19
Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha Swasta dalam Berbagai Pola Kontrak Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Abrar Saleng Abstract In a welfare state, the administration of non-governing functions requires that there have been an equal relation between the legal subjects. The relations probably arise from various legal civil actions taken by the govemment bodies, particularly those bodies with status oflegal entity. The civil legal between the govemment with civil oflegal entity are directed at achieving the highest welfare of the community. The pattern of cooperation contractbased on the mining exploitation injuncture of foreign investment according to the meaning and substance of the rights ofthestate control shall be production sharing contract. Pendahuluan Secara konseptual Hak Penguasaan Negara dalam lingkup mengurus {besturenj alas bahan galian (bahan tambang) yang tergolong strategis menipakan monopoli negara. Hak monopoli tersebut dengan cara apapun tidak dapat dialihkan dan didelegasikan hak penguasaanya kepada pihak swasta manapun untuk mengatur pengusahaannya. Pertanyaan: "Bagaimanakah dengan kontrak kerjasama (benjpa: kontrak karyadan kontrak Production sharing) dengan pihak asing? Kontrak karya Pertambangan dan kontrak Production shar ing bukanlah suatu mekanisme pengalihan hak penguasaan negara, tetapi merupakan suatu sarana atau instrumen hukum yang memungkinkan pihak swasta asing untuk dapat turut serta di dalam usaha pertambangan. Oleh karena itu untuk menyikapi fenomena- fenomena di atas, sudah saatnya diciptakan kesungguhan semua pihak yang terkait, terutama pemerintah dalam melakukan pengaturan pengusahaan bahan galian yang dikembalikan kepada semangat dan jiwa Pasal 33 UUD 1945 dengan pertimbangan; karakteristik usaha pertambangan, efisiensi dan efektifitas secara ekonomiserta berkeadilan sosial bag! seluruh rakyat Indonesia. Pengusahaan bahan galian dalam konteks hak penguasaan negara menjadi dilematis. 12 JURNAL HUKUtVl. NO. 13 VOL 7. APRIL 2000:12 - 30

Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

Hubungan Hukum antara Pemerintah denganBadan Usaha Swasta dalam BerbagaiPola Kontrak Kerjasama Pengusahaan

Pertambangan

Abrar Saleng

Abstract

In a welfare state, the administration ofnon-governing functions requires thatthere havebeen an equal relation between the legal subjects. The relations probably arise fromvarious legalcivil actions takenby the govemment bodies, particularly those bodies withstatus oflegalentity. The civil legal between thegovemment with civil oflegalentity aredirected at achieving the highestwelfare of the community. The pattern of cooperationcontractbased on the mining exploitation injuncture of foreign investment according tothe meaning and substance of the rights ofthestate control shallbe production sharingcontract.

Pendahuluan

Secara konseptual Hak PenguasaanNegara dalam lingkup mengurus {besturenjalas bahan galian (bahan tambang) yangtergolong strategis menipakan monopoli negara.Hak monopoli tersebut dengan cara apapuntidak dapat dialihkan dan didelegasikan hakpenguasaanyakepada pihak swasta manapununtuk mengatur pengusahaannya. Pertanyaan:"Bagaimanakah dengan kontrak kerjasama(benjpa: kontrak karyadan kontrak Productionsharing) dengan pihak asing? Kontrak karyaPertambangan dan kontrak Production sharing bukanlah suatu mekanisme pengalihanhak penguasaan negara, tetapi merupakansuatu sarana atau instrumen hukum yang

memungkinkan pihak swasta asing untukdapat turut serta di dalam usahapertambangan.

Oleh karena itu untuk menyikapi fenomena-fenomena di atas, sudah saatnya diciptakankesungguhan semua pihak yang terkait,terutama pemerintah dalam melakukanpengaturan pengusahaan bahan galian yangdikembalikan kepada semangat dan jiwaPasal 33 UUD 1945 dengan pertimbangan;karakteristik usaha pertambangan, efisiensidan efektifitas secara ekonomiserta berkeadilansosial bag! seluruh rakyat Indonesia.

Pengusahaan bahan galian dalam kontekshak penguasaan negara menjadi dilematis.

12 JURNAL HUKUtVl. NO. 13 VOL 7.APRIL2000:12 - 30

Page 2: Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

Abrar Saleng. Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha...

Di satu sisi hak penguasaan tidak dapatdialihkan dan didelegasikan kepada pihakswasta asing. Di sisi iain negara tidak mempunyaikemampuan untuk mengusahakan sendiribahan galian agar bermanfaat bagikesejahteraan rakyat. Karena itu negaramembangun relasi dengan sektor swastaasing. Hubungan yang demikian seianjutnyaberkembang dan meiahirkan suatu pranatahukum berupa perikatan khusus. Dikatakankhusus karena perikatan tersebut beriangsungantara negara (pubiik) di satu pihak dengansektor non-pubiik di pihak lain. Di sini periudicermati sejauhmanakah pengembanganhukum perikatan yang bersumber dari Pasal33 DUD 1945yang didaiamnya kondusif agarcabang-cabang produksi dan sumber dayaalam dikelola demi sebesar-besarnyakemakmuran rakyat.

Hubungan Hukum antara Negaradengan Pihak Swasta dalam UsahaPertambangan

Secara teoritis, terdapat dua konstruksiyuridis yang digunakan daiam meneiaahhubungan hukum antara Negara/Pemerintahdengan badan hukum/perorangan baiksebagai pemegang kuasa pertambanganmaupun sebagai kontraktor daiam kontrakkerjasama yaitu; (1) hubungan hukum antarapemerintah dengan badan hukum/peroranganyang didasarkan pada status pemerintah

sebagai pemegang wewenang atributif danhak istimewa {ekskiusif); (2) hubungan antarapemerintah dan badan hukum/peroranganberdasarkan hubungan kontraktuai.

(1) Hubungan Hukum Didasarkan padaStatus Pemerintah sebagaiPeiaksana Hak Penguasaan Negara

inti hubungan yang mengandaikan statusmenurut Parson adaiah powerandpriveleges^Kedua hal tersebut menunjukkan supremasisecara struktural. Di masyarakat tradisionaikeduahai itu dapat dicermati didalam strukturkekerabatan. Hubungan yang beriangsung diSana bukan karena konsensus subjek indi-vlduai, tetapi berdasarkan kerangka normatifstruktur sosial yang ada. Di levei negarakerangka hubungan yang demikian menurutCoiin Turpin,^ "invested by law" Hai senadajuga dikemukakan oieh Antony Allot, bahwapre-eminent cases ofcategory (status relationship) is provide by the legally recognized, defined and protected status? Sementara itu,menurut Friedmann,* poia hubungan yangdidasarkan status, meskipun hingga kinidipraktikkan negara modem, tetapi hai tersebutsangat seiektif. Hai ini terjadi karenapendasaran ontologis dalam hubungan status adaiah situasi masyarakat abadpertengahan yang sederhana, relegius danetatis. Adapun negara modern sudahmenunjukkan ciri yang berbeda yakni iebihdemokratis, kompieks dan raslonil.

^Terkutip daiam Deno Kamelus. 1998. "Fungsi Hukum Terhadap Ekohomi diIndonesia.' DisertasiPPs.Surabaya: UNAIR. Him. 326.

^Colin Turpin. 1972. Government Contract. London: Penguin Book Ringwood. Him. 23.'Terkutif dalam Deno Kameius. Loc. CIt.

*W. Friedmann. 1960. Legal Theory. London: Stevens &Sons. Him. 165.

13

Page 3: Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

Berdasarkan konstruksi hukum yangdemikian, maka Pemerintah dalam statusnyasebagai pelaksana hak penguasaan negaradan pengaturan pengusahaan bahan galian,sifatnya atribusi. Dengan demikian,seyogyanya hubungan hukum yang timbuiberdasarkan kewenangan atributif iebihdidasarkan pada status pemerintah selakupemegang hak istimewa. Status yang demikian, kalaupun didelegasikan atau diman-datkan kepada plhak swasta (pemegangkuasa pertambangan dan/atau kontraktor),kedudukannya sebagai subordinasi terhadappemerintah.

(2) Hubungan antara Pemerintahdan Kontraktor MerupakanHubungan Kontraktual

Inti hubungan kontraktual menurut Parsons adalah "free agreement of individuals'̂Motlvasi yang fundamental mengenaiberalihnya suatu pola hubungan dari status kekontraktual adalahhasratuntuk maju daniebihraslonil sesuai dengan tuntutan perkembanganekonomi dan hubungan industrial.

Segi-segl hubungan yang bersifatkontraktual tersebut diperkenaikan oleh UUPMA dalam bentukkontrak karya.® Meskipunsudah ada petunjuk yangmengarah ke bentukhubungan yang sifatnya kontraktual antarapemerintah dengan kontraktor, tetapi ha!tersebut belum dilandasi oleh suatu pengkajiansecara fllosofis dan teoritis yuridis. Padahal

kebutuhan tersebut sudah mendesak. Karena

itu, perlu dikaji ulang secaramendalam beberapahal panting daiam kerangka hubungankontraktual antara lain;

(a) hakikat dasar hubungan antarapemerintahdan kontraktor dalam kerangka hakpenguasaan negara menurut Pasai 33UUD 1945;

(b) tujuan swastanisasi;(c) sejauhmanaperanandan tanggung jawab

kontraktor untuk mensejahterakan rakyat;(d) bentuk hubungan hukum atau keijasama

antara pemerintah dengan kontraktorberdasarkan Pasal 33 UUD 1945;

(e) kedudukan masyarakat luas dalamkerangka hubungan kontraktual;

(f) mekanisme penyelesaian sengketa apabilaterjadi perbedaan interpretasi mengenaikepentingan umum;

(g) subjek yang ditugasi negara untukmelakukan kontrak.

Dengan referensi tersebut di atas, makabaru dapat diformulasikan pola hubungankontraktual yang paling sesuaidengan maknaHak Penguasaan Negara (HPN) atasPertambangan berdasarkan UUD 1945.

Selama ini, HPN dalam lingkup mengurus(mengusahakan) sendiri bahan galian melaluiPerusahaan Negara, BUMN dan BUMD,belum menunjukkan peran yang optimal.Kekurangan modal, penguasaan teknologi,dan ketidakmampuan dalam manajemen.

®Terkutifdalam DenoKamelus. Op. Cit.Him. 328.®Pasal 8 ayat (1) berbunyi: "Penanaman modal asing di bidang pertambangan didasarkan pada suatu

kerjasama dengan Pemerintah atas dasar kontrak karya atau bentuk lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku".

14 JURNAL HUKUM. NO. 13 VOL 7.APRIL 2000: 12 - 30

Page 4: Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

Mim Safeng. Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha...

selama ini dijadikan alasan bagi negara untukmenguasakan pengusahaan bahan galiankepada pihak swasta asing melalui kontrakkerjasama.

Alasan-alasan tersebutdi atas dipandangterlalu dogmatis atau dicari-cari untukmembenarkan keserakahan pihak swasta/Sebab disis! lain uangbank-bank Pemerintahdihambur-hamburkan antara lain melalui

bantuan rekapitalisasi terhadap bank-banktertentu sampai menjadi kredit macet.Demikian pula alasan kemampuan teknologi,tentu saja tidak selalu lebih canggih darlteknologi industri dirgantarayang konon sudahdikuasai putra-putri Indonesia. Ditinjau daribagaimana mengeksploitasi bahan galianyangpaling maksimal dan ideal adalah negarasendiri yang mengusahakannya, sehinggaseluruh hasll produksinya merupakanpendapatan negara dan pemanfaatannyauntuk sebesar-besamya kemakmuran rakyat.Namun dalam pelaksanaannya tidaklahdemikian, sebab masih ada ruangdan tempatbag! usaha swasta untuk melakukan usahapertambangan.

Pola-pola Kontrak Kerjasamadalam Usaha Pertambangan

Usaha pertambangan berdasarkankontrak kerjasama antara Pemerintah denganpihak Swasta asing melalui penanamanmodal asing dikenal berbagai pola yaitu;kontrak karya {contract of woik) untuk sektor

pertambangan umum® dan Kontrak Production Sharing (Production Sharing Contract)untuk sektor pertambangan Migas. Selainkontrak karyaPertambangan dan kontrak production sharing, dikenal juga pola kerjasamadalam subsektor pertambangan batubara yangdikenal Perjanjian Karya PengusahaanPertambangan Batubara. Pola lain dalampengusahaan pertambangan adalahkerjasama BUMN seiaku pemegang kuasapertambangan dengan pihak swasta asingyang melakukan kontrak karya Pertambangan.

(1) Kontrak Karya Pertambangan{Mining Contract of Work)

Sebelum diuraikan pengertian kontrakkarya pertambangan, teriebih dahulu diuraikanpengertian kontrak itu sendiri. Kontrak (con-tract, contracten) disebut juga perjanjian.Menurut Subekti,^ pengertian kontrak iebihsempit dari perjanjian karena kontrakmensyaratkan bentuknya selalu tertulis.sedangkan perjanjian bentuknya selain tertulisdapat juga dilakukan secara llsan. Apabllademikian pengertian kontrak, maka hukumkontrak merupakan specis dari hukumperjanjian. Saiah satu asas dalam hukumperjanjian bahwa berbagai kaidah hukumyang mengatursoal kontrak didalam peraturanperundang-undangan merupakan hukumpelengkap {aanvullend recht). Berdasarkanasas tersebut, maka kaidah hukum perjanjiandapat dipersempit atau diperluas oleh parapihak yang membuat perjanjlan/kontrak.^°

^Kwik Kian Gie. "Mitos Soa! Badan Usaha MIlik Negara.'Har/an Kompas. 3 Pebruari 1997. Him. 1,16.«Uhat Pasal 8 ayat (1) UUPMAdan Pasal 10ayat (1) UUPP1967.®R. Subekti. 1983. Pokok-pokokHukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa. Him. 1."R.Subekti. 1984.Pokok-pokokHukumPerdafa. Jakarta: Intermasa. Him. 142.

15

Page 5: Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

Hukum kontrak secara berkelanjutanberkembang terns. Subjek yang tersangkut didalamnya tidak terbatas pada manusia individual saja, tetapi lebih luas lagi seperti badanhukum dan negara. Substansinyapun semakinkompleks. Pernyataan kehendak {promise)dan konsensus saja tidak cukup, tetapi perluunsur-unsurlain seperti isi kontrak tidak bolehbertentangan dengan hukum, moral, kepatutandan kesusiiaan.

Dalam Rasa) 1320 KUHPerdata

mensyaratkan sahnyasuatu peijanjian adalah;(a) sepakat mereka yang mengikatkan diri; (b)kecakapan untuk membuat suatu perikatan;(c) sesuatu hal tertentu; (d)suatu sebab yanghalal. Khusus dalam kontrak karyapertambangan, selain isi, juga ditentukanmengenai hal-hal yang bersifat formal sepertiberbagai persyaratan yang harus tercantumdi dalamnya yang dituangkan dalam bentuktertentu dan persyaratan formal lainnya sepertipersyaratan teknis dan finansial.

a. Pengertian dan Dasar Hukum

Secara terminologi pengertian kontrakkarya adalah kontrak antara pemerintahRepublik Indonesia dengan PerusahaanPenanaman Modal Asing (berbentuk badanhukum Indonesia dan berkedudukan di Indo

nesia) yang memuat persyaratan teknis,

finansial dan persyaratan lain untuk melakukanusaha pertambangan bahan galian di Indonesia, kecuaii minyak dan gas bumi, batu baradan uranium.

Dasar hukum pola kontrak karyapengusahaan pertambangan terdapat dalamPasal 8 ayat (1) Undang Undang Nomor 1Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing(PMA), dan Pasal 10 ayat (1) dan (3) UUPP1967 dengan istilah perjanjian karya. Keduaketentuan tersebut, merupakan dasar hukumkontrak karya dan bentuk-bentuk kontrakkerjasama lainnya, karena kedua ketentuanitu memungkinkan keteiiibatan investor asingdalam usaha pertambangan di Indonesia.Digunakannya pola kontrak karya dalampengusahaan pertambangan di Indonesiamenurut Soetaryo Sigit," diilhami olehrumusan Pasal 5a Indische Mijnwet 1899.Dalam perkembangan dan pelaksanaannya,kontrak karya memuat ketentuan-ketentuanyang lebih lengkap dan menyeluruhdibandingkan dengan "5a Contract",padajaman Belanda. Kelebihan itu, antara lainkontrak karya memberikan hak sekaliguskepada kontraktor untuk melaksanakanusahanya sejakdari tahap penyelidikan umum(survei), eksplorasi sampai dengan eksploitasi,pengolahan dan penjualan hasil produksitanpa ada pemisahan antara tahap pra-produksi dengan operasi-produksi."

"SoetaryoSigiL 1996. "Potensi SumberDaya Mineral danKebangkitan Pertambangan Indonesia.'PidatoIlmiah pada Penganugrahan GelarDoktorHonorisCausa. Bandung: ITS. Him. 36.

^^Disebut 5a Contract, karenakontrak kerjasama usahapertambangan ini dibuat berdasarkan Pasal5 aIndische Minjwet 1899.

"Tidak samadenganusahapertambangan dengan pemberian Kuasa Pertambangan yang pemberiannyadisesuaikan dengan tahapataujenisusahapertambangan yang diusahakan.

16 JURNAL HUKUM. NO. 13 VOL. 7. APRIL 2000: 12 - 30

Page 6: Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

Abrar Saleng. Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha...

Dalam naskah kontrak karya dimuatketentuan-ketentuan yang mengatursoal-soalyang mencakup; aspekhukum, teknis, kewajibandi bidang keuangan dan perpajakan,ketenagakerjaan, perlindungan danpengolahan lingkungan, hak-hak khususpemerintah, penyelesalan sengketa,pengakhiran kontrak, soal-soal umum (antaralain; promosi kepentingan nasional,pengembangan wilayah) dan ketentuan-ketentuan lain. Semua ketentuan-ketentuan itu

dibeiiakukan selama jangka waktu kontrak. -Kemudian yang sangat menarik lalah

pemerintah memberikan perlakuan khususatau lex specialis terhadap kontrak karyapertambangan. Perlakuan khusus artinyasegala ketentuan-ketentuan atau kesepakatanyang telah tercantum dalam kontrak, tidak akanpemah berubah karena terjadinya peraturanperundang-undangan yang berlaku umum(/ex generali). Kalaupun akan diubah(renegoisasi), maka terlebih dahulu hamsadakesepakatan para pihak.^*

Perlakuan khusus yang demikianmerupakan jaminan kepastlan hukum bag!investor. Kepastian hukum penting, sebabboleh jadi ketiadaan jaminan seperti itu,merupakan sumber yang potensial dariberbagai macam pungutan, kompsi dan kolusiyang pada akhirnya akan mengakibatkankeengganan investor asing menanamkanmodalnya di sektor pertambangan.

b. Para Pihak dalam Kontrak Karya

Dalam Pasa! 10 ayat (1) menyebutkansebagai berikut;

"Menteri dapat menunjuk pihak lainsebagai kontraktor apabila diperlukanuntuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaanyang belum atautidak dapatdilaksanakansendiri oleh Instansi Pemerintah atau

Perusahaan Negara yang bersangkutansebagai pemegang kuasa pertambangan".

Ketentuan tersebut jelas bahwa Menterihanya dapatmenunjuk kontraktor yang bekeijauntuk instansi Pemerintah atau Perusahaan

Negara selaku pemegang kuasa pertambangan.Apabila dlcermati ketentuan tersebut terdapatkerancuan, sebab pemegang kuasapertambangan dapat melakukan kontrakdengan pihak lain sebagai kontraktor, tetapiyang menunjuk adalah Menteri selakupemberi kuasa pertambangan. Dengan katalain yang akan membuat kontrak adalahinstansi pemerintah dan pemsahaan negara(pemegang kuasa pertambangan), tetapi yangmenunjuk pihak sebagai lawan kontraknyaadalah pihak lain (Menteri). Kontraktor di sinibekerja untuk instansi pemerintah dan/ataupemegang kuasa pertambangan. Selainkerancuan itu, penggunaan istilah dalamPasai 10 di atas, juga tidak konsisten antaraistilah kontraktor (ayat (1)) dengan istilah

"Sebagai ilustrasi iaiah kasus Dugaan Korupsi, Kolusi dan Nepotisms (KKN) pada proses perpanjanganKontrak karya FT. Freeport Indonesia (FT Fl). Meskipun kasus ini kelak dibuktikan adanya KKN, Femerintahtidak dapat membatalkan kontrak karya secara sepihak, melainkan harus duduk bersama (Pemerintah dankontraktor) merundingkan kembali (renegoslasi) bert)agai hal yang dianggap merugikan negara d^am rangkamembuat kesepakatan baru yang lebih proporslonal.

17

Page 7: Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

perjanjian karya (ayat (2) dan (3)). Melihatkedua dasar hukum pola kontrak karyapertambangan, seolah-olah terdapatpertentangan satu sama lain atau terdapatduallsme mengenal slapa yang bertindaksebagai prinsipal dalam kontrak karya. Darlpertentangan itu muncui pertanyaan:"Siapakah yang berwenang mewakill negaradalam melakukan kontrak karya pertambangan(Instansi pemerintah atau perusahaan negaraatau pemerintah?). Untuk menjawabpertanyaan ini periu diteiusuri ketentuanperundang-undangan yang terkait.

(1) Menurut UUPP 1967

(a) Ketentuan Pasai 10 ayat (1) UUPP1967 berbunyi;

"Menteri dapat menunjuk pihak lain sebagaikontraktor....untuk instansi pemerintah atauperusahaan negara sebagai pemegangkuasa pertam-bangan"

instansi pemerintah yang dimaksud dalamketentuan di atas adalah instansi pemerintahdi bawah Menteri Pertambangan dan Energi.Pengertian instansi pemerintah jeias berisedadengan Pemerintah. Pemerintah pusat ataudisebut Pemerintah iaiah perangkat Negarakesatuan Republik Indonesia yang terdiri atasPresiden beserta pembantu-pembantunya.Sementara instansi pemerintah adaiah badanpemerintahan umum sepertijawatan, kantor.'®

(b) Pasal 5 butir a jo Rasa! 6 UUPP 1967berbunyi;

"Usaha pertambangan dapat dilaksanakanoieh;

a: instansi Pemerintah yang ditunjuk oiehMenteri;

b. Penjsahaan Negara; dan seterusnya"

Ketentuan di atas juga menyebut secarategas bahwa usaha pertambangan dapatdiiakukan oieh Instansi Pemerintah danPerusahaan negara, tetapi bukan Pemerintah.

(c) Penjeiasan umum UUPP 1967 bagianpenjeiasan pokok-pokok persoaian angka 3huruf a dan b menyebutkan;

"Dalam memanfaatkan kekayaan alamdapat diambi! cara-cara pengusahaan-nya seperti berikut;

a. dikerjakan langsung oieh suatuinstansi Pemerintah, penguasaanoieh instansi Pemerintah itu terutamaditujukan untuk penyelidikan umumdan eksplorasi sebagai usahainventarisasi kekayaan alam Indonesia dan tidak dalam arti pengusahaanuntuk mencari keuntungan, karenausaha pertambangan untuk mencarikeuntungan tersebut seyogyanyadiserahkan kepada PerusahaanTambang Negara atau swasta.Begitupun bahan radioaktif periudiusahakan oieh instansi Pemerintah

dan dalam hal ini adaiah BadanTenaga Atom Nasional.

b. diusahakan oieh Perusahaan Negara"

'®Departemen Pdan K. 1995. Kamus BesarBahasa Indonesia (edisi kedua). Jakarta: Balai Pustaka.Him. 382.

18 JURNAL HUKUM. NO. 13 VOL 7.APRIL 2000: 12 - 30

Page 8: Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

Abrar Saleng. Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha...

Bertolak dari berbagai ketentuan di atas,dapat disimpulkan bahwa yarig bisamelakukan kegiatan pertambangan, baikpenyelidikan umum dan eksplorasi sebagaiusaha'inventarisasi kekayaan alam, maupunusaha pertambangan lainnya adalah instansipemerintah di bawah Menteri Pertambangandan EnergI (antara lain; Direktorat GeologI danLingkungan, PPTM dan Lemigas). Pemerintahhanya berwenang untuk menunjuk kontraktorbag! instansi Pemerintah dansebagai pemberiKuasa Pertambangan kepada PerusahaanNegara dan perusahaan swasta/Perorangan.

Apabila instansi pemerintah dalamketentuan-ketentuan tersebut, dipahamisebagai Pemerintah (baca: Presiden besertapembantu-pembantunya), secara hirarkhistidak mungkin, karena Menteri itu sendiriadalah pembantu Presiden (Pasal 17 UUD1945).

(2) Menurut Undang-undang Nomor 1Tahun 1967

Pasal 8 ayat (1) Undang-undnag Nomor/Tahun 1967menegaskan bahwa. PMA dibidang pertambangan didasarkan pada suatukerjasama dengan Pemerintah atas dasarkontrak karya; Dari penegasan itu terkandungmakna bahwa salah satu pihak dalam kontrakkarya pertambangan adalah Pemerintah.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas

dan pelaksanaannya, pola kontrak karyapertambangan mengikuti ketentuan yang adadalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967yaitu yang mewakili negara dalam membuat

kontrak karya adaiah Pemerintah dalampraktiknya oleh Menteri Pertambangan danEnergi atas nama Pemerintah.

Oleh karena kedua undang-undang ini,disebut sebagai dasar hukum pola kontrakkarya pertambangan; namun terdapatperbedaan-perbedaan sebagaimana diuraikandi atas. Apabila terdapat dua ketentuan yangberbedaataubertentangan dari produk hukumyang sederajat, maka dalam iimu hukumsebagai solusi konfliknya digunakan asashukum'"/ex specialis derogat legi generali"(aturan khusus mengkesampingkan aturanumum).^® Pertanyaan: "UU yang manakah darikedua undang-undang tersebut sebagai lexspecialis-nya7

Jlkalexspecialis-nya adalahUUPP1967,maka pola yang digunakan adaiah peijanjiankarya dan Instansi Pemerintah atauPerusahaan Negara bertindak sebagaiprinsipal, tetapi jlka Undang-Undang Nomor1 Tahun 1967 lex spec///s-nya, maka yangdigunakan adalah pola kontrak karya denganPemerintah bertindak sebagai. principalnya.

Untuk menentukan undang-undang manayang lex specialis terhadap yang lainnya,digunakan dua dasar argumentasi. Pertama,jlka didasarkan pada pengaturanpengusahaan pertambangan pada umumnya{lex ' generali), maka pengusahaanpertambangan dengan pola kontrak karyamerupakan lex specialis, terhadap polalainnya sepertipola Kontrak Production Sharing,pola Perjanjian Kerjasama PengusahaanPertambangan Batubara dan Kerjasama

'®Syarat lexspecialis adalah; (a) Peraturan Perundang-undangan yang tingkat hukumnya harussama;(b)Peraturan perundang-undangan harus daiam rezim yangsama; (c) PerUU-;an tidak mengenai objek yangkhusus.

19

Page 9: Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

BUMN dengan BUMS serta berdasarkanKuasa Pertambangan. Karena kontrak karyamerupakan pola khusus dalam kerjasamapihak asing dalam pengusahaan pertambangandan kekhususan inilah yang menjadikanketentuan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 1Tahun 1967 lex specialis terhadap ketentuanPasal 10 ayat (1) UUPP1967. Kedua, namunjika didasarkan pada bidang yang diatumya,dimana Undang-Undang Nomor 1 Tahun1967 dianggap sebagal undang-undang PMApada umumnya (lexgenera//) dan UUPP 1967yang mengatur khusus pertambanganmerupakan lex specialis terhadap PMA dibidang lainnya seperti industri, perdagangan,dan pekerjaan umum. Karena kekhususan itumenjadikan UUPP 1967/exspec/a//s terhadapUndang-undang Nomor 1 Tahun 1967.

Dalam praktik pelaksanaannya sesuaidengan dasar argumentasi pertama di atas,yaitu pola kontrak karya dengan Pemerintahbertindak sebagai prinsipal. Dengan demikianpara pihak dalam kontrak karya adalah; (1)Pemerintah Republlk Indonesia (diwakiliMenteri Pertambangan dan Energi); dan (2)Perusahaan swasta asing atau perusahaanpatungan antara pemsahaanswasta nasionaldan perusahaan swasta asing yang berbadanhukum Indonesia, disebut sebagai kontraktor.

c. Status Hukum Pemerintah DalamKontrak Karya

Dalam rangka mewujudkan kesejahteraanumum dan sebesar-besar kemakmuran dankeadllan sosial bag! seluruh rakyat,

pemerintah turutmenyeienggarakan berbagalfungsi di luar fungsi penyelenggaraanpemerintahan. Fungsi-fungsi baru yang tidakbersifat pemerintahan, menuntut pemerintahturut serta dalam pergaulan kemasyarakatanatau hubungan (hukum) sebagai pihak atausubjek yang tidak berbeda dengan subjekhukum perorangan atau badan-badan hukumkeperdataan pada umumnya.Tindakan yangdemikian menurut Bagir Manan" adalahhubungan (hukum) kesederajatan yangmerupakan hubungan keperdataan antarapemerintah dan orang atau badan hukumkeperdataan. Hubungan keperdataan timbuldari 'perbuatan keperdataan misalnyamelakukan kontrak dengan subjek hukumlainnya. Sedangkan yang dapat melakukanhubungan atau perbuatan perdata adalahbadan hukum (rechtspersoon) atau manusia(natuuilijkpefsoon). Berdasarkan pemahamanini, maka perbuatan hukum keperdataanpemerintah hanya dapat dilakukan oleh badanpemerintahan yang berstatus badan hukum{rechtspersoon}. Salah . satu badanpemerintahan yang berstatus badan hukumadalah Negara.^^ Negara dalam melakukanperbuatan keperdataan (kontrak) dilakukanoleh Pemerintah. Kedudukan pemerintah disini semaoam dengan kedudukan Direksidalam sebuah Perseroan Terbatas.

Pemerintah balk secara langsung(Pemerintah Pusat, Pemerintah DaerahProvinsi dan Daerah Kabupaten/Kota),maupun secara tidak langsung (melaluiBUMN. Perusahaan Negara) dapat

••^Bagir Manan. 1996. "Bentuk-bentuk Perbuatan Keperdataan yang Dapat dilakukan oleh PemerintahDaerah" JournalofPadjadjaran University. Bandung. Nomor 3vol.14. Him. 24.

mid. Him. 28.

20 JURNAL HUKUM. NO. 13 VOL 7.APRIL 2000: 12 - 30

Page 10: Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

Abrar Saleng. Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha...

mengadakan perjanjian/kontrak. Di sampingitu pemerintah juga dapat melakukan kontrakyarig diwarnai oleh hukum publik. Kontrakyangdemikian berorientasi kepada kepentinganumum dan bersifat memaksa. Di dalam kontrakyang demikian tidak terdapat kebebasanberkontrak/^ karena syarat-syarat yangditentukan dalam kontrak itu tidak didasarkankepada kehendak kedua belah pihak, akantetapi hanya didasarkan kepada kehendak satupihak yaitu Pemerintah.

Syarat-syarat tersebut ditentukan olehperangkat peraturan perundang-undangan.Hubungan antara pemerintah dan mitranyaatau (lawan kbntraknya) tidak berada didalamkedudukan yang sama {nebengeordnet),tetapi Pemerintah mempunyai kedudiikanyang lebih tinggi dari mitranya (untergeordnef).Karena itu perjanjian ini disebut perjanjianpublik.^°

Dari kedua pendapat di atas terdapatperbedaan dalam memandang keterlibatanPemerintah dalam berkontrak. Bagir Mananmemandang hubungan antara Pemerintahdan lawan kontraknya sebagai hubungankesederajatan. Mariam Dams Badrulzamanmemandang kedudukan Pemerintah lebihtinggi (tidak sederajat) dengan lawankontraknya. Berbeda dari kedua' pendapattersebut Sunaryati Hartono/' memandanghubungan antara Pemerintah dan lawan

kontraknya [dalam joint venture) kadangsebagai pihak [partner) dan juga sebagaiPemerintah. Oleh karena Itu, kontrak yangmelahirkan suatu joint venture di manaPemerintah sebagai pihak [partner) tidak dapatdikatakan suatu perjanjian p'erdata atau commercial contract yang biasa. Sebab dalamkontrak yang serupa itu, Pemerintahmempunyai kedudukan rangkap baik sebagaipihak maupun sebagai Pemerintah.^^

Akibatnya terhadap kontrak yangdemikian, tidak hanya berlaku peraturanhukum perjanjian dan perseroan Indonesiasaja, tetapi juga karena Pemerintah telahmenyetujui sejumlah-perjanjian bilateral danmultilateral di bidang perekonomian denganberbagai negaradan organisasi intemasional,maka kontrak dalam rangka PMA berlaku jugaperjanjian-perjanjian tersebut dan peraturanHukum Intemasional. Karena itu kontrak dalam

rangka PMA dinamakan perjanjiantransnasional atau perjanjian' quasiintemasional, contractsui generis atau eco-nomic development contract^^ •

Lalu bagaimanastatus pemerintah dalamkontrak karya? Kontrak karya bukanlahperjanjian yang dikualifikasikan sebagaiperjanjian publik, melainkan perjanjian biasayangtunduk kepadaketentuanhukum perdata.Meskipun format kontraknya bersifat,standar,namun tetap terbuka kesempatan kepada

'®LihatPasal 1338 KUHPerdata."Mariam Darus Badrulzaman. "Perjanjian dengan Pemerintah (Government Contract)." Dalam Peter

Mahmud Marzuki etal. (Editor). 1998. Hukum Kontrakdi Indonesia. Jakarta:BLIPS. Him. 159.^^Sunaryati Hartono. 1974. Masalah-Masalah Dalam Joint Ventures Antara Modal Asing Indone-

s/a. BandungiAlumni. Him. 28."/b/tf."/bid. Him. 29.

21

Page 11: Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

kontraktor untuk merundingkan semuaketentuan-ketenuan yang dimuat dalam format kontrak.2^ Hubungan pemerintah dengankontraktor dalam kontrak karya adalahhubungan kontraktual. Hubungan kontraktualdapat dipahami bahwa kedua subjek hukumyang melakukan perbuatan perdata itumempunyai kedudukan yang sama yaitusebagai para pihaktanpa memandang statusdiluar kontrak.

Suatu catatan yang perlu diingat bahwamanakala badan pemerintah mengadakankontrak (menggunakan hukum perdata)dengan wargamasyarakat atau badan hukum,maka menurut asas dalam hukum perdata; ladianggap berkedudukan sejajar denganlawan kontraknya (sfaafopgelijke voetalseenprivaat persoon)}^ Hubungan kesederajatanitu merupakan jaminan bahwa kedudukanbadan pemerintahan yang bersangkutan tidakdalam kedudukan yang diistimewakan, baikpada penyusunan maupun pada pelaksanaankontrakkarya.

Meskipun anggapan yuridis tersebut tidakreaiistis. sebab daiam kenyataannya dalamtindakan apapun yang dilakukan pemerintah,iatidak dapatmelepaskan diri sebagai penjagadan pemeiihara kepentingan umum. Olehkarena, itu waiaupun pemerintah menggunakanhukum perdata, tidak boieh diiupakan bahwaketentuan-ketentuan hukum pubiik yangberiaku harus tetap diperhatikan puia.

Pendapat yang demikian kurang tepat,sebabtindakan pemerintah daiam kapasitasnyasebagai pihak yang mewakiii negara, tidak bisamembawa statusnya sebagai Pemerintahyang dapat meiakukan tindakan menurutketentuan hukum pubiik (misalnya memberikanKuasa Pertambangan). Betapapun suiitnyadipisahkan statuspemerintah (negara) sebagaipihak dan status Pemerintah seiaku penguasayang tunduk kepada ketentuan hukum pubiik,namun tetap dapat dibedakan kapan iaseharusnya bertindak sebagai pihak dankapansebagai pemerintah. Bahkan dalam setiapnaskah kontrak karya terdapatketentuan yangmengatur hak-hak khusus Pemerintah.

Dalam kontrak karya, MenteriPertambangan danEnergi bertindak untuk danatas nama Pemerintah Republik Indonesiaseiaku prinsipai. Pertanyaan: "Bagaimanakahjika terjadi sengketa para pihak? Dalam setiapnaskah kontrak karya terdapat ketentuanbahwa jika terjadi sengketa, para pihak dapatmenyeiesaikannya dengan meialui dua cara;Pertama, konsiiiasi (berdamai), sebagaimanaketentuan daiam peraturan konsiiiasi UnitedNations Commision on International Trade Law(UNCITRAL) yang termuat daiam Resolusi 35/52 Majeiis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tanggal 4 Desember 1980;Kedua, meiaiui arbitrase (peradiianperwasitan) sebagaimana ketentuan daiamperaturan Arbitrase UNCITRAL (Resolusi 31/

^^Karena semua ketentuan-ketentuan dalam kontrak karya dapat dirundingkan dengan Pemerintah, makasetiap kontrak karya memiliki kekhususan yang menjadi cirl untuk setiap generas! kontrak karya.

^Mndroharto. 1994. Peradiian Tata Usaha Negara. Buku I(Edisi Baru). Jakarta; Pustaka SinarHarapan.Him. 18

22 JURNAL HUKUM. NO. 13 VOL 7.APRIL 2000: 12 - 30

Page 12: Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

AbrarSaleng. Hubungan Hukum antara Pemenntah dengan Badan Usaha...

98 Majelis Umum PBB tanggal 15 Desember1976.® Tempat acara konsiliasi atau arbitraseakan dilakukan di Jakarta, kecuali para pihakmenentukan lain atau tata cara tersebut

menghendaki lain. Berdasarkan cara-carapenyeiesaian tersebut, menunjukkan bahwapemenntah tldak dapat melakukan tindakansepihak, melainkan atas kesepakatan atauberdasarkan putusan pitiak ketiga baik secarayustisiai maupun non-yustislal.

Dengan demikian, kedudukan pemerintahsebagai para pihak daiam sengketa, sangattidak menguntungkan, sebab pemerintahadalah organ negara dan pelaksana hakpenguasaan negara. Pemerintah selakupemberi kuasa pertambangan (Pasal 10UUPP 1967) yang apabila terjadi sengketa,seharusnya bertindak sebagai wasit untukmenyelesaikan sengketa, bukan sebagaipemain yangdapat dikalahkan oleh pihak lainsebab akan membawa kerugian bagi negaradan mengurangi wibawa pemerintah sendiri.Kedudukan yang demikian sangat dillematis.

(2) Kontrak Production Sharing^{production sharing contract)

a. Pengertian dan Dasar Hukum

Pola production sharing Contractdipakalkhusus daiam usaha pertambangan minyakdan gas bumi. Bentuk kontrak ditetapkandaiam ketentuan Pasal 12 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971." Pengertiankontrak bagi hasil adalah kontrak/perjanjiankerjasama antara Pertamlna dan PerusahaanAsing (selaku kontraktor) untukmelaksanakanusaha eksplorasi dan eksploitasi bahan galianminyak dan gas bumi berdasarkan phnsippembagian hasil produksi {share). Dasarhukum pola Ini iaiah Pasal 6 ayat (1) Undang-Uhdang Nomor 44 Prp. Tahun 1960® jo Pasal"l6 ayat (1) UUPP 1967 dan Undang-UndangNomor 8 Tahun 1971. Meskipun keduaundang-undang yang disebut pertama di atasdisebut sebagaidasar hukum kontrak production sharing, namun di dalamnya tidakdisebutkan kontrak production sharing,

®Suatu perangkat peraturan bersama daiam peradilan perwasitan. UNCITRAL adalah sebuah Komisiyang diasosiasikan dengan Perserikalan Bangsa-Bangsadan bertanggungjawab daiam pengembangan hukum.Dagang Intemasional. Di samping itu disediakan untuk memberikanjasa arbih'ase pada bisnis intemasional;John W. Head. 1997. PengantarHukum Ekonomi. Jakarta; BLIPS. Him. 80.

"Pasal 12 ayat (1) selengkapnya berbunyi: Perusahaan dapat mengadakan kerjasama dengan pihak laindaiam bentukKontrak Production Sharing.

®Pasal 6 ayat (1)selengkapnya berbunyi:

(1) Menteri dapat menunjuk pihak Iain sebagai kontraktor untuk Perusahaan Negara apabila diperlukanuntuk mel^sanakan pekerjaan-pekerjaan yang belum atau tidak dapat dilaksanakan sendiri olehPerusahaan Negara yang bersangkulan selaku Pemegang Kuasa Pertambangan.

(2) Daiam mengadakan perjanjian karya dengan kontraktor seperti yang dlmaksud daiam ayat (1) diatasPerusahaan Negara harus berpegang padapedoman-pedoman, petunjuk-petunjuk dansyarat-syaratyang diberikan oleh Menteri.

23

Page 13: Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

melainkan istilah perjanjian karya, sedangkanistilah kontrak bagi hasi! sendiri terdapatdalamketentuan Pasal 12 Undang-undang Nomor8Tahun 1971.

Pola peijanjian kai7a pada pengusahaanpertambangan minyak dan gas bumidigunakan hingga tahun 1964, sebelumdiganti dengan pola production sharing. Keduapola kerjasama ini di dalamnya terdapatperbedaan yang sangat prinsipil dari sisiyuridis yaitu pengalihan manajemenpengusahaan dari kontraktor kepada

Pertamina. Dengan kewenangan manajemenpengusahaan pada pihak Pertaminasesungguhnya bukan pengalihan. melainkanpengembalian proporsi yang seharusnyamemang demikian. Sebab Pertamina daiamkontrak, statusnya sebagai pemegang kuasapertambangan yang diberikan wewenanguntuk melakukan pengusahaan pertambanganminyak dandangas bumi. Selain pengembalianmanajemen, masih terdapat perbedaan lainantara keduanya sebagaimana dirinci dalamlabel 1. di bawah ini.

Tabel 1

Perbandingan Antara Perjanjian Karyadengan Kontrak Production Sharing

No.

UnitPerihal PetjanjianKarya

Kontak Production

Sharing

1 DasarHukum UU No. 44Prp/1960 UU No. 14/1963 UU No. 44 Prp/1960UU No. 8/1971

2 Keadaan Kontrak Peijanjian Karya diratifikasl DPR menjadiUndang^jndang

Kontrak antara

Pertamina dan Kontraktor

3 Mulai Beriakuoleh Disyahkan dengan UU DIsetujul Presiden

4 Masa Bedaku Old Area 20 Tahun NewArea 30 Tahun 30 Tahun

5 Kewenangan Manajemen Kontraktor Pertamina

6 DasarPembagianKeuntungan

Hasil Penjualan Migas Migas yang Diproduksi

7 Peralihan Hak

Pemilikan atas MigasBeralih pada 'POINT OF SALE" Beralih pada

•POiNT OF EXPORr

8 PemilikanAtas Periengkapan Kontraktor Pertamina berhak atas

periengkapan untuk operas!

24 JURNAL HUKUM. NO. 13 VOL 7. APRIL 2000: 12 • 30

Page 14: Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

Abrar Saleng. Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha...

b. Para Pihak dalam KontrakProduction Sharing

Sesuai dengan ketentuan Pasal 6ayat (1)Undang-iindang Nomor'44 Prp. Tahun 1960secara tegas menyebutkan bahwa Menteridapat menunjuk pihak lain sebagal kontraktoruntuk perusahaan' negara (saat ihi adalahPERTAMINA) apablla diperlukan untukmelaksanakan pekerjaan-pekerjaan yangbelum atau tidak dapat dilakukan sendiri olehPertamlna sebagal pemegang kuasapertambangan.^^

Kemudian ketentuan Pasal 10 ayat (1)UUPP 1967 pada prinslpnya sama denganketentuan Pasal 6 Undang-undang Nomor 44Prp.Tahun 1960 dlatas. Dari ketentuan keduaundang-undang tersebut dapat ditarikkesimpulan bahwa yang menjadi prinsipalatau pihakdalam kontrak adalah PerusahaanNegara. Oleh karena Pertamlna sebagalprinslpalnya, maka kedudukan Pemerintahberada dl atas para pihak (Pertamina dankontraktor). Lalu'bagalmana jika terjadisengketa?Apablla teijadl sengketaatau konflikantara para pihak dalampolaKontrak Production Sharing ini, maka diselesaikan menurutketentuan Pasal 11 setiap naskah kontrak production sharing melalui cara:.

1. Pertamina dan kontraktor akan

memusyawarahkan berbagai masalahsehubungan dengan dilaksanakannya

kontrak, biasanya melalui bimbinganDirektur Jenderal MInyak dan Gas Bumfselaku Pemerintah (angka 1);

2. Apabila, sengketa yang timbuljidak dapatdiselesaikan melalui musyawarah denganbimbingan Dirjen Mlgas (pada point 1),maka sengketa tersebut akan diputuskanmelalui arbltrase dengan menggunakantatacara regulasi dari international ChamberofCommerce (ICC), (angka 1.2);

3. Apabila para arbitratortidak dapat mencapaikeputusan (padapoint 2), maka sengketatersebut akan dibawa dan diselesaikanpada Pengadilan Negeri di Jakarta.

Bertoiak dari cara-cara penyelesaian diatas jika terjadi sengketa para pihak, makapada pola kontrak production sharing,kedudukan pemerintah sangat kuat, karenaberada di atas para pihak. Kedudukan yangdemikian, Pemerintah memposisikan dirisebagal pembimbing atau pengawas yangdapat mencegah timbulnya sengketa.Kalaupun terjadi sengketa,'Pemerintah dapatmenjadi mediator atau wasit sebeiumsengketa para pihakitudl bawa keArbitrator.Seianjutnya, pemerintah merupakan pintuterakhir dalam penyelesaian sengketa Jikapara arbitrator tidak dapat mencapaikesepakatan dalam upaya penyelesaiansengketa. Pintu terakhiritumelalui.PengadilanNegeridi Jakarta.

"Usaha pertambangan minyak dan gas bumi adalah monopoll Pertamlna atau pemegang kuasapertambangan ktu-satunya:

• (1) Pasal 3 ayat(2) Undang-undang Nomor 44 Prp. Tahun 1960 yang berbunyl:" Usahapertambangan minyak dangas bumi dilaksanakan oleh PerusahaanNegara semata-mata'

(2) Penjelasan umum angka5 Undang-undang Nomor 44 Prp. Tahun 1960 yangmenyebutkanbahwa hanya Perusahaan Negaralah yangdapatmenguasai suatu wilayah pertambangan minyakdangas bumi danhakinipun jauhberlainan dengan konsesiyang lama".

25

Page 15: Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

(3) Perjanjian Katya PengusahaanPetiambangan Batubara(Coa! Agreement)

a. Pengertian dan Dasar Hukum

Pole Perjanjian Karya PengusahaanPertambangan Batubara (Coal Agreemenf)merupakan pola campuran (mixed) antarapoia kontrak karya dan kontrak productionsharing. Dikatakan campuran karena untukketentuan-ketentuan perpajakan mengikutipola kontrak karya sedangkan pembagian hasil[production share) sebagai royaiti mengikutipola production sharing contract. PemeiintahIndonesia menerima royaiti sebesar 13,5 %dari produksl kotor.

Pengertian Perjanjian Karya PengusahaanPertambangan Batubara iaiah perjanjian antaraPemerintah dengan Perusahaan kontraktorswasta nasionai/asing untuk melaksanakanpengusahaan pertambangan bahan gallanbatubara. Dasar hukum pola Perjanjian KaryaPengusahaan Pertambangan Batubara, jugamengacu kepada Pasal 10 ayat (1) UUPP1967 jo Pasal 8 Undang-undang Nomor 1Tahun 1967 dan Keputusan Presiden Nomor75 Tahun 1996 tentang Ketentuan PokokPerjanjian Karya Pengusahaan PertambanganBatubara.

b. Para Pihak dan PenyelesaianSengketa

Pola Perjanjian Karya PengusahaanPertambangan Batubara semuia yang menjadiprinsipalnya adalah PI. Tambang BatubaraBukit Asam yang merupakan BUMN satu-satunya pemegang Kuasa Pertambanganuntuk pengusahaan bahan galian batu-bara,namun seteiah dikeluarkannya KeputusanPresiden Nomor 75 Tahun 1996 yang menjadi

prinsipal bukan lagi PT. Tambang BatubaraBukit Asam melainkan Pemerintah RepublikIndonesia yang diwakill oleh MenteriPertambangan dan Energl. Berdasarkanketentuan tersebut Perjanjian KaryaPengusahaan Pertambangan Batubara saatinilebih populer dengan sebutan Kontrak KaryaBatubara. Dengan demikian para pihak dalamkontrak karya batubara adalah; (1) PemerintahRepublik Indonesia dan; (2) Perusahaanswasta nasional/asing yang telah berbadanhukum Indonesia serta berkedudukan di In

donesia sebagai kontraktor. Kontraktor padakontrak karya batubara, selain kontraktor asing,juga dimungkinkan keterlibatan badan usahaswasta nasional (kontraktor nasional).

Apabila terjadi sengketa antara keduabeiah pihak, mereka sepakat untuk menye-lesaikan semua sengketa, balk yang terjadisebelum ataupun sesudah pengakhlranperjanjian melalul; konslliasi dan badanarbitrase. Dalam hal kedua belah pihak hendakmencari penyelesaian secara damal atassengketa melalul cara konslliasi, maka bag!kontraktor asIng, konslliasi dllakukan sesualdengan Peraturan Konslliasi dari United Nations Commision on Internafionai Trade Law(UNCITRAL) yang terdapatdalam Resoiusi 35/52 Majeiis Umum PBB tanggal 4 Desember1980. Bagi kontraktor nasional, konslliasidilakukan sesual dengan peraturan konslliasiyang dianut oleh Badan Arbitarse Nasional Indonesia (BANI). Dalam hal kedua belah pihakhendak berarbltrase, bagi kontraktor asing,sengketa akan diselesalkan dengan arbitraseberdasarkan Peraturan Arbitrase UNCITRALyang terdapat dalam Resoiusi 31/98 MajeiisUmum PBB 31/98 tanggal 15 Desember 1976,sedangkan bag! kontraktor nasional, sengketaakan diselesalkan dengan arbitrase berdasarkan

26 JURNAL HUKUM. NO. 13 VOL. 7. APRIL 2000: 12 - 30

Page 16: Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

Abrar Saleng. Hubungan Hukum antara Pemeriniah dengan Badan Usaha...

peraturan arbitrase BANI. Tempat acarakonsiliasi atau- arbitrase akairdilakukan diJakarta, kecuali para pihak menentukan lainatau tata cara tersebut menghendakriain.,. - Keputusan arbitrase mengikat keduabelah pihak dan harus dapat dilaksanakan.Kohtrak yang saiah satu pihaknya adalah"•kontraktor asing secara khusus keputusantersebut harus diiaksanakan di Indonesia tanpamemandang apakah acaranya dilangsungkandi Indonesia atau tidak.

Analisis Perbandlngan dari Ketiga PolaKontrak Kerjasama

(1) Dari segi istilah; kohtrak karya sesualdenganPasai 8ayat (1) UU PMA, Kontrak •Production Sharing sesuai dengan Pasai12ayat (1) UU Noinor 8 Tahuri 1971 danPerjanjian Karya PengusahaanPertambangan Batubara sesuai denganKeputusan Preslden Nomor 75 Tahun1996, sedangkan penggunaan istilahperjanjian karya dalam UUPP-1967 danUU Nomor 44 Prp. Tahun 1960dimaksudkan untuk perjanjian kerjasamaaritara pemegang kuasa pertambangandengan pihak lain (kontraktor), bukan untukperjanjian kerjasama antara pemerintahdengan kontraktor asing.

(2) Dari segi prinsipal; pada pola kontrak karyadan perjanjian karya pengusahaanpertambangan batubara, PemerintahRepubiik Indonesia sebagai prinsipainyadan pada pola kontrak production sharing

yang menjadi principal adalah Pertamina.Pada setiap perjanjian kerjasamapengusahaan pertambangan jika prinsi-

^ palnya adalah Pemerintah Rl, maka""sebeium disetujui 'oleh Preslden teriebih

dahulu-dikonsultasikan dengan DewanPerwakilan Rakyat. Kecuali apabiia salahsatu pihak dalam perjanjian/kontrak yang

. bersangkutan adalah kontraktor nasionai(PMDN).

>(3) Dari segi kewenangan manajemen; padapola kontrak karya dan PerjanjiannyaPengusahaan Pertambangan Batubaramanajemen pengusahaan ada padapihak kontraktor, sedangkan pada polakontrak production sharing, kewenanganmanajemen ada pada Pertamina.

(4) Dari segi penerimaan negara; pada polakohtrak karya penerimaan negara dariroyaiti, iuran tetap danberbagai jenis pajak,sedangkan pada pola kontrak productionsharing, negara rnendapat bagjari 85 %dari seluruh produksi dan beberapa jenispajak, sementara pada pola perjanjiankarya pengusahaan pertambanganbatubara, penerimaan negara dari royaiti13,5% dari selumh produksi dan beberapajenis pajak.

Selain dari keempat hal tersebut di atas,masih terdapat beberapa perbedaan antaraketiga .pola . kerjasama pengusahaanpertambangan itu. Untuk lebih jelasnya,Penulis akan menyajikan pada label 2 dibawah ini:

27

Page 17: Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

label 2

Perbandlngan Tiga Pola Kerjasama Pengusahaan Pertambangan

No.Perlhal

Pola Kerjasama Pengusahaan PertambanganUnit

KK KPS PKP2B

1 DasarHukum Ps.iOUUPP1967Ps. 8 UU PMA

Ps. 6 UU MGASPs. 12 UU 8/71

Ps. 10UUPP1967Kepres 75/96.

2 Keadaan Kontrak Dikonsultasikan DPRdanBKPM sebelum disetujuiPresiden

Persetujuan Presiden Dikonsultasikan OPR dan

BKPM untuk PMA danPMDN hanya BPKMsebdumdisetujui presiden.

3 Para Pihak Pemerintah KontraktorAsing

Pemerintah KontraktorAsing

Pemerintah KontraktorAsingdan Nasional

4 Mulal Berlaku Setelah Dltanda tanganiparapihak

Setelah disetujui Presiden Setelahditandatangani paraphak

5 Masa Berlaku SOtahunsejakproduksi SOtahun SOTahun s^akmasaproduksi

6 Kewenangan Kontraktor Manajemen Pertamina Kontraktor

7 Peralihan Hak SetelahMelunasi Royaitidan memenuhi kewajibanlain.

Point ofexport (85:15)%untuk Minyak dan(70:30)untukGas.

Setelah Perlunasan Royaiti13,5% atsale point.

8 DasarPembagian Hasil Penjualan Produksi Migas yang diproduksi(Natura)

Batubara yang diproduksi tap!dalam perkembangan hasilpenjualannya.

Keterangan; KK= Kontrak Karya, KPS= Kontrak Production sharingPKP2B= Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara

28 JURNAL HUKUM. NO. 13 VOL 7. APRIL 2000: 12 - 30

Page 18: Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

Abrar Saleng. Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha...

Simpulan

Berdasarkan analisis perbandingan ketigapola kontrak kefjasama di atas, maka dapatdisimpulkan;

(1) Terdapat dua pola hubungan hukumpemerintah dengan badan usaha swastadalam usaha pertambangan; Periama,hubungan hukum yang didasarkan padastatus pemerintah sebagai pelaksanahak penguasaan negara. Kedua,hubungan hukum yang didasarkan padakontrak atau hubungan kontraktuai(kesederajatan).

(2) Di dalam poia Production Sharing Contract di sektor pertambangan minyak danGas Bumi hubungan pemerintahdengan badan usaha swasta (kontraktor)didasarkan pada status pemerintahsebagai peiaksana hak penguasaannegara.

(3) Pada poia Mining Contract of Work danCoalAgreement di sektor pertambanganumum hubungan pemerintah denganbadan usaha swasta didasarkan padahubungan kontraktuai( kesederajatan). •

Daftar Pustaka

Friedmann, W. 1966. Legal Theory. London:Steven & Sons.

. 1971. The State and The Rule of

Law in A Mixed Economy. London:Steven & Sons.

Gle, Kwik Kian. "Siapa yang Punya KekayaanAiam Indonesia? (artikei)" MarianUmum Kompas, Jakarta 20 Februari1997.

. "MItos Soai Badan Usaha Milik

Negara." Marian Kompas. Jakarta, 3Pebruari 1997.

Hartono, Sunaryati. 1974. Masalah-masaiahDalam Joint Ventures antara ModalAsing dan Modal Indonesia.Bandung: Alumni.

John, Head, W. 1997. Pengantar MukumEkohomi, Edisi Bahasa Indonesiadan Inggeris. Jakarta: ELIPS.

Kameius, Deno. 1998. Fungsi MukumTerhadap Ekonomi di Indonesia.PPs. Surabaya: UNAIR.

Manan, Bagir. "Bentuk-bentuk PerbuatanKeperdataan yang Dapat Diiakukanoieh Pemerintah Daerah, (artikei)."Journal of Padjadjaran University.LP-UNPAD, Bandung, NomorS Vol. 14Th. 1996

Marzuki, PeterMahmud et.ai. (editor). 1998.Mukum Kontrak di Indonesia, ^lekaita:

ELIPS.

Pertamian-BPPKA. 1998. SejarahPerkembangan Production Shar

ing Contract Jakarta.

Subektl. 1983. Pokok-pokok MukumPerjanjian. Jakarta: Intermasa.

7.1984. Pokok-pokok Mukum Perdata.Jakarta: intermasa.

Sigit.Soetarjo. 1996. "Potensi Sumber DayaMineral dan Kebangkitan PertambanganIndonesia." Pidato llmiah padaPenganugrahan Gelar DoktorMonoris Causa. Bandung: 1TB.

29

Page 19: Hubungan Hukum antara Pemerintah dengan Badan Usaha …

."Analisis Kebijakan SektorPertambangan Indonesia." MakalahJurusan Teknik Pertambangan UmumFTM-ITB, Bandung, 27 September

1997.

. dan 8. Yudonarpodo. 1993. "LegalAspects of The Mineral Industry inIndonesia." (Makalah). Jakarta: Indonesian Mining Association (IMA).

Turpin, Colin. 1972. Government ContractLondon: Penguin Book Ringwood.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan &Balai Pustaka. 1995. Kamus BesarBahasa Indonesia, (edisi kedua).

Jakarta.

Undang-Undang Nomor44 Prp Tahun 1960tentang Pertambangan Minyak danGas Bum/(LN. Tahun 1960 Nomor 133).

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967tentang Penanaman Modal Asing {LHTahun 1967 Nomor 1).

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967tentang Ketentuan-ketentuan PokokPertambangan (LN Tahun 1967 Nomor22).

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971tentang Perusahaan PertambanganMinyak dan Gas Bum! Negara (LNTahun 1971 Nomor 76).

Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1996tentang Peijanjian Karya PengusahaanPertambangan Batubara.

* *

30 JURNAL HUKUM. NO. 13 VOL 7. APRIL 2000:12 - 30