayangan maya pada jarak 10 cm di belakang cermin. Tentukan jarak benda dari cermin dan perbesaran bayangannya Sebuah lilin setinggi 10 cm terletak 5 cm di depan sebuah lensa cekung yang memiliki fokus 15 cm. Tentukan: a. letak bayangan b. perbesaran bayangan c. tinggi bayangan.
6.4 Mendeskripsikan alat-alat optik dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Alat-alat Optik
Menggali informasi dari nara
sumber untuk memperoleh penjelasan tentang fungsi mata sebagai alat optik dan tentang cacat mata.
Studi pustaka untuk membedakan
ciri-ciri kamera dan lup sebagai
Menjelaskan fungsi mata
sebagai alat optik. Menggambarkan pembentukan
bayangan benda pada retina. Menjelaskan beberapa cacat
mata dan penggunaan kaca mata.
Tes tertulis
Tes tertulis
Tes unjuk kerja
Tes tertulis
Tes PG
Tes isian
Uji petik kerja prosedur
Tes uraian
Benda akan terlihat jelas oleh mata jika bayangan jatuh di .... a. kornea c. lensa mata b. retina d. pupil Bayangan yang dibentuk oleh lensa mata bersifat .... Eksperimen membuktikan penglihatan binokuler (Kegiatan 7.3). Jelaskan cara kamera menangkap gambar.
4 × 40’
Buku IPA Fisika 2 Esis hlm. 169-187, buku referensi yang relevan, lingkungan, alat dan bahan praktikum.
Silabus IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2 7
Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan pembelajaran Indikator
Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
alat optik. Melalui diskusi kelompok dapat
menjelaskan cara kerja alat-alat optik yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Menyelidiki ciri-ciri kamera
sebagai alat optik. Menjelaskan konsep lup
sebagai alat optik. Menjelaskan cara kerja
beberapa produk teknologi yang relevan, seperti : mikroskop, berbagai jenis teropong, dan periskop.
Tes tertulis
Penugasan
Tes uraian
Tugas rumah
Mengapa lup harus memiliki panjang fokus yang pendek? Membuat model periskop (Cipta Ide).
............................................................
Mengetahui Kepala SMP ............ Guru Mata Pelajaran .............................................. .............................................. NIP NIP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Sekolah : SMP Kelas : VIII (Delapan) Mata Pelajaran : IPA FISIKA Standar Kompetensi
6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
Kompetensi Dasar 6.3. Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
Indikator
1. Merancang dan melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya.
2. Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan. 3. Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan. 4. Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar,
cermin cekung, dan cermin cembung. 5. Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung
dan lensa cekung
A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan pengertian cahaya. 2. Membedakan cahaya tampak dan cahaya tidak tampak. 3. Menyebutkan contoh cahaya tampak dan cahaya tidak tampak. 4. Mengamati perambatan cahaya dan peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra
dan penumbra. 5. Menyebutkan bunyi hukum pemantulan. 6. Membedakan pemantulan teratur dan pemantulan tidak teratur. 7. Menyebutkan syarat agar benda dapat dilihat oleh mata. 8. Menjelaskan pengertian pembiasan. 9. Menyebutkan bunyi hukum pembiasan (hukum Snellius). 10. Mengamati arah perambatan cahaya yang melewati dua medium. 11. Menjelaskan pengertian indeks bias. 12. Menentukan indeks bias suatu medium. 13. Melukis pembiasan cahaya yang melibatkan medium udara dan tidak melibatkan
medium udara. 14. Menjelaskan pengertian pemantulan sempurna. 15. Menjelaskan syarat terjadinya pemantulan sempurna. 16. Menyebutkan contoh pemantulan sempurna dalam kehidupan sehari-hari.
17. Menjelaskan peristiwa fatamorgana. 18. Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya. 19. Menjelaskan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar. 20. Menyebutkan tiga sinar istimewa pada cermin cekung. 21. Menjelaskan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin cekung. 22. Menjelaskan hubungan antara jarak benda, jarak bayangan, dan jarak fokus. 23. Menjelaskan pengertian perbesaran bayangan. 24. Menyebutkan manfaat cermin cekung dalam kehidupan sehari-hari. 25. Menyebutkan tiga sinar istimewa pada cermin cembung. 26. Menjelaskan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin cembung. 27. Menyebutkan manfaat cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari. 28. Menjelaskan pengertian lensa. 29. Membedakan lensa cembung dan lensa cekung. 30. Menyebutkan tiga sinar istimewa pada lensa cembung. 31. Menjelaskan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung. 32. Menyebutkan manfaat lensa cembung dalam kehidupan sehari-hari. 33. Menyebutkan tiga sinar istimewa pada lensa cekung. 34. Menjelaskan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung. 35. Menyebutkan manfaat lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari.
B. Materi Pembelajaran Cahaya C. Metode Pembelajaran
1. Model : - Direct Instruction(DI) - Cooperative Learning
2. Metode : - Diskusi kelompok - Eksperimen
- Ceramah D. Langkah-langkah Kegiatan PERTEMUAN PERTAMA
a. Kegiatan Pendahuluan Motivasi dan Apersepsi:
- Mengapa benda dapat terlihat di tempat yang terang? - Mengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air, pensil akan terlihat bengkok?
Prasyarat pengetahuan: - Apakah syarat agar benda dapat dilihat oleh mata?
- Apakah yang dimaksud dengan pembiasan? Pra eksperimen:
- Berhati-hatilah menggunakan peralatan laboratorium.
b. Kegiatan Inti
Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian cahaya. Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perbedaan cahaya
tampak dan cahaya tidak tampak. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk menyebutkan contoh cahaya tampak
dan cahaya tidak tampak. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan
informasi yang sebenarnya. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil sebatang lilin, tiga buah
karton yang berukuran sama, sebuah meja, sebuah lampu bohlam kecil beserta dudukannya, sebuah lampu bohlam besar beserta dudukannya, seutas kabel listrik, sebuah bola, dan selembar kertas putih.
Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen mengamati perambatan cahaya dan peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra (Kegiatan 6.1 h.135 dan Kegiatan 6.2 h.135-136).
Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja yang telah dijelaskan oleh guru.
Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pemantulan cahaya. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan bunyi hukum pemantulan
cahaya. Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perbedaan
pemantulan teratur dan pemantulan tidak teratur. Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan syarat agar benda dapat
dilihat oleh mata. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan
informasi yang sebenarnya. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian pembiasan cahaya. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan hukum pembiasan cahaya
(hukum Snellius). Guru memberi instruksi kepada peserta didik untuk melakukan eksperimen
mengamati arah perambatan cahaya yang melewati dua medium (Kegiatan 6.4 h.140).
Peserta didik melakukan eksperimen dengan menggunakan sebuah kaca panpararel, sebuah kotak cahaya, dan selembar kertas putih.
Guru memeriksa kegiatan eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
Peserta didik diminta untuk membuat kesimpulan dari eksperimen yang telah dilakukan.
Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan
informasi yang sebenarnya.
c. Kegiatan Penutup Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan
kerjasama yang baik. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman. Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.
PERTEMUAN KEDUA
a. Kegiatan Pendahuluan
Motivasi dan Apersepsi: - Apakah syarat terjadinya pemantulan sempurna? - Bagaimana jarak antara bayangan ke cermin datar dibandingkan dengan jarak benda ke cermin datar?
Prasyarat pengetahuan: - Apakah yang dimaksud dengan pemantulan sempurna?
- Sebutkan sifat-sifat bayangan pada cermin datar. Pra eksperimen:
- Berhati-hatilah menggunakan peralatan laboratorium.
b. Kegiatan Inti Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian indeks bias. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan indeks bias beberapa zat. Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan indeks bias suatu medium
yang disampaikan oleh guru. Guru memberikan beberapa soal menentukan indeks bias suatu medium untuk
dikerjakan oleh peserta didik. Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika
masih ada peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
Peserta didik memperhatikan penjelasan guru melukis pembiasan cahaya yang melibatkan medium udara dan tidak melibatkan medium udara.
Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian pemantulan sempurna.
Perwakilan peserta didik dalam setiap kelompok diminta untuk menyebutkan syarat terjadinya pemantulan sempurna.
Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan contoh pemantulan sempurna dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai peristiwa fatamorgana. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pemantulan cahaya pada
cermin datar. Perwakilan peserta didik diminta untuk menjelaskan perbedaan bayangan nyata
dan bayangan maya. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil sebuah cermin datar
berukuran 10 cm x 10 cm, sebuah karton putih berukuran 50 cm x 50 cm, plastisin, dan beberapa buah jarum pentul.
Guru mempresentasikan langkah kerja untuk membandingkan jarak benda dengan jarak bayangan pada cermin datar (Kegiatan 6.7 h.147-148).
Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja yang telah dijelaskan oleh guru.
Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan sifat-sifat bayangan pada cermin datar.
Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan
informasi yang sebenarnya. c. Kegiatan Penutup
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.
Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman. Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.
PERTEMUAN KETIGA
a. Kegiatan Pendahuluan Motivasi dan Apersepsi:
- Bagaimanakah sifat pemantulan cahaya pada cermin cekung? - Mengapa pada spion mobil, obyek lebih dekat daripada bayangan yang terlihat?
Prasyarat pengetahuan: - Sebutkan tiga sinar istimewa pada cermin cekung.
- Apakah manfaat cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari? Pra eksperimen:
- Berhati-hatilah menggunakan peralatan laboratorium.
b. Kegiatan Inti Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pemantulan cahaya pada
cermin cekung. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan sifat pemantulan sinar-sinar
istimewa pada cermin cekung. Peserta didik memperhatikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada
cermin cekung yang disampaikan oleh guru.
Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai hubungan antara jarak benda, jarak bayangan, dan jarak fokus.
Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian perbesaran bayangan.
Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan perbesaran bayangan pada cermin cekung yang disampaikan oleh guru.
Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan manfaat cermin cekung dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan
informasi yang sebenarnya. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pemantulan cahaya pada
cermin cembung. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan sifat pemantulan sinar-sinar
istimewa pada cermin cembung. Peserta didik memperhatikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada
cermin cembung yang disampaikan oleh guru.
Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan manfaat cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan perbesaran bayangan pada cermin cembung yang disampaikan oleh guru.
Guru memberikan beberapa soal menentukan perbesaran bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung untuk dikerjakan oleh peserta didik.
Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih ada peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
c. Kegiatan Penutup Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan
kerjasama yang baik. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman. Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.
PERTEMUAN KEEMPAT
a. Kegiatan Pendahuluan Motivasi dan Apersepsi:
- Bagaimanakah sifat pembiasan pada lensa cembung? - Apakah fungsi lensa cekung pada teropong?
Prasyarat pengetahuan: - Sebutkan tiga sinar istimewa pada lensa cembung.
- Apakah sifat bayangan yang dihasilkan lensa cekung? Pra eksperimen:
- Berhati-hatilah menggunakan peralatan laboratorium.
b. Kegiatan Inti Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian lensa. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan jenis-jenis lensa. Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan perbedaan lensa cembung
dan lensa cekung. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan sifat pembiasan sinar-sinar
istimewa pada lensa cembung. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan
informasi yang sebenarnya. Peserta didik memperhatikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada
lensa cembung yang disampaikan oleh guru. Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan manfaat lensa cembung
dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan
informasi yang sebenarnya. Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan perbesaran bayangan pada
lensa cembung yang disampaikan oleh guru. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pembiasan cahaya pada lensa
cekung. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan sifat pembiasan sinar-sinar
istimewa pada lensa cekung. Peserta didik memperhatikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada
lensa cekung yang disampaikan oleh guru. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan manfaat lensa cekung dalam
kehidupan sehari-hari. Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan perbesaran bayangan pada
lensa cekung yang disampaikan oleh guru. Guru memberikan beberapa soal menentukan perbesaran bayangan pada lensa
cembung dan lensa cekung untuk dikerjakan oleh peserta didik. Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika
masih ada peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
c. Kegiatan Penutup
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.
Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman. Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.
E. Sumber Belajar
a. Buku IPA Fisika Jl.2 (Esis) halaman 133-168 b. Buku referensi yang relevan
c. Alat dan bahan praktikum
F. Penilaian Hasil Belajar
a. Teknik Penilaian: - Tes tertulis - Tes unjuk kerja b. Bentuk Instrumen:
- Tes PG - Tes uraian - Uji petik kerja prosedur c. Contoh Instrumen: - Contoh tes PG
Pemantulan cahaya oleh permukaan cermin datar merupakan pemantulan .... a. baur c. acak b. teratur d. tak teratur
- Contoh tes isian Sebuah lilin setinggi 10 cm terletak 5 cm di depan sebuah lensa cekung yang memiliki fokus 15 cm. Tentukan:
a. letak bayangan b. perbesaran bayangan c. tinggi bayangan
...............,................... Mengetahui Kepala SMP Guru Mata Pelajaran ......................... .............................. NIP. NIP.
LEMBAR KERJA SISWA
Hukum pemantulan Cahaya.
Tujuan
1. Mengamati pemantulan teratur dan pemantulan baur
Alat dan bahan
Kotak cahaya
cermin datar
papan triplek putih,
dan kertas putih
Gambar
Skema percobaan untuk mengamati pemantulan baur dan teratur
1. Cara kerja
1. Sediakan alat dan bahan.
2. Jatuhkan seberkas cahaya pada cermin dan papan triplek.
3. Tangkaplah kedua cahaya pantul tersebut oleh kertas putih.
2. Pertanyaan
1. Apakah sinar pantul dari kedua bahan tersebut dapat
ditangkap kertas?
2. Mengapa sinar pantul yang berasal dari cermin lebih mudah
ditangkap oleh layar daripada yang berasal dari papan triplek?
LEMBAR KERJA SISWA
Tujuan
Mengamati pembiasan cahaya pada kaca plan paralel
Alat dan bahan
Kotak cahaya monokromatis
catu daya
kertas HVS
penggaris,
Dan kaca plan paralel.
Gambar
Cahaya tunggal dilewatkan pada kaca plan paralel.
Cara kerja
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Rangkaikan kotak cahaya dengan catu daya dan pilihlah kisi tunggal untuk
mendapatkan satu berkas cahaya.
3. Letakkan kaca plan paralel di atas kertas HVS dan buatlah batas-batas dari kaca
tersebut pada kertas.
4. Lewatkan seberkas cahaya tunggal pada kaca plan paralel dengan membentuk sudut
tertentu.
5. Amati perjalanan sinarnya. Tandai arah sinar datang dan arah sinar setelah keluar dari
kaca.
6. Matikan catu daya dan angkat kaca plan paralel, kemudian tariklah garis perjalana
sinar hasil pengamatan tersebut.
Pertanyaan
1. Apakah berkas cahaya yang masuk ke dalam kaca dan pada saat keluar dari kaca
membentuk garis lurus?
2. Apakah kerapatan massa udara dan kerapatan massa kaca sama?
3. Apakah besarnya sudut datang dan sudut bias di dalam kaca sama?
LEMBAR KERJA SISWA
Tujuan
Mengamati perjalanan sinar pada lensa cembung
Alat dan bahan
Kotak cahaya
beberapa lensa cembung
kertas HVS
dan penggaris.
Cara kerja
1. Sediakan alat dan bahan.
2. Pegang dan rabalah permukaan lensa cembung dan bedakan
3. dengan lensa yang lain.
4. Letakkan lensa cembung di tengah-tengah kertas HVS.
5. Jatuhkan sinar sejajar sumbu utama lensa cembung.
6. Amati berkas sinar sejajar tersebut setelah melewati lensa
7. cembung.
Gambar
Skema percobaan pengamatan sinar pada lensa cembung.
Pertanyaan
1. Ketika sinar sejajar dilewatkan pada lensa cembung, apakah
yang terjadi pada sinar biasnya?
2. Titik apakah hasil pertemuan sinar bias yang tampak palingterang pada layar? Apakah
titik api itu nyata?
LEMBAR KERJA SISWA
Tujuan
Menentukan titik fokus (F) pada lensa cekung
Alat dan bahan
Beberapa lensa cekung
kotak cahaya
kisi sejajar
dan catu daya.
Cara kerja
1. Sediakan alat dan bahan.
2. Rabalah beberapa lensa cekung. Apakah yang membedakannya
dengan lensa cembung?
3. Jatuhkan sinar sejajar pada lensa cekung rangkap (bikonkaf).
4. Amati perjalanan sinar biasnya.
Pertanyaan
1. Ketika sinar sejajar dilewatkan pada lensa cekung, apakah
yang akan terjadi pada sinar biasnya?
2. Di manakah letak titik fokus lensa cekung?
3. Apakah titik api (titik fokus) tersebut dapat ditangkap oleh
layar?
4. Jadi, apakah sifat titik fokus lensa cekung tersebut?
KISI-KISI PENILAIAN KINERJA “Efektivitas Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran Konsep Cahaya dengan Metode Eksperimen”.
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Indikator
Penilaian Kinerja Aspek kinerja yang dinilai Skor
Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
Merancang dan melakukan eksperimen untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya.
Melakukan eksperimen.
Persiapan eksperimen
Untuk penggunaan skala penilaian (rating scale) dari 1 sampai 3, adalah sebagai berikut: 3 = jika melakukan
semua kriteria yang ada pada lembar lembar penilaian kinerja.
2 = jika melakukan 2 kriteria yang ada pada lembar penialaian kinerja.
1 = jika melakukan 1 kriteria yang ada pada lembar kinerja.
Melakukan Pengambilan data Aktifitas dalam kelompok
Menginterpretasi data eksperimen.
Persentasi hasil ekperimen
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui eksperimen.
Melakukan eksperimen
Persiapan eksperimen Melakukan Pengambilan data Aktifitas dalam kelompok
Menginterpretasi data eksperimen
Persentasi hasil ekperimen
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan eksperimen.
Melakukan eksperimen
Persiapan eksperimen Melakukan Pengambilan data Aktifitas dalam kelompok
Menginterpretasi Persentasi hasil
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Indikator
Penilaian Kinerja Aspek kinerja yang dinilai Skor
data eksperimen ekperimen Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung.
Melakukan eksperimen
Persiapan eksperimen Melakukan Pengambilan data Aktifitas dalam kelompok
Menginterpretasi data eksperimen
Persentasi hasil ekperimen
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung.dan lensa cekung.
Melakukan eksperimen
Persiapan eksperimen Melakukan Pengambilan data Aktifitas dalam kelompok
Menginterpretasi data eksperimen
Persentasi hasil ekperimen
PEDOMAN PENILAIAN KINERJA (Performance Assessment) SISWA PADA KEGIATAN EKSPERIMEN CAHAYA
SMP kelas VIII
Pelaksanaan Eksperimen: 1. Siswa dikelompokan menjadi kelompok kecil/sedang untuk eksperimen yang akan
dilaksanakan.
2. Memberikan arahan terlebih dahulu kepada siswa tentang eksperimen yang akan
dilaksanakan.
3. Gunakan petunjuk kerja praktikum untuk masing-masing siswa dalam melakukan
penilaian kinerja.
4. Ikuti petunjuk pengisian penilaian kinerja pada lembar penilaian.
Petunjuk Pengisian Lembar Kinerja: 1. Amati dan cermati kegiatan eksperimen yang sedang dilaksanakan oleh siswa.
2. Berilah tanda chek list (√) pada pilihan kolom yang sudah tersedia.
3. Perhatikan kriteria penilaian untuk memberi tanda chek list () pada kolom 3 jika
melakukan semua kriteria, 2 jika melakukan 2 kriteria, 1 jika melakukan 1 kriteria.
KRITERIA PENILAIAN KINERJA SISWA
No Aspek Kinerja yang Dinilai Kriteria Skor
A. Aspek Proses ( skor maksimal 12)
1. Persiapan eksperimen a. Kelengkapan alat eksperimen.* 3 = jika melakukan semua kriteria.
2 = jika melakukan 2 kriteria. 1 = jika melakukan 1 kriteria.
b. Menyusun alat eksperimen dengan benar. c. Menjaga alat dari kerusakan.
2. Melakukan pengambilan data. Disesuaikan dengan kegiatan praktikumnya
3 = jika melakukan semua kriteria. 2 = jika melakukan 2 kriteria. 1 = jika melakukan 1 kriteria.
3. Aktifitas dalam kelompok.
a. Terjalin kerjasama yang baik. 3 = jika melakukan semua kriteria. 2 = jika melakukan 2 kriteria. 1 = jika melakukan 1 kriteria.
b. Pembagian tugas kelompok yang merata. c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok.
4. Persentasi hasil eksperimen.
a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat. 3 = jika melakukan semua kriteria. 2 = jika melakukan 2 kriteria. 1 = jika melakukan 1 kriteria.
b. Mampu menjawab pertanyaan dari kelompok lain dengan benar.
c. Menghargai pendapat kelompok lain.
LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA Eksperimen 1.a
Kelompok : …………………… Berilah tanda check list (√) dalam kolom yang tersedia!
No Aspek Kinerja yang Dinilai Kriteria Nama Siswa
1. Persiapan eksperimen
a. Kelengkapan alat eksperimen.* b. Menyusun alat eksperimen
dengan benar.
c. Menjaga alat dari kerusakan.
2. Melakukan pengambilan data.
a. Posisi menyalakan senter lurus dengan karton.
b. Cahaya senter terlihat jelas pada layar.
c. Mencatat data hasil eksperimen lengkap dan tepat.
3. Aktifitas dalam kelompok.
a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok yang
merata.
c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok.
4. Persentasi hasil eksperimen.
a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat.
b. Mampu menjawab pertanyaan dari kelompok lain dengan benar.
c. Menghargai pendapat kelompok lain.
* : Mengcu pada lembar cek alat dan bahan. Bogor, 2013 Penilai
LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA Eksperimen 1.b
Kelompok : …………………… Berilah tanda check list (√) dalam kolom yang tersedia!
No Aspek Kinerja yang Dinilai Kriteria Nama Siswa
1. Persiapan eksperimen
a. Kelengkapan alat eksperimen.* b. Menyusun alat eksperimen
dengan benar.
c. Menjaga alat dari kerusakan.
2. Melakukan pengambilan data.
a. Cahaya tepat mengenai benda. b. Bayangan yang dihasilkan
terlihat jelas pada layar.
c. Mencatat data hasil eksperimen lengkap dan tepat.
3. Aktifitas dalam kelompok.
a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok
yang merata.
c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok.
4. Persentasi hasil eksperimen.
a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat.
b. Mampu menjawab pertanyaan dari kelompok lain dengan benar.
c. Menghargai pendapat kelompok lain.
* : Mengcu pada lembar cek alat dan bahan. Bogor, 2013 Penilai
LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA Eksperimen 2.a
Kelompok : …………………… Berilah tanda check list (√) dalam kolom yang tersedia!
No Aspek Kinerja yang Dinilai Kriteria Nama Siswa
1. Persiapan eksperimen
a. Kelengkapan alat eksperimen.* b. Menyusun alat eksperimen
dengan benar.
c. Menjaga alat dari kerusakan.
2. Melakukan pengambilan data.
a. Mengamati perjalanan sinar datang dan sinar pantul.
b. Mengukur perjalanan sinar datang dan sinar pantul.
c. Mencatat data hasil eksperimen dengan lengkap dan tepat.
3. Aktifitas dalam kelompok.
a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok
yang merata.
c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok.
4. Persentasi hasil eksperimen.
a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat.
b. Mampu menjawab pertanyaan dari kelompok lain dengan benar.
c. Menghargai pendapat kelompok lain.
* : Mengcu pada lembar cek alat dan bahan. Bogor, 2013 Penilai
LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA Eksperimen 2.b
Kelompok : …………………… Berilah tanda check list (√) dalam kolom yang tersedia!
No Aspek Kinerja yang Dinilai Kriteria Nama Siswa
1. Persiapan eksperimen
a. Kelengkapan alat eksperimen.* b. Menyusun alat eksperimen
dengan benar.
c. Menjaga alat dari kerusakan.
2. Melakukan pengambilan data.
a. Mengamati perjalanan sinar datang dan sinar pantul
b. Mengukur perjalanan sinar datang dan sinar pantul
c. Mencatat data hasil eksperimen dengan lengkap dan tepat.
3. Aktifitas dalam kelompok.
a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok
yang merata.
c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok.
4. Persentasi hasil eksperimen.
a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat.
b. Mampu menjawab pertanyaan dari kelompok lain dengan benar.
c. Menghargai pendapat kelompok lain.
* : Mengcu pada lembar cek alat dan bahan. Bogor, 2013 Penilai
LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA Eksperimen 3.a
Kelompok : …………………… Berilah tanda check list (√) dalam kolom yang tersedia!
No Aspek Kinerja yang Dinilai Kriteria Nama Siswa
1. Persiapan eksperimen
a. Kelengkapan alat eksperimen.* b. Menyusun alat eksperimen
dengan benar.
c. Menjaga alat dari kerusakan.
2. Melakukan pengambilan data.
a. Mengamati bayangan yang dihasilkan dengan teliti.
b. Melakukan pengukuran dengan cermat.
c. Mencatat data hasil eksperimen dengan lengkap dan tepat.
3. Aktifitas dalam kelompok.
a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok
yang merata.
c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok.
4. Persentasi hasil eksperimen.
a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat.
b. Mampu menjawab pertanyaan dari kelompok lain dengan benar.
c. Menghargai pendapat kelompok lain.
* : Mengcu pada lembar cek alat dan bahan. Bogor, 2013 Penilai
LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA Eksperimen 3.b
Kelompok : …………………… Berilah tanda check list (√) dalam kolom yang tersedia!
No Aspek Kinerja yang Dinilai Kriteria Nama Siswa
1. Persiapan eksperimen
a. Kelengkapan alat eksperimen.* b. Menyusun alat eksperimen
dengan benar.
c. Menjaga alat dari kerusakan.
2. Melakukan pengambilan data.
a. Mengamati bayangan yang dihasilkan dengan teliti.
b. Bayangan yang dihasilkan terlihat jelas pada layar.
c. Mencatat data hasil eksperimen dengan lengkap dan tepat.
3. Aktifitas dalam kelompok.
a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok
yang merata.
c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok.
4. Persentasi hasil eksperimen.
a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat.
b. Mampu menjawab pertanyaan dari kelompok lain dengan benar.
c. Menghargai pendapat kelompok lain.
* : Mengcu pada lembar cek alat dan bahan. Bogor, 2013 Penilai
LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA Eksperimen 3.c
Kelompok : …………………… Berilah tanda check list (√) dalam kolom yang tersedia!
No Aspek Kinerja yang Dinilai Kriteria Nama Siswa
1. Persiapan eksperimen
a. Kelengkapan alat eksperimen.* b. Menyusun alat eksperimen
dengan benar.
c. Menjaga alat dari kerusakan.
2. Melakukan pengambilan data.
a. Mengamati bayangan yang dihasilkan dengan teliti.
b. Bayangan yang dihasilkan terlihat jelas pada layar.
c. Mencatat data hasil eksperimen dengan lengkap dan tepat.
3. Aktifitas dalam kelompok.
a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok
yang merata.
c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok.
4. Persentasi hasil eksperimen.
a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat.
b. Mampu menjawab pertanyaan dari kelompok lain dengan benar.
c. Menghargai pendapat kelompok lain.
* : Mengcu pada lembar cek alat dan bahan. Bogor, 2013 Penilai
LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA Eksperimen 4.a
Kelompok : …………………… Berilah tanda check list (√) dalam kolom yang tersedia!
No Aspek Kinerja yang Dinilai Kriteria Nama Siswa
1. Persiapan eksperimen
a. Kelengkapan alat eksperimen.* b. Menyusun alat eksperimen
dengan benar.
c. Menjaga alat dari kerusakan.
2. Melakukan pengambilan data.
a. Mengamati bayangan yang dihasilkan dengan teliti.
b. Bayangan yang dihasilkan terlihat jelas pada layar.
c. Mencatat data hasil eksperimen dengan lengkap dan tepat.
3. Aktifitas dalam kelompok.
a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok
yang merata.
c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok.
4. Persentasi hasil eksperimen.
a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat.
b. Mampu menjawab pertanyaan dari kelompok lain dengan benar.
c. Menghargai pendapat kelompok lain.
* : Mengcu pada lembar cek alat dan bahan. Bogor, 2013 Penilai
LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA Eksperimen 4.b
Kelompok : …………………… Berilah tanda check list (√) dalam kolom yang tersedia!
No Aspek Kinerja yang Dinilai Kriteria Nama Siswa
1. Persiapan eksperimen
a. Kelengkapan alat eksperimen.* b. Menyusun alat eksperimen
dengan benar.
c. Menjaga alat dari kerusakan.
2. Melakukan pengambilan data.
a. Mengamati bayangan yang dihasilkan dengan teliti.
b. Bayangan yang dihasilkan terlihat jelas pada layar.
d. Mencatat data hasil eksperimen dengan lengkap dan tepat.
3. Aktifitas dalam kelompok.
a. Terjalin kerjasama yang baik. b. Pembagian tugas kelompok
yang merata.
c. Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok.
4. Persentasi hasil eksperimen.
a. Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat.
b. Mampu menjawab pertanyaan dari kelompok lain dengan benar.
c. Menghargai pendapat kelompok lain.
* : Mengcu pada lembar cek alat dan bahan. Bogor, 2013 Penilai
1
SOAL Post-Tes
1. Sumber cahaya adalah ….
a. benda-benda yang dapat memantulkan cahaya.
b. benda-benda yang dapat memancarkan cahaya.
c. benda-benda yang dapat membiaskan cahaya.
d. benda-benda yang dapat menyerap cahaya.
2.
Gambar di atas menunjukan ….
a. lilin mengeluarkan cahaya. c. sinar merambat lurus.
b. lilin sebagai benda cahaya. d. sinar keluar dari lilin.
3. Cahaya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
1) Merupakan gelombang tranversal.
2) Merupakan gelombang longitudinal.
3) Dipancarkan dalam bentuk radiasi.
4) Dapat mengalami pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi,
dan polarisasi.
Peryataan yang benar adalah ….
a. 1, 2, dan 3 c. 1, 3, dan 4
b. 1, 2, dan 4 d. 2, 3, dan 4
Petunjuk Pengerjaan Soal : 1. Kerjakan soal-soal di bawah dengan jawaban yang Anda anggap
paling benar. 2. Beri tanda silang (x) pada jawaban Anda. 3. Jika Anda ingin mengganti jawaban, beri tanda sama dengan (=)
pada jawaban yang telah Anda beri tanda silang (x) kemudian beri tanda silang (x) pada jawaban yang baru.
Misal : a. b. c. d.
INSTRUMEN PENELITIAN
2
SOAL Post-Tes
4.
Pada gambar di atas, huruf x dan y berturut-turut adalah ruang ….
a. umbra dan bayangan.
b. umbra dan penumbra.
c. penumbra dan bayangan.
d. penumbra dan umbra.
5. Di bawah ini adalah kelompok benda-benda yang tembus cahaya,
kecuali ….
a. kaca, air jernih, dan udara berkabut.
b. air jernih, es dan kaca
c. bumi, kayu dan batu
d. kaca, es dan batu
6. Pemantulan baur terjadi karena permukaan bidang pantulnya ….
a. licin c. kasar
b. datar d. cembung
7. Berikut ini macam-macam pemantulan cahaya, kecuali ….
a. difusi c. teratur
b. baur d. osmasi
8. Gambar yang menunjukan hukum pemantulan cahaya adalah ….
a. c.
3
SOAL Post-Tes
b. d.
9. Seberkas sinar jatuh pada permukaan cermin datar seperti pada
gambar di bawah ini.
Besar sudut pantul sinar tersebut adalah ….
c. 30o c. 40o
d. 50o d. 60o
10. Penyebab peristiwa pembiasan cahaya adalah ….
a. perbedaan sinar datang.
b. cepat rambat cahaya yang mediumnya berbeda.
c. cepat rambat cahaya pada permukaan halus.
d. sinar datang tepat digaris normal.
11. Sinar yang datang dari medium yang kurang rapat ke medium yang
rapat akan dibiaskan mendekati garis normal. Peryataan tersebut
sesuai dengan ….
a. hukum Huygens c. hukum Fresnel
b. hukum Snellius d. hukum Maxwell
12. Pelangi dan fatamorgana adalah contoh dari peristiwa ….
a. pemantulan c. pencerminan
b. pembiasan d. peleburan
13. Indeks bias zat dirumuskan sebagai ….
a. � � c. � �� � �� � �
4
SOAL Post-Tes
b. � � d. � �� � �� � �
14. Gambar pembiasan cahaya yang terjadi dari kaca ke udara adalah
….
a. c.
b. d.
15. Perhatikan diagram pembiasan di bawah ini!
Dari gambar tersebut indeks bias dirumuskan menjadi ….
a. Α ,
, c. Α� �
b. ,
, d. , ,
� �
16. Cermin yang mempunyai sifat mengumpulkan sinar adalah cermin
….
a. cekung c. cembung
b. silindris d. datar
5
SOAL Post-Tes
17. Bayangan yang terbentuk oleh cermin cembung selalu bersifat ….
a. maya, terbalik, diperkecil c. maya, tegak, sama besar
b. nyata, tegak, diperbesar d. maya, tegak, diperkecil
18. Untuk menghitung perbesaran bayangan pada cermin cekung dapat
menggunakan rumus ….
a. c.
b. d.
19. Di bawah ini merupakan sinar istimewa pada cermin cembung,
kecuali ….
a. c.
b. d.
20. Pada lampu senter, bola lampu kecil diletakan di titik fokus cermin
cekung, halini dimaksudkan agar sinar yang terpantul ….
a. menyebar ke segala arah.
b. berkumpul di satu titik.
c. membentuk bayangan nyata.
d. sejajar ke tempat yang jauh.
21. Suatu benda diletakan di antara dua buah cermin datar, bayangan
yang terbentuk sebayak 5 buah. Sudut yang dibentuk oleh kedua
cermin datar tersebut adalah ….
a. 50o c. 70o
6
SOAL Post-Tes
b. 60o d. 80o
22. Sebuah benda diletakan di depan cermin cembung yang jarak titik
apinya 15 cm. jika terjadi bayangan 6 cm dibelakang cermin, maka
letak benda tersebut adalah ….
a. 10 cm c. 20 cm
b. 15 cm d. 25 cm
23. Sebuah cermin cekung berfokus 5 cm. jika sebuah benda diletakan
di depan cermin pada jarak 10 cm dan tingginya 4 cm, maka tinggi
bayangannya adalah ….
a. 4 cm c. 15 cm
b. 8 cm d. 20 cm
24. Pembentukan bayangan pada cermin cekung yang benar adalah ….
a. c.
b. d.
25. Sifat lensa cembung adalah ….
a. divergen c. homogen
b. konvergen d. heterogen
26. Sebuah benda berada di ruang II pada lensa cembung, maka sifat-
sifat bayanganya adalah ….
a. nyata, tegak, diperkecil.
b. nyata, terbalik, diperbesar.
c. semu, terbalik, diperbesar.
7
SOAL Post-Tes
d. maya, tegak, diperbesar.
27. Jarak benda terhadap lensa cembung adalah 12 cm, jika bayangan
maya terjadi 20 cm dari lensa, maka jarak titik apinya adalah ….
a. 15 cm c. 30 cm
b. – 15 cm d. -30 cm
28. Lensa cembung dapat dimanfaatkan pada alat-alat di bawah ini,
kecuali ….
a. kaca sepion c. lup dan kamera
b. kaca mata rabun jauh d. mikroskop
29. Lensa kacamata yang digunakan Pak Bambang berkekuatan -5.
Artinya ….
a. lensa cekung berfokus 20 cm.
b. lensa cekung berfokus 50 cm.
c. lensa cembung berfokus 0,2 cm.
d. lensa cembung berfokus 0,5 cm.
30. Sebuah benda di depan lensa cembung seperti pada gambar. Jika
jarak fokus lensa 20 cm, maka perbesaran bayangan yang dihasilkan
adalah …
a. 3 kali c. 1,5 kali
b. 2 kali d. 0,5 kali
---------------oOo---------------
7
SOAL Post-Tes
d. maya, tegak, diperbesar.
27. Jarak benda terhadap lensa cembung adalah 12 cm, jika bayangan
maya terjadi 20 cm dari lensa, maka jarak titik apinya adalah ….
a. 15 cm c. 30 cm
b. – 15 cm d. -30 cm
28. Lensa cembung dapat dimanfaatkan pada alat-alat di bawah ini,
kecuali ….
a. kaca sepion c. lup dan kamera
b. kaca mata rabun jauh d. mikroskop
29. Lensa kacamata yang digunakan Pak Bambang berkekuatan -5.
Artinya ….
a. lensa cekung berfokus 20 cm.
b. lensa cekung berfokus 50 cm.
c. lensa cembung berfokus 0,2 cm.
d. lensa cembung berfokus 0,5 cm.
30. Sebuah benda di depan lensa cembung seperti pada gambar. Jika
jarak fokus lensa 20 cm, maka perbesaran bayangan yang dihasilkan
adalah …
a. 3 kali c. 1,5 kali
b. 2 kali d. 0,5 kali
---------------oOo---------------
7
SOAL Post-Tes
d. maya, tegak, diperbesar.
27. Jarak benda terhadap lensa cembung adalah 12 cm, jika bayangan
maya terjadi 20 cm dari lensa, maka jarak titik apinya adalah ….
a. 15 cm c. 30 cm
b. – 15 cm d. -30 cm
28. Lensa cembung dapat dimanfaatkan pada alat-alat di bawah ini,
kecuali ….
a. kaca sepion c. lup dan kamera
b. kaca mata rabun jauh d. mikroskop
29. Lensa kacamata yang digunakan Pak Bambang berkekuatan -5.
Artinya ….
a. lensa cekung berfokus 20 cm.
b. lensa cekung berfokus 50 cm.
c. lensa cembung berfokus 0,2 cm.
d. lensa cembung berfokus 0,5 cm.
30. Sebuah benda di depan lensa cembung seperti pada gambar. Jika
jarak fokus lensa 20 cm, maka perbesaran bayangan yang dihasilkan
adalah …
a. 3 kali c. 1,5 kali
b. 2 kali d. 0,5 kali
---------------oOo---------------
Yuliani Sudibyo Kosan Darunisa
Jln. Legoso Raya Gang Bungur 05/08 Kec/Des Pisangan Timur
Tangerang – Banten 15419
Ustadzah Iik Hikmatillah, S.E Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Perum Graha Ciantra Rt 009/05
Kap. Kunkun Des. Ciantra Cikarang Selatan – Bekasi 17550
PENGARUH METODE PRAKTIKUM DENGAN MENGGUNAKAN PENILAIAN KINERJA PADA KONSEP
CAHAYA
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : Evi Sutami
NIM: 107016300366
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1434H/2013M
UJI VALIDITAS PENILAIAN KINERJA Untuk Pakar/Ahli
Berilah tanda check list (√) dalam pilihan kolom yang tersedia!
No Aspek yang Uji Kriteria Baik Cukup Kurang
1 Kejelasan format instrumen.
2 Kesesuaian skor dengan kriteria.
3 Kesesuaian kriteria dengan aspek kinerja yang dinilai.
4 Keterwakilan semua tahap eksperimen oleh aspek kinerja yang dikembangkan.
5 Kejelasan dan keefektifan bahasa yang digunakan.
Saran : ……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
Jakarta, 12 Maret 2013 Validator
Pembimbing I
Diah Mulhayatiah, M. Pd. NIP. 197903092008012016
UJI VALIDITAS PENILAIAN KINERJA Untuk Pakar/Ahli
Berilah tanda check list (√) dalam pilihan kolom yang tersedia!
No Aspek yang Uji Kriteria Baik Cukup Kurang
1 Kejelasan format instrumen.
2 Kesesuaian skor dengan kriteria.
3 Kesesuaian kriteria dengan aspek kinerja yang dinilai.
4 Keterwakilan semua tahap eksperimen oleh aspek kinerja yang dikembangkan.
5 Kejelasan dan keefektifan bahasa yang digunakan.
Saran : ……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
Jakarta, 08 Maret 2013 Validator
Pembimbing II
Kinkin Suartini, M. Pd. NIP. 1978040620062003
UJI VALIDITAS PENILAIAN KINERJA Untuk Pakar/Ahli
Berilah tanda check list (√) dalam pilihan kolom yang tersedia!
No Aspek yang Uji Kriteria Baik Cukup Kurang
1 Kejelasan format instrumen.
2 Kesesuaian skor dengan kriteria.
3 Kesesuaian kriteria dengan aspek kinerja yang dinilai.
4 Keterwakilan semua tahap eksperimen oleh aspek kinerja yang dikembangkan.
5 Kejelasan dan keefektifan bahasa yang digunakan.
Saran : ……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
Jakarta, 08 Maret 2013 Validator
Guru Mata pelajara IPA SMP Negeri 1 Caringin Bogor
Intan Nurbagjawati, S.Pd. NIP.