91
i HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SIKAP KELUARGA USIA LANJUT DALAM PENCEGAHAN JATUH DI RUMAH DI DUSUN GAMPING KIDUL AMBAR KETAWANG SLEMAN YOGYKARTA Karya Tulis Ilmiah Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta SUSANTI TRI NUGRAENI 20040320087 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2008

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

i

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SIKAP KELUARGA USIA LANJUT DALAM PENCEGAHAN

JATUH DI RUMAH DI DUSUN GAMPING KIDUL AMBAR KETAWAN G SLEMAN YOGYKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

SUSANTI TRI NUGRAENI 20040320087

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2008

Page 2: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SIKAP KELUARGA USIA LANJUT DALAM

PENCEGAHAN JATUH DI RUMAH Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Karya Tulis

Ilmiah Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pada tanggal: 5 November 2008

SUSANTI TRI NUGRAENI 20040320087

Dosen Pembimbing

( Uswatun Khasanah, MNS )

Page 3: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SIKAP KELUARGA USIA LANJUT DALAM PENCEGAHAN

JATUH DI RUMAH DI DUSUN GAMPING KIDUL AMBAR KETAWAN G SLEMAN YOGYKARTA

Telah diseminarkan dan diujikan pada tanggal: 5 November 2008

Oleh:

SUSANTI TRI NUGRAENI

NIM 20040320087

Dewan Penguji:

Uswatun Khasanah, MNS (………………….)

Nunuk Sri Purwanti, S.Kp.M.kes (.….……..……….)

Mengetahui Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(dr. H. Erwin Santosa, Sp.A., M. Kes)

Page 4: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan

berkah, hidayah dan nikmat-Nya, sehingga penulis mampu menyusun dan

menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul ”Hubungan Antara Tingkat

Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Keluarga Lansia Dalam Pencegahan Jatuh

di Rumah”.

Karya tulis ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam

memperoleh gelar sarjana keperawatan di Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta. Penyusunan karya tulis ini dapat diselesaikan atas bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. dr. H. Erwin Santosa, Sp.A., M. Kes, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan dan

menyusun karya tulis ilmiah.

2. Uswatun Khasanah, MNS., selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam

pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah.

Page 5: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

v

3. Nunuk Sri Purwanti, S.kp.M.kes., selaku Dosen Penguji yang telah

banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam

pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah.

4. Kepala kelurahan dan bapak dukuh Gamping Kidul beserta staff yang

telah memberi ijin dan banyak membantu pelaksanaan penelitian.

5. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Tukiran dan Ibu Yuliati) dan kedua

kakakku tercinta (Jati Wibowo dan Santoso Dwi Nugroho) serta Mas

Nur dan keluarga yang tiada henti mendo’a kan, memberi dukungan

baik moril maupun materil, menjadi semangat dan sumber inspirasi

dalam hidupku.

7. Sahabat dan Teman-teman seperjuangan PSIK 04 Ayi, Yeti, Imoy, Ika,

Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb

Wedha dan semua teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang

telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

8. Keluargaku; Banjar Negara, Piyungan dan Magelang yang selalu

menjadi tumpahan rasa rinduku akan kampung halaman. Kalian adalah

orang-orang terkasih yang mengelilingi diriku dan menjadi hal

terindah dalam kehidupanku. Untuk mas Wawan terima kasih untuk

kasih sayang dan semangat serta dukungan yang kau berikan untukku.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna.

Atas kekurangan dan kesalahan dalam karya tulis ini, penulis mohon

maaf.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

vi

Demi kebaikan karya tulis ilmiah ini, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Akhir kata penulis

mengharapkan KTI ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat

menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama ilmu keperawatan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Yogyakarta, November 2008

Susanti Tri Nugraeni

Page 7: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ………………....…..….……………….…. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………….................. iii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. iv

DAFTAR ISI ………………………………………………….…………... vii

DAFTAR TABEL …………………………………………….…………... xi

DAFTAR SKEMA ………………………………………………………… xiii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xiv

INTISARI …………………………………….……………………………. xv

ABSTRACT ……………………………………………………….….……. xvi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………….………………….……... 1

B. Rumusan Masalah………………………….……………………. 5

C. Tujuan Penelitian………………...…………...………………..… 5

D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 5

E. Ruang Lingkup............................................................................... 6

E. Keaslian Penelitian……………………………..……………..…. 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Jatuh

1. Pengertian Jatuh...................................................................... 10

2. Penyebab................................................................................. 10

Page 8: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

viii

3. Faktor-faktor yang berpengaruh............................................. 11

4. Pencegahan............................................................................. 13

B. Usia Lanjut

1. Pengertian Proses menua........................................................ 15

2. Karakteristik Tentang Proses Penuaan.................................... 15

3. Tanda-Tanda Menjadi Tua………………………………….. 16

4. Pengertian Usia Lanjut……………………………………… 17

5. Pembatasan Usia Lanjtut……………………………………. 18

6. Tipe-Tipe Usia Lanjut………………………………………. 18

7. Pengelompokan Usia Lanjut Menurut Kemampuannya…… 19

8. Perubahan –Perubahan Yang Terjadi Pada Usia Lanjut……. 20

9. Reaksi Dan Sikap Usia Lanjut Terhadap Perubahan.............. 28

10. Hal-Hal Yang Harus Dilakukan Oleh Usia Lanjut................. 29

C. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan.......................................................... 30

2. Proses adopsi perilaku............................................................ 31

3. Pengetahuan di dalam domain kognitif.................................. 33

D. Keluarga

1. Definisi keluarga..................................................................... 34

2. Fungsi keluarga........................................................................ 35

E. Sikap

1. Pengertian sikap...................................................................... 37

2. Struktur sikap.......................................................................... 41

Page 9: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

ix

3. Komponen sikap...................................................................... 43

4. Interaksi komponen-komponen sikap..................................... 44

5. Organisasi sikap....................................................................... 44

6. Berbagai tingkatan sikap.......................................................... 45

7. Hubungan antara sikap dengan pengetahuan........................... 47

F. Kerangka Konsep.......................................................................... 48

G. Hipotesis........................................................................................ 48

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian……………….………….……………………. 49

B. Populasi dan Sampel Penelitian………….…………….………... 49

C. Lokasi dan Waktu Penelitian…….…………………..………….. 50

D. Variabel Penelitian………………………………………………. 50

E. Hubungan antar variabel................................................................ 51

F. Definisi operasional……………………………………………... 51

G. Instrumen Penelitian ..................................................................... 52

H. Uji validitas dan Reabilitas............................................................ 54

I. Tehnik Pengumpulan Data............................................................. 56

J. Tehnik pengelolaan data dan analisa data...................................... 56

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum…………………………………………….. 58

2. Karakteristik Responden…………………………………….. 58

3. Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan Jatuh

Page 10: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

x

Pada Usia Lansia....................................................................... 61

4. Sikap Kuarga Tentang Pencegahan Jatuh Pada

Usia Lanjut Di Rumah…………………………………….....

61

5. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap

Keluarga Usia Lanjut Dalam Pencegahan Jatuh Di Rumah..... 62

B. Pembahasan

1. Pengetahuan.............................................................................. 63

2. Sikap………………………………………………………… 66

3. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga

lansia dalam pencegahan jatuh di rumah................................

67

C. Faktor pendukung dan penghambat

1. Faktor Pendukung……........................................................... 69

2. Faktor Penghambat…………………………………………. 69

D. Keterbatasan Penelitian.. ………………………………………. 70

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………………………………..……..…………….... 71

B. Saran………………………………………..………...………….. 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xi

DAFTAR TABEL

Daftar Tabel Halaman Tabel 1 Instrumen penelitian................................................................ 53 Tabel 2 Instrument penelitian sikap.................................................... 54 Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan golongan umur

di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman, Yogyakarta 2008........................................................................................ 59

Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan Jenis kelamin di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman, Yogyakarta 2008........................................................................................ 59

Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan golongan tingkat

pendidikan, di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman Yogyakarta 2008........................... 59

Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan golongan jenis

pekerjaan, di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman Yogyakarta 2008........................................................ 60

Tabel 7 Karakteristik responden berdasarkan hubungan keluarga

Dengan usia lanjut di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman Yogyakarta 2008........................... 60

Tabel 8 Karakteristik responden berdasarkan golongan tingkat

pengetahuan keluarga, di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman Yogyakarta 2008............................ 61

Tabel 9 Karakteristik sikap keluarga dalam pencegahan jatuh

usia lanjut di rumah, di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman Yogyakarta 2008........................... . 61

Tabel 10 Tabel Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan

dan Sikap Keluarga usia lanjut dalam pencegahan

Page 12: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xii

jatuh di rumah di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman Yogyakarta 2008............................ 62

Tabel 11 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan

dan Sikap Keluarga Usia Lanjut dalam Pencegahan Jatuh di Rumah di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman Yogyakarta 2008............................ 62

Page 13: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xiii

DAFTAR SKEMA Skema 1 Kerangka konsep Penelitian…………………………..…...... 48

Skema 2 Hubungan antar variabel.......................................................... 51

Page 14: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji validitas dan reabilitas kuesioner

Lampiran 2. Data Tabulasi Pengetahuan dan Sikap

Lampiran 3. Hasil korelasi

Lampiran 4. Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Reponden

Lampiran 6. Kuesioner

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Kepada Kelurahan Ambar Ketawang Gamping Kidul

Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian Dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Kepada Kepala Daerah Cq. Kepala Bappeda Sleman.

Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian dari Kelurahan Ambar Ketawang Gamping

Kidul Sleman, Yogyakarta

Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA Kabupaten Sleman

Page 15: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xv

Susanti Tri Nugraeni.(2008). Hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan sikap keluarga usia lanjut dalam pencegahan jatuh di rumah di dusun gamping kidul ambar ketawang sleman yogykarta.

Pembimbing: Uswatun Khasanah, MNS

INTISARI

Seiring meningkatnya jumlah populasi warga usia lanjut di Indonesia, pengetahuan dan sikap tentang pencegahan jatuh lansia di rumah menjadi suatu hal yang sangat penting. Lansia memiliki ketakutan yang sangat realistis untuk mengalami jatuh. Hanya sekitar 5 sampai 6 % jatuh terjadi dalam suatu cedera yang serius, tetapi konsekuensi dari jatuh mungkin lebih daripada sekedar cedera yang serius. Jatuh dapat juga memalukan dan menyakitkan dan dapat menyebabkan keterbatasan aktifitas dan kemandirian atau kehilangan rasa percaya diri. Metode penelitin yang di gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian adalah keluarga yang memiliki usia lanjut 60 tahun ke atas, untuk cara mengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, uji statistik dengan menggunakan SPSS dengan range spearman corelation. Jumlah populasi 140 dan sampel dalam penelitian ini 30 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dalam pencegahan jatuh di rumah di Dusun Gamping Kidul Kel. Ambar Ketawang, Sleman Yogyakarta. Dari hasil penelitian di dapatkan pengetahuan baik yaitu pada 14 orang dengan prosentase 46,0%, untuk sikap categori baik yaitu 21 orang dengan prosentase 70%.

Kesimpulan pada penelitin ini sebagian besar keluarga memiliki pengetahuan baik dan sebagian besar sikap keluarga tentang pencegahan jatuh usia lanjut dirumah dengan kategori cukup, jadi terdapat hubungan yang yang bermakna antara tingkat pengetahuan terhadap sikap keluarga tentang pencegahan jatuh usia lanjut di rumah di Dusun Gamping Kidul Kel. Ambar Ketawang, Sleman Yogyakarta. Ini di buktikan dengan hasil signifikan 0,007 < 0,05 sehingga Ho di tolak. Kata kunci: Pengetahuan keluarga, sikap keluarga dalam pencegahan jatuh.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xvi

Susanti Tri Nugraeni. (2008). The correlation between family knowledge level with families attitude who has older people in preventing of fall in their home in dusun gamping kidul ambar ketawang sleman yogykarta.

Advisers: Uswatun Khasanah, MNS

ABSTRACT

Along increasing of the older people population total in Indonesia, knowledge and attitude about fall preventing of older people in their home becomes an important thing. Older people has fear ness to fall and it’s a realistic think. It’s about 5 until 6 % the incident of fall that makes a serious injury, but the consequences of fall more than it. Fall is shameful and a painful. It also can make activity limitation, autonomous or lose the confidence.

Research method use a cross sectional approach. Subject of this research is the family that has the older people who have age more than 60 years. This research use questioner instrument and SPSS (range spearmen correlation) in statistical test. Population in this research is 140 and 30 respondents to sample.

The purpose of Identified the correlation between knowledge level toward family attitude in preventing older people of fall in their at home. The location of this research is Dusun Gamping Kidul, Ambar Ketawang Sleman Yogyakarta.

The result of this research, we know that families education level with good category is 14persons (46,9%) and good category 21 person (70%). So there is a significant correlation between knowledge with family attitude about preventing older people of fall in their home. This research can prove by significant result 0,007 < 0, 05 so Ho was rejected. Keywsord: Family knowledge, family attitude preventing in older people.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kemajuan suatu bangsa dapat di lihat dari indikator harapan hidup

penduduknya, dimana dapat dilihat dari terjadinya penurunan angka

kematian ibu dan bayi, serta meningkatnya harapan hidup waktu lahir.

Umur harapan hidup di Indonesia tahun 2000 mencapai lebih dari 70 tahun

(Darmojo, 2006). Hal ini memperlihatkan semakin tingginya jumlah

penduduk usia lanjut khususnya di pulau Jawa yaitu proporsi terbesar

berturut-turut di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur, yaitu

sebesar 12,58% dan 9,46%, sedangkan proporsi terkecil adalah Irian Jaya,

sebesar 1,65% (Notoatmodjo, 2007).

Lanjut usia (Lansia) oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan

bahwa antara 2005-2010 jumlah penduduk lansia sekitar 19 juta jiwa atau

8,5% dari seluruh jumlah penduduk. WHO telah memperhitungkan bahwa

di tahun 2025, Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah warga

lansia sebesar 41,4%, yang merupakan sebuah peningkatan tertinggi di

dunia (Notoatmodjo, 2007).

Notoatmodjo mengatakan meningkatnya jumlah penduduk lansia

menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan

lansia. Masalah tersebut jika tidak ditangani akan berkembang menjadi

masalah yang lebih kompleks. Masalah yang kompleks pada lansia seperti

perubahan fisik, mental, dan sosial. Lansia memiliki ketakutan yang sangat

Page 18: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xviii

realistis untuk mengalami jatuh. Meski hanya sekitar 5 sampai 6 % jatuh

terjadi dalam suatu cedera yang serius, tetapi konsekuensi dari jatuh

mungkin lebih daripada sekedar cedera yang serius. Menjadi lansia banyak

mengalami perubahan salah satunya adalah perubahan fisik sehingga dapat

menyebabkan terjadinya jatuh (Darmodjo, 2006).

(Stanley et al, 2006) menyatakan jatuh dapat juga memalukan,

menyakitkan dan dapat menyebabkan keterbatasan aktifitas serta

kemandirian atau kehilangan rasa percaya diri. Reuben dkk (1996)

mendapatkan insiden jatuh di masyarakat AS pada umur lebih dari 65

tahun berkisar sepertiga populasi lansia setiap tahun, dengan rata-rata jatuh

0,6 per orang. Sedangkan insiden jatuh di rumah 3 kali lebih banyak

(Tinetti, 1992 dalam buku Darmojo, 2006). Lima persen dari penderita

jatuh ini mengalami patah tulang atau memerlukan perawatan di rumah

sakit (Darmojo, 2006 ). Lansia yang telah mengalami jatuh dan perlu

untuk ditangani di rumah sakit memiliki kemungkinan meninggal

sebanyak 17 sampai 50% pada tahun berikutnya (Stanley et al, 2006)

Kecelakaan adalah merupakan penyebab kematian nomor enam

pada tahun 1992, dan nomor lima pada tahun 1994 untuk penderita lansia,

2/3 nya akibat jatuh. Kematian akibat jatuh sangat sulit diidentifikasi

karena sering tidak di sadari oleh keluarga atau dokter yang

memeriksanya, sebaliknya jatuh juga bisa merupakan akibat penyakit lain

misalnya serangan jatung mendadak (Tinetti,1992 dalam buku Darmojo,

2006).

Page 19: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xix

Jatuh seringkali di alami oleh para lanjut usia dan penyebabnya

bisa multi faktor, baik faktor instrinsik (dari dalam lanjut usia), misalnya:

gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan

sendi, dan sikope-dizzins, maupun faktor ekstrinsik, misalnya : lantai yang

licin dan tidak rata, tersandung oleh benda-benda, penglihatan kurang

karena cahaya yang kurang terang dan sebagainya (Nugroho, 2000).

Fraktur collum femoris merupakan komplikasi utama akibat jatuh

pada lansia diderita oleh 200.000 lebih lansia di AS pertahun, yang

sebagian besar adalah wanita. Diperkirakan 1% lansia jatuh akan

mengalami fraktur collum femoris, 5% akan mengalami fraktur tulang

lain, seperti iga, humerus, pelvis, dan lain-lain, 5% perlukaan jaringan

lunak. Perlukaan jaringan lunak yang serius seperti subdural hematom,

hemarthroses, memar dan keseleo otot juga sering merupakan komplikasi

akibat jatuh (Kane et all, 1994 dalam buku Darmojo, 2006). Resiko untuk

terjadinya perlukaan akibat jatuh merupakan efek gabungan dari

penurunan respon perlindungan diri ketika jatuh akibat dari jatuh itu

sendiri (Reuben, 1996 dalam buku Darmojo).

Nugroho (2000), mengatakan lanjut usia harus dicegah agar tidak

jatuh dengan cara mengidentifikasi faktor resiko, menilai, mengawasi

keseimbangan dan gaya berjalan, mengatur serta mengatasi faktor

situasional. Peran keluarga untuk perawatan lanjut usia sangats penting

karena keluarga merupakan orang terdekat dari lansia sehingga diharapkan

dapat meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan lansia menuju

Page 20: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xx

masa tua yang sehat dan bahagia. Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan

yang baik karena diharapkan dengan pengetahuan yang baik timbul sikap

yang lebih baik. Pengetahuan berfikir, keyakinan dan emosi memegang

peranan yang penting dalam penentuan sikap yang utuh, sehingga Pada

prinsipnya mencegah terjadinya jatuh pada lanjut usia sangat penting dan

lebih utama dari pada mengobati akibatnya (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di peroleh data bahwa di

Kelurahan Ambar Ketawang terutama di Dusun Gamping Kidul terdapat

140 keluarga yang tinggal bersama keluarga, ini di peroleh dari data

penjaringan usia lanjut tahun 2003 sehingga peneliti memutuskan untuk

melakukan penelitian di daerah tersebut.

Menurut Hardywinata (1999), permasalahan umum pada usia

lanjut adalah makin lemahnya nilai kekerabatan, sehingga keluarga yang

berusia lanjut kurang di perhatikan, dihargai dihormati, berhubung terjadi

perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih mengarah

pada bentuk keluarga kecil. Sedangkan menurut Departemen Sosial R.I,

(1998), masalah yang dihadapi oleh kelompok usia lanjut antara lain : (1)

ketiadaan sanak keluarga, kerabat, dan masyarakat lingkungan yang dapat

memberikan bantuan tempat tinggal dan penghidupan; (2) kesulitan

hubungan antara usia lanjut dengan keluarga di tempat selama ia tinggal;

(3) ketidak mampuan secara ekonomi dari keluarga untuk menjamin

kehidupan secara layak ; (4) berkurangnya kesempatan keluarga untuk

memberikan pelayanan kepada usia lanjut. Perawatan usia lanjut bertujuan

Page 21: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xxi

mempertahankan kesehatan dan kemampuan usia lanjut dengan jalan

perawatan serta membantu mepertahankan dan membesarkan semangat

hidup mereka, selajutnya menolong dan merawat usia lanjut yang

menderita gangguan tertentu.

B. Perumusan masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka rumusan permasalahan

peneliti adalah ’’Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga

dengan sikap keluarga usia lajut di Dusun Gamping Kidul Ambar

Ketawang Sleman Yogyakarta 2008?’’.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap

keluarga dalam pencegahan jatuh usia lanjut dirumah.

2. Tujuan khusus

a) Diketahui tingkat pengetahuan tentang pencegahan jatuh usia

lanjut.

b) Diketahui sikap keluarga dalam pencegahan jatuh usia lanjut.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat bagi keperawatan

Untuk meningkatkan wawasan keperawatan dalam praktek

keperawatan dengan usia lanjut.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xxii

2. Manfaat bagi keluarga

Sebagai dasar untuk mengembangkan tingkat pengetahuan yang baik,

dalam menjalankan tingkat pencegahan jatuh untuk para usia lanjut di

dalam keluarga. Memperoleh pengetahuan, keterampilan yang spesifik

dalam rangka peningkatan kesehatan usia lanjut.

4. Manfaat bagi puskesmas

Dapat digunakan sebagai informasi kepada pengelola program

kesehatan usia lanjut khususnya dalam pencegahan jatuh usia lanjut

dirumah. Dapat menggunakan strategi yang sama dalam upaya

pencegahan jatuh usia lanjut di rumah dengan melibatkan peran aktif

keluarga

E. Ruang lingkup

1. Responden

Semua keluarga yang mempunyai usia lanjut di Dusun Gamping Kidul

Kelurahan Ambar Ketawang, karena keluarga mempunyai peranan

yang sangat penting terutama dalam pencegahan jatuh lanjut usia di

rumah.

2. Tempat

Di wilayah Dusun Gamping Kidul Kelurahan Ambar Ketawang

Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

3. Waktu

Penelitian ini di lakukan di bulan Agustus 2008 di wilayah Dusun

Gamping Kidul Kelurahan Ambar Ketawang Sleman Yogyakarta.

Page 23: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xxiii

4. Materi

Materi penelitian yang di ambil adalah tingkat pengetahuan dengan

sikap keluarga dalam pencegahan jatuh usia lanjut di rumah.

F. Keaslian penelitian

Penelitian yang terkait dengan penelitian yang akan di lakukan adalah ;

Wibisono (2000), Pengetahuan dan Perilaku Ibu yang Memiliki

Balita Tentang Upaya Pencegahan Kecelakaan di Rumah Pada Balita dan

faktor-faktor yang berhubungan di Kelurahan Pisangan Baru Kecamatan

Matraman Jakarta Timur 2000. Penelitian ini menggunakan disain

penelitian cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengetahuan perilaku ibu yang memiliki balita tentang upaya pencegahan

kecelakaan di rumah serta diketahuinya pola kecelakaan dalam 3 bulan

terakhir dan faktor-faktor yang berhubungan. Jumlah responden yang

didapatkan sebanyak 108 responden. Karakteristik kejadian kecelakaan di

ambil dalam 3 bulan terakhir. Hasil penelitian mendapatkan pengetahuan

responden rendah sebanyak 65,7%, perilaku responden yang kurang

sebanyak 57,4%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan

adalah aktifitas sosial. Semakin banyak kegiatan yang di ikuti semakain

baik pengetahuan responden. Faktor yang berhubungan dengan perilaku

adalah pendidikan dan pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan yang di

ikuti dan semakin baik pengetahuan maka semakin baik perilaku

responden untuk pencegahan kecelakaan. Sebanyak 63,9% balita usia 0-5

Page 24: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xxiv

tahuan mengalami kecelakaan dalam 3 bulan terakhir. Kecelakaan yang

paling sering terjadi adalah jatuh sebanyak 62,2%. Perbedaan antara

penelitian ini dengan yang akan di teliti terletak pada variabel dan subyek

penelitian.

Nurwahyuni (2005), melakukan penelitian dengan judul Hubungan

Antara Tingkat Pengetahuan Terhadap Sikap Keluarga Dalam Perawatan

Usila Di Rumah Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngebel Kasihan Bantul.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara

tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dalam perawatan usila di rumah.

Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian ini adalah

keluarga yang memiliki usia lanjut di atas 60 tahun ke atas, untuk cara

pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Hasil dari penelitian

menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan dengan sikap keluarga tentang perawatan usia lanjut di

rumah. Perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah

terletak pada variabel terikatnya. Persamaannya terletak pada variabel

sikap keluarga.

Utami (2005), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan

Perilaku Keluarga Dalam Perawatan Usia Lanjut Di Rumah Di Kasihan

Bantul Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah Quasi eksperimental dengan

desain one group pretest postest, dengan subyek keluarga yang memilki

Page 25: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xxv

usia lanjut 60 tahun ke atas dan cara pengumpulan datanya menggunakan

kuesioner. Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh pemberian

pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap perilaku

keluarga dalam perawatan usia lanjut di rumah. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang akan di lakukan adalah bahwa pada penelitian ini

variabel penelitiannya lebih luas dan menggunakan intervensi sedangkan

pada penelitian yang akan di lakukan variabel yang di teliti lebih khusus

yaitu mengenai jatuh dan tidak menggunakan intervensi.

Page 26: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xxvi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jatuh

1. Pengertian jatuh

Jatuh adalah suatu kejadian yang di laporkan penderita atau saksi

mata yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring,

terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa

kehilangan kesadaran atau luka (Reuben, 1996 dalam Darmojo, 2006).

2. Penyebab

Penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan

beberapa faktor, antara lain : (Darmojo, 2006)

a. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama ( 30-50% kasus

jatuh lansia ) murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung dan

gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan

akibat proses menua misalnya karena mata kurang awas, benda-benda

yang ada di rumah tertabrak, lalu jatuh.

b. Nyeri kepala dan vertigo

c. Hipotensi orthostatic; Hipovolemia atau curah jantung yang rendah,

disfungsi otonom, penurunan kembalinya darah vena ke jantung,

terlalu lama berbaring, pengaruh obat-obat hipotensi, hipotensi

sesudah makan.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xxvii

d. Obat- obatan; diuretic atau antihipertensi, anti depresent trisiklik,

sedative, antipsikotik, obat-obat hipoglikemik, alkohol.

e. Proses penyakit yang spesifik akut seperti; kardiovaskular; aritmia,

stenosis aorta, sinkope sinus carotis dan Neurologi; TIA, stroke,

serangan kejang, Parkinson, kompresi saraf spinal karena spondilosis,

penyakit cerebellum.

f. Idiopatik

g. Sinkope; kehilangan kesadaran secara tiba-tiba: Droup attack

(serangan roboh), penurunan darah ke otak secara tiba-tiba, terbakar

matahari.

3. Faktor-Faktor yang berpengaruh

Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan pada lansia di

kategorikan menjadi dua bagian (Darmojo, 2006)

a. Karakteristik lingkungan

Faktor-faktor lingkungan yang sering di hubungkan dengan kejadian

kecelakaan pada lansia antara lain: Alat-alat atau perlengkapan rumah

tangga yang sudah tua, tidak stabil, atau tergeletak di bawah dapat

menggangu aktivitas lansia. Tempat tidur atau WC yang rendah/

jongkok, tempat berpegangan yang tidak kuat/ tidak mudah di pegang;

Lantai yang tidak datar baik ada trapnya atau menurun, karpet yang

tidak dilem dengan baik, keset yang tebal atau menekuk pinggirnya,

dan benda-benda alas yang licin atau mudah tergeser. Lantai yang licin

atau basah, Penerangan yang tidak baik (kurang atau meyilaukan) dan

Page 28: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xxviii

alat Bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara

penggunaanya.

b. Karakteristik situasional

1. Aktivitas

Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas

biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga dan mengganti posisi.

Jatuh sering terjadi pada lansia dengan banyak kegiatan dan olah

raga, karena di sebabkan oleh kelelahan atau terpapar bahaya

hanya 5% jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktifitas yang

berbahaya seperti mendaki gunung atau olah raga berat. Jatuh juga

sering terjadi pada lansia yang imobil ( jarang bergerak) ketika

tiba-tiba dia ingin berpindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa

pertolongan.

2. Lingkungan

Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di

tangga, dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak di

banding saat naik, yang lainnya terjadi karena tersandung atau

menabrak benda-benda perlengkapan rumah tangga, lantai licin

atau tidak rata dan penerangan ruang yang kurang.

3. Penyakit akut

Dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh. Eksaserbasi akut

dari penyakit kronik yang diderita lansia juga sering menyebabkan

jatuh, misalnya sesak nafas akut pada penderita penyakit paru

Page 29: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xxix

obstruksi menahun, nyeri dada pada penderita penyakit jantung,

dan lain-lain.

4. Pencegahan

Usaha pencegahan merupakan langkah awal yang harus di lakukan

karena bila sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan

tetap memberatkan (Darmojo, 2006).

Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan ini, antara lain : (Darmojo,

2006)

1. Identifikasi faktor resiko

Pada setiap lansia perlu di lakukan pemeriksaan untuk mencari

adanya faktor intrinsic resiko jatuh, perlu dilakukan assesment keadaan

sensorik, neurologik, musculoskeletal dan penyakit sistemik yang

sering mendasari/menyebabkan jatuh.

Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat

menyebabkan jatuh harus di hilangkan. Penerangan rumah harus cukup

tetapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari

benda-benda kecil yang susah di lihat. Peralatan rumah tangga yang

sudah tidak aman (lapuk, dapat bergeser sendiri) sebaiknya diganti,

peralatan rumah ini sebaiknya di letakan sedemikian rupa sehingga

tidak mengganggu jalan atau tempat aktifitas lansia. Kamar mandi

dibuat tidak licin, sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu

yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi

pegangan di dinding.

Page 30: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xxx

Obat-obatan yang menyebabkan hipotensi postural,

hipoglikemik atau penurunan kewaspadaan harus diberikan sangat

selektif dan dengan penjelasan yang komprehensif pada lansia dan

keluarganya tentang resiko terjadinya jatuh akibat minum obat

tersebut.

Alat Bantu berjalan yang di pakai lansia baik berupa tongkat,

tripod, kruk atau walker harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi

ringan, aman tidak mudah bergeser serta sesuai dengan ukuran tinggi

badan lansia.

2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)

Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan

badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi.

Penilaian postural sway sangat di perlukan untuk mencegah terjadinya

jatuh pada lansia. Bila goyangan badan pada saat berjalan sangat

beresiko jatuh, maka di perlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi

medik. Penilaian gaya berjalan (gait) juga harus dilakukan dengan

cermat, apakah penderita menapakkan kakinya dengan baik, tidak

mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki dengan benar pada

saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup

untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus di koreksi bila

terdapat kelainan atau penurunan.

3. Mengatur / mengatasi faktor situasional

Page 31: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xxxi

Faktor situsional yang bersifat serangan akut/ eksaserbasi akut

penyakit yang di derita lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin

kesehatan yang di derita secara periodik. Faktor situasional bahaya

lingkungan dapat di cegah dengan mengusahakan perbaikan

lingkungan seperti tersebut di atas. Faktor situasional yang berupa

aktifitas fisik dapat dibatasi dengan kondisi kesehatan penderita. Perlu

diberitahukan pada penderita aktifitas fisik seberapa jauh yang aman

bagi penderita, aktifitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang

diperbolehkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Bila

lansia sehat dan tidak ada batasan aktifitas fisik, maka dianjurkan

lansia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau

beresiko tinggi untuk terjadinya jatuh.

B. Usia lanjut

1. Pengertian Proses Menua

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti

dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakanyang diderita (Constantinides,

1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut)

secara alamiah, dimulai sejak lahir dan umumnya di alami pada semua

makhluk hidup.

2. Karakteristik Tentang Proses Penuaan

Page 32: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xxxii

Menurut Vicent, J. Cristofalo (1990), beberapa karakteristik

tentang proses penuaan yang terjadi pada manusia adalah;

a) Peningkatan kematian sejalan dengan peningkatan usia

b) Menurutnya kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan di

lingkungannya.

c) Terjadinya perubahan yang progresif dan merusak

d) Meningkatnya kerentaan terhadap penyakit tertentu.

3. Tanda-Tanda Menjadi Tua

Menurut Dep.Kes RI (2000), tanda-tanda menjadi tua adalah :

1) Kemunduran- kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala

kemunduran fisik antara lain :

a) Kulit mulai mengendur pada wajah timbul keriput serta garis-

garis yang menetap

b) Rambut mulai beruban dan menjadi putih

c) Gigi mulai ompong

d) Penglihatan dan pendengaran berkurang

e) Mudah lelah

f) Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah

g) Kerampingan tubuh menghilang, terjadi timbunan lemak

terutama bagian perut dan pinggang.

2) Kemandirian kemampuan-kemampuan kognitif antara lain :

a) Sering lupa, ingatan tidak berfungsi baik.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xxxiii

b) Ingatan kepada hal-hal di masa muda lebih baik dari pada hal-

hal yang baru terjadi, yang pertama di lupakan adalah nama-

nama.

c) Orientasi umum dan persepsi waktu dan ruang atau tempat juga

mundur.

d) Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman skor yang

dicapai dalam tes-tes intelegensi menjadi lebih rendah.

e) Tidak mudah menerima hal-hal atau ide baru.

4. Pengertian Usia Lanjut

Usia lanjut merupakan masa perkembangan terakhir dalam hidup

manusia, terdapat proses penurunan kemampuan pada usia lanjut

(Prawitasari, 1993). Metode pengelolaan untuk menganalisa keadaan sakit

seseorang usia lanjut diawali dengan suatu assesment. Perubahan

perlemahan atau perburukan (impairment) adalah hilangnya atau tidak

normalnya kondisi fisiologis, psikologis atau struktur tubuh dan anatomi

tubuh, misalnya beberapa bagian yang mengalami kelemahan, antara lain

kemampuan berbicara, pendengaran, penglihatan, organ-organ gerak dan

bentuk tubuh. Ketidakmampuan atau cacat (disability) merupakan

pembatasan kemampuan untuk melakukan aktivitas yang biasa dilakukan

oleh seseorang. Keterbatasan ini terjadi karena hasil kelemahan organ

tubuh di atas, dan meliputi kemampuan berkomunikasi, berperilaku dan

memelihara diri. Rintangan (handicap) adalah hambatan untuk melakukan

aktivitas dasar dan instrumental sehari-hari merupakan pengaruh adanya

Page 34: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xxxiv

kelemahan dan keterbatasan ini, terjadi atas kemampuan orientasi,

ketergantungan fisik, mobilitas dan berinteraksi sosial (WHO, 1980).

5 Pembatasan Usia Lanjut

Kelompok usia lanjut menurut World Health Organization (WHO,

1980), adalah sebagai berikut : 1). Usia lanjut pertengahan tahun yaitu 45-

59 tahun, 2). Usia lanjut yaitu usia 60-75 tahun, 3). Usia tua berkisar 75-90

tahun, 4). Usia tua adalah di atas 90 tahun. Usia lanjut adalah 60 tahun ke

atas atau lebih (Dep. Kes RI, 2000).

Dilihat dari segi fisik, kejiwasan, sosial dan ekonomi usia lanjut

menghadapi berbagai perubahan. Untuk menghadapi dan mengatasinya di

perlukan pengertian, dukungan dan perhatian dari keluarga terutama

mengenai perawatan usia lanjut, sehingga usia lanjut dapat memelihara

kesehatan secara optimal.

6 Tipe-Tipe Usia Lanjut

Tipe-tipe usia lanjut menurut Nugroho (2000) antara lain adalah;

a) Tipe arif bijaksana

Adalah lansia yang kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan

diri dengan perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,

rendah hati, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.

b) Tipe mandiri

Page 35: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xxxv

Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-kegiatan

baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta

memenuhi undangan.

c) Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses ketuaaan, yang menyebabkan

kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan

kekuasaan, status, teman yang di sayangi, pemarah, tidak sabar, mudah

tersinggung, menuntut, sulit di layani dan pengkritik.

d) Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik mempunyai konsep habis gelap

terbitlah terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan

apa saja yang dilakukan.

e) Tipe bingung

Mudah terkejut, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa

minder, menyesal, pasif dan acuh tak acuh.

7 Pengelompkan Usia Lanjut Menurut Kemampuannya

Menurut kemampuannya dalam berdiri sendiri para usia lanjut biasa di

golongkan dalam kelompok-kelompok (Dep. Kes RI, 1992).

a) Usia lanjut mandiri sepenuhnya

b) Usia lanjut mandiri dengan bantuan langsung keluarganya

c) Usia lanjut mandiri dengan bantuan tidak langsung

Page 36: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xxxvi

d) Usia lanjut dibantu oleh badan sosial

e) Usia lanjut panti sosial Tresna Werda

f) Usia lanjut yang dirawat di rumah sakit

g) Usia lanjut yang menderita gangguan mental.

8 Perubahan- Perubahan Yang Terjadi Pada Usia Lanjut

a) Perubahan-perubahan fisik

1) Sel

a) Lebih sedikit jumlahnya

b) Lebih besar ukurannya

c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan

intra celuler

d) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal darah dan hati

e) Jumlah otak turun

f) Terganggunya mekanisme perbaikan di dalam sel

g) Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-10%.

2) Sistem Persyarafan

a) Berat otak menurun 10-20%

b) Cepatnya menurun hubungan peryarafan

c) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya

dengan stres

d) Mengecilnya saraf panca indera seperti berkurangnya

penglihatan, hilangnya pendendaran, mengecilnya syaraf

Page 37: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xxxvii

pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan pada

suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

e) Kurang sensitif terhadap perubahan.

3) Sistem pendengaran

a) Presbiakusis

b) Membrana timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis

c) Terjadinya pengumpulan seruman yang mengeras karena

meningkatnya kreatinin

d) Pendengaran menurun pada usia lanjut yang mengalami

ketegangan jiwa atau stress

4) Sistem penglihatan

a) Sfinger pupil timbil skelerosis dan hilangnya respon terhadap

sinar

b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

c) Lensa lebih suram

d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi

terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam

kegelapan.

e) Hilangnya daya akomodasi

f) Menurunnya lapang pandang

Page 38: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xxxviii

g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada

skala.

5) Sistem kardiovaskuler

a) Elastisitas dinding aorta menurun

b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku

c) Kemampuan memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya

kontraksi dan volunternya.

d) Kehilangannya elastisitas pembuluh darah kurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi.

Perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa

menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg

(mengakibatkan pusing mendadak).

e) Tekanan darah meninggi di akibatkan oleh meningkatnya

resistensi dari pembuluh darah perifer sistolis normal ± 170

mmHg. Diastolis normal ± 90mmHg.

6) Sistem pengaturan temperatur tubuh

a) Temperatur tubuh menurun (hipotermi) secara fisiologik yaitu

± 350C akibat metabolisme yang menurun.

b) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak memproduksi panas

yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

7) Sistem respirasi

a) Otot pernafasan hilangnya dan menjadi kaku

Page 39: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xxxix

b) Menurunnya aktivitas dari silia

c) Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,

menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum

turun dan kedalaman nafas menurun

d) Alveoli ukurannya melebar dan biasa dan jumlahnya berkurang

e) O2 pada arteri menurun menjadi 75mmHg

f) CO2 pada arteri tidak berganti

g) Kemampuan untuk batuk berkurang

h) Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernafasan

akan menurun seiring dengan pertambahan usia

8) Sistem gastrointestinal

a) Kehilangan gigi

b) Indera pengecap menurun

c) Esophagus melebar

d) Lambung, rasa lapar menurun ( sensitifitas lapar menurun ),

asam lambung menurun dan waktu mengosongkan menurun.

e) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi

f) Fungsi absorpsi lemah

g) Menciutnya ovari dan uterus

h) Atrofi payudara

9) Sistem gastrourinaria

Page 40: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xl

a) Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme

tubuh, melalui urin darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh

satuan terkecil dari ginjal yang disebut nefron

b) Vesika urinaria : otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya

menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air

seni meningkat

c) Pembesaran prostat ± 75% dialami oleh pria usia di atas 65

tahun

d) Atrofi vulva

e) Vagina

10) Sistem endokrin

a) Produksi dari hampir semua hormon turun

b) Fungsi paratiroid dan sekkresinya tidak berubah

c) Pituitari

d) Menurunnya aktifitas tiroid

e) Menurunnya produksi aldosteron

f) Menurunnya sekresi hormon kelamin

11) Sistem kulit

a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak

b) Menurunnya respon terhadap trauma permukaan kulit kasar

dan bersisik

c) Mekanisme proteksi kulit menurun

d) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu

Page 41: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xli

e) Rambut dalam hidung dan telinga menebal

f) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan

vaskularisasi

g) Pertubuhan kuku lebih kuat

h) Kuku jari menjadi keras dan rapuh

i) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk

j) Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya

k) Kuku menjadi pudar dan kurang berbahaya.

12) Sistem muskuloskeletal

a) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh

b) Kifosis

c) Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas

d) Discusintervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya

berkurang)

e) Persendian membesar dan menjadi kaku

f) Tendon mengerut dan mengalami sclerosis

g) Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil ) : serabut-

serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi

lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor.

h) Otot-otot polos tidak begitu terpengaruh

b) Perubahan - perubahan mental

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

a) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

Page 42: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xlii

b) Kesehatan umum

c) Tingkat pendidikan

d) Keturunan

e) Lingkungan

2) Kenangan (memori)

a) Kenangan jangka panjang : berjam-jam sampai berhari-hari

yang lalu mencangkup beberapa perubahan.

b) Kenangan jangka pendek atau seketika : 0-10 menit, kenangan

buruk.

3) IQ (Intelegentia Quation)

a) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan

verbal.

b) Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan

psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan karena

tekanan-teknan dari waktu.

c) Perubahan-perubahan psikososial

4) Pensiun

Nilai seseorang di ukur oleh produktifitasnya dan identitas

dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Lansia yang sudah

pensiun, ia akan mengalami kehilangan-kehilangan antara lain :

a) Kehilangan finansial : income berkurang

Page 43: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xliii

b) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup

tinggi, lengkap, dengan segala fasilitasnya)

c) Kehilangan teman/kenalan atau relasi

d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan

e) Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of

mortality)

f) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan

bergerak lebih sempit

g) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic

deprivation)

h) Penyakit kronis dan ketidakmampuan

i) Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian

j) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan

k) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan

teman-teman dn famili

l) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik : perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri.

5) Perubahan spiritual/perkembangan spiritual

a) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam

kehidupannya

b) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini

terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari

Page 44: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xliv

c) Perkembangannya spiritual pada usia 70 tahun, yang dicapai

adalah berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh

cara mencintai dan keadilan

6) Perubahan kejiwaan

Kejiwaan yaitu :

a) Daya ingat dan konsentrasi menurun

b) Mudah sedih dan tersinggung

7) Perubahan sosial

Sosial yaitu :

a) Kehilangan pekerjaan

b) Kehilangan pasangan

c) Berpisah dengan anak

d) Menerima kehadiran cucu

9 Reaksi dan Sikap Usia Lanjut Terhadap Perubahan

a. Baik

1) Menerima keadaan

2) Lebih giat beribadah

3) Menyadari perubahan

4) Menjaga kesehatan

5) Melakukan perawatan diri

6) Tetap bersmangat menghadapi hidup

b) Tidak baik

1) Menolak perubahan

Page 45: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xlv

2) Frustasi

3) Menyendiri

4) Merencanakan bunuh diri

5) Takut mati

6) Kesedihan yang berkepanjangan

10 Hal-Hal Yang Harus Dilakukan Oleh Usia Lanjut

a) Terhadap perubahan fisik

1) Melakukan perawatan diri secara terataur

2) Lakukan senam/gerak badan

3) Minum obat sesuai petunjuk, jika sakit

4) Makan makanan dengan gizi seimbang

5) Minum paling sedikit 8 gelas sehari

b) Terhadap perubahan jiwa

1) Kenali masalah yang ada

2) Menerima masa tua dengan hati lapang

3) Yakinkan diri bahwa masih dibutuhkan

4) Beribadah secara teratur

5) Ikuti kegiatan keagamaan

6) Sabar dan tawakal

7) Pertahankan keharmonisan suami dan istri dan anggota

keluarga lain

Page 46: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xlvi

c) Terhadap perubahan sosial/masyarakat

1) Lakukan kesibukan pada waktu luang

2) Mengunjungi teman sesuai dan keluarga

3) Lakukan kegiatan rekreasi

4) Menyesuaikan diri terhadap penurunan penghasilan /pensiun

5) Lakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur (paling sedikit 6

bulan sekali

C. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2007).

Menurut Sarwono (Sarwono, 1997), tingkat pengetahuan itu lebih

bersifat pengenalan terhadap sesuatu benda atau hal secara obyektif.

Tingkat pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Menurut Azwar 1997, menyatakan bahwa fungsi pengetahuan

adalah manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk

mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya.

Page 47: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xlvii

Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

pengetahuan adalah pemahaman yang di peroleh berdasarkan

pengalaman yang di dapatkan melalui proses penginderaan yang berupa

fakta-fakta dan informasi baru yang mampu menarik atau

mempengaruhi individu tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah :

a. Tigkat pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan upaya yang memeberikan

pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang

meningkat.

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan

memeberikan pengetahuan yang lebih jelas.

c. Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan

yang memeiliki sikap dan kepercayaaan.

d. Pengalaman

Suatu yang di alami sesorang akan menambah pengetahuan tentang

sesuatu yang bersifat non formal.

e. Tingkat ekonomi

Page 48: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xlviii

Tingkat kemampuan sesorang untuk memenuhi kebutuhan hidup

sesorang yang memepunyai sumber informasi yang lebih banyak

akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas (Notoatmodjo,

1993).

2. Proses adopsi perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Dengan pengetahuan yang baik akan

mudah menerima informasi sehingga lebih mudah dalammemberikan

solusi yang tepat untuk menghadapi masalahnya, hal ini tentu

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang tinggi (Soewadi, 1997). Disisi

lain status pekerjaan juga akan empengaruhi sikap seseorang karena

lebih mampu melakukan analisis logis dalam menghadapi masalah

memerlukan biaya atau dana (Billing and Moss, 1974), mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru ( berperilaku baru ), di

dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni;

a. Awareness, dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau obyek.

b. Interest, dimana orang mulai tertarik terhadap stimulus.

c. Evaluation, menimbang-nimbang terhadap baik atau tidaknya

stimulus tersebut terhadap dirinya.

d. Trial, mencoba prilaku.

Page 49: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xlix

e. Adoptation, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitin selanjutnya Rogers menyimpulkan

bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses

seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif,

maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila

perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak

akan berlangsung lama.

3. Pengetahuan di dalam domain kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai

enam tahapan ;

a. Tahu

Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di

pelajari sebelumnya, termasuk dalam tigkat ini adalah mengingat

kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari.

Oleh karena itu tahap ini di sebut dengan tahap pengetahuan yang

lebih rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang

apa yang dipelajari antara lainmenyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan dan menyatakan.

b. Memahami

Page 50: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

l

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut dengan benar.

c. Aplikasi

Di artikan sebagai kemapuan menggunakan pengetahuan yang

dipahami pada keadaan yang nyata.

d. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjbarkan suatu materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya

satu sam lain.

e. Sintetis

Menunjuk suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

f. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

D. Keluarga

1. Definisi keluarga

Menurut Baylon dan Maglaya (1978), keluarga adalah dua atau

lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya

hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu

Page 51: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

li

dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan

serta mempertahankan suatu budaya.

Menurut Burgess (1963 dalam Friedman 2003), keluarga adalah

orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan

adopsi yang hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga atau hidup

secara terpisah. Mereka berinteraksi, berkomunikasi satu sama lain dalam

peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah-ibu, anak dan mereka

menggunakan budaya yang sama.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang bekumpul dan tinggal di suatu

tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (DepKes

cit Prasetyanti, 2002). Keluarga merupakan sekumpulan orang yang terdiri

dari dua atau lebih individu yang dikarakteristikkan dengan atau tanpa

hubungan darah yang memiliki fungsi di dalamnya (Whall, 1986 dalam

Friedman 2003).

Uraian di atas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu

sistem. Sebagai sistem, keluarga mempunyai anggota yaitu: ayah, ibu dan

anak atau semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga. Anggota

keluarga saling berinteraksi, intoleransi dan interdependensi untuk

mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka

sehingga dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya, yaitu lingkungannya

(masyarakat). Pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk

manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat bio-psiko-sosisl-spiritual.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lii

Keluarga sebagai titik sentral pelayanan keperawatan. Keluarga yang sehat

akan mempunyai anggota keluarga yang sehat dan masyarakat yang sehat.

2. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga adalah bertanggung jawab dalam menjaga dan

menumbuh kembangkan anggotanya (Herawati, 2000). Menurut Friedman

(2003) fungsi keluarga dibagi menjadi tiga fungsi pokok yaitu; fungsi

afektif, fungsi sosialisasi dan fungsi perawatan kesehatan.

Pemenuhan fungsi afektif merupakan sentral bagi pembentukan

dan kelanjutan dari unit keluarga. Keluarga melakukan tugas-tugas yang

menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi anggotanya.

Loveland-Cherry (1989), menyatakan bahwa kasih sayang di

kalangan anggota keluarga menghasilkan suasana emosional pengasuhan

yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secara positif.

Fungsi keluarga yang kedua menurut Friedman (2003) adalah

fungsi sosialisasi, merupakan proses yang berlangsung secara terus

menerus dalam mengubah perilaku sebagai respon terhadap situasi yang

terpola secara sosial. Fungsi sosialisasi meliputi pembinaan sosialisasi

anggota keluarga, membentuk norma-norma tingkah laku dan meneruskan

nilai-nilai kebudayaan.

Fungsi keluarga yang ketiga menurut Friedman (2003) adalah

fungsi perawatan kesehatan yang merupakan salah satu fungsi utama

keluarga. Keluarga merupakan sistem dasar dimana perilaku sehat dan

perawatan kesehatan menjadi fokus utama untuk meningkatkan derajat

Page 53: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

liii

kesehatan para anggotanya. Keluarga memberikan perawatan kesehatan

yang bersifat preventif dan bersama-sama merawat anggota keluarga yang

sakit. Sebagai pemberi perawatan, penting bagi keluarga untuk

meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan agar keluarga dapat

mendeteksi lebih awal gejala dari suatu penyakit.

Tingkat kesehatan seluruh anggota keluarga merupakan indikasi

untuk menilai tingkat fungsi keluarga. Semakin baik kesehatan anggota

keluarga, semakin kuat sistem yang berfungsi dalam keluarga. Keluarga

dapat menjadi sumber kesehatan yang efektif dan utama, oleh sebab itu

keluarga harus lebih terlibat dalam tim perawatan kesehatan.

Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan

mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga

melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan

keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas

kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

E. sikap

1. Pengertian sikap

Menurut Purwanto(1999), sikap adalah pandangan atau perasaan

yang di sertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap dari

objek tertentu. Jadi sikap senantiasa terarah terhadap pada sesuatu hal,

suatu objek dan bukan sikap yang tanpa objek. Manusia dapat mempunyai

sikap yang bermacm-macam. Sikap mungkin terarah terhadap benda-

benda, orang-orang tetapi atau juga bisa pada peristiwa-peristiwa,

Page 54: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

liv

perundang-undangan, lembaga-lembaga dan norma-norma maupun nilai-

nilai yang lain.

Ciri-ciri sikap adalah ;

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan di bentuk atau di pelajari

sepanjang perkembangan orang itu ada hubungan dengannya dengan

objek. Sifat membedakan dengan sifat motif-motif biogenetic seperti

lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2) Sikap dapat berubah- ubah karena itu sikap dapat di pelajari dan

karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat

keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu dan memepermudah sikap

pada orang tertentu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu objek, dengan kata lain, sikap itu terbentuk, di

pelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu

yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4) Objek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi motivasi dan segi perasaan. Sifat inilah yang

membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau tingkat

pengetahuan yang dimiliki orang.

Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal ini masih berbeda

dalam suatu tingkat pengetahuan yang dimiliki setiap orang. Tingkat

pengetahuan saja belum menjadi penggerak, sepaerti halnya pada

Page 55: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lv

sikap. Tingkat pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi sikap

apabila tingkat pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak

sesuai dengan tingkat pengetahuan terhadap objek tertentu. Sikap

mempunyai segi motivasi, berarti segi dinamis menuju suatu tujuan,

maka akan berusaha mencapai tujuan. Sikap dapat merupakan suatu

tingkat pengetahuan, sikap ini dapat bersifat positif dapat pula bersifat

negatife. Dalam sikap positif cenderung ketindakan yang mendekati,

menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan dalam sikap

negatife cenderung kepada tindakan yang menjauhi, menghindari, dan

menyukai objek tertentu.

Sikap dapat dibentuk melalui empat cara, yaitu ;

1) Adopsi

Kejadian –kajadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-

ulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap

kedalam individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

2) Diferensiasiasi

Dengan berkembanganya intelegensi, bertambahnya pengalaman,

sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya

dianggap sejenis, sekarang di pandang tersendiri.

3) Integrasi

Pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap dimulai dengan

berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu.

4) Trauma

Page 56: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lvi

Adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, yang

meninggalkan kesan yang mendalam pada jiwa yang bersangkutan.

Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan

terbentuknya sikap.

Pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja melainkan

melalui suatu proses tertentu, melalui kontak sosial terus-menerus

antara individu yang satu dengan individu yang lain. Dalam hal ini

faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah :

1) Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri

orang yang bersangkutan, seperti selektifitas. Kita tidak dapat

menangkap seluruh rangsangan dari luar melalui persepsi, oleh

karena itu kita harus memilih rangsangan yang mana yang akan

kita dekati dan harus dijauhi, pilihan ini ditentukan oleh motif-

motif dan kecenderungan-kecenderungan yang ada di dalam

diri kita, karena itu kita harus memilih, menyusun sikap yang

positif supaya tidak terjadi sikap yang negatife.

2) Faktor eksternal, yang merupakan faktor dari luar manusia atau

dari diri sendiri yaitu ;

a) Sifat objek yang di jadikan sasaran sikap

b) Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap

tersebut

c) Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap

tersebut

Page 57: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lvii

d) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan

sikap

e) Situasi pada saat sikap terbentuk.

Tentunya tidak semua faktor harus terpenuhi untuk membentuk

suatu sikap, kadang-kadang satu atau dua faktor saja tidak cukup, tetapi

makin banyak yang ikut mempengaruhi, semakin cepat terbentuknya

sikap.

Menurut Notoatmodjo (2003), sikap merupakan reakssi yang masih

tertutup, tidak dapat melihat langsung. Sikap hanya dapat di tafsirkan dari

perilaku yang tampak. Allport, 1978(cit.Azwar, 1988) menyatakan bahwa

sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengn cara

tertentu. Sikap merupakan respon evaluatif terhadap pengalaman kognisi,

reaksi afeksi dan perilaku pada masa lalu. Sikap juga mempengaruhi

proses berfikir, respon afektif, kehendak dan perilaku berikutnya.

2. Struktur sikap

Mengikuti skema triadic, struktur sikap terdiri dari tiga komponen

yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan

komponen konasi (Azwar.S, 1995)

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa

yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan datang

dari apa yang telah kita lihat kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan

mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan

itu terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan sesorang mengenai

Page 58: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lviii

apa yang diharapkan dari objek tertentu. Dengan demikian interaksi kita

dengan pengalaman di masa yang akan datang serta prediksi kita

mengenai pengalaman tersebut akan lebih mempunyai arti dalam

keteraturan.

Tanpa adanya suatu yang kita percayai, maka fenomena dunia di

sekitar kita pasti menjadi terlalu kompleks untuk di hayati dan sulitlah

untuk ditafsirkan artinya. Kepercayaan yang menyederhanakan dan

mengatur apa yang kita lihat dan kita temui, sebagai komponen kognitif

tentu tidak akurat. Kepercayaan terkadang terbentuk justru karena kurang

atau tiadanya informasi yang benar mengenai objek yang di hadapi.

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subyektif

seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini

disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun

pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudanya bila

dikaitankan dengan sikap.

Apakah yang menentukan reaksi emosional kita terhadap suatu

objek? Pada umumnya , reaksi emosional yang merupakan komponen

afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yng kita percayai

sebagin benar dan berlaku bagi objek termaksud.

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap

menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada

dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang hadapinya. Hal ini

didasarkan atas asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak

Page 59: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lix

mempengaruhi perilaku, artinya adalah bagaimana orang berperilaku

dalam situasi tertentu dan terhadap stimulasi tertentu akan banyak

ditentukan oleh bagaimana kepercayaann dan perasaannya terhadap

stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras

dengan kepercayaan ini membentuk sikap individual. Oleh karena itu

adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang akan

dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek.

Konsistensi antara kepercayaan sebagai komponen kognitif,

perasaan sebagai komponen afektif, dengan tendensi perilaku sebagai

komponen konatif seperti itulah yang menjadi landasan usaha

penyimpulan sikap yang di cerminkan oleh jawaban terhadap skala sikap.

Namun, adalah keliru apabila mengharapkan adanya hubungan sistematis

yang langsung antara sikap dan perilaku nyata dikarenakan sikap tidaklah

merupakan determinan satu-satunya bagi periaku. Oleh komonen tendensi

perilaku dalam struktur sikap merupakan komponen yang paling mudah

untuk di ukur atau di ungkap.

Pengertian kecenderungan berperilaku menunjukan bahwa

komponen kognitif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat secara

langsung saja, akan tetapi meliputi pula bentuk-bentuk perilaku yang

berupa pernyataan atau perkataan yang di ucapkan oleh seseorang.

3. Komponen sikap

Allport (1954 dalam Notoatmodjo, 2007) menjelaskan bahwa sikap

itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :

Page 60: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lx

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude). Untuk itu penentuan sikap yang utuh ini antara lain

tingkat pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan

penting.

4. Interaksi komponen-komponen sikap

Para ahli psikologi sosial banyak yang beranggapan bahwa

ketiganya adalah selaras dan konsisten, dikarenakan apabila di hadapkan

dengan suatu objek sikap yang sam maka ketiga komponen ini harus

mempolakan arah sikap yang seragam. Apakah yang terjadi apabila ketiga

komponen ini tidak konsisten satu sama lain? Teori mengatakan bahwa

apabila salah satu saja diantara ketiga komponen sikap tidak konsiaten

dengan yang lain, maka akan terjadi ketidak selarasan yang menyebabkan

timbulnya mekenisme perubahan sikap sedemikian rupa sehingga

konsistensi itu tercapai kembali. Perinsip inilah yang sekarang banyak

dimanfaatkan dalam manipulasi sikap guna mengalihkan bentuk sikap

tertentu menjadi bentuk yang lain, yakni dengan memberikan informasi

berbeda mengenai objek sikap yang dapat menimbulkan inkonsistensi

diantara komponen-komponen sikap seseorang.

5. Organisasi sikap

Page 61: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxi

(Kelman 1958 cit Alami, 2005 ) mengemukakan teorinya

mengenai organisasi sikap (Teori tiga proses perubahan kelman) dengan

menekankan konsepsi mengenai berbagai cara atau proses yang sangat

berguna dalam memahami fungsi pengaruh sosial terhadap perubahan

sikap. Teori Kelmn sangat relevan denagan permasalahan pengubahan

sikap manusia. Secara khusus Kelman menyebutkan adanya proses social

yang Sberperanan dalam proses perubahan sikap, yaitu kesediaan

(compliance), identifikasi (identification) dan internalisasi

(internalization).

1) Kesehatan

Tersedianya proses yang disebut kesediaan adalah ketika individu

bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau dari kelompok lain

dikarenakan ia berharap untuk memperoleh reaksi atau tanggapan

positif dari pihak lain tersebut.

2) Identifikasi

Proses identifikasi terjadi terjadi individu meniru perilaku atau sikap

seseorang atau kelompok lain dikarenakan sikap tersebut sesuai

dengan apa yang yang diangganya sebagai bentuk hubungan yang

menyenangkan antara dia dengan pihak lain yang termaksud

3) Internalisasi

Internalisasi terjadi apabila individu menerima pengaruh dan

bersedia menuruti pengaruh itu di karenakan sikap tersebut sesuai

Page 62: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxii

dengan apa yang ia percayai dan sesuai dengan system nilai yag di

anutnya.

6. Berbagai tingkatan sikap

Seperti halnya dengan tingkat pengetahuan, sikap ini terdiri dari

berbagai tingkatan ( Notoatmodjo, 2007);

1) Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek),misalnya sikap orang terhadap gizi

dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap

ceramah-ceramah tentang gizi.

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila dirinya di Tanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang di berikan adalah suatu indikasi dari

sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar

atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga,misalnya seorang ibu

mengajak orang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya)

untuk mendiskusikan gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut

telah bersikap positif terhadap gizi.

4) Bertanggung jawab (Responsible)

Page 63: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxiii

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi, misalnya seorang

ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tentangan dari

mertua atau orang tuanya sendiri. Romziah (1996) cit Nurwahyuni,

(2005) mengemukakan bahwa sosial kultur budaya di Indonesia telah

menanamkan rasa hormat kepada orang tua agar mereka tinggal

bersama dengan anak-anaknya tanpa memandang status sosial

ekonomi anak.

7. Hubungan antara sikap dengan pengetahuan

Pengetahuan memegang peranan penting dalam penentuan sikap

yang utuh (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Sarwono, 1997 menyatakan bahwa sikap seseorang dapat

berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tertentu,

karena dalam kehidupan manusia sikap selalu mengalami perubahan dan

perkembangan.

Menurut Brighman (1991) cit Nurwahyuni (2005) bahwa sikap

memiliki karakteristik yang nilai-nilai, sikap kepribadian, dan sikap yang

saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinterksi pula dengan

faktor-faktor lingkungan. Pengetahuan mengenai kelompok dan sikap

kelompok, mengenai proses perubahan sikap dan sebagainya akan sangat

bermanfaat dalam penanganan masalah-masalah sosial. Tanpa memahami

sikap individu, seseorang tidak dapat memasukan idenya kepada orang

lain dan tidak akan dapat mempengaruhi orang lain. Dengan pengetahuan

Page 64: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxiv

sikap dan cara-cara mempengaruhi maka manipulasi dan pengendalian

psikologis dapat dilakukan.

Azwar, 1997 menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain

untuk dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan

dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu.

E. KERANGKA KONSEP

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

F. Hipotesis

Sikap keluarga dalam pencegahan jatuh usia lanjut

Tingkat pengetahuan keluarga : − Karakteristik lingkungan − Karakteristik situasional

Pengalaman

Lingkungan

Informasi

Faktor eksternal; -sifat objek -sifat seseorang -media komunikasi -situasi

Faktor internal; -selektifitas -persepsi

Page 65: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxv

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap keluarga

dalam pencegahan jatuh pada usia lanjut dirumah di dusun Gamping Kidul

Kelurahan Ambar Ketawang.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Nursalam, (2003) menyatakan penelitian ini merupakan penelitian non

eksperimental yaitu penelitian korelasi dengan rancangan penelitian

menggunakan pendekatan cross sectional. Metode penelitian seperti ini

digunakan oleh peneliti untuk mengetahui hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan sikap keluarga dalam pencegahan jatuh pada lansia di

rumah.

B. Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto (2006), populasi adalah keseluruhan dari subyek

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah lanjut usia yang ada di dusun

Gamping Kidul. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah lansia yang ada

adalah 140 orang.

Page 66: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxvi

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti dalam

penelitian, dalam penelitian ini tehnik pengambilan sampel menggunakan

tehnik simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang,

dari 20-25% populasi (Arikunto, 2006). Kriteria inklusi atau karakteristik

sampel keluarga yang dapat dimasukkan adalah;

1. Yang tidak bisa membaca akan di bacakan oleh peneliti

2. Keluarga yang memiliki usia lanjut

3. Usia responden atau anggota keluarga >18 tahun

C. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di dusun Gamping Kidul Sleman Yogyakarta.

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2008.

D. Variabel penelitian

1. Variabel Independen (Bebas)

Tingkat pengetahuan keluarga di ukur dengan menggunakan skala

ordinal.

2. Variabel Dependen (Terikat)

Sikap keluarga dalam pencegahan jatuh di rumah diukur dengan

menggunakan skala ordinal.

3. Variabel pengganggu

a. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan

memberikan pengetahuan yang lebih jelas. Variabel ini tidak di

Page 67: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxvii

kendalikan karena setiap orang mempunyai informasi yang berbeda-

beda.

c. Pengalaman

Sesuatu yang di alami seseorang akan merubah pengetahuan tentang

sesuatu yang bersifat non formal.

d. Lingkungan

Sesuatu keadaan atau tempat dimana seseorang melakukan sesuatu

kegiatan, untuk lingkungan biologis tidak dikendalikan seperti ras atau

suku bangsa karena responden penelitian adalah bangsa Indonesia.

E. Hubungan antar variabel

Variabel Bebas Variabel Terikat

variabel pengganggu

F. Definisi operasional

a. Tingkat pengetahuan keluarga dalam pencegahan jatuh lanjut usia dirumah

adalah wawasan yang diketahui oleh pengasuh utama keluarga mengenai

pencegahan jatuh usia lanjut di rumah meliputi Identifikasi faktor resiko,

penilaian keseimbangan dan gaya berjalan, mengatur atau mengatasi

faktor situasional.

Tingkat pengetahuan keluarga

Sikap keluarga dalam mengidentifikasi pencegahan jatuh di rumah

-Pengalaman -Lingkungan -Informasi

Page 68: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxviii

b. Keluarga

Keluarga adalah orang terdekat dari lansia yaitu suami anak ataupun orang

lain yang tinggal bersama.

c. Sikap keluarga dalam pencegahan jatuh usia lanjut di rumah adalah

tanggapan atau respon keluarga terhadap pencegahan jatuh di rumah pada

lanjut usia baik secara Identifikasi faktor resiko, penilaian keseimbangan

dan gaya berjalan dan mengatur atau mengatasi faktor situasional yang di

ukur dengan skala ordinal. Skoring untuk penelitian untuk variabel ini

dibagi menjadi tiga kategoti (Arikunto, 2006) adalah sebagai berikut ;

1. Baik bila skor ; 76% -100%

2. Cukup bila skor ; 56% -75%

3. Kurang bila skor ; ≤ 55

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan

data. Pada penelitian ini menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner

(daftar pertanyaan tertutup ) yang berarti semua jawaban sudah disediakan dan

respoden tinggal memilih jawaban yang ada. Kuesioner berisi daftar

pertanyaan untuk mengetahui tingkat pendidikan dan sikap keluarga dalam

perawatan usia lanjut.

Pengetahuan melalui kuesioner dimana menjawab benar maka

mendapat nilai 1 (satu) sedangkan salah mendapat nilai 0 (nol ). Kemudian

alternative jawaban yang benar pada setiap item soal dijumlahkan.]

Page 69: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxix

Tabel 1. Instrument pengetahuan Aspek Jenis pertanyaan

Jumlah pertanyaan

Penyebab; - Karakteristik

lingkungan - Karakteristik Situasional Pencegahan ; - Mengidentifikasi faktor resiko - Penilaian

keseimbangan dan gaya berjalan (gait)

- Mengatur/mengatasi faktor situasional

7, 12,

8, 9,

1,15, 16

10,

3,6,11, 13, 14,

2 2 3 1 5

Hadi (1990) cit Nurwahyuni (2005) mengemukakan bahwa untuk

menghindari jawaban subyek kelompok tengah maka pilihan jawaban

dipergunakan jawaban genap yaitu; sangat setuju, setuju, tidak setuju dan

sangat tidak setuju maksud kategori jawaban tersebut terutama untuk melihat

kecenderungan responden kearah setuju atau tidak setuju. Kuesioner yang

digunakan untuk mengukur sikap menggunakan skala Likert yang

dimodifikasi. Subyek hanya dapat memilih alternatife jawaban dari 4 alternatif

jawaban yang mendukung, butir yang favorabel dan unfavorabel dengan

penilaian sebagai berikut:

a. Item yang favorabel, responden yang menjawab :

1) Sangat setuju : dinilai 4

2) Setuju : dinilai 3

3) Tidak setuju : dinilai 2

4) Sangat tidak setuju :dinilai 1

Page 70: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxx

b. Item yang unfavorabel, responden yang menjawab :

1) Sangat setuju : dinilai 1

2) Setuju : dinilai 2

3) Tidak setuju : dinilai 3

4) Sangat tidak setuju : dinilai 4

Tabel 2. Instrument sikap Aspek Jenis pertanyaan

Favorabel unfavorabel

Jumlah pertanyaan

- Karakteristik lingkungan - Karakteristik Situasional - Penilaian

keseimbangan dan gaya berjalan (gait)

- Mengatur/mengatasi

faktor situasional

No. 4,5,6,7 No. 8 No. 2 No. 1, 9,10 No. 11 No. 3,12,13,14,15

5 4 1

5

Dari penelitian tersebut kemudian di ketegorikan kedalam skor menurut

Arikunto (2006), yaitu rentang skor kategori yang membagi sama besar. Cara

perhitungan adalah jawaban antar skor minimum dan maksimum (range)

dibagi menurut kategori sehingga diperoleh skor Kategori sikap dan

pengetahuan adalah; Baik, cukup dan kurang.

H. Uji validitas dan Reabilitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kualitas

suatu instrumen (Suharsini, 1997 cit Nurwahyuni 2005 ). ssssUji Validitas dan

Reabilitas di lakukan di Rw 16 Di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang

Page 71: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxxi

Sleman Yogyakarta, dengan beranggapan bahwa karakteristik keluarga yang

memiliki lansia sama dengan responden yang akan di teliti. Uji Validitas dan

Reabilitas di lakukan pada bulan Agustus 8-13 Agustus 2008, dilakukan

terhadap 10 responden dari 20 pertanyaan pengetahuan dan 20 item

pertanyaan sikap. Suatu variabel dinyatakan valid bila skor variabel tersebut

berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Metode yang digunakan

dalam uji validitas ini yaitu dengan menggunakan metode korelasi pearson

product moment. Rumus korelasi

( )( )( )( ) ( )( )∑ ∑∑ ∑

∑ ∑∑

−−

−=

2222 yyNxxN

yxxyNrn Pearson product moment

(Arikunto, 2006).

Keterangan :

X : tingkat pengetahuan keluarga

Y : sikap keluarga

R : korelasi

Kesimpulan :

Ho ditolak jika nilai sig. < 0.05

Ho diterima jika nilai sig. > 0.05

Ho ditolak artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga

dengan sikap keluarga. Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara tingkat

pengetahuan keluarga dengan sikap keluarga.

Hasil uji validitas dari 20 pertanyaan pengetahuan yang tidak

dinyatakan valid ada 4 pertanyaan, yang terdiri dari 3 pertanyaan yang di

Page 72: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxxii

nyatakan gugur dan satu pertanyaan di gunakan kembali setelah di modifikasi

dan di revisi, karena pentingnya instrument tersebut sehingga tidak di

gugurkan. Pertanyaan sikap dari 20 pertanyaan dinyatakan gugur 3

pertanyaan.

Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji konsistensi responden dalam

merespon instrumen. Uji realibilitas dilakukan setelah uji validitas, hanya item

yang valid saja yang dilibatkan dalam uji reliabilitas. Uji reliabilitas yang

digunakan adalah Alpa Cronbach (Notoatmodjo, 2002).

Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha > 0,6.

Hasil uji reliabilitas didapatkan nilai dari masing-masing kuesioner yaitu

0,914 untuk kuesioner pengetahuan dan 0,915 untuk sikap, dari hasil uji

reliabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini telah reliabel.

I. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan

tentang tingkat pengetahuan dan sikap keluarga.

1. Mendapatkan ijin dari kepala Rw

2. Mendata keluarga yang memiliki usia lanjut, mengambil data ini peneliti

mengerjakan tanpa asisten.

3. Memilih responden untuk sampel penelitian dengan cara Random

Sampling, yaitu dari 140 populasi keluarga yang memiliki lansia dipilih

secara acak 30 responden

4. Menguji kuesioner pada responden

Page 73: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxxiii

5. Mengecek kelengkapan kuesioner

J. Tehnik pengelolaan data dan analisa data

Uji hipotesis untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan

dan sikap keluarga dalam mencegah jatuh menggunakan uji korelasi

Spearman (rs) karena variabel bebas dan variabel terikat merupakan data

ordinal (Nursalam, 2003). Jika hasil yang diperoleh p<0,05 maka berarti

terdapat hubungan antara variabel yang diuji dan jika p>0,05 berarti tidak

terdapat hubungan antara variabel yang diuji (Dahlan, 2004).

Data-data hasil jawaban kuesioner diolah dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Editing

Memeriksa data, memeriksa jawaban, memperjelas, serta melakukan

pengecekan terhadap data yang telah dikumpulkan.

2. Transfering

Memindahkan jawaban atau kode dalam master data.

3. Menjumlahkan data yang benar selanjutnya dimasukkan dalam rumus:

%100xn

xP =

Dimana: P : prosentase (%)

x : jumlah jawaban yang benar

n : jumlah nilai maksimal

Kemudian hasilnya dimasukkan kedalam kategori kualitatif. Penilaian

kategori kualitatif menurut Arikunto (2006) adalah: baik bila

Page 74: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxxiv

persentasenya 76-100%, cukup bila persentasenya 56-75%, dan kurang

bila persentasenya ≤55%.

Page 75: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxxv

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

1. Gambaran umum

Penelitian ini di lakukan di wilayah Dusun Gamping Kidul Ambar

Ketawang Sleman Yogyakarta, yang terdiri dari empat RW yaitu Rw

16,17,18 dan Rw 19. Dengan jumlah lansia sebanyak 140 orang. Dan

dilakukan pada bulan Agustus yaitu tentang Hubungan Antara Tingkat

Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Keluarga Usia Lanjut Dalam

Pencegahan Jatuh Di Rumah.

2. Karakteristik Responden

Pengambilan responden di lakukan pada keluarga yang memiliki

usia lanjut sesuai dengan kriteria sampel, dengan jumlah responden yaitu

30 responden, dilaksanakan di bulan Agustus 2008, bertempat di Dusun

Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman Yogyakarta. Karakteristik

keluarga sebagai responden meliputi ; umur, tingkat pendidikan, pekerjaan

dan keluarga utama, hubungan dengan lansia, apakah tinggal serumah atau

tidak. Dari data tersebut di dapat informasi bahwa 100% usia lanjut tinggal

serumah dengan keluarganya.

Page 76: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxxvi

Tabel 3 : Karakteristik responden berdasarkan golongan umur, di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman, Yogyakarta 2008.

No Umur Frekuensi Prosentase % 1 2 3 4 5 6

18 - 25 tahun 26 - 33 tahun 34 – 41 tahun 42 - 49 tahun 50 – 57 tahun 58 – 65 tahun

6 10 7 4 2 1

20,0 33,3 23,3 13,3 6,7 3,3

Jumlah Total 30 100

Berdasarkan golongan umur reponden, pada kelompok tertinggi pada

golongan umur antara 58-65 tahun yaitu sebanyak 1 orang ( 3,3 %)

berusia 61 tahun. Dan kelompok umur responden terbanyak adalah 33,3%

pada kelompok umur 26-33 tahun dengan jumlah 10 orang.

Tabel 4 : Karakteristik responden berdasarkan Jenis kelamin di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman, Yogyakarta 2008.

No. Jenis kelamin Jumlah Prosentase% 1 2

Laki – laki Perempuan

10 orang 20 orang

33,3 66,7

Jumlah Total 30 orang 100

Berdasarkan data responden di peroleh data jumlah responden laki-laki

berjumlah 10 jiwa (33,3%) dan perempuan berjumlah 20 jiwa (66,6%).

Tabel 5 : Karakteristik responden berdasarkan golongan tingkat pendidikan, di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman, Yogyakarta 2008.

No. Jenis pendidikan Jumlah Prosentase % 1 2 3 4 5

SD SLTP SLTA Diploma Sarjana

6 7 14 2 1

20,0 43,3 90,0 96,7

Jumlah Total 30 100

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar

berpendidikan SLTA sebanyak 14 orang (90,0%), disini peneliti

Page 77: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxxvii

mendapatkan hasil terbanyak pada tingkat pendidikan SLTA yaitu sebesar

14 orang.

Tabel 6 : Karakteristik responden berdasarkan golongan jenis pekerjaan, di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman, Yogyakarta 2008.

No. Jenis pekerjaan Jumlah Prosentase%

1 2 3 4 5

Karyawan/swasta Wiraswasta Buruh Petani Tidak bekerja

5 7 7 1 10

16,7 23,3 23,3 3,3 33,3

Jumlah Total 30 100

Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan sebagian besar

keluarga tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yaitu berjumlah 10

orang (33,3%) dan sebagian besar lainnya bekerja sebagai wiraswasta dan

buruh masing-masing sebesar 7 orang ( 23,3%)

Tabel 7 : Karakteristik responden berdasarkan hubungan keluarga dengan usia lanjut di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman, Yogyakarta 2008.

No. Jenis Hubungan dengan keluarga

Jumlah Prosentase%

1 2 3

Anak Menantu Cucu

20 6 4

66,7 20,0 13,3

Jumlah Total 30 100

Karakteristik responden berdasarkan hubungan usia lanjut dengan

keluarga terbesar adalah anak yaitu 20 orang (66,6%) dari hasil penelitian

di dapatkan yang banyak hubungannya dengan usia lanjut adalah anak.

Page 78: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxxviii

3. Pengetahuan responden tentang usia lanjut.

Tabel 8 : Karakteristik Responden Berdasarkan Golongan Tingkat Pengetahuan Keluarga, di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman, Yogyakarta 2008.

No Tingkat pengetahuan Jumlah Prosentase % 1 2 3

Baik Cukup kurang

14 13 3

46,7% 43,3% 10,0%

Jumlah Total 30 100%

Berdasarkan tabel diatas, tingkat pengetahuan responden pada pencegahan

jatuh usia lanjut di rumah dengan kategori baik lebih banyak yaitu

sebanyak yaitu 14 orang (46,7%) kategori cukup 13(43%) dan terendah

pada tingkat pengetahuan kurang baik yaitu 3 orang (10,0%).

4. Sikap keluarga tentang pencegahan jatuh pada usia lanjut di rumah .

Tabel 9 : Karakteristik sikap keluarga dalam pencegahan jatuh usia lanjut di rumah, di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman, Yogyakarta 2008.

No Sikap Jumlah Prosentase % 1 2 3

Baik Cukup Kurang

21 9 0

70,0% 30,0%

0% Jumlah Total 30 100%

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan sikap keluarga baik dalam

pencegahan jatuh di rumah sebanyak 21 orang (70,0%) untuk kategori

cukup 9 (30%) dan terendah dengan kategori kurang yaitu sebanyak 0

orang (0%).

Page 79: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxxix

Tabel 10 : Tabel Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keluarga Usia Lanjut dalam Pencegahan Jatuh di Rumah di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman, Yogyakarta 2008.

Sikap Pengetahuan

Baik Cukup Kurang Jumlah

Baik 13 43%

1 3%

0 0%

14 46,0%

Cukup 7 23%

6 20%

0 0%

13 43%

Kurang 1 3%

2 7%

0 0%

3 10%

Jumlah 21 70%

9 30%

0 0%

30 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 14 responden yang

mempunyai pengetahuan baik, 13 orang bersikap baik, 1 orang

mempunyai sikap cukup dan 0 orang bersikap kurang. Responden yang

mempunyai pengetahuan cukup 13 orang, yang terdiri dari 7 orang

bersikap baik, 6 orang sikap cukup dan 0 orang bersikap kurang.

Responden yang mempunyai pengetahuan kurang terdiri dari 1 orang

bersikap baik dan 2 orang bersikap cukup. Jadi secara keseluruhan ada 21

orang yang bersikap baik 9 orang mempunyai sikap cukup dan tidak ada

yang bersikap kurang. Hasil analisa data dengan uji Range Spearmant

yaitu ada hubungan antara dua variabel ini di buktikan dengan hasil

signifikan 0,007 < 0,05 sehingga HO di tolak.

Page 80: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxxx

5. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keluarga Usia

Lanjut Dalam Pencegahan Jatuh Di Rumah.

Tabel 11 ; Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keluarga Usia Lanjut Dalam Pencegahan Jatuh Di Rumah di Dusun Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman, Yogyakarta 2008.

Variabel Sikap P. value

Tingkat pengetahuan 0,484 0,007

Berdasarkan tabel di atas di ketahui nilai korelasi 0,484 bernilai positif

yaitu semakin baik tingkat pengetahuan semakin baik pula sikap dengan

nilai signifikan 0,007 < 0,05, hal ini menunjukan bahwa terdapat

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap.

B. Pembahasan

1. Pengetahuan

Dari hasil penelitian tingkat pengetahuan responden pada

pencegahan jatuh usia lanjut di rumah dengan kategori baik lebih banyak

yaitu sebanyak 14 orang (46,7%) kategori cukup 13 (43%) dan terendah

pada tingkat pengetahuan kurang baik yaitu 3 orang (10,0%).

Pengetahuan responden dalam penelitian ini meliputi tingkat

pengetahuan keluarga tentang pencegahan jatuh pada lansia. Yang harus

diperhatikan keluarga untuk meminimalkan terjatuhnya anggota keluarga

terutama yang berusia lanjut adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi faktor resiko

Setiap anggota keluarga harus jeli terhadap faktor – faktor

intrinsik resiko jatuh pada lansia, sehingga perlu di adakan

Page 81: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxxxi

pemeriksaan terhadap kesehatan. Faktor intinsik yang di maksud

seperti keadaan sensorik, neurologik, muskuluskletal dan penyakit

sistemik yang sering menyebabkan jatuh dengan cara memeriksakan

secara dini ke dokter atau petugas kesehatan sebelum ataupun setelah

jatuh agar tidak terjadi komplikasi yang lebih parah. Sedangkan

keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan

lansia jatuh dapat di perbaiki dengan cara penerangan rumah harus

datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang susah di lihat dan

alat-alat yang sudah lapuk sebaiknya di ganti serta kamar mandi

sebaiknya tidak licin dan diberi pegangan.

Keluarga juga sangat berperan aktif dalam mengawasi usia

lanjut terutama dalam hal penggunaan obat seperti obat yang dapat

menurunkan kewaspadaan karena resiko dari penggunaan obat tersebut

adalah terjadinya jatuh. Untuk lansia yang menggunakan alat bantu

seperti tongkat, tripod, kruk atau walker keluarga juga harus

memperhatikan bahan dari alat tersebut yaitu harus kuat tetapi ringan

aan dan tidak mudah bergeser serta sesuai dengan ukuran tinggi badan

lansia (Darmojo, 2006).

b. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan

Keseimbangan dan gaya berjalan lansia sangat berpengaruh

terhadap resiko terjadinya jatuh dan keluarga adalah orang terdekat

lansia untuk itu keluaraga berperan aktif dalam menilai atau

mengevaluasi keseimbangan badannya seperti pada saat lansia

Page 82: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxxxii

melakukan gerakan pindah tempat, dan pindah posisi, yaitu dengan

cara menilai apakah lansia dapat menapakan kakinya dengan baik dan

benar serta tidak mudah goyah.

c. Mengatur / mengatasi faktor situasinal

Pada umumnya lansia di Kelurahan Ambar Ketawang Gamping

kidul sebagai lansia produktif untuk itu peran serta keluarga dalam

mengawai aktifitas fisik lansia yang berlebihan sangatlah penting

karena faktor situasional seperti aktifitas fisik sangat berpengaruh

terhadap terjadinya jatuh. Penulis melihat bahwa keluarga lansia di

daerah tersebut sangat peduli terhadap lansia sehingga keluarga selalu

mengingatakan kegiatan apa yang bisa dan tidak di lakukan oleh lansia

sehingga resiko dari jatuh itu sendiri dapat di minimalkan.

Berdasarkan tabel 7 di atas, sebagian besar responden dengan

tingkat pengetahuan keluarga dalam pencegahan jatuh di rumah dalam

kategori baik yaitu 14 orang dengan prosentase 46,7%. Dapat di

gunakan untuk membantu mengingat informasi yang di terima tentang

usia lanjut dan ini di dukung oleh (Dewi, 2004) dengan judul pengaruh

pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan

sikap keluarga dalam perawatan usia lanjut. Dengan adanya

pengetahuan yang dimiliki tiap-tiap anggota keluarga akan

meminimalis angka jatuhnya lansia di Kelurahan Ambar Ketawang,

Gamping Kidul, Sleman, Yogyakarta.

Page 83: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxxxiii

2. Sikap

Menurut Purwanto (1999), sikap adalah pandangan atau perasaan

yang di sertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap dari

objek tadi. berdasarkan tabel 7 di atas sebagian besar tingkat pengetahuan

dan sikap keluarga dalam pencegahan jatuh lansia di rumah pada kategori

cukup yaitu sebanyak 21 orang dengan prosentase 70,9%. Hal ini di

sebabkan keluarga sudah cukup sadar akan pentingnya merawat usia lanjut

khususnya dalam pencegahan jatuh di rumah.

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang di sertai

kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap dari obyek. Jadi sikap

senantiasa terarah terhadap suatu hal, suatu obyek, tidak ada sikap yang

tanpa obyek. Sikap mungkin terarah terhadap benda-benda, orang-orang,

tetapi juga bisa pada peristiwa-peristiwa, pandangan-pandangan, lembaga-

lembaga bahkan terhadap norma-norma dan nilai-nilai.

Menurut Rahayu (1996) yang menyatakan bahwa sikap keluarga

yang pertama adalah menerima dan merawatnya di rumah. Hal ini di

landasi pada nilai-nilai budaya dan kemanusiaan serta penegakan hukum.

Romziah (1996) mengemukakan kultur sosial budaya indonesia

telah menanamkan penghormatan kepada orang tua agar mereka tinggal

bersama dengan anak-anaknya tanpa memandang status sosial ekonomi

anak.

Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal ini masih

berbeda dalam suatu tingkat pengetahuan yang dimiliki setiap orang.

Page 84: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxxxiv

Tingkat pengetahuan mengenai suatu objek itu. Tingkat pengetahuan saja

belum menjadi penggerak, seperti halnya pada sikap. Tingkat pengetahuan

mengenai suatu objek baru menjadi sikap apabila tingkat pengetahuan itu

disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan tingkat pengetahuan

terhadap objek itu. Sikap mempunyai segi motivasi, berarti segi dinamis

menuju suatu tujuan, maka akan berusaha mencapai tujuan. Sikap dapat

merupakan suatu tingkat pengetahuan, sikap ini dapat bersifat positif dapat

pula bersifat negatif. Dalam sikap positif cenderung ketindakan yang

mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan dalam

sikap negatife cenderung ketindakan yang menjauhi, menghindari, dan

menyukai objek tertentu.

Perubahan sikap menurut Azwar (2000) dapat di ubah dengan

strategi persuasi. Dengan cara memasukan ide, pemikiran dan bahkan

fakta baru lewat pesan yang di sampaikan dengan cara berkomunikatif.

Sikap dapat dibentuk melalui empat macam cara dengan cara adopsi,

integrasi, dan trauma.

Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, dan tidak dapat di

lihat secara langsung. Sikap hanya dapat di tafsirkan dari perilaku yang

nampak (Notoatmodjo, 2007).

3. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga lansia dalam

pencegahan jatuh di rumah.

Hasil analisa di atas dengan uji dengan Range spearman

menunjukan ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan

Page 85: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxxxv

sikap keluarga usia lanjut dalam pencegahan jatuh di Dusun Gamping

Kidul Kelurahan Ambar Ketawang Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Hal tersebut di karenakan kesehatan untuk para keluarga sangatlah

penting, dan rasa sayang keluarga terhadap lansia sehingga keluarga selalu

melakukan yang terbaik dengan salah satu cara mencegah terjadinya suatu

penyakit Keluarga sendiri sadar akan pentingnya kesehatan bagi diri dan

keluarganya. Keluarga juga dalam mengambil keputusan selalu yang

terbaik dan tepat untuk keluarganya. Keluarga dalam mencegah jatuh pada

lansia cukup baik ini dapat dilihat dalam mempertahankan suasana rumah

yang menguntungkan kesehatan dan mempertahankan hubungan timbal

balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan ( Friedman, 1998).

Pengetahuan itu lebih bersifat pengalaman terhadap benda atau hal

secara objek, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang ( Sarwono, 1997). Sikap

adalah kesiapan untuk bertindak (Rusmi, 1999). Di antara berbagai faktor

yang mempengaruhi pembentukn sikap adalah pengalaman pribadi,

kebudayaan orang lain yang di anggap penting , lembaga pendidikan atau

lembaga agama dan media masa. Serta faktor tersebut dapat dibedakan

menjadi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal meliputi jenis

kelamin, umur, pendidikan, pengalaman, dan faktor eksternal meliputi

lembaga pendidikan dan lembaga agama, media masa (Azwar, 2000).

Diantara orang yang bisa di anggap penting bagi induvidu adalah

orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman dekat, guru,

Page 86: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxxxvi

temen kerja, istri atau suami dan lain-lain. Pengetahuan memegang

peranan yang sangat penting dalam penentuan sikap yang utuh

(Notoatmodjo, 2003). Sikap seseorang dapat berubah dengan di

perolehnya tambahan informasi tentang objek tertentu ( Sarwono, 1993).

C. Faktor pendukung dan penghambat

Ada faktor pendukung dan penghambat dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Faktor pendukung

Faktor tempat merupakan faktor pendukung utama di mana di Dusun

Gamping Kidul ini di gunakan untuk melakukan penelitian bagi

mahasiswa PSIK maupun dari institusi lain. Kepala Dusun yang telah

meluangkan waktu untuk menunjukan alamat dan para pengurus

posyandu lansia dari masing-masing Rw yang turut membantu.

2. Faktor penghambat

Penghambat dalam penelitian ini adalah jarak rumah koresponden

yang berjauhan dan kesibukan keluarga juga menjadi pertimbangan

dalam memberikan kuesioner, sehingga peneliti harus mencari waktu

luang dari anggota keluarga yang siap untuk mengisi kuesioner. Hal ini

di lakukan agar keluarga yang digunakan sebagai responden tidak

merasa terganggu dengan keberadaan dan tugas yang penulis lakukan.

Selain itu, dengan adanya waktu yang luang, koresponden dapat lebih

konsentrasi atau lebih perhatian dalam memberikan jawaban.

Page 87: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxxxvii

D. Keterbatasan penelitian

Dalam penelitian yang telah di lakukan banyak keterbatasan yang

penulis miliki antara lain ;

1. Tehnik pengumpulan data yang di gunakan untuk meneliti

hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap sikap keluarga

dalam mencegah lansia jatuh di rumah adalah menggunakan

kuesioner, kemungkinan terdapat keterbatasan yaitu kurangnya

kemampuan dan keterampilan peneliti dalam membuat kuesioner.

Penulis menggunakan pengetahuan untuk mengetahui cara

pencegahan dan sikap yang responden ambil pada pencegahan

jatuh usia lanjut di rumah.

2. Perilaku yang seharusnya menjadi inti dari tugas merawat usia

lanjut kurang di kaji lebih dalam, penyusunan kuesioner yang

terbatas serta observasi secara langsung langsung yang kurang

menjadikan hasil penelitian terbatas pada subyektif.

Page 88: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxxxviii

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan usia lnjut

di rumah adalah baik sebanyak 46,7%.

2. Sebagian besar sikap keluarga dalam pencegahan jatuh menunjukan sikap

yang cukup yaitu 70,9%

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan

sikap keluarga lansia dalam pencegahan jatuh di rumah dengan nilai

signifikan α: 0,007 < 0,05.

B. Saran

Dari penelitian yang peneliti lakukan untuk pengembangan keperawatan ada

beberapa hal yang peneliti sarankan :

1. Bagi Ilmu Keperawatan

a. Khususnya ilmu keperawatan keluarga, hendaknya fungsi keluarga

dalam perawatan kesehatan lebih dioptimalkan yang berkaitan dengan

masalah perawatan dalam keluarga mengenai usia lanjut terutama yang

berkaitan dengan penelitian ini yaitu mengenai pencegahan jatuh.

b. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan dan sikap keluarga dalam pencegahan jatuh di rumah, hal

ini untuk pengembangan ilmu perawatan komunitas.

Page 89: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

lxxxix

2. Bagi Responden

Kepada keluarga agar dapat mengetahui akan pentingnya pencegahan

jatuh lanjut usia di rumah, sehingga untuk terjadinya komplikasi akibat

jatuh itu dapat di di cegah secara dini.

3. Bagi Puskesmas

Supaya menambah promosi-proosi tentang pencegahan jatuh pada lansia

di rumah dengan cara menyebarkan brosur, info tentang pencegahan jatuh

pada usia lanjut di rumah.

Page 90: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xc

DAFTAR PUSTAKA

Alami,A,W, (2005), Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku K eluarga Dalam Perawatan Usia Lanjut Di Rumah (Home Care)Di Kasihan Bantul Yogyakarta,Lapoan Penelitian

Arikunto,S, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta :

Rineke Cipta. Azwar, S., (1997). Sikap Manusia Teory dan Pengukurannya. Edisi 11. Pustaka

Pelajar. Yogyakarta Darmojo, (2006). Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut(3 ed)Jakarta:

Balai Penerbit FKUI.

Dahlan, S. (2004). Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan. PT Arkans International Education In Harmoni

Depkes RI, (1993), Buku Pedoman Pengukuran Keberhasilan Pelatihan, Depkes RI, Jakarta.

--------------(1998), Buku Pedoman Pengukuran Keberhasilan Pelatihan, Depkes RI, Jakarta.

--------------(2000), Buku Pedoman Pengukuran Keberhasilan Pelatihan, Depkes RI, Jakarta.

Friedman,Marilyn M.(1998). Keperawatn keluarga Teori dan praktik (3 ed)Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.

Hamid, A.R.A, Anastasia, Wibisono, Pngetahuan dan perilaku ibu yang memiliki

balita tentang upaya pencegahan kecelakaan di rumah pada balita dan faktor-faktor yang berhubungan di Kelurahan Pisangan Baru Kecamatan Mantraman Jakarta Timur Tahun 2000, dalam : Kumpulan makalah penelitian dan karya tulis ilmiah terbaik tingkat nasional The Indonesian Medical And Health Students’ Symposium, Jakarta, 2000.

Hardywinoto, (1999), Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Marilyn M. Friedman., (1998). Keperawatan Keluarga. Teori dan Praktek. Edisi

111.EGC. Jakarta.

Page 91: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8640.pdf · Ayes, Dewi, Imah, Catur, Uly, Ria, Nana, Ojul, Imoet, Sasa, Mb Wedha dan semua teman yang

xci

Mubarak,Iqbal W dkk(2006).Buku ajar Ilmu keprawatan komunitas 2 Jakarta: CV.Sagung Seto.

Notoatmodjo, S, (2007), Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Perilakui, Jakarta :

Rineka Cipta Nugroho W.,(2000). Keperawatan Gerontik. Cetakan 11. EGC. Jkarta. Nurwahyuni, (2005), Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Terhadap Sikap

Keluarga Dalam perawatan Usila Di Rumah Wilayah Kerja Puskesmas Ngebel Kasihan Bantul, Laporan penelitian.

Nursalam. (2003). Konsep & penerapan metodologi penelitianiIlmu keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Prihandana,S.(2003).Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kecelakaan di rumah pada balita di dusun meijing kidul ambar ketawang kecamatan gamping kabupaten Sleman.Skripsi strata satu, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Prawitasari, (1993). Aspek Sosio-Psikologi Lansia di Indonesia. Buletin Psikologi II No. 1 Pp: 27-34

Rahayu, RA., (1996). Aspek Sosial Ekonomi Pada Lansia. Makalah Penelitian

Gerontik Tingkat Nasioal. Sarwono,S.,(1997). Sosiologi kesehatan Beberapa Konsep Serta Aplikasinya.

Gadjah Mada Press. Yogyakarta. Stanley, (2006).Buku ajar keperawatan gerontik(3 ed)Jakaarta.

Shohiba S. Rao, M.D.,Prevention Of Falls In Older Patients. American Family Physician.,University Of Texas Southwestern,Dallas, Texas.