Hubungan depresi dengan hipertensi (Autosaved).docx

  • Upload
    nyimas

  • View
    24

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

NAMA : KAMBALINIM : G1A214079

Hubungan depresi dengan hipertensi Hipertensi yaitu Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg. Hipertensi diklasifikasikan atas hipertensi primer (esensial) (90-95%) dan hipertensi sekunder (5-10%)Pada saat terjadinya hipertensi aldosterone, angiotensin II, renin, memicu peningkatan leptin, lipolysis, adipogenesis, insulin resisten, peningkatan HR, tekanan darah, hipertrofi otot jantung dan peningkatan remodeling, endothelial disfungsi, vasokonstriksi, peningkatan renin dan retensi natrium, keadaan hipertensi juga dapat menjadi suatu stressor bagi penderita di otak akan terjadi : Modulasi endocannabinoid kebiasaan makan akan berubah CB-1 reseptor System simpatis akan teraktivasi pelepasan norepinephrine, adrenalin, menyebabkan disfungsi endotel, vasokonstriksi, takikardi, hipertensi semakin parah, hipertrofi otot jantung dan remodeling meningkat. Juga terjadi peningkatan renin dan retensi natrium norepinephrine dan adrenalin memicu pelepasan neuropeptide V peningkatan leptin, lipolysis, adipogenesis, resistensi insulin Regulasi HPA aksis juga mengakibatkan perparahan kondisi diatas. Jika responnya tidak baik. Kortisol efek metabolic glukosa lewat gluconeogenesis Norepinephrine metabolism, simpatik juga disebut noreadrenalin, produksinya dapat dipicu dopamine, bekerja di otak. Norepinefrin tinggi menyebabkan tingkat energy rendah, kurang konsentrasi dan motivasi. Epinefrin dihasilkan adrenal, dilepaskan saat stress yang ekstrim/ kegembiraan, langsung ke jaringan tubuh

Sistem Saraf Pusat Sensitisasi sentral dianggap sebagai mekanisme utama yang terlibat dalam meningkatkan respon menjadi rangsangan yang dimediasi oleh sinyal dari Sistem Saraf Pusat (SSP). Sensitisasi sentral merupakan konsekuensi dari aktivitas saraf yang bersifat spontan, kemudian reseptifnya diperbesar lalu merespon stimulus modulasi dan diteruskan oleh serat aferen primer. Fenomena ini merupakan ekspresi neuroplastisitas dan terutama dimediasi oleh N-methyl-D-aspartate (NMDA) reseptor yang terletak di membran postsynaptic di dorsal horn sumsum tulang belakang. 4Sistem Endokrin dan Sistem Saraf AutonomFibromialgia sering dikaitkan dengan penyakit yang berkaitan dengan stress sehingga selalu dikaitkan dengan hipothalamic-pituitary-adrenal axis (HPA). Studi menunjukkan bahwa peningkatan kadar kortisol yang terjadi di malam hari pada pasien yang mempunyai gangguan ritma sirkadian. Pasien juga mempunyai kadar adreno corticotrophic hormone (ACTH) yang tinggi dari nilai basal, kosekuensi dari hiposekresi andrenocortico-releasing hormone. Perubahan serat serotoninergic yang mengatur fungsi HPA juga dikaitkan dengan kadar 5-HT yang rendah dalam kasus fibromialgiaPatofisiologiMeskipun penyebab pasti fibromialgia masih menjadi misteri, secara umum para ahli sepakat mengenai adanya mekanisme pengolahan input yang tidak normal, khususnya input nyeri (nosiseptif), pada sistem saraf pusat. Pada studi dolorimetri dan pemberian stimuli seperti panas, dingin dan elektrik, ditemukan ambang rangsang yang rendah pada pasien fibromialgia. Pasien fibromialgia mempersepsikan stimuli non-nosiseptif sebagai stimuli nosiseptif serta kurang mampu mentoleransi nyeri yang seharusnya dapat ditoleransi oleh orang normal.3Beberapa kelainan fisiologik dan biokimia telah ditemukan pada susunan saraf pusat pasien fibromialgia sehingga fibromialgia tidak lagi dapat disebut sebagai keluhan subjektif. Kelainan tersebut adalah kadar serotonin yang rendahdisfungsi poros hipotalamus hipofisis,kadar hormon pertumbuhan yang rendah, kadar substansi P yang meningkat dan faktor pertumbuhan saraf yang meningkat.1

Kadar Serotonin yang RendahSerotonin merupakan neurotransmiter yang berperan dalam tidur, nyeri dan perubahan mood. Serotonin yang disekresikan oleh ujung serat neuron rafe, dapat menyebabkan perangsangan daerah tertentu dari otak yang kemudian menyebabkan tidur. Serotonin yang disekresi oleh radiks dorsalis medula spinalis dapat merangsang sekresi enkefalin yang menimbulkan hambatan presinaptik dan postsinaptik pada serabut nyeri. Kadar serotonin yang rendah diduga memiliki peran dalam patogenesis fibromialgia yaitu dengan menurunkan efek hambatan pada serabut nyeri. Hal tersebut diperkuat dengan penemuan bahwa pasien fibromialgia ternyata memiliki kadar serotonin yang rendah di cairan serebrospinalnya. Bukti lain menunjukkan bahwa obat yang mempengaruhi serotonin ternyata tidak menunjukkan efek dramatis pada fibromialgia.1

Disfungsi Poros Hipotalamus HipofisisPoros hipotalamus hipofisis berperan penting dalam respons adaptasi terhadap stres. Pada sistem yang berfungsi normal, hipotalamus mensekresi corticotropin-releasing hormone (CRH) yang kemudian merangsang sekresi adreno- corticotropic hormone (ACTH) oleh hipofisis. ACTH kemudian merangsang korteks adrenal mensekresi glukokortikoid yang berperan dalam respons adaptasi terhadap stres.Regulasi sirkadian sistem poros hipotalamus hipofisis sebagian dipengaruhi metabolisme serotonin. Disfungsi sistem poros hipotalamus hipofisis diperkirakan sebagai akibat dari rendahnya kadar serotonin. Sebaliknya, disfungsi sistem poros hipotalamus hipofisis juga diperkirakan memperburuk abnormalitas kadar serotonin di sistem saraf pusat.Beberapa kelainan yang dapat ditemukan berkaitan dengan disfungsi sistem poros hipotalamus hipofisis adalah kadar kortisol 24 jam yang rendah, hilangnya ritme sirkadian dengan peningkatan kadar kortisol sore hari, hipoglikemia yang diinduksi insulin berkaitan dengan produksi ACTH yang berlebihan, kadar hormon pertumbuhan yang rendah dan sekresi glukokortikoid yang rendah. Selain itu ditemukan juga kadar kortisol bebas pada urin yang rendah, serta berkurangnya respons kortisol terhadap corticotropin-releasing hormone pada pasien fibromialgia.1

Kadar Growth Hormone yang RendahGrowth hormone (GH) adalah suatu hormon yang berperan dalam pertumbuhan karena sifatnya yang meningkatkan sintesis protein, meningkatkan penggunaan lemak untuk energi, menurunkan pemakaian glukosa untuk energi, dan merangsang pertumbuhan tulang. Hormon tersebut secara normal disekresi pada tahap dari tidur, sehingga gangguan tidur diduga dapat menurunkan sekresinya.Pada pasien fibromialgia ditemukan penurunan kadar GH yang penting untuk proses repair otot dan kekuatan, yang diduga diakibatkan oleh gangguan tidur. Hal itu didukung oleh bukti adanya hasil EEG yang menunjukkan gangguan tahap dari tidur normal (non-REM) dan gangguan gelombang yang berulang pada pasien fibromialgia.1

Kadar Substansi P yang MeningkatSubstansi P adalah neurotransmiter yang dilepaskan bila akson distimulasi. Peningkatan kadar substansi P meningkatkan sensitivitas saraf terhadap nyeri. Kadar substansi P yang tinggi menyebabkan stimulus normal dipersepsikan sebagai stimulus nosiseptif oleh penderita fibromialgia.Kadar substansi P yang meningkat di cairan serebrospinal pasien fibromialgia juga mungkin berperan dalam menyebarkan nyeri otot. Peneliti pada studi yang independen melaporkan kadar substansi P pada pasien fibromialgia meningkat sampai 2-3 kali kadar pada individu normal.Selain hal-hal di atas ditemukan juga abnormalitas lain seperti berkurangnya aliran darah ke talamus, nukleus kaudatus, serta tektum pontine, yang merupakan area signaling, integrasi, dan modulasi nyeri. Disfungsi saraf otonom diduga juga berperan dalam fibromialgia, dengan ditemukannya hipotensi ortostatik setelah uji tilt table dan peningkatan frekuensi denyut jantung istirahat terlentang.