Upload
vandang
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN
DENGAN MOTIVASI KERJA PEGAWAI PADA DINAS
PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen
pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama
Disusun oleh :
Nama : Nur Ayu Benazir S
NRP : 02.07.182
FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAMA
Terakreditasi (accredited) SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Nomor : 010/BAN-PT/AK-X/S1/V/2007 Tanggal 19 Mei 2007
2013
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN
DENGAN MOTIVASI KERJA PEGAWAI PADA DINAS
PENDIDIKAN
PROVINSI JAWA BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen
pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama
Disusun Oleh :
Nama : Nur Ayu Benazir S
NRP : 02.07.182
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pipin Sukandi S.E., M.M.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Manajemen S1
Hj. Wien Dyahrini, S.E., MSIE., M.Si.
ABSTRAK
Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku bawahannya, agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif demi tercapainya tujuan dari organisasi. Dalam hubungan pimpinan dengan bawahannya, sejumlah karyawan berharap mendapatkan perlakuan pemimpin yang terbuka dan memberikan keleluasaan dalam bekerja, sedangkan yang lainnya berharap agar pimpinan lebih banyak melakukan pengarahan. Dalam kenyataannya, setiap karyawan tidak hanya dikuasai oleh motif-motif ekonomi saja. Upah dan gaji yang besar belum tentu dapat menjamin kepuasan dan mampu memotivasi kerja karyawan.
Dalam penelitian ini penulis mengambil judul Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Motivasi Kerja Karyawan Pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat . Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana gaya kepemimpinan diterapkan pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, untuk mengetahui motivasi kerja karyawan pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan untuk mengetahui berapa kuat hubungan gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja karyawan pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan pengumpulan data melalui, wawancara, observasi dan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang dilakukan di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat kemungkinan gaya kepemimpinan afiliatif, hal ini berdasarkan nilai rata-rata jawaban tertinggi yaitu sebesar 3.94. Walau demikian gaya kepemimpinan selama ini dikatakan baik dengan nilai rata-rata sebesar 3,75 yang berada pada interval 3,40-4,19 yang artinya baik. Motivasi kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dapat dikatakan tinggi, karena nilai rata-rata dari keseluruhan pernyataan adalah sebesar 3,87 yang berada pada interval 3,40-4,19.
Hubungan gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat berdasarkan hasil uji korelasi adalah sebesar 0,656 hal ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja. Besarnya pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja adalah sebesar 43,03%, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil uji hipotesis t hitung = 8,61> t tabel = 1,663 yang berarti Ho ditolak, ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja. Maka hipotesis yang penulis ajukan dalam Bab I, yaitu : Apabila pemimpin menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai maka motivasi kerja pegawai akan meningkat , dapat diterima.
ABSTRACT
Leadership is the way a leader in influencing the behavior of their subordinates, to cooperate and work productively to achieve the goals of the organization. In connection with his subordinate leaders, a number of employees are hoping to get treatment head open and provides flexibility at work, while others hope that leaders do more directing. In fact, every employee is not only controlled by economic motives alone. Wage and salary may not necessarily be able to guarantee satisfaction and motivate employees.
In this study, the authors take the title "Leadership Style Relationships With Employee Motivation In Education Department of West Java Province". The purpose of this study was to determine how the leadership styles applied to the Education Department of West Java Province, to see employee motivation in the Education Department of West Java Province, and to find out how strong the relationship of leadership style to employee motivation in the Education Department of West Java Province. The research method used in this research is descriptive method with data collection through interview, observation and questionnaire.
The results showed that leadership style is done in the Education Department of West Java Province possibility affiliative leadership style, it is based on the average value of 3.94 for the highest response. Yet leadership style is said to be good for the average value at 3.75 which is the interval from 3.40 to 4.19, which means good. Employee motivation in the Education Department of West Java Province to say high, because the average value of the entire statement is at 3.87 which is the interval from 3.40 to 4.19.
The relationship of leadership style to employee motivation at Education Department of West Java Province by the correlation of test results is equal to 0.656 indicating a strong correlation between leadership styles and motivation to work. The magnitude of the influence of leadership style on work motivation is equal to 43.03%, and the rest influenced by other factors. The results of hypothesis test t = 8.61> t table = 1.663 which means that Ho is rejected, this indicates that there is a relationship between leadership style and motivation to work. The hypothesis that the authors propose in Chapter I, that is: "If the leaders apply the appropriate leadership style that will increase employee motivation", is acceptable.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan menghadapi banyak tantangan dalam Manajemen
Sumber Daya Manusia. Banyaknya lowongan pekerjaan setiap minggu pada
media massa diikuti dengan tingkat keluar masuk karyawan (turn over) yang
berkenaan dengan perampingan organisasi, keanekaragaman tenaga kerja,
kekurangan akan tenaga kerja ahli pada berbagai perusahaan dan hal-hal lainnya.
Peran yang demikian menuntut tingkat kemampuan, dedikasi maupun
profesionalisme.
Untuk mencapai hasil yang optimal, perusahaan membutuhkan sebuah
sistem yang mampu bekerja secara sinergi dan dinamis. Sistem ini melibatkan
sumber daya manusia yang efisien, teknologi yang mengikuti perkembangan
zaman, dan kebijakan-kebijakan perusahaan yang dapat mendukung interaksi
antara sumber daya manusia dan teknologi. Teknologi yang digunakan, yang
paling penting dalam proses penyatuan faktor-faktor yang dimiliki oleh
perusahaan dalam rangka proses pencapaian tujuannya yaitu Sumber Daya
Manusia. Faktor inilah yang menggerakkan seluruh faktor-faktor yang sudah
dimiliki perusahaan dalam rangka proses pencapaian tujuan perusahaan.
Namun dalam prakteknya, orang bekerja dan melakukan tugas serta
bertanggung jawab pada pekerjaannya, sering dipengaruhi oleh gaya
kepemimpinan dari manajer, perusahaan atau organisasi tersebut (Iskandar, 2005).
Para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan motivasi kerja, keamanan,
kualitas kehidupan kerja, dan terutama tingkat prestasi dalam suatu organisasi.
Hal tersebut memberi arti, bahwa kepemimpinan memiliki faktor penting bagi
organisasi dalam mencapai tujuannya. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh
pimpinan, dapat mempengaruhi pegawainya melakukan pekerjaan sesuai dengan
apa yang diarahkan dan diinginkannya dalam mencapai tujuan organisasi. Untuk
mencapai tujuan itu, maka peranan pemimpin untuk menciptakan motivasi kerja
pegawai yang tinggi yang merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh organisasi
tersebut.
Mengingat motivasi kerja mempengaruhi tindakan seorang pegawai, maka
apabila suatu perusahaan tersebut akan memperoleh hasil yang lebih
menguntungkan sehingga terjadi peningkatan produktivitas. Sebaliknya apabila
suatu perusahaan mempunyai pegawai yang motivasi kerjanya rendah dalam
melakukan pekerjaan, tidak merasa bergairah, timbulnya keluhan-keluhan, adanya
kelesuan, kurangnya rasa tanggung jawab, dan lain-lain, sudah barang tentu
perusahaan atau organisasi tersebut akan mengalami kerugian karena pegawainya
bekerja tidak produktif dan dapat dikatakan sebagai penurunan kinerja.
Penerapan kepemimpinan sangatlah berpengaruh terhadap motivasi kerja
pegawai, karena di dalam motivasi kerja pegawai untuk memenuhi kebutuhannya
sangat membutuhkan dukungan dari seorang pimpinan, karena itu setiap
pemimpin harus mengetahui secara jelas tentang apa yang dibutuhkan oleh
pegawai dan perusahaan agar mereka bisa bekerja sama secara efektif.
Masalah yang terjadi pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dimana
kurangnya informasi dan sosialisasi terhadap ketentuan dan peraturan sehingga
seringkali terjadi kesimpangsiuran dalam penyelesaian pekerjaan yang di
instruksikan pimpinan. Adanya pergantian pimpinan akan berdampak pada
kondisi kerja, sehingga menimbulkan perubahan sikap perilaku kerja yang dibawa
oleh pimpinan yang baru yang berdampak pula pada kinerja karyawan.
Berdasarkan permasalahan tersebut bahwa kurangnya motivasi kerja pada
diri karyawan tersebut sehingga diperlukan ketegasan dari pimpinan terhadap
karyawan agar pegawai mempunyai motivasi yang tinggi dan loyal terhadap
perusahaan. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu didukung oleh gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan harapan pegawai sehingga pegawai merasa
kebutuhannya terpenuhi. Sehingga mampu meningkatkan motivasi kerja pegawai.
Fenomena yang terjadi adalah adanya perbedaan pendapat tentang bagaimana
gaya kepemimpinan yang baik menurut para pegawai. Berdasarkan uraian diatas,
maka penulis mengangkat judul penelitian mengenai :
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA
PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT
1.2 Identifikasi Masalah
Dengan kepemimpinan yang sesuai dari setiap pemimpin dalam
memimpin pegawainya maka akan menumbuhkan motivasi yang tinggi dari para
pegawai yang akan memberi nilai positif bagi perusahaan dalam usaha mencapai
tujuannya. Akan tetapi pada kenyataannya kepemimpinan dari seorang pemimpin
tidak banyak berpengaruh pada perusahaan maupun dalam memotivasi para
pegawainya dalam usaha mencapai tujuan perusahaan, oleh karena itu penyusun
akan mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Gaya kepemimpinan apa yang dilakukan pada Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat?
2. Bagaimana motivasi kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat?
3. Bagaimana hubungan gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai
pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat?
1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah penyusun
tuliskan di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dan
informasi untuk mempelajari dan menilai pengaruh dari kepemimpinan terhadap
motivasi kerja pegawai.
Sedangkan tujuan dari penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan pada Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat.
2. Untuk mengetahui motivasi kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan gaya kepemimpinan dengan
motivasi kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :
1. Bagi perusahaan tempat penyusun melakukan penelitian dapat berguna
sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menyikapi berbagai
masalah yang timbul dalam perusahaan menyangkut pengaruh
kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai.
2. Bagi penyusun, penelitian ini selain merupakan salah satu syarat yang harus
ditempuh dalam rangka menempuh sidang sarjana di Fakultas Bisnis dan
Manajemen Universitas Widyatama, penelitian ini merupakan suatu
pengalaman yang sangat berharga dimana penyusun dapat memperoleh
suatu gambaran yang sangat nyata dan dapat membandingkan teori-teori
yang telah penyusun pelajari selama masa kuliah dengan kenyataan yang
terjadi dalam dunia kerja nyata.
3. Bagi pembaca khususnya di lingkungan perguruan tinggi, penyusun sangat
berharap agar hasil yang telah penyusun tulis dari hasil penelitian dapat
sangat berguna untuk menambah pengetahuan serta wawasan khususnya di
bidang sumber daya manusia.
1.5 Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Sumber Daya Manusia memegang
peranan yang sangat penting dalam setiap perusahaan dalam usahanya mencapai
tujuan perusahaan, akan tetapi semua itu tidak akan selalu berjalan dengan lancar,
seringkali setiap perusahaan mengalami masalah menyangkut sumber daya
manusia yang diantaranya tentang rendahnya motivasi kerja pegawai. Salah satu
penyebab dari rendahnya motivasi kerja pegawai diakibatkan dari pengaruh
kepemimpinan dari seorang pemimpin.
Berbagai definisi kepemimpinan dikemukakan oleh para ahli, di bawah ini
beberapa definisi kepemimpinan menurut para ahli.
Menurut B.H Raven yang dikutip oleh Supardo (2006:4) dalam bukunya
Kepemimpinan Dasar-dasar dan Pengembangannya , menyatakan bahwa:
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi antara seorang
pemimpin dan pengikutnya untuk mencapai tujuan kelompok,
organisasi, dan masyarakat.
Sedangkan menurut Howard H. Hoyt dalam bukunya Aspect of Modern
Public Administration
yang dikutip oleh Kartono (2008:57) dalam bukunya
Pemimpin dan Kepemimpinan , menyatakan bahwa :
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia, dan kemampuan untuk membimbing orang.
Dari pengertian yang telah disebutkan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan lebih yang dimiliki oleh seseorang
(baik dalam organisasi atau tidak) untuk mempengaruhi orang-orang yang ada
dalam lingkungan sekitarnya, agar mereka bersedia bekerja untuk mencapai
tujuan yang diinginkan oleh pemimpin.
Beberapa kepemimpinan menurut Hasibuan (2007:170) :
1. Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan Otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar
mutlak tetap berada pada pimpinan atau pimpinan itu menganut sistem
sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya
ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk
memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan.
Karakteristik dari Kepemimpinan Otoriter, yaitu :
a. Bawahan hanya bertugas sebagai pelaksana keputusan yang telah
ditetapkan pemimpin.
b. Pemimpin menganggap dirinya orang yang paling berkuasa, paling pintar,
dan paling cakap.
c. Pengarahan bawahan dilakukan dengan memberikan instruksi/perintah,
hukuman, serta pengawasan dilakukan secara ketat.
2. Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpina Partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan
dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan
loyalitas, dan partisipatif para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar
merasa ikut memiliki perusahaan.
Karakterisitik dari Kepemimpinan Partisipatif, yaitu :
a. Bawahan harus berpartisipasi memberikan saran, ide, dan pertimbangan-
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.
b. Keputusan tetap dilakukan pimpinan dengan mempertimbangkan saran
atau ide yang diberikan bawahannya.
c. Pemimpin menganut sistem manajemen terbuka (open management) dan
desentralisasi wewenang.
3. Kepemimpinan Delegatif
Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan
wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan
dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa
dalam melaksanakan pekerjaan. Pemimpin tidak peduli cara bawahan
mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan
kepada bawahan.
Karakteristik dari Kepemimpinan Delegatif, yaitu :
a. Pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan
kepada bawahan.
b. Pimpinan tidak akan membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan
pekerjaan-pekerjaan itu dan hanya sedikit melakukan kontak mata dengan
bawahannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada kepemimpinan
yang cocok untuk segala situasi, maka penampilan pemimpin yang efektf dari
perusahaan harus menyesuaikan tipe kepemimpinan dengan situasi yang dihadapi.
Pengertian situasi mencakup kemampuan bawahan, tuntutan pekerjaan, tujuan
organisasi. Kepemimpinan yang demikian yang sangat baik untuk diterapkan agar
motivasi kerja pegawai tinggi.
Hasibuan (2007;95) memberikan definisi motivasi sebagai berikut :
Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa motivasi adalah keadaan dalam
pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-
kegiatan guna mencapai sasaran kepuasaan. Kita menerima motivasi sebagai suatu
pengaruh terhadap tingkah laku dan apabila kita menerima dengan paham, bahwa
bagian yang terbesar dalam pengaruh ini, terhadap tingkah laku manusia adalah
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar.
Menurut Maslow yang dikutip oleh Hasibuan (2007:105), bahwa
motivasi kerja karyawan dipengaruhi oleh kebutuhan fisik, kebutuhan akan
keamanan dan keselamatan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan diri
dan kebutuhan perwujudan diri. Kemudian dari faktor kebutuhan tersebut
diturunkan menjadi indikator-indikator untuk mengetahui tingkat motivasi kerja
pada karyawan, yaitu
1. Kebutuhan fisiologis, adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Yang
termasuk kedalam kebutuhan ini adalah kebutuhan makan, minum,
perumahan, udara dan lain sebagainya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan
ini merangsang seseorang berperilaku atau bekerja giat.
2. Kebutuhan keselamatan dan keamanan, adalah kebutuhan akan kebebasan dari
ancaman yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam
melaksanakan pekerjaan.
3. Kebutuhan sosial, adalah kebutuhan sosial, teman, afiliasi, interaksi, dicintai
dan mencintai, serta diterima dalam pergaulan kelompok pekerja dan
masyarakat lingkungannya. Pada dasarnya manusia normal tidak akan mau
hidup menyendiri seorang diri ditempat terpencil. Ia selalu membutuhkan
kehidupan berkelompok, karena manusia adalah makhluk sosial.
4. Kebutuhan akan penghargaan atau prestise, adalah kebutuhan akan
penghargaan diri dan pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan
masyarakat lingkungannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja pegawai timbul karena
adanya beberapa faktor yang memuaskan pegawai. Faktor tersebut antara lain
kebutuhan pegawai seperti kompensasi, upah atau penghargaan yang diberikan
pimpinan. Dengan demikian apabila kepemimpinan yang dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dan dapat memberikan kepuasan bagi pegawai maka motivasi kerja
akan meningkat.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis menarik hipotesis Apabila
pemimpin menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai maka motivasi kerja
pegawai akan meningkat.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh
kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif.
Menurut Nazir (2003:54), mengemukakan bahwa metode deskriptif yaitu,
Suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai aspek-aspek yang sedang diteliti dan melakukan hubungan terhadap variabel yang diteliti.
Untuk keperluan tersebut, maka penulis menggunakan bentuk-bentuk
penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penulis terjun langsung ke lapangan yang menjadi objek penelitian yang
meneliti secara langsung di tempat pelaksana kerja.
a. Wawancara
Penulis mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu
secara tertulis maupun secara lisan mengenai masalah yang akan diteliti
kepada pemimpin perusahaan.
b. Kuesioner
Data yang diperoleh dengan cara menjabarkan suatu daftar pertanyaan
yang cukup terperinci dan lengkap tentang objek yang diteliti pada
responden. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data primer yang
selanjutnya akan diolah dan dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan.
c. Observasi
Pengumpulan data dengan cara mengamati dan mencatat langsung
terhadap data yang ada di perusahaan.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Mengumpulkan data dengan cara membaca, mempelajari dan menganalisa
buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, yaitu dengan
cara sebagai berikut:
a. Studi Literatur
Pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku dan catatan-catatan
lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
b. Studi Dokumentasi
Cara pengumpulan data dan informasi dengan lampiran-lampiran yang ada
hubungan dengan masalah yang diteliti. Data-data yang telah diperoleh
tersebut (berupa data sekunder) akan dijadikan landasan teoritis dalam
penyusunan skripsi.
1.7 Lokasi Penelitian
Perusahaan yang akan digunakan oleh penyusun dalam melakukan
penelitian adalah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Jl. Dr. Rajiman No. 6,
Bandung. Waktu penelitian dilakukan dari tanggal 29 Oktober 2012 sampai
dengan Januari 2013.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan alat untuk pencapaian tujuan yang diinginkan.
Manajemen yang tepat akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan,
karyawan, masyarakat. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya
mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diaturnya berdasarkan urutan
dari fungsi-fungsi manajemen itu (Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan,
Pengendalian). Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan
tujuan yang diinginkan. Adapun unsur-unsur manajemen itu terdiri dari Men,
Money, Method, Materials, Machine dan Market yang disingkat 6M.
Dalam suatu organisasi atau perusahaan, karena manajemen merupakan
alat dan wadah (tempat) untuk mengatur 6M dan semua aktivitas proses
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Walaupun manajemen hanya merupakan
alat saja, tetapi harus diatur sebaik-baiknya, karena jika manajemen ini tepat
maka tujuan optimal dapat diwujudkan, pemborosan terhindari, dan semua potensi
yang dimiliki akan lebih bermanfaat.
Untuk lebih jelasnya pengertian manajemen ini penulis mengutip
beberapa definisi sebagai berikut:
Menurut Kartono (2008:168) dalam bukunya Pemimpin dan
Kepemimpinan menyatakan bahwa :
Manajemen adalah penyelenggaraan usaha penyusunan dan
pencapaian hasil yang diinginkan dengan menggunakan upaya-upaya
kelompok, terdiri atas penggunaan bakat-bakat dan sumber daya
manusia.
Kemudian menurut Hasibuan (2007:1) :
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tetentu.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu
proses yang terdiri dari perencanaan, pengarahan, pengendalian, melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lain secara efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia
2.2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia merupakan komponen dari perusahaan yang
mempunyai arti yang sangat penting sumber daya manusia menjadi sumber
penentu dari perencanaan tujuan suatu perusahaan, karena fungsinya sebagai inti
dari kegiatan perusahaan. Tanpa adanya sumber daya manusia maka kegiatan
perusahaan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya meskipun pada saat ini
otomatisasi telah memasuki setiap perusahaan, tetapi apabila pelaku dan
pelaksana mesin tersebut yaitu manusia, tidak memberikan peranan yang
diharapkan maka otomatisasi itu akan menjadi sia-sia.
Untuk lebih memperjelas pengertian dari manajemen sumber daya
manusia, berikut ini penulis mengutip beberapa definisi yang dikemukakan oleh
beberapa ahli:
Menurut Rivai (2008:1) menyatakan bahwa:
Manajemen sumber daya manusia adalah salah satu bidang dari
manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian.
Menurut Mangkunegara (2007:2), menyatakan bahwa :
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu pengelolaan dengan
pendayagunaan sumber daya yang ada pada individu (pegawai).
Dari definisi di atas, dapat dikatakan bahwa Manajemen Sumber Daya
Manusia secara garis besar sama yaitu bahwa, manajemen sumber daya manusia
mengatur semua tenaga kerja secara efektif dan efisien dengan mengembangkan
kemampuan yang mereka miliki dalam mewujudkan tujuan perusahaan,
karyawan, dan masyarakat. Dengan memiliki tujuan tertentu maka tenaga kerja
akan termotivasi untuk bekerja sebaik mungkin.
2.2.2 Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Fungsi manajemen sumber daya manusi sangat luas, hal ini disebabkan
karena tugas dan tanggung jawab manajemen sumber daya manusia untuk
mengelola unsur-unsur manusia seefektif mungkin agar memiliki suatu tenaga
kerja yang memuaskan. Menurut Hasibuan (2007:21), fungsi-fungsi sumber daya
manusia meliputi fungsi manajerial dan fungsi operasional, yaitu :
1. Fungsi-fungsi Manajerial
a. Perencanaan
Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga
kerja secara efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan
dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan
menetapkan program kepegawaian. Program kepegawaian meliputi
pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan,
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan dan
pemberhentian karyawan program kepegawaian yang baik akan membantu
tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan
dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi
wewenang, intergrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi (organization
chart). Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan
organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.
c. Pengarahan
Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan
agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efesien dalam
membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Pengarahan dilakukan pemimpin dengan menugaskan bawahan agar
mengerjakan tugasnya dengan baik.
d. Pengendalian
Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua
karyawan, agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja
sesuai dengan rencana. Apabila terdapat kesalahan atau penyimpangan
dilakukan tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian
karyawan meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerjasama,
pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
2. Fungsi-fungsi Operasional
a. Pengadaan
Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan
orientasi dan induksi untuk menciptakan karyawan yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya
tujuan.
b. Pengembangan
Pengembangan (development) adalah proses meningkatkan keterampilan
teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan
pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerja masa kini
maupun masa depan.
c. Kompensasi
Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct)
dan tidak langsung (indirect) uang atau barang kepada karyawan sebagai
imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi
adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak
diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada
batas upah minimum pemerintah berdasarkan internal dan eksternal
konsistensi.
d. Pengintegrasian
Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan
kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerjasama
yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba,
karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya.
Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan sulit dalam manajemen
sumber daya manusia, karena mempersatukan dan kepentingan yang
bertolak belakang.
e. Pemeliharaan
Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau
meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka
tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik akan
dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan
sebagian besar karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal
konsistensi.
f. Pemberhentian
Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan seseorang dari
suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan,
keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun dan sebab-sebab
lainnya.
Dari uraian di atas tersebut, jelaslah bahwa peranan manajemen sumber
daya manusia, baik yang bersifat manajerial maupun operasional sangat berguna
dalam mendukung pencapaian dari tujuan perusahaan.
2.3 Kepemimpinan
2.3.1 Pengertian Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi kepemimpinan (leadership) merupakan suatu
faktor yang menentukan tercapai atu tidaknya tujuan suatu organisasi, dengan
kepemimpinan yang baik, proses manajemen akan berjalan lancar dan karyawan
bergairah melaksanakan tugas-tugasnya. Gairah kerja, produktivitas kerja, dan
proses manajemen suatu perusahaan akan baik jika tipe, cara, atau gaya
kepemimpinan yang diterapkan pemimpinannya baik.
Tegasnya baik atau buruknya, tercapai atau tidaknya tujuan suatu
perusahaan sebagian besar ditentukan oleh kecakapan pemimpin dalam
melaksanakan kepemimpinannya untuk mengarahkan para bawahannya, karena
kecakapan dan kewibawaan seorang pemimpin melaksanakan kepemimpinannya
akan mendorong gairah kerja, kreativitas, partisipasi, dan loyalitas para
bawahannya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
Definisi kepemimpinan menurut beberapa ahli diantaranya sebagai
berikut.
Menurut Kartono (2008:57), dalam bukunya Pemimpin dan
Kepemimpinan , menyatakan bahwa :
Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar
mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Supardo, (2006:1), menyatakan bahwa:
Kepemimpinan adalah suatu proses yang kompleks dimana seorang
mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu misi, tugas, atau
suatu sasaran, dan mengarahkan organisasi dengan cara yang
membuatnya lebih kohesif dan lebih masuk akal.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan merupakan kemampuan lebih yang dimilki oleh seseorang untuk
mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok, agar orang bersedia
bekerja secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
pada situasi tertentu. Setiap pemimpin dapat memiliki gaya kepemimpinan yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya dan tidak harus suatu gaya
kepemimpinan itu lebih baik atau kurang baik daripada gaya kepemimpinan
lainnya. Dasar yang sering dipergunakan dalam mengelompokkan gaya
kepemimpinan yang ada adalah tugas yang dirasakan harus dilakukan oleh
pemimpin, kewajiban yang pemimpin harapkan diterima oleh bawahan dan lain
sebagainya.
2.3.2 Syarat-syarat Kepemimpinan
Menurut Kartono (2008:36), Konsepsi mengenai persyaratan
kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu:
b. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang
kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk
berbuat sesuatu.
c. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan sehingga orang mampu
mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan
bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
d. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan atau
keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan
anggota biasa.
Kartono (2008:37), menuliskan kemampuan kepemimpinan dan syarat
yang harus dimiliki, ialah:
1. Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri.
2. Besar rasa ingin tahu, dan cepat tertarik pada manusia dan benda-benda.
3. Multi terampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam.
4. Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan.
5. Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna.
6. Mudah menyesuaikan diri adaptasinya tinggi.
7. Sabar namun ulet, serta tidak mendek berhenti.
8. Waspada, peka, jujur, optimis, berani, gigih, ulet, realistis.
9. Komunikatif, serta pandai berbicara atau berpidato.
10. Berjiwa wiraswasta.
11. Sehat jasmaninya dinamis, sanggup dan suka menerima tugas berat, serta
berani mengambil resiko.
12. Tajam firasatnya dan adil pertimbangannya.
13. Berpengetahuan luas dan haus akan ilmu pengetahuannya.
14. Memiliki motivasi yang tinggi dan menyadari target atau tujuan hidupnya
yang ingin dicapai, dibimbing oleh idealisme yang tinggi.
15. Punya imajinasi tinggi, daya kombinasi, dan daya inovasi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemimpin yang ideal adalah
pemimpin yang berpengetahuan luas, adil, jujur, optimis, gigih, ulet, bijaksana,
mampu memotivasi diri sendiri, memiliki hubungan yang baik dengan bawahan,
dimana semua ini didapat dari pengembangan kepribadiannya sehingga seorang
pemimpin memiliki nilai tambah tersendiri dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagai seorang pemimpin.
2.3.3 Gaya-gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan manajemen merupakan cara yang dilakukan oleh
seorang pemimpin dalam memimpin bawahannya yaitu bertujuan untuk
mempengaruhi anggota atau bawahannya dalam mencapai suatu tujuan.
Berikut adalah Gaya Kepemimpinan yang dikemukakan oleh Hasibuan
(2007:170), sebagai berikut :
1. Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan Otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar
mutlak tetap berada pada pimpinan atau pimpinan itu menganut sistem
sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya
ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk
memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan.
Karakteristik dari Kepemimpinan Otoriter, yaitu :
a. Bawahan hanya bertugas sebagai pelaksana keputusan yang telah
ditetapkan pemimpin.
b. Pemimpin menganggap dirinya orang yang paling berkuasa, paling pintar,
dan paling cakap.
c. Pengarahan bawahan dilakukan dengan memberikan instruksi/perintah,
hukuman, serta pengawasan dilakukan secara ketat.
2. Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpina Partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan
dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan
loyalitas, dan partisipatif para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar
merasa ikut memiliki perusahaan.
Karakterisitik dari Kepemimpinan Partisipatif, yaitu :
a. Bawahan harus berpartisipasi memberikan saran, ide, dan pertimbangan-
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.
b. Keputusan tetap dilakukan pimpinan dengan mempertimbangkan saran
atau ide yang diberikan bawahannya.
c. Pemimpin menganut sistem manajemen terbuka (open management) dan
desentralisasi wewenang.
3. Kepemimpinan Delegatif
Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan
wewenang kepada bawahan dengan lengkap. Dengan demikian, bawahan
dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa
dalam melaksanakan pekerjaan. Pemimpin tidak peduli cara bawahan
mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan
kepada bawahan.
Karakteristik dari Gaya Kepemimpinan Delegatif, yaitu :
b. Pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan
kepada bawahan.
c. Pimpinan tidak akan membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan
pekerjaan-pekerjaan itu dan hanya sedikit melakukan kontak mata dengan
bawahannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan
yang cocok untuk segala situasi, maka penampilan pemimpin yang efektf dari
perusahaan harus menyesuaikan tipe kepemimpinan dengan situasi yang dihadapi.
Pengertian situasi mencakup kemampuan bawahan, tuntutan pekerjaan, tujuan
organisasi. Gaya kepemimpinan yang demikian yang sangat baik untuk diterapkan
agar motivasi kerja karyawan tinggi.
Sedangkan menurut James A.F Stoner yang dialih bahasakan oleh Drs.
Alexander Sindoro dalam bukunya Manajemen
(1995;165):
Gaya kepemimpinan adalah berbagai pola tingkah laku yang disukai
oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja.
Secara relatif ada tiga macam gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu
otokrasi, demokratis dan laissez-faire. Kebanyakan manajer menggunakan
ketiganya pada suatu waktu, tetapi gaya yang paling sering digunakan akan dapat
dipakai untuk membedakan seorang manajer sebagai pemimpin yang otokratis,
demokratis atau leissez-faire.
Ketiga macam gaya kepemimpinan ini dapat dijelaskan dibawah ini:
1. Otokratis
a. Semua penentuan kebijaksanaan dilakukan oleh pemimpin.
b. Teknik-teknik dan langkah-langkah kegiatan didikte oleh atasan setiap
waktu, sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti
untuk tingkat yang luas.
c. Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerja bersama setiap
anggota.
d. Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya
terhadap kerja setiap anggota; mengambil jarak dari partisipasi kelompok
aktif kecuali bila menunjukkan keahliannya.
2. Demokratis
a. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan
diambil dengan dorongan dan bantuan dari kelompok.
b. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan
kelompok dibuat dan bila dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis, pemimpin
menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih.
c. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan
pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.
d. Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded dalam pujian dan
kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa
dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan.
3. Laissez faire
a. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu, dengan
partisipasi minimal dari pemimpin.
b. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang
membuat orang selalu siap bila dia akan memberikan informasi pada saat
ditanya.Dia tidak mengambil bagian dalam diskusi kerja.
c. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.
d. Kadang-kadang memberi komentar sponsor terhadap kegiatan anggota
atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu
kejadian.
Terdapat enam gaya kepemimpinan yang dikutip dari buku Kepemimpinan
yang mendatangkan hasil yang ditulis oleh Daniel Goleman (2003;20) adalah
sebagai berikut:
1. Kepemimpinan Koersif (Coersive Style)
Yaitu pemimpin yang menuntu perintahnya dipenuhi sesegera mungkin.
Kebijakan ekstrim dibuat oleh pemimpin tanpa adanya fleksibilitas kepada
bawahan.
Gaya kepemimpinan koersif akan mendatangkan hasil yang maksimal
ketika organisasi dalam situasi krisis dan menuntut perbaikan secepatnya.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan koersif yaitu:
a. Kebijakan selalu ditentukan oleh pemimpin
b. Tidak ada inisiatif atau ide-ide kreatif dari bawahan
c. Pemimpin menetapkan kontrol yang ketat dan standar yang tinggi
2. Kepemimpinan Otoritatif (Authoritative Style)
Yaitu pemimpin yang menggerakkan orang menuju suatu visi, pemimpin
yang menggunakan gaya otoritatif akan memberikan motivasi kepada
bawahannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Gaya kepemimpinan otoritatif akan mendatangkan hasil yang maksimal
ketika sebuah organisasi tidak memiliki tujuan yang jelas atau target yang pasti
baik untuk jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otoritatif yaitu:
a. Pemimpin hanya memberikan tujuan akhir yang harus dicapai
b. Memberikan kebebasan kepada bawahan untuk berinisiatif dan
memberikan ide-ide baru
c. Memiliki visi yang jelas dan keberanian untuk bertindak
d. Memiliki kharisma dan percaya diri yang tinggi
e. Pandai memberi motivasi kepada bawahan
3. Kepemimpinan Afiliatif (Affiliative Style)
Yaitu pemimpin yang menilai individu dan emosi bawahan sebagai hal yang lebih
penting dari tugas dan tujuan. Pemimpin afiliatif berusaha menciptakan
keharmonisan antara pemimpin dan bawahan dan mengatur organisasi dengan
membangun ikatan emosional yang kuat sehingga mendapatkan kesetiaan yang
tinggi dari bawahan.
Gaya kepemimpinan afiliatif akan mendatangkan hasil yang maksimal
pada sebuah perusahaan yang baru berdiri dimana pemimpin sedang berusaha
untuk membangun kerjasama tim.
Adapun ciri-ciri kepemimpinan afiliatif yaitu:
a. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik
b. Fleksibel dan meningkatkan inovasi
c. Jarang memberikan arahan kepada bawahan
d. Memungkinkan kinerja buruk tidak terkoreksi
e. Cenderung memberikan toleransi yang berlebihan
4. Kepemimpinan Demokratis (Democratic Leadership)
Yaitu pemimpin yang membangun rasa hormat dan tanggung jawab
dengan mendengarkan pendapat orang lain. Pemimpin demokratis menetapkan
kebijakan melalui konsensus dengan mengikutsertakan partisipasi bawahan.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis yaitu:
a. Menghargai pendapat bawahan
b. Fleksibel dan memberikan kebebasan kepada bawahan berinisiatif dan
memberikan ide baru
c. Tujuan yang dicapai realistis dan berdasarkan kesepakatan bersama
d. Memungkinkan terjadinya pertemuan-pertemuan secara terus menerus
e. Melakukan pemungutan suara sebagai jalan akhir untuk mendapatkan
keputusan.
5. Kepemimpinan Pacesetting (Pacesetting Leadership)
Yaitu pemimpin yang ambisius yang menuntut keberhasilan dan
kesempurnaan dari tugas yang diberikan kepada bawahannya. Pemimpin dengan
gaya ini memiliki tujuan yang jelas dan memberikan arahan yang jelas mengenai
hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan pacesetting yaitu:
a. Pemimpin menetapkan standar kinerja yang tinggi
b. Memberi contoh dan melakukan perbaikan terus-menerus
c. Tugas terhadap bawahan yang memiliki kinerja tidak baik.
d. Memberikan arahan secara terperinci dan fleksibel.
e. Tidak ada inisiatif dari bawahan.
6. Kepemimpinan Coaching (Coaching Leadership)
Yaitu pemimpin yang bertindak sebagai seorang penasehat bagi bawahan.
Pemimpin coaching membantu para bawahannya untuk menemukan kekuatan dan
kelemahan mereka dan membantu bawahan untuk membuat konsep dari aspirasi
pribadi dan karir bawahan.
Adapun ciri-ciri kepemimpinan coaching yaitu:
a. Pemimpin menghargai gagasan bawahan.
b. Pemimpin memberi nasehat kepada bawahan mengenai tugas yang
harus dilaksanakan.
c. Bersedia untuk mentolerir kegagalan jangka pendek jika kegagalan itu
dapat meningkatkan cara kerja bawahan dalam jangka panjang.
d. Terbuka terhadap aspirasi atau kritik dari bawahan.
e. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memberikan pelatihan
secara pribadi kepada bawahan.
Pemimpin yang akan memberikan hasil terbaik tidak tergantung pada satu
gaya kepemimpinan. Para pimpinan menggunakan hampir semua gaya dalam
takaran yang berbeda tergantung pada situasi dan kondisi.
2.3.4 Gaya Pengambilan Keputusan
Tidak ada Gaya Kepemimpinan yang mutlak baik atau buruk yang penting
Tujuan tercapai dengan baik. Hal ini disebabkan karena kepemimpinan
dipengaruhi oleh faktor-faktor : tujuan, pengikut (bawahan), organisasi, karakter
pemimpin, dan situasi yang ada.
Berikut ini adalah Gaya Pengambilan Keputusan yang dikemukakan oleh
Hasibuan (2007:175) :
a. Gaya Otoratif
Gaya Otoratif diterapkan pada situasi ketika manajer memiliki pengalaman
dan informasi untuk menghasilkan konklusi, sementara pengikut tidak
memiliki kemampuan, kesediaan, dan keyakinan untuk memecahkan masalah.
Jadi, manajer harus membuat keputusan tanpa bantuan pengikut.
b. Gaya Konsultatif
Gaya Konsultatif adalah strategi yang tepat apabila manajer mengetahui bahwa
pengikut juga mempunyai beberapa pengalaman atau pengetahuan tentang
masalah dan bersedia memecahkan masalah meskipun belum mampu. Dalam
situasi ini strategi yang terbaik adalah memperoleh masukan mereka, sebelum
membuat keputusan final.
c. Gaya Fasilitatif
Merupakan upaya kooperatif yaitu manajer dan pengikut bekerja sama
mencapai keputusan bersama. Dalam hal ini, pemimpin secara efektif memiliki
komitmen terhadap diri sendiri untuk berbagai dalam proses pengambilan
keputusan. Gaya merupakan cara yang sempurna manakala berhadapan dengan
pengikut yang mampu, tetapi belum yakin akan dirinya.
d. Gaya Delegatif
Digunakan terhadap pengikut yang memiliki pengalaman dan informasi yang
diperlukan untuk keputusan atau rekomendasi yang layak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa apabila pemimpin mampu dengan
tangkas, cerdas, cepat dan arif bijaksana mengambil keputusan yang tepat, maka
organisasi atau perusahaan bisa berfungsi secara efektif dan efisien.
2.3.5 Beberapa Teori Kepemimpinan
Menurut Wiludjeng (2006:74), mengenai teori kepemimpinan terdiri atas
empat teori, sebagai berikut:
1. The Great Man Theory (Teori Sifat)
Teori ini berusaha mengidentifikasikan karakteristik seorang pemimpin.
Teori ini menyatakan bahwa seseorang yang bisa berhasil manjadi seorang
pemimpin karena mereka memang dilahirkan untuk menjadi seorang
pemimpin, apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai
pemimpin. Keith Davis merumuskan ada 4 sifat umum yang mempengaruhi
kesuksesan kepemimpinan dalam organisasi, yaitu:
a. Intelegensia
b. Kematangan sosial
c. Motivasi diri
d. Hubungan pribadi
2. Behavirol Theory (Teori Perilaku)
a. Teori Tannenbaum dan Warren H Schmidt
Kedua orang akademis tersebut mencoba menjelaskan faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan
dapat dijelaskan melalui titik ekstreem yaitu fokus pada atasan
(pemimpin) dan fokus pada bawahan. Menurut kedua orang ini gaya
kepemimpinan akan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor
manajer, faktor karyawan, dan faktor situasi.
b. Studi Ohio State University
Studi ini menyimpulkan bahwa ada dua kategori perilaku pemimpin
yaitu:
1) Consideration, diartikan sebagai tingkat dimana pemimpin peduli
dan mendukung bawahan. Para pemimpin dengan gaya ini cenderung
memiliki hubungan dengan bawahan yang mencerminkan perasaan
saling percaya, dan mereka menghormati ide dan perasaan
bawahannya.
2) Initiating Structure, diartikan sebagai tingkat dimana pemimpin
membuat struktur pekerjaannya sendiri dan pekerjaan bawahannya.
Pemimpin dengan gaya ini cenderung mengarahkan pekerjaan
kelompok melalui kegiatan perencanaan, pembelian tugas-tugas,
penjadwalan, dan penetapan deadline.
c. Studi The University of Michigan
Study ini menyimpulkan bahwa para manajer dapat dibedakan
berdasarkan dua dimensi perilaku kepemimpinan, yaitu:
1) Relationship Oriented, diartikan sebagai perilaku yang bersikap
bersahabat pada bawahan, mengakui prestasi bawahan, dan
memperhatikan kesejahteraan karyawan.
2) Task Oriented, diartikan sebagai perilaku manajer yang menetapkan
standar kerja yang tinggi, menentukan metode kerja yang harus
dilakukan, dan mengawasi karyawan dengan ketat.
d. Managerial Grid
Managerial grid atau kisi-kisi manajemen yang dikembangkan oleh
Robert Blake dan Jane S. Mouton mendorong manajer untuk memiliki
dua kualitas kepemimpinan sekaligus yaitu orientasi pada tugas/produksi
dan orientasi pada hubungan/orang.
3. Contingensy Theory (Teori Situasi)
Pendekatan ini berpendapat bahwa tidak ada satu tipe kepemimpinan yang
efektif untuk diterapkan di segala situasi. Teori yang menggunakan
pendekatan kontingensi akan dibahas berikut ini:
a. Model Kepemimpinan Hersey
Teori ini mengembangkan model kepemimpinan dimana efektivitas
kepemimpinan tergantung dari kesiapan bawahan. Kesiapan tersebut
mencakup kemauan untuk mencapai prestasi, untuk menerima tanggung
jawab, kemampuan mengerjakan tugas, dan pengalaman bawahan.
Variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi efektivitas kepemimpinan.
Menurut model ini manajer atau pimpinan harus secara konstan
mengevaluasi kondisi karyawan. Kemudian setelah kondisi karyawan
diketahui manajer menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar sesuai
dengan kondisi tersebut. Dengan demikian gaya kepemimpinan ini akan
efektif karena sesuai dengan situasi karyawan.
b. Model Fiedler
Teori ini mendasarkan pada pendapat bahwa sesorang menjadi pemimpin
tidak hanya karena karakteristik individu mereka tetapi juga karena
beberapa variable situasi dan interaksi antara pemimpin dengan bawahan.
Fiedler menjelaskan tiga dimensi yang menjelaskan situasi kepemimpinan
yang efektif. Ketiga dimensi tersebut adalah :
1) Power Position (Kekuasaan posisi)
Dimensi ini menjelaskan kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin,
seperti kaehlian atau kepribadian, yang mampu membuat bawahan
mengikuti kemauan pemimpin. Pemimpin yang mempunyai
kekuasaan dari posisinya yang jelas dan besar dapat memperoleh
kepatuhan bawahan yang lebih besar.
2) Task Structure (Struktur pekerjaan)
Dimensi ini menjelaskan sejauh mana pekerjaan dapat dirinci atau
dijelaskan dan membuat bawahan bertanggung jawab untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut. Jika struktur pekerjaan jelas maka
pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah, bawahan dapat diserahi
tanggung jawab pelaksanaan pekerjaan tersebut lebih baik.
3) Leader Member Relation (Hubungan antara pemimpin-bawahan)
Hal ini berhubungan dengan antara bawahan-pimpinan, misalnya
tingkat loyalitas, kepercayaan, dan rasa hormat karyawan terhadap
pemimpinnya. Hubungan ini dapat diklasifikasikan baik atau
buruk .
Dari kombinasi ketiga variabel ini dapat ditentukan apakah situasi
yang dihadapi oleh pemimpin menguntungkan atau tidak
menguntungkan.
c. Teori Jalur-Tujuan (Path Goal Theory)
Teori ini menyatakan bahwa fungsi utama seorang pemimpin adalah
untuk membuat tujuan bersama dengan bawahannya, membantu mereka
menemukan jalur (path) yang paling tepat dalam mencapai tujuan
tersebut, dan mengatasi hambatan-hambatan yang timbul.
d. Yetton dan Vroom Jago
Teori dari Vroom mengkritik teori path goal karena gagal
memperhitungkan situasi dimana keterlibatan bawahan diperlukan. Model
ini memperkenalkan lima gaya kepemimpinan yang mencerminkan garis
kontinum dari pendekatan otoriter sampai ke pendekatan partisipatif.
Sehingga model Vroom memperoleh dukungan empiris yang lebih baik
dibandingkan dengan model kepemimpinan situasional lainnya.
4. Teori-teori Kepemimpinan Kontemporer
Perkembangan penelitian dan teori kepemimpinan berkembang menuju
banyak arah. Beberapa perkembangan baru akan dibahas dalam bagian ini.
a. Kepemimpinan Transformasional atau Karismatik
Teori ini dikembangkan oleh Bernard M Bass. Ia membedakan
kepemimpinan transaksional (transactional leadership). Pemimpin
transaksional menentukan apa yang harus dikerjakan oleh karyawan agar
mereka dapat mencapai tujuan mereka sendiri atau organisasi, dan
membantu karyawan agar memperoleh kepercayaan dalam mengerjakan
tugas tersebut. Sedangkan, pemimpin transformasional memotivasi
bawahan untuk mengerjakan lebih dari yang diharapkan. Sehingga
pemimpin harus mampu membuat bawahan menyadari perspektif yang
lebih luas. Tipe kepemimpinan seperti hal tersebut dapat dimasukkan
kedalam tipe pemimpin yang transaksional, tetapi agar lebih efektif
seorang pemimpin tidak hanya menjalankan kepemimpinan dengan
biasa tetapi harus lebih dari yang biasa.
b. Teori Kepemimpinan Psikoanalisa
Teori ini dikembangkan dengan menggunakan pendekatan Psikoanalitis.
Sigmund Freud menjelaskan bahwa seseorang berperilaku karena ingin
memenuhi kebutuhan bawah sadarnya. Menurut teori ini perilaku
manusia sangat kompleks. Sehingga penampilan dari luar tidak dapat
dijadikan pegangan. Untuk itu perlu dianalisa kembali teori-teori alam
tentang manusia yang paling dasar untuk memahami perilaku manusia
atau pemimpin yang sangat kompleks.
c. Teori Kepemimpinan Romantis
Teori ini memandang bahwa pemimpin itu ada dan diperlukan untuk
membantu mencapai kebutuhannya. Jika bawahan sudah tidak
mempercayai pemimpinnya, maka efektivitas kepemimpinannya hilang,
tidak peduli dengan tindakan pemimpin tersebut. Jika bawahan sudah
dapat mengorganisasikan sendiri maka pemimpin tidak diperlukan lagi.
Teori ini mencoba menyeimbangkan antara sisi atasan dengan sisi
bawahan, sehingga porsi keduanya menjadi kurang lebih seimbang.
2.4 Motivasi Kerja
2.4.1 Pengertian Motivasi Kerja
Manajer atau pemimpin adalah orang-orang yang mencapai hasil-hasil
melalui orang lain, yaitu para bawahan. Berhubung dengan hal itu, menjadi
kewajiban dari setiap pemimpin agar para bawahannya berprestasi. Prestasi
bawahan, terutama disebabkan oleh 2 (dua) hal, yaitu: kemampuan dan daya
dorong. Kemampuan seseorang ditentukan oleh kualifikasi yang dimilikinya
antara lain oleh pendidikan, pengalaman dan sifat-sifat pribadi sedangkan daya
dorong dipengaruhi oleh sesuatu yang ada dalam diri seseorang dan hal-hal lain
diluar dirinya.
Daya dorong yang ada dalam diri seseorang sering disebut motif. Daya
dorong diluar diri seseorang, harus ditimbulkan pimpinan dan agar hal-hal di luar
diri seseorang itu turut mempengaruhinya, pemimpin harus memilih berbagai
sarana atau alat yang sesuai dengan orang lain.
Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan
daya dan potensi bawahan agar mau bekerja sama secara
produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah
ditentukan.
Pengertian Motivasi menurut Rivai (2008:455) :
Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang
mempengaruhi untuk mencapai hasil yang spesifik sesuai dengan
tujuan individu.
Yang diartikan sebagai berikut :
Motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan
organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga tercapai
keinginan para pegawai sekaligus tercapai tujuan organisasi.
Menurut Liang Gie dalam yang dikutip oleh Martoyo ( 2000 : 165 ) :
Motivasi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer
dalam memberikan inspirasi, semangat dan dorongan kepada orang
lain, dalam hal ini karyawannya, untuk mengambil tindakan-
tindakan.
Motivasi menurut Arep dan Tanjung ( 2003 : 18 ) yaitu :
Motivasi adalah sesuatu yang pokok, yang menjadi dorongan
seseorang untuk bekerja.
Sedangkan definisi motivasi menurut Saydam (2000 : 227) :
Motivasi diartikan sebagai keseluruhan proses pemberian
dorongan/rangsangan kepada para karyawan sehingga mereka
bersedia bekerja dengan rela tanpa dipaksa.
Menurut Robbins dalam buku Sofyandi dan Garniwa (2007;99), yaitu :
Motivasi adalah sebagai proses mengarahkan dan ketekunan setiap
individu dengan tingkat intensitas yang tinggi untuk meningkatkan
suatu usaha dalam mencapai tujuan.
Menurut Hasibuan (2001:42), sebagai berikut :
Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerjasama, bekerja
efektif dan terintegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai
kepuasan.
Dari definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah suatu dorongan yang timbul dalam diri seseorang di dalam usaha
memenuhi kebutuhannya baik secara riil maupun materiil, dan menyalurkan
perilaku individu tersebut kearah pencapaian suatu tujuan.
2.4.2 Tujuan Motivasi Kerja
Pada hakekatnya pemberian motivasi kepada pegawai tersebut mempunyai
tujuan yang dapat meningkatkan berbagai hal, menurut Hasibuan (2004 : 146)
tujuan pemberian motivasi kepada karyawan adalah untuk :
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
2. Meningkatkan produktifitas kerja karyawan.
3. Meningkatkan kedisiplinan karyawan.
4. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan.
5. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
7. Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan.
8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.
9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-
tugasnya.
10. Meningkatkan efisiensi pengunaan alat-alat dan bahan baku.
Berdasarkan hal tersebut di atas, jelaslah bahwa di dalam setiap
perusahaan diperlukan motivasi kerja yang tinggi dari para karyawannya. Apabila
tidak terdapatnya motivasi kerja yang tinggi dari para karyawannya dalam suatu
perusahaan, maka akanlah sulit perusahaan tersebut untuk mencapai tujuannya.
2.4.3 Metode Motivasi Kerja
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang metode dari motivasi kerja, maka
dibawah ini adalah metode motivasi kerja menurut Menurut Hasibuan (2007:149).
Terdapat dua metode motivasi, yaitu :
1. Motivasi Langsung ( Direct Motivation )
Motivasi Langsung adalah motivasi (materiil dan non-materiil) yang
diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk
memenuhi kebutuhan serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti
pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus, bintang jasa dan lain
sebagainya.
2. Motivasi Tidak Langsung ( Indirect Motivation )
Motivasi Tidak Langsung adalah motivasi yang diberikan hanya
merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah
kerja / kelancaran tugas, sehingga para karyawan betah dan bersemangat
melakukan pekerjaannya. Misalnya kursi yang empuk, mesin-mesin yang
baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman, suasana pekerjaan yang
serasi, penempatan yang tepat dan lain sebagainya. Motivasi tidak
langsung ini besar pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja
karyawan, sehingga produktifitas perusahaan meningkat.
Berdasarkan metode tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
didalam memotivasi karyawan, kita harus mengetahui tentang apa yang
dibutuhkan oleh para karyawan tersebut secara langsung maupun tidak langsung
didalam pelaksanaan pekerjaannya dalam usaha pencapaian tujuan bersama.
2.4.4 Jenis-jenis Motivasi Kerja
Didalam memotivasi kerja karyawan, pemimpin haruslah mengetahui
tentang sebab dan akibat dari adanya proses memotivasi kerja karyawan. Dibawah
ini adalah dua jenis motivasi menurut Hasibuan (2004;222), yaitu :
1. Motivasi Positif ( Incentive Positive )
Dalam motivasi positif, manajer memotivasi (merangsang) bawahan
dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas
prestasi standar. Dengan motivasi positif ini semangat bekerja karyawan
akan meningkat karena pada umumnya manusia senang menerima yang
baik-baik saja.
2. Motivasi Negatif ( Incentive Negative )
Dalam motivasi negatif, manajer memotivasi bawahan dengan standar,
apabila bawahan tidak dapat memenuhi standar kerja yang telah ditetapkan
oleh manajer maka mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi
negatif ini, semangat kerja karyawan dalam jangka waktu pendek akan
meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu
panjang dapat berakibat kurang baik.
Dalam praktek, kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh suatu
perusahaan. Penggunaannya harus tepat dan seimbang, supaya dapat
meningkatkan semangat kerja karyawan.
Yang menjadi masalah adalah kapan motivasi positif atau motivasi negatif
itu efektif merangsang gairah kerja karyawan. Motivasi positif efektif untuk
jangka panjang, sedangkan motivasi negatif efektif untuk jangka pendek. Tetapi
manajer harus konsisten dan adil dalam menerapkannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap
karyawan akan termotivasi diakibatkan adanya unsur positif dan negatif dari
pemimpin. Menurut saya, untuk memotivasi karyawan, seorang pemimpin
haruslah menimbulkan dampak positif, misalnya menimbulkan rasa memiliki dan
tanggung jawab kepada perusahaan oleh setiap karyawannya.
2.4.5 Teori Motivasi Kerja
Terdapat beberapa macam teori motivasi yang dikemukakan oleh para
ahli, seperti yang penulis kutip dari Hasibuan (2000;152) dan Mangkunegara
(2001;94), adalah sebagai berikut :
1. Teori Motivasi Klasik yang dikutip oleh Hasibuan (2000;152), yaitu
Frederick Winslow Taylor mengemukakan bahwa teori motivasi klasik
atau teori motivasi kebutuhan tunggal. Teori ini berpendapat bahwa
manusia mau bekerja dengan giat untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Hierarki Kebutuhan Maslow yang dikutip oleh Mangkunegara (2001;95),
yaitu :
a. Physiological Needs ( kebutuhan fisik atau biologis )
Physiological Needs adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidup.
Yang termasuk kedalam kebutuhan ini adalah kebutuhan makan,
minum, perumahan, udara dan lain sebagainya. Keinginan untuk
memenuhi kebutuhan ini merangsang seseorang berperilaku atau
bekerja giat.
b. Safety and Security Needs ( kebutuhan keselamatan dan keamanan )
Safety and Security Needs adalah kebutuhan akan kebebasan dari
ancaman yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan
keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan.
c. Affiliation or Acceptence Needs ( kebutuhan sosial )
Affiliation or Acceptence Needs adalah kebutuhan sosial, teman,
afiliasi, interaksi, dicintai dan mencintai, serta diterima dalam
pergaulan kelompok pekerja dan masyarakat lingkungannya. Pada
dasarnya manusia normal tidak akan mau hidup menyendiri seorang
diri ditempat terpencil. Ia selalu membutuhkan kehidupan
berkelompok, karena manusia adalah makhluk sosial.
d. Esteem or Status Needs (kebutuhan akan penghargaan atau prestise)
Esteem or Status Needs adalah kebutuhan akan penghargaan diri dan
pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat
lingkungannya.
e. Self Actualization Needs ( kebutuhan akan aktualisasi diri )
Self Actualization Needs adalah kebutuhan akan aktualisasi diri
dengan menggunakan kemampuan, keterampilan dan potensi optimal,
untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan.
3. Teori Herzberg yang dikutip oleh Hasibuan (2000;156),
Herzberg mengemukakan suatu teori yang berhubungan langsung dengan
kepuasan kerja, yang didasarkan pada penelitian bersama di kota Pitsburg
dan sekitarnya. Dari hasil penelitian ini dikembangkan suatu gagasan
bahwa ada 2 (dua) rangkaian kondisi yang mempengaruhi motivasi kerja
seseorang, kedua rangkaian kondisi tersebut adalah rangkaian kondisi
pertama disebut faktor motivator dan rangkaian kondisi kedua disebut
faktor hygiene .
Teori motivasi kerja dari Herzberg dalam teorinya membagi motivasi
ke dalam 2 (dua) rangkaian kondisi seperti dikutip oleh Hasibuan
(2000;157), yaitu :
1. Rangkaian kondisi pertama disebut faktor motivator .
2. Rangkaian kondisi kedua disebut faktor hygiene .
Faktor-faktor yang berperan sebagai motivator terhadap pegawai,
yakni yang mampu memuaskan dan mendorong orang untuk bekerja baik terdiri
dari :
a. Keberhasilan pelaksanaan : Agar seorang bawahan dapat berhasil
dalam pelaksanaan pekerjaannya, maka pemimpin harus mempelajari
bawahannya dan pekerjaannya dengan memberikan kesempatan
kepadanya agar bawahan dapat berusaha mencapai hasil. Bila bawahan
telah berhasil mengerjakan pekerjaannya, pemimpin harus menyatakan
keberhasilan itu.
b. Pengakuan : Sebagai lanjutan dari keberhasilan pelaksanaan pemimpin
harus memberi pernyataan pengakuan akan keberhasilan tersebut,
berupa pemberian bonus uang tunai dan penghargaan.
c. Pekerjaan itu sendiri : Pemimpin membuat usaha-usaha yang riil dan
meyakinkan, sehingga bawahan mengerti akan pentingnya pekerjaan
yang dilakukannya dan berusaha menghindarkan kebosanan dalam
pekerjaan bawahan serta mengusahakan agar setiap bawahan sudah
tepat dalam pekerjaannya.
d. Tanggung jawab : Membiarkan bawahan bekerja sendiri sepanjang
pekerjaan itu memungkinkan dan menerapkan prinsip partisipasi.
Diterapkannya prinsip partisipasi membuat bawahan sepenuhnya
merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya.
e. Pengembangan pegawai : Pemimpin member rekomendasi tentang
bawahan yang siap untuk pengembangan, untuk menaikkan
pangkatnya atau dikirim mengikuti pendidikan atau latihan lanjutan.
4. Teori X dan Teori Y dari McGregor yang dikutip oleh (Rivai, 2008),
yaitu:
Douglas McGregor mengajukan dua pandangan yang berbeda tentang manusia.
Negatif dengan tanda label X dan positif dengan tanda label Y. Setelah melakukan
penyelidikan tentang perjanjian seorang manajer dan karyawan, McGregor
merumuskan asumsi-asumsi dan perilaku manusia dalam organisasi sebagai
berikut:
Teori X (negatif) merumuskan asumsi seperti:
a. Karyawan sebenarnya tidak suka bekerja dan jika ada kesempatan dia
akan menghindari dan akan bermalas-malasan dalam bekerja.
b. Semenjak karyawan tidak suka atau tidak menyukai pekerjaannya,
mereka harus diatur dan dikontrol bahkan mungkin ditakuti untuk
menerima sanksi hukum jika tidak bekerja dengan sungguh-sungguh.
c. Karyawan akan meghindari tanggung jawabnya dan mencari tujuan
formal sebisa mungkin.
d. Kebanyakan karyawan menempatkan keamanan di atas faktor lainnya
yang berhubungan erat dengan pekerjaan dan akan menggambarkannya
dengan sedikit ambisi.
Menurut teori X untuk memotivasi karyawan, harus dilakukan dengan
cara pengawasan yang ketat, dipaksa dan diarahkan supaya mereka mau bekerja
giat. Jenis motivasi yang diterapkan adalah cenderung pada motivasi negatif yakni
dengan menerapkan hukuman yang tegas.
Sebaliknya teori Y (positif) memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Karyawan dapat memandang pekerjaannya sebagai sesuatu yang wajar,
lumrah dan alamiah baik tempat bermain atau beristirahat, dalam artian
berdiskusi atau sekedar teman bicara.
b. Manusia akan melatih tujuan pribadi dan pengontrolan diri sendiri jika
mereka melakukan komitmen yang sangat objektif.
c. Kemampuan untuk melakukan keputusan yang cerdas dan inovatif adalah
tersebar secara meluas diberbagai kalangan tidak hanya dari kalangan top
manajemen atau dewan direksi.
Menurut teori Y untuk memotivasi karyawan hendaknya dilakukan
dengan cara meningkatkan partisipasi karyawan, kerjasama dan keterkaitan pada
keputusan. Tegasnya, dedikasi, dan partisipasi akan lebih menjamin tercapainya
sasaran.
2.5 Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja
Gaya Kepemimpinan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap motivasi
sebab keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain untuk
mencapai suatu tujuan tergantung pada bagaimana pemimpin itu menciptakan
motivasi di dalam diri setiap karyawan (Kartono, 2008). Pemimpin berusaha
mempengaruhi atau memotivasi bawahannya agar dapat bekerja sesuai dengan
tujuan yang diharapkan pemimpin.Motivasi kerja yang tinggi dapat didukung oleh
gaya kepemimpinan yang tepat, sehingga gaya kepemimpinan yang kurang tepat
dalam penerapannya akan kurang memotivasi bawahannya dalam melakukan
aktivitasnya-aktivitasnya.
Tugas seorang pimpinan yang utama dalam perusahaan memberikan
sumbangan yang besar berupa tenaga dan pikiran terhadap perusahaannya agar
tujuan perusahaan dapat tercapai. Tidak setiap orang dapat melaksanakan gaya
kepemimpinan dengan baik, karena tugas-tugas dalam strategi kepemimpinan
menuntut suatu tanggung jawab yang besar.
Selain daripada itu, untuk menimbulkan motivasi kerja yang tinggi,
dibutuhkan suatu tindakan yang dapat menumbuhkan motivasi kerja karyawan
pada suatu perusahaan. Dan tindakan tersebut berasal dari pemimpin atau yang
biasa disebut dengan gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan sangatlah
berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan, karena didalam motivasi kerja
karyawan untuk memenuhi kebutuhannya sangat membutuhkan dukungan dari
seorang pemimpin, karena itu setiap pemimpin harus mengetahui secara jelas
tentang apa yang dibutuhkan oleh karyawan dan perusahaan agar mereka bisa
bekerjasama secara efektif. Dan selain daripada itu karyawan juga harus
mengetahui tentang apa yang diinginkan oleh pemimpin dan perusahaan agar
tercapainya tujuan bersama, yaitu tujuan karyawan dalam memenuhi
kebutuhannya dan tujuan perusahaan. Sehingga jelas disini, bahwa peranan
seorang pimpinan sangat besar dalam mengatur bawahan dan pekerjaan agar
setiap karyawan dalam melaksanakan tugas pekerjaan benar-benar menunjukan
usaha-usaha ke arah peningkatan motivasi kerja.
Jadi, pada garis besarnya dapat kita simpulkan bahwa gaya kepemimpinan
dapat meningkatkan motivasi.
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian adalah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat, tentang hubungan gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai.
Adapun yang menjadi variabel independennya yaitu gaya kepemimpinan dan
yang menjadi variabel dependennya yaitu motivasi kerja pegawai.
3.1.1 Visi
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menjadi Akselerator peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui manajemen pendidikan yang berkualitas guna
mendukung visi Jawa Barat 2010.
3.1.2 Misi
1. Membangun koordinasi dan sinergitas antar lini, unit dan institusi dalam
manajemen pendidikan di Jawa Barat yang terintegrasi berdasarkan tugas,
fungsi dan peran masing-masing.
2. Menciptakan suasana kondusif di dunia pendidikan dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan
3. Meningkatkan kinerja dalam rangka memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat.
3.1.3 Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat adalah sebagai berikut.
Sumber: Bagian Tata Usaha Disdik Jabar
3.1.4 Uraian Tugas dan Jabatan
Berdasarkan struktur organisasi dapat diuraikan mengenai peran dan tugasnya masing
masing.
1. Kepala Dinas
a. Kepala Dinas mempunyai tugas pokok merumuskan, menetapkan,
memimpin,mengkordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan
tugas pokok dinas serta mengkoordinasikan dan membina Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
Kepala Dinas
Sekretariat
Sub Dinas Pendidikan Dasar
Sub Dinas Bina Program
Seksi Data & Informasi
Seksi Penyusunan Program
Seksi Evaluasi & Monitoring
Seksi Kurikulum
Seksi Ketenagaan
Seksi Sarpras
Seksi Kesiswaan
Sub Dinas SLB
Sub Dinas Dikmenti
Seksi Kurikulum
Seksi Ketenagaan
Seksi Sarpras
Seksi Kesiswaan
Seksi Kurikulum
Seksi Ketenagaan
Seksi Sarpras
Seksi Kesiswaan
Sub Dinas PLS
Seksi Kurikulum
Seksi Ketenagaan
Seksi
Seksi Kesiswaan
Kepala Bagian Tata Usaha
Subag Kepegawaian
Subag Keuangan
Subag Umum
UPTD
UPTD
UPTD
Kelompok Pejabat
fungsional
b. Rincian Tugas Kepala Dinas :
Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi dinas.
Menyelenggarakan penyusunan program kerja dinas.
Menyelenggarakan penetapan kebijakan teknis dinas sesuai dengan
kebijakan umum pemerintah daerah.
Menyelenggarakan kordinasi dan kerja sama dengan intansi
pemerintah, swasta dan lembaga terkait lainnya untuk kelancaran
pelaksanaan kegiatan dinas.
Menyelenggarakan koordinasi kegiatan teknis dalam rangka
menyelenggarakan pelayanan pendidikan.
Menyelenggarakan kordinasi dan pembinaan UPTD.
Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan.
Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
Menyelenggarakan koordinasi dengan badan koordinasi pemerintah
dan pembangunan wilayah dalam pelaksanaan tugas di
kabupaten/kota.
2. Bagian Sekretariat
a. Sekretariat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengelolaan
sistem informasi dan pendapatan, penyusunan rencana, program, laporan
pengelolaan keuangan, kepegawaian dan umum.
b. Rincian Tugas Bagian sekretaris :
Menyelenggarakan pengkajian dan koordinasi program kerja
sekretarian dan dinas.
Menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi dan peremajaan data.
Menyelenggarakan pengelolaan data administarasi keuangan.
Menyelenggarakan penyusunan anggaran belanja langsung dan
belanja tidak langsung.
Menyelenggarakan penatausahaan, kelembagaan dan ketatalaksanaan.
Menyelenggarakan pengelolaan urusan rumah tangga dan
perlengkapan.
Menyelenggarakan penyusunan bahan rancangan pengdokumentasian
peraturan perundang-undangan, mengelola perpustakaan, protokol dan
hubungan masyarakat.
Menyelenggarakan pengelolaan naskah dinas dan kearsipan.
Menyelenggarakan pembinaan jabatan fungsional.
Menyelenggarakan telaah staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan.
Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
Menyelenggarakan tugas lain sesuai sengan tugas pokok dan
fungsinya.
3. Subbagian Perencanaan dan Program
a. Subbagian perencanaan dan program mempunyai tugas pokok
melaksanakan pengelolaan sistem informasi dan peremajaan data,
koordinasi pengendaliaan dan penyusunan perencanaan program dan
pengendaliaan.
b. Rincian Tugas subbagian perencanaan dan program :
Melaksanakan penyusunan bahan dan koordinasi program kerja
sekretaris dan dinas.
Melaksanakan pengelolaan data pendidikan.
Melaksanakan pengelolaan sistem informasi dinas.
Melaksanakan koordinasi dan penyusunan rencana serta program
dinas dan UPTD yang meliputi pendidikan dasar, pendidikan
menengah, pendidikan luar biasa, pendidikan formal maupun non
formal dan UPTD.
Melaksanakan penyusunan bahan perumusan dan penetapan rencana
strategis, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
dan Laporan Keuangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dinas.
Melaksanakan pengendalian pelaksanaan rencana dan program dinas
dan UPTD.
Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan subbagian perencanaan
dan program.
Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
4. Subbagian Keuangan
a. Subbagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan
pengelolaan administarasi keuangan di lingkungan dinas.
b. Rincian Tugas Subbagian Keuangan :
Melaksanakan penyusunan program kerja subbagian keuangan.
Melaksanakan pengumpulan bahan dan penyiapan anggaran dinas.
Melaksanakan pengadministrasian dan pembukuan keuangan dinas.
Melaksanakan penyusunan daftar gaji dan tunjangan daerah, tunjangan
fungsional, struktural dan tunjangan kesejahteraan serta pembayaran
lainnya.
Melaksanakan pembendaharaan keuangan.
Melaksanakan verifikasi keuangan.
Melaksanakan Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan penyiapan
bahan pertanggungjawaban keuangan.
Mengendalikan administrasi perjalanan dinas pegawai.
Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan subbagian keuangan.
5. Subbagian Kepegawaian dan Umum
a. Subbagian kepegawaian dan Umum mempunyai tugas pokok
melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan
dan sarana prasarana.
b. Rincian Tugas Subbagian Kepegawaian dan Umum :
Melaksanakan penyusunan program kerja subbagian kepegawaian dan
umum.
Melaksanakan pengusulan kebutuhan pegawai, kenaikan pangkat,
penyesuaian ijazah pegawai dan tenaga fungsional guru Sekolah Luar
Biasa (SLB), Sekolah Berstandar Internasional (SBI) dan fungsional
lainnya yang menjadi kewenangan dinas.
Melaksanakan fasilitasi pengangkatan, mutasi dan pemberhentiaan
jabatan kepala sekolah, guru SLB, dan SBI.
Melaksanakan fasilitasi usulan penetapan kenaikan gaji berkala bagi
pegawai dan guru yang menjadi kewenangan dinas.
Melaksanakan pengusulan ijin perceraian bagi pegawai, guru SLB dan
SBI.
Melaksanakan pengusulan sertifikasi guru SLB dan SBI.
Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan disiplin pegawai.
Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan kelembagaan dan
ketatalaksanaan kepada unit kerja di lingkungan dinas.
Melaksanakan penyiapan bahan rancangan dan pendokumentasian
peraturan perundang-undangan.
Melaksanakan penerimaan, pengadaan, pendistribusian, dan
pengiriman surat-surat/naskah dinas dan arsip serta pengelolaan
perpustakaan.
Melaksanakan pengusulan bahan rekomendasi ijin operasional
pendirian SLB dan perubahan status untuk SBI.
Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan subbagian
kepegawaian dan umum.
6. Bidang Pendidikan Dasar
a. Bidang pendidikan dasar mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi pendidikan dasar.
b. Rincian Tugas Bidang Pendidikan Dasar :
Menyelenggarakan pengkajian program kerja bidang pendidikan
dasar.
Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi penyusunan pedoman
dan supervasi bidang pendidikan dasar.
Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi pembinaan Taman
Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Sekolah Standar Nasional (SSN), dan Sekolah Berstandar
Internasional (SBI) .
Menyelenggarakan koordinasi dengan badan koordinasi pemerintahan
dan pembangunan wilayah dalam pelaksanaan tugas di
kabupaten/kota.
Penyelenggarakan pengkajian bahan koordinasi penyelenggaraan
bidang pendidikan dasar.
Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan.
7. Seksi Pembinaan Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Standar Nasional (SSN),
dan Sekolah Berstandar Internasional (SBI)
a. Seksi pembinaan TK dan SD, SMP, SSN dan SBI mempunyai tugas
pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
pembinaan TK dan SD, SMP, SSN dan SBI.
b. Rincian Tugas Seksi Pembinaan TK dan SD, SMP, SSN dan SBI :
Melaksanakan penyusunan program kerja seksi pembinaan TK dan
SD,SMP, SSN dan SBI.
Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan program kerja
seksi pembinaan TK dan SD, SMP, SSN dan SBI.
Melaksanakan penyusunan bahan standarisasi dan pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kurikulum muatan
lokal dan kurikulum alternatif.
Melaksanakan penyusunan bahan standarisasi dan pengembangan
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
Melaksanakan penyusuna alat evaluasi dan penilaian.
Melaksanakan evaluasi buku pegangan guru, buku pegangan siswa
dan buku perpustakaan.
Melaksanakan penyusunan bahan fasilitasi dan pelaksanaan akreditasi
sekolah.
Melaksanakan fasilitasi peningkatan profesionalisme pendidik dan
tenaga kependidikan.
Melaksanakan penyusunan bahan petunjuk teknis penerimaan siswa
dari kelompok masyarakat minoritas, terbelakang dan/atau tidak
mampu secara ekonomi.
Melaksanakan kegiatan lomba kesiswaan tingkat provinsi.
8. Bidang Pendidikan Menengah dan Tinggi
a. Bidang pendidikan menengah dan tinggi mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
pendidikan menengah dan tinggi.
b. Rincian Tugas bidang pendidikan menengah dan tinggi :
Menyelenggarakan pengkajian program kerja bidang pendidikan
menengah dan tinggi.
Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi penyusunan pedoman
dan supervisi bidang pendidikan menengah dan tinggi.
Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi pembinaan Sekolah
Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah
Standar Nasional (SSN), Sekolah Berstandar Internasional (SBI) dan
kerjasama pendidikan tinggi.
Menyelenggarakan koordinasi dengan badan koordinasi pemerintah
dan pembangunan wilayah dalam pelaksanaan tugas di
kabupaten/kota.
Menyelenggarakan pengkajian bahan koordinasi penyelenggaraan
bidang pendidikan menengah dan tinggi.
Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan.
9. Seksi Pembinaan SMA, SMK, SSN, SBI dan Kerjasama Pendidikan
Tinggi
a. Seksi pembinaan SMA, SMK, SSN, SBI dan kerjasama pendidikan
tinggi mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan
kebijakan teknis dan fasilitasi pembinaan SMA, SMK, SSN, SBI dan
kerjasama pendidikan tinggi.
b. Rincian Tugas Seksi Pembinaan SMA, SMK, SSN, SBI dan kerjasama
pendidikan tinggi :
Melaksanakan penyusunan program kerja seksi pembinaan SMA,
SMK, SSN, SBI dan kerjasama pendidikan tinggi.
Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis seksi pembinaan
SMA, SMK. SSN, SBI dan kerjasama pendidikan tinggi.
Melaksanakan penyusunan bahan pengembangan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP), kurikulum muatan lokal, dan pembinaan
pendidik berbasis keunggulan lokal.
Melaksanakan penyusunan bahan petunjuk pelaksanaan sistem
evaluasi hasil belajar dan alat evaluasi belajar tahap akhir.
Melaksanakan pengesahan surat keterangan yang berpenghargaan
sama dengan surat tanda tamat belajar sekolah menengah umum.
Melaksanakan penyusunan bahan kalender pendidikan dan hari-hari
efektif belajar.
Melaksanakan bahan pembinaan, pengembangan kopentensi siswa,
fasilitasi olimpiade dan lomba keilmuan siswa.
Melaksanakan fasilitasi bantuan pembiayaan pendidikan bagi siswa.
Melaksanakan fasilitasi dan melaksanakan pengawasan sarana
prasarana, penggunaan buku pelajaran dan perpustakaan.
Melaksanakan fasilitasi kerjasama antara SMK dengan dunia
usaha/dunia industri melalui lembaga tripartit bidang pendidikan.
Melaksanakan fasilitasi pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN),
Kemah Kerja Mahasiswa (KKM), Praktik Kerja Lapangan (PKL),
Pengalaman Praktik Lapangan (PPL), dan Praktik Kerja Industri
(Prakerin).
Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan
pertimbangan pengambilan kebijakan.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Metode Penelitian yang digunakan
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Deskriptif.
Menurut Nazir (2003:63) menyatakan bahwa:
Metode Deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status,
sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan penelitian dengan metode deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
3.2.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.
Menurut Sugiyono (2004:13), menyebutkan bahwa:
Data kualitatif adalah data penelitian yang berbentuk kata, kalimat,
skema dan gambar.
Sumber Data Penelitian:
a. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti. Data ini berisi
informasi mengenai aktivitas yang sebenarnya terjadi dalam perusahaan.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung dari ojek yang diteliti
3.2.3 Populasi dan Sampel
Populasi yang diambil untuk penelitian ini adalah seluruh pegawai di
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Populasi menurut Sugiyono (2005:72)
adalah :
Populasi adalah wilayah generalisasi, yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Sedangkan pengertian sampel itu sendiri menurut Sugiyono (2005:73)
adalah :
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut.
Dalam menentukan sample, penulis menggunakan teknik sampling yaitu non
propability sampling dengan teknik sampling aksidental, Menurut Sekaran yang
dikutif Zulganef (2008;146) non probability sampling adalah sebagai berikut:
Metode penarikan sampel yang dilakukan ketika unsur-unsur
populasi tidak diketahui atau tidak mempunyai peluang yang sama
untuk dipilih menjadi sampel.
Populasi pegawai yang akan dijadikan sampel adalah di Bagian Tata Usaha, yang
meliputi Subag kepegawaian, Subag Keuangan dan Subag Umum sebanyak 116
orang. Untuk menentukan besarnya sampel digunakan rumus menurut Riduwan
dan Akdon (2007:249) dengan cara menghitung sampel sebagai berikut:
2.1 dn
21,0.1661
166
=21,0.1661
166=
67.1
166=99,40 100
Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 responden,
dalam hal ini adalah pegawai Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
3.2.4 Operasionalisasi Variabel
Berdasarkan kerangka pemikiran dan hipotesis yang telah disajikan
sebelumnya, maka penulis membedakan objek penelitian ke dalam dua variabel,
yaitu:
1. Variabel Bebas (independent variable)
Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel dependent Dalam
penelitian ini, ditunjukan oleh gaya kepemimpinan yang dilambangkan
dengan variabel X.
2. Variabel Tidak Bebas (dependent variable)
Variabel tidak bebas adalah variabel yang dipengaruhi variabel independent
yang ditunjukan melalui motivasi kerja yang dilambangkan dengan variabel
Y.
Berikut ini akan disajikan tabel operasional variabel :
Tabel 3.1
Operasional Variabel X dan Y
Variabel
Konsep Variabel
Sub variabel
Indikator Skala
Kepemimpinan
(X) Kepemimpinan
adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan . Kartono (2008:57)
1.
Kepemimpinan Otoriter
2. Kepemimpinan Partisipatif
3. Kepemimpinan Delegatif
4. Kepemimpinan Laissez Faire
5. Kepemimpinan Koersif
-
Kebijakan yang dikeluarkan.
- Perintah yang diberikan.
- Pengawasan yang ketat.
- Pemimpin hanya memberikan tujuan akhir yang harus dicapai
- Memberikan kebebasan kepada bawahan untuk berinisiatif dan memberikan ide-ide baru
- Memiliki visi yang jelas dan keberanian untuk bertindak
- Pujian atau kritik pribadi terhadap setiap bawahan.
- Dasar kebijakan yang diambil.
- Komunikasi dua arah.
- Pembagian diserahkan kepada kelompok.
- Penyerahan tanggung jawab pekerjaan.
- Partisipasi dan koordinasi dalam membina karyawan
- Kebijakan selalu ditentukan oleh pemimpin
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
6. Kepemimpinan Afiliatif
7. Kepemimpinan Demokratis
8. Kepemimipnan Pacesetting
-
Tidak ada inisiatif atau ide-ide kreatif dari bawahan
- Pemimpin menetapkan kontrol yang ketat dan standar yang tinggi
- Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik
- Fleksibel dan meningkatkan inovasi
- Jarang memberikan arahan kepada bawahan
- Memungkinkan kinerja buruk tidak terkoreksi
- Cenderung memberikan toleransi yang berlebihan
- Menghargai pendapat bawahan
- Fleksibel dan memberikan kebebasan kepada bawahan berinisiatif dan memberikan ide baru
- Tujuan yang dicapai realistis dan berdasarkan kesepakatan bersama
- Memungkinkan terjadinya pertemuan-pertemuan secara terus menerus
- Melakukan pemungutan suara sebagai jalan akhir untuk mendapatkan keputusan
- Pemimpin menetapkan standar kinerja yang tinggi
- Memberi contoh dan melakukan perbaikan terus-menerus
Ordinal
Ordinal
Ordinal
9. Kepemimpinan Coaching
-
Tugas terhadap bawahan yang memiliki kinerja tidak baik.
- Memberikan arahan secara terperinci dan fleksibel.
- Tidak ada inisiatif dari bawahan
- Pemimpin menghargai gagasan bawahan.
- Pemimpin memberi nasehat kepada bawahan mengenai tugas yang harus dilaksanakan.
- Bersedia untuk mentolerir kegagalan jangka pendek jika kegagalan itu dapat meningkatkan cara kerja bawahan dalam jangka panjang.
- Terbuka terhadap aspirasi atau kritik dari bawahan.
- Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memberikan pelatihan secara pribadi kepada bawahan
Ordinal
Motivasi Kerja (Y) Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi segala daya upaya untuk menciptakan kepuasan . Hasibuan (2001;42)
1. Kebutuhan Fisiologi
2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan sosial
4. Kebutuhan Penghargaan
5. Kebutuhan Aktualisasi diri
(Teori Maslow)
-
Gaji - Insentif
- Tunjangan kesehatan
- Asuransi
- Hubungan sesama karyawan
- Suasana dan kondisi - Keberadaan dalam
perusahaan
- Pujian - Promosi
- Pendelegasian wewenang
Ordinal
1. Keberhasilan
pelaksanaan
2. Pengakuan 3. Pekerjaan itu
sendiri 4. Tanggung
jawab 5. Pengembangan
pegawai (Teori Herzberg)
-
melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh
- penghargaan - melaksanakan
dengan baik - tanggung jawab - kesempatan untuk
maju
Ordinal
3.2.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data mengenai objek penelitian digunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan (field research) yaitu penelitian dengan mengadakan
peninjauan langsung pada Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat dengan
maksud memperoleh data dan informasi melalui wawancara dan
kuesioner.
2. Studi pustaka (library research) yaitu upaya untuk memperoleh data yang
dilakukan oleh penulis melalui buku-buku sebagai landasan teori dalam
penelitian.
3.2.6 Pengujian Instrumen
Kuesioner merupakan penjabaran dari indikator variabel yang digunakan
sebagai instrumen pengumpulan data. Sebelum kuesioner digunakan untuk
mengumpulkan data di lapangan, terlebih dahulu harus diuji tingkat validitas dan
realibilitasnya.
Menurut Nazir dalam bukunya Metode Penelitian (2003;146)
mendefinisikan valid sebagai berikut: Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur . Dengan demikian
validitas diartikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurannya. Oleh karena itu, setelah instrumen itu valid
dan reliabel, maka instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan data
di lapangan.
3.2.6.1 Uji Validitas
Validitas merupakan sejauh mana suatu pengukuran benar-benar
mengukur apa yang ingin diukur. Jadi dapat dikatakan semakin tinggi validitas
suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya atau
semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur.
Menurut Pabundu (2006:65) dalam bukunya Metodologi Riset Bisnis
mendefinisi validitas sebagai berikut :
Validitas adalah kebenaran dan keabsahan instrument penelitian yang
digunakan.
Suatu instrumen ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila
instrumen ukur tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan
hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan pengukuran tersebut. Jika peneliti
menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data penelitian, maka butir-butir
yang disusun pada kuesioner tersebut merupakan alat ukur yang harus mengukur
apa yang menjadi tujuan penelitian.
Langkah-langkah pengujian validitas :
1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.
2. Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada sejumlah responden.
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total
dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment Pearson yaitu :
])([])([
))((2222 yyNxxN
yxxyNrxy
Dimana ;
r = Koefisien korelasi product moment
X = Skor masing-masing butir suatu variabel
Y = Skor total seluruh butir dalam suatu variabel
N = Banyaknya subyek/jumlah responden
Kriteria pengujian validitas menurut Suliyanto (2005;42) keputusan pada
sebuah butir pertanyaan dapat dianggap valid, dapat dilakukan dengan beberapa
cara berikut :
1. Jika koefisien korelasi product moment > r-tabel ( ;n-2) n=jumlah sampel.
2. nilai sig.
.
Pengujian validitas dilakukan dengan bantuan software SPSS 18 for
windows.
3.2.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan stabilitas dan konsistensi alat ukur dalam
mengukur konsep, pada umumnya terkait dengan prosedur pengukuran yang
konsisten. Menurut Pabundu (2006:71):
Reliabilitas merupakan seberapa jauh alat ukur dapat menghasilkan
nilai yang tetap walaupun dilakukan secara berulang-ulang.
Langkah dalam menguji validitas dilakukan dengan cara menguji jumlah
pernyataan yang ada dalam kuesioner, apakah valid dan reliable. Jika pernyataan-
pernyataan tersebut valid dan reliable, berarti pernyataan tersebut dapat mengukur
konsep. Jika suatu alat ukur dipakai dua kali atau lebih untuk mengukur gejala
yang sama dan hasil pengukuran relatif sama dan konsisten, maka alat ukur
tersebut reliable. Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama
instrumen pengukuran yang baik. Ide pokok konsep reliabilitas adalah sejauhmana
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, yaitu sejauhmana skor hasil pengukuran
terbebas dari kekeliruan pengukuran (error of measurement).
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari
Spearman Brown (Split half). Berikut ini adalah rumusnya:
r1
r 2R
Keterangan:
R = Angka reliabilitas keseluruhan item
r = Angka korelasi antara kelompok 1 dan 2
Dalam uji reliabilitas ditujukan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut
bersifat tetap dan konsisten. Uji ini dianggap sebagai alat pengumpulan data serta
terbebas dari measurement error. Selanjutnya, kriteria dalam menguji reliabilitas
pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam kuesioner adalah:
Jika r hitung
r table, maka butir pernyataan tersebut reliable
Jika r hitung < r table, maka butir pernyataan tersebut tidak reliable
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah menggunakan
Cronbach coefficient alpha. Sedangkan besarnya koefisien reliabilitas besarnya
0,6.
3.2.7 Teknik Analisis Data
Setelah penulis mendapatkan data, kemudian data tersebut diolah dan
dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif yaitu penganalisaan data
dengan menggunakan rumus-rumus statistik, yaitu analisis koefisien korelasi
Rank Spearman, analisis koefisien determinasi, dan uji hipotesis. Sedangkan
analisis data secara kualitatif yaitu dengan cara mendeskripsikan jawaban
responden yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel-tabel.
Dalam metode ini, data yang diperoleh dari kuesioner yang diajukan
kepada responden berupa pernyataan mengenai setiap jawaban mempunyai skor
tertentu yang diukur berdasarkan skala Likert, Sugiyono (2004:86-87). Adapun
kriteria penilaian jawaban responden adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Arti pembobotan dengan Skala Likert
Bobot Nilai Arti
5 Sangat setuju
4 Setuju
3 Cukup Setuju
2 Tidak Setuju
1 Sangat Tidak Setuju
3.2.7.1 Koefisien Korelasi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan.
Pada Analisis ini menggunakan korelasi Rank Spearman:
Rumus:
nn
di
r
n
is 3
1
26
1
Keterangan:
sr = Korelasi Spearman
2di = Selisih rangking data variabel X dan Y
n = Jumlah responden
Apabila dalam penelitian ditemukan dua subjek atau lebih yang
mempunyai nilai sama, maka digunakan rumus sebagai berikut:
22
222
2 yx
diyxrs
Dengan ketentuan:
Txnn
x12
32
Tynn
y12
32
Dimana Tx dan Ty adalah banyaknya nilai pengamatan x dan y yang
berangka sama untuk suatu peringkat. Sedangkan rumus Tx dan Ty adalah sebagai
berikut:
12
3 ttT
Dimana:
T
= Banyaknya observasi yang berangka sama pada suatu rangking tertentu.
Nilai sr ini dapat bervariasi antara -1 sampai +1.
Keterangan:
Bila sr = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara variabel sangat lemah
atau tidak ada hubungan sama sekali.
Bila sr = +1 atau mendekati +1, maka hubungan antara kedua variabel
dikatakan sangat kuat dan searah, artinya kenaikan atau penurunan
variabel X (gaya kepemimpinan) akan terjadi bersamaan dengan kenaikan
atau penurunan variabel Y (motivasi kerja).
Bila sr = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara variabel-variabel
tersebut dikatakan sangat kuat dan berlainan arah, artinya kenaikan
variabel X (gaya kepemimpinan) akan terjadi bersama-sama dengan
penurunan (motivasi kerja) Y dan sebaliknya.
Tabel 3.3
Interpretasi koefisien korelasi
Bobot Nilai Arti
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,79 Kuat
0,80-1,00 Sangat kuat
Sumber: Sugiyono (2004:183)
Selanjutnya dicari rata-rata dari setiap jawaban responden. Untuk
memudahkan penilaian rata-rata tersebut, maka digunakan interval untuk
menentukan panjang kelas interval, maka digunakan rumus menurut Sudjana
(2000 : 79) sebagai berikut :
Rentang P = ------------------ Banyak kelas dimana :
P = Panjang kelas interval
Rentang = Data terbesar
data terkecil
Banyak kelas = 5
Jadi, panjang kelas interval adalah :
5
15P
= 0.8
Maka interval dari kriteria penilaian rata-rata adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4
Skala Interval Gaya Kepemimpinan
Interval Arti 1.00
1.79 Sangat Tidak Menyenangkan
1.80
2.59 Tidak Menyenangkan
2.60
3.39 Cukup Menyenangkan
3.40
4.19 Menyenangkan
4.20
5.00 Sangat Menyenangkan
Tabel 3.5
Skala Interval Motivasi
Interval Arti 1.00
1.79 Sangat Rendah
1.80
2.59 Rendah
2.60
3.39 Cukup Tinggi
3.40
4.19 Tinggi
4.20
5.00 Sangat Tinggi
3.2.7.2 Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui besarnya kontribusi gaya kepemimpinan terhadap
motivasi kerja, maka digunakan rumus sebagai berikut:
%1002srKd
Dimana :
Kd = koefisien determinasi
sr = koefisien korelasi
3.2.7.3 Pengujian Hipotesis
Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan
oleh penulis dimana hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak.
Rumus : t =
)1(
)2(2r
nr
Keterangan :
n = Jumlah data
t = Distribusi t
r = Koefisien korelasi
Langkah-langkah uji hipotesis:
a. Menentukan :
Ho : r
0, artinya tidak teradapat hubungan signifikan antara gaya
kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Ha: r > 0, artinya terdapat hubungan signifikan antara gaya
kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Menentukan taraf signifikansi
Dalam masalah ini interval keyakinan digunakan 95% sehingga tingkat
kesalahan sebesar 5% atau 0,05.
b. Menentukan thitung dengan rumus:
21
2
rs
nrst
Dimana:
n = Jumlah sampel
rs = Nilai koefisien korelasi
kemudian akan diperoleh distribusi dengan tingkat kebebasan df = n-2
c. Melalui nilai df dan taraf signifikansi diperoleh nilai t melalui tabel dan
keputusan yang akan diambil adalah:
Ho diterima jika thitung ttabel artinya tidak terdapat hubungan
signifikan antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja
karyawan.
Ha ditolak jika thitung > ttabel artinya terdapat hubungan signifikan
antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja karyawan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gaya kepemimpinan Pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Kepemimpinan adalah salah satu cara untuk memperbaiki kinerja pegawai
agar dapat bekerja secara efektif dan tujuannya adalah untuk meningkatkan
motivasi kerja pegawai.
4.1.1 Gambaran Umum Responden
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah
dilakukan dan diolah untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan dengan
motivasi kerja. Penulis menyebarkan kuesioner kepada 100 orang responden.
Profil responden yang ditanyakan pada kuesioner adalah jenis kelamin, usia,
pendidikan dan lama bekerja. Berikut ini adalah data yang penulis peroleh
mengenai profil responden, yaitu:
Tabel 4.1
Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Keterangan Jumlah Persentase
Pria 73 73%
Wanita 27 27%
Jumlah 100 100%
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang paling banyak
adalah pria yaitu 73%, sedangkan wanita 27% , dengan demikian pegawai Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat sebagian besar adalah pria.
Tabel 4.2
Klasifikasi Responden Berdasarkan Usia
Keterangan Jumlah Persentase
20-30 tahun 11 11%
31-40 tahun 38 38%
41-50 tahun 32 32%
Lebih dari 50 tahun 19 19%
Total 100 100%
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 100 orang responden yang
paling dominan adalah usia 31-40 tahun yaitu sebanyak 38%, Dengan demikian
jumlah pegawai yang berusia 31-40 yang merupakan responden terbanyak.
Tabel 4.3
Klasifikasi Responden Berdasarkan Pendidikan
Keterangan Jumlah Persentase SMA 12 12%
Diploma 9 9% Strata I 35 35% Strata II 27 27% Strata III 17 17%
Total 100 100% Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui tingkat pendidikan pegawai
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, yaitu sebanyak 12 orang (12%) adalah
lulusan SMA, sebanyak 9 orang (9%) adalah lulusan Diploma, sebanyak 35 orang
(35%) lulusan strata I, 27 orang (27%) adalah strata II dan 17 orang (17%) adalah
strata III. Dengan demikian rata-rata pegawai Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat berpendidikan Sarjana.
Tabel 4.4
Kategori Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Lama bekerja N %
Kurang 3 tahun 8 8%
3-7 tahun 38 38%
Lebih dari 7 tahun 54 54%
Jumlah 100 100%
Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat responden yang terdiri dari 8
orang (8%) lama berkerja kurang dari 3 tahun. 38 orang (38 %) lama bekerja
antara 3-7 tahun, 54 orang (49%) lama bekerja lebih dari 7 tahun. Dengan
demikian rata-rata responden sudah bekerja lebih dari tujuh tahun.
Untuk memudahkan penilaian dari jawaban responden, maka kriteria
penilaian dari jawaban responden dibuat sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS) diberi bobot nilai 5
Setuju (S) diberi bobot nilai 4
Cukup Setuju (CS) diberi bobot nilai 3
Tidak Setuju (TS) diberi bobot nilai 2
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi bobot nilai 1
Selanjutnya dicari rata-rata dari setiap jawaban responden. Untuk
memudahkan penilaian dari rata-rata tersebut maka dibuat interval. Dalam
penelitian ini penulis menentukan banyak kelas interval sebesar 5 (lima).
Rumus yang digunakan menurut Sudjana (2000;79) adalah sebagai
berikut :
rentang p =
banyak kelas interval
P = Panjang Kelas Interval
Rentang = Data tertinggi
Data terendah
Banyak Kelas Interval = 5
Berdasarkan rumus tersebut, maka panjang kelas interval adalah :
8,05
)15(P
Indikator efektivitas kepemimpinan dan semangat kerja
Skala Gaya Kepemimpinan
Motivasi kerja
1,00
1,79 1,80
2,59 2,60
3,39 3,40
4,19 4,20
5,00
Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
Sumber: Sudjana (2000;79)
Untuk lebih memudahkan dalam menganalisis, maka tanggapan responden
mengenai gaya kepemimpinan disajikan dalam bentuk tabel secara keseluruhan
sebagai berikut :
Tabel 4.5
Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu mengeluarkan kebijakan
secara mendadak dan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan bawahan
Pernyataan Jumlah Persentase (%) Skor Sangat Setuju 26 26 130
Setuju 55 55 220 Cukup setuju 14 14 42 Tidak setuju 5 5 10
Sangat Tidak Setuju 0 0 0 Jumlah 100 100 402
Rata-rata
4,02 Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, yang menyatakan sangat setuju 26%, yang
menyatakan setuju 55%, yang menyatakan cukup setuju 14%, yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 5% dan menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 5%. Rata-
rata menyatakan setuju, hal ini karena pemimpin dalam mengeluarkan kebijakan
selalu berkonsultasi terlebih dahulu dengan bawahan. Dengan demikian dapat
dikatakan baik dengan rata-rata skor 4,02 yang berada pada interval 3,40-4,19.
Hal ini menunjukkan bahwa responden setuju kepada pemimpin dalam
mengeluarkan kebijakannya.
Tabel 4.6
Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu memberikan perintah
yang dipaksakan dan harus dipatuhi
Pernyataan Jumlah Persentase (%) Skor Sangat Setuju 22 22 110
Setuju 56 56 224 Cukup Setuju 14 14 42 Tidak Setuju 8 8 16
Sangat Tidak Setuju 0 0 0 Jumlah 100 100 392
Rata-rata
3,92 Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.6, yang menyatakan sangat setuju 22%, yang
menyatakan setuju 56%, yang menyatakan cukup setuju 14%, yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 8%. Hal ini karena pegawai merasa dirinya bawahan
sehingga merasa perlu untuk mematuhi peraturan pimpinan. Dengan demikian
dapat dikatakan baik dengan rata-rata skor 3,92 yang berada pada interval 3,40-
4,19 yang menunjukkan bahwa responden setuju akan perintah pimpinan dan
selalu dipatuhi.
Tabel 4.7
Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu mengawasi setiap
kehadiran pegawai
Pernyataan
Jumlah Persentase (%) Skor Sangat Setuju 22 22 110
Setuju 51 51 204 Cukup setuju 23 23 69 Tidak setuju 4 4 8
Sangat Tidak Setuju 0 0 0 Jumlah 100 100 391
Rata-rata 3,91 Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.7, yang menyatakan sangat setuju 22%, yang
menyatakan setuju 51%, yang menyatakan cukup setuju 23%, yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 4%. Dengan demikian dapat dikatakan baik dilihat dari
rata-rata skor 3,91 yang berada pada interval 3,40-4,19. Hal ini menunjukkan
bahwa pemimpin selalu mengawasi setiap kehadiran pegawai.
Tabel 4.8
Tanggapan responden mengenai Pimpinan hanya memberikan tujuan akhir
kepada bawahannya yang harus dicapai
Pernyataan Jumlah Persentase (%) Skor Sangat Setuju 15 15 75 Setuju 49 49 196 Cukup Setuju 27 27 81 Tidak Setuju 9 9 18 Sangat Tidak Setuju 0 0 0 Jumlah 100 100 370 Rata-rata
3,7 Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.8, yang menyatakan sangat setuju 15%, yang
menyatakan setuju 49%, yang menyatakan cukup setuju 27%, yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 9%. Dengan demikian dapat dikatakan baik dengan rata-
rata skor 3,70 yang berada pada interval 3,40-4,19. Dengan demikian bahwa
responden setuju jika Pimpinan hanya memberikan tujuan akhir kepada
bawahannya yang harus dicapai.
Tabel 4.9
Tanggapan responden mengenai bawahan diberikan kebebasan untuk
berinisiatif dan memberikan ide-ide baru dalam pekerjaannya
Pernyataan Jumlah Persentase (%) Skor Sangat Setuju 21 21 105
Setuju 58 58 232 Cukup Setuju 14 14 42 Tidak Setuju 7 7 14
Sangat Tidak Setuju 0 0 0 Jumlah 100 100 393
Rata-rata 3,93 Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.9, yang menyatakan sangat setuju 21%, yang
menyatakan setuju 58%, yang menyatakan cukup setuju 14%, yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 7%. Dengan demikian dapat dikatakan baik dengan dari
rata-rata skor 3,93 yang berada pada interval 3,40-4,19. Dengan demikian
bawahan diberikan kebebasan untuk berinisiatif dan memberikan ide-ide baru
dalam pekerjaannya.
Tabel 4.10
Tanggapan responden mengenai Pimpinan memiliki harapan yang jelas dan
keberanian untuk mencoba-coba
Pernyataan Jumlah Persentase (%) Skor Sangat Setuju 17 17 85
Setuju 62 62 248 Cukup Setuju 8 8 24 Tidak Setuju 13 13 26
Sangat Tidak Setuju 0 0 0 Jumlah 100 100 383
Rata-rata 3,83 Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, yang menyatakan sangat setuju 17%, yang
menyatakan setuju 62%, yang menyatakan cukup setuju 8%, yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 13%, Hal ini menunjukkan bahwa responden setuju bahwa
Pimpinan memiliki harapan yang jelas dan keberanian untuk mencoba-coba.
Dengan demikian dapat dikatakan baik dengan dilihat dari rata-rata skor 3,83
yang berada pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.11
Tanggapan responden mengenai Pimpinan memiliki karisma yang tinggi
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 18 18 90
Setuju 56 56 224
Cukup Setuju 20 20 60
Tidak Setuju 6 6 12
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 386
Rata-rata 3,86 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.11, yang menyatakan sangat setuju 18%, yang
menyatakan setuju 56%, yang menyatakan cukup setuju 20% dan yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 6%. Hal ini menunjukkan pegawai setuju
Pimpinan memiliki karisma yang tinggi. Dengan demikian untuk pernyataan ini
secara keseluruhan dapat dikatakan Baik karena rata-rata dari keseluruhan
pernyataan responden adalah sebesar 3,86 yang berada pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.12
Tanggapan responden mengenai bawahan selalu diberikan motivasi oleh
pimpinan dalam pekerjaannya
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 26 26 130
Setuju 54 54 216
Cukup Setuju 15 15 45
Tidak Setuju 5 5 10
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 401
Rata-rata 4,01 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, yang menyatakan sangat setuju 26%, yang
menyatakan setuju 54%, yang menyatakan cukup setuju 15%, dan yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 5%, secara keseluruhan bawahan selalu
diberikan motivasi oleh pimpinan dalam pekerjaannya dapat dikatakan baik
karena rata-rata dari keseluruhan pernyataan responden adalah sebesar 4,01 yang
berada pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.13
Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu memberikan pujian atau
kritik atas hasil kerja karyawan
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 14 14 70 Setuju 34 34 136
Cukup Setuju 24 24 72 Tidak Setuju 21 21 42
Sangat Tidak Setuju 7 7 0 Total 100 100 320
Rata-rata 3,20
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.13 di atas, yang menyatakan sangat setuju 14%, yang
menyatakan setuju 34%, yang menyatakan cukup setuju 24%, dan yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 21%, serta menyatakan sangat tidak setuju
sebanyak 21%, secara keseluruhan responden menyatakan bahwa pemimpin
selalu memberikan pujian atau kritik atas hasil kerja karyawan, dapat dikatakan
cukup baik karena rata-rata dari keseluruhan pernyataan responden adalah sebesar
3,20 yang berada pada interval 2,60-3,39.
Tabel 4.14
Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu meminta karyawan untuk
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 15 15 75
Setuju 41 41 164
Cukup Setuju 22 22 66
Tidak Setuju 12 12 24
Sangat Tidak Setuju 10 10 0
Total 100 100 329
Rata-rata 3,29 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.14, di atas yang menyatakan sangat setuju 15%, yang
menyatakan setuju 41%, yang menyatakan cukup setuju 22%, dan yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 12% serta yang menyatakan sangat tidak setuju
sebanyak 10%, secara keseluruhan responden berpendapat bahwa pemimpin
selalu meminta karyawan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan dapat dikatakan cukup baik karena rata-rata dari keseluruhan
pernyataan responden adalah sebesar 3,29 yang berada pada interval 2,60-3,99.
Tabel 4.15
Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu menciptakan kerjasama
yang serasi antara atasan dan bawahan
Pernyataan Jumlah Persentase (%) Skor Sangat Setuju 25 25 125
Setuju 41 41 164 Cukup Setuju 25 25 75 Tidak Setuju 6 6 12
Sangat Tidak Setuju 3 3 0 Jumlah 100 97 376
Rata-rata
3,76 Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.15 di atas, yang menyatakan sangat setuju 25%, yang
menyatakan setuju 41%, yang menyatakan cukup setuju 25%, yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 6% dan menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 3%. Rata-
rata menyatakan setuju, hal ini karena pemimpin selalu menciptakan kerjasama
yang serasi antara atasan dan bawahan. Dengan demikian dapat dikatakan baik
dengan rata-rata skor 3,76 yang berada pada interval 3,40-4,19. Hal ini
menunjukkan bahwa responden setuju kepada pemimpin dalam mengeluarkan
kebijakannya.
Tabel 4.16
Tanggapan responden mengenai pemimpin menggunakan partisipasi dari
anggota kelompok untuk melancarkan komunikasi antar kayawan
Pernyataan Jumlah Persentase (%) Skor Sangat Setuju 20 20 100
Setuju 51 51 204 Cukup Setuju 21 21 63 Tidak Setuju 8 8 16
Sangat Tidak Setuju 0 0 0 Jumlah 100 100 383
Rata-rata
3,83 Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.16, yang menyatakan sangat setuju 20%, yang
menyatakan setuju 51%, yang menyatakan cukup setuju 21%, yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 8%. Hal ini karena pemimpin menggunakan partisipasi dari
anggota kelompok untuk melancarkan komunikasi antar kayawan. Dengan
demikian dapat dikatakan baik dengan rata-rata skor 3,83 yang berada pada
interval 3,40-4,19 yang menunjukkan bahwa responden setuju akan perintah
pimpinan dan selalu dipatuhi.
Tabel 4.17
Tanggapan responden mengenai Pemimpin mendelegasikan wewenang dan
tanggung jawab kepada bawahannya secara lengkap
Pernyataan
Jumlah Persentase (%) Skor Sangat Setuju 24 24 120
Setuju 43 43 172 Cukup Setuju 25 25 75 Tidak Setuju 8 8 16
Sangat Tidak Setuju 0 0 0 Jumlah 100 100 383
Rata-rata 3,83 Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.17, yang menyatakan sangat setuju 24%, yang
menyatakan setuju 43%, yang menyatakan cukup setuju 25%, yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 8%. Dengan demikian dapat dikatakan baik dilihat dari
rata-rata skor 3,83 yang berada pada interval 3,40-4,19. Hal ini menunjukkan
bahwa pemimpin mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada
bawahannya secara lengkap
Tabel 4.18
Tanggapan responden mengenai pemimpin kurang berpartisipasi,
sedangkan mayoritas suara bawahan bebas menentukan langkah
Pernyataan Jumlah Persentase (%) Skor Sangat Setuju 33 33 165 Setuju 42 42 168 Cukup Setuju 16 16 48 Tidak Setuju 9 9 18 Sangat Tidak Setuju 0 0 0 Jumlah 100 100 399 Rata-rata 3,99
Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.18, yang menyatakan sangat setuju 33%, yang
menyatakan setuju 42%, yang menyatakan cukup setuju 16%, yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 9%. Dengan demikian dapat dikatakan baik dengan rata-
rata skor 3,99 yang berada pada interval 3,40-4,19. Dengan demikian bahwa
responden setuju jika pemimpin kurang berpartisipasi, sedangkan mayoritas suara
bawahan bebas menentukan langkah.
Tabel 4.19
Tanggapan responden mengenai pimpinan selalu menyerahkan seluruh
tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahannya
Pernyataan Jumlah Persentase (%) Skor Sangat Setuju 32 32 160
Setuju 38 38 152 Cukup Setuju 21 21 63 Tidak Setuju 9 9 18
Sangat Tidak Setuju 0 0 0 Jumlah 100 100 393
Rata-rata 3,93 Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.19, yang menyatakan sangat setuju 32%, yang
menyatakan setuju 38%, yang menyatakan cukup setuju 21%, yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 9%. Dengan demikian dapat dikatakan baik dengan dari
rata-rata skor 3,93 yang berada pada interval 3,40-4,19. Dengan demikian
pimpinan selalu menyerahkan seluruh tanggung jawab serta pekerjaan kepada
bawahannya.
Tabel 4.20
Tanggapan responden mengenai semua keputusan ditentukan
oleh pimpinan tertinggi
Pernyataan Jumlah Persentase (%) Skor Sangat Setuju 21 21 105
Setuju 58 58 232 Cukup Setuju 14 14 42 Tidak Setuju 7 7 14
Sangat Tidak Setuju 0 0 0 Jumlah 100 100 393
Rata-rata 3,93 Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.20 di atas, yang menyatakan sangat setuju 21%, yang
menyatakan setuju 58%, yang menyatakan cukup setuju 14%, yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 7%, Hal ini menunjukkan bahwa responden setuju bahwa
semua keputusan ditentukan oleh pimpinan tertinggi. Dengan demikian dapat
dikatakan baik dengan dilihat dari rata-rata skor 3,93 yang berada pada interval
3,40-4,19.
Tabel 4.21
Tanggapan responden mengenai Pimpinan tidak menapung aspirasi
bawahan dalam memberikan keputusan dan ide-ide
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 17 17 85
Setuju 62 62 248
Cukup Setuju 8 8 24
Tidak Setuju 13 13 26
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 383
Rata-rata 3,83 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.21, yang menyatakan sangat setuju 17%, yang
menyatakan setuju 62%, yang menyatakan cukup setuju 8% dan yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 13%. Hal ini menunjukkan bahwa pimpinan tidak
menapung aspirasi bawahan dalam memberikan keputusan dan ide-ide. Dengan
demikian untuk pernyataan ini secara keseluruhan dapat dikatakan Baik karena
rata-rata dari keseluruhan pernyataan responden adalah sebesar 3,83 yang berada
pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.22
Tanggapan responden mengenai dalam pekerjaan, pimpinan menetapkan
pengawasan yang ketat dan standar yang tinggi dalam lingkungan pekerjaan
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 13 13 65
Setuju 60 60 240
Cukup Setuju 15 15 45
Tidak Setuju 12 12 24
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 374
Rata-rata 3,74 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.22 di atas, yang menyatakan sangat setuju 13%, yang
menyatakan setuju 60%, yang menyatakan cukup setuju 15%, dan yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 12%, secara keseluruhan dalam pekerjaan,
pimpinan menetapkan pengawasan yang ketat dan standar yang tinggi dalam
lingkungan pekerjaan dapat dikatakan baik karena rata-rata dari keseluruhan
pernyataan responden adalah sebesar 3,74 yang berada pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.23
Tanggapan responden mengenai pimpinan dalam memberikan perintah
dirasakan nyaman oleh bawahan
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 14 14 70
Setuju 54 54 216
Cukup Setuju 28 28 84
Tidak Setuju 3 3 6
Sangat Tidak Setuju 1 1 0
Total 100 99 376
Rata-rata 3,76 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.23 di atas, yang menyatakan sangat setuju 14%, yang
menyatakan setuju 54%, yang menyatakan cukup setuju 28%, dan yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 3%, serta menyatakan sangat tidak setuju
sebanyak 1%, secara keseluruhan responden menyatakan bahwa pimpinan dalam
memberikan perintah dirasakan nyaman oleh bawahan, dapat dikatakan cukup
baik karena rata-rata dari keseluruhan pernyataan responden adalah sebesar 3,76
yang berada pada interval 2,60-3,39.
Tabel 4.24
Tanggapan responden mengenai dalam meningkatkan inovasi pimpinan
melakukannya dengan luwes
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 15 15 75
Setuju 49 49 196
Cukup Setuju 26 26 78
Tidak Setuju 8 8 16
Sangat Tidak Setuju 2 2 0
Total 100 100 365
Rata-rata 3,65 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.24 di atas, yang menyatakan sangat setuju 15%, yang
menyatakan setuju 49%, yang menyatakan cukup setuju 26%, dan yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 8% serta yang menyatakan sangat tidak setuju
sebanyak 2%, secara keseluruhan responden berpendapat bahwa pemimpin selalu
meminta karyawan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan
dapat dikatakan cukup baik karena rata-rata dari keseluruhan pernyataan
responden adalah sebesar 3,65 yang berada pada interval 2,60-3,99
Tabel 4.25
Tanggapan responden mengenai Bawahan jarang mendapatkan arahan dari
pimpinan
Pernyataan Jumlah Persentase (%) Skor Sangat Setuju 24 24 120
Setuju 0 0 0 Cukup Setuju 68 68 204 Tidak Setuju 8 8 16
Sangat Tidak Setuju 0 0 0 Jumlah 100 100 340
Rata-rata
3,4 Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.25 di atas, yang menyatakan sangat setuju 24%, yang
menyatakan cukup setuju 68%, yang menyatakan tidak setuju sebanyak 8%, Hal
ini menunjukkan bahwa responden setuju bahwa bawahan jarang mendapatkan
arahan dari pimpinan. Dengan demikian dapat dikatakan baik dengan dilihat dari
rata-rata skor 3,4 yang berada pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.26
Tanggapan responden mengenai Pimpinan kurang mengoreksi terhadap
hasil pekerjaan yang buruk
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 33 33 165
Setuju 42 42 168
Cukup Setuju 16 16 48
Tidak Setuju 9 9 18
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 399
Rata-rata 3,99 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.26 di atas, yang menyatakan sangat setuju 33%, yang
menyatakan setuju 42%, yang menyatakan cukup setuju 16% dan yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 9%. Hal ini menunjukkan Pimpinan kurang
mengoreksi terhadap hasil pekerjaan yang buruk. Dengan demikian untuk
pernyataan ini secara keseluruhan dapat dikatakan Baik karena rata-rata dari
keseluruhan pernyataan responden adalah sebesar 3,99 yang berada pada interval
3,40-4,19.
Tabel 4.27
Tanggapan responden mengenai Toleransi yang diterima bawahan
cenderung berlebihan
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 34 34 170
Setuju 1 1 4
Cukup Setuju 58 58 174
Tidak Setuju 7 7 14
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 362
Rata-rata 3,62 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.27 di atas, yang menyatakan sangat setuju 34%, yang
menyatakan setuju 1%, yang menyatakan cukup setuju 58%, dan yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 7%, secara keseluruhan toleransi yang diterima
bawahan cenderung berlebihan dapat dikatakan baik karena rata-rata dari
keseluruhan pernyataan responden adalah sebesar 3,62 yang berada pada interval
3,40-4,19.
Tabel 4.28
Tanggapan responden mengenai semokratis dalam menentukan keputusan
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 21 21 105
Setuju 58 58 232
Cukup Setuju 14 14 42
Tidak Setuju 7 7 14
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 393
Rata-rata 3,93 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 2.28 di atas, yang menyatakan sangat setuju 21%, yang
menyatakan setuju 58%, yang menyatakan cukup setuju 14%, dan yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 7%, secara keseluruhan responden menyatakan
bahwa Demokratis dalam menentukan keputusan, dapat dikatakan baik karena
rata-rata dari keseluruhan pernyataan responden adalah sebesar 3,93 yang berada
pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.29
Tanggapan responden mengenai Fleksibel dan memberikan kebebasan
kepada bawahan untuk berinisiatif dan memberikan ide baru
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 14 14 70
Setuju 53 53 212
Cukup Setuju 28 28 84
Tidak Setuju 3 3 6
Sangat Tidak Setuju 2 2 0
Total 100 100 372
Rata-rata 3,72 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.29 di atas, yang menyatakan sangat setuju 14%, yang
menyatakan setuju 53%, yang menyatakan cukup setuju 28%, dan yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 3% serta yang menyatakan sangat tidak setuju
sebanyak 2%, secara keseluruhan responden berpendapat bahwa fleksibel dan
memberikan kebebasan kepada bawahan untuk berinisiatif dan memberikan ide
baru dapat dikatakan cukup baik karena rata-rata dari keseluruhan pernyataan
responden adalah sebesar 3,72 yang berada pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.30
Tanggapan responden mengenai Tujuan yang dicapai realistis dan
berdasarkan kesepakatan bersama
Pernyataan Jumlah Persentase (%) Skor Sangat Setuju 15 15 75
Setuju 57 57 228 Cukup Setuju 22 22 66 Tidak Setuju 6 6 12
Sangat Tidak Setuju 0 0 0 Jumlah 100 100 381
Rata-rata
3,81 Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.30 di atas, yang menyatakan sangat setuju 15%, yang
menyatakan setuju 57%, yang menyatakan cukup setuju 22%, yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 6%. Rata-rata menyatakan setuju, hal ini karena tujuan yang
dicapai realistis dan berdasarkan kesepakatan bersama. Dengan demikian dapat
dikatakan baik dengan rata-rata skor 3,81 yang berada pada interval 3,40-4,19.
Hal ini menunjukkan bahwa responden setuju kepada pemimpin dalam
mengeluarkan kebijakannya.
Tabel 4.31
Tanggapan responden mengenai Bawahan dan atasan selalu melakukan
pertemuan secara terus menerus
Pernyataan Jumlah Persentase (%) Skor Sangat Setuju 0 0 0
Setuju 17 17 68 Cukup Setuju 75 75 225 Tidak Setuju 7 7 14
Sangat Tidak Setuju 1 1 0 Jumlah 100 100 307
Rata-rata
3,07
Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.31, yang menyatakan setuju 17%, yang menyatakan
cukup setuju 75%, yang menyatakan tidak setuju sebanyak 7% dan yang
menyatakan sangat tidak setuju 1%. Hal ini karena bawahan dan atasan selalu
melakukan pertemuan secara terus menerus. Dengan demikian dapat dikatakan
cukup baik dengan rata-rata skor 3,07 yang berada pada interval 2,60
3,39.
Tabel 4.32
Tanggapan responden mengenai Penetapan keputusan dilakukan dengan
cara pemungutan suara yang mengikutsertakan bawahan
Pernyataan
Jumlah Persentase (%) Skor Sangat Setuju 26 26 130
Setuju 55 55 220 Cukup Setuju 14 14 42 Tidak Setuju 5 5 10
Sangat Tidak Setuju 0 0 0 Jumlah 100 100 402
Rata-rata 4,02 Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.32, yang menyatakan sangat setuju 26%, yang
menyatakan setuju 55%, yang menyatakan cukup setuju 14%, yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 5%. Dengan demikian dapat dikatakan baik dilihat dari
rata-rata skor 4,02 yang berada pada interval 3,40-4,19. Hal ini menunjukkan
bahwa penetapan keputusan dilakukan dengan cara pemungutan suara yang
mengikutsertakan bawahan
Tabel 4.33
Tanggapan responden mengenai standard kinerja yang ditetapkan pimpinan
tinggi
Pernyataan Jumlah Persentase (%) Skor Sangat Setuju 22 22 110 Setuju 0 0 0 Cukup Setuju 70 70 210 Tidak Setuju 8 8 16 Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Jumlah 100 100 336 Rata-rata 3,36
Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.33, yang menyatakan sangat setuju 22%, yang
menyatakan cukup setuju 70%, yang menyatakan tidak setuju sebanyak 8%.
Dengan demikian dapat dikatakan cukup baik dengan rata-rata skor 3,36 yang
berada pada interval 2,60
3,39. Dengan demikian bahwa responden setuju
bahwa Standard kinerja yang ditetapkan pimpinan tinggi.
Tabel 4.34
Tanggapan responden mengenai Bawahan diberikan contoh dan perbaikan-
perbaikan dalam hal pekerjaannya
Pernyataan Jumlah Persentase (%) Skor Sangat Setuju 24 24 120
Setuju 0 0 0 Cukup Setuju 68 68 204 Tidak Setuju 8 8 16
Sangat Tidak Setuju 0 0 0 Jumlah 100 100 340
Rata-rata 3,4 Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.34, yang menyatakan sangat setuju 24%, yang
menyatakan cukup setuju 68%, yang menyatakan tidak setuju sebanyak 8%.
Dengan demikian dapat dikatakan baik dengan dari rata-rata skor 3,40 yang
berada pada interval 3,40-4,19. Dengan demikian Bawahan diberikan contoh dan
perbaikan-perbaikan dalam hal pekerjaannya.
Tabel 4.35
Tanggapan responden mengenai Pimpinan tegas terhadap bawahan yang
memiliki kinerja tidak baik
Pernyataan Jumlah Persentase (%) Skor Sangat Setuju 22 22 110
Setuju 0 0 0 Cukup Setuju 70 70 210 Tidak Setuju 8 8 16
Sangat Tidak Setuju 0 0 0 Jumlah 100 100 336
Rata-rata 3,36
Sumber : Data primer yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.35 di atas, yang menyatakan sangat setuju 22%, yang
menyatakan cukup setuju 70%, yang menyatakan tidak setuju sebanyak 8%, Hal
ini menunjukkan bahwa responden setuju bahwa pimpinan tegas terhadap
bawahan yang memiliki kinerja tidak baik. Dengan demikian dapat dikatakan
cukup baik dengan dilihat dari rata-rata skor 3,36 yang berada pada interval 2,60-
3,39.
Tabel 4.36
Tanggapan responden mengenai Bawahan diberikan arahan secara
terperinci dan jelas
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 24 24 120
Setuju 0 0 0
Cukup Setuju 68 68 204
Tidak Setuju 8 8 16
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 340
Rata-rata 3,4 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.36, yang menyatakan sangat setuju 17%, yang
menyatakan setuju 62%, yang menyatakan cukup setuju 8% dan yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 13%. Hal ini menunjukkan bahwa bawahan diberikan
arahan secara terperinci dan jelas. Dengan demikian untuk pernyataan ini secara
keseluruhan dapat dikatakan Baik karena rata-rata dari keseluruhan pernyataan
responden adalah sebesar 3,40 yang berada pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.37
Tanggapan responden mengenai adanya kebebasan untuk berinisiatif
kepada bawahan
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 33 33 165
Setuju 42 42 168
Cukup Setuju 16 16 48
Tidak Setuju 9 9 18
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 399
Rata-rata 3,99 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.37 di atas, yang menyatakan sangat setuju 13%, yang
menyatakan setuju 60%, yang menyatakan cukup setuju 15%, dan yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 12%, secara keseluruhan dapat dikatakan
bahwa adanya kebebasan untuk berinisiatif kepada bawahan dapat dikatakan baik
karena rata-rata dari keseluruhan pernyataan responden adalah sebesar 3,99 yang
berada pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.38
Tanggapan responden mengenai gagasan bawahan selalu dihargai pimpinan
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 34 34 170
Setuju 1 1 4
Cukup Setuju 58 58 174
Tidak Setuju 7 7 14
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 362
Rata-rata 3,62 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel di atas yang menyatakan sangat setuju 34%, yang
menyatakan setuju 1%, yang menyatakan cukup setuju 58%, dan yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 7%, secara keseluruhan responden menyatakan
bahwa Gagasan bawahan selalu dihargai pimpinan, dapat dikatakan baik karena
rata-rata dari keseluruhan pernyataan responden adalah sebesar 3,62 yang berada
pada interval 3,40
4,19.
Tabel 4.39
Tanggapan responden mengenai Pimpinan memberi nasihat kepada
bawahan mengenai tugas yang harus dilaksanakan
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 21 21 105
Setuju 58 58 232
Cukup Setuju 14 14 42
Tidak Setuju 7 7 14
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 393
Rata-rata 3,93 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.39 di atas, yang menyatakan sangat setuju 21%, yang
menyatakan setuju 58%, yang menyatakan cukup setuju 14%, dan yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 7%, secara keseluruhan responden berpendapat
bahwa Pimpinan memberi nasihat kepada bawahan mengenai tugas yang harus
dilaksanakan dapat dikatakan baik karena rata-rata dari keseluruhan pernyataan
responden adalah sebesar 3,93 yang berada pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.40
Tanggapan responden mengenai Pimpinan bersedian untuk mentolerir
terhadap kegagalan jika kegagalan itu dapat meningkatkan kualitas kerja
bawahan
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 17 17 85
Setuju 62 62 248
Cukup Setuju 8 8 24
Tidak Setuju 13 13 26
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 383
Rata-rata 3,83 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.40 di atas, yang menyatakan sangat setuju 17%, yang
menyatakan setuju 62%, yang menyatakan cukup setuju 8%, dan yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 13%, secara keseluruhan responden
berpendapat bahwa Pimpinan bersedian untuk mentolerir terhadap kegagalan jika
kegagalan itu dapat meningkatkan kualitas kerja bawahan dapat dikatakan baik
karena rata-rata dari keseluruhan pernyataan responden adalah sebesar 3,83 yang
berada pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.41
Tanggapan responden mengenai Aspirasi atau kritik dari bawahan dapat
diterima pimpinan
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 13 13 65
Setuju 0 0 0
Cukup Setuju 75 75 225
Tidak Setuju 12 12 24
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 314
Rata-rata 3,14 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.41 di atas, yang menyatakan sangat setuju 13%, yang
menyatakan cukup setuju 75%, dan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 12%,
secara keseluruhan responden berpendapat bahwa Aspirasi atau kritik dari
bawahan dapat diterima pimpinan dapat dikatakan cukup baik karena rata-rata
dari keseluruhan pernyataan responden adalah sebesar 3,14 yang berada pada
interval 2,60-3,99.
Tabel 4.42
Tanggapan responden mengenai membutuhkan waktu yang lama untuk
memberikan pelatihan secara pribadi kepada bawahan
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 1 1 5
Setuju 34 34 136
Cukup Setuju 55 55 165
Tidak Setuju 9 9 18
Sangat Tidak Setuju 1 1 0
Total 100 100 324
Rata-rata 3,24 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.42 di atas, yang menyatakan sangat setuju 1%, yang
menyatakan setuju 34%, yang menyatakan cukup setuju 55%, dan yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 1%, secara keseluruhan responden berpendapat
bahwa membutuhkan waktu yang lama untuk memberikan pelatihan secara
pribadi kepada bawahan dapat dikatakan cukup baik karena rata-rata dari
keseluruhan pernyataan responden adalah sebesar 3,24 yang berada pada interval
2,60-3,99.
Tabel 4.43 merupakan tabel yang berisi tentang pendapat responden secara
menyeluruh mengenai gaya kepemimpinan pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat:
Tabel 4.43
Analisis tanggapan responden terhadap gaya kepemimpinan pada Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat
No Pernyataan SS S CS TS STS Total Rata-rata Ket
1.
Pemimpin anda selalu mengeluarkan kebijakan secara mendadak dan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan bawahan.
26 55 14 5 0 402 4.02 B
2. Pemimpin anda selalu memberikan perintah yang dipaksakan dan harus dipatuhi.
22 56 14 8 0 392 3.92 B
3. Pemimpin anda selalu mengawasi 22 51 23 4 0 391 3.91 B
setiap kehadiran pegawai
4. Pimpinan hanya memberikan tujuan akhir kepada bawahannya yang harus dicapai
15 49 27 9 0 370 3.70 B
5. Bawahan diberikan kebebasan untuk berinisiatif dan memberikan ide-ide baru dalam pekerjaannya
21 58 14 7 0 393 3.93 B
6. Pimpinan memiliki harapan yang jelas dan keberanian untuk mencoba-coba
17 62 8 13 0 383 3.83 B
7. Pimpinan memiliki karisma yang tinggi 18 56 20 6 0 386 3.86 B
8. Bawahan selalu diberikan motivasi oleh pimpinan dalam pekerjaannya
26 54 15 5 0 401 4.01 B
9. Pimpinan hanya memberikan tujuan akhir kepada bawahannya yang harus dicapai
14 34 24 21 7 327 3.27 CB
10 Pemimpin Anda selalu memberikan pujian atau kritik atas hasil kerja pegawai.
15 49 27 9 0 370 3,70 B
11 Pemimpin Anda selalu meminta Anda untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
21 58 14 7 0 393 3,93 B
12 Pemimpin Anda selalu menciptakan kerjasama yang serasi antara atasan dan bawahan.
17 62 8 13 0 383 3,83 B
13
Pemimpin Anda menggunakan partisipasi dari anggota kelompok untuk melancarkan komunikasi antar kayawan
18 56 20 6 0 386 3.86 B
14 Pemimpin mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada bawahannya secara lengkap.
26 54 15 5 0 401 4.01 B
15 Pemimpin kurang berpartisipasi, sedangkan mayoritas suara bawahan bebas menentukan langkah.
14 34 24 21 7 327 3.27 CB
16 Pimpinan selalu menyerahkan seluruh tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahannya.
15 41 22 12 10 339 3.39 CB
17 Pimpinan dalam memberikan perintah dirasakan nyaman oleh bawahan
14 54 28 3 1 377 3.77 B
18 Dalam meningkatkan inovasi pimpinan melakukannya dengan luwes
14 49 26 8 2 362 3.62 B
19 Bawahan jarang mendapatkan arahan dari pimpinan
15 49 68 8 0 491 4.91 B
20 Pimpinan kurang mengoreksi terhadap hasil pekerjaan yang buruk
24 0 68 9 0 342 3.42 B
21 Toleransi yang diterima bawahan cenderung berlebihan
33 42 16 9 0 399 3.99 B
22 Demokratis dalam menentukan keputusan
34 1 58 7 0 362 3.62 B
23 Fleksibel dan memberikan kebebasan kepada bawahan untuk berinisiatif dan memberikan ide baru
21 58 14 7 0 393 3.93 B
24 Tujuan yang dicapai realistis dan berdasarkan kesepakatan bersama
14 53 28 3 2 374 3.74 B
25
Bawahan dan atasan selalu melakukan pertemuan secara terus menerus
15 57 22 6 0 381 3.81 B
26 Penetapan keputusan dilakukan dengan cara pemungutan suara yang mengikutsertakan bawahan
0 17 75 7 1 308 3.08 CB
27 Standard kinerja yang ditetapkan pimpinan tinggi
26 55 14 5 0 402 4.02 B
28 Bawahan diberikan contoh dan perbaikan-perbaikan dalam hal pekerjaannya
22 0 70 8 0 336 3.36 CB
29 Pimpinan tegas terhadap bawahan yang memiliki kinerja tidak baik
24 0 68 8 0 340 3.40 B
30 Bawahan diberikan arahan secara terperinci dan jelas
22 0 70 8 0 336 3.36 CB
31 Adanya kebebasan untuk berinisiatif kepada bawahan
24 0 68 8 0 340 3.40 B
32 Gagasan bawahan selalu dihargai pimpinan
33 42 16 9 0 399 3.99 B
33 Pimpinan member nasihat kepada bawahan mengenai tugas yang harus dilaksanakan
34 1 58 7 0 362 3.62 B
34
Pimpinan bersedian untuk mentolerir terhadap kegagalan jika kegagalan itu dapat meningkatkan kualitas kerja bawahan
21 58 14 7 0 393 3.93 B
35 Aspirasi atau kritik dari bawahan dapat diterima pimpinan
17 62 8 13 0 383 3.83 B
36 Membutuhkan waktu yang lama untuk memberikan pelatihan secara pribadi kepada bawahan
13 0 75 12 0 314 3.14 CB
Jumlah 801 1509 1190 314 26 14265 142.65
Total 4005 6036 3570 628 26 14265 3.75 B
Persentase 28.08 42.31 25.03 4.40 0.18 100 Sumber : Data kuesioner yang diolah
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa rata-rata
tanggapan responden mengenai gaya kepemimpinan pada Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat dikatakan baik dengan nilai sebesar 3,75 pada interval 3,40-
4,19. Dengan demikian pegawai menyambut baik dengan Gaya kepemimpinan
yang diterapkan. Gaya kepemimpinan yang diterapkan pada Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat dapat dilihat dari nilai rata-rata pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.44
Skor Gaya Kepemimpinan
Gaya Kepemimpinan Nomor pernyataan berdasarkan kuesioner
yang dibagikan
Skor rata-rata
Otoriter 1,2,3, 4,5,6,7,8 3,90
Partisipatif 9,10,11 3,48
Delegatif 12,13 3,83
Laissez Faire 14,15 3,83
Koersif 16,17,18 3,83
Afiliatif 19,20,21,22,23 3,94
Demokratis 24,25,26,27,28 3,64
Pacestting 29,30,31,32,33 3,51
Coaching 34,34,36,37,38 3,70
Dari tabel 4.44 tersebut nilai rata-rata jawaban tertinggi sebesar 3,94 yaitu
kepemimpinan afiliatif. Dengan demikian bahwa gaya kepemimpinan yang
dilaksanakan selama ini di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
kemungkinan gaya kepemimpinan afiliatif.
4.2 Tanggapan Responden mengenai Motivasi kerja
Tanggapan responden mengenai motivasi kerja pada Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada tanggapan pernyataan sebagai berikut.
Tabel 4.45
Tanggapan mengenai gaji yang diterima sudah memenuhi kebutuhan
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 34 34 170
Setuju 53 53 212
Cukup Setuju 11 11 33
Tidak Setuju 2 2 4
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 419
Rata-rata 4,19
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah.
Berdasarkan tabel 4.45 di atas, dapat diketahui bahwa responden
menyatakan setuju mengenai gaji yang diterima sudah memenuhi kebutuhan.
Dari data tersebut dapat diketahui banyak responden yang menyatakan sangat
setuju yaitu 34%, yang menyatakan setuju 53%, yang menyatakan cukup setuju
11% dan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 2%. Dengan demikian gaji yang
diterima pegawai sudah memenuhi kebutuhan, sehingga motivasi kerja pegawai
tinggi karena nilai rata-rata dari keseluruhan pernyataan responden sebesar 4,19
yang berada pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.46
Tanggapan responden mengenai instansi menetapkan sistem penggajian
yang adil bagi pegawainya
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 40 40 200
Setuju 46 46 184
Cukup Setuju 12 12 36
Tidak Setuju 2 2 4
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 424
Rata-rata 4,24
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.46 di atas, dapat diketahui responden yang
menyatakan sangat setuju 40%, yang menyatakan setuju 46%, yang menyatakan
cukup setuju 12% dan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 2%. Hal ini
menunjukkan bahwa instansi sudah menetapkan sistem penggajian yang adil bagi.
Untuk pernyataan ini dapat dikatakan sangat tinggi , karena nilai rata-rata dari
keseluruhan pernyataan responden sebesar 4,24 yang berada pada interval 4,20-
5,00.
Tabel 4.47
Tanggapan responden mengenai instansi selalu memberikan imbalan lebih
bagi pegawai yang mampu menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu atau
pegawai yang mampu melebihi target yang telah ditetapkan
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 24 24 120
Setuju 55 55 220
Cukup Setuju 12 12 36
Tidak Setuju 9 9 18
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 394
Rata-rata 3,94
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.47 di atas, yang menyatakan sangat setuju 24%, yang
menyatakan setuju 55%, yang menyatakan cukup setuju 12% dan yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 9%. Hal ini menunjukkan bahwa instansi
memberikan imbalan lebih bagi pegawai yang mampu menyelesaikan
pekerjaannya tepat waktu atau pegawai yang mampu melebihi target yang telah
ditetapkan, dengan demikian akan meningkatkan motivasi kerja. Untuk
pernyataan ini dapat dikatakan tinggi dengan nilai rata-rata 3,94 yang berada pada
interval 3,40-4,19.
Tabel 4.48
Tanggapan responden mengenai instansi menjamin kesehatan pegawai
dan keluarganya
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 40 40 200
Setuju 47 47 188
Cukup Setuju 11 11 33
Tidak Setuju 2 2 4
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 425
Rata-rata 4,25
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.48 di atas, dapat diketahui yang menyatakan sangat
setuju 40%, yang menyatakan setuju 47%, yang menyatakan cukup setuju 11%
dan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 2%. Dengan demikian Instansi sudah
menjamin kesehatan pegawai dan keluarganya. Jaminan kesehatan tersebut dapat
memberikan semangat kerja pegawai. Untuk pernyataan ini dapat dikatakan
sangat tinggi karena memiliki rata - rata sebesar 4,25 yang berada pada interval
4,20-5,00.
Tabel 4.49
Tanggapan responden mengenai asuransi yang diberikan instansi membuat
pegawai merasa aman dalam bekerja
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 18 18 90
Setuju 60 60 240
Cukup Setuju 8 8 24
Tidak Setuju 14 14 28
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 382
Rata-rata 3,82 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.49 di atas, yang menyatakan sangat setuju 18%, yang
menyatakan setuju 60%, yang menyatakan cukup setuju 8% dan yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 14%. Secara keseluruhan dapat dikatakan tinggi, asuransi
yang diberikan instansi membuat pegawai termotivasi dalam bekerja karena
merasa aman dalam bekerja, rata-rata dari keseluruhan pernyataan responden
adalah sebesar 3,82 yang berada pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.50
Tanggapan responden mengenai hubungan sesama pegawai
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 13 13 65
Setuju 52 52 208
Cukup Setuju 31 31 93
Tidak Setuju 3 3 6
Sangat Tidak Setuju 1 1 0
Total 100 100 372
Rata-rata 3,72
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.50 di atas, tanggapan responden mengenai hubungan
sesama pegawai yang menyatakan sangat setuju 13%, yang menyatakan setuju
52%, yang menyatakan cukup setuju 31% dan yang menyatakan tidak setuju
sebanyak 3%. responden. Secara keseluruhan dapat dikatakan hubungan sesama
pegawai selama ini terjalin baik karena dilihat dari rata-rata dari keseluruhan
pernyataan responden adalah sebesar 3,72 yang berada pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.51
Tanggapan responden mengenai suasana dan kondisi tempat bekerja
Keterangan Jumlah Persentase Skor Sangat Setuju 13 13 65
Setuju 54 54 216
Cukup Setuju 22 22 66
Tidak Setuju 9 9 18
Sangat Tidak Setuju 2 2 0
Total 100 100 365 Rata-rata 3,65
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.51, dapat dilihat yang menyatakan sangat setuju 13%,
yang menyatakan setuju 54%, yang menyatakan cukup setuju 22%, yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 9% dan menyatakan sangat tidak setuju
sebanyak 2% responden. Dengan demikian suasana dan kondisi tempat bekerja
sudah menyenangkan. Secara keseluruhan dapat dikatakan tinggi karena rata-rata
dari keseluruhan pernyataan responden adalah sebesar 3,65 yang berada pada
interval 3,40-4,19.
Tabel 4.52
Tanggapan responden mengenai keberadaan dalam instansi sangat
dibutuhkan untuk mencapai tujuan instansi
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 13 13 65
Setuju 68 68 272
Cukup Setuju 16 16 48
Tidak Setuju 2 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 1 0
Total 100 100 389 Rata-rata 3,89
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.52 di atas, yang menyatakan sangat setuju 13%, yang
menyatakan setuju 13%, yang menyatakan cukup setuju 68%, yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 2% dan menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 1%.
responden rata
rata pegawai setuju bahwa keberadaannya dalam instansi sangat
dibutuhkan untuk mencapai tujuan instansi . Secara keseluruhan dapat dikatakan
tinggi karena rata-rata dari keseluruhan pernyataan responden adalah sebesar 3,89
yang berada pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.53
Tanggapan responden mengenai pegawai selalu diberikan kesempatan untuk
memberikan saran dan kritik kepada pimpinan
Keterangan Jumlah Persentase Skor Sangat Setuju 9 9 45
Setuju 51 51 204
Cukup Setuju 17 17 51
Tidak Setuju 11 11 22
Sangat Tidak Setuju 12 12 0
Total 100 100 322
Rata-rata 3,22
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.53 di atas, yang menyatakan sangat setuju 9%, yang
menyatakan setuju 51%, yang menyatakan cukup setuju 17%, yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 11% dan menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 12%.
rata
rata pegawai menunjukkan cukup setuju dengan diberikannya kesempatan
untuk memberikan saran dan kritik kepada pimpinan. Secara keseluruhan dapat
dikatakan cukup tinggi karena rata-rata dari keseluruhan pernyataan responden
adalah sebesar 3,22 yang berada pada interval 2,60
3,39.
Tabel 4.54
Tanggapan responden mengenai selalu diberi kesempatan untuk mengikuti
event
event yang diselenggarakan oleh instansi
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 9 9 45
Setuju 75 75 300
Cukup Setuju 13 13 39
Tidak Setuju 2 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 1 0
Total 100 100 388
Rata-rata 3,88
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan pada table 4.54 di atas, yang menyatakan sangat setuju 9%,
yang menyatakan setuju 75%, yang menyatakan cukup setuju 13%, yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 2% dan menyatakan sangat tidak setuju
sebanyak 1% dengan demikian bahwa pegawai selalu diberi kesempatan untuk
mengikuti event
event yang diselenggarakan oleh instansi, hal ini menunjukkan
bahwa pegawai antusias apabila ada kegiatan yang diselenggarakan karena rata-
rata dari keseluruhan pernyataan responden adalah sebesar 3,88 yang berada pada
interval 3,40-4,19.
Tabel 4.55
Tanggapan responden mengenai pimpinan selalu memberikan pujian pada
hasil kerja yang dilakukan
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 15 15 75
Setuju 65 65 260
Cukup Setuju 18 18 54
Tidak Setuju 2 2 4
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 393
Rata-rata 3,93
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.55 di atas, yang menyatakan sangat setuju 15%, yang
menyatakan setuju 65%, yang menyatakan cukup setuju 18%, yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 2%, dengan demikian pimpinan selalu memberikan pujian
pada hasil kerja yang dilakukan pegawai. Untuk pernyataan ini secara keseluruhan
dapat dikatakan tinggi karena rata-rata dari keseluruhan pernyataan responden
adalah sebesar 3,93 yang berada pada interval 3,40- 4,19.
Tabel 4.56
Tanggapan responden mengenai atasan selalu terbuka dan bersedia
membantu dalam merencanakan pengembangan karier
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 12 12 60
Setuju 58 58 232
Cukup Setuju 25 25 75
Tidak Setuju 3 3 6
Sangat Tidak Setuju 2 2 0
Total 100 100 373
Rata-rata 3,73
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.56 di atas, yang menyatakan sangat setuju 12%, yang
menyatakan setuju 58%, yang menyatakan cukup setuju 25%, yang menyatakan
tidak setuju sebanyak 3% dan menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 2%. Hal
ini menunjukkan respon yang tinggi karena pimpinan selalu terbuka dan bersedia
membantu dalam merencanakan pengembangan karier. Secara keseluruhan dapat
dikatakan tinggi karena rata-rata dari keseluruhan pernyataan responden adalah
sebesar 3,73 yang berada pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.57
Tanggapan responden mengenai setiap wewenang yang dilimpahkan
merupakan kesempatan berkarier dalam berkarya
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 18 18 90
Setuju 52 52 208
Cukup Setuju 22 22 66
Tidak Setuju 7 7 14
Sangat Tidak Setuju 1 1 0
Total 100 100 378
Rata-rata 3,78
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.57 di atas, mengenai wewenang yang dilimpahkan
kepada pegawai merupakan suatu kesempatan berkarier dalam berkarya, yang
menyatakan sangat setuju 18%, yang menyatakan setuju 52%, yang menyatakan
cukup setuju 22%, yang menyatakan tidak setuju sebanyak 7% dan menyatakan
sangat tidak setuju sebanyak 1%. Hal ini menunjukkan bahwa setiap wewenang
yang dilimpahkan kepada pegawai merupakan suatu kesempatan berkarier dalam
berkarya. Untuk pernyataan ini secara keseluruhan dapat dikatakan tinggi karena
rata-rata dari keseluruhan pernyataan responden adalah sebesar 3,78 yang berada
pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.58
Tanggapan responden mengenai melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 18 18 90
Setuju 56 56 224
Cukup Setuju 20 20 60
Tidak Setuju 6 6 12
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 386
Rata-rata 3,86
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.58 di atas, mengenai ingin melakukan pekerjaan dengan
sungguh-sungguh, yang menyatakan sangat setuju 18%, yang menyatakan setuju
56%, yang menyatakan cukup setuju 20% dan yang menyatakan tidak setuju
sebanyak 6%. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai berkeinginan untuk melakukan
pekerjaan dengan sungguh-sungguh. Untuk pernyataan ini secara keseluruhan dapat
dikatakan tinggi karena rata-rata dari keseluruhan pernyataan responden adalah
sebesar 3,86 yang berada pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.59
Tanggapan responden mengenai penghargaan dapat meningkatkan
semangaat kerja
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 26 26 130
Setuju 54 54 216
Cukup Setuju 15 15 45
Tidak Setuju 5 5 10
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 401
Rata-rata 4,01
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.59 di atas, mengenai penghargaan yang diberikan
dapat meningkatkan semangaat kerja, yang menyatakan sangat setuju 26%, yang
menyatakan setuju 54%, yang menyatakan cukup setuju 15%, dan yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 5%. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai
merasa penghargaan yang diberikan dapat meningkatkan semangaat kerja. Untuk
pernyataan ini secara keseluruhan dapat dikatakan tinggi karena rata-rata dari
keseluruhan pernyataan responden adalah sebesar 4,01 yang berada pada interval
3,40-4,19.
Tabel 4.60
Tanggapan responden melaksanakan pekerjaan dengan sebaik mungkin
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 19 19 95
Setuju 57 57 228
Cukup Setuju 16 16 48
Tidak Setuju 8 8 16
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 387
Rata-rata 3,87
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.60 di atas, mengenai keinginan pegawai untuk
melaksanakan pekerjaan dengan sebaik mungkin, yang menyatakan sangat setuju
19%, yang menyatakan setuju 57%, yang menyatakan cukup setuju 16%, dan
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 8%. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
pegawai berkeinginan untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik mungkin.
Untuk pernyataan ini secara keseluruhan dapat dikatakan tinggi karena rata-rata
dari keseluruhan pernyataan responden adalah sebesar 3,87 yang berada pada
interval 3,40-4,19.
Tabel 4.61
Tanggapan responden mengenai bertanggung jawab tehadap pekerjaan
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 20 20 100
Setuju 54 54 216
Cukup Setuju 21 21 63
Tidak Setuju 5 5 10
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 389
Rata-rata 3,89
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan table 4.61 di atas, mengenai tanggung jawab tehadap
pekerjaan yang dilakukan, yang menyatakan sangat setuju 20%, yang menyatakan
setuju 54%, yang menyatakan cukup setuju 21% dan yang menyatakan tidak
setuju sebanyak 5%. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai merasa perlu
bertanggung jawab tehadap pekerjaan yang dilakukan. Untuk pernyataan ini
secara keseluruhan dapat dikatakan tinggi karena rata-rata dari keseluruhan
pernyataan responden adalah sebesar 3,89 yang berada pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.62
Tanggapan responden mengenai kesempatan untuk maju
Keterangan Jumlah Persentase Skor
Sangat Setuju 12 12 60
Setuju 51 51 204
Cukup Setuju 28 28 84
Tidak Setuju 9 9 18
Sangat Tidak Setuju 0 0 0
Total 100 100 366
Rata-rata 3,66
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel 4.62 di atas, mengenai instansi telah memberikan
kesempatan untuk maju, yang menyatakan sangat setuju 18%, yang menyatakan
setuju 52%, yang menyatakan cukup setuju 22%, yang menyatakan tidak setuju
sebanyak 7% dan menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 1%. Hal ini
menunjukkan pegawai merasakan bahwa instansi telah memberikan kesempatan
untuk maju. Untuk pernyataan ini secara keseluruhan dapat dikatakan tinggi
karena rata-rata dari keseluruhan pernyataan responden adalah sebesar 3,66 yang
berada pada interval 3,40-4,19.
Tabel 4.63
Analisis pernyataan responden terhadap motivasi kerja
No.
Pertanyaan SS S KS TS STS Total Rata-rata Ket
1. Gaji yang saya terima sudah memenuhi kebutuhan.
34 53 11 2 0 419 4,19 Tinggi
2. Instansi menetapkan sistem penggajian yang adil bagi pegawainya.
40 46 12 2 0 424 4,24 Sangat Tinggi
3. Instansi selalu memberikan imbalan lebih bagi pegawai yang mampu menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu atau pegawai yang mampu melebihi target yang telah ditetapkan.
24 55 12 9 0 394 3,94 Tinggi
4. Instansi menjamin kesehatan pegawai dan keluarganya.
40 47 11 2 0 425 4,25 Sangat Tinggi
5. Asuransi yang diberikan instansi membuat saya merasa aman dalam bekerja.
18 60 8 14 0 382 3,82 Tinggi
6. Hubungan sesama pegawai selama ini terjalin baik.
13 52 31 3 1 373 3,73 Tinggi
7. Suasana dan kondisi tempat saya bekerja menyenangkan.
13 54 22 9 2 367 3,67 Tinggi
8. Keberadaan saya dalam instansi sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan instansi
13 68 16 2 1 390 3,90 Tinggi
9. Saya selalu diberikan kesempatan untuk memberikan saran dan kritik kepada pimpinan
9 51 17 11 12 334 3,34 Cukup Tinggi
10. Saya selalu diberi kesempatan untuk mengikuti event
event yang diselenggarakan oleh instansi.
9 75 13 2 1 389 3,89 Tinggi
11. Pimpinan selalu memberikan pujian pada hasil kerja yang saya lakukan.
15 65 18 2 0 393 3,93 Tinggi
12. Atasan saya terbuka dan bersedia membantu saya dalam merencanakan
12 58 25 3 2 375 3,75 Tinggi
pengembangan karier.
13. Setiap wewenang yang dilimpahkan kepada saya merupakan suatu kesempatan berkarier dalam berkarya
18 52 22 7 1 379 3,79 Tinggi
14 Saya selalu ingin melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh
18 56 20 6 0 386 3.86 Tinggi
15
Saya merasa penghargaan yang diberikan dapat meningkatkan semangaat kerja
26 54 15 5 0 401 4.01 Tinggi
16 Saya ingin melaksanakan pekerjaan dengan sebaik mungkin
19 57 16 8 0 387 3.87 Tinggi
17 Saya merasa perlu bertanggung jawab tehadap pekerjaan yang dilakukan
20 54 21 5 0 389 3.89 Tinggi
18 Saya merasa instansi telah memberikan kesempatan untuk maju
12 51 28 9 0 366 3.66 Tinggi
Jumlah 353 1008 318 101 20 6973 69.73
Total 1765 4032 954 202 20 6973 3.87 Tinggi
Persentase 25.31 57.82 13.68 2.90 0.29 100 Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Jadi, jika dilihat dari tabel di atas pernyataan responden terhadap motivasi
kerja dapat dikatakan tinggi, karena nilai rata-rata dari keseluruhan pernyataan
adalah sebesar 3,87 yang berada pada interval 3,40-4,19. Adapun nilai rata
rata
tertinggi yang diperoleh sebesar 4,25 yang menyatakan Instansi menjamin
kesehatan pegawai dan keluarganya , sedangkan nilai rata rata terendah diperoleh
sebesar 3,34 yang menyatakan Saya selalu diberikan kesempatan untuk
memberikan saran dan kritik kepada pimpinan
4.3 Hubungan Gaya kepemimpinan Dengan Motivasi kerja Pada Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan Gaya kepemimpinan
dengan motivasi kerja Pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat penulis
menggunakan uji korelasi Rank Spearman, koefisien determinasi dan uji
hipotesis. Karena jawaban dari responden mempunyai skala ordinal, jawaban ini
dihitung berdasarkan hasil dari kuesioner yang telah disebarkan dimana terdiri
dari 8 pernyataan yang berhubungan dengan Gaya kepemimpinan dan 13
pernyataan yang berhubungan dengan motivasi kerja. Namun demikian sebelum
dianalisis lebih lanjut, maka data akan diuji validitas dan reliabilitas.
4.3.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam
suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Validitas
didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsinya. Oleh karena itu, penulis menguji tingkat validitas
kuesioner yang disebarkan kepada responden dengan menggunakan program
SPSS.
Nilai validitas masing-masing butir pernyataan dapat dilihat pada nilai
Corrected Item-Total Correlation masing-masing butir pernyataan. Dengan
menggunakan jumlah responden sebanyak 100, maka nilai r tabel dapat diperoleh
melalui df (degree of freedom) = 0,195. Maka berdasarkan data perhitungan SPSS
koefisien korelasi (r) diketahui bahwa seluruh korelasi item variabel X (Gaya
kepemimpinan ) lebih besar dari r tabel atau 0,195 maka instrumen dinyatakan
valid. Begitu pula untuk variabel Y (motivasi kerja) lebih besar dari r tabel atau
0,195 maka instrumen dinyatakan valid.
Tabel 4.64
Uji Validitas Variabel X
Pernyataan
R hitung R tabel Keterangan
VAR00001 .462 0,195 Valid
VAR00002 .626 0,195 Valid
VAR00003 .235 0,195 Valid
VAR00004 .329 0,195 Valid
VAR00005 .663 0,195 Valid
VAR00006 .486 0,195 Valid
VAR00007 .476 0,195 Valid
VAR00008 .482 0,195 Valid
VAR00009 .341 0,195 Valid
VAR000010
.280 0,195 Valid
VAR000011
.233 0,195 Valid
VAR000012
.201 0,195 Valid
VAR000013
.420 0,195 Valid
VAR000014
.334 0,195 Valid
VAR000015
.358 0,195 Valid
VAR000016
.663 0,195 Valid
VAR000017
.486 0,195 Valid
VAR000018
.503 0,195 Valid
VAR000019
.351 0,195 Valid
VAR000020
.506 0,195 Valid
VAR000021
.402 0,195 Valid
VAR000022
.334 0,195 Valid
VAR000023
.384 0,195 Valid
VAR000024
.663 0,195 Valid
VAR000025
.281 0,195 Valid
VAR000026
.211 0,195 Valid
VAR000027
.302 0,195 Valid
VAR000028
.462 0,195 Valid
VAR000029
.536 0,195 Valid
VAR000030
.402 0,195 Valid
VAR000031
.536 0,195 Valid
VAR000032
.402 0,195 Valid VAR000033
.334 0,195 Valid VAR000034
.384 0,195 Valid VAR000035
.663 0,195 Valid VAR000036
.486 0,195 Valid VAR000037
.496 0,195 Valid
VAR000038
.357 0,195 Valid
Tabel 4.65
Uji Validitas Variabel Y
Pernyataan
R hitung R tabel Keterangan
VAR00001 .475 0,195 Valid
VAR00002 .480 0,195 Valid
VAR00003 .603 0,195 Valid
VAR00004 .482 0,195 Valid
VAR00005 .514 0,195 Valid
VAR00006 .530 0,195 Valid
VAR00007 .623 0,195 Valid
VAR00008 .548 0,195 Valid
VAR00009 .506 0,195 Valid
VAR00010 .432 0,195 Valid
VAR00011 .561 0,195 Valid
VAR00012 .335 0,195 Valid
VAR00013 .516 0,195 Valid
VAR000014 .454 0,195 Valid
VAR00015 .411 0,195 Valid
VAR00016 .553 0,195 Valid
VAR00017 .478 0,195 Valid
VAR00018 .545 0,195 Valid
4.3.2 Uji Reliabilitas
Dalam pengujian reliabilitas menggunakan SPSS, langkah yang ditempuh
yaitu sama dengan langkah pengujian validitas. Karena output keduanya
bersamaan muncul.
Kriteria Uji reliabilitas:
Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai
Cronbach s Alpha > 0,60. Untuk mencari nilai cranbach alpha penulis
menggunakan bantuan program SPSS 18.0. Pengujian reliabel dilakukan dengan
cara melakukan pengujian kuesioner berdasarkan variabel X dan Y, hasilnya dapat
dilihat pada output pengujian reliabel. Untuk variabel X (Gaya kepemimpinan )
terdiri dari 8 item pernyataan. Untuk variabel Y (motivasi kerja) terdiri dari 13
pernyataan.
Tabel 4.66
Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Variabel X dan Y
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.900
.904
38
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.877
.880
18
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel
karena memiliki nilai Cronbach s Alpha > 0,60.
1. Koefisien Korelasi Rank Spearman
Untuk mengetahui adanya hubungan antara Gaya kepemimpinan (variabel
X) dengan motivasi kerja (variabel Y) maka penulis menggunakan rumus korelasi
Spearman dengan melakukan pengolahan data melalui SPSS 18.0. Berikut ini
penjelasan untuk mengetahui kuat atau tidaknya korelasi antar variabel:
Tabel 4.67 Korelasi Variabel X dan Y
Correlations
VAR00001 VAR00002
Spearman's rho VAR00001 Correlation Coefficient 1.000
.656**
Sig. (1-tailed) .
.000
N 100
100
VAR00002 Correlation Coefficient .656**
1.000
Sig. (1-tailed) .000
.
N 100
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan perhitungan yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.39
menunjukkan bahwa korelasi antara Gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja
sebesar 0,656, maka dapat disimpulkan bahwa besarnya hubungan antara Gaya
kepemimpinan dengan motivasi kerja menunjukkan hubungan yang kuat, karena
nilai korelasi berada pada range 0,60 sampai dengan 0,799.
Untuk arah hubungan menunjukkan arah hubungan positif atau searah,
artinya semakin baik Gaya kepemimpinan yang tertanam dalam benak pegawai
maka motivasi kerja akan meningkat dan sebaliknya jika Gaya kepemimpinan
tidak tertanam dalam dalam benak pegawai maka motivasi kerja akan menurun.
2. Analisis Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui berapa persen pengaruh atau kontribusi variabel X (Gaya
kepemimpinan) terhadap variabel Y (Motivasi kerja), maka dapat dihitung
koefisien determinasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kd = 2sr x 100 %
Kd = (0,656)2 x 100 %
Kd = 0,4303 x 100%
Kd = 43,03 %
Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa besarnya
pengaruh antara Gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja pada Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 43,03 % sedangkan sisanya
sebesar 56,97% merupakan faktor lain diluar Gaya kepemimpinan yang dilakukan
oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
3. Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesis, maka dilakukan uji
satu pihak kanan dengan hipotesis sebagai berikut :
Ho : rs 0, artinya tidak terdapat hubungan signifikan antara Gaya
kepemimpinan dengan Motivasi kerja.
Ha : rs > 0, artinya terdapat hubungan signifikan antara Gaya kepemimpinan
dengan Motivasi kerja.
671.1
658.1
6098
98120
X
X
671.1
658.1
38
22
X
X
Kriteria :
- Jika t hitung t tabel ( , df), maka H0 ditolak dan Ha diterima.
- Jika t hitung < t tabel ( , df), maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Dimana derajat kebebasan (df) adalah :
df = n-2
= 100-2
= 98
Dimana tingkat kekeliruan ( ) yang digunakan sebesar 5 %
Untuk menetapkan nilai t hitung dipergunakan rumus sebagai berikut :
61,8
02,172656,0
3636,01
)2100(656,0
1
)2(
2
2
hitung
hitung
hitung
hitung
t
t
t
rs
nrst
dan
ttabel = t ( ,df )
= (0,05 ; 98)
Karena dalam tabel tidak ditemukan df = 98 maka dicari melalui perhitungan
sebagai berikut :
Diketahui t (0,05; 60 ) = 1,671
t (0,05; 120 ) = 1,658
maka untuk df = 98
22 (X
1.671) = 38 (1.658
X)
22 X + 38 X = 63.004 + 36.762
60 X = 99.766
X = 1.663
diketahui x = 1,663 maka untuk t (0,05;98) adalah sebesar 1,663
Dari perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa t hitung = 8,61 lebih besar dari
ttabel = 1,663, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara
gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai pada Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat.
Gambar 4.1
Uji Signifikasi Koefisien Korelasi dengan Uji Satu Pihak
Berdasarkan gambar di atas, ttabel = 1,663 dan t hitung = 8,61 berada di
daerah penolakan H0. Hal ini berarti hipotesis yang penulis ajukan yaitu Apabila
pemimpin menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai maka motivasi kerja
pegawai akan meningkat , dapat diterima.
8,61
0
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penerimaan Ho
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Gaya kepemimpinan yang dilakukan di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat kemungkinan gaya kepemimpinan afiliatif, hal ini berdasarkan
nilai rata-rata jawaban tertinggi yaitu sebesar 3,94. Walau demikian gaya
kepemimpinan selama ini dikatakan baik dengan nilai rata-rata sebesar 3,75
yang berada pada interval 3,40-4,19 yang artinya baik.
2. Motivasi kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dapat
dikatakan tinggi, karena nilai rata-rata dari keseluruhan pernyataan adalah
sebesar 3,87 yang berada pada interval 3,40-4,19. Adapun nilai rata
rata
tertinggi yang diperoleh sebesar 4,25 yang menyatakan Instansi menjamin
kesehatan pegawai dan keluarganya. , sedangkan nilai rata
rata terendah
diperoleh sebesar 3,34 yang menyatakan Saya selalu diberikan kesempatan
untuk memberikan saran dan kritik kepada pimpinan
3. Hubungan gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai pada Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat berdasarkan hasil uji korelasi adalah sebesar
0,656 hal ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara gaya
kepemimpinan dengan motivasi kerja. Besarnya pengaruh gaya kepemimpinan
terhadap motivasi kerja adalah sebesar 43,03%, dan sisanya dipengaruhi oleh
faktor lain. Hasil uji hipotesis t hitung = 8,61> t tabel = 1,663 yang berarti Ho
ditolak, ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan
dengan motivasi kerja. Maka hipotesis yang penulis ajukan dalam Bab I,
yaitu : Apabila pemimpin menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai maka
motivasi kerja pegawai akan meningkat , dapat diterima.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran yang kiranya
dapat bermanfaat bagi perusahaan, antara lain :
1. Dalam pengambilan keputusan sebaiknya pimpinan mengikutsertakan
bawahan walaupun dengan cara pemgungutan suara. Hal ini karena
menyangkut pekerjaan bawahan sehingga jika ada keluhan dan
ketidaksetujuan dalam menetapkan keputusan maka suara bawahan dapat
dijadikan acuan.
2. Pimpinan perlu memberikan kesempatan kepada pegawai untuk memberikan
saran dan kritik kepada pimpinan, hal ini sebagai masukan yang baik jika
dilihat dari kelebihan maupun kekurangan pimpinan dalam menjalankan
kinerjanya, sehingga dapat terkoreksi dengan baik.
3. Gaya kepemimpinan yang diterapkan selama ini sebaiknya dapat dipahami
dan diterima oleh pegawai, sehingga jika gaya kepemimpinan yang diterapkan
dapat dipahami pegawai maka diharapkan akan meningkatkan motivasi kerja
pegawai itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arep, Ishak. Tanjung, Hendri. 2003. Manajemen Motivasi. Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Grasindo.Cetakan Keenam, Penerbit : PT. Bumi Aksara.
H. Malayu S. P Hasibuan. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi ; Bumi Aksara , Jakarta,2001
Handoko, H. T. 2002, Manajemen Personalia dan Sumber daya Manusia, Yogyakarta, cetakan ke-17, Penerbit : BPFE-YOGYAKARTA.
Hasibuan, Malayu S.P., Drs., 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi revisi, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hasibuan, S. P. M. 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta,
Mangkunegara Prabu A. A, 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Cetakan kedelapan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Martoyo, Susilo, 2000, Managemen Sumber Daya Manusia, edisi keempat, Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Rivai, Veithzal. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Edisi Kedua, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008
Saydam, Gouzali, Drs., Bc. T.T., 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, jilid 2, Jakarta: Gunung Agung.
Siagian, Sondang P., Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Cetakan Ke-1, Rineka Cipta, Jakarta, 2002
Sofyandi Herman & Garniwa Iwa. Perilaku Organisasional, Cetakan Ke-1, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2007
Yuniarsih & Suwatno.Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan kesatu, Alfabeta, Bandung, 2008
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.