111
1 HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR DAN DISIPLIN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh : FARAH DEDI SETIAWAN NIM. K8404024 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI …/Hubungan... · 5 abstrak farah dedi setiawan, hubungan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan

Embed Size (px)

Citation preview

1

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI

BELAJAR DAN DISIPLIN BELAJAR DENGAN PRESTASI

BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI

SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN

TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Oleh :

FARAH DEDI SETIAWAN

NIM. K8404024

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

2

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI

BELAJAR DAN DISIPLIN BELAJAR DENGAN PRESTASI

BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI

SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN

TAHUN AJARAN 2009/2010

Oleh :

FARAH DEDI SETIAWAN

NIM. K8404024

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Sosiologi-Antropologi Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

3

2010

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah Disetujui untuk Dipertahankan di Hadapan Tim

Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Pembimbing I

Dr. Zaini Rohmad, M.Pd

NIP. 195811171986011001

Pembimbing II

Drs. Slamet Subagya, M.Pd

NIP. 195211261981031002

4

PENGESAHAN

Skripsi ini telah Dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Selasa

Tanggal : 29 Juni 2010

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. H.MH. Sukarno, M.Pd ……………………..

Sekretaris : Drs. Suparno, M.Si ……………………..

Penguji I : Dr. Zaini rohmad, M.Pd ……………………..

Penguji II : Drs. Slamet Subagya, M.Pd ……………………..

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd

NIP 19600727 198702 1001

5

ABSTRAK

Farah Dedi Setiawan, HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR, DAN DISIPLIN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif yang signifikan antara : (1) Pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa, (2) pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa, (3) Motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa, dan (4) Disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa. Penelitian ini mengambil lokasi di kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten.

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini menggunakan metode diskriptif korelasional. Populasinya adalah siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten, sebanyak 120 siswa. Sampel yang digunakan sebanyak 25% dari keseluruhan populasi yaitu 30 siswa yang terbagi atas 3 kelas. Teknik sampling yang digunakan adalah Cluster Proporsional Random Sampling. Metode pengumpulan data dengan angket dan dokumentasi. Teknik analisis data yang dipakai menggunakan analisis statistik dengan intercorelasi product moment dan regresi ganda.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa” dapat diterima, artinya bahwa semakin baik kualitas pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan dengan adanya disiplin yang tinggi maka prestasi belajar sosiologi siswa akan semakin tinggi pula. (2) Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sosiologi siswa. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sosiologi siswa” dapat diterima, artinya bahwa semakin tinggi pola asuh orang tua maka semakin tinggi pula prestasi belajar sosiologi siswa. (3) Ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa” dapat diterima, artinya bahwa semakin tinggi motivasi belajar maka semakin tinggi pula prestasi belajar sosiologi siswa. (4) Ada hubungan positif yang signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi

6

siswa” dapat diterima, artinya bahwa semakin tinngi disiplin belajar maka semakin tinggi pula prestasi belajar sosiologi siswa.

ABSTRACT Farah Dedi Setiawan, THE RELATION BETWEEN PARENT’S

NURTURE PATTERN, LEARNING MOTIVATION AND LEARNING DISCIPLINE, AND THE SOCIOLOGY LEARNING ACHIEVEMENT IN THE XI GRADERS OF SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN IN THE SCHOOL YEAR OF 2009/2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, Juni 2010.

The objectives of research are to find out whether there is or not the positive significant relation between: (1) The parent’s nurture pattern, learning motivation and learning discipline, and the students learning achievement, (2) the parent’s nurture pattern and the students learning achievement, (3) The learning motivation and the students learning achievement, and (4) The learning discipline and the students learning achievement. The research took place in Class XI of SMA Muhammadiyah 1 Klaten.

In line with the research problem and objective, this research employed a correlational descriptive method. The population was the XI graders of SMA Muhammadiyah 1 Klaten, as many as 120 students. The sample employed was 25% of entire population as 30 students divided into 3 classes. The sampling technique employed was Cluster Proportional Random Sampling. Techniques of collecting data with questionnaire and documentation. Technique of analyzing data employed was statistical analysis with intercorelasi product moment and multiple regression.

Considering the result of research, it can be concluded that: (1) There is a positive significant relation between the parent’s nurture pattern, learning motivation and learning discipline, and the students’ Sociology learning achievement. Thus, the hypothesis “there is a positive significant relation between the parent’s nurture pattern, learning motivation and learning discipline, and the students’ Sociology learning achievement” can be supported, meaning that the higher quality of parent’s nurture pattern, learning motivation and the higher discipline, the higher is the students’ Sociology learning achievement. (2) There is a positive significant relation between the parent’s nurture pattern and the students’ Sociology learning achievement. Thus, the hypothesis “there is a positive significant relation between the parent’s nurture pattern and the students’ Sociology learning achievement” can be supported, meaning that the higher the parent’s nurture pattern, the higher is the students’ Sociology learning achievement. (3) There is a positive significant relation between the learning motivation and the students’ Sociology learning achievement. Thus, the hypothesis “there is a positive significant relation between the learning motivation and the students’ Sociology learning achievement” can be supported, meaning that the higher the learning motivation, the higher is the students’ Sociology learning

7

achievement. (4) There is a positive significant relation between the learning discipline and the students’ Sociology learning achievement. Thus, the hypothesis “there is a positive significant relation between the learning discipline and the students’ Sociology learning achievement” can be supported, meaning that the higher the learning discipline, the higher is the students’ Sociology learning achievemen.

MOTTO “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan

yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”

( Q.S. Luqman: 17 )

8

PERSEMBAHAN

Teriring rasa syukur kepada Allah

SWT, karya ini dipersembahkan

untuk :

1. Bapak (Sukono) dan Ibu

(Mutmainah) yang telah

membesarkan dan mendidik

dengan penuh kasih sayang.

2. Kakak-kakakku (Mbak Fitri &

Mbak Ana) yang selalu

memberikan motivasi.

3. Almamater

9

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga pada saat ini peneliti mampu

untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Skripsi dengan judul “Hubungan antara Pola Asuh Oang Tua, Motivasi

Belajar, dan Disiplin Belajar Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI

SMA Muhammadiyah 1 Klaten Tahun Ajaran 2009/2010” adalah untuk

memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana (S1) di lingkungan

Universitas Sebelas Maret.

Banyak kesulitan yang peneliti temui dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan

yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuan yang diberikan,

peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.

2. Drs. H. Syaiful Bachri, M.Pd, ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.

3. Drs. H. MH. Sukarno, M.Pd, ketua Program Studi Sosiologi Antropologi,

Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS

Surakarta.

4. Dr. Zaini Rohmad, M.Pd, dosen pembimbing I skripsi ini.

5. Drs. Slamet Subagya, M.Pd, dosen pembimbing II.

6. Seluruh civitas akademika SMA Muhammadiyah 1 Klaten atas kerjasama

yang baik selama menyelesaikan skripsi ini.

10

7. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya dalam penyusunan

skripsi ini. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari

Tuhan Yang Maha Esa.

Peneliti menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini masih

banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan

kritik dari pembaca yang budiman sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.

Surakarta, Juni 2010

Peneliti

11

DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................... i

PENGAJUAN ................................................................................................. ii

PERSETUJUAN ............................................................................................. iii

PENGESAHAN .............................................................................................. iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

MOTTO .......................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................. 7

C. Pembatasan Masalah ............................................................ 7

D. Perumusan Masalah ............................................................. 8

E. Tujuan Penelitian ................................................................. 8

F. Manfaat Penelitian ............................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka .................................................................. 10

1. Tinjauan tentang Pola Asuh Orang Tua ......................... 10

2. Tinjauan tentang Motivasi Belajar ................................. 16

3. Tinjauan tentang Disiplin Belajar .................................. 22

12

4. Tinjauan tentang Prestasi Belajar………………………. 25

B. Kerangka Berfikir ................................................................ 31

C. Perumusan Hipotesis ............................................................ 33

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 34

B. Metodelogi Penelitian .......................................................... 35

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ........... 39

D. Tehnik Pengambilan Data ................................................... 46

E. Teknik Analisis Data ............................................................ 57

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Diskripsi Data ...................................................................... 65

B. Uji Prasyarat Analisis Data .................................................. 75

C. Pengujian Hipotesis............................................................... 78

D. Pembahasan Hasil Analisis Data .......................................... 83

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan .............................................................................. 91

B. Implikasi ............................................................................... 91

C. Saran ..................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 95

LAMPIRAN .................................................................................................... 98

13

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Waktu Penelitian ........................................................................... 35

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Data Pola Asuh Orang Tua (X1) ................. 72

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar (X2)................................... 72

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Disiplin Belajar (X3) ................................... 73

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Sosiologi (X1) .................... 74

14

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berfikir ................................................................... 33

Gambar 2 Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah 1 Klaten .............. 70

Gambar 3 Grafik Histogram Pola Asuh Orang Tua (X1) ........................ 72

Gambar 4 Grafik Motivasi Belajar (X2) .................................................. 73

Gambar 5 Grafik Disiplin Belajar (X3) ................................................... 74

Gambar 6 Grafik Prestasi Belajar Sosiologi (Y) ...................................... 75

15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Uji Coba Angket Pola Asuh Orang Tua, Motivasi

Belajar, dan Disiplin Belajar ................................................ 98

Lampiran 2 Surat Pengantar Angket Penelitian ....................................... 104

Lampiran 3 Angket Penelitian ................................................................. 105

Lampiran 4 Tabulasi Hasil Uji Coba Angket

Pola Asuh Orang Tua (X1), Motivasi Belajar (X2),

dan Disiplin Belajar (X3)...................................................... 112

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas X1 .......................................................... 115

Lampiran 6 Hasil Uji Reliabilitas X1....................................................... 118

Lampiran 7 Hasil Uji Validitas X2........................................................... 121

Lampiran 8 Hasil Uji Reliabilitas X2....................................................... 124

Lampiran 9 Hasil Uji Validitas X3........................................................... 127

Lampiran 10 Hasil Uji Reliabilitas X3....................................................... 130

Lampiran 11 Tabulasi Data Hasil Angket Variabel

Pola Asuh Orang Tua (X1), Motivasi Belajar (X2),

dan Disiplin Belajar (X3)...................................................... 133

Lampiran 12 Data Induk Penelitian............................................................ 136

Lampiran 13 Deskripsi Data....................................................................... 137

Lampiran 14 Uji Normalitas Data X1, X2, dan X3.................................... 140

Lampiran 15 Uji Linieritas X1-Y ............................................................... 143

Lampiran 16 Uji Linieritas X2-Y ............................................................... 144

16

Lampiran 17 Uji Linieritas X3-Y ............................................................... 145

Lampiran 18 Uji Independensi ................................................................... 146

Lampiran 19 Analisis Korelasi ................................................................... 147

Lampiran 20 Analisis Regresi Ganda......................................................... 148

Lampiran 21 Analisis Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ........... 149

Lampiran 22 Denah Lokasi SMA Muhammadiyah 1 Klaten..................... 150

Lampiran 23 Surat Perijinan....................................................................... 151

Lampiran 24 Curiculum Vitae.................................................................... 158

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi dan industrialisasi saat ini pendidikan merupakan

salah satu unsur penting bagi masyarakat. Dengan pendidikan diharapkan

masyarakat dapat menerima dan mengusai perkembangan ilmu teknologi secara

cepat dan sesuai dengan tatanan budaya masyarakat setempat. Arus globalisasi

dan modernisasi mengakibatkan perkembangan kebudayaan masyarakat tidak

terkendali, hal ini dikarenakan kita kurang mempunyai filter yang kuat untuk

menerima kebudayaan asing secara bebas masuk ke negara kita. Melonggarnya

standar nilai moral dan norma serta adat istiadat dalam masyarakat mengakibatkan

beberapa golongan tidak dapat menempatkan segala sesuatu ke tempat yang

semestinya.

Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat sekarang ini

beserta teknologinya ternyata bersifat menyeluruh di segala bidang kehidupan

manusia, tidak terkecuali pada bidang pendidikan. Apalagi tuntutan jaman modern

yang semakin kompleks, bidang pendidikan perlu penanganan yang serius. Oleh

karena itu, upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa menuju pencapaian

generasi berkualitas merupakan tanggung jawab bersama. Pembentukan peserta

didik agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya bukanlah proses yang

mudah.

17

Keluarga adalah unsur penting dalam perkembangan diri siswa

termasuk dalam pencapaian prestasi yang baik untuk menghasilkan generasi yang

berkualitas, karena keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama dan utama

bagi anak dalam upaya mengembangkan kepribadian anak. Kita tidak dapat

melepaskan tanggung jawab kita sebagai orang tua, karena remaja bukan dewasa

yang sudah memiliki kemandirian dan kematangan dalam berpikir. Remaja

merupakan pribadi yang unik mereka tidak dapat dikekang maupun dilepaskan

sepenuhnya. Peran orang tua bagi remaja sangat mutlak karena keluarga

merupakan lingkungan primer individu dalam sosialisasi.

Pola asuh orang tua sangat di perlukan bagi perkembangan anak,

dengan tujuan agar dapat mengantar anak menjadi manusia berguna bagi

keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Sikun Pribadi (1981: 67) mengatakan

bahwa “Pola asuh orang tua adalah perilaku orang tua dalam memenuhi

kebutuhan, memberikan perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan

sehari-hari”. Perilaku orang tua tersebut akan mendatangkan hasil dengan baik

apabila dilakukan dengan benar dan sebaliknya jika perilaku orang tua tersebut

bersifat negatif atau bertentangan dengan keinginan anak, maka tidak dapat

digolongkan sebagai usaha bimbingan. Keberhasilan seorang anak dalam

menghadapi kehidupan kelak tergantung bagaimana orang tua memberikan bekal

hidup anak mereka, seperti pendidikan, pemenuhan kebutuhan, arahan masa

depan, penanaman nilai, norma, adat istiadat, agama, kemandirian, dan beberapa

kebiasaan yang ada dalam masyarakat. Penanaman nilai primordialisme yang

kuat di dalam diri anak akan membantu anak hidup bergaul di lingkungan luar

dengan baik dan tidak mudah mengikuti arus kehidupan luar yang negatif.

Berkaitan dengan pendidikan, orang tua memiliki peranan sangat

penting. Bagaimana perilaku anak tergantung orang tua mendidik dan

mengarahkan anak serta lingkungan sekitar anak tumbuh dan berkembang.

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, tempat

dimana ia pertama kali belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial

didalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Di dalam kelompok tersebut

individu mengalami suatu proses pembentukan norma-norma sosial, internalisasi

1

18

norma-norma terbentuknaya Frame of reference, sense of belongingness dan lain-

lain. Dalam keluarga anak pertama –tama memegang peranan sebagai makluk

sosial yang memiliki norma-norma dan kecakapan tertentu dalam pergaulannya

dengan orang lain.

Keluarga yang memiliki status sosial ekonomi mapan cenderung lebih

memperhatikan pendidikan anak-anak mereka. Bagi mereka pendidikan yang

berkualitas itu penting bagi anak-anak mereka agar mendapatkan prestasi belajar

yang tinggi dan para orang tua akan melakukukan berbagai cara untuk memenuhi

setiap kebutuhannya. Dengan tingkat pendapatan yang tinggi, pendidikan yang

cukup serta pekerjaan yang mapan para orang tua cenderung lebih banyak

memberikan dorongan atau motivasi kepada anak untuk lebih berprestasi dalam

belajar. Motivasi yang diberikan orang tua dapat berupa suri tauladan yang baik,

lingkungan keluarga yang mendukung pendidikan, sikap mendidik anak,

pemenuhan fasilitas belajar dan lain-lain. Partisipasi orang tua dalam kegiatan

belajar anak secara tidak langsung akan berhubungan dalam pencapaian prestasi

belajar anak hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaryanto dalam

majalah ilmiah ilmu pengetahuan sosial vol.4 no 2 September 2005 halaman237-

245.

Namun pola asuh orang tua tersebut tidak akan ada korelasinya dengan

prestasi belajar manakala dalam diri individu tidak memiliki motivasi untuk

menuju hal yang lebih baik. Seorang siswa kelas menengah atas tidak akan dapat

memperoleh prestasi belajar yang baik apabila dia tidak memiliki motivasi yang

tinggi untuk belajar. Karena motivasi memberikan kekuatan seseorang untuk

berbuat sesuatu sesuai dengan keinginannya. Motivasi merupakan faktor penting

dalam meraih keberhasilan atau prestasi bukan hanya belajar tapi juga dalam

berbagai hal. Karena dengan adanya motivasi atau dorongan seseorang dapat

mencapai sesuatu yang diinginkan. Motivasi belajar adalah merupakan faktor

psikis yang memberikan dorongan, menumbuhkan gairah, merasa senang,

semangat dalam melakukan kegiatan belajar. Dilihat dari uraian tersebut jelas

bahwa motivasi berhubungan dalam proses belajar siswa. Sardiman AM (2001:

83) mengatakan ada 4 fungsi motivasi yaitu: (1) Mendorong manusia untuk

19

berbuat, sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan oleh

seseorang; (2) Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbutan apa yang harus

dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan, dengan mensisihkan perbuatan –

perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut; (3) Menentukan arah

perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai; dan (4) Pendorong usaha dan

pencapaian prestasi.

Selain dengan adanya pola asuh orang tua dan motivasi belajar

tersebut, prestasi belajar yang maksimal juga bisa diraih dengan kedisiplinan

belajar yang tinggi. Dengan kedisiplinan belajar, siswa dapat mencapai prestasi

seperti yang diinginkan. Karena siswa akan mempunyai suatu perasaan patuh dan

taat. Rasa disiplin pertama kali timbul oleh karena pendidikan orang tua. Dalam

proses mendidik kedisiplinan anak, orang tua akan tidak mudah untuk

menanamkan rasa disiplin tersebut pada diri anak. Menanamkan disiplin pada

anak harus dimulai sejak dini, karena dengan dimulai dari kecil diharapkan anak

menjadi terbiasa dan rasa disiplin tersebut berkembang terus menerus sampai anak

menjadi dewasa.

Soegeng Prijodarminto (1992: 23) mengemukakan “Disiplin adalah

suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian

perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kesenian, keteraturan, dan atau

ketertiban”. Nilai-nilai dalam disiplin tersebut sangat menunjang dan penting

dalam menjalani suatu kehidupan bermasyarakat yang terdiri dari berbagai

kegiatan. Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam setiap kegiatan ataupun

perilaku, maka kita akan memperoleh hasil yang maksimal sesuai yang kita

inginkan. Tanpa adanya sikap disiplin dalam berperilaku, maka hidup yang kita

jalani akan berjalan dengan tidak teratur dan akhirnya kita tidak akan memperoleh

hasil seperti yang kita harapkan.

Disiplin belajar adalah suatu tata tertib yang tercipta dan terbentuk

sebagai pola tingkah laku belajar yang diatur sedemikian rupa, menurut ketentuan-

ketentuan yang harus ditaati dan dipatuhi oleh semua pihak. Dengan kedisiplinan

dapat tercipta ketertiban dan keteraturan serta dapat menimbulkan perubahan yang

relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan siswa. Seorang

20

siswa yang mempunyai kedisiplinan belajar yang tinggi akan mengikuti dan

mentaati peraturan sekolah secara baik, dengan kesadaran diri untuk

melaksanakan peraturan tersebut, dan anak melaksanakan hukuman apabila

melakukan kesalahan. Kedisiplinan belajar tidak tumbuh dengan sendirinya,

melainkan adanya bantuan dari pendidikan, baik dari orang tua, guru maupun

masyarakat.

Orang tua sangat berperan penting dalam pembinaan kedisiplinan

belajar anak di rumah yaitu dengan memberikan teladan yang baik bagi anak dan

bertanggung jawab mencukupi kebutuhan anak. Apabila dari kecil anak sudah

diajarkan untuk berlaku disiplin dalam segala hal, semakin lama anak akan dapat

memahami dan menjiwai arti disiplin tersebut. Penanaman kedisiplinan secara

dini kepada anak adalah sangat baik, karena anak tersebut semakin besar semakin

kuat rasa kedisiplinannya, dan khususnya rasa disiplin dalam hal belajar di

sekolah maupun di rumah. Disiplin belajar dalam hal ini tidak hanya dalam taat

dengan waktu belajar yang sudah ditentukan, tetapi juga termasuk dengan

pemanfaatan waktu luang yang ada untuk belajar. Secara otomatis, semakin sering

anak belajar maka pelajaran yang telah diajarkan akan semakin dimengerti oleh

anak tersebut. Perilaku disiplin belajar tersebut tidak hanya berlaku dalam

lingkungan sekolah namun juga berlaku dalam lingkungan keluarga dan

masyarakat.

Selain lingkungan keluarga yang tidak kalah penting adalah

lingkungan sekolah. Sekolah merupakan lembaga yang penting yang memberikan

pendidikan tambahan bagi anak yang tidak dapat diberikan oleh orang tua.

Pendidikan memberikan sumbangan yang besar dalam pembentukan kepribadian

individu. Karena melalui pendidikan individu tersebut tidak hanya diajarkan dari

segi akademis namun juga dari segi non akademis seperti keterampilan dan

keahlian, penanaman nilai, norma, adat istiadat, tingkah laku dan nilai-nilai afektif

lainnya yang mendukung individu dapat bersosialisai dengan baik di lingkungan

masyarakat.

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha untuk memanusiakan

manusia, artinya dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan budi pekerti

21

akal pikiran sehingga dapat mejadi manusia yang purna, yang berguna bagi diri

dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan sangat tergantung pada diri siswa

sendiri sebagai subjek dan objek pendidikan. Dalam Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dikatakan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Rubino Rubiyanto dkk, 2003: 21). Pendidikan tidak akan berhasil apabila tidak ada kerja sama yang baik

antara pihak sekolah dan pihak keluarga yaitu orang tua. Sekolah sebagai lembaga

formal dengan bantuan tenaga guru sebagai jembatan transfer of learning

memberikan seluruh kemampuannya untuk mendidik dan mengajar dengan baik

kepada siswa, dengan harapan siswa dapat menerima informasi sepenuhnya

dengan baik dan berhasil dalam pendidikan serta mendapat prestasi yang baik.

Prestasi belajar adalah penilaian hasil belajar mengajar yang dinyatakan dalam

bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang

sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. Prestasi belajar dapat

dihubungani oleh beberapa faktor yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa dan

dari dalam diri siswa. Muhibbinsyah (1995: 320) menyebutkan ada 3 faktor yang

memhubungani prestasi belajar siswa antara lain: (1) Faktor internal siswa (faktor

dari dalam diri siswa) yaitu keadaan atau kondisi jasmani rohani siswa; (2) Faktor

eksternal siswa ( faktor dari luar diri siswa) yaitu keadaan atau kondisi lingkungan

di sekitar diri siswa; dan (3) Faktor pendekatan belajar ( Approach to learning)

yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan

guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Prestasi belajar adalah sesuatu yang penting bagi siswa, karena prestasi

belajar mempunyai beberapa fungsi. Fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai

indikator keberhasilan dalam bidang tertentu saja, tetapi juga sebagai indikator

penentu kualitas pendidikan.

Zainal Arifin (1990: 3) mengemukakan bahwa prestasi belajar

memiliki 4 fungsi antara lain: (1) Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator

22

dengan daya serap (kecerdasan) anak didik; (2) Prestasi belajar sebagai indikator

kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik; (3)

Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu; dan (4) Prestasi

belajar sebagai bahan informasi dalam invasi pendidikan.

Bertitik dari pemikiran diatas peniliti tertarik untuk mengetahui lebih

lanjut apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan

disiplin belajar dengan prestasi belajar anak. Sehingga penulis mengambil judul:

Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua, Motivasi Belajar, dan Disiplin

Belajar dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA

Muhammadiyah 1 Klaten Tahun Ajaran 2009/2010.

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pola asuh orang tua merupakan unsur penting dalam prestasi belajar anak.

2. Pola asuh orang tua yang berbeda akan menghasilkan prestasi yang

berbeda bagi anak.

3. Motivasi belajar merupakan faktor yang penting dalam menentukan

prestasi belajar siswa, namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang

memiliki motivasi belajar rendah.

4. Keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran dilihat dari bagaimana

prestasi belajar yang di peroleh siswa. Namun saat ini masih banyak siswa

yang masih menganggap remeh prestasi belajar.

5. Disiplin belajar mempengaruhi prestasi belajar anak.

6. Prestasi belajar dipengaruhi dari faktor internal siswa, faktor eksternal, dan

faktor pendekatan belajar.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah

sebagai berikut:

1. Pola asuh orang tua adalah cara, kebiasaan, atau perlakuan orang tua yang

diterapkan untuk menjaga, merawat dan membimbing anak dalam rangka

23

memenuhi kebutuhan dan memberikan perlindungan yaitu dengan cara

menunjukkan kekuasaan dan memperhatikan keinginan anak. Pola asuh

orang tua dalam hal ini dibatasi pada pola asuh demokratis, pola asuh

liberal dan pola asuh otoriter.

2. Motivasi belajar yang dimaksud adalah dorongan yang berhubungan

dengan prestasi yang ingin dicapai, yaitu menguasai, memahami serta

mampu mengatasi rintangan rintangan yang ada serta memelihara kualitas

kerja yang tinggi agar mampu bersaing dengan standart keunggulan

tertentu.

3. Disiplin belajar adalah suatu tata tertib yang tercipta dan terbentuk sebagai

pola tingkah laku belajar yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan

yang ditaati dan dipatuhi oleh semua pihak, sehingga tercipta ketertipan

dan keteraturan dan menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai

akibat dari upaya-upaya yang dilakukan siswa. Kedisiplinan dalam hal ini

dibatasi pada kedisiplinan dalam hal mengikuti dan mentaati peraturan

sekolah, adanya kesadaran diri untuk melaksanakan peraturan tersebut,

adanya hukuman, adanya alat pendidikan dan adanya konsistensi.

4. Prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah

melakukan usaha belajar.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan

disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI?

2. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar

sosiologi siswa kelas XI?

3. Apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar

sosiologi siswa kelas XI?

24

4. Apakah ada hubungan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar

sosiologi siswa kelas XI?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar,

dan disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI.

2. Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan prestasi

belajar sosiologi siswa kelas XI.

3. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi

belajar sosiologi siswa kelas XI.

4. Untuk mengetahui hubungan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar

sosiologi siswa kelas XI.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan pada

umumnya dan proses belajar pada khususnya di bidang ilmu Sosiologi.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat:

a. Memberikan masukan kepada pihak sekolah berkaitan dengan peningkatan

kualitas lulusan.

b. Mengajukan wawasan bagi orang tua untuk lebih memperhatikan

perkembangan anak.

c. Memberikan inspirasi kepada siswa untuk lebih memotivasi diri lebih baik

dalam proses belajar sehingga mencapai prestasi yang baik.

d. Dijadikan sebagai sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana

Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta oleh peneliti.

25

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Pola asuh orang tua

Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dan utama bagi

anak yang berfungsi sebagai tempat untuk berinteraksi. Orang tua sebagai

pengasuh dan pembimbing dalam keluarga yang sangat berperan dalam

meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak. Sikap, perilaku dan kebiasaan orang

tua selalu dinilai dan ditiru oleh anak yang secara sadar atau tidak sadar akan

diresapi kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak. Dalam mengasuh anak,

orang tua sangat dihubungani oleh budaya yang ada dilingkungannya dan

diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing, mengarahkan

anak yang tercermin dalam pola pengasuhan anak.

a. Pengertian pola asuh orang tua

Sikun Pribadi (1981: 67) menjelaskan bahwa pola asuh orang tua

adalah perilaku orang tua dalam memenuhi kebutuhan, memberikan

perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Perlakuan

orang tua tersebut akan mendatangkan hasil yang baik apabila dilakukan

dengan benar dan sebaliknya. Perlakuan orang tua yang negative atau

bertentangn dengan keinginan anak, maka tidak dapat digolongkan sebagai

usaha bimbingan. Sears dalam Rohan Aliah (1990: 40) mengatakan bahwa

“Pola asuh orang tua merupakan cerminan orang tua dengan anak.

Komunikasi ini melibatkan sikap, nilai dan kepercayaan orang tua untuk

26

memelihara anaknya”. Pola asuh dalam hal ini merupakan cara yang

digunakan orang tua dalam menjaga, merawat dan membimbing anak

terutama pada sikap, proses pengadilan, pemberian dorongan dan interaksi

dalam mengantarkan anak agar berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa

dan negara. Singgih (2000: 55) mengatakan bahwa “Pola asuh merupakan

perlakuan orang tua memperhatikan keinginan anak”. Kekuasaan atau cara

yang digunakan orang tua cenderung mengarah pada pola asuh yang

diterapkan. Lebih lanjut ditegaskan oleh Sam Vaknin (2009) mengatakan

bahwa “parenting is interaction between parent’s and children during their

care”. Pernyataan tersebut dapat diterjemahkan secara bebas bahwa pola asuh

orang tua adalah interaksi antara orang tua dengan anaknya selama

mengadakan pengasuhan. Maksud dari pengertian di atas adalah bahwa pola

asuh orang tua adalah perlakuan atau hubungan interaksi yang terjadi antara

orang tua dengan anaknya. Interaksi ini terjadi antara orang tua dengan anak

dalam proses membimbing, mendidik dan mengasuh. Hubungan di sini dapat

berupa perlakuan yang diberikan orang tua dalam menunjukkan perhatian

kepada anak-anaknya. Dengan kata lain, bagaimana orang tua memahami

keinginan-keinginan anaknya dapat terlihat dari cara orang tua mengasuh

anaknya. Kegiatan pengasuhan ini dapat berupa cara-cara yang dilakukan oleh

orang tua untuk mengatur anak-anaknya yang dapat diwujudkan dengan cara

memberitahukan nilai atau hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh

anak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh

orang tua merupakan cara yang digunakan orang tua dalam mengasuh anak-

anaknya menjadi manusia yang mandiri dan berguna bagi keluarga,

masyarakat dan Negara. Dalam hal ini mengasuh mengandung pengertian

mendampingi, membimbing, membantu dan melatih anak supaya memiliki

prestasi belajar yang tinggi

b. Bentuk-bentuk pola asuh orang tua

27

Elizabeth B. Hurlock (1993: 205) mengatakan bahwa ”Orang tua

dalam mengasuh anak-anaknya dapat menggunakan cara otoriter, permesif

atau bebas dan demokratis”.

1) Cara demokratis

Abu Ahmadi (1999: 264) mengemukakan bahwa “Sikap

demokratis dari orang tua menimbulkan ciri-ciri berinisiatif, tidak takut-

takut, lebih giat dan lebih bertujuan”. Dalam hal ini sikap pribadi anak

lebih banyak menesuaikan diri, mau menghargai pekerjaan orang lain,

menerima kritik dengan terbuka, aktif didalam hidupnya, emosi lebih

stabil dan mempunyai rasa tanggung jawab. Suherman (2000: 10)

mengemukakan bahwa “Orang tua yang mempunyai karakteristik sikap

demokratis adalah orang tua yang memperlakukan anaknya sesuai dengan

tingkat perkembangan usia anak dan memperhatikan serta

mempertimbangkan keinginan-keinginan anak “.

2) Cara otoriter

Suherman (2000: 8) bahwa karakteristik sikap orang tua yang

otoriter adalah:

a) Orang tua yang menentukan segala sesuatu b) Anak tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan

pendapatnya c) Keinginan atau cita-cita anak tidak mendapatkan perhatian d) Sikap orang tua dengan prinsip

Berikutnya pendapat dari Probins yang diterjemahkan oleh Abu

Ahmadi (1991: 112) di mana mengemukakan tentang keluarga yang

bersifat otoriter yaitu, “Di sini perkenbangan anak itu semata-mata

ditentukan oleh orang tua“. Abu Ahmadi (1991: 92) juga mengatakan

”Pola asuh otoriter yaitu orang tua yang selalu bersikap otoriter merupakan

sikap yang suka memaksakan kehendaknya kepada anak-anak mereka”.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang bersifat otoriter

menngmbarkan komunikasi searah dan orang tualah yang menentukan

segala sesuatu.

3) Cara liberal

28

Probins yang diterjemahkan oleh Abu Ahmadi (1991: 112)

mengemukakan bahwa, “ Keluarga liberal ditandai oleh adanya kebebasan

anak-anak untuk bertindak dan berbuat. Sifat-sifat dari keluarga ini

biasanya agresif, tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, sukar

menyesuaikan diri, emosi kurang stabil dan mempunyai sifat curiga”.

Orang tua yang mempunyai sifat liberal, biasanya menganngap bahwa

anak adalah orang dewasa yang dapat mengambil tindakan atau keputusan

sendiri menurut kehendak tanpa bimbingan. Jadi dapat disimpulkan bahwa

dalam pola asuh liberal tidak adanya komunikasi, anak diberi kebebasan

yang mutlak dalam bertindak dan berbuat serta perilaku anak tidak

mendapat bimbingan dan control dari orang tua. Suherman (2009: 9)

mengatakan bahwa “Pada orang tua yang menunjukan sikap liberal,

biasanya mempunyai anggapan bahwa anak sebagai orang dewasa dapat

mengambil tindakan atau keputusan sendiri menurut kehendaknya sendiri

tanpa bimbingan”.

c. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Anak

Di dalam hal ini, keadaan antara keluarga yang satu dengan keluarga

yang lain adalah berbeda-beda, sehingga akan membawa hubungan yang

berbeda-bada pula dengan motivasi berprestasi anak. Hubungan pola asuh

orang tua tersebut adalah:

1) Hubungan Pola Asuh Demokratis

Zahara Idris dan Lisma Jamal (1992: 88) mengungkapkan bahwa

hubungan dari pola asuh orang tua yang demokratis adalah:

a). Anak akan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya;

b). Daya kreatif anak menjadi lebih besar dan daya ciptanya kuat;

c). Sifat kerja sama, hubungan yang akrab, dan terbuka sangat cocok

dengan perkembangan jiwa anak serta besar kemungkinannya untuk

berhasil sesuai dengan kemampuannya;

d). Anak akan menerima orang tuanya sebagai orang tua yang wibawa

29

e). Anak mudah menyesuaikan diri, oleh karena itu disenangi teman-

temannya baik dirumah maupun diluar rumah;

f). Anak merasa aman karena diliputi oleh rasa cinta kasih dan merasa

diterima oleh orang tuanya;

g). Anak percaya kepada diri yang wajar dan disiplin serta sportif;

h). Anak bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya;

i). Anak hidup dengan penuh gairah dan optimis karena hidup dengan

penuh kasih sayang, merasa dihargai sebagai anak yang tumbuh dan

berkembang serta orang tuanya memperhatikan kebutuhan, minat,

cita-cita dan kemampuannya.

Pola asuh dengan cara demokratis ini dapat mengakibatkan anak

mampu bertindak sesuai dengan norma dan kebebasan yang ada pada

dirinya untuk memperoleh kepuasan dan menyesuaikan diri. Apabila

tingkah lakunya tidak berkenan bagi orang lain, maka anak tersebut akan

mampu untuk menunda dan menghargai tuntutan yang ada di

lingkungannya sebagai sesuatu yang berbeda dengan norma-norma yang

ada.

2) Hubungan Pola Asuh Otoriter

Zahara Idris dan Lisma Jamal (1992: 89) menguraikan hubungan

perilaku otoriter adalah sebagai berikut:

a). Di dalam rumah tangga, seorang anak memperlihatkan perasaan

dengan penuh rasa ketakutan, merasa tertekan, kurang pendirian,

mudah dihubungani dan sering berbohong khususnya pada orang

tuanya sendiri;

b). Anak selalu sopan dan tunduk pada penguasa, patuh yang tidak pada

tempatnya dan tidak berani mengeluarkan pendapat;

c). Anak kurang berterus terang, disamping sangat tergantung pada orang

lain;

30

d). Anak pasif dan kurang berinisiatif biasanya hanya menerima begitu

saja dari orang tuanya seperti motivasi untuk belajar sangat kurang

sebelum pelajaran diterangkan sejelas-jelasnya oleh guru;

e). Tidak percaya pada diri sendiri karena anak terbiasa bertindak dengan

mendapat persetujuan dari orang tua ;

f). Perilaku orang tua yang kasar menjadikan anak sulit berhubungan

dengan orang lain;

g). Diluar rumah anak cenderung menjadi agresif yaitu suka berkelahi

dan mengganggu teman karena dirumah dikekang dan ditekan;

h). Anak ragu-ragu dalam mengambil keputusan dalam segala hal sebab

tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri;

i). Anak merasa rendah diri dan tidak berani memikul tanggung jawab;

j). Anak bersifat pesimis, cemas dan putus asa;

k). Anak tidak mempunyai pendirian yang tetap karena mudah

terhubungan oleh teman lainnya.

Pola asuh dengan cara otoriter apalagi ditambah dengan sikap keras,

menghukum, mengancam maka dapat menjadikan anak patuh dihadapan

orang tua tetapi dibelakang orang tuanya, anak tersebut akan diperlihatkan

reaksi-reaksi yang menentang atau melawan karena anak tersebut merasa

dipaksa dirumah. Reaksi menentang dan melawan bisa ditampilkan dalam

tingkah laku yang melanggar norma-norma dan menimbulkan persoalan

serta kesulitan baik pada diri sendiri maupun lingkungan pergaulannya.

3) Hubungan Pola Asuh Liberal

Pola asuh yang bersifat liberal biasanya menerapkan disiplin bebas.

Dalam hal ini, orang tua biasanya membiarkan anak untuk bertindak

menurut keinginannya dan tidak memberikan hukuman sehingga bagi anak

akan terasa sulit untuk memilih tindakan yang boleh dilakukan dan yang

tidak boleh dilakukan.

Suherman (2000: 9) mengemukakan bahwa hubungan pola asuh

orang tua yang liberal adalah:

31

a) Tidak mengenal tata tertib atau sopan santun

b) Tidak mengenal disiplin

c) Sering mengalami kecewa

d) Tidak dapat menghargai orang lain

e) Lebih mementingkan diri sendiri (egois)

f) Mempunyai keinginan aneh dan tidak sesuai dengan kemampuannya

g) Hubungan dengan orang lain kurang harmonis

h) Sering menentang norma yang berlaku di masyarakat tempat

tinggalnya

i) Tidak menurut dan sulit diperintah

Salah satu hal yamng ditimbulkan oleh pola asuh orang tua yang

bersifat liberal adalah anak tidak mengenal disiplin. Jika hal tersebut

terbawa dalam kebiasaan dalam belajar yaitu anak tidak disiplin dalam

belajar dan dalam penyelesaian tugas-tugas belajar maka akan berakibat

pada pembentukan motivasi berprestasi anak.

2. Tinjauan Tentang Motivasi belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar.

Motif (motive) berasal dari akar kata bahasa latin movere, yang

kemudian menjadi motion, yang artinya gerak atau dorongan untuk bergerak.

Jadi motivasi merupakan daya dorong, daya gerak atau penyebab seseorang

untuk melakukan berbagai kegiatan dan dengan tujuan tertentu (Abd. Rahman,

1993: 114).

Segala tindakan yang kita lakukan akan didasari oleh motif-motif

tertentu yang mana motif tersebut dapat menguntungkan diri kita. Hal ini

sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Wood Worth & Marquis

dalam Abd. Rahman Abror (1993: 144) yang menyatakan bahwa ”Amotive is

asset predisposes the individual of certain activities and for seeking certain

goal”, yang artinya motif adalah suatu asset (kesiapan) yang menjadikan

individu cenderung untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan untuk

32

mencapai tujuan-tujuan tertentu. Jadi, motif dapat diartikan sebagai daya

upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Motivasi itu sendiri pada dasarnya memiliki definisi yang sangat

beragam. Seperti yang diungkapkan Atkinson dalam Margaret E. Bell

Grendler (1994: 436) yang berpendapat bahwa “motivasi merupakan fungsi

variabel tugas dan disposisi individu untuk berusaha mencapai keberhasilan

atau menghindari kegagalan”. Margon dalam Toetik Sukamto dkk (1992: 42)

“Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorongatau penarik yang

menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu”. Selanjutnya

Ngaliman Purwanto (1990: 71) berpendapat bahwa ”Motivasi adalah

pendorong yaitu suatu usaha yang disadari untuk memhubungani tingkah laku

seseorang agar ia bergerak hatinya untuk bertindak dalam melakukan sesuatu

sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu”. Senada dengan hal itu Suraja

(1994: 2) berpendapat bahwa “Motivasi adalah suatu tindakan (dorongan,

alasan, kemauan) dari dalam yang menyebabkan kita berbuat atau bertindak

yang tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang hendak dicapai”.

Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi

adalah kekuatan yang tersembunyi yang ada dalam jiwa manusia, di mana

kekuatan itu menjadi daya penggerak baik secara sadar maupun tidak

mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk

menjadi aktif dalam setiap kegiatan sehingga tercapai tujuan yang di

inginkan.

Adapun sebagaimana pendapat dari Slameto (1995: 2) bahwa belajar

adalah “Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Wingkel

(1987: 36) “Belajar adalah aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam

interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan pengetahuan,

pemahaman, keterampilan dan sikap”.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah

keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa maupun di luar diri

33

siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan

belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi tercapainya tujuan.

Motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi belajar

pada mata pelajaran sosiologi.

b. Ciri-ciri Motivasi

Ningsih Paimin (1998: 23), seseorang yang memiliki motivasi akan

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan. 2) Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin. 3) Tekun menghadapi tugas. 4) Ulet meghadapi kesulitan. 5) Menunjukkan minat dengan berbagai masalah orang dewasa. 6) Dapat mempertahankan pendapatnya. 7) Senang mencari dan memecahkan soal-soal senang dan rajin, penuh

semangat serta cepat bosan dengan tugas-tugas rutin. 8) Mengerjakan tujuan-tujuan jangka panjang. 9) Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi.

Selanjutnya menurut Sardiman AM (1994: 83) mengungkapkan

bahwa terdapat beberapa ciri motivasi yang ada dalam diri setiap orang yaitu:

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama dan berhenti setelah selesai).

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak putus asa). 3) Menunjukkan minat dengan bermacam-macam masalah untuk orang

dewasa (misalnya masalah pembangunan, agama, plitik, ekonomi, keadilan, pemberantasan KKN dan lain sebagainya).

4) Lebih senang bekerja mandiri. 5) Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin. 6) Dapat mempertahankan pendapatnya. 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah.

Apabila siswa memiliki ciri-ciri seperti di atas maka siswa tersebut

selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri seperti di atas akan sangat

penting dalam kegiatan belajar dan akan dengan mudah dapat mencapai

prestasi yang diinginkan.

c. Macam-macam Motivasi

Menurut Winkel (1999: 94) Motivasi yang mendorong kegiatan atau

perbuatan belajar pada umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu :

34

1) Motivasi ekstrinsik adalah aktivitas belajar dimulai dan diteruskan

berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan

dengan aktifitas sendiri atau motif-motif yang aktif dan berfungsi karena

ada perangsang dari luar.

Adapun yang termasuk dalam bentuk motivasi belajar ekstrinsik

adalah sebagai berikut:

a) Belajar demi memenuhi kewajiban.

b) Belajar demi menghindari hukuman dan ancaman.

c) Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan.

d) Belajar demi meningkatkan status sosial.

e) Belajar demi memperoleh pujian dari orang penting, misalnya guru dan

orang tuanya.

f) Belajar demi tujuan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi

persyaratan kenaikan jenjang atau golongan administratif.

2) Motivasi intrinsik, adalah kegiatan belajar dimulai dan diteruskan

berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara

mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar itu atau tindakan yang digerakkan

oleh suatu sebab yang muncul dari dalam individu. Motif-motif yang

menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dari

dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Contohnya: Ada anak yang suka membaca buku, meskipun tidak ada yang

mendorong, dia akan tetap mencari buku-buku untuk membacanya.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa motivasi sangat

bermanfaat bagi siswa dalam menghadapi proses belajar untuk

meningkatkan prestasi belajarnya. Motivasi intrinsik merupakan kesadaran

anak untuk melakukan aktivitas belajar. Motivasi ekstrinsik perlu juga

ditanamkan pada siswa dengan tujuan untuk membantu munculnya

motivasi intrinsik.

Bagi peserta didik, motivasi dapat digunakan untuk pengembangan

aktifitas dan inisiatif. Oleh karena itu perlu adanya cara-cara menumbuhkan

aktivitas anak didik dengan cara memberikan motivasi, antara lain:

35

1) Memberi nilai. Karena nilai merupakan sasaran bagi siswa, maka siswa

hanya mengejar nilai ulangan agar nilai dalam raportnya bagus.

Sebaiknya guru dapat mengartikan nilai-nilai itu, bukan hanya sekedar

kognitif, melainkan juga afektif dan psikomotorik.

2) Hadiah. Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi, karena dengan

adanya hadiah akan membuat seseorang menjadi tertarik.

3) Saingan. Saingan dapat digunakan sebagai motivasi, sebab persaingan

antar kelompok dalam berprestasi akan menimbulkan dorongan

berprestasi yang baik.

4) Memberikan ulangan atau tes, yang akan menjadikan siswa giat belajar

ketika mengetahui akan ada ulangan.

5) Mengetahui hasil tes atau ulangan. Jika siswa tahu hasil ulangannya

baik, maka belajarnya akan semakin meningkat.

6) Pujian, dengan diberikannya pujian kepada siswa, mereka akan

termotivasi. Dengan memberikan pujian, akan memupuk suasana yang

menyenangkan dan akan meningkatkan gairah belajar, sekaligus

membangkitkan harga diri.

7) Minat. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, karena motivasi

berhubungan dengan minat. Minat dapat dimunculkan dengan cara-cara

sebagai berikut:

a) Membangkitkan adanya kebutuhan.

b) Menghubungkan adanya pengalaman.

c) Memberi kesempatan untuk memberikan atau mendapatkan hasil

yang baik.

d) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

8) Tujuan yang diukur. Rumusan tujuan yang diakui dan diterima siswa

merupakan alat motivasi yang penting, karena dengan memahami

tujuan yang akan dicapai dirasa sangat menguntungkan, maka akan

muncul gairah untuk belajar.

d. Peranan Motivasi Dalam Belajar

36

Manusia pada prinsipnya adalah makhluk yang dapat berpikir, berbuat,

dan melakukan kegiatan. Dengan adanya motivasi, berperan membantu

mendorong perilaku individu, khususnya dalam kegiatan belajar siswa.

“Ada empat macam peranan motivasi dalam belajar, yaitu : 1) Motivasi dapat menentukan hal-hal yang dijadikan penguat dalam belajar. 2) Motivasi dapat memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai. 3) Motivasi dapat menentukan ragam kendali dengan rangsangan belajar. 4) Motivasi dapat menentukan ketekunan belajar

(Roman Natawidjaja, 1995: 59)”.

e. Pentingnya Motivasi Dalam Belajar

Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya

motivasi belajar adalah sebagai berikut:

1) Menyadarkan kedudukan pada awal, proses dan akhir, contohnya: setelah

seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan, dibandingkan dengan

temannya sekelas yang juga bab tersebut, ia kurang berhasil menangkap isi,

maka ia terdorong untuk membacanya lagi.

2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan

dengan teman sebaya. Sebagai ilustrasi: Jika terbukti usaha belajar seorang

siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun temannya yang belajar

dan berhasil.

3) Mengarahkan kegiatan belajar. Sebagai ilustrasi: Jika ia telah mengetahui

bahwa dirinya belum belajar secara serius yang terbukti dengan seringnya

bersendau gurau, maka ia akan merubah perilaku belajarnya.

4) Membesarkan semangat belajar. Sebagai ilustrasi: Jika ia telah merasa

menghabiskan biaya belajar yang besar dan masih ada adiknya yang harus

dibiayai orang tuanya, maka ia berusaha untuk cepat lulus.

5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (di

sela-selanya adalah bermain atau istirahat) yang berkesinambungan,

individu dilatih untuk mengunakan kekuatannya sendiri sehingga dapat di

rumah, membantu pekrjaan orang tua, dan bermain dengan teman sebaya.

Apa yang dilakukannya diharapkan akan berhasil dengan memuaskan.

37

Kelima hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya motivasi dengan

manusia yang harus disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi disadari

oleh pelaku, maka suatu pekerjaan, dalam hal ini tugas belajar dapat

terselesaikan dengan bagus.

Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan

dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru,

manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk

belajar sampai berhasil. Membangkitkan, bila siswa tak bersemangat;

meningkatkan, bila semangatnya telah kuat; dalam hal ini memberikan

hadiah pujian atau dorongan dapat digunakan untuk mengobarkan semangat

belajar siswa.

2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-

macam; ada yang acuh tak acuh, ada yang tidak memperhatikan, ada yang

bermain, disamping ada yang bersemangat belajar. Diantara yang

bersemangat belajar, ada yang berhasil dan ada yang gagal. Dengan

bermacam ragamnya motivasi belajar tersebut, maka guru dapat

menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar.

3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara

bermacam-macam peran seperti sebagai penasehat, fasilitator, instruktur,

teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. Peran

paedagogis tersebut sudah barang tentu sesuai dengan perilaku siswa.

4) Memberi peluang guru untuk ”Unjuk kerja” rekayasa paedagogis. Tugas

guru adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil. Tantangannya

justru terletak pada “mengubah” siswa cerdas yang acuh tak acuh menjadi

semangat belajar.

3. Tinjauan Tentang Disiplin Belajar

a. Pengertian Disiplin Belajar

Melayu SP Hasibuan (1994: 212) mengatakan bahwa “Kedisiplinan

adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan

38

perusahaan dan norma-norma yang berlaku”. Jadi menurut Melayu,

kedisiplinan harus dilakukan secara sadar dan dengan kesadaran tanpa adanya

suatu paksaan dan tekanan dari pihak manapun.

Suharsimi Arikunto (1990: 114) mengatakan :

“Disiplin adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Kedisiplinan berkaitan erat dengan pengendalian diri seseorang dalam melakukan tindakan secara sadar melalui pembentukan diri dan watak”.

Seperti yang dikatakan di atas, displin dapat diartikan sebagai sebuah

kesadaran hati yang mengharuskan diri seseorang mengikutinya dengan

melibatkan juga suatu sikap pengendalian yang dapat digunakan sebagai

perilaku atau sikap sadar terhadap pembentukan diri maupun watak individu

itu sendiri.

Kemudian I.G. Woersanto (1985: 147) mengatakan bahwa “Disiplin

adalah suatu sikap ketaatan seseorang dengan suatu aturan atau ketentuan

yang berlaku dalam suatu organisasi itu, atas dasar adanya kesadaran dan

keinsyafan bukan adanya unsur paksaan”. Sedangkan Soegeng Prijodarminto

(1992: 23) mengatakan bahwa “Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta

dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan

nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban”.

Berdasarkan pengertian disiplin tersebut, dapatlah peneliti simpulkan

bahwa kedisiplinan adalah sikap kesadaran, ketaatan, dan kepatuhan seseorang

dengan tata tertib, norma-norma, peraturan dan ketentuan-ketentuan baik yang

dibuat sendiri maupun yang disepakati bersama.

Dalam hal ini disiplin mempunyai tiga aspek yaitu:

1) Disiplin mental (mental attitude), yaitu sikap taat dan tertib sebagai hasil

atau pengembangan dari pelatihan, pengendalian pikiran dan pengendalian

watak.

2) Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, kriteria

dan standart yang sedemikian rupa, sehingga pemahaman tersebut

39

menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan

dengan aturan, norma, kriteria dan standart tersebut merupakan syarat

mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses).

3) Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, yang

mentaati segala hal secara cermat dan tertib.

Slameto (1995: 2) mengatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses

yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan Sardiman AM (2001: 23)

mengatakan bahwa “ Belajar merupakan upaya perubahan tingkah laku

dengan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk menuju perkembangan pribadi

yang seutuhnya yang menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, dan ranah afektif,

kognitif, dan psikomotorik”.

Jadi dapat peneliti simpulkan bahwa kedisiplinan belajar adalah

suatu kondisi belajar yang tercipta dan terbentuk sebagai pola tingkah laku

belajar yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang ditaati oleh

semua pihak secara sadar sehingga tercipta ketertiban dan keteraturan dalam

belajar, dan dengan tujuan untuk menjadi yang lebih baik

b. Fungsi Kedisiplinan

Dengan belajar disiplin dari kecil, kita akan mendapat keuntungan di

masa depan dengan persaingan kehidupan yang semakin ketat. Dengan disipin

kita akan mendapat banyak keuntungan dalam pergaulan dimasyarakat. Fungsi

utama disiplin adalah untuk mengajarkan pengendalian diri secara baik,

menghormati dan mematuhi perilaku yang otoriter. Sedangkan wujud dari

perilaku disiplin anak sekolah dalam belajar antara lain anak mematuhi

peraturan yang berlaku, mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu,

belajar secara teratur dan mematuhi jadwal belajar yang telah ditetapkan.

EB. Hurlock (1993: 97) menyebutkan bahwa fungsi disiplin dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Fungsi yang bermanfaat

40

Fungsi yang bermanfaat ini meliputi: (a) untuk mengajar anak yaitu bahwa

perilaku tertentu selalu diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti

dengan pujian, (b) untuk mengajar anak tentang suatu tingkatan

penyesuaian yang wajar, tanpa menuntut konformitas yang berlebihan, dan

(c) untuk membantu anak mengembangkan hati nurani mereka.

2) Fungsi yang tidak bermanfaat

Fungsi yang tidak bermanfaat ini meliputi: (a) untuk menakut-nakuti anak,

dan (b) sebagai pelapisan agresi orang yang mendisiplin.

c. Unsur-unsur Kedisiplinan

Elizabeth B Hurlok (1992: 82) menyebutkan bahwa ada empat unsur

kedisiplinan yaitu:

1) Peraturan: sejumlah aturan-aturan yang telah disetujui oleh anggota

kelompok tersebut.

2) Hukuman: ganjaran atau suatu pembalasan atas suatu pelanggaran yang

berfungsi pengulangan dan untuk mendidik.

3) Penghargaan: suatu janji akan imbalan karena berbuat sesuatu yang

berbentuk kata-kata atau pujian, senyuman maupun bentuk materi yang

berfungsi mendidik dan memotivasi untuk mengulangi perilaku yang

disetujui secara sosial.

4) Konsistensi: tingkat stabilitas pelaksanaan peraturan atau konstan.

Dari beberapa unsur kedisiplinan di atas dapat diketahui bahwa

penerapan kedisiplinan pada para siswa memerlukan berbagai cara,

diantaranya dengan diberlakukannya peraturan yang harus dipatuhi siswa.

Berdasarkan unsur-unsur ini dapat digunakan para pendidik untuk

diberlakukan dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah. Pelaksanaan

proses pembelajaran semacam ini merupakan terapi penanaman kedisiplinan

agar siswa dapat berhasil lebih baik prestasi belajarnya.

4. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

41

Zainal Arifin (1990: 3) mengatakan bahwa “Prestasi adalah

kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu

hal”. Ketut Sukardi (1983: 26) mengatakan bahwa “Prestasi adalah suatu hasil

yang maksimal yang diperoleh dalam usaha mengaktualisasikan dan

mempotensikan diri lewat belajar”. Zainal Arifin (1990: 3) menambahkan

bahwa “Prestasi belajar adalah Suatu masalah yang bersifat perenial dalam

sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentan kehidupannya manusia

selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing”.

Singgih D. Gunarso (1990: 57) mengatakan bahwa “Prestasi belajar adalah

hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha belajar.”

Kemudian Poerwodarminta (2002: 787) mengatakan “Prestasi adalah

penguasaan atas keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang

biasanya ditunjukkan dengan nilai test berupa angka yang diberikan oleh

guru”. Sedangkan Saifudin Azwar (1996: 13) mengatakan “Prestasi belajar

bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa

dalam belajar”.

Dari pengertian-pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa prestasi belajar merupakan suatu hasil belajar yang selalu dikejar oleh

setiap siswa di sekolah atau merupakan hasil dari usaha belajar dan digunakan

untuk mengukur kemampuan siswa.

b. Fungsi Prestasi Belajar

Keberhasilan manusia dalam meraih prestasi belajar, pada tingkat

dan jenis ilmu pengetahuan tertentu dapat memberikan kepuasan pula pada

manusia khususnya yang ada pada bangku sekolah. Oleh karena itu, prestasi

mempunyai beberapa fungsi. Zainal Arifin (1990: 4) menyebutkan kegunaan

prestasi banyak ragamnya, antara lain adalah sebagai berikut:

1) Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar. 2) Untuk keperluan diagnostik. 3) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan. 4) Untuk keperluan seleksi. 5) Untuk keperluan penempatan atau penjurusan. 6) Untuk menentukan isi kurikulum.

42

7) Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah. Selain itu prestasi belajar juga mempunyai fungsi seperti yang

diungkapkan oleh Zainal Arifin (1990: 3) yaitu:

1) Sebagai indicator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai

anak didik.

2) Sebagai lambing pemuasan hasrat ingin tahu (couriosity) dan merupakan

kebutuhan umum pada manusia termasuk kebutuhan anak didik dalam

suatu program pendidikan.

3) Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, yang asumsinya

prstasi belajar dijadikan pendorong dan umpan balik (feed back) dalam

meningkatkan mutu pndidikan.

4) Sebagai indikator intern dan extern dari suatu institusi pendidikan.

Indikator intern dijadikan sebagai indikator tingkat produktivitas suatu

institusi pendidikan dan indikator extern dijadikan sebagai tingkat

kesuksesan anak didik di masyarakat.

5) Dapat dijadikan indikator dengan daya serap (kecerdasan) anak didik.

Dalam proses belajar mengajar anak didik diharapkan dapat menyerap

seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Dalam melaksanakan kegiatan belajar sehari-hari, seorang siswa

selalu berusaha untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Prestasi

belajar yang dicapai siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai hal yang saling

berhubungan satu dengan yang lain.

Zainal Arifin (1989: 23-24) mengungkapkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

1) Peserta didik harus melakukan banyak kegiatan, seperti melihat,

mendengar, merasakan, berfikir dan sebagainya.

2) Peserta didik harus rajin latihan dan mengulang kembali pelajaran yang

telah diajarkan.

3) Suasana belajar.

43

4) Peserta didik yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau tidak

dalam belajar.

5) Pengalaman belajar.

6) Pengalaman masa lalu.

7) Kesiapan belajar.

8) Minat dan usaha.

9) Alat-alat dalam kegiatan belajar mengajar.

10) Keadaan dalam kegiatan belajar mengajar.

Sumadi Suryabrata (1983: 7) menggolongkan faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar menjadi dua yaitu: 1) faktor dari dalam

(intern), dan 2) faktor dari luar (ekstern).

Agar lebih jelas akan peneliti uraikan lebih lanjut mengenai dua

faktor tersebut:

1) Faktor dari dalam

Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa merupakan faktor penentu

berhasilnya proses belajar mengajar di sekolah sangat tergantung dari

siswa yang bersangkutan. Diantara faktor-faktor yang perlu diperhatikan

dari segi anak didik adalah:

a) Faktor fisiologis / jasmaniah

Keadaan jasmani siswa harus diperhatikan dan diusahakan selalu

dalam keadaan baik agar prestasi belajar siswa dapat dicapai secara

optimal. Keadaan jasmani yang penting seperti: pendengaran,

penglihatan, kondisi fisik dan kematangan fisik.

b) Faktor psikologis

Faktor ini sangat berhubungan dengan hasil belajar yang dicapai siswa,

baik yang bersifat pembawaan maupun yang berasal dari pergaulan

seperti kemampuan belajar, tingkat intelegensi, bakat, unsur

kepribadian tertentu, seperti : sikap, kebiasaan, minat, motivasi, emosi,

rasa aman, penyesuaian diri, perhatian, dan kematangan jiwa.

2) Faktor dari luar

44

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa digolongkan

menjadi dua macam, yaitu:

a) Lingkungan

Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

(1) Lingkungan alami, seperti: keadaan suhu, kelembaban udara,

cuaca, dan lain sebagainya.

(2) Lingkungan sosial, seperti: suasana ramai, kehadiran orang lain,

dan lain sebagainya.

b) Instrumen

Untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan, faktor instrumen

merupakan penunjang terwujudnya tujuan belajar tersebut. Semakin

lengkap baik sarana belajar yang tersedia, maka kemungkinan

tercapainya tujuan belajar semakin besar.

Instrumen dapat dibedakan menjadi dua kelompok:

(1) Sofware atau instrumen perangkat lunak, yaitu:

kurikulum, guru, program, buku pedoman belajar, dan lain-lain.

(2) Hardware atau instrumen perangkat keras, yaitu:

gedung sekolah, mesin-mesin praktik, perlengkapan belajar, dan

lain-lain.

Sedangkan Drs. Dimyati Mahmud (1989: 84-87) menyebutkan faktor

yang mempengaruhi tingkat prestasi ada dua, yaitu:

1) Faktor internal

a) N.Ach (Need for Achievement) ialah dorongan atau motif untuk

berprestasi. N.Ach ialah suatu usaha instrinsik untuk mencapai

prestasi dalam hal tertentu.

Menurut hasil penelitian Winterbottom (1958), Rosen dan

D’Andrade (1959) remaja-remaja yang mempunyai dorongan kuat

untuk berprestasi berasal dari keluarga-keluarga yang memiliki

standart tinggi dalam berprestasi, yang memberikan imbalan hadiah

dengan keberhasilan berprestasi dan yang memberikan dorongan

45

untuk mandiri dan tidak bergantung pada pihak lain. Di samping itu,

menurut Shaw dan White (1965) hal tersebut pada umumnya ada

kaitannya dengan hubungan orang tua – anak yang hangat dimana

anak membentuk identifikasi yang kental dengan orang tuanya.

b) Takut gagal

Takut gagal, yang seringkali berupa perasaan cemas seperti

apabila menempuh ujian, mempelajari sesuatu yang baru atau

memecahkan masalah yang sulit, dapat mengganggu dalam

keberhasilan dalam berprestasi. Murid-murid yang merasa sangat

gugup selama menempuh ujian, akan memperoleh hasil yang lebih

buruk daripada mereka yang tenang dan santai.

c) Takut sukses

Takut sukses mungkin lebih karakteristik pada wanita

ketimbang pada pria. Apabila cukup kuat, takut sukses itu dapat

mendorong seseorang dan melahirkan perasaan-perasaan negatif

dengan prestasi yang baik.

2) Faktor eksternal

Banyak perbedaan dalam prestasi akademik (atau prestasi

dalam pekerjaan) bukan disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan

tempat kemampuan dan motif itu ditunjukkan. Lingkungan sekolah

misalnya, sangat bervariasi: gedung, fasilitas fisik lain, peralatan,

perpustakaan, kesempatan untuk memperluas dan memperkaya

pengetahuan, suasana kelas, disiplin, kualitas, dan penghasilan guru-

gurunya. Selain itu prestasi tersebut juga dihubungani oleh lingkungan

yang lain, seperti lingkungan rumah tangga. Kualitas lingkungan

keluarga misalnya: ada tidaknya pesawat TV, kamus, ensiklopedi, surat

kabar, dan sebagainya, sangat berkait dengan tingkat prestasi akademik

para siswa.

46

Selanjutnya Dimyati dan Mujiono (1999: 239) menyebutkan

bahwa proses belajar dihubungani oleh faktor intern dan ekstern, antara

lain:

a) Sikap dengan belajar

b) Motivasi belajar

c) Konsentrasi belajar

d) Mengolah bahan belajar

e) Menyimpan perolehan hasil belajar

f) Menggali hasil belajar yang tersimpan

g) Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar

h) Rasa percaya diri

i) Inteligensi dan keberhasilan belajar

j) Kebiasaan belajar

k) Cita-cita siswa

B. Kerangka Berpikir

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam mencapai prestasi belajar banyak

dipengaruhi oleh kondisi yang ada dalam pribadi siswa tersebut (individu), dan

kondisi disekelilingnya. Kondisi tersebut dinyatakan sebagai kondisi internal dan

kondisi eksternal. Faktor internal merupakan faktor penting dan berpengaruh

dalam menentukan prestasi belajar siswa, selain faktor eksternal yang juga

berpengaruh tetapi tidak terlalu besar andilnya dalam keberhasilan siswa dalam

memperoleh prestasi belajar yang bagus.

Pola asuh adalah perlakuan, cara atau kebiasaan orang tua yang

diterapkan untuk menjaga, merawat, dan membimbing anak di dalam lingkungan

keluarga dalam rangka memenuhi kebutuhan dan memberikan perlindungan yaitu

dengan cara menunjukkan kekuasaan dan memeperhatikan keinginan anak. Sikap,

cara dan kebiasaan orang tua dalam mendidik anak secara konsisten cenderung

mengarah pada pola asuh tertentu sesuai dengan wawasan dan pengalaman orang

tua sebagai pemimpin didalam lingkungan keluarga. Orang tua harus menerapkan

pola asuh yang paling tepat dan sesuai agar anak menjadi manusia yang berguna

bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Setiap orang tua memiliki cara

47

yang berbeda-beda dalm mendidik dan membesarkan anak, yaitu ada yang

menggunakan cara liberal, otoriter, demokratis, dan ada pula yang

menggabungkan ketiganya. Dengan pola asuh tepat dapat memotivasi anak agar

berprestasi, dan sebaliknya pola asuh yang kurang baik mengakibatkan prestasi

belajar anak yang kurang optimal.

Motivasi belajar adalah keinginan yang kuat untuk mencapai

keberhasilan dalam pekerjaan yang ditandai dengan upaya aktualisasi diri,

kepedulian pada keunggulan dalam pelaksanaan tugas yang optimal berdasarkan

perhitungan yang rasional. Motivasi belajar diperlukan untuk mencapai prestasi

yang diinginkan, yaitu dalam hal menguasai, memahami, dan mampu mengatasi

rintangan yang ada, serta dapat memelihara kualitas belajar yang tinggi agar

mampu bersaing dengan standar keunggulan tertentu. Dorongan tersebut dapat

berupa dorongan dari dalam maupun dari luar diri siswa. Mengingat begitu

pentingnya peran motivasi belajar, maka hal tersebut perlu diusahakan dan

dikembangkan, sehingga perlu adanya peran serta guru dan orang tua dalam

pengupayaannya. Peran serta guru sangat diperlukan saat anak sedang belajar

disekolah, sedangkan peran peran orang tua dibutuhkan saat anak berada dalam

pengawasan keluaraga. Pada kenyataannya, kadar tinggi rendahnya motivasi

belajar yang dimiliki setiap siswa juga berbeda antara satu dengan yang lain, yang

disebabkan karena berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dari dalam maupun

dari luar diri siswa itu sendiri. Meskipun pada dasarnya motivasi yang paling baik

adalah motivasi dari dalam diri siswa itu sendiri, namun sedikit banyak dorongan

dari pihak luar juga sangat diperlukan untuk perkembangan siswa. Apabila

seorang siswa dalam melakukan setiap kegiatan belajar selalu didasari dengan

motivasi belajar yang tinggi, maka dimungkinkan bahwa hasil belajar yang

dicapaikan lebih maksimal dan sesuai dengan harapan.

Disiplin belajar adalah suatu tata tertib sebagai pola tingkah laku belajar,

sehingga tercipta ketertiban dan keteraturan dalam belajar serta menimbulkan

perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan

siswa. Kedisiplinan dapat terbentuk melalui perilaku yang menunjukkan nilai-nilai

ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban. Seseorang dikatakan memiliki

48

kedisiplinan yang tinggi apabila ia mau mengikuti dan mentaati peraturan,

mempunyai kesadaran melakukan peraturan tersebut, dan melaksanakan hukuman

apabila melakukan kesalahan. Kedisiplinan belajar sangatlah penting untuk

memotivasi anak agar berprestasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka model kerangka berfikir antara keempat

variabel tersebut adalah:

X1 : Variabel Bebas

X2 : Variabel Bebas

X3 : Variabel Bebas

Y : Variabel Terikat

C. Perumusan Hipotesis

Perumusan hipotesis yang dapat dikemukakan sesuai dengan kerangka

pikir yang ada adalah sebagai berikut:

Disiplin belajar ( X3 )

Motivasi belajar ( X2 )

Prestasi belajar

( Y )

Pola asuh orang tua ( X1 )

49

1. Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua, motivasi

belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas

XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010.

2. Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan

prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten

tahun ajaran 2009/2010.

3. Ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan

prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten

tahun ajaran 2009/2010.

4. Ada hubungan positif yang signifikan antara disiplin belajar dengan

prestasi belajar sosiologi siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Klaten

tahun ajaran 2009/2010.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Sesuai dengan tujuannnya, penelitian merupakan suatu usaha untuk

menemukan, mengembangkan, dan melakukan verifikasi dengan kebenaran suatu

peristiwa atau suatu pengetahuan, dengan menggunakan metode-metode ilmiah.

Metode-metode ilmiah di dalam suatu penelitian dikelompokkan dalam

metodologi penelitian. Berikut ini akan diuraikan pengertian mengenai

metodologi penelitian agar kita dapat memahaminya dengan jelas. Menurut

Abdurrahmat Fathoni (2006: 98) menyatakan bahwa “Metodologi penelitian

adalah ilmu tentang metode-metode yang akan digunakan dalam melakukan suatu

penelitian”. Menurut Sutrisno Hadi (2000: 4) menyatakan bahwa “Metodologi

Penelitian adalah suatu pelajaran yang memperbincangkan metode-metode ilmiah

untuk research”.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa metodologi

penelitian adalah suatu pengetahuan yang membahas tentang prosedur atau cara

yang akan ditempuh oleh seorang peneliti guna mencari kebenaran yang

mencakup teknik-teknik yang akan digunakan dalam suatu penelitian. Metodologi

50

penelitian ini mempunyai ruang lingkup pembahasan yaitu: metode penelitian,

pengambilan sampel, pengumpul dan inventarisasi data serta penyajian dan

analisis data.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1 Klaten yang

beralamatkan di JL. Sersan Sadikin No. 89 Girimulyo, Kecamatan Klaten Utara

Kabupaten Klaten. Kemudian yang melatarbelakangi pemilihan lokasi tersebut

adalah:

a. SMA Muhammadiyah 1 Klaten belum pernah dijadikan objek penelitian

dengan topik yang sama dengan penelitian ini sehingga diharapkan akan

berguna bagi sekolah.

b. Tersediannya data yang diperlukan.

c. Adanya ijin dari pihak SMA Muhammadiyah 1 Klaten.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan setelah proposal persetujuan

dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

Tahun 2009 – 2010 Jenis Kegiatan

Januari Februari Maret April Mei Juni Pengajuan judul Proposal Seminar proposal Revisi proposal Perijinan penelitian

Pelaksanaan penelitian

Analisis data Penyusunan laporan

Ujian skripsi

34

51

B. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian keberhasilan ditentukan oleh ketepatan metode

yang digunakan. Yang dimaksud metode penelitian menurut Winarno Surakhmad

(1994: 131) adalah “Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk

mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa”.

Sedangkan Suharsimi Arikunto (2002: 136) berpendapat bahwa “Metode

penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

penelitiannya”. Abdurrahmat Fathoni (2006: 98) menyatakan bahwa “ Metodologi

penelitian adalah ilmu tentang metode-metode yang akan digunakan dalam

melakukan suatu penelitian”. Sutrisno Hadi (2000: 4) “Metodologi Penelitian

adalah suatu pelajaran yang memperbincangkan metode-metode ilmiah untuk

research”.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat diambil suatu pengertian bahwa

metodologi adalah suatu ilmu yang membahas cara atau metode yang digunakan

dalam kegiatan penelitian ilmiah. Kegiatan tersebut meliputi pengumpulan,

pengolahan, analisis dan penyajian hipotesis sesuai dengan tujuan penelitian. Ada

berbagai metode yang digunakan dalam suatu penelitian. Winarno Surakhmad

(1998: 29) mengemukakan ada tiga macam metode penelitian, yaitu “Jenis

pertama digolongkan dalam kategori metode penyelidikan historis, yang kedua

dalam kategori metode penyelidikan deskriptif, yang ketiga dalam kategori

metode penyelidikan experimental”.

Untuk memperjelas ketiga metode penelitian tersebut, akan diuraikan lebih

lanjut sebagai berikut:

1. Metode Penelitian Historis

Metode penelitian historis adalah suatu penelitian yang bertujuan

membuat rekonstruksi masa lalu dengan cara mengumpulkan dan menafsirkan

gejala, peristiwa ataupun gagasan yang timbul di masa lampau, untuk

menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha memahami kenyataan-

kenyataan sejarah, memahami situasi sekarang dan meramalkan

perkembangan yang akan datang.

52

2. Metode Penelitian Deskriptif

Metode penelitian deskriptif adalah proses pemecahan masalah yang

diselidiki dan menggambarkan keadaan penelitian yang ada pada masa

sekarang. Penelitian deskriptif merupakan istilah penelitian umum yang

mencakup berbagai teknik deskriptif yang meliputi teknik survey, interview,

angket, observasi, atau dengan teknik tes: studi kasus, studi komparatif atau

operasional.

3. Metode Penelitian Eksperimen

Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang bertujuan

untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara

membandingkan dengan peristiwa dengan fenomena tertentu. Metode ini

digunakan pada penelitian dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk

melihat atau memperoleh suatu hasil dan mempunyai tujuan untuk meneliti

hubungan dari beberapa kondisi dengan suatu gejala.

Untuk mendapatkan data penelitian yang tepat, maka metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang didasarkan pada

penarikan kesimpulan berdasarkan angka-angka yang diolah dengan

menggunakan metode statistik. Metode deskriptif dimaksudkan untuk

memecahkan masalah yang dihadapi yaitu membuat paparan keadaan secara

obyektif dari prestasi belajar sosiologi siswa yang ditinjau dari segi pola asuh

orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar pada siswa kelas XI SMA

Muhammadiyah 1 Klaten.

Winarno Surakhmad (1998: 140) mengemukakan ciri-ciri pokok metode

deskriptif sebagai berikut:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa

sekarang, pada masalah-masalah aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian

dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik)

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian deskriptif

menurut Moh. Nazir (1999: 73) adalah:

53

1. Memilih dan merumuskan masalah yang dikehendaki konsepsi ada

kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.

2. Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari

penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah.

3. Memberikan limitasi dari area atau scope atau sejauh mana penelitian

deskriptif tersebut akan dilaksanakan. Termasuk di dalamnya daerah

geografis di mana penelitian akan dilakukan. Batasan-batasan kronologis,

ukuran tentang dalam dangkal serta seberapa utuh daerah penelitian

tersebut akan dijangkau.

4. Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka perlu

dirumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang kemudian

diturunkan dalam bentuk hipotesa-hipotesa untuk diverifikasi. Bagi ilmu

sosial yang telah berkembang baik maka kerangka analisa dapat dijabatkan

dalam bentuk-bentuk model matematika.

5. Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan

masalah yang ingin dipecahkan.

6. Merumuskan hipotesa-hipotesa yang ingin diuji, baik secara eksplisit

maupun secara implisit.

7. Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, guna teknik

pengumpulan data yang cocok untuk penelitian.

8. Membuat tabulasi serta analisis statik dilakukan dengan data yang telah

dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas

yang dapat dikerjakan dengan unit-unit pengukuran yang sepadan.

9. Memberikan intepretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi

sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh serta referensi

khas dengan masalah yang ingin dipecahkan.

10. Mengadakan generalisasi serta dedukasi dari penemuan serta hipotesis-

hipotesis yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk

kebijakan-kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian.

11. Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.

54

Sedangkan Sumadi Suryabrata (1998: 19) mengemukakan langkah-

langkah pokok dalam melaksanakan penelitian deskriptif adalah:

1. Definisikan dengan jelas dan spesifik tujuan yang akan dicapai. Fakta-

fakta dan sifat-sifat apa yang perlu diketemukan?

2. Rancangkan cara pendekatannya. Bagaimana kiranya data akan

dikumpulkan? Bagaimana caranya menentukan sampelnya untuk

menjamin supaya sampel representatif bagi populasinya? Alat atau teknik

observasi apa yang tersedia atau perlu dibuat? Apakah metode

pengumpulan data itu perlu di try out kan? Apakah para pengumpul data

perlu dilatih terlebih dahulu?

3. Kumpulkan data.

4. Susun laporan.

Langkah-langkah penelitian yang akan peneliti lakukan sejalan dengan

langkah-langkah penelitian deskriptif dari kedua pendapat di atas, yaitu:

1. Mengidentifikasi masalah.

2. Memilih masalah yang diteliti.

3. Merumuskan masalah yang akan diteliti.

4. Mengadakan pembatasan masalah.

5. Menentukan tujuan.

6. Merumuskan kerangka teori.

7. Merumuskan hipotesis.

8. Menyiapkan instrumen dan memilih teknik pengumpulan data yang tepat.

9. Mengumpulkan data di lapangan.

10. Menganalisis data.

11. Mengadakan generalisasi (membuat kesimpulan).

12. Menyusun laporan.

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Slamet Widodo (2004: 52) menyatakan “Populasi adalah semua nilai baik

hasil penilaian maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari pada

55

karakteristik tertentu mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan jelas”.

Sutrisno Hadi (2000: 220) menyatakan bahwa “Populasi adalah sejumlah

penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama”.

Sedangkan Suharsimi Arikunto (2002: 115) menyatakan bahwa “Populasi adalah

keseluruhan subyek penelitian”.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa populasi

adalah keseluruhan subyek penelitian yang minimal mempunyai satu sifat yang

sama yang sifatnya jelas dan lengkap yang akan diteliti.

Dalam penelitian ini populasi terdiri dari siswa kelas XI IPS SMA

Muhammadiyah 1 Klaten Tahun ajaran 2009/2010 yang memiliki 3 cluster, yaitu

XI.1, XI.2, dan XI 3 yang semuanya berjumlah 120 siswa.

2. Sampel penelitian

a. Pengertian

Kegiatan penelitian ini dapat dilakukan dengan meneliti seluruh populasi

atau hanya sebagian saja sesuai dengan keperluan. Hal ini mengingat

keterbatasan waktu dan tenaga yang mungkin menjadi kendala dalam kegiatan

penelitian, maka seorang peneliti perlu menetapkan sampel. Dengan kata lain,

dalam suatu penelitian adakalanya tidak semua anggota dari populasi dapat di

amati, oleh karena itu diperlukan sampel. Ada beberapa pendapat yang

mengemukakan pengertian mengenai sample. Kartini Kartono (1992: 115)

menegemukan bahwa “Sampel atau sample adalah contoh, monster,

representant atau wakil dari satu populasi yang cukup besar jumlahnya”.

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2003: 107) mengemukakan “Sampel atau

contoh (monster) adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan

individu penelitian”.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa sampel merupakan contoh, monster, atau sebagian

individu yang diselidiki dari keseluruhan individu di dalam suatu penelitian.

Pengambilan sampel ini dilakukan karena tidak dimungkinkannya untuk

mengamati seluruh anggota populasi yang sangat besar jumlahnya. Dalam

56

pengambilan sampel perlu memperhatikan syarat yang sangat penting yaitu

sampel harus mewakili populasi. Wakil dari populasi dalam hal ini harus

mencerminkan semaksimal mungkin ciri-ciri atau sifat-sifat dari populasi.

b. Besarnya sampel

Masalah tentang besar kecilnya pengambilan sampel merupakan masalah

yang serius. Pada umumnya orang menentukan besar kecilnya pengambilan

sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan praktis seperti biaya,

kesempatan dan tenaga. Besarnya anggota sampel harus dihitung berdasarkan

teknik-teknik tertentu agar kesimpulan yang berlaku untuk populasi dapat

dipertanggungjawabkan. Di samping itu, dalam pengambilan sampel juga

harus memenuhi teknik sampling seperti yang telah diuraikan tersebut di atas.

Winarno Surakhmad (1990: 100) menyatakan bahwa “Untuk pedoman

umum saja dapat dikatakan bahwa bila populasi cukup homogen dengan

populasi di bawah 100 dapat dipergunakan sampel sebesar 50 %, dan di atas

100 dapat diambil sampel sebesar 15-20 %”. Hal ini dapat dijelaskan bahwa

apabila sampel yang diambil semakin besar, maka hasil yang diperolah juga

semakin valid dan memuaskan. Sebaliknya, apabila sampel yang diambil

hanya sedikit maka hasil yang diperoleh juga kurang valid atau tidak

memuaskan. Hadari Nawawi (1995: 144) mengatakan bahwa “Sampel secara

sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data

sebenarnya dalam suatu penelitian”. Donald Ary (1982: 198) menyatakan

bahwa “Besarnya sampel sebaiknya menggunakan sampel yang sebesar

mungkin namun disarankan agar penulis memasukkan sedikitnya tiga puluh

subyek kedalam sampelnya, karena jumlah ini memungkinkan penggunaan

statistik sampel besar. Penelitian deskriptif biasanya menggunakan sampel

yang lebih besar; kadang-kadang dianjurkan untuk mengambil 10 sampai 20

persen dari populasi yang dapat dijangkau”.

Berdasarkan pendapat tersebut maka peneliti mengambil sampel

sebanyak 25% atas dasar pertimbangan keadaan populasi yang homogen yaitu

siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten. Jadi sampel yang diambil

57

peneliti sebesar 25% x 120 = 30, jadi besarnya sampel dalam penelitian ini

adalah 30 siswa.

c. Teknik Pengambilan Sampel

Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, ada

teknik-teknik yang harus dilakukan untuk mengambil sampel dari populasi

yang ada. W. Gulo (2002: 78) mengemukakan “Pengambilan sampel dari

populasi disebut penarikan sampel atau sampling”. Hadari Nawawi (1990:

152) mengemukakan “Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel

yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber

data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi

agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar mewakili populasi”.

Sutrisno Hadi (2000: 75) menyatakan bahwa “Sampling adalah cara yang

digunakan untuk mengambil sampel….”.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa teknik sampling merupakan suatu cara yang digunakan

untuk mengambil sampel sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan

sebagai sumber data di dalam suatu penelitian. Dalam pengambilan sampel

tersebut seorang peneliti harus memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran

populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar mewakili populasi.

Sutrisno Hadi (2000: 75) menyebutkan ada dua macam teknik sampling,

yaitu:

1) Teknik Random Sampling Prosedur random sampling meliputi: a) Cara undian, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara undian. b) Cara ordinal, yaitu memilih nomor genap atau ganjil atau kelipatan

tertentu dari suatu daftar yang telah disusun. c) Cara randomisasi dari tabel bilangan random.

2) Teknik Non Random Sampling meliputi: a) Proporsional sampling yaitu cara pengambilan sampel dari tiap- tiap

sub populasi dengan memperhitungkan sub- sub populasi. b) Teknik stratified sampling yaitu pengambilan sampel apabila populasi

terdiri dari susunan kelompok- kelompok yang bertingkat. c) Teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan

ciri- ciri atau sifat- sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

58

d) Teknik quota sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan ada quantum.

e) Teknik double sampling yaitu cara pengambilan sampel yang mengusahakan adanya sampel kembar.

f) Teknik area probability sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan cara pembagian sampel berdasarkan pada area.

g) Teknik cluster sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok yang ada pada populasi.

Untuk memperjelas kita dalam memahami teknik sampling diatas maka

penulis akan menguraikannya sebagai berikut:

1) Teknik Random Sampling

Teknik random sampling adalah pengambilan sampel secara

random atau tanpa pandang bulu. Dalam random sampling semua individu

dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi

kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Adapun

cara-cara yang digunakan dalam random sampling adalah sebagai berikut:

a) Cara Undian

Cara ini dilakukan sebagaimana kita melakukan undian. Jika cara

ini dilakukan dengan semua individu dalam populasi maka teknik ini

disebut unrestricted random sampling atau random sampling tak

bersyarat. Akan tetapi sangat sulit untuk melakukan cara ini jika

jumlah subjek dalam populasi sangat banyak atau jika kita belum

mengatahui secara pasti semua individu dalam populasi.

b) Cara Ordinal

Cara ini dilakukan dengan mengambil subjek dari atas ke bawah.

Ini dilakukan dengan mengambil mereka-mereka yang bernomor ganjil

genap, nomor kelipatan angka tiga, lima sepuluh dan sebagainya

tergantung ketentuan yang dibuat oleh peneliti yang sebelumnya telah

disusun.

c) Randomisasi dari Tabel Bilangan Random

Tabel bilangan random umumnya terdapat pada buku-buku

statistik. Cara ini paling banyak digunakan oleh para peneliti. Hal ini

karena selain prosedurnya sangat sederhana, kemungkinan

59

penyelewengan juga dapat dihindari. Randomisasi dapat dikenakan

pada semua subjek atau individu dalam populasi.

2) Teknik Non Random Sampling

Semua sampling yang dilakukan bukan dengan teknik random

sampling disebut nonrandom sampling. Dalam sampling ini tidak semua

individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk ditugaskan

menjadi anggota sampel. Generalisasi dalam nonrandom sampling tidak

dapat memberikan taraf keyakinan yang tinggi kecuali apabila peneliti

memiliki keyakinan dan dapat membuktikan bahwa populasi relatif sangat

homogen. Jenis-jenis nonrandom sampling adalah sebagai berikut:

a) Proporsional Sampling

Proporsional sampel adalah sampel yang terdiri dari sub-sub

sampel yang pertimbangannya mengikuti pertimbangan sub-sub

populasi, artinya adalah bahwa besarnya sampel ditentukan atau

tergantung besar kecilnya dari tiap sub populasi. Individu yang

ditugaskan untuk menjadi sampel diambil secara random dari sub

populasi. Cara ini disebut dengan proporsional random sampling.

b) Teknik Stratified Sampling

Stratified sampling biasa digunakan jika populasi terdiri dari

kelompok-kelompok yang mempunyai susunan bertingkat. Banyaknya

tingkat harus diperhatikan, kemudian setiap tingkatan harus

mewakilkan anggotanya untuk menjadi sampel dalam penelitian.

Dalam hal ini proporsi dari jumlah subjek yang ada dalam tiap-tiap

tingkatan dalam populasi yang harus dicerminkan dalam sampel

sehingga mereka dapat dipandang sebagai wakil terbaik bagi populasi.

c) Teknik Purposive Sampling

Dalam purposif sampling pemilihan sekelompok subjek

didasarkan atas ciri atau sifat tertentu yang dianggap memiliki

kesamaan dengan ciri yang telah diketahui sebelumnya. Oleh karena

itu keadaan dan informasi mengenai populasi tidak perlu diragukan

60

lagi. Secara intensional peneliti tidak meneliti semua daerah atau

kelompok dalam populasi, namun peneliti hanya perlu mengambil

beberapa kelompok kunci saja.

d) Teknik Quota Sampling

Dalam quota sampling yang harus dan penting untuk dilakukan

adalah penetapan jumlah subjek yang akan diteliti. Kemudian

permasalahan mengenai siapa yang akan diinterview atau yang

menjadi responden diserahakn kepada sebuah tim. Tim ini bertugas

untuk mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalm

penelitian. Ciri utama dari quota sampling adalah jumlah subjek yang

sudah ditentukan akan dipenuhi, permasalahan apakah subjek tersebut

mewakili populasi atau sub populasi tidaklah menjadi persoalan.

e) Teknik Double Sampling

Teknik ini sangat baik digunakan apabila penelitian

menggunakan angket yang dikirimkan dengan menggunakan jasa pos

sebagai usaha penampungan bagi mereka yang tidak mengembalikan

angket. Responden yang telah mengembalikan daftar angket

dimasukkan kedalam sampel pertama, sedangkan responden yang tidak

mengembalikan daftar angket dimasukkan ke dalam sampel kedua.

Pengumpulan data dari sampel kedua dapat ditempuh dengan jalan

interview.

f) Teknik Area Probability Sampling

Area probabiliti sampling membagi daerah-daerah populasi

menjadi sub-sub populasi, dan sub populasi ini dibagi lagi kedalam

daerah yang lebih kecil dan apabila diperlukan maka daerah kecil ini

dapat dibagi lagi kedalam daerah-daerah yang lebih kecil lagi. Adapun

besarnya subjek yang akan diteliti dari masing-masing daerah tersebut

tidak dapat ditetapkan secara umum. Hal ini sangat tergantung pada

situasi khusus yang dihadapi oleh peneliti.

g) Teknik Cluster Sampling

61

Dalam cluster sampling satuan-satuan sampel tidak terdiri dari

individu melainkan kelompok-kelompok atau cluster. Sampling ini

dipandang ekonomik karena observasi-observasi yang dilakukan

dengan cluster dipandang lebih murah dan mudah dari pada observasi

dengan individu yang terpencar-pencar.

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah tehnik cluster

proporsional random sampling. Tehnik cluster proporsional random sampling

adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana populasi terdiri dari berbagai

macam kelompok atau sub populasi yang tiap individu yang dipilih sebagai

sampel memiliki kesempatan yang sama. Alasan dipilihnya teknik ini karena

populasi terdiri dari kelompok-kelompok yang berupa kelas. Tiap kelas-kelas

atau kelompok individu mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih

menjadi anggota sampel dan dari keseluruhan kelas dapat terwakili secara

proporsional. Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Mengambil lokasi penelitian, yaitu di SMA Muhammadiyah 1 Klaten

(2) Menetapkan populasi penelitian, yaitu siswa kelas XI IPS

(3) Seluruh populasi terbagi menjadi 3 kelas yaitu XI 1, XI 2, dan XI 3

(4) Mengambil sampel secara random dari 3 kelas tersebut

(5) Sampel diambil 25% dari jumlah populasi yaitu sejumlah 30 siswa

sebagai responden.

b. Tehnik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti

untuk mendapatkan data yang dikumpulkan dari para responden. Untuk

mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini,

menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Angket

a. Pengertian Angket

Dalam penelitian ini teknik pokok yang digunakan untuk

mengumpulkan data adalah menggunakan angket atau kuesioner. Nasution

(2003: 128) mengemukakan “Angket atau questionnaire adalah daftar

62

pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk dijawab dan

dikembalikan atau dapat juga dijawab dibawah pengawasan peneliti”.

Mardalis (2004: 67) mengemukakan bahwa “Kuesioner atau angket adalah

teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau

sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan

informasi yang diperlukan oleh peneliti”. Sedangkan Iqbal Hasan (2004:

25) mengatakan “Penggunaan kuesioner adalah cara pengumpulan data

dengan menggunakan daftar pertanyaan (angket) atau daftar isian dengan

objek yang diteliti (populasi dan sampel)”.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa angket

adalah sejumlah daftar pertanyaan secara tertulis, yang ditujukan kepada

responden untuk dijawab secara tertulis pula dengan tujuan untuk

mendapatkan informasi tentang hal-hal yang diperlukan dalam penelitian.

b. Jenis-jenis Angket.

Nasution (2003: 129-130) membagi jenis angket menjadi 3

berdasarkan sifat jawaban yang diinginkan oleh peneliti:

1) Angket tertutup, terdiri atas pertanyaan-pertanyaan dengan sejumlah jawaban tertentu sehingga responden men-cek jawaban yang paling sesuai dengan pendiriannya.

2) Angket terbuka, terdiri atas sejumlah pertanyaan berkenaan dengan masalah penelitian dan meminta responden untuk menguraikan pendapat atau pendiriannya dengan menggunakan kalimatnya sendiri.

3) Kombinasi angket terbuka dan tertutup, terdiri dari angket tertutup yang mempunyai jawaban yang ditambah alternatif terbuka yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab di samping/di luar jawaban yang tersedia.

Sedangkan Suharsimi Arikunto (2002: 129) mengungkapkan

bahwa berdasarkan bentuknya angket dapat dibagi menjadi empat jenis:

1) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah kuesioner tertutup.

2) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka. 3) Check list, sebuah daftar dimana responden tinggal

membubuhkan tanda check (V) pada kolom yang sesuai.

63

4) Kolom-kolom yang rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pertanyaan yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju ke sangat tidak setuju.

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2005: 77) membagi macm-

macam angket sebagai berikut:

1. Menurut prosedurnya.

a. Angket langsung, yaitu angket yang dikirimkan kepada dan

dijawab oleh responden.

b. Angket tidak langsung, yaitu angket yang dikirimkan kepada

seseorang untuk mencari informasi (keterangan) tentang orang lain.

2. Menurut jenis penyusunannya.

a. Angket tipe isian.

Yaitu angket yang harus dijawab oleh responden dengan mengisi

format titik pada tiap pertanyaan, angket tipe isian menurut

bentuknya dapat dibedakan lagi menjadi:

1) Angket terbuka, apabila responnya tentang masalah yang

dipertanyakan.

2) Angket tertutup, yaitu angket yang diwajibkan oleh responden

secara oleh faktor-faktor tertentu misalnya faktor subyektivitas

seseorang.

b. Angket tipe pilihan.

Yaitu angket yang harus dijawab oleh responden dengan cara

tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah tersedia. Jumlah

alternatif jawab minimal dua dan maksimal lima dengan maksud

supaya tidak menjemukkan responden.

Berdasarkan jenis-jenis angket yang telah dijelaskan di atas, maka

dalam penelitian ini digunakan jenis angket tertutup, langsung dan

merupakan angket pilihan.

c. Kelebihan dan Kelemahan Angket

Sebagai suatu teknik pengumpulan data, angket memiliki kelebihan

dan kelemahan. Sumadi Suryabrata (2002: 75) juga mengemukakan

beberapa kebaikan angket, di antaranya sebagai berikut:

64

1) Biaya relatif murah. 2) Waktu mendapatkan data relatif singkat. 3) Untuk para pelaksana tidak dibutuhkan keahlian mengenai

perihal yang sedang terjadi. 4) Dapat dilakukan pada sejumlah subjek yang sangat besar. Senada dengan pendapat Sumadi Suryabrata, kelebihan

penggunaan metode angket menurut Suharsimi Arikunto (2002: 129)

yaitu:

1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti. 2) Dapat dibagikan serentak 3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-

masing. 4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak

malu-malu menjawab. 5) Dapat dibuat berstandar sehingga bagi semua responden dapat

diberi pertanyaan yang benar-benar sama Selain memiliki kelebihan-kelebihan seperti yang disebutkan di

atas, angket/kuesioner juga memiliki beberapa kelemahan. Suharsimi

Arikunto (2002: 129) mengemukakan bahwa kelemahan kuesioner adalah

sebagai berikut:

1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali kepadanya.

2) Seringkali sukar dicari validitasnya 3) Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan

sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur. 4) Seringkali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos. 5) Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, kadang-kadang

ada yang terlalu lama sehingga terlambat. Sedangkan Sutrisno Hadi (2002: 157) mengemukakan bahwa

kelemahan angket sebagai alat pengumpul data di antaranya adalah:

1) Unsur-unsur yang tidak disadari tidak dapat diungkap. 2) Besar kemungkinannya jawaban-jawaban dihubungani oleh

keinginan-keinginan pribadi. 3) Ada hal-hal yang dirasa tidak perlu dinyatakan, misalnya hal-

hal yang memalukan atau yang dipandang tidak penting untuk dikemukakan.

4) Kesukaran merumuskan keadaan diri sendiri kedalam bahasa. 5) Ada kecenderungan untuk mengkonstruksi secara logik unsur-

unsur yang dirasa kurang berhubungan secara logika.

65

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa penggunaan

metode angket mempunyai kelebihan dan kekurangan yang harus di

perhatikan oleh peneliti.

a. Alasan Penggunaan Angket

Alasan digunakannya angket sebagai alat pengumpul data dalam

penelitian ini adalah:

1) Metode angket sangat praktis, yaitu dalam jangka waktu yang singkat

dapat memperoleh data yang relatif banyak.

2) Menghemat waktu dan biaya.

3) Responden dapat menjawab dengan bebas sesuai dengan keadaan

dirinya.

b. Penyusunan Angket

Ada beberapa langkah yang harus dipenuhi dalam penyusunan

angket agar hasil yang diperoleh dapat memenuhi target yang diharapkan

yaitu sebagai berikut:

1) Menetapkan tujuan pembuatan angket

Tujuan penyusunan angket adalah memperoleh data tentang Hubungan

antara Pola Asuh Orang Tua, Motivasi Belajar, dan Disiplin Belajar

dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA

Muhammadiyah 1 Klaten Tahun Ajaran 2009/2010.

2) Menyusun kisi-kisi angket

Kisi-kisi angket disusun dengan maksud agar dalam penyusunan

angket yang sesungguhnya tidak mengalami kesulitan. Angket yang

dibuat merupakan hasil dari penjabaran dari kisi-kisi yang telah dibuat

sebelumnya.

3) Menyusun angket

Angket disusun melalui beberapa bagian yaitu: (1) membuat surat

pengantar penyebaran angket, (2) membuat petunjuk pengisian angket,

dan (3) membuat item-item atau butir-butir pertanyaan hasil

penjabaran dari kisi-kisi angket yang telah dibuat.

4) Memberi skor atau penilaian angket

66

Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabe terikat. Variabel

bebasnya adalah pola asuh orang tua, motivasi belajar dan disiplin

belajar, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar. Dalam

penelitian ini alaternatif jawaban beserta skoringnya adalah sebagai

berikut:

a) Variabel pola asuh orang tua (X1)

Jika pertanyaan positif maka pemberian skornya adalah:

(1) Selalu = 4

(2) Sering = 3

(3) Kadang-kadang = 2

(4) Tidak pernah = 1

Jika pertanyaan negatif maka pemberian skornya adalah:

(1) Selalu = 1

(2) Sering = 2

(3) Kadang-kadang = 3

(4) Tidak pernah = 4

b) Untuk variabel motivasi belajar (X2) .

Jika pertanyaan positif, maka pemberian skornya adalah:

(1) Selalu = 4

(2) Sering = 3

(3) Kadang-kadang = 2

(4) Tidak pernah = 1

Jika pertanyaan negatif maka pemberian skornya adalah:

(1) Selalu = 1

(2) Sering = 2

(3) Kadang-kadang = 3

(4) Tidak pernah = 4

c) Untuk variabel disiplin belajar (X3)

Jika pertanyaan positif, maka pemberian skornya adalah:

(1) Selalu = 4

(2) Sering = 3

67

(3) Kadang-kadang = 2

(4) Tidak pernah = 1

Jika pertanyaan negatif maka pemberian skornya adalah:

(1) Selalu = 1

(2) Sering = 2

(3) Kadang-kadang = 3

(4) Tidak pernah = 4

5) Uji coba (try out) angket

Angket yang telah disusun perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu

untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Hadari Nawawi

(1995: 122) menyatakan bahwa tujuan uji coba angket adalah sebagai

berikut:

a) Memeriksa kemungkinan terdapat pernyataan yang kurang jelas maksudnya bagi responden

b) Memeriksa kemungkinan terdapat kata-kata asing yang dapat memberikan berbagai tafsiran dan bahkan mungkin yang sentimentil

c) Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan yang terlalu dangkal/masih terdapat faktor-faktor yang perlu diungkapkan ternyata belum ditanyakan

d) Memeriksa kemungkinan terdapat pernyataan yang tidak relevan dengan masalah penelitian dan perlu dihilangkan.

Jadi tujuan diadakan try out adalah untuk mengetahui kelemahan

angket yang disebarkan kepada responden dan untuk mengetahui sejauh

mana responden mengalami kesulitan di dalam menjawab pertanyaan

tersebut, serta untuk mengetahui apakah angket tersebut memenuhi syarat

validitas dan reliabilitas.

c. Teknik Analisis Item Angket

Analisis item angket dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan

reliabilitas alat ukur yang telah dibuat, setelah angket tersebut disebarkan

68

kepada sejumlah kecil responden sebagai subjek uji coba. Analisis item

angket yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Uji Validitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah butir-butir yang diujicobakan

dapat mengukur keadaan responden yang sebenarnya. Saifuddin

Azwar (2000: 5) menyatakan “Validitas berasal dari kata validity yang

mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurnya”.

Selanjutnya Saifuddin Azwar (2000: 45) menyebutkan ada beberapa

jenis validitas yaitu: a) Validitas Isi, b) Validitas konstruk dan c)

Validitas kriteria.

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a) Validitas Isi

Validitas isi digunakan untuk mengetahui sejauh mana item-item

dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak

diukur. Estimasi validitas ini tidak melibatkan perhitungan statistik

apapun melainkan hanya analisis rasional. Validitas isi terbagi

menjadi dua tipe, yaitu:

(1) Validitas Muka (Face Validity) yaitu tipe validitas yang paling

rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian

dengan format penelitian (appearance) tes.

(2) Validitas Logika (Logical Validity), yaitu validitas yang

menunjukkan sejumlah isi tes yang merupakan representasi

dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur.

b) Validitas Konstruk (Constuct Validity)

Yaitu tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes

mengungkap suatu konstruk teoritik yang hendak diukurnya.

Pengujian validitas konstruk biasanya memerlukan teknik analisis

statistika yang lebih kompleks.

c) Validitas Berdasar Kriteria (Criterian-Related Validity)

69

Prosedur pendekatan validitas berdasar kriteria menghendaki

tersedianya kriteria eksternal yang dijadikan pengujian skor tes.

Prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam

validitas, yaitu:

(1) Validitas Prediktif (Predictif Validity)

Prosedur validasi prediktif memerlukan waktu yang lama dan

biaya yang besar karena prosedur ini pada dasarnya merupakan

kontinuitas dalam proses pengambilan tes.

(2) Validitas Konkuren

Validitas konkuren merupakan indikasi yang layak ditegakkan

apabila tes tidak digunakan sebagai suatu prediktor dan

merupakan validitas yang sangat penting dan situasi diagnostis.

Adapun validitas dalam penelitian ini menggunakan jenis

validitas konstruk (construct validity) yaitu untuk menunjukkan

seberapa jauh tes mengukur sifat atau konstruk tertentu karena item

disusun berdasarkan teori yang relevan serta dalam penelitian ini

angket bertujuan mengungkapkan konstruk teoritik yang hendak

diukur. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam uji validitas

item adalah sebagai berikut:

a) Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.

b) Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada sejumlah

responden.

c) Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

d) Menghitung korelasi antar skor tiap item dengan skor total.

Untuk menguji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus

product moment dari Suharsimi Arikunto (2002: 146) yaitu:

Keterangan :

( )( )( ) ( )[ ] ( ) úû

ùêëé-

-=

å åååå åå

2222),(

YYNXXN

YXXYNyxr

70

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N = jumlah sampel

∑X = skor masing-masing item

∑Y = skor total

Kriteria uji validitas tersebut adalah, jika p > 0,050 maka dapat

disimpulkan bahwa butirr item valid dan sebaliknya jika p < 0,050

maka butir item tidak valid.

2) Uji Reliabilitas

Suharsimi Arikunto (2002: 154) menyatakan “Reliabilitas menunjuk

pada pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data”. Artinya bahwa instrumen itu

dapat dipercaya jika mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari

responden yang diukur. Dari hasil pengujian validitas dapat diketahui

item yang valid dan yang tidak. Item yang tidak valid dibuang.

Sedangkan item yang valid kemudian dilakukan uji reliabilitas untuk

mengetahui sejauh mana ketepatan atau keajegan hasil yang

ditunjukkan oleh alat ukur tersebut.

Ada dua jenis reliabilitas yang dikemukakan oleh Arif Sukadi

Sadiman (1991: 107) yaitu:

a) Reliabilitas Stabilitas

Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama/serupa untuks

setiap orang atau unit yang diukur setiap saat mengukurnya.

Menyangkut penggunaan indikator yang sama, definisi operasional

dan prosedur yang berbeda, untuk dapat memperoleh reliabilitas

stabilitas, setiap kali unit diukur skornya haruslah sama pada waktu

yang berbeda.

b) Reliabilitas Ekuivalen

Menyangkut usaha memperoleh nilai relatif yang sama dengan

jenis ukuran yang berbeda dalam waktu yang sama. Definisi

71

konseptual yang dipakai sama tetapi dengan satu atau lebih

indikator pengumpulan data dan atau pengamat-pengamat.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis reliabilitas

stabilitas, karena menggunakan indikator, definisi operasional dan

prosedur pengumpulan data yang sama meski pada waktu yang

berbeda. Uji reliabilitias digunakan untuk keempat variabel penelitian

yaitu pola asuh orang tua (X1), motivasi belajar (X2), disiplin belajar

(X3) dan prestasi belajar (Y).

Sedangkan teknik reliabilitas dapat dibedakan menjadi:

(1) Pendekaatan test-retest (tes ulang)

Pendekatan tes ulang dilakukan dengan menyajikan tes dua kali

pada satu kelompok subyek dengan tenggang waktu diantara

kedua penyajian tersebut.

(2) Pendekatan paralles forms (bentuk paralel)

Pendekatan paralel dalam konsistensi hasil pengukuran yang isi

itemnya baik secara kualitas dan kuantitasnya punya kesamaan

dengan bahasa sederhana mempunyai dua tes yang kembar.

(3) Pendekatan internal consistensy (konsistensi internal)

Pendekatan konsistensi internal dilakukan dengan menggunakan

satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada kelompok

subjek, caranya dengan pembelahan tes.

(Saifuddin Azwar, 2000: 36-42)

Adapun teknik pengukuran reliabilitas yang peneliti gunakan

adalah jenis reliabilitas konsistensi internal. Untuk mengukur tingkat

reliabilitas atau keterandalan instrumen dalam penelitian ini

menggunakan rumus Alpha dari Suharsimi Arikunto, (2002: 168) yaitu

sebagai berikut:

úúû

ù

êêë

é Súûù

êëé=

2i

2b

11 11 -k

k r

ss

72

Keterangan :

r 11 = indeks reliabilitas instrumen

k = banyaknya soal

∑ 2bs = jumlah varian butir

2is = varian total

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keandalan angket apakah

dapat dipercaya atau tidak untuk mengumpulkan data penelitian. Jika

p < 0,050 maka hasil pengukuran reliabel, sebaliknya jika p > 0,050

maka hasil penelitian tidak reliabel.

2. Dokumentasi

Sebagai teknik bantu pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

dokumentasi. Hadari Nawawi (1995: 133) berpendapat bahwa “Teknik

dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis

terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat,

teori, dalil/hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah

penyelidikan”.

Sedangkan Suharsimi Arikunto (2002: 206) mengemukakan “Metode

dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,

agenda dan sebagainya”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode dokumentasi

adalah metode untuk memperoleh data dari dokumen-dokumen yang

digunakan sebagai sumber yang berwujud benda dan tulisan terutama arsip-

arsip, laporan-laporan catatan harian tentang suatu gejala atau peristiwa yang

lalu.

Alasan peneliti menggunakan metode dokumentasi adalah:

a. Lebih mudah mendapatkan data karena sudah tersedia dan menghemat

waktu.

b. Data yang diperoleh dapat dipercaya dan mudah mengunakannya.

c. Pada waktu yang relatif singkat dapat diperoleh data yang diinginkan.

73

d. Data dapat ditinjau kembali jika diperlukan.

Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan diambil dari bagian

pengajaran SMA Muhammadiyah 1 Klaten yang berupa profil sekolah dan

segala sesuatu yang berhubungan dengan sekolah yang dapat dipakai sebagai

pelengkap dari hasil penelitian.

c. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah cara yang digunakan dalam mengolah dan

menganalisis data, yang berguna untuk menguji kebenaran hipotesis dan untuk

memperoleh suatu kesimpulan. Pada tahap inilah data dikerjakan, diolah dan

dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga seorang peneliti berhasil menyimpulkan

kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan

dalam penelitian. Langkah-langkah yang harus diambil dalam pelaksanaan

analisis tersebut peneliti berpedoman pada Suharsimi Arikunto (2005: 209) yang

menyatakan bahwa “Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga

langkah yaitu persiapan, tabulasi dan penerapan data sesuai dengan pendekatan

penelitian”. Ketiga hal tersebut dapat penulis jelaskan sebagai berikut:

a. Persiapan

Kegiatan persiapan yang dilakukan adalah mengecek nama dan

identitas responden, mengecek kelengkapan data dan mengecek pengisian

data. Tujuan dari kegiatan persiapan ini adalah untuk memilih data yang

dipakai sehingga kita tinggal mengadakan pengolahan data lebih lanjut.

b. Tabulasi Data

Langkah yang diambil dalam kegiatan ini adalah pemberian skor

dengan tiap-tiap item yang ada. Kegiatan tabulasi data dalam penelitian ini

dilakukan dengan menyusun tabulasi data untuk variabel pola asuh orang tua,

motivasi belajar dan disiplin belajar.

c. Penerapan

Penerapan merupakan pengolahan data yang diperoleh dengan

menggunakan rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan

penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi ganda

74

(multiple regression). Suharsimi Arikunto (2005: 264) menyatakan bahwa

“Regresi ganda merupakan suatu perluasan dari teknik regresi apabila

terdapat lebih dari satu variabel bebas untuk mengadakan prediksi dengan

variabel terikat”. Dengan kata lain, teknik regresi ganda digunakan untuk

menggambarkan suatu variabel terikat yang dihubungkan dengan dua atau

lebih variabel bebas. Adapun alasan peneliti menggunakan teknik regresi

ganda adalah sebagai berikut:

1) Dalam penelitian ini ada tiga variabel prediktor dan satu variabel kriterium

a) Variabel terikat / dependen / kriterium: prestasi belajar.

b) Variabel bebas / independen / prediktor: pola asuh orang tua, motivasi

belajar, dan disiplin belajar.

2) Permasalahan yang hendak dicari dalam penelitian ini adalah mencari

hubungan dan menentukan besarnya sumbangan atau kontribusi.

Pengolahan data dilakukan dengan teknik analisa regresi ganda yaitu

dengan menggunakan bantuan komputer seri SPSS 2000. Sesuai teknik yang

digunakan maka dalam mengadakan analisis data, peneliti berpedoman pada

kaidah uji hipotesis via melalui komputer secara otomatis yaitu sebagai

berikut :

Jika P (Probabilitas) < 0,01 maka Sangat Signifikan

Jika P (Probabilitas) < 0,05 maka Signifikan

Jika P (Probabilitas) < 0,15 maka Cukup Signifikan

Jika P (Probabilitas) < 0,30 maka Kurang Signifikan

Jika P (Probabilitas) > 0,30 maka Tidak Signifikan

Kaidah uji normalitas menggunakan P > 0,050 = normal

Kaidah uji hipotesis konvensional (menggunakan tabel signifikasi)

Jika P (Probabilitas) < 0,01 maka Sangat Signifikan

Jika P (Probabilitas) < 0,05 maka Signifikan

Jika P (Probabilitas) > 0,30 maka Tidak Signifikan

Untuk uji butir tes menggunakan signifikasi P < 0,050

1. Uji Persyaratan Analisis

75

Sebelum melakukan analisis data dengan analisis regresi linier

ganda, seorang peneliti terlebih dahulu harus melakukan analisis prasyarat.

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menggunakan analisis

regresi adalah sebagai berikut:

a) Data harus linier, yaitu dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

b) Normalitas, yaitu dilakukan untuk melihat normal atau tidaknya

penyebaran data dari variabel penelitian. Dengan kata lain, normalitas

digunakan untuk melihat subyek yang dijadikan sampel dalam penelitian

ini dapat mewakili populasi atau tidak.

Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis

data dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Menyusun tabulasi data tentang pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan

disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa.

b) Melakukan uji prasyarat analisa yang meliputi:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas ini sangat berguna untuk menguji normal atau

tidaknya distribusi data penelitian. Tujuan utama dari uji normalitas

adalah untuk menguji keadaan distribusi sampel yang berasal dari

populasi. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus Chi

Kuadart dari Mardalis (2004: 85) yaitu sebagai berikut:

X2 =å -fh

fhfo 2)(

Keterangan :

X2 = Chi kuadrat

fo = Data frekuensi yang diperoleh dari sampel

fh = Frekuensi yang diperoleh atau diharapkan dalam sampel sebagai

pencerminan dari frekuensi yang diharapkan dalam populasi.

Berdasarkan kaidah uji normalitas Sutrisno Hadi dan Yuni

Pamardiningsih Versi: IBM / IN adalah apabila P > 0,050 maka

76

sebarannya normal dan apabila P < 0,050 maka sebarannya tidak

normal.

2) Uji Linieritas

Uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui data yang akan

dianalisis merupakan data yang berbentuk regresi linier atau tidak.

Dengan kata lain, uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan

yang linier antara X1 dengan Y, untuk uji linieritas variabel X2 dengan

Y dapat menggunakan rumus yang sama hanya saja untuk X1 harus

diganti dengan X2, dan begitu juga untuk uji linieritas variabel X3.

Dalam hal ini uji linieritas dilakukan dengan menggunakan rumus dari

Sudjana (2001: 332) yaitu sebagai berikut:

a) JK (G) = ( )

å å åúúû

ù

êêë

é-

N

YYX

2

21

b) JK(TC) = JK (S) - JK (G)

c) dK (G) = N – K

d) dK (TC) = K – 2

e) RJK (TC) = )()(

TCdkTCJK

f) RJK (G) = )()(

GdkTCJK

g) F hitung = )()(

GRJKTCRJK

Keterangan :

Jk (G) : Jumlah Kuadrat Galat

Jk (TC) : Jumlah Kuadrat Tuna Cocok

dk (G) : Derajat Kebebasan Galat

dk (TC) : Derajat Kebebasan Tuna Cocok

RJk (G) : Kuadrat Tengah Galat

RJk (TC) : Kuadrat Tengah Tuna Cocok

77

Berdasarkan kaidah uji normalitas Sutrisno Hadi dan Yuni

Pamardiningsih Versi: IBM / IN adalah apabila P > 0,050 maka

sebarannya normal dan apabila P < 0,050 maka sebarannya tidak

normal.

3) Uji Independensi

Uji independensi digunakan untuk mengetahui hubungan

antara variabel bebas 1X , 2X ,dan X3

( )( )( ){ } ( ){ }å åå å

å åå--

-=

222

121

212121

YYNXXN

XXXXN3xrx x

Keterangan :

21xrx x3 = koefisien korelasi 1X , 2X dan X3

1X = variabel pertama

2X = variabel kedua

X3 = variabel ketiga

N = menyatakan jumlah data observasi

(Suharsimi Arikunto, 2004: 124)

2. Uji Hipotesis

Uji ini menggunakan uji regresi dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Mencari korelasi antara kriterium dengan prediktor

1) Menghitung koefisien korelasi sederhana dengan product moment

antara 1X dengan Y, digunakan rumus:

( )( )( ) ( )å å åå

å åå--

-=

222

121

111

YYNXXN

YXYXNry

2) Menghitung koefisien korelasi sederhana dengan product moment

antara 2X dengan Y, digunakan rumus:

( )( )( ) ( )å å åå

å åå--

-=

222

222

222

YYNXXN

YXYXNry

78

(Suharsimi Arikunto, 2002 : 245)

3) Menghitung koefisien korelasi sederhana dengan product moment

antara X3 dengan Y, digunakan rumus:

( )( )( ) ( )å å åå

å åå--

-=

2223

23

333

YYNXXN

YXYXNry

4) Menentukan koefisien korelasi dengan regresi ganda antara 1X , 2X ,

X3 dengan Y dengan rumus:

( ) åå å å++

= 2

3322111,2,3y Y

aYXaYXar

YX

Keterangan :

( )1,2,3yr = koefisien korelasi antara Y dengan 1X , 2X , X3

1a = koefisien prediktor 1X

2a = koefisien prediktor 2X

a3 = koefisien prediktor X3

1X Y = jumlah produk antara 1X dan Y

2X Y = jumlah produk antara 2X dan Y

X3 Y = jumlah produk antara X3 dan Y

å 2Y = jumlah kuadrat kriterium Y (Sutrisno Hadi, 2000:

225)

b. Uji signifikansi

Untuk uji signifikansi menggunakan rumus sebagai berikut:

( )( )1kn

R1kR

F2

2

---

=

Keterangan :

F = harga F garis regresi

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel bebas

R = koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktornya

79

(Sudjana, 2001: 108)

c. Sumbangan Relatif

Mencari sumbangan relatif 1X , 2X ,dan X3 dengan Y dengan rumus :

Untuk 1X = ( ) x100%regJK

YXa 11å

Untuk 2X = ( ) x100%regJK

YXa 22å

Untuk X3 = ( ) x100%regJK

X3Ya 2å (Sutrisno Hadi, 2001: 42)

d. Sumbangan Efektif

Untuk mencari sumbangan efektif 1X , 2X dan X3 dengan Y, dengan

rumus:

( )( ) %x100TJK

regJKSER 2 ==

1) Mencari sumbangan efektif 1X dengan Y

SE % 1X = SR % 2X x 2R

2) Mencari sumbangan efektif 2X dengan Y

SE % 2X = SR % 2X x 2R

3) Mencari sumbangan efektif X3 dengan Y

SE % 2X = SR % X3 x 2R

Keterangan :

SE = Sumbangan Relatif masing-masing prediktor

SE = Sumbangan Efektif masing-masing prediktor

2R = koefisien antara 1X , 2X dan X3

dimana 2R = SE adalah efektivitas garis regresi

(Sutrisno Hadi, 2001: 46)

80

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Wilayah Penelitian

a. Gambaran Umum SMA Muhammadiyah 1 Klaten

SMA Muhammadiyah 1 Klaten berdiri di atas areal seluas 15.000 m2,

dengan perincian untuk bangunan gedung seluas 9.000m2, untuk lapangan olah

raga seluas 4.200M2, dan tanah kosong seluas 1.000M2. Kepemilikan tanah

tersebut atas nama Yayasan Muhammadiyah yang telah disertifikasikan.

SMA Muhammadiyah 1 Klaten terletak di jalan Sersan Sadikin No. 89

Klaten Utara. SMA ini berada di daerah pinggiran utara kota Klaten. Jarak dari

pusat kota kurang lebih 3 km ke arah timur laut, tepatnya 150 m ke arah utara

dari GOR (Gedung Olah Raga) Klaten. Sekolah ini sangat mudah dijangkau

baik dengan kendaraan pribadi maupun umum, karena letaknya yang strategis.

b. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Muhamamdiyah 1 Klaten

SMA Muhammadiyah 1 Klaten berdiri pada tanggal 1 agustus 1955.

Pada masa wal berdirinya, lokasi belajar mengajar berpindah-pindah. Tahun

1955 hingga 1961 kegiatan belajar mengajar dilakukan di belakang beteng

81

(sekarang SD Muhammadiyah depan masjid raya Klaten). Kemudian pada

tahun 1961 sampai tahun 1064, proses belajar mengajar berada di lokasi yang

sekarang. Namun pada tahun ajaran 1964/1965, proses belajar mengajar

berada kembali di belakang beteng Klaten. Tahun 1976 berlokasi di Lingga

Harga Klaten. Tahun ajaran 1968 sampai tahun 1982 berada di Gedung A

Kasum (sekarang dipakai untuk SMA Muhammadiyah Klaten). Sejak tahun

1982 hingga sekarang menempati gedungnya sendiri di Jalan Sersan Sadikin

no. 89 Klaten.

Berdirinya SMA Muhammadiyah 1 Klaten ini atas prakarsa dan

perjuangan dari tiga anggota persyarikatan Muhammadiyah, yaitu bapak

Dwijosungkoyo (ketua), Bapak Alwi Sudarmo (sekretaris), dan bapak Drs. H.

Marjuki Mahdy (bendahara).

Berkat keuletan para pengurus Muhammadiyah tingkat cabang, pada

tanggal 1 Agustus 1963 SMA Muhammadiyah 1 Klaten mendapat status

bersubsidi dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 28835/bi/1963

tanggal 27 September 1963 yang berlaku terhitung sejak tanggal 1 Agustus

1963.

Kepala sekolah yang pertama adalah Bapak Soetarmanto yang dibantu

Bapak Ma’roef. Pada tahun ajaran 1956/1957 digatikan Bapak Ibrahim

Cokrokartiko, SH, yang dibantu bapak M. Soetardjo. Tahun ajaran 1957/1958

sampai 1958-1959 kepala sekolah dijabat oleh Bapak Ma’roef dengan

wakilnya Bapak Soetedjo, SH. Tahun ajaran 1959-1960 yang menjadi kepala

sekolah adalah Bapak Ma’roef dengan wakilnya bapak Jalal Suripto.

Tahun ajaran 1960-1961 kepala sekolah untuk sementara dijabat oleh

Bapak Jalal Suripto, sebab Bapak Ma’roef diangkat menjadi kepala sekolah di

SMA Tunas Jaya Klaten. Tahun 1963 sampai 1989 kepala sekolah dijabat

kembali oleh Bapak Ma’roef dibantu Bapak Jalal. Tahun 1989 sampai tahun

1995 kepala sekolah dijabat oleh Bapak Jalal Suripto dengan dibantu lima

wakil kepala. Tahun 1995 sampai tahun 2000 dijabat oleh Bapak Drs.

Nawiyono, dan pada tahun 2000 sampai 2005 dijabat oleh Bapak Lilik

65

82

Haryanto, MM dengan dibantu lima wakil kepala sekolah. Dari tahun 2005

sampai sekarang kepala sekolah dipegang oleh bapak Drs. H. Muhni.

c. Sistem Organisasi SMA Muhammadiyah 1 Klaten

Sistem organisasis ekolah menganut sistem yang ditetapkan oleh dinas

pendidikan nasional ditambah dengan sistem pendidikan yang mengacu pada

lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan organisasi

Muhammadiyah. Diantaranya sebagai berikut:

1) Kepala sekolah

Jabatan kepala sekolah mempunyai fungsi dan tugas yaitu sebagai

edukator, manajer, administrator, dan supervisor.

2) Wakil kepala sekolah

Tugas wakil kepala sekolah adalah membantu tugas-tugas kepala

sekolah yang didelegasikan kepadanya. Pada SMA Muhammadiyah 1

Klaten ada lima wakil kepala sekolah, yaitu sebagai berikut:

a) Wakil kepala sekolah urusan kurikulum. Bagian ini bertugas

menangani kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler, Inservice Training,

administrasi kurikulum, pembagian tugas guru, pengembangan profesi,

pembuatan jadwal, serta evaluasi dan pengayaan.

b) Wakil kepala sekolahurusan sarana dan prasarana. Bagian ini bertugas

mengurusi rencana kebutuhan sarana dan prasarana, mengkoordinasi

pembiayaan/gaji, mengelola pembiayaan alat-alat pelajaran, menyusun

laporan pelaksanaan sarana dan prasarana sekolah.

c) Wakil kepala sekolahurusan kesiswaan. Bagian ini mempunyai tugas

membina osis, melaksanakan bimbingan pengarahan dan pengendalian

kegiatna siswa dalam rangka menegakkan disiplin dan tata tertib

sekolah, serta pengembangan potensi diri siswa.

d) Wakil kepala urusan humas. Bagian ini mempunyai tugas mengtur dan

menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua atau wali siswa,

membina hubungan antar sekolah dengan bp3, membina hubungan

sekolah dengan lembaga pemerintah, dunia usaha, dan lembaga sosial

lainnya.

83

e) Wakil kepala sekolah urusan keMuhammadiyahan. Bagian ini

mempunyai tugas mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan

peningkatan mutu akademis, wawasan keislaman dan

keMuhammadiyahan, pengajian tafsir/rajih guru dan karyawan,

lembaga kajian keislaman untuk siswa, urusan organisasi

Muhammadiyah dan ortomnya termasuk IRM, pesantren ramadhan,

dan kemakmuran masjid (SK Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1

Klaten no. e.13/730/SMAm1/vii/2001).

3) Wali kelas

Wali kelas bertugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan

diantaranya yaitu pengelolaan kelas, penyelenggaraan administasi kelas,

pembuatan catatan khusus tentang siswa, pengisian laporan penilaian hasil

belajar, pembagian buku laporan penilaian hasil belajar.

4) Guru bidang studi

Guru bidang studi mempunyai tugas dan tanggung ajwab antar

alain, membuat program pengajaran yang terdiri dari analisa materi

pelajran, melaksanakn kegiatan pembelajran, menyusun dan melaksanakna

program perbaikan danpengayaan, mengisi daftar nilai siswa,

melaksanakan kegiatan membimbing siswa dalam kegiatan belajar

mengajar, meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran.

5) Guru bimbingan dan konseling

Di antara tugas-tugasnya yaitu menyusun program pelaksanaan

bimbingan dan konseling siswa, melakukan koordinasi dengan wali kelas

dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa

tentang kesulitan belajar.

d. Visi dan Misi sekolah

1) Visi sekolah: beriman dan bertaqwa, tertib, cerdas, dan terampil. Visi

sekolah dirumuskan dlam indikator sebagai berikut:

a) Taat dan patuh perintah allah swt dan menjauhi segala larangan-Nya.

b) Patuh pada peraturan sekolah.

c) Berprestasi dalam belajar.

84

d) Berprestasi dalam olahraga, seni, dan budaya.

e) Memiliki keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari.

2) Misi sekolah

SMA Muhammdiyah 1 Klaten memiliki misi:

a) Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengalaman ajaran agama

Islam serta berbudi pekerti luhur.

b) Mengoptimalkan kerjasama antar warga sekolah dengan orang tua/wali

siswa, dan masyarakat.

c) Meningkatkan minat baca dan bimbingan pembelajaran.

d) Mengembangkan potensi siswa dalam bidang keterampilan.

e. Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah 1 Klaten

Struktur organisasi SMA Muhammadiyah 1 Klaten sebagai berikut:

PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH KLATEN MAJLIS DIKDASMEN MUHAMMADIYAH

KEPALA SEKOLAH Drs. H. Muhni NBM: 614345

DINAS P & K KAB.

KLATEN

KOMITE SEKOLAH

KEPALA TU Suripto, S.Pd. NBM: 844493

Wakasek.Ur.Sarpras Drs. M. Wisnu S., M. Hum.

NIP. 131835404

Wakasek.Ur.Humas dan Keislaman Drs. M. Wisnu S., M. Hum.

NIP. 131918806

Wakasek.Ur.Kurikulum Drs. Indar Rakhmanto

NIP. 131689673

Wakasek.Ur.Kesiswaan Drs. Agus Anas Fuadi

NIP. 13169895

Staf: 1. Drs. Agus Supriyadi 2. Drs. Aris Munandar 3. Drs. Sami 4. Thomas Yunianto, S.Pd. 5. Ihsan Samchan Otong G., S.Pd

Staf: 1. Suyatno, S.pd. 2. Drs. Hj. Nugraheni W. 3. Raharjo, SE 4. Drs. Umar Hamdan

Staf: 1. Dra. Hj. Dwi Keksi 2. Agus Cahyono, S.Pd.

Staf: 1. Ismiyati, B.Sc. 2. Drs. M. Toyibi Mustofa 3. Drs. Slamet Widada

Koordinator BK Dra. Endang Sri Mulyani

NBM. 552514

Koordinator Perpustakaan Suripto, S.Pd. NBM. 844493

UKS Ir. Hj. Rufaida Istiyati

M. Muslich Dra. Retno Hastutiningsih

SEMUA GURU

WALI KELAS

SISWA SMA MUH. 1 KLATEN

Staf: 1. Dra. Dwi Keksi 2. Ihsan Samchani Otong G S.Pd. 3. Roymiyatun, S.Pd.

i

i

2. Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini membahas tentang hubungan 3 variabel bebas yaitu pola

asuh orang tua (X1), Motivasi belajar (X2), dan Disiplin belajar (X3) dengan satu

variabel terikat yaitu Prestasi belajar Sosiologi (Y). Data tersebut diperoleh

dengan menggunakan angket dan dokumen. Sebelum angket digunakan, terlebih

dahulu dilakukan try out kepada 20 orang siswa di luar sampel penelitian. Try out

ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya item-item yang tidak valid dan angket

yang tidak reliabel.

Hasil uji validitas angket tentang pola asuh orang tua sebanyak 35 butir

pernyataan, ada 4 pernyataan yang tidak valid yaitu soal nomor 5, 12, 22 dan 33.

Hasil uji validitas angket tentang Motivasi belajar sebanyak 40 butir pernyataan,

terdapat pernyataan yang tidak valid sebanyak 6 yaitu nomor 6, 12, 20, 26, 36, dan

39. Hasil uji validitas angket tentang Disiplin belajar sebanyak 40 butir

pernyataan, terdapat pernyataan yang tidak valid sebanyak 4 yaitu nomor 14, 23,

27, dan 31. Nomor-nomor yang tidak valid selanjutnya tidak digunakan untuk

mengambil data penelitian, karena sudah terwakili oleh item soal yang lain.

Hasil perhitungan reliabilitas angket tentang pola asuh orang tua =

0,973, reliabilitas angket motivasi belajar = 0,932, dan reliabilitas angket disiplin

belajar = 0,938. Karena harga reliabilitas lebih besar dari rtabel (0,444), maka hasil

perhitungan tersebut menunjukkan bahwa angket sudah reliabel.

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas, maka angket dalam

penelitian ini sudah teruji dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data yang

dapat dipercaya. Selanjutnya, angket disebarkan ke responden penelitian untuk

memperoleh data sebagai bahan pengujian hipotesis. Hasil penyebaran angket

kemudian ditabulasi, dijumlah dan diperoleh data induk penelitian. Selanjutnya

dilakukan deskripsi data sebagai berikut

1. Pola Asuh Orang Tua

Data pola asuh orang tua diperoleh dengan cara menyebarkan angket

kepada 30 responden. Data pola asuh orang tua memiliki nilai terendah 89,

tertinggi 116, rata-rata 107,20, median 108,0. Mode 111, dan standar deviasi

6,085. Distribusi data pola asuh orang tua dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

ii

ii

Tabel 1. Distribusi Data Pola Asuh Orang Tua

Kelas Interval Frekuensi Prosentase 114 - 118 3 10,00% 109 - 113 11 36,67% 104 - 108 8 26,67% 99 - 103 5 16,67% 94 - 98 2 6,67% 89 - 93 1 3,33%

30 100,00% Sumber: Hasil Angket

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat digambarkan dalam diagram

batang di bawah ini:

0

2

4

6

8

10

12

Jum

lah

89-93 94-98 99-103 104-108 109-113 114-118

Pola Asuh Orang Tua

Gambar 2. Histogram Data Pola Asuh Orang Tua

2. Motivasi Belajar

Data motivasi belajar diperoleh dengan cara menyebarkan angket kepada

30 responden. Data motivasi belajar memiliki nilai terendah 93, tertinggi 127,

rata-rata 116,37, median 116,5, Mode 112, dan standar deviasi 7,586. Distribusi

data motivasi belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Distribusi Data Motivasi Belajar

Kelas Interval Frekuensi Prosentase 123 - 128 6 20,00% 117 - 122 9 30,00% 111 - 116 10 33,33% 105 - 110 3 10,00% 99 - 104 1 3,33% 93 - 98 1 3,33%

30 100,00%

Sumber: Hasil Angket

iii

iii

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat digambarkan dalam diagram

batang di bawah ini:

0

2

4

6

8

10

Jum

lah

93-98 99-104 105-110 111-116 117-122 123-128

Motivasi Belajar

Gambar 3. Histogram Data Motivasi Belajar

3. Disiplin Belajar

Data disiplin belajar diperoleh dengan menyebarkan angket kepada 30

responden. Data disiplin belajar memiliki nilai terendah 111, tertinggi 134, rata-

rata 124,43, median 125,0. Mode 125, dan standar deviasi 6,072. Distribusi data

disiplin belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. Distribusi Data Disiplin Belajar

Kelas Interval Frekuensi Prosentase 131 - 134 6 20,00% 127 - 130 5 16,67% 123 - 126 12 40,00% 119 - 122 2 6,67% 115 - 118 2 6,67% 111 - 114 3 10,00%

30 100,00% Sumber: Hasil Angket

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat digambarkan dalam diagarm batang di

bawah ini:

iv

iv

0

2

4

6

8

10

12

Jum

lah

111-114 115-118 119-122 123-126 127-130 131-134

Disiplin Belajar

Gambar 4. Histogram Data Disiplin Belajar

4. Prestasi Belajar Sosiologi

Data prestasi belajar sosiologi diperoleh dari dokumen sekolah. Data

prestasi belajar memiliki nilai terendah 60, tertinggi 90, rata-rata 75,33, median

80,0. Mode 80, dan standar deviasi 9,732. Distribusi data prestasi belajar sosiologi

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. Distribusi Data Prestasi Belajar Sosiologi

Kelas Interval Frekuensi Prosentase 60 5 16,67% 70 9 36,67% 80 11 30,00% 90 5 16,67%

30 100,00% Sumber: Hasil Angket

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat digambarkan dalam diagarm batang di

bawah ini:

v

v

0

2

4

6

8

10

12

Jum

lah

60 70 80 90

Prestasi Belajar Sosiologi

Gambar 5. Histogram Data Prestasi Belajar Sosiologi

B. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis dilakukan sebelum uji hipotesis, yang merupakan

uji untuk memberikan keyakinan dengan data yang akan dianalisis. Uji prasyarat

dalam penelitian ini yaitu : Uji Normalitas dan Uji Linearitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah

diperoleh mempunyai sebaran yang normal, yaitu data sampel dapat mewakili

atau telah mencerminkan populasinya.

a. Uji Normalitas Data Pola Asuh Orang Tua

Hasil perhitungan uji normalitas data variabel pola asuh orang tua

dengan menggunakan rumus chi kuadrat diperoleh harga c2hitung = 8,400 dan

asymp. Sig. (p) sebesar 0,957. Karena harga sig (p) lebih besar dari 0,05 atau

0,957 > 0,05, maka disimpulkan bahwa data pola asuh orang tua berdistribusi

normal.

b. Uji Normalitas Data Motivasi Belajar

Hasil perhitungan uji normalitas data variabel motivasi belajar dengan

menggunakan rumus chi kuadrat diperoleh harga c2hitung = 7,333 dan asymp.

Sig. (p) sebesar 0,992. Karena harga sig (p) lebih besar dari 0,05 atau 0,992>

0,05, maka disimpulkan bahwa data motivasi belajar berdistribusi normal.

vi

vi

c. Uji Normalitas Data Disiplin Belajar

Hasil perhitungan uji normalitas data variabel disiplin belajar dengan

menggunakan rumus chi kuadrat diperoleh harga c2hitung = 15,600 dan asymp.

Sig. (p) sebesar 0,552. Karena harga sig (p) lebih besar dari 0,05 atau 0,552 >

0,05, maka disimpulkan bahwa data disiplin belajar berdistribusi normal.

d. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Sosiologi

Hasil perhitungan uji normalitas data variabel prestasi belajar sosiologi

dengan menggunakan rumus chi kuadrat diperoleh harga c2hitung = 3,600 dan

asymp. Sig. (p) sebesar 0,308. Karena harga sig (p) lebih besar dari 0,05 atau

0,308 > 0,05, maka disimpulkan bahwa data prestasi belajar sosiologi

berdistribusi normal.

2. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah perubahan data variabel

bebas diikuti oleh perubahan data variabel terikat secara linier (segaris). Uji

linieritas dilakukan dengan menggunakan uji F. Hasil uji linieritas diperoleh

sebagai berikut:

a. Uji linieritas X1 dengan Y

Hasil uji linieritas X1 dengan Y diperoleh harga F hitung sebesar 0,788

dengan signifikansi (p) 0,677. Karena harga signifikansi 0,677 > 0,05, maka

disimpulkan bahwa data X1 linier dengan Y.

b. Uji linieritas X2 dengan Y

Hasil uji linieritas X2 dengan Y diperoleh harga F hitung sebesar 0,709

dengan signifikansi (p) 0,748. Karena harga signifikansi 0,748 > 0,05, maka

disimpulkan bahwa data X2 linier dengan Y.

c. Uji linieritas X3 dengan Y

Hasil uji linieritas X3 dengan Y diperoleh harga F hitung sebesar 1,203

dengan signifikansi (p) 0,379. Karena harga signifikansi 0,379 > 0,05, maka

disimpulkan bahwa data X3 linier dengan Y.

3. Uji Independensi

vii

vii

Uji independensi dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi

sederhana antar variabel bebas. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan

diperoleh hasil sebagai berikut:

Correlations

1 ,101 ,222

,595 ,238

30 30 30

,101 1 ,182

,595 ,336

30 30 30

,222 ,182 1

,238 ,336

30 30 30

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pola Asuh Orang Tua

Motivasi Belajar

Disiplin Belajar

Pola AsuhOrang Tua

MotivasiBelajar

DisiplinBelajar

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa harga koefisien korelasi

(rxx) antar variabel bebas sebagai berikut:

rx1x2 = 0,101 sig. = 0,595

rx1x3 = 0,222 sig. = 0,238

rx2x3 = 0,182 sig. = 0,336

Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa koefisien korelasi antar

variabel bebas memiliki harga signifikansi lebih besar dari 0,05. Karena itu dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang berarti antara variabel X1

dengan X2, X1 dengan X3, X2 dengan X3. Dengan demikian ketiga variabel bebas

tersebut dapat digunakan untuk meneliti variabel Y.

Berdasarkan hasil uji normalitas, uji linieritas, dan uji independensi di

atas, menunjukkan bahwa uji prasyarat analisis sudah terpenuhi. Karena itu,

dilanjutkan dengan uji hipotesis untuk membuktikan apakah hipotesis diterima

atau ditolak.

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang

telah diajukan diterima atau ditolak. Hipotesis akan diterima apabila data yang

viii

viii

telah terkumpul dapat membuktikan pernyataan di dalam hipotesis, sebaliknya

hipotesis akan ditolak apabila data yang terkumpul tidak dapat membuktikan

pernyataan di dalam hipotesis.

Langkah-langkah pengujian hipotesis meliputi tiga hal yaitu: 1. Analisis

data, 2. Penafsiran Pengujian Hipotesis, dan 3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis.

1. Analisis Data

Data yang telah terkumpul disusun secara sistematis seperti terlihat pada

lampiran. Selanjutnya dianalisis untuk membuktikan apakah hipotesis nol/nihil

(Ho) diterima atau ditolak, maka diajukan hipotesis nol (Ho) bahwa tidak ada

hubungan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan

prestasi belajar sosiologi. Analisis data dimulai dari langkah sebagai berikut:

a. Menghitung Koefisien Korelasi Sederhana dengan Product Moment

1) Koefisien Korelasi Sederhana X1 dengan Y

Hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai

berikut:

rx1y = 0,437

Sig. (p) = 0,016

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rx1y = 0,437 dengan p sebesar

0,016. Karena p < 0,05 berarti variabel X1 berhubungan signifikan dengan

variabel Y.

2) Koefisien Korelasi Sederhana X2 dengan Y

Hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai

berikut:

rx2y = 0,430

Sig. (p) = 0,018

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rx2y = 0,430 dengan p sebesar

0,018. Karena p < 0,05 berarti variabel X2 berhubungan signifikan dengan

variabel Y.

3) Koefisien Korelasi Sederhana X3 dengan Y

Hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai

berikut:

ix

ix

rx3y = 0,526

Sig. (p) = 0,003

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rx3y = 0,526 dengan p sebesar

0,003. Karena p < 0,05 berarti variabel X3 berhubungan signifikan dengan

variabel Y.

b. Koefisien Korelasi Ganda X1, X2, dan X3 dengan Y Menggunakan Regresi

Ganda

Perhitungan koefisien korelasi ganda diperoleh hasil sebagai berikut:

R2 = 0,487

Fhit = 8,213

Sig (p) = 0,001

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung = 8,213, dan signifikansi

sebesar 0,001. Karena p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara X1, X2, dan X3 dengan Y. Jadi ada hubungan

yang berarti variabel X1, variabel X2, dan variabel X3 dengan variabel Y.

c. Menghitung Persamaan Garis Regresi Linear Multipel

Analisis regresi ganda yang telah dilakukan diperoleh persamaan regresi

linear ganda sebagai berikut:

=Y -106,686 + 0,507 X1 + 0,419 X2 + 0,634 X3

d. Menghitung Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif X1 dan X2

dengan Y

Perhitungan sumbangan relatif dan sumbangan efektif diperoleh hasil

sebagai berikut:

1) Sumbangan Relatif

a) Sumbangan relatif X1 dengan Y sebesar 28,38%.

b) Sumbangan relatif X2 dengan Y sebesar 28,86%.

c) Sumbangan relatif X3 dengan Y sebesar 42,76%.

2) Sumbangan Efektif

a) Sumbangan efektif X1 dengan Y sebesar 13,81%.

b) Sumbangan efektif X2 dengan Y sebesar 14,04%.

c) Sumbangan efektif X3 dengan Y sebesar 20,80%.

x

x

2. Penafsiran Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis selanjutnya

dilakukan penafsiran pengujian hipotesis. Penafsiran dengan regresi linear hanya

dapat dipertanggungjawabkan bila nilai Freg yang diperoleh berarti atau signifikan.

Penafsiran pengujian hipotesis yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

a. Korelasi Antara X1 Dengan Y

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan untuk mengetahui

keberartian hubungan pola asuh orang tua (X1) dengan prestasi belajar

sosiologi (Y) diperoleh hasil nilai rhit sebesar 0,437 dan signifikansi (p) 0,016.

Karena p < 0,05, dapat ditafsirkan bahwa pola asuh orang tua berhubungan

dengan prestasi belajar sosiologi. Hubungan ini dapat dilihat dari besarnya

sumbangan relatif pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sosiologi

sebesar 28,37% dan sumbangan efektif sebesar 13,81% yang besarnya nilai

sumbangan diperoleh dari aspek-aspek yang terdapat dalam pola asuh orang

tua.

b. Korelasi Antara X2 dengan Y

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan untuk mengetahui

keberartian hubungan motivasi belajar (X2) dengan prestasi belajar sosiologi

(Y) diperoleh hasil nilai rhit sebesar 0,430 dan signifikansi (p) 0,018. Karena p

< 0,05, dapat ditafsirkan bahwa motivasi belajar berhubungan dengan prestasi

belajar sosiologi. Hubungan ini dapat dilihat dari besarnya sumbangan relatif

motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi sebesar 28,86% dan

sumbangan efektif sebesar 14,04% yang besarnya nilai sumbangan diperoleh

dari aspek-aspek yang terdapat dalam motivasi belajar.

c. Korelasi Antara X3 dengan Y

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan untuk mengetahui

keberartian hubungan disiplin belajar (X3) dengan prestasi belajar sosiologi

(Y) diperoleh hasil nilai rhit sebesar 0,526 dan signifikansi (p) 0,003. Karena p

< 0,05, dapat ditafsirkan bahwa disiplin belajar berhubungan dengan prestasi

belajar sosiologi. Hubungan ini dapat dilihat dari besarnya sumbangan relatif

xi

xi

disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi sebesar 42,76% dan

sumbangan efektif sebesar 20,80% yang besarnya nilai sumbangan diperoleh

dari aspek-aspek yang terdapat dalam disiplin belajar.

d. Korelasi Multipel X1, X2 dan X3 dengan Y

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan untuk mengetahui

keberartian atau hubungan pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin

belajar dengan prestasi belajar sosiologi (Y) diperoleh hasil nilai Fhitung sebesar

8,213 dan nilai signifikansi (p) sebesar 0,001. Jadi p < 0,05, sehingga dapat

ditafsirkan bahwa pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar

secara simultan berhubungan dengan prestasi belajar sosiologi. Ini berarti

bahwa pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dapat

dihubungkan dengan prestasi belajar sosiologi secara bersama-sama.

Berdasarkan hasil penelitian nilai R2 = 0,487, hal ini berarti bahwa pola asuh

orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar secara bersama-sama memiliki

hubungan dengan prestasi belajar sosiologi sebesar 48,7 % dan sisanya

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.

e. Persamaan Garis Regresi Linear Multipel

Hasil analisis data yang telah dilakukan diperoleh persaman garis

regresi linear ganda sebagai berikut:

=Y -106,686 + 0,507 X1 + 0,419 X2 + 0,634 X3

Dari persamaan regresi tersebut di atas dapat ditafsirkan bahwa

1) Koefisien regresi X1 sebesar 0,507 berarti rata-rata prestasi belajar

sosiologi (Y) diperkirakan akan meningkat atau menurun sebesar 0,507

untuk setiap ada peningkatan atau penurunan satu unit pola asuh orang tua.

2) Koefisien regresi X2 sebesar 0,419 berarti rata-rata prestasi belajar

sosiologi (Y) diperkirakan akan meningkat atau menurun sebesar 0,419

untuk setiap ada peningkatan atau penurunan satu unit motivasi belajar.

3) Koefisien regresi X3 sebesar 0,634 berarti rata-rata prestasi belajar

sosiologi (Y) diperkirakan akan meningkat atau menurun sebesar 0,634

untuk setiap ada peningkatan atau penurunan satu unit disiplin belajar.

xii

xii

3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian hipotesis dan penafsiran pengujian

hipotesis, maka selanjutnya dikemukakan kesimpulan pengujian hipotesis.

Kesimpulan pengujian hipotesis yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis 1

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai Fhit 8,213 dengan p

sebesar 0,001, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikansi

5%. Jadi hipotesis pertama berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan

antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan

prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun

ajaran 2009/2010”, dapat diterima.`

b. Hipotesis 2

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai rhit 0,437 dengan p

sebesar 0,016, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikansi

5%. Jadi hipotesis kedua berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan

antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI

SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010”, dapat diterima.

c. Hipotesis 3

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai rhit 0,430 dengan p

sebesar 0,018, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikansi

5%. Jadi hipotesis ketiga berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan

antara motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA

Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010”, dapat diterima.

d. Hipotesis 4

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai rhit 0,526 dengan p

sebesar 0,003, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikansi

5%. Jadi hipotesis keempat berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan

antara disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA

Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010”, dapat diterima.

xiii

xiii

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

Berdasarkan kesimpulan hasil analisis data di atas, maka setelah

dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis kemudian dilakukan

pembahasan hasil analisis data. Pembahasan hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Pola Asuh Orang Tua

Orang tua adalah penanggung jawab dari kehidupan anak-anaknya,

termasuk di dalamnya adalah tanggung jawab masalah pendidikan. Dalam

kehidupan sehari-hari, orang tua mendidik dan mengasuh anaknya sejak lahir.

Pendidikan dan pengasuhan orang tua merupakan lingkungan pendidikan

paling awal yang membentuk pola kehidupan anak-anak. Pola kehidupan ini

akan menentukan bagaimana perilaku anak sehari-hari, termasuk di dalamnya

perilaku dalam belajar. Pola kehidupan tersebut merupakan bentuk dari pola

asuh orang tua dalam tanggungjawabnya dengan anak. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sikun Pribadi (1981: 67) yang menjelaskan bahwa pola asuh orang

tua adalah perilaku orang tua dalam memenuhi kebutuhan, memberikan

perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Dari pendapat

tersebut jelas bahwa orang tua yang memiliki kewajiban bertanggung jawab

dengan anak-anaknya akan memberikan pengasuhan tersendiri, dan tiap-tiap

keluarga memiliki pola yang berbeda-beda.

Tuntutan pengetahuan dan pendidikan formal tidak memungkinkan

orang tua melakukan pendidikan dengan anaknya sendiri. Orang tua harus

menyekolahkan anaknya ke lembaga pendidikan formal, yaitu sekolah.

Menyerahkan anak ke sekolah bukan berarti orang tua lepas tanggung jawab

dalam pendidikan anaknya. Bahkan dapat dikatakan bahwa dengan

menyerahkan anak ke sekolah merupakan bentuk tanggung jawab orang tua

dengan anak di masa depan. Meskipun anak sudah diserahkan pendidikannya

ke sekolah, namun bukan berarti orang tua tidak memberikan pendidikan dan

pengasuhan lagi di rumah. Di sekolah, pendidikan diberikan sebatas kurikulum

formal, sedangkan dalam hal pendidikan tentang kehidupan sosial, orang tua

tetap harus memberikannya di lingkungan rumah.

xiv

xiv

Setiap keluarga memiliki latar belakang sosial yang berbeda-beda.

Karena itu, pola asuh orang tua juga berbeda-beda sesuai dengan latar

belakang sosialnya. Pola asuh inilah yang membentuk sikap anak dalam

belajar, sehingga akan menentukan pula perilaku anak dalam belajar. Perilaku

anak tersebut akan memberikan dampak pada hasil belajar siswa. Karena itu,

pola asuh orang tua memiliki hubungan dengan prestasi belajar siswa.

Perbedaan latar belakang sosial tersebut akan menentukan pola asuh yang

dilakukan dengan anak-anaknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Elizabeth B.

Hurlock (1993: 205) yang mengatakan bahwa ”Orang tua dalam mengasuh

anak-anaknya dapat menggunakan cara otoriter, permesif atau bebas dan

demokratis”. Cara-cara yang berbeda tersebut tentunya juga akan memberikan

dampak yang berbeda untuk setiap anak, sehingga apa yang dilakukan anak

tergantung dari pola asuh orang tua masing-masing. Dampak dari pola asuh

orang tua dengan anak-anaknya akan menyeluruh dalam segi kehidupannya,

yang dapat menjadikan anak menjadi seseorang yang sangat tergantung,

mandiri, peragu, pemberani, bertingkah kasar, halus, sopan santun, penyayang,

atau pendemdam dan sebagainya. Kesemua perilaku tersebut sedikit banyak

juga merupakan hasil dari pola asuh yang diberikan orang tuanya.

Pola asuh orang tua yang baik, terutama yang terkait dengan kegiatan

belajar akan memberikan efek yang baik, yaitu tercapainya keberhasilan dalam

belajar. Keberhasilan dalam belajar tersebut terwujud dalam prestasi belajar

anak. Dengan pola asuh orang tua yang baik, maka akan menghasilkan prestasi

belajar anak yang baik pula di sekolah.

2. Motivasi Belajar

Seorang individu yang melakukan sesuatu tentunya ada yang

menyebabkan mengapa ia melakukannya. Tanpa ada sebab, maka tidak akan

ada akibat. Karena itu pula seseorang yang bertindak atau melakukan sesuatu

tentu ada penyebabnya. Hal-hal yang menyebabkan seseorang melakukan

suatu tindakan tersebut yang menjadi daya dorong sehingga terjadi sesuatu

karena tindakannya. Daya dorong tersebut merupakan motivasi seseorang

untuk melakukan suatu tindakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wood Worth

xv

xv

& Marquis dalam Abd. Rahman Abror (1993: 144) yang menyatakan bahwa

”Amotive is asset predisposes the individual of certain activities and for

seeking certain goal”, yang artinya motif adalah suatu asset (kesiapan) yang

menjadikan individu cenderung untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dari pendapat tersebut jelas bahwa

seseorang melakukan suatu tindakan atau kegiatan karena adanya motif-motif

tertentu yang memiliki tujuan tertentu pula. Dengan adanya motif tertentu,

seseorang ingin mencapai tujuan yang dimaksudkan tersebut.

Siswa, sebagai seorang individu juga memiliki motif-motif tertentu

sehingga ia mau melakukan suatu tindakan yang disebut dengan belajar.

Motivasi setiap siswa berbeda-beda, meskipun juga ada yang sama. Karena itu

pula, maka tujuan yang dapat dicapai oleh setiap individu juga berbeda-beda.

Mengenai motivasi, Margon dalam Toetik Sukamto dkk (1992: 42)

menyatakan bahwa “Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong atau

penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu”.

Dari pendapat tersebut menunjukkan secara jelas bahwa motivasi merupakan

tenaga atau daya pendorong yang menjadikan seseorang bertingkah laku yang

memiliki tujuan tertentu pula.

Bagi seorang siswa melakukan kegiatan bukanlah suatu kebetulan saja,

akan tetapi ia melakukan kegiatan belajar karena adanya motif-motif tertentu.

Motivasi tersebut merupakan penyebab mengapa seorang siswa mau

melakukan kegiatan belajar. Dapat dikatakan bahwa jika seorang siswa yang

datang ke sekolah tidak melakukan kegiatan belajar sebagaimana mestinya,

maka berarti ia tidak memiliki motivasi untuk belajar atau hanya memiliki

motivasi yang rendah. Motivasi siswa untuk melakukan kegiatan belajar juga

sangat beragam. Masing-masing siswa memiliki motivasi yang berbeda

dengan siswa lainnya. Hal ini memang beralasan, karena setiap orang memiliki

keinginan atau tujuan tertentu dalam hidupnya. Karena itu pula, maka setiap

siswa memiliki motivasi yang berbeda-beda karena masing-masing memiliki

keinginan dan tujuan yang berbeda-beda.

Perbedaan motivasi dalam diri setiap siswa dalam kegiatan

pembelajaran merupakan hal yang harus menjadi perhatian utama bagi guru.

xvi

xvi

Seorang guru harus dapat mengetahui motivasi setiap siswa dalam melakukan

kegiatan belajar. Tanpa mengetahui motivasi siswa dalam belajar, maka guru

tidak dapat merencanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Kegiatan

pembelajaran harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat berjalan

sesuai dengan yang diharapkan. Untuk merencanakan kegiatan pembelajaran,

maka seorang guru harus memiliki pengetahuan tentang latar belakang siswa.

Pengetahuan tersebut tidak hanya sekedar bahwa siswa ingin belajar, akan

tetapi guru harus memahami motivasi setiap siswa. Dengan mengetahui dan

memahami motivasi setiap siswa, maka guru dapat merencanakan metode

yang paling sesuai dengan keadaan siswa dengan harapan dapat berhasil.

Motivasi dapat timbul dari dalam diri siswa (internal motivation) dan

juga dapat berasal dari luar dirinya (external motivation). Motivasi dari dalam

merupakan motivasi yang paling kuat dalam mempengaruhi perilaku siswa.

Motivasi ini timbul karena adanya berbagai faktor seperti keinginan atau cita-

cita untuk meraih sesuatu. Motivasi internal akan sangat kuat pengaruhnya

dalam perilaku belajar siswa. Karena itu, motivasi internal merupakan

motivasi yang paling diutamakan sebagai pendorong utama bagi siswa untuk

belajar. Motivasi internal ini dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara. Guru

dan orang tua dapat menggali motivasi internal tersebut. Penggalian dilakukan

dengan cara-cara tertentu, terutama yang terkait dengan keinginannya di masa

yang akan datang. Guru atau orang tua tersebut utamanya adalah menyadarkan

akan makna hidup. Jika seorang siswa sudah memahami makna hidup, maka

motivasi internalnya akan tumbuh dan berkembang sehingga akan

memberikan daya dorong yang kuat untuk melakukan suatu tindakan tertentu.

Motivasi eksternal atau motivasi dari luar juga tidak kalah pentingnya

dalam mendorong perilaku belajar siswa. Motivasi eksternal tersebut berasal

dari lingkungannya, seperti orang tua, guru, teman, saudara, dan lain-lain.

Bahkan situasi lingkungan yang lebih luas juga dapat menjadi motivasi

eksternal bagi siswa, seperti keberhasilan seseorang dalam karirnya. Berbeda

fungsi dengan motivasi internal, seorang guru atau orang tua memberikan

motivasi eksternal dapat dikatakan sebagai motivasi yang memberikan

dorongan secara langsung. Dalam kaitannya dengan motivasi internal, orang

xvii

xvii

tua atau guru bersifat menggugah kesadaran akan arti hidup, sedangkan pada

motivasi eksternal, guru dan orang tua memberikan dorongan berupa

pemberian suatu penguatan kepada siswa agar melakukan tindakan belajar

dengan baik.

Motivasi tidak hanya ditumbuhkan saja, akan tetapi juga perlu

dikembangkan sedemikian rupa, sehingga motivasi yang sudah tumbuh akan

terus berkembang sehingga motivasinya semakin kuat. Siswa yang belum

memiliki motivasi yang jelas tentang kegiatan belajarnya, harus didukung dan

diarahkan agar motivasinya menjadi lebih jelas. Setelah motivasinya jelas,

maka siswa diberi penguatan (reinforcement) agar motivasi tersebut menjadi

lebih kuat. Bagi siswa yang sudah memiliki motivasi, perlu dipelihara agar

motivasinya menjadi lebih konstan atau stabil dan kemudian diberi penguatan

agar motivasinya menjadi meningkat. Demikian pula dengan motivasi siswa

yang sudah kuat, harus dijaga agar tidak menurun sehingga keadaan

motivasinya menjadi stabil.

Dengan motivasi yang kuat, maka siswa akan memiliki perilaku belajar

yang tinggi dan akan terlihat dari prestasi belajarnya. Adanya motivasi internal

dan didukung oleh motivasi eksternal, perilaku yang ditimbulkan juga akan

semakin baik. Jadi, motivasi belajar siswa memiliki hubungan yang berarti

pada prestasi belajarnya.

3. Disiplin Belajar

Seseorang yang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan, diperlukan

berbagai persyaratan agar tujuannya dapat tercapai secara maksimal. Namun,

semua persyaratan tersebut tidak mudah untuk dilakukan. Banyak hal yang

harus dilakukan agar persyaratan tersebut dapat terpenuhi. Salah satu

persyaratan untuk tercapaianya tujuan secara maksimal adalah kedisiplinan.

Kedisiplinan menurut Suharsimi Arikunto (1990: 114) adalah ”Kepatuhan

seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh

adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Kedisiplinan berkaitan erat

dengan pengendalian diri seseorang dalam melakukan tindakan secara sadar

melalui pembentukan diri dan watak”. Jadi, kedisiplinan adalah bentuk

xviii

xviii

pemenuhan dengan peraturan atau norma-norma yang ada. Peraturan atau

norma tersebut tidak hanya sebatas peraturan yang bersifat formal, akan tetapi

juga menyangkut dengan peraturan yang secara otomatis terkait dengan suatu

tindakan atau tujuan tertentu. Misalnya, kegiatan belajar untuk mencapai

prestasi yang baik, tidak ada aturan resmi yang menyebutkan harus melakukan

tindakan tertentu. Namun secara otomatis, akan muncul peraturan bahwa

prestasi yang tinggi akan diperoleh jika seseorang belajar dengan tekun, rajin,

teratur, sesuai dengan waktu, dan sebagainya. Jadi, aturan atau norma untuk

mencapai tujuan tertentu terkait dengan tujuan itu sendiri.

Sebagaimana dikemukakan pada urian di atas, belajar dilakukan untuk

mencapai tujuan tertentu. Tercapainya tujuan tersebut secara maksimal

memerlukan syarat atau peraturan tertentu dan salah satunya adalah

kedisiplinan, terutama dari segi waktu. Belajar yang dilakukan dengan disiplin

waktu, akan menjadikan belajar menjadi teratur. Keteraturan dalam belajar

inilah yang akan memberikan efek positif pada hasil belajar. Belajar dengan

disiplin dan teratur, materi yang dipelajaripun juga tidak terlalu banyak.

Dengan kata lain, belajar dengan disiplin dan teratur seperti pepatah ”sedikit

demi sedikit, lama-lama menjadi bukit”. Belajar yang dilakukan dengan

disiplin dan teratur, meskipun tidak banyak, lama-lama akan dapat

menyelesaikan seluruh materi pelajaran. Dengan demikian belajar yang

dilakukan dengan kedisiplinan akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi.

Jadi, disiplin belajar mempunyai hubungan dengan prestasi belajar.

4. Prestasi Belajar

Prestasi adalah wujud atau hasil dari suatu tindakan tertentu. Prestasi

ini sangat tergantung dari bagaimana seseorang melakukan tindakan tersebut.

Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Zainal Arifin (1990: 3) yang

menyatakan bahwa “Prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan sikap

seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”. Jadi, prestasi merupakan hasil dari

tindakan seseorang berdasarkan kemampuan, keterampilan, dan sikapnya

dalam melakukan sesuatu.

Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa, secara umum bertujuan

untuk memperoleh prestasi belajar. Prestasi belajar tersebut akan dapat

xix

xix

diperoleh jika seseorang memiliki kemampuan, keterampilan, dan sikap yang

baik dalam belajar. Karena itu dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang

tinggi dapat diperoleh dengan syarat adanya kemampuan dan ketrampilan

yang tinggi, serta sikap yang baik dalam melakukan tindakan belajar. Karena

itu, untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi, siswa perlu dilatih

kemampuannya, keterampilannya, dan dibina sikapnya sehingga dapat

meningkat dan dapat menghasilkan hasil belajar yang baik.

5. Hubungan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar

dengan prestasi belajar

Prestasi belajar sebagaimana dikemukakan di atas, dapat diperoleh jika

siswa memiliki kemampuan, ketrampilan, dan sikap dalam berperilaku.

Kemampuan dan keterampilan serta sikap tersebut tidak dapat diperoleh begitu

saja, akan tetapi perlu diusahakan. Dalam mengusahakan kemampuan,

keterampilan, dan sikap tersebut dilakukan dengan belajar, baik belajar sendiri

maupun diberi pembelajaran. Baik dengan belajar sendiri maupun dengan

pembelajaran, keduanya juga dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain pola

asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar.

Pola asuh orang tua akan membentuk perilaku siswa dalam belajar,

sehingga bila pola asuh orang tuanya baik, maka perilaku belajarnya juga baik.

Dengan perilaku belajar yang baik, maka akan diperoleh kemampuan,

keterampilan, dan sikap yang baik yang mendukung tercapainya hasil belajar

siswa yang maksimal. Demikian pula dengan motivasi belajar siswa, sangat

diperlukan untuk mendorong seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar.

Motivasi yang tinggi menjadikan seorang siswa dapat melakukan kegiatan

belajar dengan lebih baik. Karena itulah akan berdampak pada

keberhasilannya dalam belajar yang terwujud dalam prestasi belajar.

Kedisiplinan juga sangat penting bagi seorang siswa, karena dengan

kedisiplinan dapat menjadikan kegiatan belajar menjadi teratur. Kegiatan

belajar yang teratur inilah yang dapat meningkatkan kemampuan,

keterampilan, dan sikap yang baik yang akan berdampak pada hasil belajar.

Untuk itulah, kedisiplinan belajar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

sebagai wujud dari hasil belajarnya.

xx

xx

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, kesimpulan dari

penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua, motivasi

belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI

SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010. Dengan demikian

dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi pola asuh orang tua, motivasi belajar,

dan disiplin belajar maka semakin tinggi pula prestasi belajar sosiologi siswa.

2. Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan

prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun

xxi

xxi

ajaran 2009/2010. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi

pola asuh orang tua maka semakin tinggi pula prestasi belajar sosiologi siswa.

3. Ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi

belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran

2009/2010. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi motivasi

belajar yang ada pada siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar

sosiologi yang diperoleh siswa.

4. Ada hubungan positif yang signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi

belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran

2009/2010. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi tingkat

disiplin belajar yang dimiliki siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar

sosiologi pada siswa tersebut.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah dikemukakan, maka pada

uraian berikut akan peneliti sajikan implikasi hasil penelitian, sebagai berikut:

Pola asuh orang tua merupakan salah satu pendidikan bagi anak. Pola asuh

orang tua sangat berpengaruh pada perilaku anak, sehingga tingkah laku anak

sangat tergantung pada pola asuh orang tua. Latar belakang sosial orang tua juga

memiliki hubungan yang empiris pada pola asuh orang tua yang diberikan kepada

anaknya. Karena itu, siswa yang memiliki orang tua dengan latar belakang sosial

rendah lebih cenderung memiliki prestasi yang rendah. Untuk itu, dalam usaha

meningkatkan prestasi belajar yang tinggi, salah satunya adalah dengan

meningkatkan kehidupan sosial keluarga. Salah satunya dengan meningkatkan

penghasilan dan juga meningkatkan kesadaran akan pendidikan agar orang tua

memahami pentingnya pendidikan dan mampu memberikan fasilitas yang

menunjang belajar siswa sehingga prestasi belajar yang diraih menjadi maksimal.

Motivasi belajar merupakan hal yang sangat penting bagi seorang siswa.

Motivasi merupakan daya dorong yang menggerakkan siswa melakukan kegiatan

belajar. Rendahnya motivasi belajar dapat menyebabkan hasil belajar siswa juga

rendah. Karena itu, motivasi perlu ditimbulkan dan ditingkatkan pada diri siswa

agar siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Peningkatan motivasi

91

xxii

xxii

belajar merupakan tugas guru dan orang tua. Dengan meningkatkan motivasi pada

diri siswa, maka diharapkan siswa memiliki prestasi belajar yang tinggi.

Kedisiplinan dalam belajar juga menjadi faktor penting dalam kegiatan

belajar. Kedisiplinan perlu diterapkan dalam belajar agar kegiatan belajar dapat

dilakukan secara teratur. Keteraturan dalam belajar inilah yang menjadikan siswa

dapat memahami materi pelajaran dengan baik. Dengan pemahaman materi yang

baik tersebut, maka siswa dapat mengerjakan soal-soal tes dengan baik yang

hasilnya adalah prestasi belajar yang baik pula. Jadi, dengan kegiatan belajar

secara disiplin, prestasi belajar dapat meningkat.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran-saran yang

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi lembaga, guru, siswa maupun peneliti

yang akan datang. Adapun saran-saran yang dapat peneliti sampaikan adalah

sebagai berikut:

1. Kepada Kepala Sekolah

Kepada kepala sekolah diharapkan dapat melakukan kerjasama dengan

orang tua, agar pola asuh orang tua dapat diarahkan. Kerjasama tersebut dapat

dilakukan melalui komite sekolah yaitu dengan cara mengadakan pertemuan

orang tua dengan sekolah, membuka kotak saran agar orang tua dapat mengajukan

saran-saran kepada sekolah ataupun keluhan tentang anak-anaknya. Selain itu,

sekolah juga harus meningkatkan motivasi belajar siswa dengan berbagai cara,

antara lain menyarankan guru menggunakan metode pembelajaran yang lebih

banyak mempartisipasikan siswa. Peningkatan kedisiplinan dapat dilakukan

dengan memberikan hukuman kepada pelanggar disiplin dan memberikan hadiah

kepada siswa teladan.

2. Kepada Guru

Kepada guru diharapkan dapat bekerjasama dengan orang tua dengan

melakukan komunikasi orang tua guru melalui Komite Sekolah. Dengan adanya

komunikasi antara orang tua dengan guru, maka kesulitan belajar siswa dapat

terpantau sehingga dapat dicari jalan keluarnya dengan segera. Pemberian

motivasi sangat penting bagi siswa, karena itu guru diharapkan dapat

xxiii

xxiii

meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cara-cara yang mendidik, seperti

memberikan reward kepada siswa yang memiliki prestasi tinggi. Pendisiplinan

siswa dalam belajar juga sangat penting. Karena itu guru diharapkan dapat

memberikan contoh tindakan disiplin kepada siswa. Untuk meningkatkan disiplin

belajar siswa, guru dapat memberikan tugas yang hasilnya dikoreksi. Dengan

demikian siswa dapat terpacu untuk melakukan kegiatan belajar.

3. Kepada Siswa

Kepada siswa diharapkan dapat memahami orang tuanya masing-masing.

Pola asuh yang diberikan orang tua yang kurang baik tidak perlu diikuti. Siswa

dapat mencari contoh-contoh dari teman yang orang tuanya dapat mengarahkan

anaknya dalam belajar. Motivasi belajar perlu ditingkatkan dengan memahami

dirinya tentang kegiatan belajar dan harapan di masa depan. Usahakan mematuhi

peraturan agar dapat melakukan kegiatan secara disiplin. Hal ini dapat dilakukan

dengan membuat jadwal kegiatan sehari-hari di rumah. Dengan adanya jadwal,

maka ada usaha untuk melakukan kegiatan belajar secara disiplin.

4. Kepada Peneliti Yang Akan Datang

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain

yang akan melakukan penelitian sejenis yang juga berhubungan dengan prestasi

belajar siswa. Sehingga hasil penelitian dapat lebih lengkap dan akurat dibanding

penelitian ini.

xxiv

xxiv

DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi belajar. Jakarta: Rineka

Cipta Abdurrahmant Fathoni. 2006. Metodologi Penelitian dan Tehnik Penyusunan

Skripsi. Jakarta: rineka Cipta Arif Sukardi Sadiman. 1991. Metode dan Analisis Mencari Hubungan. Jakarta:

Erlangga Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi

Aksara Dimyati Mahmud. 1989. Psikologi Pendidikan Jilid 1. Yogyakarata: Raka Press Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Donald Ary. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha

Nasional Elizabeth B. Hurlock. Perkembangan Anak Jilid II. Alih bahasa oleh dr. Met.

Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Erlangga Hadari Nawawi. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press I.G. Wursanto. 1985. Pokok-pokok Perencanaan/Etika komunikasi. Yogyakarta:

Kanisius Iqbal Hasan. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi

Aksara Kartini Kartono. 1992. Pengantar Metodelogi Research. Yogyakarta: Andi Oofset Ketut Sukardi. 1983. Pedoman Praktis Bimbingan Penyuluhan Di Sekolah.

Jakarta: Rineka Cipta Mardalis. 2004. Metode Penelitian. Jakarta: Buimi Aksara Margaret E. Bell Grendler. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Melayu S.P. Hasibuan. 1991. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah.

Jakarta: Gunung Agung

95

xxv

xxv

Moh. Nasir. 1993. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia Muhibbinsyah. 1995. Psikologi Penelitian Suatu Pendekatan Baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya Nasotion. 2003. Metode Risearch. Jakarta: Bumi Aksara Ngaliman Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Poerwodarminto. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Roman Natawidjaja. 1995. Cara Memberikan Motivasi Pada Siswa. Jakarta:

Komunikan Sadirman A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: Raja

Grasindo Persada Rohn Aliah. 1990. Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Eresco Saifuddin Azwar. 1996. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar --------------------2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar SamVaknin, Ph.D. 2009. Parenting The Irrational Vocation. Tersedia pada

(http://archive.constantcontact.com/fs056/1101439140372/archive/1102104663935.html). Diakses pada tanggal 23 Februari 2010

Singgih D. Gunarso. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Gunung Mulia Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta Slamet Widodo. 2004. Metodelogi Penelitian. Surakarta. UNS Press Soegeng Priyodarminto. 1992. Disiplin Menuju Sukses. Jakarta: Pradya Paramita Sudjana. 2001. Tehnik Analisis Regresi Dan Korelasi Bagi Para Peneliti.

Bandung: Tarsito Suharsimi Arikunto. 1990. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta:

Rineka Cipta ---------2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bumi

Aksara Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC

xxvi

xxvi

Sumadi Suryabrata. 1998. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada -------------------2002. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sutrisno Hadi. 2002. Metodologi Research. Jilid 1, 2, dan 3. Yogyakarta: Andi

offset Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Suatu Dasar Metode Tehnik.

Bandung: Tarsito ---------1998. Pengantar Penelitian Suatu Dasar Metode Tehnik. Bandung: Tarsito Wingkel.W.S 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo W. Gulo. 2002. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Grasindo Zahara Idris dan Lisma Jamal. 1992. Pengantar Pendidikan 1. Jakarta: Gramedia Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Interaksional Prinsip-Tehnik-Prosedur. Bandung:

Remaja Rosdakarya