Upload
anang-satrianto
View
10.326
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang
Citation preview
HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN
CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan
Oleh:
Anang Satrianto
NIM. 0610722007
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2008
32
HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN
CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan
Oleh:
Anang Satrianto
NIM. 0610722007
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2008
LEMBAR PERSETUJUAN
TUGAS AKHIR
HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN
CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG
Untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh:
Anang SatriantoNim: 0610722007
Menyetujui untuk diuji:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Djoko Santoso, Mkes, DAHK Ns. Hj. Tina Handayani N, S.KepNIP. 000 848 051 NIP. 132 321 109
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI RONGGA MULUT PADA PASIEN
CEDERA KEPALA DENGAN PENURUNAN KESADARAN DI RUANG 13 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG
Oleh:
Anang SatriantoNim: 0610722007
Telah diuji pada
Hari : Kamis
Tanggal : 28 Februari 2008
Dan dinyatakan lulus oleh:
Penguji I
Dr.dr. Achdiat Agoes, Sp.SNIP. 130 532 706
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Djoko Santoso, Mkes, DAHK Ns. Hj. Tina Handayani N, S.KepNIP. 000 848 051 NIP. 132 321 109
Syukran Ya Allah…Sudah Menyayangi-Q
Dengan Selalu Memberikan Yang Terbaik Untuk-Q
1
1 Alhamdulillah, Thank U 2 the Prophet yang mulia baginda Rosulallah Muhammad SAW, Ayah & Bunda, AdekQ, MeongQ (Khumaira Al Zahra) Pak Dalang dan Bu Haji makasih atas Bimbingannya. Romi, David, Yoni makasih atas bantuannya, semua temen-temen PASIK-B 2006, baik yang UK atau yang tidak tetap semangat!. i will miss you all. Afwan
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan hidayah -
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian Tugas Akhir dengan judul
“Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian Infeksi
Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di
Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang”.
Ketertarikan penulis akan topik ini didasari oleh keinginan penulis untuk
Mengetahui hubungan antara pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan
kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan
kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang. Salah satu keuntungan
penelitian ini bisa meningkatkan pengetahuan dan tanggung jawab terhadap
pelaksanaan tindakan oral higiene. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
pelaksanaan tindakan oral hygiene, kejadian infeksi rongga mulut dan juga untuk
menganalisa hubungan antara pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan
kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan
kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang Malang.
Dengan selesainya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. dr. Samsul Islam, SpMK, M.Kes, sebagai dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang.
2. dr. Subandi, M.Kes, DHAK, sebagai Kepala Jurusan Ilmu Keperawatan
Universitas Brawijaya Malang.
3. Dr. Djoko Santoso, Mkes, DAHK, sebagai pembimbing pertama yang
telah memberikan bimbingan dan arahan, sehingga saya dapat
menyelesaikan penelitian Tugas Akhir ini.
4. Ns. Tina Handayani Nasution, S.Kep, sebagai pembimbing kedua yang
telah memberikan bimbingan dan arahan, sehingga saya dapat
menyelesaikan penelitian Tugas Akhir ini.
5. Dr.Achdiat Agoes, Sp.S. sebagai ketua tim penguji Tugas Akhir
6. Seluruh Perawat Ruang 13 yang telah membantu pelaksanaan
pengambilan data Tugas Akhir ini.
7. Segenap anggota Tim Pengelola Tugas Akhir FKUB yang telah
membantu terselesainya penulisan penelitian Tugas Akhir ini.
8. Yang tercinta Ibunda dan Ayahanda serta adinda terima kasih atas segala
dorongan, pengertian, dan kasih sayangnya.
9. Teman-temanku dan semua pihak yang telah membantu dan selalu
memberi suport dalam menyelesaikan penulisan penelitian Tugas akhir ini
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian tugas akhir ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
konstruktif bagi kesempurnaan proposal penelitian selanjutnya.
Akhirnya, semoga penelitian tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
Malang, Februari 2008
Penulis
ABSTRAK
Satrianto, Anang. 2008. Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Pembimbing: (1) Dr. Djoko Santoso, Mkes, DAHK (2) Ns. Tina Handayani Nasution, S.Kep.
Oral Hygine merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan mulut, gigi dan gusi. Ketidakmampuan penderita cidera kepala dengan penurunan kesadaran untuk merawat dirinya dan melakukan sirkulasi air liur bila dibiarkan saja dapat mengakibatkan mulut berbau tidak sedap dan dapat terjadi infeksi rongga mulut. Oleh karena itu diperlukan peran perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pasien cidera kepala. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pelaksanaan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional pada 13 responden pasien ce-dera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang Variabel independen dari penelitian ini adalah pelaksanaan oral hygiene pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran. Variabel dependen penelitian ini adalah kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran. Data dikumpulkan melalui observasi dengan menggunakan instrumen yang berupa check list. Hasil penelitian menunjukkan nilai r sebesar 0, 786 dengan signifikansi 0, 001, dimana nilai r hitung lebih kecil dari r Tabel (0, 786 < 0,544) sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan oral hygiene berhubungan dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran.
Kata Kunci: Oral Hygiene, Kejadian Infeksi
ABSTRACT
Satrianto, Anang. 2008. The Correlation between Oral Hygiene Implementation with the Occurrence of Oral Cavity Infection at Patient with Head Injury Disorder and Decreasing Awareness in Ward XIII dr. Saiful Anwar General Hospital of Malang. Final Assignment, Nursing Department Medical Faculty of Brawijaya University Malang. Supervisor: (1) Dr. Djoko Santoso, Mkes, DAHK (2) Ns. Tina Handayani Nasution, S.Kep.
Oral hygiene is a procedure to clean mouth, teeth, and gums. Incapability of patient to take care themselves and to control salivary circulation may result bad smell of the mouth and oral cavity infection. There is necessary to give oral hygiene to patient with head injury disorder though it is nurse’s role. This study was aimed to identify the correlation between oral hygiene implementation and the occurrence of oral cavity infection at patient with head injury disorder and decreasing awareness in ward XIII dr. Saiful Anwar General Hospital of Malang. A cross-sectional study was carried out using 13 respondents patients with head injury disorder and decreasing awareness in ward XIII dr. Saiful Anwar General Hospital of Malang who given oral hygiene by nurse. The independent variable was oral hygiene implementation at patient with head injury and decreasing awareness, and the dependent variable was the occurrence of oral cavity infection among those patients. Data were collected by observation using check list instrument. The results showed that the r value equals to 0,786 with significant level 0,001, in which r value is lower than r in the table (0.786 < 0.544). It can be concluded that oral hygiene implementation have a relation with occurrence of oral cavity infection at patient with head injury disorder and decreasing awareness.
Keywords: Oral Hygiene, Infection Occurrence
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ...................................................................................................... iHalaman Persetujuan............................................................................ iiHalaman Pengesahan........................................................................... iiiHalaman Peruntukan............................................................................. ivKata Pengantar...................................................................................... vAbstrak................................................................................................... viiAbstrack................................................................................................. viiiDaftar Isi................................................................................................. ixDaftar Gambar....................................................................................... xiDaftar Tabel........................................................................................... xiiDaftar Lampiran..................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang........................................................................ 11.2 Rumusan Masalah.................................................................. 31.3 Tujuan Penelitian.................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum................................................................. 31.3.2 Tujuan Khusus................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................. 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Cedera Kepala................................................ 62.1.1 Definisi........................................................................... 62.1.2 Klasifikasi Cedera Kepala ............................................. 62.1.3 Klasifikasi Tingkat Kesadaran........................................ 72.1.4 Patofisiologi.................................................................... 10
2.2 Rongga Mulut.......................................................................... 112.2.1 Abnormalitas Bibir.......................................................... 122.2.2 Abnormalitas Mulut........................................................ 132.2.3 Abnormalitas Gusi.......................................................... 162.2.4 Abnormalitas Kelenjar Saliva......................................... 18
2.3 Konsep infeksi ........................................................................ 182.3.1 Pengertian infeksi .......................................................... 182.3.2 Patofisiologi infeksi......................................................... 182.3.3 Gambaran klinis............................................................. 192.3.4 Etiologi infeksi................................................................ 19
2.4 Konsep infeksi nosokomial..................................................... 202.4.1 Pengertian infeksi nosokomial....................................... 202.4.2 Cara penularan infeksi nosokomial................................ 202.4.3 Faktor Yang mempengaruhi infeksi nosokomial............ 212.4.4 Kondisi yang mempermudah infeksi nosokomial........... 242.4.5 Penyebab infeksi nosokomial......................................... 26
2.5 Konsep Dasar Oral Hygiene................................................... 262.5.1 Prosedur Pelaksanaan Oral Hygiene ............................ 27
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN3.1 Kerangka Konsep.................................................................... 303.2 Hipotesis Penelitian................................................................. 31
BAB 4 METODE PENELITIAN4.1 Desain Penelitian................................................................... 324.2 Kerangka Kerja...................................................................... 334.3 Identifikasi Variabel................................................................ 33
4.3.1 Variabel Independen..................................................... 33 4.3.2 Variabel Dependen....................................................... 34
4.4 Definisi Operasional............................................................... 344.5 Desain Sampling.................................................................... 40
4.5.1 Populasi ....................................................................... 40 4.5.2 Sampel.......................................................................... 40 4.5.3 Sampling....................................................................... 41
4.6 Pengumpulan Dan Analisa Data............................................ 414.6.1 Instrumen....................................................................... 414.6.2 Tempat Dan Waktu........................................................ 414.6.3 Prosedur......................................................................... 414.6.4 Analisa Data................................................................... 42
4.7 Etika Penulisan...................................................................... 424.8 Keterbatasan ......................................................................... 43
BAB 5 HASIL PENELITIAN5.1 Data Umum
5.1.1 Karakteristik Lokasi Pengambilan Sample..................... 435.1.2 Karakteristik Responden................................................ 44
5.2 Data Khusus5.2.1 Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene............................. 465.2.2 Kejadian Infeksi.............................................................. 475.2.3 Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral hygiene dengan
Kejadian Infeksi.............................................................. 48
BAB 6 PEMBAHASAN6.1 Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene..................................... 496.2 Kejadian Infeksi....................................................................... 516.3 Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral hygiene dengan
Kejadian Infeksi....................................................................... 52
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN7.1 Kesimpulan............................................................................. 547.2 Saran....................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 56LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian .......................................................30
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian............................................................33
Gambar 5.1 Diagram Pie Responden Menurut Umur......................................46
Gambar 5.2 Diagram Pie Responden Menurut Jenis Kelamin.........................47
Gambar 5.3 Diagram Pie Pelaksananaan Tindakan Oral Hygiene..................48
Gambar 5.4 Diagram Pie Kejadian Infeksi.......................................................49
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kategori Penentuan Keparahan Cedera Kepala Berdasarkan Glasgow Coma Scale (GCS) ...................................06
Tabel 2.2 Glasgow Coma Scale (GCS)..........................................................08Tabel 4.1 Definisi Operasional.......................................................................35Tabel 5.1 Tabulasi silang hubungan pelaksanaan tindakan oral
hygiene dan kejadian infeksi..........................................................50
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Lembar instrumen penelitian ..............................................61
Lampiran 2. Hasil Analisa Dengan SPSS...............................................65
Lampiran 3. Lembar pernyataan keaslian tulisan....................................70
Lampiran 4. Lembar pengantar kuesioner..............................................71
Lampiran 5. Lembar persetujuan menjadi responden.............................73
Lampiran 6. Lembar pernyataan Informrd Consent................................74
Lampiran 7. Lembar Etik Penelitian........................................................76
Lampiran 8. Lembar Konsultasi..............................................................82
Lampiran 9. Lembar Revisi.....................................................................84
Lampiran 10. Perlengkapan Surat Penelitian............................................87
Lampiran 11. Lembar Curiculum Vitae......................................................92
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar
terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2000). Resiko utama
pasien yang mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat
perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera
dan meningkatnya tekanan intra cranial (Brunner& Suddarth, 2002).
Cedera kepala (terbuka dan tertutup) terdiri dari fraktur tengkorak,
kombusio (gegar) serebri, kontosio (memar)/laserasi, dan perdarahan
cerebral. Oleh karena itu pasien cedera kepala dapat mengalami berbagai
masalah keperawatan diantaranya gangguan kesadaran, gangguan
mobilitas fisik, dan gangguan menelan (Doengoes, 2000). Pada pasien
cedera kepala dengan penurunan kesadaran pasien akan mengalami
gangguan menelan makanan lewat mulut, dan ini dapat menjadikan salah
satu penyebab terjadinya peradangan selaput lendir mulut (Stevens,
1999). Pada pasien yang mengalami gangguan menelan, makanan
diberikan melalui selang sehingga saliva jarang mengalami pergantian
yang memudahkan terbentuknya koloni mikroflora oral komensal.
Penelitian yang dilakukan Yuiastuti, dkk. 2001, berhasil mengidentifikasi
morfologi beberapa kuman yang terdapat dalam rongga mulut,
diantaranya adalah kuman Streptococcus, Diplococcus, kuman bentuk
batang langsing Gram positif dan Gram negative. Apabila dibiarkan
keadaan tersebut dapat mendorong terjadinya infeksi rongga mulut
(Tasota. 1998).
Salah satu tindakan yang diperlukan untuk menjaga agar mulut
terhindar dari infeksi, serta untuk membersihkan mulut dari kuman dan
menyegarkan mulut adalah dengan Oral hygiene (Clark, 1993). Oral
hygiene merupakan tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan
mulut, gigi dan gusi (Clark, 1993). Menurut Taylor et al (1997), oral
hygiene adalah tindakan yang ditujukan untuk menjaga kontiunitas bibir,
lidah dan mukosa membran mulut, mencegah terjadinya infeksi rongga
mulut, dan melembabkan mukosa membran mulut dan bibir. Sedangkan
menurut Clark (1993), oral hygiene bertujuan untuk mencegah penyakit
gigi dan mulut, mencegah penyakit yang penularannya melalui mulut,
mempertinggi daya tahan tubuh, dan memperbaiki fungsi mulut untuk
meningkatkan nafsu makan.
Pada penderita yang mengalami penurunan kesadaran dan
gangguan neuromuskuler (Doengoes, 2000) oral hygiene merupakan
tindakan yang mutlak dilakukan oleh perawat (Wolf, 1994). Penelitian
yang dilakukan oleh Yuliastuti, dkk (2001), menunjukkan bahwa ada
penurunan jumlah koloni kuman pada rongga mulut setelah dilakukannya
oral hygiene. Hasil wawancara dari salah seorang perawat di Ruang 13
(ruang akut) RSU Dr.Saiful Anwar Malang mengatakan tindakan tersebut
belum dilakukan dengan optimal.
Berdasarkan data dari RSU Dr.Saiful Anwar Malang di Ruang 13
(ruang akut) pada bulan Januari - Agustus 2007 didapatkan laporan
bahwa angka kejadian cedera kepala ringan sebanyak 176 orang, cedera
kepala sedang sebanyak 195 orang dan cedera kepala berat sebanyak
97 orang.
Berdasarkan fakta diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan pelaksanaan tindakan oral hygine dengan
kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan
penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.
1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara pelaksanaan tindakan oral hygiene
dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala
dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar
Malang.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan tindakan
oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada
pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang
13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi pelaksanaan tindakan oral hygiene pada
pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang
13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.
1.3.2.2 Mengidentifikasi kejadian infeksi rongga mulut pada pasien
cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13
RSU Dr.Saiful Anwar Malang.
1.3.2.3 Menganalisa hubungan antara pelaksanaan tindakan oral
hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien
cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13
RSU Dr.Saiful Anwar Malang Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi rumah sakit
1.4.1.1 Meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasaan konsumen
penderita dan keluarga.
1.4.1.2 Dapat dijadikan bahan masukan untuk penyusunan
prosedur tetap pelaksanaan oral hygiene pada pasien
cidera kepala dengan penurunan kesadaran.
1.4.2 Bagi perawat
Meningkatkan pengetahuan dan tanggung jawab terhadap
pelaksanaan tindakan oral higiene
1.4.3 Bagi penderita
Mendapatkan pelayanan yang memuaskan sehingga mengurangi
resiko akibat penurunan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
diri (Activity Daily Living)
1.4.4 Bagi keluarga
Mendapat pengetahuan baru, sehingga mampu untuk
melaksanakan oral hygiene dan merawat pasien dengan baik
sepulang dari rumah sakit.
BAB 2
DAFTAR PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran atau responsivitas dikaji secara teratur
karena perubahan pada tingkat kesadaran mendahului semua
perubahan tanda vital dan neurologik lain.
a. Kompos metis (GCS 14-15)
Suatu keadaan sadar penuh atau kesadaran yang normal
b. Somnolen (GCS 13-11)
Suatu keadaan mengantuk dan kesadaran dapat pulih penuh bila
dirangsang. Somnolen disebut juga letargi atau obtundasi.
Somnolen ditandai dengan mudahnya klien dibangunkan,
mampu memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri.
c. Sopor atau Stupor (GCS 8-10)
Suatu keadan dengan rasa ngantuk yang dalam. Klien masih
dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, singkat dan
masih terlihat gerakan spontan. Dengan rangsang nyeri klien
tidak dapat dibangunkan sempurna. Reaksi terhadap perintah
tidak konsisten dan samar. Tidak dapat diperoleh jawaban verbal
dari klien. Gerak motorik untuk menangkis rangsang nyeri masih
baik.
d. Koma ringan atau semi koma (GCS 5-7)
Pada keadaan ini, tidak ada respon terhadap rangsang verbal.
Reflek (kornea, pupil dan sebagainya) masih baik. Gerakan
terutama timbul sebagai respon terhadap rangsang nyeri. Reaksi
terhadap rangsang nyeri tidak terorganisasi, merupakan jawaban
primitif. Klien sama sekali tidak dapat dibangunkan.
e. Koma (dalam atau komplit) (GCS 3-4)
Tidak ada gerakan spontan. Tidak ada jawaban sama sekali
terhadap rangsang nyeri yang bagaimanapun kuatnya.
(Lumbatobing, 1998).
Glasgow Coma Scale, yaitu suatu skala untuk menilai secara
kuantitatif tingkat kesadaran seseorang dan kelainan neurologis yang
terjadi. Ada tiga aspek yang dinilai, yaitu reaksi membuka mata (eye
opening), reaksi berbicara (verbal respons), dan reaksi gerakan
lengan serta tungkai (motor respons).
Tabel 2.2 Glasgow Coma Scale (GCS) :
Respon Nilai
a. Membuka mata
Spontan
Terhadap bicara
(Suruh pasien membuka mata)
Dengan rangsang nyeri
(Tekan pada saraf supraorbita atau kuku)
Tidak ada reaksi
(Dengan rangsang nyeri pasien tidak
membuka mata)
4
3
2
1
b. Respon verbal (bicara)
Baik dan tidak ada disorientasi
(Dapat menjawab dengan kalimat yang baik
dan tahu dimana ia berada)
Kacau (confused)
(Dapat bicara dengan kalimat, namun ada
disorientasi waktu dan tempat)
Tidak tepat
(Dapat mengucapkan kata-kata, namun tidak
berupa kalimat dan tidak tepat)
Mengerang
(Tidak mengucapkan kata, hanya suara
mengerang)
Tidak ada jawaban
5
4
3
2
1
c. Respon motorik (gerakan)
Menurut perintah
(Misalnya : suruh pasien angkat tangan)
Mengetahui lokasi nyeri
(Berikan rangsang nyeri, misalnya menekan
dengan jari pada supraorbita. Bila oleh rasa
nyeri pasien mengangkat tangannya sampai
melewati dagu untuk maksud menapis
rangsang tersebut berarti ia dapat
mengetahui lokasi nyeri)
Reaksi menghindar
Reaksi Fleksi (dekortikasi)
(Berikan rangsang nyeri, misalnya menekan
dengan objek keras, seperti bolpoint, pada jari
kuku. Bila sebagai jawaban siku memfleksi,
terdapat reaksi fleksi terhadap nyeri (fleksi
6
5
4
3
pada pergelangan tangan mungkin ada atau
tidak ada)
Reaksi ekstensi (deserebarsi)
(Dengan rangsang nyeri tersebut diatas
terjadi ekstensi pada siku. Ini selalu disertai
fleksi spastik pada pergelangan tangan)
Tidak ada reaksi
2
1
2.2 Konsep Dasar Cedera Kepala
2.2.1 Definisi
Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi
otak yang diseratai atau tanpa disertai perdarahan interstitiel dalam
subtansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Sudarsono,
1997). Resiko utama pasien yang mengalami cedera kepala adalah
kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai
respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan
intracranial (Brunner & Suddarth, 2002).
2.2.2 Klasifikasi Cedera Kepala
Beratnya cedera kepala saat ini didefinisikan oleh the
Traumatic Coma Data bank berdasarkan Scor Glasgow Coma
Scale. Istilah cedera kepala ringan, sedang dan berat berguna
dalam hubungan dengan pengkajian parameter untuk terapi
dan hasil sepanjang kontinum perawatan (Hudak & Gallo,
1996).
Tabel 2.1 Kategori Penentuan Keparahan Cedera Kepala Berdasarkan
Nilai Glasgow Coma Scale (GCS).
Penentuan
KeparahanDeskripsi Frekuensi
Ringan GCS 13-15
Dapat terjadi kehilangan
kesadaran atau amnesia tetapi
kurang dari 30 menit
Tidak ada ada fraktur
tengkorak, tidak ada kontusio
cerebral, hematoma.
55 %
Sedang GCS 9-12
Kehilangan kesadaran dan/
atau amnesia lebih dari 30
menit tetapi kurang dari 24 jam.
Dapat mengalami fraktur
tengkorak.
24 %
Berat GCS 3-8
Kehilangan kesadaran dan/
atau terjadi amnesia lebih dari
24 jam.
Juga meliputi kontusio
cerebral, laserasi, atau
hematoma intrakranial.
21 %
2.2.3 Patofisiologi Terjadinya Gangguan Perawatan Diri Pada
Penderita Cedera Kepala.
Akibat cedera kepala bisa mengakibatkan pasien mengalami
lesi intra cranial salah satunya adalah Hematoma epidural,
hematoma epidural adalah suatu akumulasi darah pada ruang antara
tulang tengkorak bagian dalam dan lapisan meningen paling luar dura
mater. Hal ini terjadi karena patah tulang tengkorak telah merobek
arteri. Darah di dalam arteri memiliki tekanan lebih tinggi sehingga
lebih cepat memancar. Tanda dan gejala klasik terdiri dari penurunan
kesadaran ringan pada waktu terjadi benturan dengan pemulihan
secara perlahan-lahan. Selanjutnya bisa terjadi peningkatan
kebingungan, rasa ngantuk, kelumpuhan, pingsan dan koma ( Hudak,
1994). Selain itu penderita dapat mengalami gangguan pemenuhan
perawatan diri (Hudak dan Gallo, 1994).
Gangguan pemenuhan perawatan diri tersebut meliputi (1)
ketidakmampuan membawa makanan dari piring ke mulut, (2)
ketidakmampuan untuk mandi dan membersihkan mulut, (3)
ketidakmampuan berpakaian dan (4) kesulitas menyelesaikan tugas
toileting (Doenges, Moorhouse dan Geissler, 2000).
Beberapa klien memerlukan oral hygiene, terutama klien yang
tidak sadar karena tidak dapat menelan sekresi air liur yang
mengumpal dalam mulut. Hal ini jika dibiarkan pasien akan
mengalami infeksi rongga mulut (Potter & Perry, 2006)
2.3 Rongga Mulut
Rongga mulut adalah bagian teratas dari saluran pencernaan.
Bagian utama dari rongga mulut adalah bibir, lidah, mukosa, gusi,
tulang rahang, gigi geligi dan faring. Setiap bagian dari rongga mulut
ini dapat menderita penyakit tertentu yang disebabkan oleh jenis
toksikan yang tertentu pula.
Suatu toksikan dapat menyebabkan penyakit rongga mulut
melalui dua cara.Pertama yaitu secara langsung. Hal ini dapat terjadi
jika toksikah langsung masuk ke dalam rongga mulut, misalnya
melalui makanan yang terkontaminasi dengan toksikan atau secara
tidak sengaja termakan suatu jenis toksikan. Kedua yaitu secara
tidak langsung atau disebut juga secara sistemik. Hal ini terjadi
dimana toksikan melalui kulit atau saluran napas masuk ke dalam
tubuh, diabsorpsi oleh darah, selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh
termasuklah ke daerah rongga mulut. Cara pertama akan
menimbulkan gejala-gejala penyakit rongga mulut yang akut,
sedangkan cara kedua akan menimbulkan gejala-gejala kronis.
Banyak penyakit dimanifestasikan sebagai perubahan pada
rongga oral, yang mencakup area bibir, mulut, atau gusi (Brunner &
Suddarth, 2002). Berikut ini adalah keadaan yang menunjukkan
abnormalitas yang dapat terjadi di area bibir, mulut dan gusi.
2.3.1 Abnormalitas bibir
A. Seilitis aktinik
Tanda dan gejala
1. Iritasi bibir yang dihubungkan dengan berkerak,
pecah, fisura.
2. Pertumbuhan berlebihan dari lapisan tanduk
epidermis (hiperkeratosis)
Kemungkinan penyebab
1. Efek kumulatif dari pemajanan dari sinar matahari,
lebih sering terjadi pada orang berkulit kuning dan
pada orang yang cenderung terpajan pada sinar
matahari seperti petani
2. Dapat menimbulkan kanker sel skuamosa
B. Herpes simpleks 1 (sariawan dingin atau demam lepuh)
Tanda dan gejala
1. Gejala dapat melambat setelah 20 hari pemajanan.
2. Vesikel, nyeri tunggal atau kelompok yang dapat
ruptur
Kemungkinan penyebab
1. Virus herpes simpleks – infeksi oportunistik sering
terlihat pada pasien yang mengalamai penekanan
imun
2. Dapat terjadi ulang pada menstruasi, demam, atau
pemajanan sinar matahari.
C. Kankre
Tanda dan gejala
1. Lesi kemerahan melingkar
2. Yang ulserasi dan menjadi krusta
Kemungkinan penyebab
1. Lesi primer dari sífilis
2. sangat menular
D. Dermatitis kontak
Tanda dan gejala
1. Area kemerahan atau ruam,
2. Gatal
Kemungkinan penyebab
Reaksi alergi pada lipstik, salep kosmetik atau
bahkan pasta gigi
2.3.2 Abnormalitas mulut
A. Leukoplakia
Tanda dan gejala
1. Bercak putih
2. Mungkin hiperkeratosis
3. Biasanya, mukosa bukal
4. Biasanya tidak nyeri
Kemungkinan penyebab
Kurang dari 2% adalah malignan
B. Leukloplakia berambut
Tanda dan gejala
1. Bercak putih dengan proyeksi seperti rambut kasar
2. Secara khas ditemukan pada batas lateral lidah
Kemungkinan penyebab
1. Kemungkinan virus
2. Merokok dan pengguna tembakau
3. Sering terlihat pada orang dengan HIV positif
C. Tumbuhan lumut
Tanda dan gejala
1. Papula putih pada interaksi dari jaringan jalinan
lesi.
2. Biasanya ulserasi dan nyeri
Kemungkinan penyebab
Kekambuhan umum terjadi dapat menimbulkan
malignan
D. Kandidiasis (moniliasis/sariawan)
Tanda dan gejala
1. Plak putih seperti keju
2. Seperti dadih putih
3. Bila diseka, meninggalkan eritematosa dan sering
perdarahan
Kemungkinan penyebab
1. Jamur candida ablicans
2. Faktor predisposisi mencakup diabetes, terapi
antibiotik dan imunosupresi
E. Stomatitis (apthous – sakit sariawan)
Tanda dan gejala
1. Ulkus dalam dengan bagian tengah putih atau abu-
abu dan batas kemerahan
2. Terlihat pada bagian dalam bibir, pipi dan lidah
3. Mulai dengan ensasi kebakar atau kesemutan dan
agak bengkak
4. Nyeri biasanya hilang setelah 7 – 10 hari dan
sembuh tanpa jaringan parut.
Kemungkinan penyebab
1. Stres emosi atau mental
2. Kelelahan
3. Faktor hormonal
4. Trauma minor
5. Dihubungkan dengan infeksi HIV
6. Dapat kambuh
F. Leukoplakia (bukalis – bercak perokok)
Tanda dan gejala
1. Mempunyai satu atau dua bercak putih tebal pada
membran mukosa lidah atau mulut.
2. Lidah dan mulut tertutup dengan membran mukosa
putih tebal berkrim
3. Meninggalkan dasar merah daging
Kemungkinan penyebab
1. Iritasi kronis oleh karies
2. Infeksi dan perbaikan gigi yang kurang baik
3. Tembakau, makanan sangat berbumbu.
G. Kritoplakia
Tanda dan gejala
Bercak kemerahan pada rongga mukosa oral
Kemungkinan penyebab
Inflamasi nonseptik
H. Sarkoma kaposi
Tanda dan gejala
1. Tampak pertama sekali pada mukosa oral
2. Sebagai lesi kemerahan, putih atau biru
3. Mungkin lesi tunggal atau multiple
4. Mungkin datar atau menonjol
Kemungkinan penyebab
Infeksi HIV
2.3.3 Abnormalitas gusi
A. Gingivitis
Tanda dan gejala
1. Gusi nyeri, inflamasi dan bengkak.
2. Biasanya gusi berdarah setelah berespon terhadap
kontak ringan.
Kemungkinan penyebab
1. Higiene oral buruk
2. Debris makanan, plak bakterial, dan akumulasi
kalkulus (tartar).
3. Gusi mungkin bengkak dalam respon pubertas dan
kehamilan.
B. Gingivitis nekrotis (penyakit mulut)
Tanda dan gejala
1. Ulserasi pseudomembranosa abu-abu putih yang
mempengaruhi tepi gusi, mukosa mulut, tonsil dan
faring.
2. Nafas bau, nyeri, gusi berdarah dan
pembengkakan
Kemungkinan penyebab
C. Gingivostomatitis herpetic
Tanda dan gejala
1. Sensasi terbakar dengan adanya vesikel kecil 24-
48 jam kemudian.
2. Vesikel dapat ruptur, membentuk sariawan, ulkus
dalam tertutup dengan membran abu-abu.
Kemungkinan penyebab
1. Virus herpes simpleks.
2. Terjadi pada orang imunosupresi
3. Terjadi pada proses nfeksi lain seperti pneumonia
streptokokal, meningitis meningokokal dan malaria.
D. Periodontis
Tanda dan gejala
1. Sedikit ketidaknyamanan pada awitan.
2. Dapat mengalami perdarahan, infeksi, reseksi gusi,
dan kehilangan gigi.
Kemungkinan penyebab
1. Dapat diakibatkan gingivitis yang tidak diobati.
2. Higiene gigi yang tidak adekuat atau buruk dan
ketidakadekuatan diet memperberat kejadian.
2.3.4 Abnormalitas kelenjar saliva
Kelenjar saliva terdiri dari kelenjar parotis, satu pada setiap
setiap sisi wajah dibawah telinga: kelenjar submaksilaris dan
kelenjar sublingualis, keduanya pada dasar mulut : dan kelenjar
bukal, dibawah bibir. Kira-kira 1200 ml saliva diproduksi setiap hari.
Fungsi utama adalah pelumasan, perlindungan bakterial, dan
pencernaan (Brunner & Suddarth, 2002).
A. Parotitis
Parotitis (inflamasi kelenjar parotis) adalah kondisi
inflamasi paling umum dari kelenjar saliva, namun infeksi dapat
juga terjadi pada kelenjar saliva lain. Orang lemah dengan
penurunan aliran saliva karena dehedrasi umum atau obat-
obatan berisiko tinggi terhadap terjadinya peritonitis. Organisme
pengganggu biasanya Staphylococcus aureus (kecuali pada
mumps).
B. Sialadentis
Sialadenitis (inflamasi kelenjar saliva) dapat disebabkan
oleh dehidrasi, terapi radiasi, stres, malnutrisi, kalkuli kelenjar
saliva (batu), atau higiene oral yang tidak tepat dan
dihubungkan dengan infeksi dengan Staphylococcus aureus,
Streptococcus viridans atau pneumokokus. Gejala meliputi
nyeri, bengkak dan rabas perulen.
C. Kalkulus saliva (sialolitiasis)
Kalkuli didalam kelenjar saliva tidak menyebabkan gejala
kecuali infeksi, tetapi kalkulus yang menyumbat duktus
menyebabkan nyeri tiba-tiba, local dan sering nyeri kolik, yang
tiba-tiba hilang dengan membuang ludah.
D. Neoplasma
Neoplasma (tumor atau pertumbuhan) dari berbagai
setiap tipe dapat berkembang pada kelenjar saliva. Tumor
terjadi lebih sering pada kelenjar parotis. Insiden tumor kelenjar
saliva sama baik pada pria dan wanita. Diagnosis didasarkan
pada riwayat dan biopsi.
2.4 Konsep Infeksi
2.4.1 Pengertian Infeksi
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang-biaknya
mikroorganisme dalam tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh
terhadapnya (Zulkarnain Iskandar, 1998 hal: 531).
2.4.2 Patofisiologi Infeksi.
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi
umum. Pada infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan
metabolik pada saat itu terjadi reaksi ringan limporetikularis disuluru
tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit B).
Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus
berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma.
Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan
yang rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh
sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel
fagosit kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul
dalam suatu rongga membentuk abses atau bekumpul dijaringan tubuh
yang lain membentuk flegman (peradangan yang luas dijaringan ikat).
(Sjamsuhidajat R, 1997. hal; 6).
2.4.3 Gambaran klinis.
Gambaran klinis infeksi pasca bedah adalah : Rubor (kemerahan), kalor
(demam setempat) akibat vasodilatasi dan tumor (benngkak) karena
eksudasi. Ujung syaraf merasa akan terangsang oleh peradangan
sehingga terdapat rasa nyeri (dolor). Nyeri dan pembengkan akan
mengakibatkan gangguan faal, dan reaksi umum antara lain berupa sakit
kepala, demam dan peningkatan denyut jantung (Sjamsuhidajat R. 1997.
hal:6).
2.4.4 Etiologi Infeksi
Beberapa kuman gram positif (stroptokokus, stapilokokus) garam negatif
(Enterobakrerium, pseudomonas) kuman anaerob (klostrodium,
bakriodes, blasto-mikosis) dan virus (Hepatitis, herpes, poliomyelitis) .
(Sjamsuhidajat,1997. hal:8).
2.5 Konsep Infeksi Nosokomial
2.5.1 Pengertian Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang terjadi di rumah sakit
atau infeksi oleh kuman yang dapat selama berada di rumah sakit
(Zulkarnain I, 1998 hal 531).
Infeksi nosokomial tidak saja menyangkut penderita tetapi juga yang
kontak dengan rumah sakit termasuk staf rumah sakit, sukarelawan,
pengunjung dan pengantar. Suatu Infeksi dikatakan di dapat rumah
sakit apa bila :
1) Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak
didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut.
2) Pada waktu penderita dirawat di rumah sakit tidak sedang
dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.
3) Tanda-tanda klinik tersesut baru timbul sekurang-kurangnya
setelah 3 x 24 jam sejak dimulainya perawatan.
4) Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi
sebelumnya.
2.5.2 Cara penularan Infeksi Nosokomial
Macam-macam penularan infeksi nosokomial bisa berupa :
1) Infeksi silang (Cross Infection)
Disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang atau penderita
lain di rumah sakit secara langsung atau tidak langsung.
2) Infeksi sendiri (Self infection,Auto infection)
Disebabkan oleh kuman dari penderita itu sendiri yang berpindah
tempat dari satu jaringan kejaringan lain.
3) Infeksi lingkungan (Enverenmental infection)
Disebabkan oleh kuman yang berasal dari benda atau bahan
yang tidak bernyawa yang berada di lingkungan rumah sakit.
Misalnya : lingkungan yang lembab dan lain-lain (Depkes RI
1995).
Menurut Jemes H,Hughes dkk yang dikutip oleh Misnadiarli 1994
tentang model cara penularan, ada 4 cara penularan infeksi
nosokomial yaitu :
1) Kontak langsung antara pasien dan personil yang merawat
atau menjaga pasien
2) Kontak tidak langsung ketika obyek tidak bersemangat/kondisi
lemah dalam lingkungan menjadi kontaminasi dan tidak
didesinfeksi atau sterilkan, sebagai contoh perawatan luka
paska operasi.
3) Penularan cara droplet infection dimana kuman dapat
mencapai keudara (air borne).
4) Penularan melalui vektor yaitu penularan melalui
hewan/serangga yang membawa kuman.
2.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi
nosokomial.
Infeksi pada dasarnya terjadi karena interaksi langsung
maupun tidak langsung antara penderita (host) yang rentan
mikroorganisme yang infeksius dan lingkungan sekitarnya
(Environment). Faktor-faktor yang saling mempengaruhi dan
saling berhubungan disebut rantai infeksi sebagai berikut :
1) Adanya mikroorganisme yang infeksius mikroba penyebab
infeksi dapat berupa bakteri, virus, jamur maupun parasit.
Penyebab utama infeksi nosokomial biasanya bakteri dan
virus dan kadanga-kadang jamur dan jarang oleh parasit.
Peranannya dalam infeksi nosokomial tergantung antara lain
dari patogenesis atau virulensi dan jumlahnya.
2) Adanya portal of exit/pintu keluar.
Portal of exit mikroba dari manusia biasanya melalui satu
tempat, meskipun dapat juga dari beberapa tempat. Portal of
exit yang utama adalah saluran pernapasan, daluran cerna
dan saluran urogenitalia.
3) Adanya porta of entry/Pintu masuk
Tempat masuknya kuman dapat melalui kulit, dinding mukosa,
saluran cerna, saluran pernafasan dan saluran urogenitalia.
Mikroba yang terinfesius dapat masuk ke saluran ceran
melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi seperti:
E.coli, Shigella. Mikroba penyebab rubella dan toxoplasmosis
dapat masuk ke host melalui placenta.
4) Terdapatnya cara penularan.
Penularan atau transmission adalah perpindahan mikroba dari
source ke host. Penyebaran dapat melalui kontak, lewat udara
dan vektor.
Cara penularan yang paling sering terjadi pada infeksi
nosokomial adalah dengan cara kontak. Pada cara ini terdapat
kontak antara korban dengan sumber infeksi baik secara
langsung, tidak langsung maupun secara droplet infection.
5) Penderita (host) yang rentan.
Masuknya kuman kedalam tubuh penderita tidak selalu
menyebabkan infeksi. Respon penderita terhadap mikroba
dapat hanya infeksi subklinis sampai yang terhebat yaitu
infeksi berat yang dapat menyebabkan kematian. Yang
memegang peranan sangat penting adalah mekanisme
pertahanan tubuh hostnya. Mekanisme pertahana tubuh
secara non spesifik antara lain adalah kulit, dinding mukosa
dan sekret, kelenjar-kelenjar tubuh. Mekanisme pertahanan
tubuh yang spesifik timbul secara alamia atau bantuan ,
secara alamia timbul karena pernah mendapat penyakit
tertentu, seperti poliomyelitis atau rubella. Imunitas buatan
dapat timbul secara aktif karena mendapat vaksin dan pasif
karena pemberian imuneglobulin (Serum yang mengandung
antibodi).
Lingkungan sangat mempengaruhi rantai infeksi sebagai
contoh tindakan pembedahan di kamar operasi akan lebih kecil
kemungkinan mendapatkan infeksi luka operasi dari pada
dilakukan ditempat lain (Wirjoadmodjo, 1993).
Selain pembagian faktor-faktor diatas, infeksi nosokomial juga
dipengaruhi oleh faktor eksogen dan endogen. Faktor endogen
adalah faktor yang ada didalam tubuh penderita sendiri antara lain
umur, jenis kelamin, daya tahan tubuh dan kondisi lokal. Faktor
eksogen adalah faktor dari luar tubuh penderita berupa lamanya
penderita dirawat, kelompok yang merawat, lingkungan, peralatan
tehnis medis yang dilakukan dan adanya benda asing dalam
tubuh penderita yang berhubungan dengan udarah luar (Roeshadi
Joko,1991. hal:31-32).
2.5.4 Kondisi-kondisi yang mempermudah terjadinya Infeksi
nosokomial
Menurut (Farida Betty, 1999) Infeksi nosokomial mudah terjadi
karena adanya beberapa keadaan tertentu
1. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya
orang sakit/pasien, sehingga jumlah dan jenis kuman penyakit
yang ada lebih penyakit dari pada ditempat lain.
2. Pasien mempunyai daya tahan tubuh rendah,
sehingga mudah tertular.
3. Rumah sakit sering kali dilakukan tindakan
invasif mulai dari sederhana misalnya suntukan sampai
tindakan yang lebih besar, operasi. Dalam melakukan
tindakan sering kali petugas kurang memperhatikan tindakan
aseptik dan antiseptik.
4. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih
resisten terhadap antibiotik, akibat penggunaan berbagai
macam antibiotik yang sering tidak rasional.
5. Adanya kontak langsung antara pasien atau
petugas dengan pasien, yang dapat menularkan kuman
patogen.
6. Penggunaan alat-alat kedokteran yang
terkontaminasi dengan kuman
Sumber infeksi nosokomial dapat berasal dari pasien,
petugas rumah sakit, pengunjung ataupun lingkungan rumah sakit.
Selain itu setiap tindakan baik tindakan invasif maupun non invasif
yang akan dilakukan pada pasien mempunyai resiko terhadap
infeksi nosokomial. Adapun sumber infeksi tindakan invasif
(operasi) adalah :
1. Petugas :
a) Tidak/kurang memahami cara-cara penularan
b) Tidak/kurang memperharikan kebersihan
perorangan
c) Tidak menguasai cara mengerjaklan tindakan
d) Tidak memperhatikan/melaksanakan aseptik
dan antiseptik
e) Tidak mematuhi SOP (standar operating
procedure)
f) Menderita penyakit tertntu/infeksi/carier
2. Alat :
a) Kotor
b) Tidak steril
c) Rusak / karatan
d) Penyimpangan kurang baik
3. Pasien:
a) Persiapan diruang rawat kurang baik
b) Higiene pasien kurang baik
c) Keadaan gizi kurang baik (malnutrisi)
d) Sedang mendapat pengobatan imunosupresif
4. Lingkungan
a) Penerangan/sinar matahari kurang cukup
b) Sirkulasi udarah kurang baik
c) Kebersihan kurang (banyak serangga, kotor, air tergenang)
d) Terlalu banyak peralatan diruangan
e) Banyak petugas diruangan (Farida, 1999)
2.5.5 Penyebab Infeksi nosokomial
Mikroorganisme penyebab infeksi dapat berupa : bakteri,
virus, fungi dan parasir, penyebab utamanya adalah bakteri dan
virus, kadang-kadang jamur dan jarang disebabkan oleh parasit.
Peranannya dalam menyebabkan infeksi nosokomial tergantung
dari patogenesis atau virulensi dan jumlahnya.
Patogenesis adalah kemampuan mikroba menyebabkan
penyakit, patogenitas lebih jauh dapat dinyatakan dalam virulensi
dan daya invasinya. Virulensi adalah pengukuran dari beratnya
suatu penyakit dan dapat diketahui dengan melihat morbiditas dan
derajat penularan, Daya invasi adalah kemampuan mikroba
menyerang tubuh. Jumlah mikroba yang masuk sangat
menentukan timbul atau tidaknya infeksi dan bervariasi antara satu
mikroba dengan mikroba lain dan antara satu host dengan host
yang lain (Wirjoatmodjo B, 1993).
2.6 Konsep Dasar Oral Hygiene
Mulut merupakan bagian pertama dari saluran makanan dan bagian
dari sistem pernafasan (Wolf, 1994). Mulut juga merupakan gerbang
masuknya penyakit (Adam, 1992). Di dalam rongga mulut terdapat saliva
yang berfungsi sebagai pembersih mekanis dari mulut (Taylor, 1997).
Di dalam rongga mulut terdapat berbagai macam mikroorgnisme
meskipun bersifat komensal, pada keadaan tertentu bisa bersifat patogen
apabila respon penjamu terganggu. (Roeslan, 2002). Pembersihan mulut
secara alamiah yang seharusnya dilakukan oleh lidah dan saliva, bila tidak
bekerja dengan semestinya dapat menyebabkan terjadinya infeksi rongga
mulut, misalnya penderita dengan sakit parah dan penderita yang tidak
boleh atau tidak mampu memasukkan sesuatu melalui mulut mereka
(Bouwhuizen, 1996).
Oral hygiene merupakan tindakan untuk membersihkan dan
menyegarkan mulut, gigi dan gusi (Clark, 1993). Menurut Taylor et al
(1997), oral hygiene adalah tindakan yang ditujukan untuk : (1) menjaga
kontiunitas bibir, lidah dan mukosa membran mulut, (2) mencegah
terjadinya infeksi rongga mulut dan (3) melembabkan mukosa membran
mulut dan bibir. Sedangkan menurut Clark (1993), oral hygiene bertujuan
untuk : (1) mencegah penyakit gigi dan mulut, (2) mencegah penyakit yang
penularannya melalui mulut, (3) mempertinggi daya tahan tubuh, dan (4)
memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan.
Pada penderita yang tidak berdaya perawat tidak boleh lupa
memberikan perhatian khusus pada mulut pasien. Pengumpulan lendir dan
terbentuknya kerak pada gigi dan bibir dikenal sebagai sordes. Jika
terbentuk sordes atau lidahnya berlapis lendir menunjukan kalau
kebersihan rongga mulutnya kurang. (Wolf, 1994).
Menurut Perry, (2005), prosedur pelaksanaan tindakan oral hygiene
sebagai berikut :
1. Persiapan alat :
a. Pencuci mulut atau larutan antiseptik
b. Spatel lidah dengan bantalan/spons
c. Handuk wajah, handuk kertas
d. Baskom
e. Gelas air dengan air dingin
f. Jeli larut air
g. Spuit ber-bulb kecil (opsional)
h. Kateter penghisap yang dihubungkan dengan alat pengisap
i. Sarung tangan sekali pakai.
2. Pelaksanaan
a. Perawat cuci tangan
b. Pakai sarung tangan
c. Uji adanya reflek muntah.
d. Posisikan kepala miring kanan/kiri
e. Tempatkan handuk dibawah wajah klien dan baskom dibawah
dagu.
f. Secara hati-hati regangkan gigi atas dan bawah klien dengan
spatel lidah.
g. Bersihkan mulut klien dengan menggunakan spatel lidah yang
dibasahi dengan pencuci mulut atau air.
h. Isap sekresi bila terakumulasi.
i. Berikan lapisan tipis jeli larut air pada bibir klien.
j. Jelaskan pada penderita bila anda telah melakukan prosedur.
k. Lepaskan sarung tangan dan buang pada wadah yang tepat.
l. Kembalikan posisi nyaman klien.
m. Bersihkan peralatan dan kembalikan pada tempat yang tepat.
n. Perawat cuci tangan
o. Lakukan dokumentasi.
3. Kriteria hasil oral hygiene
Mukusa mulut dan lidah terlihat merah muda, lembab, utuh. Gusi
basah dan utuh, gigi terlihat bersih, dan licin. Lidah berwarna
merah muda dan tidak kotor. Bibir lembab, mukosa dan pharynx
tetab bersih (Perry and Potter, 2006).
Catatan :
a. Apabila penderita menggunakan gigi palsu dilepas dahulu
b. Apabila ada penumpukkan sekret dibersihkan terlebih
dahulu.
Pasien Ketergantungan
Total
Cidera Kepala :Penurunan Kesadaran
Asuhan Keperawatan
Oral Hygiene
Infeksi Rongga Mulut
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Ada Tidak ada
Tanda Infeksi Ronnga Mulut
1. Ulserasi
2. Merah
3. Kering
4. Lidah bengkak
5. Halitosis
6. Lidah berselaput
7. Bibir berkerak
8. Bibir pecah a Infeksi
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka
hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui
penelitian-penelitian yang akan dilakukan, (Notoatmodjo, 2005)
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2Hipotesis Penelitian
H1 : Ada hubungan antara pelaksanaan tindakan oral hygiene
dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera
kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU
Dr.Saiful Anwar Malang.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan
penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau
penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam 2001).
Berdasarkan tujuan penelitian desain yang digunakan ”Cross sectional”,
artinya obyek diobservasi satu kali saja dan pengukuran menggunakan
variabel independen dan dependen dilakukan pada saat pemeriksaan
atau pengkajian data (Sastroasmoro, 1995).
2.7 Frame Work / Kerangka Kerja
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian
2.8 Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini variabel dibedakan menjadi 2 yaitu variabel
independen dan variabel dependen.
2.8.1 Variable Independen
Variabel independen atau variable bebas adalah adalah variable
yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variable
dependen (Sugiyono, 2006). Dalam penelitian ini variabel
independennya adalah : Pelaksanaan tindakan oral hygiene pada
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan cedera kepala
Sampel dalam penelitan ini adalah seluruh pasien cedera kepala yang memenuhi kriteria inklusi
Pengumpulan data dilakukan terhadap responden dengan menggunakan observasi.
Analisis Data
Penyajian Hasil
pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13
RSU Dr.Saiful Anwar Malang
2.8.2 Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat adalah adalah variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas (Sugiyono, 2006). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kejadian infeksi rongga mulut pada pasien
cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU
Dr.Saiful Anwar Malang.
2.9 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
dapat diamati (diukur) untuk diobservasi atau pengukuran secara cermat
terhadap situasi obyek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi
oleh orang lain (Nursalam, 2003). Definisi operasional meliputi : (lihat table
4.1 Definisi operasional hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene
dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan
penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang).
No VariabelDefinisi
OperasionalParameter
Alat
Ukur
Skala
Pengukura
n
Skor
1 Independen
:
Oral
Hygiene
Tindakan perawatan
kebersihan mulut
yang dilakukan
perawat sesuai
standar
(Perry Potter, 2006)
1. Sebelum
melaksanakan
tindakan perawat
memberi penjelasan
terlebih dahulu kepada
klien.
2. Perawat mengkaji
kondisi rongga mulut
penderita sebelum
melakukan tindakan.
3. Perawat melakukan
prosedur dengan
cermat dan hati-hati :
a. Perawat cuci
tangan
b. Pakai sarung
tangan
Check list Ordinal Dikerjakan diberi skor 2.
Tidak dikerjakan diberi
skor 1.
Kemudian Diartikan
- Tepat dengan total
nilai (39-46)
- Kurang tepat
dengan total nilai
(31-38)
- Tidak tepat dengan
total nilai (23-30).
c. Ujia danya reflek
muntah.
d. Posisikan kepala
miring kanan/kiri
e. Tempatkan handuk
dibawah wajah klien
dan baskom
dibawah dagu.
f. Secara hati-hati
regangkan gigi atas
dan bawah klien
dengan spatel lidah.
g. Bersihkan mulut
klien dengan
menggunakan
spatel lidah yang
dibasahi dengan
pencuci mulut atau
air.
h. Isap sekresi bila
terakumulasi.
i. Berikan lapisan tipis
jeli larut air pada
bibir klien.
j. Jelaskan pada
penderita bila anda
telah melakukan
prosedur.
k. Lepaskan sarung
tangan dan buang
pada wadah yang
tepat.
l. Kembalikan posisi
nyaman klien.
m. Bersihkan peralatan
dan kembalikan
pada tempat yang
tepat.
n. Perawat cuci
tangan
o. Lakukan
dokumentasi.
4. Selama melakukan
tindakan perawat
mengkaji respon
penderita.
5. Perawat mengajarkan
kepada keluarga
penderita untuk
melakukan oral
hygiene.
6. Setelah melakukan
tindakan perawat
mendokumentasikan
tindakan.
7. Perawat mengevaluasi
tindakan yang
dilakukan apakah
sudah sesuai dengan
kriteria hasil.
8. Perawat mengevaluasi
2
Dependen :
Infeksi
rongga
mulut
Abnormalitas
rongga oral yang
meliputi bibir, mulut
dan gusi
perkembangan klien.
1. Ulserasi
2. Merah
3. Kering
4. Lidah bengkak
5. Halitosis
6. Lidah berselaput
7. Bibir berkerak
8. Bibir pecah Observas
i
Ordinal
Ada diberi skor 2.
Tidak ada diberi skor 1.
Kemudian diartikan
- Infeksi ringan
dengan total nilai
(14-16).
- Infeksi sedang (11-
13).
- Infeksi buruk (8-10).
Tabel 4.1 Definisi operasional hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang
2.10 Desain Sampling
2.10.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan
diteliti (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien cedera kepala di Ruang 13 RSU Dr. Saiful Anwar
Malang
2.10.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2006). Sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan
kriteria inklusi yaitu karakteristik sampel yang dapat dimasukkan
atau layak diteliti (Nursalam, 2003). Adapun kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah :
1. Bersedia menjadi subyek penelitian
2. Pasien yang dirawat di Ruang 13
3. Lama rawat minimal 3 hari
4. Pasien cedera kepala
5. Mengalami penurunan kesadaran
6. Mendapatkan oral hygiene
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan
subyek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari suatu studi karena
berbagai sebab (Nursalam, 2003). Adapun kriteria eksklusi
penelitian ini adalah :
1. Pasien dengan diabetes mellitus
2. Pasien dengan HIV AIDS
3. Lama rawat kurang dari 3 hari
2.10.3 Sampling
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari
populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2003). Pada
penelitian ini menggunakan ”Purposive Sampling” yang ditetapkan
berdasarkan kriteria inklusi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
dan mewakili karakteristik populasi sebelumnya.
2.11 Pengumpulan dan Analisa Data
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat ijin dari RSU Dr.
Saiful Anwar Malang. Pengumpulan data dilakukan terhadap pasien cedera
kepala di Ruang 13 (ruang akut) RSU Dr. Syaiful Anwar Malang dengan
mengacu pada kriteria inklusi responden.
2.11.1 Instrumen
Pelaksanaan tindakan oral hygiene dan kejadian infeksi diobservasi
menggunakan chek list.
2.11.2 Tempat dan Waktu
Tempat penelitian dilaksanakan di Ruang 13 RSU Dr. Saiful Anwar
Malang, Di Ruangan tersebut penderita cedera kepala dengan
penurunan kesadaran mendapatkan pelayanan rawat inap. Adapun
waktu penelitian ini dimulai tanggal 8 Februari 2008 sampai dengan
tanggal 11 Februari 2008.
2.11.3 Prosedur
Setelah peneliti menetapkan responden, maka peneliti melakukan
observasi kejadian infeksi pada pasien yang sudah ditetapkan dan
sudah mendapatkan perawatan oral hygiene.
2.11.4 Analisa Data
1. Univariat
Dalam analisis univariate ini dilakukan analisis untuk hasil
tabulasi data terhadap data tindakan oral hygiene dan
kejadian infeksi. Hasil dari tabulasi data tindakan oral
hygiene dan kejadian infeksi masing-masing kemudian
dimasukkan dalam tabel sebaran frekuensi.
2. Bivariat
Analisis bivariate dilakukan untuk menganalisis hubungan
antara kedua variabel, yakni antara tindakan oral hygiene
dengan kejadian infeksi. Untuk mengetahui hubungan
antara kedua variabel penelitian dilakukan analisis statistik
menggunakan uji Spearman’s Rank Correlation dengan
derajat kepercayaan 95 %, α = 0,05, bermakna apabila rs
hitung > rs tabel. Pengolahan menggunakan komputer
dengan program SPSS 13 for Wondows. Bila nilai rs hitung
> dari rs tabel maka Ho ditolak, Hal ini berarti ada
hubungan antara tindakan oral hygiene dengan kejadian
infeksi.
2.12 Etika Penulisan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan
ijin kepada bidang Penelitian dan Pengembangan RSU Dr. Saiful Anwar
Malang. Setelah mendapatkan persetujuan peneliti mulai melakukan
penelitian dengan memperhatikan masalah etika yang meliputi :
2.6.1 Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)
Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian,
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan
dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengumpulan data. Setelah diberikan penjelasan, lembar
persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek
penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani
lembar persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk
diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati
haknya.
2.6.2 Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak
mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup
dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar
tersebut.
2.6.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh dari subyek
penelitian dijamin oleh peneliti.
2.13 Keterbatasan
Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian
(Burns & Groove, 1991). Dalam penelitian ini keterbatasan yang dihadapi
peneliti adalah :
1. Pengumpulan data dengan chek list memiliki tingkat subjektifitas
yang tinggi dari peneliti karena ditentukan berdasarkan kemampuan
interpretasi peneliti.
2. Tenaga, dana, instrumen dan waktu penelitian terbatas sehingga
penelitian ini kemungkinan kurang sempurna.
3. Terbatasnya kemampuan peneliti untuk menjabarkan permasalahan
sehingga kedalaman isi penelitian ini kurang sempurna.
4. Keterbatasan dalam pernyataan (instrumen tes) sehingga tidak dapat
mengungkapkan hal-hal yang diperlukan lebih banyak lagi.
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang
hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga
mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU
Dr.Saiful Anwar Malang.
Hasil penelitian dikelompokkan menjadi data umum dan data khusus.
Data umum menjelaskan karakteristik lokasi pengambilan sampel penelitian dan
karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin dan disajikan dalam
bentuk diagram pie. Data khusus menampilkan tindakan oral higiene, kejadian
infeksi dan hubungan antara tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi
rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang
13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.
Adapun hasil penelitian yang didapatkan dari pengumpulan data adalah
sebagai berikut.
Data umum
Karakteristik Lokasi Pengambilan Sampel Penelitian.
Ruang 13 merupakan bagian dari RSU Dr. Saiful Anwar
Malang yang merupakan rumah sakit rujukan type A. Kriteria pasien
yang dirawat di ruangan tersebut adalah pasien dengan keadaan
bedah akut yang membutuhkan perawatan lanjut setelah mendapat
penanganan dari instalasi gawat darurat.
Ruang 13 mempunyai kapasitas tempat tidur sebanyak 30
buah, yang terdiri dari ruang infeksi dan non infeksi. Kapasitas
31%
8%61%
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
< 12
12-18
18>
tempat tidur untuk ruang infeksi adalah 3 buah dan untuk ruang non
infeksi sebanyak 27 buah.
Karakteristik Responden
Pasien yang menjadi sampel penelitian sebanyak 13
responden. Karakteristik responden (pasien) di Ruang 13 RSU Dr.
Saiful Anwar Malang ini akan diuraikan berdasarkan umur, dan jenis
kelamin.
Umur
Gambar 5.1. Diagram pie distribusi Responden menurut umur pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang Februari 2008.
Sumber : Kuisioner Anang Satrianto Februari 2008 dengan judul penelitian hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang
Pada gambar 5.1 memberikan gambaran umur responden
sebagian besar 61% atau 8 orang berusia 18 > tahun. Responden yang
paling sedikit berusia 12 – 18 tahun sebanyak (8 %) atau 1 orang.
54%
46%
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jenis Kelamin
Gambar 5.2. Diagram pie distribusi responden menurut jenis kelamin pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang Februari 2008
Sumber : Kuisioner Anang Satrianto Februari 2008 dengan judul penelitian hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang
Pada gambar 5.2 memberikan gambaran respoden yang paling
banyak adalah berjenis kelamin laki-laki sebesar (54 % atau 7 orang),
sedangkan 46 % atau 6 orang berjenis kelamin perempuan.
67%
25%
8%
Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Oral Hygiene
Tepat
Kurang Tepat
Tidak Tepat
Data Khusus
Tindakan Oral Hygiene
Gambar 5.3 Diagram pie distribusi ketepatan pelaksanaan tindakan oral hygiene yang dilakukan oleh perawat pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang Februari 2008.
Sumber : Kuisioner Anang Satrianto Februari 2008 dengan judul penelitian hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tindakan
perawat dalam memberikan oral hygiene secara tepat 67 % atau 8 orang,
kurang tepat 25 % atau 4 orang dan sisanya tidak tepat sebanyak 8 % atau
1 orang.
61%
31%
8%
Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Infeksi
Infeksi ringan
infeksi sedang
infeksi berat
Kejadian Infeksi
Gambar 5.4 Diagram pie distribusi kejadian infeksi pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang Februari 2008.
Sumber : Kuisioner Anang Satrianto Februari 2008 dengan judul penelitian hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien
mengalami kejadian infeksi ringan sebesar 61 % atau 8 orang, kemudian
katagori infeksi sedang 31 % atau 4 orang, dan kategori infeksi berat 8 %
atau 1 orangs.
n % n % n % n %Tepat 8 61.5 0 0 0 0 8 61.5Kurang Tepat 0 0 3 23.1 0 0 3 23.1Tidak Tepat 0 0 1 7.7 1 7.7 2 15.4Total 8 61.5 4 30.8 1 7.7 13 100
Oral HygieneRingan Sedang Berat
Kejadian Infeksi Rongga Muluttotal
Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian
Infeksi Rongga Mulut
Tabel 5.1 Tabulasi silang hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr. Saiful Anwar Malang Februari 2008.
Uji statistic menggunakan Rank Spearman’s Correlation
menunjukkan nilai rs hitung sebesar 0,786, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara oral
hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera
kepala dengan penurunan kesadaran.
BAB 6
3 PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian sesuai dengan penilaian
yang telah dilaksanakan.
6.1 Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene pada pasien cedera kepala
dengan penurunan kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar
Malang Februari 2008
Oral hygiene merupakan tindakan untuk membersihkan dan
menyegarkan mulut, gigi dan gusi (Clark, 1993). Taylor et al (1997)
mengatakan bahwa tujuan dilaksanakannya oral hygiene adalah untuk
menjaga kontiunitas bibir, lidah dan mukosa membran mulut, mencegah
terjadinya infeksi rongga mulut dan melembabkan mukosa membran mulut
dan bibir. Pelaksanaan oral hygiene itu sendiri dilaksanakan dengan
memper timbangkan kondisi umum pasien.
Dari data hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa dari 13
responden sebanyak 8 (67 %) perawat melaksanakan tindakan oral
hygiene dengan tepat dan sisanya sebanyak 4 (25 %) orang melaksanakan
tindakan oral hygiene kurang tepat dan terdapat 1 (8 %) orang yang
melaksanakan oral hygiene dengan tidak tepat.
Perawatan oral hygiene merupakan perilaku yang berlandaskan
pada sikap yang di bangun oleh perawat. Sikap individu selalu diarahkan
kepada suatu hal atau objek tertentu dan sifatnya masih tertutup. Oleh
karena itu, manifestasi sikap tidak dapat langsung terlihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan melelui perilaku tersebut. Akan tetapi sikap secara umum
menuntun perilaku seseorang sehingga orang tersebut dapat bertindak
sesuai dengan sikap yang diekspresikan (Sunaryo, 2004). Perilaku perawat
dalam melaksanakan oral hygiene pada pasien cidera kepala berlandaskan
pada sikap yang perlu dimiliki seorang perawat agar dapat memberikan
pelayanan dengan baik (Sunaryo, 1994).
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dalam pelaksanaan
perawatan oral hygiene terdapat dua komponen yang memiliki peranan,
yang pertama adalah komponen sikap dan kedua adalah komponen
perilaku. Dua komponen tersebut berinteraksi satu dengan lainnya dan
memberikan pengaruh terhadap tindakan keperawatan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi komponen perilaku adalah faktor endogen dan eksogen.
Faktor endogen yang berpengaruh antara lain jenis ras, jenis kelamin, sifat
fisik, sifat keperibadian, bakat pembawaan, dan intelegensi, sedangkan
beberapa factor eksogen yang berpengaruh adalah factor lingkungan,
pendidikan, agama, social ekonomi, kebudayaan, serta beberapa faktor
lain seperti persepsi, emosi dan faktor susunan saraf pusat juga terbukti
memberikan pengaruh terhadap perilaku seseorang.
Hasil penelitian menunjukkan distribusi kriteria pemberian tindakan
oral hygiene yang tidak memusat pada satu kriteria, dimana terdapat 67 %
perawat melaksanakan tindakan dengan tepat, 25 % perawat
melaksanakan tindakan oral hygiene dalam kategori kurang tepat dan
masih ada 8 % perawat yang tidak tepat melaksanakan tindakan oral
hygiene. Berdasarkan uraian sebelumnya bahwa terdapat banyak faktor
yang memberikan pengaruh pada hal tersebut, maka kemungkinan
perbedaan pelaksanaan tindakan oral hygiene oleh masing-masing
perawat dapat terjadi, tergantung pada perbedaan karakteristik masing-
masing perawat.
6.2 Kejadian Infeksi Nosokomial Rongga Mulut Pada Pasien Cedera
Kepala Dengan Penurunan Kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful
Anwar Malang Februari 2008
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 13 responden
terdapat 61 % responden dalam kategori infeksi ringan 31 % responden
dengan infeksi sedang, dan 8 % dengan kategori infeksi berat.
Infeksi nosokomial merupakan suatu infeksi yang terjadi di rumah
sakit atau infeksi oleh kuman yang didapat selama di rumah sakit
(Zulkarnain, 1998). Infeksi nosokomial pada dasarnya terjadi karena
interaksi langsung maupun tidak langsung antara penderita yang rentan
mikroorganisme yang infeksius dan lingkungan sekitarnya. Faktor-faktor
tersebut saling mempengaruhi dan saling berhubungan dan disebut rantai
infeksi. Rantai infeksi terjadi karena adanya mikroorganisme yang
infeksius, adanya portal of exit, adanya portal of entry, transmisi, dan
adanya penderita yang rentan. Hal tersebut memberikan pengaruh bagi
terjadinya infeksi (Wirjoadmodjo, 1993).
Selain factor-faktor di atas, infeksi nosokomial juga dipengaruhi
oleh factor eksogen dan endogen. Faktor endogen adalah faktor yang ada
di dalam tubuh penderita sendiri seperti umur, jenis kelamin, daya tahan
tubuh dan kondisi local. Faktor eksogen adalah factor dari luar tubuh
penderita berupa lamanya penderita dirawat, kelompok yang merawat,
lingkungan, peralatan teknis yang dilakukan dan adanya benda asing
dalam tubuh penderita yang berhubungan dengan udara luar (Roeshadi,
1991).
6.3 Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian
Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan
Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang
Sumber infeksi nosokomial dapat berasal dari pasien, petugas
rumah sakit, pegunjung ataupun lingkungan rumah sakit. Selain itu setiap
tindakan baik invasive maupun non invasive yang dilakukan terhadap
pasien mempunyai resiko terhadap terjadinya infeksi nosokomial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang melaksanakan
oral hygiene dengan tepat dan terjadi infeksi ringan pada pasien adalah
sebanyak 61,5 %, perawat yang melaksanakan tindakan oral hygiene
kurang tepat dan terjadi infeksi sedang sebanyak 23,1 %, dan infeksi berat
terjadi pada tindakan oral hygiene yang tidak tepat adalah sebanyak 7,7 %.
Uji statistic menggunakan Rank Spearman’s Correlation menunjukkan nilai
rs hitung sebesar 0,786, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara oral hygiene dengan kejadian
infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala.
Secara teori dikatakan bahwa terdapat beberapa sumber infeksi
tindakan invasive diantaranya adalah: petugas, alat, pasien, dan
lngkungan. Dari faktor petugas terdapat beberapa hal yang memungkinkan
terjadinya infeksi seperti tidak memahami cara-cara penularan, tida
memperhatikan kebersihan perorangan, tidak menguasai cara
mengerjakan tindakan, tidak memperhatikan/melaksanakan aseptic dan
antiseptic, tidak mematuhi SOP dan menderita penyakit tertentu (Farida,
1999), sehingga jika petugas tidak memiliki criteria diatas, maka kejadian
infeksi dapat dikendalikan.
BAB 7
4 KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
yang telah dilakukan.
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tindakan
perawat dalam memberikan oral hygiene sudah dilakukan secara
tepat, pernyataan ini didukung dengan adanya data sebesar 67%
perawat melakukan pelaksanaan tindakan oral hygiene secara tepat.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien
mengalami kejadian infeksi ringan, pernyataan ini didukung dengan
adanya data sebesar 61% pasien dengan kategori infeksi ringan.
3. Uji statistic menggunakan Rank Spearman’s Correlation
menunjukkan nilai rs hitung sebesar 0,786, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara oral
hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera
kepala
7.2 Saran
Saran yang dapat dipertimbangkan dan bermanfaat untuk
meningkatkan ketepatan tindakan perawat dalam pelaksanaan oral
hygiene untuk mengurangi kejadian infeksi nosokomial pada rongga mulut
pada pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang
13 RSU Dr. Saiful Anwar Malang sebagai berikut :
1. Diharapkan perawat melaksanakan oral hygiene sesuai dengan
protap yang ada dan dengan pengawasan suatu pihak pada saat
pelaksanaan.
2. Diharapkan perawat melaksanakan oral hygiene bukan hanya pada
pasien cedera kepala tetapi juga untuk pasien yang mengalami
ketidak mampuan untuk merawat diri.
3. Perlu diberikan penyuluhan kepadap keluarga penderita untuk
berpartisipasi dalam merawat pasien terutama dalam melakukan oral
hygiene.
4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang jenis-jenis infeksi yang
terkait dengan tindakan perawat tentang oral hygiene dengan
kejadian infeksi rongga mulut di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar
Malang, sehingga dapat diketahui jenis infeksi oral apa saja yang
terdapat pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V. Rineka Cipta. Jakarta.
Brunner & Suddarth’s (2002), Keperawatan Medikal-Bedah, alih bahasa Monica Ester, Edisi 8, Volume 2, EGC, Jakarta.
Brunner & Suddarth’s (2002), Keperawatan Medikal-Bedah, alih bahasa Monica Ester, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta.
Burn, N & Grove, S.K (1991), The Practice of Nursing Research; Conducts, Critiques and Utilization, 2nd Ed, WB Saunders Co, Philadelphia.
Carolyn M.Hudak & Barbara W. Gallo (1996), Critical Care Nursing; Holistic Aproach, 2nd volume, J.B.Lippincof Co, Philadelpia.
Carpenito, Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan, Aplikasi Pada Praktik Klinis. Alih bahasa Monica Ester, Edisi 6, EGC, Jakarta.
Chitty, K.K (1997), Profesional Nursing, Concept and Challenge, 2nd Ed, WB Saunders Co, Philadelphia.
Depkes RI. (1995).Pedoman Sanitasi rumah sakit di Indonesia.Jakarta..Ditjen PPM dan PLP danDitjen pelayanan Medik.
Doenges, Marylin E, Moorhouse, Mary Frances, dan Geissler, Alice C (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Donna D Ignatavicius dan Marylin Varner Bayne (1991), Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, Jilid 2, WB Saunderss Company. Philadelphia
Farida Betty, (1999). ”Pengendalian Infeksi nosokomial” Majala keperawatan Bina sehat. Edisi September-November: PPNI
Federick J. Tasota et al (1998), Protecting ICU Patient from Nasokomial Infections, Journal of Critical Care Nurse volume 18, 1 (page 54-64).
Gaffar, J.L (1995), Pengantar Keperawatan Profesional, EGC, Jakarta.
Hasbullah H,Tamrin.(1993) Pengendalian Infeksi Nosokomial di RS Persahabatan Jakarta : Majalah Cermin Dunia Kedokteran. No.82
Jenifer E. Clark (1993), Clinical Nursing Manual, Prentice Hall Inc Ltd, Trowbridge.
Kozier, B. et al (1991), Fundamental of Nursing, Concept Process and Practice, Addison, Wesley Publishing Company Inc, California.
Lumbatobing,S.M. (1998). Neurologi Klinik : Pemerikasaan Fisik dan Mental. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI.
Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 2. Media Aesculapius, Jakarta.
Notoatmodjo, S (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Thesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
Perry, Anne Sriffin. Peterson, Veronica Ronnie & Potter, Patricia. A (2006), Clinical Nursing Skills & Techniques, Mosby, St. Louis, Missouri.
Perry, Anne Sriffin. Peterson, Veronica Ronnie & Potter, Patricia. A (2002), Buku Saku Ketrampilan Dan Prosedur Dasar. Alih Bahasa Monica Ester, EGC, Jakarta.
Poerwadarminto (1985), Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Roeshadi, Djoko. (1993). Peran Perawat dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial : Majalah Cermin Dunia Kedokteran. No.83
Roeslan Boedi Oetomo (2002), Respon Imun di Dlam Rongga Mulut, Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi, Scientific Journal in Dentistry No.49 Tahun 17, September 2002.
Sastroasmoro, S dan Ismail, S (1995), Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinik, Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Soelita, S (1997) Sosiologi Kesehatan, Gajah Mada Univercity Press, Yogyakarta.
Sugiono, Wibowo, E. 2006. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Syamsunir Adam (1992), Hygiene Perseorangan, Bhratara, Jakarta.
Tucker et al (1998), Patient Care Standart; Nursing Process Diagnosis and Outcome, alih bahasa Yasmin et al, volume 3, EGC, Jakarta.
Wirjoadmodjo, Bambang. (1993). Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengendalian Infeksi Nosokomial: Penataran Pengendalian Infeksi Nosokomial bagi dekter dan paramedis RSU Propinsi. Di RSUD DR. Soetomo Surabaya.
Wolf, Weitzel, Fuerst (1994), Dasar-dasar Ilmu Keperawatan, alih bahasa Kustinyatih Mochtar dan Djamaluddin H, Gunung Agung, Jakarta.
Zulkarnain, Iskandar. (1998). Infeksi Nosokomial: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. FKUI
LEMBAR OBSERVASI
Pelaksanaan tindakan perawatan kebersihan mulut (oral hygiene) yang
dilakukan perawat Ruang 13 RSU Dr. Saiful Anwar Malang
Nomer Kode Responden : ………………..
Tanggal Observasi : ………………..
No Tindakan Oral HygieneDilaksanakan
SkorYa Tidak
1. Sebelum melaksanakan tindakan perawat
memberi penjelasan terlebih dahulu kepada klien
2. Perawat mengkaji kondisi rongga mulut penderita
sebelum melakukan tindakan
3. Perawat melakukan prosedur dengan hati-hati
dan cermat
a. Perawat cuci tangan
b. Pakai sarung tangan
c. Uji adanya reflek muntah.
d. Posisikan kepala miring kanan/kiri
e. Tempatkan handuk dibawah wajah klien
dan baskom dibawah dagu.
f. Secara hati-hati regangkan gigi atas dan
bawah klien dengan spatel lidah.
g. Bersihkan mulut klien dengan
menggunakan spatel lidah yang dibasahi
dengan pencuci mulut atau air.
h. Isap sekresi bila terakumulasi.
i. Berikan lapisan tipis jeli larut air pada bibir
klien.
j. Jelaskan pada penderita bila anda telah
melakukan prosedur.
k. Lepaskan sarung tangan dan buang pada
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
wadah yang tepat.
l. Kembalikan posisi nyaman klien.
m. Bersihkan peralatan dan kembalikan pada
tempat yang tepat.
n. Perawat cuci tangan
o. Lakukan dokumentasi.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4. Selama melakukan tindakan perawat mengkaji
respon penderita
5. Perawat mengajarkan kepada keluarga pasien
untuk melakukan oral hygiene
6. Setelah melakukan tindakan perawat
mendokumentasikan
7. Perawat mengevaluasi tindakan yang dilakukan
apakah sudah sesuai dengan kriteria hasil
8. Perawat mengevaluasi perkembangan klien
(Dikutip dari Perry, Anne Sriffin. Peterson, Veronica Ronnie & Potter, Patricia. A
(2006), Clinical Nursing Skills & Techniques, Mosby, St. Louis, Missouri).
LEMBAR OBSERVASI
Abnormalitas rongga oral (adanya tanda infeksi Nosokomial)
Nomer Kode Responden : …………………………
Tanggal Observasi : …………………………
No Tanda Infeksi Ada Tidak Skor
1. Ulserasi
2. Merah
3. Kering
4. Lidah Bengkak
5. Halitosis
6. Lidah Berselaput
7. Bibir Berkerak
8. Bibir Pecah
(Dikutip dari Perry, Anne Sriffin. Peterson, Veronica Ronnie & Potter, Patricia. A
(2006), Clinical Nursing Skills & Techniques, Mosby, St. Louis, Missouri.).
Correlations
Correlations
1 .895**
.000
13 13
.895** 1
.000
13 13
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
oralhygiene
infeksi
oralhygiene infeksi
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Nonparametric Correlations
Correlations
1.000 .786**
. .001
13 13
.786** 1.000
.001 .
13 13
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
oralhygiene
infeksi
Spearman's rhooralhygiene infeksi
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlations
Correlations
1 .895**
.000
13 13
.895** 1
.000
13 13
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
oralhygiene
infeksi
oralhygiene infeksi
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Nonparametric Correlations
Correlations
1.000 .786**
. .001
13 13
.786** 1.000
.001 .
13 13
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
oralhygiene
infeksi
Spearman's rhooralhygiene infeksi
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Crosstabs
Case Processing Summary
13 100.0% 0 .0% 13 100.0%oralhygiene * infeksiN Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
oralhygiene * infeksi Crosstabulation
1 0 0 0 0 0 0 1
.1 .1 .1 .2 .2 .2 .2 1.0
100.0% .0% .0% .0% .0% .0% .0% 100.0%
100.0% .0% .0% .0% .0% .0% .0% 7.7%
7.7% .0% .0% .0% .0% .0% .0% 7.7%
0 1 0 0 0 0 0 1
.1 .1 .1 .2 .2 .2 .2 1.0
.0% 100.0% .0% .0% .0% .0% .0% 100.0%
.0% 100.0% .0% .0% .0% .0% .0% 7.7%
.0% 7.7% .0% .0% .0% .0% .0% 7.7%
0 0 1 0 0 0 0 1
.1 .1 .1 .2 .2 .2 .2 1.0
.0% .0% 100.0% .0% .0% .0% .0% 100.0%
.0% .0% 100.0% .0% .0% .0% .0% 7.7%
.0% .0% 7.7% .0% .0% .0% .0% 7.7%
0 0 0 1 0 0 0 1
.1 .1 .1 .2 .2 .2 .2 1.0
.0% .0% .0% 100.0% .0% .0% .0% 100.0%
.0% .0% .0% 50.0% .0% .0% .0% 7.7%
.0% .0% .0% 7.7% .0% .0% .0% 7.7%
0 0 0 1 0 0 0 1
.1 .1 .1 .2 .2 .2 .2 1.0
.0% .0% .0% 100.0% .0% .0% .0% 100.0%
.0% .0% .0% 50.0% .0% .0% .0% 7.7%
.0% .0% .0% 7.7% .0% .0% .0% 7.7%
0 0 0 0 1 0 1 2
.2 .2 .2 .3 .3 .5 .5 2.0
.0% .0% .0% .0% 50.0% .0% 50.0% 100.0%
.0% .0% .0% .0% 50.0% .0% 33.3% 15.4%
.0% .0% .0% .0% 7.7% .0% 7.7% 15.4%
0 0 0 0 1 0 1 2
.2 .2 .2 .3 .3 .5 .5 2.0
.0% .0% .0% .0% 50.0% .0% 50.0% 100.0%
.0% .0% .0% .0% 50.0% .0% 33.3% 15.4%
.0% .0% .0% .0% 7.7% .0% 7.7% 15.4%
0 0 0 0 0 1 1 2
.2 .2 .2 .3 .3 .5 .5 2.0
.0% .0% .0% .0% .0% 50.0% 50.0% 100.0%
.0% .0% .0% .0% .0% 33.3% 33.3% 15.4%
.0% .0% .0% .0% .0% 7.7% 7.7% 15.4%
0 0 0 0 0 1 0 1
.1 .1 .1 .2 .2 .2 .2 1.0
.0% .0% .0% .0% .0% 100.0% .0% 100.0%
.0% .0% .0% .0% .0% 33.3% .0% 7.7%
.0% .0% .0% .0% .0% 7.7% .0% 7.7%
0 0 0 0 0 1 0 1
.1 .1 .1 .2 .2 .2 .2 1.0
.0% .0% .0% .0% .0% 100.0% .0% 100.0%
.0% .0% .0% .0% .0% 33.3% .0% 7.7%
.0% .0% .0% .0% .0% 7.7% .0% 7.7%
1 1 1 2 2 3 3 13
1.0 1.0 1.0 2.0 2.0 3.0 3.0 13.0
7.7% 7.7% 7.7% 15.4% 15.4% 23.1% 23.1% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
7.7% 7.7% 7.7% 15.4% 15.4% 23.1% 23.1% 100.0%
Count
Expected Count
% within oralhygiene
% within infeksi
% of Total
Count
Expected Count
% within oralhygiene
% within infeksi
% of Total
Count
Expected Count
% within oralhygiene
% within infeksi
% of Total
Count
Expected Count
% within oralhygiene
% within infeksi
% of Total
Count
Expected Count
% within oralhygiene
% within infeksi
% of Total
Count
Expected Count
% within oralhygiene
% within infeksi
% of Total
Count
Expected Count
% within oralhygiene
% within infeksi
% of Total
Count
Expected Count
% within oralhygiene
% within infeksi
% of Total
Count
Expected Count
% within oralhygiene
% within infeksi
% of Total
Count
Expected Count
% within oralhygiene
% within infeksi
% of Total
Count
Expected Count
% within oralhygiene
% within infeksi
% of Total
30.00
35.00
36.00
37.00
38.00
39.00
41.00
42.00
43.00
44.00
oralhygiene
Total
9.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
infeksi
Total
Chi-Square Tests
62.833a 54 .192
39.642 54 .928
9.613 1 .002
13
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-LinearAssociation
N of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)
70 cells (100.0%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is .08.
a.
Symmetric Measures
.895 .064 6.656 .000c
.786 .165 4.217 .001c
13
Pearson's RInterval by Interval
Spearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora
Approx. Tb
Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
Correlations
Correlations
1 .895**
.000
13 13
.895** 1
.000
13 13
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
oralhygiene
infeksi
oralhygiene infeksi
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Nonparametric Correlations
Correlations
1.000 .786**
. .001
13 13
.786** 1.000
.001 .
13 13
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
oralhygiene
infeksi
Spearman's rhooralhygiene infeksi
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
NPar Tests
Descriptive Statistics
13 39.0000 3.85141 30.00 44.00 36.5000 39.0000 42.0000
13 13.7692 2.12736 9.00 16.00 12.5000 14.0000 15.5000
oralhygiene
infeksi
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum 25th 50th (Median) 75th
Percentiles
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
13a 7.00 91.00
0b .00 .00
0c
13
Negative Ranks
Positive Ranks
Ties
Total
infeksi - oralhygieneN Mean Rank Sum of Ranks
infeksi < oralhygienea.
infeksi > oralhygieneb.
infeksi = oralhygienec.
Test Statisticsb
-3.189a
.001
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
infeksi -oralhygiene
Based on positive ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Anang Satrianto
NIM : 0610722007
Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, 22 Februari 2008
Yang membuat pernyataan,
( Anang Satrianto )
NIM. 0610722007
PENGANTAR KUESIONER
Judul Penelitian : “Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang”
Peneliti : Anang Satrianto(Nomor telepon yang dapat dihubungi bila ada pertanyaan 081 3333 82007 atau 0341-8180506)
Pembimbing : 1. Dr. Djoko Santoso, M.Kes, DAHK2. Ns. Tina Handayani Nasution, S.Kep
Sejawat Perawat Yang Terhormat,
Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan - Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Dalam rangka untuk menyelesaikan Tugas Akhir, saya bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “ Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang”.
Saya berkeyakinan bahwa penelitian ini memiliki manfaat yang luas, baik untuk Rumah Sakit, Perawat, Penderita dan Keluarga khususnya bagi profesi keperawatan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Apabila sejawat bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian saya ini, silakan sejawat menandatangani persetujuan menjadi subjek penelitian.Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.
Malang, Februari 2008
Mengetahui Pembimbing I Peneliti,
Dr. Djoko Santoso, M.Kes, DAHK Anang Satrianto NIP. 000 848 051 NIM. 0610722007
PENGANTAR KUESIONER
Judul Penelitian : “Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang”
Peneliti : Anang Satrianto(Nomor telepon yang dapat dihubungi bila ada pertanyaan 081 3333 82007 atau 0341-8180506)
Pembimbing : 1. Dr. Djoko Santoso, M.Kes, DAHK2. Ns. Tina Handayani Nasution, S.Kep
Sejawat Perawat Yang Terhormat,
Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan - Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Dalam rangka untuk menyelesaikan Tugas Akhir, saya bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang”.
Saya berkeyakinan bahwa penelitian ini memiliki manfaat yang luas, baik untuk Rumah Sakit, Perawat, Penderita dan Keluarga khususnya bagi profesi keperawatan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Apabila sejawat bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian saya ini, silakan sejawat menandatangani persetujuan menjadi subjek penelitian.Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.
Malang, Februari 2008
Mengetahui Pembimbing II Peneliti,
Ns. Hj. Tina Handayani Nasution, S.Kep Anang Satrianto NIP. 132 321 109 NIM. 0610722007
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN/SUBJEK PENELITIAN
Saya telah mendapat penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan manfaat penelitian yang berjudul “Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang”.
Saya mengerti bahwa saya akan diminta untuk mengisi kuesioner dan saya akan diobservasi peneliti saat melakukan tindakan oral hygiene, yang memerlukan waktu 10 – 15 menit. Saya mengerti bahwa resiko yang akan terjadi dari penelitian ini tidak ada. Apabila ada pertanyaan yang menimbulkan respon emosional, maka penelitian akan dihentikan dan peneliti akan memberi dukungan.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian ini akan dirahasiakan, dan kerahasiaan ini akan dijamin. Informasi mengenai identitas saya tidak akan ditulis pada instrumen penelitian dan akan disimpan secara terpisah di tempat terkunci.
Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan serta dalam penelitian ini atau mengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa adanya sanksi atau kehilangan hak – hak saya.
Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau mengenai peran serta saya dalam penelitian ini, dan telah dijawab serta dijelaskan secara memuaskan. Saya secara sukarela dan sadar bersedia berperan serta dalam penelitian ini dengan menandatangani Surat Persetujuan Menjadi Responden/Subjek Penelitian.
Malang, Februari 2008Peneliti, Responden,
Anang Satrianto (...............................) NIM. 0610722007
Saksi-1 Saksi-2
(...............................) (...............................)
PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN INFORMED CONSENT
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Anang Satrianto
NIM : 0610722007
Program studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,
Menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan data
penelitian sesuai dengan yang disetujui pembimbing dan telah memperoleh
pernyataan kesediaan dan persetujuan dari responden sebagai sumber data.
Malang, Februari 2008
Pembimbing I Yang membuat pernyataan,
Dr. Djoko Santoso, M.Kes, DAHK Anang Satrianto
NIP. 000 848 051 NIM. 0610722007
Mengetahui:
Tim Etika Penelitian FKUB,
Dr. dr. Teguh Wahju Sardjono, DTM&H, MSc, SpPark
NIP. 130 809 100
PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN INFORMED CONSENT
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Anang Satrianto
NIM : 0610722007
Program studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,
Menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan data
penelitian sesuai dengan yang disetujui pembimbing dan telah memperoleh
pernyataan kesediaan dan persetujuan dari responden sebagai sumber data.
Malang, Februari 2008
Pembimbing II Yang membuat pernyataan,
Ns. Hj. Tina Handayani Nasution, S.Kep Anang Satrianto
NIP. 132 321 109 NIM. 0610722007
Mengetahui:
Tim Etika Penelitian FKUB,
Dr. dr. Teguh Wahju Sardjono, DTM&H, MSc, SpPark
NIP. 130 809 100
TIM ETIKA PENELITIAN MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KETERANGAN KELAIAKAN ETIK PENELITIAN
(“ETHICAL CLEARENCE”)
No. 05 /PEPK/ 11 /2008
Setelah Tim Etika Penelitian Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya mempelajari dengan seksama rancangan penelitian yang diusulkan:
Judul : Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan
Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala
Dengan Penurunan Kesadaran di Ruang 13 RSU Dr.Saiful
Anwar Malang.
Peneliti : Anang Satrianto
NIM : 0610722007
Unit/Lembaga : Jurusan Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
Tempat Penelitian : Ruang 13 RSU Dr. Saiful Anwar Malang
Maka dengan ini dinyatakan bahwa penelitian tersebut telah memenuhi atau layak etik.
Malang, 06 Februari 2008
An. Ketua
Koordinator Divisi I (Mahasiswa SI-FKUB)
Dr. dr. Teguh Wahju Sardjono, DTM&H, MSc, SpPark
NIP. 130 809 100
FORMULIR ETIK PENELITIAN KEDOKTERAN
1. Peneliti : Anang SatriantoMahasiswa Jurusan Ilmu KeperawatanFakultas kedokteran Universitas Brawijaya Malang
Dibawah bimbingan Komisi Pembimbing:a. Dr. Djoko Santoso, M.Kes, DAHK b. Ns. Tina Handayani Nasution, S.Kep
2. Judul Penelitian:
Hubungan Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Dengan Kejadian Infeksi Rongga Mulut Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.
3. Subyek:
Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran Di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang
4. Perkiraan waktu penelitian yang dapat diselesaikan untuk tiap subyek
Dibutuhkan waktu sekitar 10 - 15 menit tiap subyek untuk dilakukan Perawatan Oral Hygiene oleh perawat dan observasi adanya infeksi rongga mulut oleh peneliti.
5. Ringkasan usulan penelitian yang mencakup obyektif/tujuan penelitian, manfaat/relevansi dari hasil penelitian dan alasan/motivasi untuk melakukan penelitian
Obyektif/tujuan umum yang ingin dicapai adalah:Untuk mengetahui hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.
Secara khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:1. Mengidentifikasi pelaksanaan tindakan oral hygiene pada pasien
cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.
2. Mengidentifikasi kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.
3. Menganalisa hubungan pelaksanaan tindakan oral hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang Malang.
Manfaat/relevansi hasil penelitian dan alasan/motivasi untuk melakukan penelitian1. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasaan konsumen
penderita dan keluarga.
Dapat dijadikan bahan masukan untuk penyusunan prosedur
tetap pelaksanaan oral hygiene pada pasien cedera kepala
dengan Penurunan kesadaran.
2. Bagi PerawatMeningkatkan pengetahuan dan tanggung jawab terhadap
pelaksanaan tindakan oral hygiene.
3. Bagi Penderita Mendapatkan pelayanan yang memuaskan sehingga mengurangi resiko akibat penurunan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan diri (Activity Daily Living).
4. Bagi KeluargaMendapat pengetahuan baru, sehingga mampu untuk melaksanakan oral hygiene dan merawat pasien dengan baik sepulang dari rumah sakit.
6. Masalah etik (nyatakan pendapat anda tentang masalah etik yang mungkin akan dihadapi)
Apabila subyek penelitian telah diberikan penjelasan mengenai tujuan, prosedur, risiko yang mungkin ditimbulkan dan yang bersangkutan tetap bersedia menjadi subyek penelitian, diharapkan tidak dijumpai masalah etik.
7. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, apakah percobaan pada hewan sudah dilakukan? Bila belum, sebutkan alasan untuk memulai penelitian ini langsung pada manusia!
Penelitian ini tidak dilakukan pada hewan coba karena memang tidak dapat dilakukan pada hewan coba.
8. Prosedur eksperimen (frekuensi, interval, dan jumlah total segala tindakan invasive yang akan dilakukan, dosis, dan cara pemakaian obat, isotop, radiasi dan tindakan lain)
Penentuan subyek penelitian sebelum dilaksanakan penelitian adalah berdasarkan kriteria inklusi sebagai berikut:
a. Bersedia menjadi subyek penelitianb. Pasien yang dirawat di Ruang 13c. Lama rawat minimal 5 harid. Pasien cedera kepalae. Mengalami penurunan kesadaranf. Mendapatkan oral hygiene
Prosedur penelitian: Pengajuan lembar persetujuan menjadi responden Peneliti mengobservasi tindakan keperawatan oral hygiene yang
dilakukan oleh perawat pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.
Peneliti mengobservasi adanya infeksi rongga mulut pada pasien yang diberikan tindakan keperawatan oral hygiene oleh perawat pada pasien cedera kepala dengan penurunan kesadaran di ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang.
9. Bahaya potensial yang langsung atau tidak langsung, segera atau kemudian dan cara-cara untuk mencegah atau mengatasi kejadian (termasuk rasa nyeri dan keluhan lain):
Penelitian ini tidak berbahaya, karena peneliti hanya mengobservasi/tidak memberikan intervensi.
10. Pengalaman terdahulu (sendiri atau orang lain) dari tindakan yang
hendak diterapkan:
Peneliti tidak mempunyai pengalaman sebelumnya, baik pengalaman sendiri ataupun pada orang lain.
11. Bila penelitian ini menggunakan orang sakit dan dapat memberi manfaat untuk subyek yang bersangkutan, uraikan manfaat itu:
Dapat mengetahui pasien mengalami infeksi atau tidak setelah diberikan tindakan keperawatan oral hygiene, pasien juga mendapatkan pelayanan yang memuaskan sehingga mengurangi resiko akibat penurunan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan diri (Activity Daily Living) kusunya kebutuhan oral hygiene.
12. Bagaimana cara memilih pasien/sukarelawan sehat?
Untuk memilih pasien peneliti mengacu pada criteria inklusi. Sedangkan untuk memilih sukarelawan sehat peneliti memilih perawat yang sedang melakukan oral hygiene pada pasien yang dijadikan subjek penelitian.
13. Bila penelitian ini menggunkan subyek manusia, jelaskan hubungan antara peneliti utama dengan subyek yang diteliti.
Tidak ada14. Jelaskan cara pencatatan selama penelitian, termasuk efek samping dan
komplikasi bila ada.
Semua informasi subyek penelitian akan dimasukkan dalam lembar observasi yang berupa check list. Dalam penelitian ini tidak ada efek samping dan komplikasi.
15. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, jelaskan bagaimana cara memberitahu dan mengajak subyek (lampirkan contoh surat persetujuan subyek). Bila pemberitahuan subyek bersifat lisan, atau bila karena sesuatu hal subyek tidak dapat atau tidak perlu dimintakan persetujuan, berilah alasan yang kuat untuk itu.
Terlampir: Lembar Informasi dan lembar Persetujuan sebagai Subyek penelitian.
16. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, apakah subyek mendapat ganti rugi bila ada gejala efek samping? Berapa banyak?
Tidak ada sebab pada penelitian ini peneliti tidak melakukan intervensi langsung pada pasien, andaikan ada efek samping itu sepenuhnya adalah tanggung jawab perawat yang melakukan tindakan keperawatan oral hygiene.
17. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, apakah subyek diasuransikan?
Tidak
Malang, 06 Februari 2008
Pembimbing:
1. Dr. Djoko Santoso, Mkes, DAHK (............................................)
2. Ns. Tina Handayani N, S.Kep (............................................)
Peneliti:
Anang Satrianto (...........................................)
Telah Diperiksa dan Disetujui pada tanggal:
CURICULUM VITAENama / panggilan : Anang Satrianto
Tempat/tgl Lahir : Banyuwangi, 3 Desember 1982
Umur / (M-F) : 24 Tahun (Man)
Agama : Islam
Alamat : Tapanrejo, Krajan. RT.4 RW.5 Muncar Banyuwangi 68472.
Nama Orang Tua : Bpk Sutarmin
Ibu Nanik Sriwinarni
2 Riwayat Pendidikan
1988 – 1989 : TK Darmawanita I. Dsa. Tapanrejo Kec. Muncar. (Lulus)
1989 – 1995 : SDN Tapanrejo IX Kec. Muncar. (Lulus)
1995 – 1998 : SLTPN I Srono, Kab.Banyuwangi (Lulus)
1998 – 2001 : SMUN II Genteng, Kab.Banyuwangi (Lulus)
2001 – 2002 : Wearnes Education Center Malang DI Desain Grafis (Lulus)
2002 – 2005 : Prodi Keperawatan Malang (Lulus) Angkatan 2002 di Kelas 3a
2006 – 2008 : Jurusan Ilmu Keperawatan ( Program B ) Fakultas
Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang