Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN KESESUAIAN KONSUMSI TABLET Fe SELAMA
KEHAMILAN TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA
IBU BERSALIN DI PUSKESMAS PACET TAHUN 2018
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan
Pendidikan Program Studi D III Kebidanan
STIKes Bhakti Kencana Bandung
WIDYA SAGITA VITALOKA
NIM: CK.1.15.039
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana
Program Studi D III Kebidanan
Bandung
2018
ABSTRAK
Salah satu faktor penting dalam kesehatan yaitu pencegahan anemia pada ibu
hamil. Menurut WHO (Word Health Organization) tahun 2015 prevalensi anemia
di Indonesia sebesar 23%. Salah satu faktor langsung kejadian anemia kehamilan
yaitu konsumsi tablet Fe. Data kejadian anemia pada ibu hamil tahun 2017 di
Puskesmas Pacet sebesar 6.8%, dan data konsumsi tablet Fe masih dibawah target
90% yaitu sebesar 64%. Tujuan penelitian untuk mengetahui Hubungan
Kesesuaian Konsumsi Tablet Fe Selama Kehamilan Terhadap Kejadian Anemia
Pada Ibu Bersalin Di Puskesmas Pacet Tahun 2018.
Desain penelitian menggunakan studi analitik korelasional dengan pendekatan
cross sectional. Populasi yaitu ibu bersalin sebanyak 211 orang. Sampel sebanyak
67 orang. Teknik sampel dengan simple random sampling. Analisa data yang
digunakan adalah analisis univariate dan analisis bivariate dengan menggunakan
uji chi square.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 56.7% ibu mengkonsumsi Tablet Fe
dengan sesuai, 17.9% ibu mengalami anemia kehamilan. Hasil uji chi square
diperoleh bahwa P value (0.014) < α (0,05) yang berarti ada hubungan antara
kesesuaian konsumsi tablet Fe terhadap kejadian anemia kehamilan.
Hasil penelitian diperoleh adanya hubungan antara kesesuaian konsumsi tablet Fe
terhadap kejadian anemia kehamilan. Diharapkan agar petugas kesehatan
khususnya bidan lebih mengefektifkan komunikasi interpersonal melalui
konseling kesehatan kepada ibu hamil pada saat pemeriksaan kehamilan
khususnya tentang mengkonsumsi tablet Fe dengan sesuai.
Kata Kunci : Kesesuaian Tablet Fe, Anemia
Kepustakaan : 27 buku (2010-2017)
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur, penulis panjatkan
kekehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat dan Karunia-
Nya, serta menganugrahkan kekuatan dan kesehatan lahir dan batin kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian yang berjudul:
“Hubungan Kesesuaian Konsumi Tablet Fe Selama Kehamilan Terhadap
Kejadian Anemia Pada Ibu Bersalin Di Puskesmas Pacet Tahun 2018”
Dalam penyusunan laporan ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. H. Mulyana, S.H.,M.Pd., M.H.Kes selaku ketua Yayasan Adhiguna STIKes
Bhakti Kencana Bandung.
2. R. Siti Jundiah S.Kp., M.Kep, selaku ketua STIKes Bhakti Kencana Bandung.
3. Ibu Dewi Nurlaelasari., M.Keb, selaku ketua program studi D-3 Kebidanan
sekaligus pembimbing dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir yang telah
memberikan bimbingan dan nasehatnya.
4. Responden yang telah berkerja sama dan bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.
5. Kedua orang tua serta keluarga semua yang tidak pernah lelah dalam
mendampingi dan memberikan motivasi pada penulis dengan penuh antusias
dan semangat.
ii
6. Fransiska Rotua N.G dan Rita Artiyana yang telah berkenan dalam membantu
dan memperlancar kegiatan penyusunan Penelitian.
7. Teman-teman seangkatan yang selalu memberi semangat dalam penyusunan
penelitian ini.
8. Semua pihak yang tidak mungkin penyusun sebutkan satu-persatu, terima kasih
sebanyak-banyaknya atas bantuan moril maupun materilnya.
Dalam penyusunan Proposal Penelitian, penulis menyadari masih terdapat
banyak kekurangan, baik dalam segi penulisan maupun materi. Selanjutnya,
Proposal Penelitian ini dapat dikatakan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
kaarena itu, penulis mengharapkan pembaca berkenan memberikan saran dan
kritik yang bersifat membangun, yang dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran, sehingga dapat mendukung penyempurnaan penyusunan Proposal
Penelitian pada masa yang akan datang. Semoga Proposal Penelitian ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Bandung, April 2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... v
DAFTAR TABEL...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 8
2.1 Kesesuaian Konsumsi Tablet Fe ........................................................... 8
2.2 Tingkat Kecukupan Zat Besi ................................................................. 11
2.3 Kehamilan ............................................................................................. 24
2.4 Anemia Pada Kehamilan ....................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 47
3.1 Desain Penelitian .................................................................................. 47
iv
3.2 Variabel Penelitian ............................................................................... 47
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................ 48
3.3.1 Populasi Penelitian ....................................................................... 48
3.3.2 Sampel Penelitian ......................................................................... 48
3.3.3 Kriteria Sampel.............................................................................. 49
3.3.4 Teknik pengambilan sempel .......................................................... 50
3.4 Teknik Pengambilan Data .................................................................... 50
3.5 Kerangka Penelitian .............................................................................. 50
3.6 Definisi Operasional ............................................................................. 54
3.7 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 55
3.8 Rancangan Pengolahan dan Analisa Data ............................................. 55
3.9 Prosedur Penelitian................................................................................ 58
3.10 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 59
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 59
4.1.1 Analisis univariat ...................................................................... 59
4.1.2 Analisis Bivariat ....................................................................... 60
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 68
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 68
5.2 Saran ...................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Hubungan Kesesuaian Konsumsi Tablet Fe Selama
Kehamilan Terhadap Kejadian Anemia Pada Ibu Bersalin Di
Puskesmas Pacet Tahun 2018 ................................................. 53
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kesesuaian Konsumsi Tablet
Fe Selama Kehamilan Pada Ibu Bersalin Di Puskesmas
Pacet Tahun 2018 ........................................................................ 59
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Selama Kehamilan
Pada Ibu Bersalin Di Puskesmas Pacet Tahun 2018 ................... 60
Tabel 4.3 Hubungan Kesesuaian Konsumsi Tablet Fe Terhadap
Kejadian Anemia Selama Kehamila Pada Ibu
Bersalin Di Puskesmas Pacet Tahun 2018 .................................. 60
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Pernyataan kesediaan menjadi responden
Lampiran II : Lembar Kuesioner
Lampiran III : Hasil Penelitian
Lmpiran IV : Data Responden
Lampiran V : Lembar Persyaratan Sidang
Lampiran VI : Lembar konsul
Lampiran VII : Lembar matrik
Lampiran VII : Surat kampus STIKes ( permohonan data dan penelitian)
Lampiran VIII : Surat balasan dari Kesbang
Lampiran IX : Riwayat hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan yaitu
meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat antara lain dengan
meningkatkan umur harapan hidup. Indikator kesehatan suatu Negara ditentukan
dengan perbandingan tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Indonesia di lingkungan ASEAN merupakan Negara
dengan angka tertinggi yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan
kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih
bermutu (Kemenkes,2014).
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
menyebutkan bahwa AKI tercatat mengalami kenaikan yang signifikan yaitu
sebesar 359 per 1.00.000 kelahiran hidup dibandingkan dengan survey pada tahun
2007 yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target penurunan AKI secara global
menurut SDGs adalah 70 kematian per 100.000 kelahiran hidup
(Kemenkes,2015).
Salah satu faktor penting dalam kesehatan yaitu pencegahan anemia pada
ibu hamil. Menurut WHO (Word Health Organization) tahun 2015 prevalensi
anemia di Indonesia sebesar 23%, berdasarkan RISKESDAS (Riset Kesehatan
Dasar) 2013 frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia mencapai 37,1%,
yaitu dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proposi yang hampir
2
sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%). Infodatin gizi
(2015) menyebutkan diperkirakan 41.8% ibu hamil di seluruh dunia menyebabkan
anemia (Kemenkes,2015).
Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya
sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia (Manuaba,2012). Anemia
hamil disebut ”Potensial danger of mother and child” (potensial membahayakan
ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua
pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada hari terdepan. Menurut WHO
(Word Health Organization) 41% kematian para ibu di negara yang sedang
berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Berbagai penyakit dapat
timbul akibat anemia seperti abortus, partus prematur, partus lama, akibat insersia
uteri, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi baik intra partum
maupun post partum. (Varney,2010)
Faktor penyebab anemia kehamilan dapat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu
faktor dasar (sosial ekonomi, pengetahuan, pendidikan, budaya), faktor tidak
langsung (ANC, paritas, umur, dan dukungan suami), dan faktor langsung (pola
konsumsi tablet Fe, penyakit infeksi seperti TBC, Perdarahan). Menurut WHO
40% kematian ibu berkaitan dengan anemia pada kehamilan disebabkan oleh
definiensi besi. Wanita hamil yang menderita anemia defisiensi besi didapatkan
terjadinya kematian janin (12-28%), kematian perinatal (30%), dan kematian
neonatal (7-10%). Zat besi pada kehamilan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
tumbuh kembang janin. Simpanan besi yang tidak mencukupi sebelum kehamilan
3
akibat asupan besi yang tidak adekuat dapat mengakibatkan terjadinya anemia
defisiensi besi dalam kehamilan Mengingat besarnya dampak buruk anemia
defisiensi besi pada wanita hamil dan janin, maka diperlukan perhatian cukup
terhadap masalah ini (WHO,2012).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 88 tahun 2014
menjelaskan program suplementasi tablet Fe untuk mengatasi kekurangan
konsumsi zat besi, yaitu pemerintah membuat program suplemen tambahan darah
kepada ibu hamil sebanyak 90 tablet selama kehamilan (Kemenkes,2015).
Kebutuhan zat besi pada saat kehamilan meningkat, zat besi meningkat 2 kali lipat
dari kebutuhan sebelum hamil. Hal ini terjadi karena selama hamil, volume darah
meningkat 50%, sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk membentuk
hemoglobin. Selain itu, pertumbuhan janin dan plasenta yang sangat pesat juga
memerlukan banyak zat besi. Dalam keadaan tidak hamil, kebutuhan zat besi
biasanya dapat dipenuhi dari menu makanan sehat dan seimbang, tetapi dalam
keadaan hamil, suplai zat besi dari makan saja belum cukup sehingga dibutuhkan
suplemen berupa zat besi (Depkes,2014).
Suplemen tablet besi merupakan salah satu cara yang bermanfaat dalam
mengatasi anemia. Di Indonesia suplementasi zat besi sudah lama diberikan
secara rutin pada ibu hamil di tiap-tiap Puskesmas atau Posyandu, menggunakan
tablet yang mengandung 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1gr% per
bulan (Depkes,2014). Salah satu cara mengurangi angka anemia pada kehamilan
yaitu dengan patuh mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan. Kepatuhan
mengkonsumsi tablet besi yaitu ketaatan ibu hamil melaksanakan anjuran petugas
4
kesehatan untuk mengkonsumsi tablet zat besi. Kesesuaian mengkonsumsi tablet
besi di ukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara
mengkonsumsi tablet besi, frekuensi tablet per hari. Suplementasi besi atau
pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan
menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan zat besi. Suplemen besi
merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat
yang dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat, sedangkan
ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi dapat memiliki peluang yang
lebih besar untuk terkena anemia (Afnita,2011).
Berdasarkan data dari Dinas Kabupaten Bandung pemberian tablet Fe
selama kehamilan masih di anggap belum sesuai dengan target 90% pemberian
tablet Fe kehamilan, hal ini dikarenakan data tahun 2017 dari 62 puskesmas yang
ada di Kabupaten Bandung prevalensi pemberian tablet Fe sekitar 69%, masih
dibawah target 90% pemberian Fe selama kehamilan, hal ini diperkuat oleh masih
banyaknya ibu hamil yang mengalami anemia selama kehamilannya akibat
kurangnya konsumsi tablet Fe. Angka kejadian anemia tahun 2017 terdapat 3
puskesmas yang dinilai memiliki angka tertinggi kejadian anemia yaitu di
Puskesmas Pacet 6.8% (19 ibu hamil dengan Hb < 11gr% dan 103 dengan Hb
<8gr%), Puskesmas Rancaekek 6.3% (17 ibu hamil dengan Hb < 11gr% dan 98
dengan Hb <8gr%), dan Puskesmas Panca 6% (11 ibu hamil dengan Hb < 11gr%
dan 94 dengan Hb <8gr%) (Dinkes Kab, Bandung,2017).
Puskesmas Pacet merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten
Bandung menaungi sebanyak 6 desa, yaitu Desa Maruyung, Desa Cikitu, Desa
5
Mekarjaya, Desa Pangauban, Desa Cinangela, dan Desa Girimulya. Berdasarkan
data dari Puskesmas Pacet prevalensi pemberian tablet Fe kehamilan tahun 2016
sebesar 64%, dan tahun 2017 sebesar 70%, dibandingkan dengan Puskesmas
Rancaekek (74%), dan Puskesmas Panca (76%) pada tahun 2017 angka pemberian
tablet Fe di Puskesmas Pacet masih jauh dibawah target penyapaian 90%. Hasil
studi pendahuluan kepada 5 orang ibu hamil pada trimester III, 3 orang
diantaranya menyatakan kurang sesuai dalam mengkonsumsi tablet Fe selama
kehamilannya, alasannya ibu terkadang lupa untuk meminum tablet Fe, selain itu
terkadang ibu merasa mual setelah meminum tablet Fe, dan 2 orang ibu hamil
menyatakan sesuai dalam mengkonsumsi tablet Fe sesuai anjuran bidan diminum
setiap 1 kali sehari diwaktu malam hari.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Hubungan Kesesuaian Konsumsi Tablet Fe Selama
Kehamilan Terhadap Kejadian Anemia Pada Ibu Bersalin Di Puskesmas Pacet
Tahun 2018.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Bagaimanakah Hubungan Kesesuaian Konsumsi Tablet Fe
Selama Kehamilan Terhadap Kejadian Anemia Pada Ibu Bersalin Di Puskesmas
Pacet Tahun 2018?”.
6
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Kesesuaian Konsumsi Tablet Fe Selama
Kehamilan Terhadap Kejadian Anemia Pada Ibu Bersalin Di Puskesmas
Pacet Tahun 2018.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui kesesuaian konsumsi tablet Fe selama kehamilan pada ibu
bersalin di Puskesmas Pacet tahun 2018.
2. Mengetahui kesesuaian konsumsi tablet Fe pada ibu bersalin semala
kehamilan di Puskesmas Pacet tahun 2018.
3. Mengetahui hubungan kesesuaian konsumsi tablet Fe selama
kehamilan terhadap kejadian anemia pada ibu bersalin di Puskesmas
Pacet tahun 2018.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai hubungan
kesesuaian konsumsi tablet Fe pada ibu hamil terhadap kejadian
anemia.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan
dalam meningkatkan pelayanan antenatal di Puskesmas Pacet.
7
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan bagi mahasiswa
dan pihak-pihak yang berkepentingan melakukan penelitian lebih
lanjut. Sehingga penelitian yang akan datang lebih baik lagi dan
melengkapi bacaan / kepustakaan.
3. Bagi Peneliti
Sebagai media pembelajaran untuk mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang didapat di bangku perkuliahan serta sebagai
pembelajaran bagi peneliti dalam melakukan penelitian secara
sistematis dan ilmiah.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kesesuaian Konsumsi Tablet Besi
2.1.1. Definisi
Kesesuaian atau kepatuhan mengkonsumsi tablet besi didefinisikan
perilaku ibu hamil yang mentaati semua petunjuk yang dianjurkan oleh petugas
kesehatan dalam mengkonsumsi tablet besi. Kepatuhan konsumsi tablet besi
diperoleh melalui perhitungan tablet yang tersisa. Ibu hamil dikategorikan patuh
apabila angka kepatuhannya mencapai 90%. Sebaliknya ibu hamil dikatakan tidak
patuh apabila angka kepatuhannya <90% (Rahmawati, 2012).
2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kesadaran merupakan faktor pendukung bagi ibu hamil untuk patuh
mengkonsumsi tablet besi secara baik (Indreswari,2010). Menurut Rahmawati dan
Subagio (2012), ada beberapa faktor yang mempunyai andil cukup besar dalam
mempengaruhi ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi, diantaranya adalah
pengetahuan, motivasi, sikap, pelayanan kesehatan, dan peran serta keluarga.
Selain itu efek samping juga berpengaruh besar terhadap kepatuhan ibu hamil
dalam mengkonsumsi tablet besi. Efek samping dari tablet besi antara lain
mengakibatkan nyeri lambungKonsumsi tablet besi sangat dipengaruhi kesadaran
dan kepatuhan ibu hamil., mual, muntah, konstipasi, dan diare (Indreswari dkk,
2010).
9
Kepatuhan yang tinggi dalam mengkonsumsi tablet besi juga karena
motivasi untuk pencapaian kesehatan yang lebih baik setelah mengkonsumsi
tablet besi (Budiarni dan Subagio, 2012).
Menurut Notoatmodjo, 2010, beberapa teori lain yang telah dicoba untuk
mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi kepatuhan konsumsi tablet
besi, antara lain adalah perilaku ibu hamil, khususnya perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan, antara lain :
2.1.2.1. Teori Lawrence Green (1980)
Green dalam Notoatmodjo, mencoba menganalisis perilaku manusia
berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2
faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku
(non behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan
sebagainya.
3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
10
2.1.2.2. Teori Snehandu B. Kar (1983)
Karena mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa
perilaku merupakan fungsi dari :
1. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau
perawatan kesehatannya (behavior itention).
2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
3. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas
kesehatan (accesebility of information).
4. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil
tindakan atau keputusan (personal autonomy).
5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).
2.1.2.3. Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku
tertentu adalah :
1. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang
terhadap objek (objek kesehatan).
1) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman
orang lain.
2) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu.
11
3) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.
Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang
paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi
orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan
kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung
pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada
pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu
tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
2. Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya,
maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
3. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga
dan sebagainya.
4. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber- sumber
didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of
life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk
dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat
sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2011).
2.2. Tingkat Kecukupan Zat Besi
2.2.1. Fungsi Zat Besi
Menurut Almatsier, 2011, besi mempunyai beberapa fungsi esensial di
dalam tubuh antara lain:
12
1. Sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh.
2. Sebagai alat angkut elektron di dalam sel.
3. Sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.
2.2.2. Komposisi Zat Besi di Dalam Tubuh
Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat didalam tubuh
manusia dan hewan, yaitu 3-5 gram didalam tubuh manusia dewasa. Meskipun zat
besi ini terdapat luas dalam makanan, banyak penduduk dunia mengalami
kekurangan besi. Kekurangan besi berpengaruh terhadap produktivitas kerja,
penampilan kognitif, dan sistem kekebalan (Iswanto dkk., 2012).
2.2.3. Sumber Zat Besi
Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi-hem seperti terdapat
dalam hemoglobin dan mioglobin makanan hewani, dan besi-nonhem dalam
makanan nabati. Besi-hem hanya merupakan bagian kecil dari besi yang diperoleh
dari makanan (kurang lebih 5% dari besi total makanan), namun yang dapat
diabsorpsi dapat mencapai 25%, sedangkan nonhem hanya 5% (Almatsier, 2011).
Sumber besi yang baik adalah makanan hewani seperti daging, ayam, ikan,
telur. Sedangkan sumber besi yang berasal dari sayuran adalah serealia tumbuk,
kacang-kacangan , sayuran hijau dan buah. Disamping jumlah besi, perlu
diperhatikan juga ketersediaan biologik (bioavailability). Besi bersumber daging,
ayam, ikan mempunyai bioavailability yang tinggi (Arisman, 2010).
13
2.2.4. Penyerapan Zat Besi
Menurut Almatsier, tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi.
Sebelum diabsorpsi, didalam lambung besi dibebaskan dari ikatan organik seperti
protein. Sebagian besar besi dalam bentuk feri direduksi menjadi bentuk fero. Hal
ini terjadi dalam suasana asam di dalam lambung dengan adanya HCl dan vitamin
C yang terdapat dalam makanan.
Absorpsi terutama terjadi dibagian atas usus halus (duodenum) dengan
bantuan alat angkut protein khusus. Ada dua jenis alat angkut protein yang
membantu penyerapan besi, yaitu transferin dan feritin. Transferin protein yang
disintesis di dalam hati terdapat dalam dua bentuk. Transferin mukosa
mengangkut besi dari saluran cerna ke dalam sel mukosa dan memindahkan ke
transferin reseptor yang ada di dalam sel mukosa. Transferin mukosa kemudian
kembali ke rongga saluran cerna untuk mengikat besi lain, sedangkan reseptor
mengangkut besi melalui darah ke semua jaringan tubuh. Duo ion feri diikatkan
pada transferin untuk dibawa ke jaringan-jaringan tubuh. Banyaknya reseptor
transferin yang terdapat pada membrane sel bergantung pada kebutuhan tiap sel.
Kekurangan besi pertama dapat dilihat pada tingkat kejenuhan transferin
(Almatsier, 2011).
Menurut Almatsier, agar dapat diabsorpsi besi nonhem di dalam usus
halus harus berada dalam bentuk terlarut. Besi nonhem diionisasi oleh asam
lambung, direduksi menjadi bentuk fero dan dilarutkan dalam cairan pelarut
seperti asam askorbat, gula dan asam amino yang mengandung sulfur. Pada
Susana pH 7 di dalan duodenum sebagian besar besi dalam bentuk feri akan
14
mengendap, kecuali dalam keadaan terlarut. Besi fero lebih mudah larut pada pH
7, oleh karena itu mudah diabsorpsi. Taraf absorpsi besi diatur oleh mukosa
saluran cerna yang ditentukan oleh kebutuhan tubuh.
Penyebaran besi dari sel mukosa ke sel-sel tubuh berlangsung lebih lambat
daripada penerimaannya dari saluran cerna., bergantung pada simpanan besi
dalam tubuh dan kandungan besi dalam makanan. Sebagian besar transferin darah
membawa besi ke sumsum tulang dan bagian tubuh lain. Di dalam sumsum tulang
besi digunakan untuk membuat hemoglobin yang merupakan bagian dari sel darah
merah. Sisanya dibawa ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Kelebihan besi
yang dapat mencapai 200-1500 mg disimpan sebagai protein feritin dan
hemosiderin di dalam hati (30%), sumsum tulang belakang (30%), dan selebihnya
di dalam limpa dan otot. Dari simpanan besi tersebut hingga 50 mg sehari dapat
dimobilisasi untuk keperluan tubuh seperti pembentukan hemoglobin. Feritin
yang bersirkulasi didalam darah mencerminkan simpanan besi di dalam tubuh
(Almatsier, 2011).
Menggunakan suplemen besi dosis tinggi untuk jangka waktu panjang atau
sering mendapat transfusi darah dapat menimbulkan penumpukan besi secara
berlebihan di dalam hati. Simpanan besi terutama dalam bentuk hemosiderin yang
tidak larut air dapat menimbulkan hemosiderosis (Briawan, 2013).
2.2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi besi
Menurut Almatsier, dalam keadaan defisiensi besi, absorpsi dapat
mencapai 50%. Beberapa faktor yang mempengaruhi absorpsi besi, yaitu :
15
1. Bentuk besi
Besi hem dapat diserap 2 kali lipat daripada besi nonhem.
2. Asam organik
Asam organik seperti vitamin C sangat membantu penyerapan besi non
hem dengan merubah bentuk feri menjadi bentuk fero.
3. Asam fitat
Asam fitat dan factor lain didalam serat serealia dan asam oksalat
didalam sayuran dapat menghambat penyerapan besi.
4. Tanin
Tanin merupakan polifenol dan terdapat didalam teh, kopi dan beberapa
jenis sayuran dan buah juga menghambat absorpsi besi dengan cara
mengikatnya.
5. Tingkat keasaman lambung
Keasaman lambung dapat meningkatkan daya larut besi.
6. Faktor intrinsik
Faktor intrinsik di dalam lambung membantu penyerapan besi diduga
karena hem mempunyai struktur yang sama dengan vitamin B12.
7. Kebutuhan tubuh
Kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh besar terhadap absorpsi besi.
Bila tubuh kekurangan besi atau kebutuhan meningkat pada masa
pertumbuhan, absorpsi besi non-hem dapat meningkat sampai sepuluh
kali, sedangkan besi-hem dua kali (Almatsier, 2011).
16
2.2.6. Ekskresi Zat Besi
Sel darah merah rata-rata berumur kurang lebih 4 bulan. Sel-sel hati dan
limpa akan mengambilnya dari darah, memecahnya dan menyiapkan produk-
produk pemecahan tersebut untuk dikeluarkan dari tubuh atau didaur ulang. Zat
besi sebagian besar di daur ulang. Hati mengikatnya ke transferin darah, dan
mengangkutnya kembali ke sumsum tulang untuk digunakan kembali membuat
sel darah merah baru. Hanya sedikit besi yang dikeluarkan dari tubuh, terutama
melalui urin, keringat, dan kulit (Briawan, 2013).
2.2.7. Kebutuhan Zat Besi Pada Ibu Hamil
Menurut Manuaba, 2010, wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari
laki-laki karena terjadi menstruasi dengan pendarahan sebanyak 50 sampai 80 cc
setiap bulan, dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mg. Disamping itu
kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah serta membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Jika pada saat
persalinan cadangan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan menguras
persediaan zat besi dalam tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada
kehamilan berikutnya (Manuaba, 2010).
Angka kecukupan besi sehari yang dianjurkan berdasarkan Widyakarya
Nasional Pangan dan Gzi (2004) dapat dilihat pada tabel 2.1. Angka kecukupan
ini dihitung berdasarkan ketersediaan hayati (bioavailability) sebesar 15%. Zat
besi dalam makanan dapat berasal dari sumber nabati dengan ketersediaan hayati
2-3% dan sumber hewani dengan ketersediaan hayati 20-23%. Untuk
17
meningkatkan ketersediaan hayati, zat besi yag berasal dari tumbuh-tumbuhan
dapat ditambahkan dengan vitamin C dan asam organik lainnya
Tabel 2.1. Angka Kecukupan Zat Besi yang dianjurkan (per orang per hari).
Golongan Umur AKB (mg) Golongan Umur AKB (mg)
0 – 6 bl 0,5 Wanita :
7 – 11 bl 7 10 – 12 th 20
1 – 3 th 8 13 – 15 th 26
4 – 6 th 9 16 – 18 th 26
7 – 9 th 10 19 – 29 th 26
30 – 49 th 26
Pria : 50 – 64 th 12
10 – 12 th 13 ≥ 65 th 12
13 – 15 th 19
16 – 18 th 15 Hamil :
19 – 29 th 13 Trimester I + 0
30 – 49 th 13 Trimester II + 9
50 – 64 th 13 Trimester III + 13
≥ 65 th 13
Menyusui :
0 – 6 bl + 6
7 – 12 bl + 6
Sumber : Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, 2010.
18
2.2.8. Akibat Kekurangan Zat Besi Pada Masa Kehamilan
Kurangnya zat besi dan asam folat dapat menyebabkan anemia. Proses
kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap. Awalnya
terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi, bila tidak dipenuhi masukan zat
besi lama kelamaan timbul gejala anemia disertai penurunan kadar hemoglobin
(Almatsier, 2011).
Ciri-ciri dan tanda tanda gejala anemia antara lain pucat, lemah, nafas
pendek, dan nafsu makan hilang. Menurut Manuaba (2010) anemia pada
kehamilan dapat berakibat buruk pada ibu dan janin yang dikandung. Bahaya
selama kehamilan adalah terjadi abortus, persalinan premature, hambatan tumbuh
kembang janin dalam kandungan, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi
kordis (Hb < 6 gr%), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan
antepartum, dan ketuban pecah dini. Dampak anemia pada bayi yaitu, bayi lahir
sebelum waktunya, berat badan lahir rendah, kematian bayi, serta meningkatnya
angka kesakitan bayi (Depkes RI, 2011).
2.2.9. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kurang Zat Besi Pada Ibu
Hamil
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kurang
zat besi pada ibu hamil menurut Depkes RI dalam Zulaekah (2010) adalah:
1. Meningkatkan konsumsi zat besi dari sumber alami, terutama makanan,
sumber hewani (hem iron) yang mudah diserap seperti hati, ikan, daging,
selain itu perlu ditingkatkan juga makanan yang banyak mengandung
19
vitamin C dan vitamin A (buah-buahan dan sayuran) untuk membantu
penyerapan zat besi dan membantu proses pembentukan hemoglobin.
2. Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan zat besi, asam folat,
vitamin A dan asam amino esensial pada bahan makanan yang dimakan
secara luas oleh kelompok sasaran.
3. Suplementasi besi folat secara rutin selama jangka waktu tertentu,
bertujuan untuk meningkatkan kadar Hb secara tepat. Dengan demikian
suplementasi zat besi hanya merupakan salah satu upaya pencegahan dan
penanggulangan kurang besi yang perlu diikuti dengan cara lainnya.
2.2.10. Suplementasi Zat Besi Pada Ibu Hamil
1. Pengertian Suplementasi Tablet Besi
Suplementasi tablet besi adalah pemberian zat besi folat yang
berbentuk tablet. Setiap tablet besi berisi 200 mg fero sulfat dan 0,25 mg
asam folat (setara dengan 60 mg besi dan 0,25 asam folat), yang diberikan
oleh pemerintah kepada ibu hamil untuk mengatasi masalah anemia gizi
besi (Depkes RI,2011). Pemberian suplementasi tablet besi
menguntungkan karena dapat memperbaiki status hemoglobin tubuh dalam
waktu relatif singkat. seperti anak balita, anak sekolah, dan pekerja.
Pemberian tablet besi ini diberikan oleh petugas kesehatan dengan cuma-
cuma sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat luas dan mudah didapat
(Depkes RI,2011)
20
2. Dosis dan Cara Pemberian Tablet besi pada ibu Hamil
Menurut Depkes tablet besi diberikan pada ibu hamil sesuai
dengan dosis dan cara yang ditentukan, yaitu :
1) Dosis pencegahan, diberikan pada kelompok sasaran tanpa
pemeriksaan Hb, yaitu sehari 1 tablet berturut-turut selama minimal
90 hari pada masa kehamilan.
2) Dosis pengobatan diberikan pada sasaran yang Hbnya diatas ambang
batas yaitu bila kadar Hb < 11 gr% pemberian menjadi 3 tablet
sehari selama 90 hari.
Menurut ketentuan Depkes RI tablet besi diberikan pada sasaran melalui
sarana-sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta, antara lain :
puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, bidan desa, posyandu, rumah sakit
pemerintah/swasta, bidan/dokter praktek swasta, apotek/toko obat, dan pos obat
desa (Depkes RI,2011).
Kebutuhan zat besi selama hamil yaitu rata-rata 800 mg – 1040 mg.
Kebutuhan ini diperlukan untuk :
1. ± 300 mg diperlukan untuk pertumbuhan janin.
2. ± 50-75 mg untuk pembentukan plasenta.
3. ± 500 mg digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin
maternal/sel darah merah.
4. ± 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit.
5. ± 200 mg lenyap ketika melahirkan
21
Perhitungan makan 3 x sehari atau 1000-2500 kalori akan menghasilkan
sekitar 10–15 mg zat besi perhari, namun hanya 1-2 mg yang di absorpsi. Jika ibu
mengkonsumsi 60 mg zat besi, maka diharapkan 6-8 mg zat besi dapat diabsropsi,
jika dikonsumsi selama 90 hari maka total zat besi yang diabsropsi adalah sebesar
720 mg dan 180 mg dari konsumsi harian ibu. Besarnya angka kejadian anemia
ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar 70%, dan
trimester III sebesar 70%. Hal ini disebabkan karena pada trimester pertama
kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan
pertumbuhan janin masih lambat.
Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh
wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk
memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen
lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300 –
350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat
besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil.
Masukan zat besi setiap hari diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang
melalui tinja, air kencing dan kulit. Kehilangan basal ini kira-kira 14 ug per Kg
berat badan per hari atau hampir sarna dengan 0,9 mg zat besi pada laki-laki
dewasa dan 0,8 mg bagi wanita dewasa. Kebutuhan zat besi pada ibu hamil
berbeda pada setiap umur kehamilannya, pada trimester I naik dari 0,8 mg/hari,
menjadi 6,3 mg/hari pada trimester III.
Kebutuhan akan zat besi sangat menyolok kenaikannya. Dengan demikian
kebutuhan zat besi pada trimester II dan III tidak dapat dipenuhi dari makanan
22
saja, walaupun makanan yang dimakan cukup baik kualitasnya dan
bioavailabilitas zat besi tinggi, namun zat besi juga harus disuplai dari sumber lain
agar supaya cukup.
Penambahan zat besi selama kehamilan kira-kira 1000 mg, karena mutlak
dibutuhkan untuk janin, plasenta dan penambahan volume darah ibu. Sebagian
dari peningkatan ini dapat dipenuhi oleh simpanan zat besi dan peningkatan
adaptif persentase zat besi yang diserap. Tetapi bila simpanan zat besi rendah atau
tidak ada sama sekali dan zat besi yang diserap dari makanan sangat sedikit maka,
diperlukan suplemen preparat besi. Untuk itu pemberian suplemen Fe disesuaikan
dengan usia kehamilan atau kebutuhan zat besi tiap semester, yaitu sebagai
berikut :
1. Trimester I : kebutuhan zat besi ±1 mg/hari, (kehilangan basal 0,8
mg/hari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.
2. Trimester II : kebutuhan zat besi ±5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8
mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan conceptus 115
mg.
3. Trimester III : kebutuhan zat besi 5 mg/hari,) ditambah kebutuhan sel
darah merah 150 mg dan conceptus 223 mg.
Besi dalam bentuk fero lebih mudah diabsorbsi maka preparat besi untuk
pemberian oral tersedia dalam berbagai bentuk berbagai garam fero seperti fero
sulfat, fero glukonat, dan fero fumarat. Ketiga preparat ini umumnya efektif dan
tidak mahal. Di Indonesia, pil besi yang umum digunakan dalam suplementasi zat
besi adalah ferrosus sulfat, senyawa ini tergolong murah dan dapat diabsorbsi
23
sampai 20%. Memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau
Nafero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak
1 gr% bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan
50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia. Dosis zat besi yang paling tepat
untuk mencegah anemia ibu masih belum jelas, tetapi untuk menentukan dosis
terendah dari zat besi untuk pencegahan defisiensi besi dan anemia defisiensi besi
pada kehamilan telah dilakukan penelitian pada wanita Denmark, suplemen 40 mg
zat besi ferrous / hari dari 18 minggu kehamilan tampaknya cukup untuk
mencegah defisiensi zat besi pada 90% perempuan dan anemia kekurangan zat
besi pada setidaknya 95% dari perempuan selama kehamilan dan postpartum.
Prevalensi anemia defisiensi besi pada 39 minggu kehamilan secara
signifikan lebih tinggi pada kelompok 20 mg (10%) dibanding kelompok 40 mg
(4,5%), kelompok 60 mg (0%), dan kelompok 80 mg (1,5%) (p = 0,02). Pada 32
minggu kehamilan, berarti Hb pada kelompok 20 mg lebih rendah dibanding
kelompok 80 mg. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam status besi (feritin,
sTfR, dan Hb) antara kelompok 40, 60, dan 80 mg. Postpartum, kelompok 20 mg
memiliki feritin serum rata-rata secara signifikan lebih rendah dibanding
kelompok 40, 60 dan 80 mg (Depkes,2014).
24
2.3 Kehamilan
2.3.1 Konsep Dasar Kehamilan
Hamil adalah suatu masa dari mulai terjadinya pembuahan dalam rahim
seorang wanita terhitung sejak hari pertama haid terakhir sampai bayinya
dilahirkan. Kehamilan terjadi ketika seorang wanita melakukan hubungan seksual
pada masa ovulasi atau masa subur dan sperma pria pasangannya akan membuahi
sel telur matang wanita tersebut. Telur yang telah dibuahi sperma kemudian akan
menempel pada dinding rahim, lalu tumbuh dan berkembang selama kira-kira 40
minggu dalam rahim dalam kehamilan normal (Sari, 2013).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama hamil
normal 40 minggu atau 9 bulan 7 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Dibagi menjadi 3 bagian ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan triwulan
pertama (sebelum 14 minggu), kehamilan triwulan kedua 14-28 minggu,
kehamilan triwulan ketiga 28-36 minggu atau sesudah 36 minggu.
2.3.2 Perubahan fisiologis pada ibu hamil
1. Rahim atau uterus Rahim yang besarnya sejempol atau beratnya 30
gram
2. Vagina (liang senggama) Vagina dan vulva akan mengalami
peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga
tampak makin merah dan kebirubiruan.
3. Ovarium Dengan terjadinya pengertian kehamilan, indung telur yang
mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya
25
sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur pengertian
kehamilan 16 minggu.
4. Payudara Payudara menjadi lebih besar, glandula Montgomery makin
tampak, areola payudara makin hiperpigmentasi (menghitam), puting
susu makin menonjol.
5. Sirkulasi darah Sel darah makin meningkat jumlahnya untuk
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim. Serum darah (volume
darah) meningkat sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah
sekitar 20%.
6. Berat badan ibu hamil bertambah Berat badan ibu hamil akan
bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg selama hamil atau terjadi
kenaikan berat badan sekitar 0,5 kg/minggu (Manuaba,2010).
2.3.3 Perubahan psikologis
1. Perubahan psikologis trimester I
Segera setelah konsepsi kadar hormon estrogen dan
progesterone pengertian kehamilan akan meningkat dan ini akan
menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah,
lelah dan menyebabkan membesarnya payudara. Pada trimester
pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih
meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang
terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan 8 seksama,
karena perutnya masih kecil, pengertian kehamilan merupakan rahasia
26
seorang ibu yang mungkin diberitahukannya pada orang lain atau
dirahasiakannya .
2. Perubahan psikologis trimester II
Tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone yang lebih
tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Ibu sudah
menerima pengertian kehamilannya dan mulai dapat menggunakan
energi dan pikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula
ibu dapat merasakan gerakan bayinya dan ibu mulai merasakan
kehadiran bayinya bagi seorang diluar dari dirinya sendiri. Banyak ibu
yang merasa terlepas dari rasa kecemasan, rasa tidak nyaman seperti
yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan
meningkatnya libido.
3. Perubahan psikologis trimester III
Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan
waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu
kelahiran bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasakan takut akan
rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan.
Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dengan
bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil.
27
2.3.4 Kebutuhan Ibu Hamil
Trimester I :
1. Diet dalam pengertian kehamilan Ibu dianjurkan untuk makan
makanan yang mudah dicerna dan makan makanan yang bergizi untuk
menghindari adanya rasa mual dan muntah begitu pula nafsu makan
yang menurun. Ibu hamil juga harus cukup minum 6-8 gelas sehari.
2. Pergerakan dan gerakan badan Ibu hamil boleh mengerjakan
pekerjaan sehari-hari akan tetapi jangan terlalu lelah sehingga harus di
selingi dengan istirahat. Istirahat yang dibutuhkan ibu 8 jam pada
malam hari dan 1 jam pada siang hari.
3. Personal Hygiene Ibu dianjurkan untuk untuk menjaga kebersihan
badan untuk mengurangi kemungkinan infeksi, kebersihan gigi dan
ganti pakaian minimal 2 x sehari.
4. Seksual Pada umumnya diperbolehkan pada masa pengertian
kehamilan jika dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir pengertian
kehamilan, sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan
sakit dan perdarahan. Pada ibu yang mempunyai riwayat abortus, ibu
dianjurkan untuk menunda sampai dengan 16 minggu karena pada
waktu itu plasenta telah terbentuk.
5. Ibu diberi imunisasi TT1 dan TT2
28
Trimester II :
1. Pakaian Menganjurkan ibu untuk mengenakan pakaian yang nyaman
digunakan dan yang berbahan katun untuk mempermudah penyerapan
keringat. Menganjurkan ibu untuk tidak menggunakan sandal atau
sepatu yang berhak tinggi karena dapat menyebabkan nyeri pada
pinggang.
2. Nutrisi Kebutuhan energi pada pengertian kehamilan trimester I
memerlukan 100 kkal/hari dan selanjutnya pada trimester II dan III,
tambahan energi yang dibutuhkan meningkat menjadi 300 kkal/hari,
atau sama dengan mengkonsumsi tambahan 100gr daging ayam atau
minum 2 gelas susu sapi cair. Idealnya kenaikan berat badan sekitar
500gr/minggu. Kebutuhan makan ibu hamil dengan berat badan
normal per hari.
Trimester III :
1). Mempersilahkan kelahiran dan kemungkinan darurat
1. Bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat untuk
mempersiapkan rencana kelahiran termasuk mengidentifikasi 10
penolong dan tempat persalinan, serta perencanaan tabungan
untuk mempersiapkan biaya persalinan.
2. Bekerja sama dengan ibu, keluarganya dan masyarakat untuk
mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi, termasuk:
3. Mengidentifikasi kemana harus pergi dan dan transportasi.
29
4. Mempersiapkan donor darah.
5. Mengadakan persiapan financial.
6. Mengidentifikasi pembuat keputusan kedua jika pembuat
keputusan pertama tidak ada ditempat.
2). Memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada servik.
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada pemeriksaan dalam, servik mendatar dan pembukaan telah
ada.
2.3.5 Asuhan Kehamilan
Tujuan dari pemeriksaan pengertian kehamilan yang disebut dengan Ante
Natal Care (ANC) tersebut adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif
bagi ibu dan bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu,
mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan
kelahiran dan memberikan pendidikan. Standar pelayanan antenatal ada 14 T
yaitu:
1. Timbang berat badan ( T1)
1) Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum
hamil dihitung dari trimester I sampai trimester II yang berkisar
30
antara 9-13,5 kg. penimbangan berat badan mulai terimester III
bertujusn untuk mengetahui kenaikan berat badan setiap minggu,
yaitu tergolong normal adalah 0,4-0,5 kg tiap minggu.
2) Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi
faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan.
2. Ukur Tekanan darah (T2) Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan
sistolik meningkat 30 mmHg atau tekanan distolik > 15 mmHg yang
diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit.
3. Nilai status gizi (T3) Nilai status gizi ibu dilihat dari peningkatan barat
badan ibu dan kecukupan istirahat ibu, serta dilihat dari LILA ibu
(Mandriwati, 2008).
4. Ukur (Tinggi) fundus uteri (T4) Tujuan pemerikasaan TFU
mengunakan tehnik Mc.Donald adalah menentukan umur kehamilan
berdasarkan umur kehamilan brdasarkan minggu, dan hasilnya bias
dibandingkan dengan hasil anamnesis dari pertama haid terakhir dan
kapan gerakan janin mulai dirasakan dalam cm yang normal harus sama
dengan umur kehamilan dalam minggu yang ditentukan berdasarkan
HPHT.
5. Presentasi kepala dan DJJ (T5) Dilakukanya pemeriksaan DJJ yaitu
untuk mengetahui apakah bayi dalm keadaan sehat, bunyi jantungnya
teratur dan frekuensinya berkisar antara 120- 160 kali / menit. Kalau
bunyi jantung kurang dari 120 kali/menit.
6. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) lengkap (T6)
31
Imunisasi Interval Lama
Perlindungan
%
Perlindungan
TT1 Pada kunjungan
antenatal
- -
TT2 4 minggu setelah TT1
3 tahun 80
TT3 6 bulan setelah TT2
5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3
10 tahun 99
Sumber: Saifudin,2011
7. Pemberian Tablet zat besi (T7) Pemberian Tablet zat besiminimum 90
tablet selama kehamilan.
8. Tes terhadap penyakit menular seksual (T8) Pemeriksaan terhadap
penyakit menular seksual sangat penting karena dapat membahayakan
perkembangan janin bahkan kematian janin. Test laboratorium rutin
(HB dan Protein), dilakukan pemeriksaan darah ibu hamil, yaitu untuk
mengetahui Hb ibu hamil apakah ibu anemis atau tidak, sedangkan
dilakukanya pemeriksaan urine pada ibu hamil yaitu untuk mengetahui
apakah urine mengandung protein atau tidak untuk mendeteksi gejala
pre-eklamsi.
32
9. Tata laksana kasus (T9) Untuk mendeteksi apakah terdapat kegawat
daruratan pada ibu hamil serta merencanakan penetalaksanaan kegawat
daruratan tersebut (Saifudin, 2011).
10. Temu wicara koseling (T10) Temu wicara atau konseling sangat
diperlukan karena dapat menjalin tertatalaksana asuhan yang bai selama
kehamilan bahkan berlanjut pada asuhan intranatal, postnatal dan
asuhan pada bayi baru lahir. Konseling yang perlu diberikan selama
hamil meliputi : konseling mengenai kebutuhan nutrisi ibu hamil,
senam ibu hamil, persiapan persalinan, tanda bahaya hamil.
11. Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11)
12. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12)
13. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13)
14. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14)
Apabila suatu daerah tidak bisa melaksanakan 14T sesuai kebijakan dapat
dilakukan standar minimal pelayanan ANC yaitu 7T (Prawiroharjo,2010).
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama pengertian
kehamilan yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada
trimester III (Saifuddin, 2011).
33
2.4 Anemia pada kehamilan
2.4.1 Pengertian Anemia
Anemia oleh orang awam dikenal sebagai kurang darah. Anemia adalah
dimana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Anemia berbeda
dengan tekanan darah rendah. Tekanan darah rendah adalah kurangnya
kemampuan otot jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh sehingga
menyebabkan kurangnya aliran dara yang sampai ke otak dan bagian tubuh
lainnya (Depkes RI,2011)
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah eritrosit yang beredar atau
konsentrasi hemoglobin menurun. Sebagai akibatnya, ada penurunan transportasi
oksigen dari paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadidan
biasanya disebabkan oleh defisiensi besi, sekunder terhadap kehilangan darah
sebelumnya atau masukan besi yang tidak adekuat. Meskipun anemia sendiri
jarang menciptakan krisis kedaruratan akut selama kehamilan, namun pada
hakekatnya setiap masalah kedaruratan dapat di perberat oleh anemia yang telah
ada. Pada kehamilan 36 minggu, volume darah ibu meningkat rata-rata 40 %
sampai 50 % diatas keadaan tidak hamil. Walaupun eritropoesis diperkuat dan
volume eritrosit meningkat, namun lebi banyak plasma ditambahkan kedalam
sirkulasi ibu. Akibanya, konsentrasi hemoglobin maupun hematokrit menurun
selama kehamilan.
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit)
dalam sirkulasi darah atau masa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh tubuh (Tarwoto,2011).
34
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin
dibawah 11g% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5g% pada trimester II.
Peningkatan volume darah ibu terutama terjadi akibat peningkatan plasma, bukan
akibat peningkatan jumlah sel darah merah. Walaupun ada peningkatan jumlah sel
darah merah di dalam sirkulasi, tetapi jumlahnya seimbang dengan peningkatan
volume plasma. Ketidak seimbangan ini akan terlihat dalam bentuk penurunan
kadar Hemoglobin (Varney,2010).
Anemia kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Anemia
pada kehamilan merupakan masalah nasional mencerminkan nilai kesejahteraan
social ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas
sumber daya manusia. Anemia hamil disebut “potensial danger to mather and
child” anemia (potensial membahayakan ibu dan anak). Karena itulah anemia
memerlukan perhatian serius dan semua pihak yang terkait dalam pelayanan
kesehatan pada masa yang akan datang (Manuaba,2010).
2.4.2 Faktor-faktor Penyebab Anemia pada Kehamilan
Penyebab anemia pada ibu hamil menurut Saefudin meliputi infeksi
kronik, penyakit hati dan thalasemia. Royadi juga menyebutkan bahwa penyebab
anemia meliputi kurang gizi atau malnutrisi, kehilangan darah banyak seperti
persalinan yang lalu, haid dan lain-lain serta penyakit-penyakit kronik seperti :
TBC, paru, cacing usus, malaria dan lain-lain (Saifudin,2011). Anggarini
menyebutkan bahwa faktor penyebab anemia oleh faktor langsung dan faktor
tidak langsung. Faktor langsung terdiri dari infeksi kronik, penyakit hati, kurang
35
gizi/malnutrisi, tablet Fe, peyakit kronik (TBC), dan suku bangsa. Faktor tidak
langsung terdiri dari pendidikan, sikap, lingkungan, dan keluarga
(Anggraeni,2012). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi anemia menurut
Arisman (2012) adalah :
1. Faktor dasar
a) Sosial ekonomi
Menurut Istiarti (2010) menyatakan bahwa perilaku seseorang dibidang
kesehatan dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi. Sekitar 2/3
wanita hamil di negara maju yaitu hanya 14%.
b) Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal
dari berbagai sumber misalnya media masa, media elektronik, buku
petunjuk kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya (Istiarti,
2000). Kebutuhan ibu hamil akan zat besi (Fe) meningkat 0,8 mg sehari
pada trimester I dan meningkat tajam selama trimester III yaitu 6,3 mg
sehari. Jumlah sebanyak itu tidak mungkin tercukupi hanya melalui
makanan apalagi didukung dengan pengetahuan ibu hamil yang kurang
terhadap peningkatan kebutuhan zat besi (Fe) selama hamil sehingga
menyebabkan mudah terjadinya anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil
(Arisman, 2012).
c) Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan
penyempurnaan hidup. Biasanya seorang ibu khususnya ibu hamil yang
36
berpendidikan tinggi dapat menyeimbangkan pola konsumsinya. Apabila
pola konsumsinya sesuai maka asupan zat gizi yang diperoleh akan
tercukupi, sehingga kemungkinan besar bisa terhindar dari masalah
anemia. Tablet besi dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu
sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Penolakan
tersebut sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan mereka bahwa selama
kehamilan mereka memerlukan tambahan zat besi. Agar mengerti wanita
hamil hasus diberi pendidikan yang tepat misalnya bahaya yang mungkin
terjadi akibat anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu
penyebab anemia adalah defisiensi zat besi (Arisman,2012)
d) Budaya
Faktor sosial budaya setempat juga berpengaruh pada terjadinya anemia.
Pendistribusian makanan dalam keluarga yang tidak berdasarkan
kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga,
serta pantangan-pantangan yang harus diikuti oleh kelompok khusus
misalnya ibu hamil, bayi, ibu nifas merupakan kebiasaan-kebiasaan adat-
istiadat dan perilaku masyarakat yang menghambat terciptanya pola
hidup sehat dimasyarakat.
2. Faktor tidak langsung
a) Kunjungan Antenatal Care (ANC)
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Kasus anemia
defisiensi gizi umumnya selalu disertai dengan mal nutrisi infestasi
37
parasit, semua ini berpangkal pada keengganan ibu untuk menjalani
pengawasan antenatal. Dengan ANC keadaan anemia ibu akan lebih dini
terdeteksi, sebab pada tahap awal anemia pada ibu hamil jarang sekali
menimbulkan keluhan bermakna. Keluhan timbul setelah anemia sudah
ke tahap yang lanjut (Arisman, 2012).
b) Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu
hidup diluar rahim. Paritas > 3 merupakan faktor terjadinya anemia. Hal
ini disebabkan karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat
gizi tubuh ibu (Arisman, 2012).
c) Umur
Ibu hamil pada usia terlalu muda (<20 tahun) tidak atau belum siap untuk
memperhatikan lingkungan yang diperlukan untuk pertumbuhan janin.
Disamping itu akan terjadi kompetisi makanan antar janin dan ibunya
sendiri yang masih dalam pertumbuhan dan adanya pertumbuhan
hormonal yang terjadi selama kehamilan. Sedangkan ibu hamil diatas 35
tahun lebih cenderung mengalami anemia, hal ini disebabkan karena
pengaruh turunnya cadangan zat besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi
(Arisman, 2012).
d) Dukungan Suami
Dukungan suami adalah bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung
jawab suami dalam kehamilan istri. Semakin tinggi dukungan yang
diberikan oleh suami pada ibu untuk mengkonsumsi tablet besi semakin
38
tinggi pula keinginan ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet besi.
3. Faktor Langsung
a) Pola konsumsi tablet besi (Fe)
Penyebab anemia gizi besi dikarenakan kurang masuknya unsur besi
dalam makanan, kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat untuk
pembentukan plasenta dan sel darah merah sebesar 200- 300%. Perkiraan
besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari
jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg
sisanya hilang. Sebanyak 300 mg besi ditransfer ke janin, dengan rincian
50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah
sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. Jumlah sebanyak
ini tidak mungkin tercukupi hanya dengan melalui diet. Karena itu,
suplementasi zat besi perlu sekali diberlakukan, bahkan pada wanita yang
bergizi baik (Arisman, 2012). Survey Depkes terhadap program
kesehatan ibu menemukan baru sekitar 14% wanita hamil memperoleh
tablet besi sebanyak lebih kurang 90 tablet (jumlah yang seharusnya
didapat selama hamil, 90 tablet); sementara 26% tidak sama sekali.
Wanita hamil yang berusia <20 tahun atau >35 tahun, paritas tinggi, dan
berpendidikan rendah, umumnya tidak pernah mengenal tablet Fe selama
hamil. Konsumsi tablet Fe dikategorikan menjadi baik (konsumsi tablet
Fe lebih dari atau sama dengan 90 tablet) dan kurang (konsumsi tablet Fe
kurang dari 90 tablet (Arisman, 2012).
39
b) Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi seperti TBC, cacing usus dan malaria juga penyebab
terjadinya anemia karena menyebabkan terjadinya peningkatan
penghancuran sel darah merah dan terganggunya eritrosit.
c) Perdarahan
Penyebab anemia besi juga dikarenakan terlampau banyaknya besi keluar
dari badan misalnya perdarahan (Wiknjosastro, 2010).
2.4.3 Gejala Anemia Saat Kehamilan
1. Gejala anemia pada ibu hamil antara lain kulit, bibir, dan kuku akan
terlihat pucat.
2. Kepala terasa pusing yang disebabkan kurangnya oksigen yang dapat
dibawa ke seluruh jaringan tubuh
3. Merasakan sesak nafas saat melakukan kegiatan sehari-hari karena
kurangnya oksigen dalam tubuh
4. Mudah terasa lelah, disebabkan kurangnya asupan gizi yang
mengakibatkan turunnya kekebalan pada tubuh.
5. Detak jantung yang cepat dan berdebar tidak beraturan yang disebabkan
kekurangan oksigen dalam tubuh.
6. Merasa muar dan rambut mudah rontok
40
2.4.4 Cara Mencegah Anemia Pada Kehamilan
1. Mengkonsumsi suplemen zat besi, suplemen asam folat dan asupan
suplemen vitamin B2
2. Konsultasikan pada dokter mengenai porsi makanan yang dapat
dikonsumsi selama kehamilan untuk mencegah terjadinya anemia seperti
daging, sayuran, telur, dan buah-buahan.
3. Lakukan pemeriksaan darah untuk melihat hemoglobin dan kadar
hemaktokrit sehingga dapat diketahui pada ibu mengenai anemia
sehingga dapat melakukan penanganan (Saifudin,2011)
4. Konsumsi makanan yang mengandung gizi dan nutrisi yang seimbang
yang tidak hanya baik kondisi ibu hamil itu sendiri, namun dapat
melindungi janin atau bayi kecacatan fisik atau lahir premature.
5. Konsumsi makanan dan buah yang mampu meningkatkan penyerapan zat
besi dengan banyak konsumsi vitamin C seimbang yang mudah di dapat
dari buah jeruk, strawberry, brokoli, pepaya, dan buah sumber vitamin C
lainnya.
6. Kurangi konsumsi teh atau minuman yang mengandung kafein.
2.4.5 Resiko Anemia Pada Kehamilan
1. Melahirkan bayi premature
2. Melahirkan bayi yang menderita gangguan tabung darah
3. Mengalami depresi setelah melahirkan
41
4. Membutuhkan transfuse darah jika kehilangan darah yang banyak selama
persalinan (Anggraeni,2012)
2.4.6 Jenis Anemia Pada Ibu Hamil
1. Anemia Defisiensi Vitamin B12
Vitamin b12 berfungsi bagi tubuh dalam pembentukan sel darah
merah. Ketika sedang hamil, seorang wanita tidak mendapatkan asupan
vitamin B12 yang cukup dari makanan dan tubuhnya tidak dapat
memproduksi sel darah merah yang sehat dalam jumlah banyak. Ibu hamil
yang mengalami anemia defisiensi vitamin B12 harus mengkonsumsi
daging, susu dan telur agar memperoleh vitamin B12.
2. Anemia defisiensi zat besi
Anemia ini disebabkan kurangnya kandungan zat besi dalam tubuh
untuk menghasilkan hemoglobin dalam jumlah yang cukup, kemudian
akan menyebabkan darah tidak dapat membawa o9ksigen yang cukup ke
seluruh tubuh jaringan tubuh.
3. Anemia defisiensi folat
Jenis anemia ini merupakan jenis anemia pada ibu hamil yang
disebabkan kurangnya vitamin B dalam tubuh yang berfungsi untuk
menghasilkan sel-sel baru termasuk sel darah merah yang sehat sehingga
selama kehamilan sang ibu membutuhkan folat tambahan.
42
2.4.7 Efek anemia pada ibu hamil
1. Bahaya pada trimester I
Pada trimester I anemia dapat menyebabkan terjadinya missed
abortion, kelainan congenital, abortus atau keguguran.
2. Bahaya pada trimester II
Anmia dapat menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan
ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia
intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan
dekompensasi kordis hingga kematian ibu.
3. Bahaya pada trimester III
Pada saat persalinan anemia dapat menyebabkan gangguan his primer,
sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-
tindakan karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan
perlu tindakan operatif
Efek anemia bagi ibu dan janin bervariasi dari ringan samapai
berat. Bila kadar hemoglobin lebih rendah dari 6 g/dl, maka dapat timbul
komplikasi yang signifikan pada ibu dan janin. Kadar hemoglobin
serendah itu dapat mencukupi kebutuhan oksigen janin dan dapat
menyebabkan gagal jantung pada ibu.
Selain itu anemia pada ibu hamil juga menyebabkan hambatan
pada pertumbuhan janin naik sel tubuh maupun sel otak, abortus, lamanya
waktu partus karena kurang daya dorong rahim, perdarahan post partum,
rentan infeksi, rawan dekompensasi cordis pada penderita dengan Hb
43
kurang dari 4g% Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan shock
bahkan kematian ibu saat persalinan, meskipun tak disertai pendarahan,
kematian bayi dalam kandungan, kematian bayi pada usia sangat muda
serta cacat bawaan, dan anemia pada bayi yang dilahirkan
(Mansjoer,2011).
2.4.8 Klasifikasi
Pemeriksaan hemoglobin secara rutin selama kehamilan merupakan
kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia. Pemeriksaan
darah minimal 2 kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan III
(Dep.Kes RI,2010)
Klasifikasi dalam kehamilan menurut (Prawiroharjo, 2010):
1. Anemia defiensi besi
Anemia dalam kehamilan yang sering dijumpai ialah anemia akibat
kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang
masuknya unsur besi dalam makanan, karena gangguan reabsopsi,
gangguan pecernaan, atau karena terlampau banyaknya besi yang
keluar dari badan, misal pada perdarahan.
2. Anemia megaloblastik
Anemia dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folik,
jarang sekali karena defisiensi B12. Hal itu erat kaitanya dengan
defisiensi makanan.
44
3. Anemia hipoplastik
Anemia pada wanita hamil dikarenakan sumsum tulang kurang
mampu membuat sel – sel darah baru.
4. Anemia hemolitik
Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung
lebih cepat dari pada pembuatannya.
Klasifikasi menurut (Manuaba,2010)
1. Tidak Anemia : Hb 11 gr%
2. Anemia ringan : Hb 9 – 10 gr %
3. Anemia sedang : Hb 7 – 8 gr %
4. Anemia berat : Hb < 7 gr %
2.4.9 Pengaruh anemia pada kehamilan dan janin
1) pengaruh anemia terhadap kehamilan :
1. bahaya selama kehamilan :
1) dapat terjadi abortus
2) persalinan prematuritas
3) hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
4) mudah terjadi infeksi
5) ancaman dekontaminasi kondis (Hb < 6 gr% )
6) mola hidatidosa
7) hiperemesis gravidarum
8) perdarahan antepartum
45
9) ketuban pecah dini
2. bahaya saat persalinan :
1) gangguan his kekuatan mengedan
2) kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus
terlantar
3) kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan
sering memerlukan tindakan operasi
4) kala uri dapat di ikuti retensio plasenta dan perdarahan post
partum karena atonia uteri
5) kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan
atonia uteri
3. pada kala nifas :
1) terjadi sub involusi uteri menimbulkan perdarahan post partum
2) memudahkan infeksi puerperium
3) pengeluaran ASI berkurang
4) terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
5) anemia kala nifas
6) mudah terjadi infeksi mamae
2) bahaya terhadap janin
1) abortus
2) terjadi kematian intrauterine
3) persalinan prematuritas tinggi
4) berat badan lahir rendah
46
5) kelahiran dengan anemia
6) dapat terjadi cacat bawaan
7) bayi mudah mendapat infeksi samapi kematian perinatal
8) inteligensia rendah (Cuningham,2013).