Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN PERAN GURU KELAS TERHADAP
PEMBENTUKAN KARAKTER KEBANGSAAN
SISWA KELAS VI PADA PEMBELAJARAN
TEMATIK DI MI BAITURRAHMAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Yolanda Afiyata Mawadati
NIM 1112018300053
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH / SEKOLAH DASAR (PGMI/SD)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
v
ABSTRAK
Yolanda Afiyata Mawadati (NIM 1112018300053). Hubungan Peran
Guru Kelas terhadap Pembentukan Karakter Kebangsaan Siswa Kelas VI
pada Pembelajaran Tematik di MI Baiturrahman. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Guru MI/SD, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK),
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara
peran guru kelas dengan pembentukan karakter kebangsaan siswa di MI
Baiturrahman. Teknik penelitian menggunakan teknik korelasi pendekatan
kuantitatif. Penelitian dilakukan di MI Baiturrahman Ciputat. Sampel peneliti
berjumlah 32 Siswa. Subyek penelitian adalah guru kelas dan peserta didik.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data berupa kuesioner,
observasi, dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan Korelasi Product
Moment. Hasil analisis data dengan hasil Koefisien Korelasi yang ditandai dengan
nilai r sebesar 0,997yang menandakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara
peran guru kelas terhadap karakter kebangsaan siswa kelas VI MI
Baiturrahman.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel peran guru kelas dengan variabel karakter kebangsaan
siswa kelas VI MI Baiturrahman dengan nilai r hitung sebesar 0,997.
Kata Kunci : Peran Guru Kelas, Karakter Kebangsaan, Pembelajaran Tematik.
vi
ABSTRACT
Yolanda Afiyata Mawadati (NIM 1112018300053). Relation of the Role
of Class Teachers to the Formation of Student National CharactersGrade VI on
Thematic Learning at MI Baiturrahman. Skripsi. Teacher Islamic Elementary
School Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training,
Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta (UIN).
This research was conducted with the aim to determine the relationship
between the role of class teachers and the formation of national character of
students at MI Baiturrahman. Research techniques use quantitative approach
correlation techniques.The study was conducted at MI Baiturrahman Ciputat. The
sample of researchers consisted of 32 students. The research subjects were
classroom teacher and students. The research instruments used for data collection
were questionnaires, observations, and interviews. Data analysis techniques use
Product Moment Correlation. The results of data analysis with the results of the
Correlation Coefficient are characterized by a r value of 0.997 which means that
there is a strong relationship between the role of the class teacher towards the
national character of class VI MI Baiturrahman. The results showed that there
was a significant relationship between the class teacher role variables and the
national character variable of the sixth grade students of MI Baiturrahman with a
calculated r value of 0.997.
Keywords: The Role of Class Teachers, National Characters
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, tidak ada ungkapan yang lebih indah untuk diungkapkan
selain rasa syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah SWT, Tuhan semesta
alam Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah melimpahkan segala
nikmat, ilham, rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sholawat dan salam selalutercurahkan kepada junjungan mulia Nabi
Muhammad SAW., sang revolusioner, sang pemimpin, sang pencerah bagi umat
Islam.
Banyak tantangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan
skripsi ini, namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, dorongan, bantuan, serta
doa dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Hambatan tersebut ada yang tidak berguna (sia-sia), dan penulis akui semua itu
menjadi pelajaran yang berharga.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan
penulis sangat terbatas, namun berkat adanya bimbingan dan arahan, serta
motivasi dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelasaikan
skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, kepada semua yang tercinta dan
tersayang :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Khalimi, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) yang selalu membimbing, memotivasi dan memfasilitasi
seluruh mahasiswa PGMI untuk dapat menyelesaikan tugas akhir.
3. Takiddin. M.Pd sebagai dosen Penasihat Akademik yang dengan kerja
kerasnya dan sukarela telah memberikan motivasi dan nasihat.
viii
4. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) sekaligus dosen Pembimbing Skripsi yang telah
berkenan memberikan arahan, bimbingan, pencerahan, dan motivasi dalam
penyelesaian skripsi.
5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI),terutama para dosen yang selama ini berbagi ilmu dan pengalaman
serta memberikan teladan bagi pada mahasiswa PGMI angkatan 2012.
6. Kepala Sekolah MI Baiturrahman, Ibu Evi Prihatini, S.Pd., serta dewan guru
dan staf yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian skripsi
ini.
7. Guru Kelas VI MI Baiturrahman, Ibu Sri Wahyuni, S.Pd yang selalu
membantu peneliti selama penelitian.
8. Siswa kelas VI MI Baiturrahman yang telah bekerjasama untuk membantu
penulis dalam penelitian.
9. Wildan Triyanto, S.Pd., suami tercinta yang tak pernah berhenti memberikan
dukungan, perhatian,do’a, serta rela menjaga buah hati dan membantu
pekerjaan rumah tangga selama penulis menyelesaikan skripsi
ini.Terimakasih atas izin dan ridhonya, semoga Allah senantiasa menjaga
cinta kasih di antara kami. Aamiin
10. Orang tuaku tercinta, ayah H. Suhadak dan mama Hj. Yurike Meikawati yang
selalu memberikan do’a, perhatian, motivasi, cinta kasih, bantuan, restu, serta
segala pengorbanan dalam mendidik dan mengasuh penulis sehingga dapat
menempuh jenjang pendidikan sampai perguruan tinggi dengan baik. Semoga
segala kebaikan yang telah diberikan dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT.
Aamiin.
11. Adik−adikku tersayang atas bantuannya menjaga dan mengasuh buah hati
penulis.
12. Sahabat−sahabat yang selalu membantu dan memotivasi untuk
menyelesaikan skripsi (Desi Susilawati, Arini Nur Hidayah, Aci Sutanti,
Faizah, Halimah, Rossiana, Yuandita, Robiatul, Kak Faisal, dan Arif).
ix
13. Sahabat−sahabat dan teman-teman seperjuangan PGMI 2012, dan seluruh
teman-teman yang telah membantu dan terlibat dalam penulisan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu tetapi tidak mengurangi rasa
terimakasih penulis terhadap kalian semua.
14. Semua pihak yang telah terlibat atas terselesaikannya skripsi ini.
Demikianlah, ungkapan rasa terima kasih penulis, semoga semua bantuan,
bimbingan, dukungan, masukan, dan doa yang telah diberikan menjadi pintu
datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT serta mendapatkan imbalan dari
Allah SWT. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
namun penulis berharap semoga tugas akhir skripsi ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pihak pada umumnya dan terutama bagi pemerhati dunia pendidikan
Indonesia. Aamiin.
Jakarta, 29Maret 2019
Penulis
Yolanda Afiyata Mawadati
NIM. 1112018300053
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ILMIAH ……………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBIMBING SKRIPSI ……………… ii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………iii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ……………………………… iv
ABSTRAK …………………………………………………………………… v
KATA PENGANTAR………………………………………………………… vii
DAFTAR ISI ……………………………….………………………………… x
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… xii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………. xiii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………………………. 5
C. Pembatasan Masalah ……………………………………………………… 5
D. Perumusan Masalah ………………………………………………………. 5
E. Tujuan Penelitian ………………………………………………………..... 6
F. Kegunaan Penelitian ……………………………………………………… 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS......................... 7
A. Deskripsi Teoretik ………………………………………………………… 7
1. Definisi Karakter Kebangsaan ………………….……………………. 7
2. Ciri-ciri Karakter Kebangsaan ………………….……………………. 11
3. Fungsi Karakter Kebangsaan ………………………………………… 14
4. Upaya Pembentukan Karakter Kebangsaan …….……………………. 16
xi
5. Konsep Pembelajaran Tematik………………….…………………… 18
6. Pengertian Guru Kelas ………………………….……………………. 23
7. Tugas Pokok Guru Kelas ……………………….……………………. 24
8. Peranan Guru Kelas …………………………….……………………. 24
9. Fungsi Guru ……..……………………………..…………………….. 46
10. Kompetensi Guru Kelas ………………………..…………………….. 47
B. Hasil Penelitian yang Relevan ……………………………………………. 48
C. Kerangka Berpikir ………………………………………………………… 50
D. Hipotesis Penelitian……………………………………………………….. 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………… 52
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………….. 52
B. Metode Penelitian ………………………………………………………… 52
C. Populasi dan Sampel ……………………………………………………… 53
D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………... 54
E. Instrumen Penelitian ……………………………………………………… 55
F. Teknik Analisis Data …………………………………………………….... 65
G. Hipotesis Statistik ……………………………………………………….... 70
BAB IV HASIL PENELITIAN ……………………………………………… 71
A. Deskripsi Data …………………………………………………………….. 71
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ………………… 84
C. Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………………………… 87
BAB V PENUTUP ……………………………………………………………. 91
A. Kesimpulan ……………………………………………………………….. 91
B. Saran ………………………………………………………………………. 91
DAFTAR PUSTAKA ………………………………….................................... 93
LAMPIRAN……………………………………………………………………. 98
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara ...................................................................... 55
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Karakter Kebangsaan Siswa .......................... 56
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Peran Guru Kelas ........................................... 57
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Observasi Karakter Kebangsaan Siswa ............. 60
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Lembar Observasi Peran Guru Kelas .............................. 61
Tabel 3.6 Interprestasi Nilai r ......................................................................... 69
Tabel 4.1 Skor Kuesioner Peran Guru Kelas .................................................. 72
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Peran Guru Kelas .......................................... 73
Tabel 4.3 Distribusi Kategorisasi VariabelPeran Guru Kelas ........................ 74
Tabel 4.4 Skor Kuesioner Karakter Kebangsaan Siswa Kelas VI .................. 76
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakter Kebangsaan Siswa Kelas VI .......... 77
Tabel 4.6 Distribusi Kategorisasi Variabel Karakter Kebangsaan Siswa ...... 79
Tabel 4.7 Hasil Analisis Varians (ANOVA) .................................................. 86
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir .......................................................... 51
Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Peran Guru Kelas .................... 73
Gambar 4.2 Piechart Variabel Peran Guru Kelas ........................................... 75
Gambar 4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Karakter Kebangsaan Siswa.... 77
Gambar 4.4 Piechart Variabel Karakter Kebangsaan Siswa .......................... 79
Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas ................................................................... 85
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Karakter Kebangsaan Siswa ........................................ 99
Lampiran 2 Kuesioner Peran Guru Kelas ........................................................ 102
Lampiran 3 Hasil Wawancara Guru Kelas....................................................... 105
Lampiran 4 Pedoman Wawancara Identifikasi Masalah .................................. 108
Lampiran 5 Lembar Observasi ......................................................................... 110
Lampiran 6 Hasil Observasi Karakter Kebangsaan Siswa ............................... 111
Lampiran 7 Hasil Observasi Peran Guru Kelas ............................................... 115
Lampiran 8 Hasil Kuesioner Peran Guru Kelas ............................................... 119
Lampiran 9 Hasil Kuesioner Karakter Kebangsaan Siswa .............................. 120
Lampiran 10 Dokumentasi ............................................................................... 121
Lampiran 11 Lembar Uji Referensi ................................................................. 124
Lampiran 12 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ......................... 130
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam sistem persekolahan selama ini lebih menekankan
pada kemampuan kognitif dan kurang memberi perhatian pada aspek yang
sangat fundamental, yakni karakter (watak), sehingga perilaku bangsa saat ini
ditunjukkan oleh semakin memudarnya sikap kebhinekaan dan kegotong-
royongan. Selain itu, kuatnya pengaruh budaya asing di tengah-tengah
masyarakat turut mempengaruhi perilaku bangsa.1 Adapun perilaku anti
karakter bangsa ini ditunjukkan oleh hilangnya nilai-nilai luhur yang melekat
pada bangsa Indonesia, seperti kemanusiaan, semangat kebangsaan, dan cinta
tanah air. Selama ini masalah karakter mulai terabaikan, karena yang
diutamakan adalah masalah akademik dan melupakan bahwa pendidikan itu
adalah mendidik bukan hanya mengajar.
Karakter merupakan aspek yang sangat penting dalam penilaian kualitas
sumber daya manusia. Seseorang dengan kemampuan intelektual yang tinggi
dapat saja menjadi orang yang tidak berguna atau bahkan membahayakan
masyarakat jika karakternya rendah. Oleh sebab itu, pendidikan
karakterseharusnya ditempatkan sebagai bagian penting dalam sistem
pendidikan nasional. Bangsa Indonesia harus berjuang untuk menjadikan
nilai-nilai luhur itu kembali menjadi karakter yang dibanggakan di hadapan
bangsa lain. Salah satu upaya untuk mewujudkannya adalah dengan
memperbaiki sistem pendidikan nasional dengan menitikberatkan pada
pendidikan karakter.
Berbagai persoalan tersebut mendorong semangat dan upaya pemerintah
untuk memprioritaskan pendidikan karakter sebagai dasar pembangunan
pendidikan. Semangat itu secara emplisit ditegaskan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, yaitu
1Mita Hilmiyah, Memudarnya Sikap Gotong Royong di Era Globalisasi, 2019,
(www.kompasiana.com).
2
Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu
programprioritas pembangunan pendidikan.2 Selain itu, persoalan-persoalan
tersebut mendorong para pendidik, khususnya kepala sekolah dan guru-guru,
untuk berusaha mengatasi masalah-masalah tersebut.Salah satu cara yang
sudah dimulai dan banyak dirintis di sekolah-sekolah ialah dengan konsisten
untuk mentaati aturan yang ada.
Pendidikan karakter ditegaskan kembali dalam pidato presiden pada
peringatan hari pendidikan nasional 2 Mei 2010. Sejak inilah pendidikan
karakter menjadi perbincangan di tingkat nasional hingga saat ini, terutama
bagi yang peduli dengan masalah pendidikan. Direktur Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah (Dikdasmen), Hamid Muhammad memberikan
sambutannya dalam penyerahan secara simbolik alat-alat musik ke beberapa
sekolah dasar (SD) dalam rangka gerakan PPK di kantor Kemendikbud
Jakarta pada Kamis 14 September 2017, bahwasannya “Presiden
menyampaikan pesan kepada Mendikbud agar pendidikan karakter menjadi
perhatian utama di bidang pendidikan, khususnya pendidikan dasar, baik
melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler yang dapat mengubah
cara pikir anak-anak kita."3
Karakter tidak bisa dibentuk dan dibangun dalam waktu yang
singkat.Membangun karakter bangsa membutuhkan waktu yang lama dan
harus dilakukan secara berkesinambungan. Karakter yang melekat pada
bangsa Indonesia akhir-akhir ini bukan begitu saja terjadi secara tiba-tiba,
tetapi sudah melalui proses panjang. Negara memberikan perhatian yang
besar akan pentingnya pendidikan akhlak mulia (pendidikan karakter) di
sekolah dalam membantu membumikan nilai-nilai agama dan kebangsaan
melalui ilmu pengetahuan dan teknologi yang diajarkan kepada seluruh
peserta didik demi terbangunnya karakter diri. Hal ini ditegaskan melalui arah
dan tujuan pendidikan nasional seperti diamanatkan oleh UUD 1945, yakni
peningkatan iman dan takwa serta pembinaan akhlak mulia para peserta
2 Kemdiknas, “Pelaksanaan Pendidikan Karakter”, Jurnal Panduan, 2011, h. 1.
3 Kemdikbud, Kemendikbud Dorong Keterlibatan Publik dalam Gerakan Penguatan
Pendidikan Karakter, 2018, (www.kemdikbud.go.id).
3
didikyang dalam hal ini adalah seluruh warga negara yang mengikuti proses
pendidikan di Indonesia. Keluarnya undang-undang tentang sistem
pendidikan nasional (sisdiknas), yakni Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003, menegaskan kembali fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Pada Pasal
3 UU ini ditegaskan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”
Sekolah yang dalam fungsinya tidak dapat melepaskan diri dari situasi
kehidupan masyarakat, tentu saja harus membantu murid-muridnya sebagai
anggota masyarakat dalam memecahkan masalah yang dihadapi sebagai
akibat dari kemajuan-kemajuan sebagaimana dikatakan di atas, kegiatan
kurikuler dan instruksionil merupakan salah satu diantara kegiatan yang
diberikan sekolah kepada muridnya. Karena berbagai masalah yang dihadapi
oleh sebagian besar siswa, seperti karakter diri anak, pergaualan, dan adaptasi
dengan lingkungan tidak semuanya dapat diperhatikan oleh orang tua siswa,
terutama yang tinggal di kota besar yang setiap harinya sibuk dengan urusan
pekerjaannya masing-masing, dan pada umumnya mereka kekurangan waktu
untuk mengawasi dan mendidik anak-anak mereka.
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan di MI Baiturrahman, penulis
mendapat informasi dari guru kelas 6. Menurut wali kelas 6 yaitu Ibu Sri
Wahyuni, S.Pd mengungkapkan bahwa pada awal kenaikan kelas, dari 32
siswanya, banyak siswa kurang hafal lagu-lagu nasional walau sudah
diajarkan di sekolah karena pengaruh globalisasi sehingga lagu-lagu dari luar
negeri lebih disukai dan lebih sering dinyanyikan. Saat ada masalah/konflik,
siswa belum menggunakan nilai-nilai pancasila (musyawarah) untuk
menyelesaikannya, namun justru menggunakan emosi. Siswa juga kurang
mentaati peraturan sekolah, bahkan kesepakatan kelas sering kali dilanggar,
juga melalaikan tugas dan kerapihan berpakaian. Mayoritas siswa tinggal di
4
lingkungan perkampungan sehingga efek pergaulan menimbulkan bahasa
keseharian 13 siswa yang kurang baik dan kurang sopan. Kurangnya motivasi
untuk belajar dalam diri siswa. 13 siswa kurang tertib dalam kegiatan belajar
mengajar dan upacara, serta 6 siswa kurang tepat waktu datang ke sekolah.
MI Baiturrahman merupakan sekolah yang mengedepankan nilai-nilai
karakter. Segala aktivitas pembelajaran, kegiatan, harus ada nilai karakter
yang ditanamkan pada diri siswa, sehingga sebagian siswa telah
memperlihatkan karakter-karakter positif yang telah terbentuk dalam diri,
meskipun ada sebagian siswa lain yang masih memiliki karakter yang kurang
baik. Namun jika dibiarkan tentu saja siswa yang memiliki karakter yang
kurang baik akan menimbulkan efek yang negatif bagi siswa yang lain.
Karena tentu saja kegiatan belajar mereka di sekolah akan terganggu. Selain
itu bisa saja dengan berjalannya waktu siswa yang mempunyai karakter yang
belum idealini akan mempengaruhi siswa lain untuk mengikuti jejaknya.
Pembentukan karakter haruslah diberikan kepada individu dalam
menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya.
Pembentukan karakter sangat tepat jika diberikan di sekolah, agar setiap
siswa lebih berkembang semaksimal mungkin. Dalam lingkungan sekolah,
guru kelas memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter
siswa, karena guru kelaslah yang setiap hari bertatap muka dengan siswa dan
guru kelas memiliki waktu KBM yang lebih banyak dibanding guru lain
untuk membentuk karakter siswa. Dengan demikian, pembentukan karakter
menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan
sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.
Terutama dalam membangun nilai-nilai karakter pada siswa.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Hubungan Peran Guru Kelas terhadap Pembentukan
Karakter Kebangsaan Siswa Kelas VI pada Pembelajaran Tematik di MI
Baiturrahman.”
5
B. Identifikasi Masalah
1. Pada awal kenaikan kelas, banyak siswa kelas VI yang sangat aktif dalam
berbicara namun dengan topik yang tidak sesuai dengan materi sehingga
kurangnya ketertiban siswa terutama saat KBM.
2. Kurangnya sikap disiplin dalam diri siswa kelas VI pada awal kenaikan
kelas.
3. Minimnya etika kesopanan dalam diri siswa kelas VI pada awal kenaikan
kelas.
4. Era globalisasi membawa dampak yang signifikan pada karakter yang
dimiliki peserta didik di usia sekolah dasar, yaitu menurunnya rasa cinta
terhadap bangsa dan Negara (Nasionalisme) dalam diri siswa.
C. Pembatasan Masalah
Karena adanya keterbatasan peneliti, maka masalah-masalah yang telah
teridentifikasi dibatasi pada hubungan peran guru kelas terhadap
pembentukan karakter kebangsaan siswa. Ruang lingkup pendidikan karakter
mencakup olah pikir, olah raga, olah hati, dan olah rasa/karsa. Adapun
karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karakter dalam ruang
lingkup olah rasa/karsa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang
akan diajukan adalah:
Apakah terdapat hubungan antara peran guru kelas terhadap
pembentukan karakter kebangsaan siswa kelas VIpada pembelajaran tematik
di MI Baiturrahman Ciputat?
6
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
Mengetahui hubungan antara peran guru kelas terhadappembentukan karakter
kebangsaan siswa kelas VIpada pembelajaran tematik di MI Baiturrahman
Ciputat.
F. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti: memberi khazanah keilmuan kepada peneliti pribadi tentang
peran guru kelas terhadap pembentukan karakter kebangsaan siswa.
2. Bagi siswa: memberikan motivasi bahwa belajar dengan pembentukan
karakter itu menyenangkan dan lebih mudah dipahami serta dapat
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Bagi guru: memberikan gambaran tentang peran guru kelas terhadap
pembentukan karakter kebangsaan siswa yang baik.
4. Bagi sekolah: memberikan gambaran dan saran dalam upaya pembentukan
karakter kebangsaan siswa.
5. Bagi Perguruan Tinggi dan masyarakat: hasil penelitian ini dapat
memberikan pengetahuan dan dapat menjadi referensi untuk diteliti lebih
lanjut.
7
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik
1. Definisi Karakter Kebangsaan
PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) dilaksanakan dengan
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter, terutama
meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan bertanggungjawab.1
Karakter dapat disebut juga dengan tabiat atau watak. Karakter adalah
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lain.2
Secara bahasa karakter berasal dari bahasa Yunani “Charassein” yang
artinya “mengukir”.Sebuah pola, baik itu pikiran, sikap, maupun tindakan
yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan
disebut sebagai karakter.3Menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah
sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang
individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu
dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut
akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.4
Scerenko mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang
membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas
mental diri seseorang, suatu kelompok atau bangsa.5
1 An, Penguatan Pendidikan Karakter (Jakarta: Peraturan Presiden RI Nomor 87 Pasal 3,
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2017), h. 4. 2 KBBI Edisi Elektronik, Karakter, 2018, (kbbi.web.id/karakter).
3 Abdullah Munir, Pendidikan Karakter (Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah),
(Yogyakarta: Pedagogia, 2010), h. 2-3. 4 N.K. Singh dan Mr. A.R. Agwan, Encyclopaedia of the Holy Qur’ân, (New Delhi: Balaji
Offset, 2000), Ed 1, h. 175. 5 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2011). h. 42.
8
Secara umum karakter diartikan sebagai perilaku yang dilandasi oleh
nilai-nilai berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat
istiadat, dan estetika.6
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter digambarkan
sebagai sifat manusia pada umumnya di mana manusia mempunyai banyak
sifat yang tergantung dari faktor kehidupan sendiri. Diantara contoh
karakter adalah pemarah, sabar, ceria, pemaaf dan banyak lainnya.Ragam
jenis karakter itulah yang menyebabkan manusia pasti memiliki karakter
yang berbeda-beda.
Dennis Coon dalam bukunya Introduction to Psychology :Exploration
and Aplication mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian subyektif
terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian
yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat. Karakter adalah
jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik di dalam
masyarakat.7
Selain itu karakter juga berasal dari bahasa latinkharakter, kharassein,
dan kharax yang bermakna tool for making, to engrave. Kata ini
digunakan kembali dalam bahasa Perancis, caractere pada abad ke-14, dan
kemudian dalam bahasa Inggris menjadi character sebelum akhirnya
menjadi bahasa Indonesia karakter yang diartikan sebagai tabiat, watak,
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan lainnya.8
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas
tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Karakter merupakan suatu
6An, Peningkatan Manajemen Melalui Tata Kelola dan Akuntabilitas di Sekolah/
Madrasah, (Jakarta: Kementrian pendidikan Nasional dan Kementrian Agama RI, 2011), h. 245. 7 An, Kurikulum Pendidikan Karakter, 2018, (www.pendidikankarakter.com).
8 Kak Hendri, Pendidikan Karakter Berbasis Dongeng, (tt.p.: Simbiosa Rekatama Media,
2013), h.2.
9
kumpulan karakteristik individu yang khas dalam berpikir, berperilaku,
dan bertindak dalam hidup, bergaul, bekerjasama, maupun memecahkan
masalah di lingkungannya.
Warsono dkk mengutip Jack Corley dan Thomas Phillip mengatakan:
"karakter merupakan sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkinkan
dan mempermudah tindakan moral."9
Menurut Kemendiknas, karakter adalah perilaku yang dilandasi oleh
nilai-nilai berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat
istiadat, dan estetika. Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana
untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi
nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil.
Dapat disimpulkan karakter yakni suatu kualitas positif yang dimiliki
seseorang sehingga membuatnya menarik dan atraktif serta membedakan
seseorang dengan lainnya.
Karakter dapat dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak
seringkali tidak jauh beda dari ayah dan ibunya. Dalam Bahasa Jawa
dikenal dengan istilah “kacang ora ninggal lanjaran” yang artinya pohon
kacang panjang tidak pernah meninggalkan kayu atau bambu tempatnya
melilit dan menjalar.
Demikian juga dengan lingkungan, baik lingkungan sosial maupun
lingkungan alam ikut membentuk karakter. Di sekitar lingkungan sosial
yang keras seperti Harlem New York, remaja cenderung berperilaku
antisosial, keras, tega, suka bermusuhan, dan sebagainya. Sementara itu di
lingkungan yang gersang, panas dan tandus, penduduknya cenderung
bersifat keras, dan berani mati.10
Begitupun di Indonesia yang semakin
maraknya perilaku yang tidak berkarakter seperti tawuran pelajar,
9 Muchlas, op.cit., h.42.
10Ibid., h. 34.
10
pencurian yang dilakukan oleh pelajar, dan perilaku seks bebas dikalangan
pelajar dan perilaku lainnya.11
Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi karakter tersebut di
atas, serta faktor-faktor yang mempengaruhi karakter, makna karakter
dapat diartikan sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang,
terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan,
yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap
dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter dalam desain induk Kemendiknas merupakan totalitas proses
psikologis dan sosial-kultural yang dikelompokan menjadi:
a. Olah hati (spiritual and emotional development), terdiri dari beriman
dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggungjawab,
berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban,
dan berjiwa patriotik.
b. Olah pikir (intellectual development), terdiri dari cerdas, kritis, kreatif,
inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi pada ilmu pengetahuan dan
teknologi (Iptek), dan reflektif.
c. Olah raga dan kinestetik (physical and kinesthetic development), terdiri
dari bersih, sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat,
kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih.
d. Olah rasa dan karsa (affective and creativity development), terdiri dari
kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah,
hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia),
mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), bangga
11
Irma Listya, Kenakalan Remaja dan Dampaknya bagi Kemajuan Bangsa, 2017
(www.kompasiana.com)
11
menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan
beretos kerja.12
Bangsa artinya kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan,
adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Bangsa adalah
kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan
kebudayaan dalam arti umum, dan menempati wilayah tertentu di muka
bumi.13
Kebangsaan adalah kesadaran diri sebagai warga dari suatu
negara.14
Dari nilai-nilai karakter di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa
karakter yang memiliki nilai kebangsaan, yaitu berjiwa patriotik/cinta
tanah air, kemanusiaan, nasionalis, serta bangga menggunakan bahasa dan
produk Indonesia.
2. Ciri-ciri Karakter Kebangsaan
Pembangunan bangsa menjadi dasar mendalam bagi terciptanya
semangat kebangsaan yang kuat.Di samping itu, nilai-nilai lokalitas,
wawasan nasional, dan pemahaman terhadap berbagai fenomena di era
global merupakan wujud dari upaya komprehensif memahami diri sebagai
bangsa dan semangat kebangsaan dalam diri.Pembelajaran bahasa yang
integratif dapat dijadikan sebagai salah satu wahana dalam meningkatkan
rasa dan semangat nasionalisme peserta didik yang pada akhirnya dapat
memperkuat karakter bangsa Indonesia.15
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa ciri-ciri seseorang memiliki
karakter kebangsaan, yaitu:
a. Memahami nilai-nilai lokalitas
12
Asep Ediana Latip, “Pembelajaran Berbasis Karakter di Madrasah Ibtidaiyah”, Media
Pendidikan Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 28, No. 1, 2013, h. 42. 13
KBBI Edisi Elektronik, Kebangsaan, 2018, (kbbi.web.id/kebangsaan). 14
Ibid. 15
Beniati Lestyarini, “Penumbuhan Semangat Kebangsaan Untuk Memperkuat Karakter
Indonesia Melalui Pembelajaran Bahasa”, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, No. 3, Oktober
2012, h. 13.
12
b. Megetahui wawasan nasional
c. Memahami berbagai fenomena di era global
d. Menggunakan bahasa Indonesia yang integratif/mempelajari bahasa
yang integratif.
Bela Negara adalah sikap dan tindakan warga negara yang teratur
menyeluruh terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada
tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia serta keyakinan
akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi negara dan kerelaan untuk
berkorban guna meniadakan setiap ancaman baik dari luar negeri maupun
dalam negeri yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan negara,
kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi nasional
serta nilai-nilai Pancasila dan UUD RI 1945. Nilai-nilai dasar bela Negara,
merupakan ciri-ciri karakter kebangsaan. Lima dasar bela negara
sebagaimana disampaikan diatas yakni:16
a. Cinta Tanah Air
Tanah air ialah ruang wilayah negara baik secara geografis, maupun
tata nilai, dan tata kehidupan masyarakat yang telah memberikan
sumber kehidupan dan penghidupan sejak manusia lahir sampai akhir
hayatnya. Dengan demikian, setiap warga negara harus mencintai tanah
air sebagai ruang hidup dalam menjalankan kehidupannya. Dalam
kenyataanya ruang hidup suatu bangsa tidak pernah lepas dari segala
bentuk ancaman, tantangan, hambatan, gangguan, baik yang datang dari
dalam negeri maupun dari luar negeri. Sehingga setiap warga negara
harus selalu siap untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa
dan negara Indonesia.
b. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
16
Deden Koswara, Implementasi Nilai-Nilai Belanegara dalam Kehidupan Bermasyarakat,
Berbangsa dan Bernegara bagi Tegaknya Keutuhan NKRI, 2018, (stai-siliwangi.ac.id).
13
Kesadaran berbangsa dan bernegara adalah suatu sikap dan tingkah laku
yang sesuai dengan kepribadian bangsa dan selalu mengkaitkan dirinya
dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia, tumbuh rasa
kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia, memiliki jiwa besar dan
patriotism, serta memiliki kesadaran atas tanggungjawab sebagai warga
negara.
c. Yakin akan Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Pandangan Hidup
Bangsa.
Pancasila telah disepakati sebagai falsafah dan ideologi bangsa dan
negara dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
guna tercapainya tujuan nasional.Pancasila juga merupakan sumber
hukum sekaligus sebagai kerangka acuan NKRI karena pancasila telah
dapat mempersatukan rakyat Indonesia yang terdiri dari beranekaragam
agama, suku bangsa, bahasa, serta asal-usul keturunan.Dalam
perjalanan sejarah bangsa, telah berkali-kali dipecah oleh penjajah
maupun oleh pihak yang tidak menyukai pancasila, namun bangsa
Indonesia sampai saat ini masih tetap utuh sebagai bangsa yang bersatu
dan kuat dalam menuju masyarakat yang adil dan makmur.Nilai-nilai
pancasila dapat pula dipergunakan dalam penyelesaian
konflik.Mematahkan setiap ATHG terhadap keutuhan bangsa masih
dapat kita atasi bersama berdasarkan kaidah demokrasi pancasila, yang
menjunjung tinggi sifat kekeluargaan dan gotong royong.
d. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
Dalam melaksanakan kegiatan bernegara, seluruh warga negara di
tuntut rela berkorban dengan mendahulukan kepentingan umum
daripada kepentingan pribadi ataupun kepentingan golongan.Hal ini
diperlukan, karena tidak mungkin cita-cita bangsa dapat diraih apabila
setiap warga Negara Indonesia hanya mendahulukan kepentingan
14
pribadi atau golongan saja tanpa lebih mementingkan kepentingan
bangsa dan negara.
e. Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara
Secara psikis, setiap warga negara dituntut untuk memiliki sikap
perilaku disiplin, ulet, kerja keras, taat aturan, percaya pada
kemampuan sendiri, tahan uji, pantang menyerah.Sedangkan secara
fisik (jasmani) memiliki kesehatan prima dan tangkas.Hal tersebut
sejalan dengan pepatah kuno yaitu dalam badan sehat terdapat jiwa
yang kuat.17
Di bawah ini merupakan wujud bela negara bagi pelajar berdasarkan
pembagian lingkungan.Wujud bela negara bagi pelajar merupakan ciri-ciri
karakter kebangsaan yang seharusnya melekat dalam diri setiap pelajar.
a. Lingkungan keluarga: memahami hak dan kewajiban dalam keluarga,
menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga, demokratis, menjaga
nama baik keluarga dll.
b. Lingkungan sekolah: patuh pada aturan sekolah, berkata dan bersikap
baik, bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, tidak ikut tawuran,
dll
c. Lingkungan masyarakat: aktif dalam kegiatan masyarakat, rela
berkorban untuk kepentingan masyarakat.
d. Lingkungan berbangsa dan bernegara; menghormati jasa pahlawan,
berani mengemukakan pendapat, melestarikan adat dan budaya asli
daerah.18
3. Fungsi Karakter Kebangsaan
Pendidikan karakter memang menjadi tema sentral arah kebijakan
pendidikan nasional yang ditargetkan terlaksana dari tahun 2010 sampai
tahun 2025. Dalam buku yang diterbitkan oleh Pemerintah RI tahun 2010
17
Ibid. 18
Tohir, Konsep Bela Negara di Indonesia, 2018, (chyrun.com).
15
mengenai pembangunan karakter bangsa, ada tiga fungsi utama
pembangunan karakter bangsa, yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi, yaitu membentuk dan
mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar
berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan
falsafah hidup Pancasila.
b. Fungsi perbaikan dan penguatan, yaitu untuk memperbaiki dan
memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan
pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggungjawab dalam
pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju
bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera.
c. Fungsi penyaring, yaitu untuk memilah budaya bangsa sendiri dan
menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.19
Alur pikir pengembangan pendidikan karakter telah diterbitkan oleh
pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional tahun
2010.Pengembangan karakter mencakup berbagai dimensi kehidupan
dengan berlandaskan pada permasalahan-permasalahan bangsa, landasan
filosofi, ideologis, dan legalitas.Hal ini tertuang dalam alur pikir
pembangunan karakter bangsa yang dijabarkan ke dalam konteks makro
pengembangan karakter.Sistem pendidikan yang sesuai untuk
menghasilkan kualitas masyarakat yang cerdas dan berakhlak mulia
(berkarakter baik) adalah sistem yang bersifat humanis, yang
memposisikan subjek didik sebagai pribadi dan anggota masyarakat yang
perlu dibantu dan didorong agar memiliki kebisaaan efektif, perpaduan
antara pengetahuan, keterampilan, dan keinginan.Perpaduan ketiganya
secara harmonis menyebabkan seseorang atau suatu komunitas
19
Beniati Lestyarini, op.cit., h.10.
16
meninggalkan ketergantungan (dependence) menuju kemandirian
(independence).Kesalingtergantungan sangat diperlukan dalam kehidupan
modern seperti sekarang ini, karena permasalahan yang kompleks hanya
dapat diatasi dengan kerjasama dan kolaborasi yang baik dengan sesama.20
4. Upaya Pembentukkan Karakter Kebangsaan
Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK
adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan
untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati,
olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara
satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM).21
Penyelenggaraan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) pada satuan
pendidikan jalur pendidikan formal sebagaimana dimaksud dalam pasal 4
huruf a angka 1 dilakukan secara terintegrasi dalam kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.22
PPK(Penguatan
Pendidikan Karakter) pada satuan pendidikan jalur pendidikan formal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah/madrasah.23
Penyelenggaraan PPK pada
satuan pendidikan jalurpendidikan formal dengan
prinsipmanajemenberbasis sekolah/madrasah sebagaimana dimaksudpada
ayat (3) merupakan tanggung jawab kepalasatuan pendidikan formal dan
guru.24
Penyelenggaraan PPK(Penguatan Pendidikan Karakter) dalam
kegiatan intrakurikuler sebagaimanadimaksud dalam pasal 6ayat (1) huruf
a merupakan penguatan nilai-nilai karakter melalui kegiatan penguatan
materipembelajaran, metode pembelajaran sesuai dengan muatan
20
Ibid. 21
Peraturan Presiden RI No.87 th.2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pasal 1 22
Ibid., Pasal 6 ayat 1 23
Ibid., Pasal 6 ayat 3 24
Ibid., Pasal 6 ayat 4
17
kurikulum berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.25
Penyelenggaraan PPK(Penguatan Pendidikan Karakter) dalam
kegiatan kokurikuler sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat(l) huruf
bmerupakan penguatan nilai-nilai karakter yangdilaksanakan untuk
pendalaman dan/atau pengayaankegiatan intrakurikuler sesuai muatan
kurikulum.26
Perkembangan lanjut mengenai pendidikan karakter seperti yang
dikemukakan oleh Maurice Elias menyatakan bahwa:The
application of social-emotional and character development (SECD)
in classrooms is about teaching, practicing, and modeling essential
personal and civic life habits and skills that are almost universally
understood as making people good human beings. Among these
habits are respect, responsibility, integrity, caring, fairness, and
constructive problem solving.27
Artinya, penerapan pengembangan sosial emosional dan karakterdi
kelas yakni tentang mengajarkan, mempraktikkan, dan meneladankan
kebiasaan pribadi yang penting, dan kehidupan masyarakat, serta
keterampilan yang dipahami secara universal dapat membuat manusia
menjadi pribadi yang baik. Kebiasaan ini meliputi penghargaan, tanggung
jawab, integritas, kepedulian, keterbukaan, dan pemecahan masalah secara
konstruktif.
Maurice Eliasmengemukakan ada delapan cara untuk membangun
perkembangan sosial, emosional, dan karakter antara lain melakukan
perbincangan tentang karakter, menunjukkan karakter pribadi, bereaksi
dalam kehidupan nyata, membaca fiksi maupun nonfiksi, menulis sebagai
sarana berekspresi, berpartisipasi di sekolah maupun komunitas, strategi
25
Ibid., Pasal 7 ayat 1 26
Ibid., Pasal 7 ayat 2 27
Maurice Elias, “Character Education: Better Students Better People”, The
Education Digest, Vol. 75, 2010, h. 47.
18
mengajar dengan pendekatan sosial, emosional, dan karakter, serta
membantu siswa ketika mereka membutuhkanbantuan.28
Menurut Zuchdi, metode dalam implementasi pendidikan karakter
komprehensif ada empat macam, yaitu inkulkasi (inculcation), keteladanan
(modeling), fasilitasi (facilitation), dan pengembangan keterampilan (skills
building). Dalam inkulkasi ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan,
yaitu: mengkomunikasikan kepercayaan disertai alasan yang
mendasarinya, memperlakukan orang secara adil, menghargai pandangan
orang lain, mengemukakan keragu-raguan atau perasaan tidak percaya
disertai dengan alasan dan sikap hormat, tidak sepenuhnya mengkontrol
lingkungan, menciptakan pengalaman sosial dan emosional mengenai
nilai-nilai yang dikehendaki, membuat aturan, memberikan penghargaan
dan konsekuensi disertai alasan, membuka komunikasi dengan pihak yang
tidak setuju, memberikan kebebasan bagi perilaku yang berbeda-beda.
Keteladanan merupakan nilai di mana pendidik dapat menjadi contoh yang
baik bagi peserta didik dan peserta didik dapat meniru hal yang baik dari
pendidik. Fasilitasi melatih subjek didik untuk mengatasi masalah-masalah
dan memberikan kesempatan kepada peserta didik. Pengembangan
keterampilan meliputi keterampilan akademik dan sosial yang meliputi
berpikir kritis, berpikir kreatif, berkomunikasi dengan jelas, menyimak,
bertindak asertif, dan menemukan resolusi konflik. Melalui penerapan
pendekatan ini, proses habituasi penanaman nilai karakter yang baik bagi
mahasiswa sebagai calon guru diharapkan dapat terwujud.29
5. Konsep Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran tematik sudah mulai diperbicangkan oleh pakar
pendidikan di tahun 1999.Pembelajaran tematik yang merujuk pada KBK
dan KTSP sudah diberlakukan sejak tahun 2005 yang lalu. Menurut
28
Beniati Lestyarini, op.cit., h. 9. 29
Beniati Lestyarini, op.cit., h. 11.
19
Fogarty ada 10 macam model tematik tetapi yang dipelajari oleh pakar
pendidikan Indonesia hanya 3 model yaitu model pembelajaran tematik
jenis jaring laba-laba, model pembelajaran tematik jenis terpadu dan model
pembelajaran tematik model keterhubungan.30
a. Pengertian Pembelajaran Tematik
Menurut Effendi, pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
menggunakan tema dalam mengkaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Sedangkan Trianto menyatakan bahwa pembelajaran tematik dimaknai
sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu,
dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran.31
Sutirjo dan Mamik (2005), mengemukakan bahwa yang dimaksud
dengan pendekatan tematik adalah suatu usaha untuk mengintegrasikan
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap pembelajaran, serta
pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.32
Berdasarkan beberapa pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang didasarkan pada
sebuah tema dengan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai
sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif untuk mengkaitkan
beberapa konsep mata pelajaran untuk memberikan pengalaman
bermakna bagi siswa, sehingga siswa akan lebih mudah memahami
konsep–konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
b. Prinsip Pembelajaran Tematik
30
Hilda Karli, ”Penerapan Pembelajaran Tematik SD di Indonesia”, Jurnal Pendidikan
Dasar, Vol. 2, No. 1, 2016, h. 1. 31
Hermin Tri Wahyuni, dkk., “Implementasi Pembelajaran Tematik Kelas 1 SD”,
Edcomtech Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, 2017, h. 129. 32
Masdiana, dkk., “Penerapan Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Hasil Belajar
IPA Materi Pada Lingkungan Siswa Kelas I SDN 018 Letawa Kecamatan Sarjo Kabupaten
Mamuju Utara”, Jurnal Kreatif Tadulako Online, Vol. 3, No. 2, 2014, h. 191.
20
Pembelajaran Tematik berorientasi pada kebutuhan perkembangan
anak, artinya menolak drill(metode latihan) sebagai dasar pembentukan
pengetahuan dan struktur intelektual siswa. Jika dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional,maka pembelajaran Tematik lebih
menekankan keterlibatan siswa secara aktif baik kognitif maupun skill
dalam proses pembelajarannya. Prinsip “Belajar seraya bermain dan
Learning by doing” diterapkan dalam pembelajaranTematik.33
Adapun prinsip yang mendasari pembelajaran tematik adalah
sebagai berikut:
1) Terintegrasi dengan lingkungan atau bersifat kontekstual. Artinya
dalam sebuah format keterkaitan antara kemampuan peserta didik
dalam menemukan masalah dengan memecahkan masalah nyata
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
2) Memiliki tema sebagai alat pemersatu beberapa mata pelajaran atau
bahan kajian.
3) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
(joyfullearning).
4) Pembelajaran memberikan pengalaman langsung yang bermakna
bagi peserta didik.
5) Menanamkan konsep dari berbagai mata pelajaran atau bahan kajian
dalam suatu proses pembelajaran tertentu.
6) Pemisahan atau pembedaan antara satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lain sulit dilakukan.
7) Pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan kemampuan,
kebutuhan, dan minat peserta didik.
8) Pembelajaran bersifat fleksibel.
33
Hilda Karli, op.cit., h. 4.
21
9) Penggunaan variasi metode dalam pembelajaran.34
c. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik dikembangkan selain untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat:
1) Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih
bermakna.
2) Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan
memanfaatkan informasi.
3) Menumbuh kembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai
luhur yang diperlukan dalam kehidupan.
4) Menumbuh kembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama,
toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.
5) Meningkatkan gairah dalam belajar.
6) Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.35
Dengan menerapkan pembelajaran tematik, peserta didik dan guru
mendapatkan banyak manfaat. Diantara manfaat tersebut adalah:
1) Pembelajaran mampu meningkatkan pemahaman konseptual peserta
didik terhadap realitas sesuai dengan tingkat perkembangan
intelektualitasnya.
2) Pembelajaran tematik memungkinkan peserta didik mampu
mengeksporasi pengetahuan melalui serangkaian proses kegiatan
pembelajaran.
3) Pembelajaran tematik mampu meningkatkan keeratan hubungan
antarpeserta didik.
4) Pembelajaran tematik membantu guru dalam meningkatkan
profesionalismenya.36
34
Depag, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 14. 35
Depdiknas, Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah dasar,(Jakarta:
Depdiknas, 2006) h. 4.
22
5) Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak.
6) Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena berkesan dan
bermakna.
7) Mengembangkan keterampilan berfikir anak sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi.
8) Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.37
d. Jenis-jenis Pembelajaran Tematik di Indonesia
1) Pembelajaran Jaring Laba-Laba (Spider Webbed)
Pembelajaran jaring laba-laba(Spider Webbed) adalah beberapa
mata pelajaran yang dikaitkan dalam satu tema dan setiap mata
pelajaran diajarkan seperti biasa menggunakan jadwal
pelajaran.Penilaian dalam setiap mata pelajaran masih dilakukan
seperti biasa sesuai dengan karakteristik dari setiap mata
pelajaran.Satu tema dapat dilakukan selama 2 minggu tergantung
dari materi yang dikaitkan.38
2) Pembelajaran Terpadu (Integrated)
Pembelajaran terpadu (Integrated) adalah beberapa mata
pelajaran yang dikaitkan dalam satu tema tanpa ada batas satu
pelajaran dengan pelajaran lainnya. Satu sub tema dilakukan setiap
hari tanpa jadwal pelajaran hanya jam pelajaran yang ditekankan.
Penilaian dilakukan secara keterpaduan untuk setiap mata pelajaran
dan aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotor.39
3) Pembelajaran Keterhubungan
36
Depdiknas, op.cit., h. 15. 37
Dinas Pendidikan Kota, Pembelajaran Tematis Di Kelas I, II, III SD dan MI, (Surabaya:
t.p., 2006), h. 2. 38
Hilda Karli, op.cit., h. 5. 39
Ibid., h. 6.
23
Pembelajaran keterhubungan (conneccted) adalah pembelajaran
dalam satu mata pelajaran yang menggunakan tema untuk
mengkaitkan sub bab/bab yang satu dengan lainnya.Misalnya dalam
pelajaran IPA ada bab Makhluk Hidup dan Benda maka untuk
mengkaitkannya dibuat tema: “Makhluk hidup dan benda di sekitar
kita”.40
6. Pengertian Guru Kelas
Guruadalahpendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
siswa pada jenjang pendidikan anak usia dini jalur sekolah ataupun
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.41
Menurut Jamaluddin dalam buku Ilmu Pendidikan, guru adalah
pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri
sendiri, dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi, serta
sebagai makhluk sosial dan individu.42
Kelas adalah suatu ruangan dalam bangunan sekolah, yang berfungsi
sebagai tempat untuk kegiatan tatap muka dalam proses kegiatan belajar-
mengajar (KBM).43
Jadi, dapat disimpulkan bahwa guru kelas adalah orang dewasa yang
bertanggung jawab dalam proses kegiatan belajarmengajar di sekolah
sebagai pendidik profesional agar peserta didiknya mampu bersaing secara
sehat dan dapat bertahan hidup serta dapat melaksanakan tugasnya sebagai
khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu.
40
Ibid., h. 4. 41
Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 274. 42
Sudirman Anwar, Management of Student Development, (tk: Indragiri, 2015), Cet.1, h.
17. 43
Suyanto, op.cit., h. 274.
24
7. Tugas Pokok Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.44
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: a.
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; b.
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni; c. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar
pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu,
atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran; d. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan,
hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan e.
memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.45
8. Peranan Guru Kelas
a. Pengertian Peranan Guru Kelas
Menurut bahasa, peranan adalah ”sesuatu yang menjadi bagian atau
memegang pimpinan terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau
peristiwa”.46
Peranan dari kata dasar peran yang ditambahkan akhiran
’an’, peran memiliki arti seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki
oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan
adalah ”bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan”.47
Dalam
44
Menteri Hukum dan HAM, Undang-undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen, (Jakarta: Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang Perundang-Undangan, 2005), Pasal 1
ayat 1. 45
Ibid., Pasal 20. 46
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (tt.p.: Gitamedia Press, t.t.), h. 600. 47
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1996), Cet. 2, h. 751.
25
sebuah Kamus Ilmiah Populer disebutkan, ”Peranan adalah fungsi,
kedudukan, bagian kedudukan”.48
Menurut I. Djumhur: ”peranan diartikan sebagai suatu pola tingkah
laku tertentu yang merupakan ciri-ciri khas semua petugas dari suatu
pekerjaan atau jabatan tertentu”.49
Setiap jabatan atau tugas tertentu
akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula dan tingkah laku mana
akan merupakan ciri khas dari tugas atau jabatan tadi. Pekerjaan
pedagang akan mempunyai pola tingkah laku tertentu, pekerjaan supir
akan mempunyai pola tingkah laku tertentu pula, demikian pula dalam
pekerjaan-pekerjaan lain seperti militer, hakim, dokter, dan juga guru.
Wrightman mengemukakan bahwa peranan guru adalah terciptanya
serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam
suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan
tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.50
Jadi, peranan guru adalah setiap pola tingkah laku yang merupakan
ciri-ciri jabatan guru, yang harus dilakukan guru dalam
tugasnya.Peranan ini meliputi berbagai jenis pola tingkah laku, baik
dalam kegiatannya di dalam sekolah, maupun di luar sekolah.Guru yang
dianggap baik, ialah mereka yang berhasil dalam memerankan peranan-
peranan itu dengan sebaik-baiknya, artinya dapat menunjukkan suatu
pola tingkah laku yang sesuai dengan jabatannya dan dapat diterima
oleh lingkungan dan masyarakatnya.51
48
Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2006), h. 467. 49
I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV.
Ilmu, 1975), h. 12. 50
Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2010), Cet. 24, h.4. 51
Ibid., h. 12-13.
26
b. Macam-macam Peranan Guru Kelas
Dalam kedudukannya sebagai pelaksana program pembelajaran di
sekolah, guru kelas memiliki posisi yang strategis.Dibandingkan
dengan guru pembimbing atau konselor, guru kelas lebih sering
berinteraksi dengan siswa secara langsung. Guru kelas dapat mengamati
secara rutin perkembangan kepribadian siswa, kemajuan belajar, dan
langsung dapat berhadapan dengan permasalahan siswa.
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen nomor 14 Tahun 2005
pasal 4, yang dimaksud dengan guru sebagai agen pembelajaran
(learningagent) adalah peran guru antara lain sebagai fasilitator,
motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi
belajar bagi peserta didik.52
Adapun peranan guruyang dikutip dalam buku Sardiman menurut
pendapat para ahli, yaitu Prey Katz menggambarkan peranan guru
sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat,
motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam
pengembangan sikap dan tingkah laku serta nila-nilai, orang yang
menguasi bahan yang diajarkan. Havighurst menjelaskan bahwa
peranan guru di sekolah sebagai pegawai (employee) dalam hubungan
kedinasan, sebagai bawahan (subordinate) terhadap atasannya, sebagai
kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator
dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin,
evaluator dan pengganti orang tua. James W. Brown mengemukakan
bahwa tugas dan peranan guru antara lain menguasai dan
52
Menteri Hukum dan HAM, op.cit., Pasal 4. h. 41.
27
mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan
pelajaran sehari-hari, mengkontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.53
Macam-macam peran guru dalam proses belajar mengajar dan
pembelajaran, yaitu:
a) Sebagai korektor, yaitu mengkoreksi sikap dan membedakan nilai
yang baik dengan nilai yang buruk pada siswa.
b) Sebagai informator, yaitu memberikan informasi mengenai materi
yang akan diajarkan serta menguasai bahan dan bahasa yang baik.
c) Sebagai organisator, yaitu membuat dan menerapkan RPP serta
memberikan materi dengan kesesuaian RPP.
d) Sebagai motivator, yaitu memotivasi siswa agar dapat bersemangat
dalam pembelajaran.
e) Sebagai fasilitator, yaitu menyediakan fasilitas untuk kemudahan
belajar siswa.
f) Sebagai pembimbing, yaitu memberikan bimbingan dan arahan
kepada siswa.
g) Sebagai demonstrator, yaitu mendemonstrasikan materi pelajaran
kepada siswa.
h) Sebagai pengelola kelas, yaitu menunjang jalannya interaksi siswa
selama proses pembelajaran.
i) Sebagai supervisor, yaitu membantu memperbaiki dan menilai
secara kritis terhadap pembelajaran.
j) Sebagai evaluator, yaitu menilai secara produk (hasil pengajaran)
dan proses (jalannya pengajaran).
k) Sebagai inspirator, yaitu memberikan inspirasi bagi kemajuan belajar
siswa.
53
Mursalin, Sulaiman, dan Nurmasyitah, “Peran Guru dalam Pelaksanaan Manajemen Kelas
di Gugus Bungong Seulanga Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh”, Jurnal Ilmiah
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 2, No. 1, 2017, h. 107-108.
28
l) Sebagai inisiator, yaitu mencetuskan ide-ide inovasi.
m) Sebagai mediator, yaitu menjadi penengah dan pengatur jalannya
pembelajaran pada saat siswa mendapati masalah.54
Menurut Rizka Nurrahmawati,dalam jurnalnya yang berjudul Peran
Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa
Berkesulitan Belajar Spesifik Kelas III di Sekolah Dasar Negeri
Gadingan Kulon Progo, peran-peran guru kelas yaitu sebagai:
a) Informator
Pendapat Syaiful Bahri Djamarah, guru hendaknya dapat
memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata
pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informator
yang baik adalah guru yang mengerti kebutuhan anak didik dan
mengabdi untuk anak didik, memberikan informasi mengenai materi
pelajaran dengan penyampaian yang menarik semangat belajar
siswa.55
b) Organisator atau administrator
Memberikan akomodasi dalam kurikulum bagi siswa berkesulitan
belajar spesifik khususnya aspek membaca dan menulis.
c) Motivator
Peran guru sebagai motivator lebih banyak memberikan nasehat-
nasehat pada siswa untuk lebih giat belajar terlebih dalam membaca
dan menulis, serta konsekuensi jika tidak rajin belajar di rumah
yakni tidak naik kelas. Guru kelas menjelaskan pada siswa mengenai
54
Rahmawati Pamungkas, Susi Wendhaningsih, dan Hasyimkan, “Peran Guru dalam
Pembelajaran Seni Tari SMAN 1 Seputih Agung Lampung Tengah”, Jurnal Seni dan
Pembelajaran, Februari 2017, h. 5-6. 55
Rizka Nurrahmawati, “Peran Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia pada
Siswa Berkesulitan Belajar Spesifik Kelas III di Sekolah Dasar Negeri Gadingan Kulon Progo”,
Jurnal Widia Ortodidaktika, Vol. 5, No. 9, 2016, h. 969.
29
akibat yang akan didapat oleh siswa karena tidak rajin dan fokus
dalam belajar baik di kelas maupun di rumah.
d) Inisiator atau innovator
Oemar Hamalik menyatakan bahwa guru sebagai inovatorharus
memiliki kemauan belajar yang cukup tinggi untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan sebagai guru sehingga dapat
menghasilkan inovasi-inovasi yang bermanfaat untuk meningkatkan
mutu pembelajaran di kelas.56
e) Pengarah atau director
Peran guru sebagai pengarah mengatur jalannya kegiatan belajar
mengajar secara penuh, baik dalam memilih materi, metode, media
yang digunakan, dan melibatkan siswa aktif dalam proses
pembelajaran sesuai dengan beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.57
f) Fasilitator
Peran guru sebagai fasilitator hendaknya menyediakan fasilitas yang
memungkinkan kemudahan belajar anak didik, membuat lingkungan
belajar yang menyenangkan, sehingga akan tercipta kegiatan belajar
mengajar yang menyenangkan bagi anak didik.58
g) Evaluator
Gagne mengemukakan bahwa fungsi penilaian hasil belajar siswa
menghendaki untuk senantiasa mengikuti perkembangan taraf
kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik siswa dalam kurun
waktu pembelajaran.59
56
Ibid., h. 970. 57
Ibid. 58
Ibid. 59
Ibid., h. 971.
30
Dalam jurnalnya Mally Maeliah yang berjudul Peran Guru dalam
Menyiapkan Kompetensi Kerja Siswa Sesuai Tuntutan Dunia Kerja di
Industri Busana, peran guru dalam proses belajar mengajar yaitu:
a) Guru Sebagai Demonstrator
Menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam
hal ilmu yang dimilikinya karena akan sangat menentukan hasil
belajar yang dicapai oleh siswa.60
b) Guru Sebagai Pengelola kelas
Guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar
serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang
perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-
kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.61
c) Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Guru sebagai mediator hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media
pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan
proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan
merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi
dan merupakan bagian integral untuk berhasilnya proses pendidikan
dan pengajaran di sekolah. Guru tidak hanya memiliki pengetahuan
tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan
memilih dan menggunakan serta mengusahakan media itu dengan
baik. Untuk itu guru memerlukan latihan-latihan praktik secara
kontinu dan sistematis, baik melalui pre-service maupun melalui
inservice training. Memilih dan menggunakan media pendidikan
60
Mally Maeliah, “Peran Guru dalam Menyiapkan Kompetensi Kerja Siswa Sesuai
Tuntutan Dunia Kerja di Industri Busana”, Aptekindo, Buleleng, 2012, h. 173-174 61
Ibid., h. 174.
31
harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi, dan
kemampuan guru, serta minat dan kemampuan siswa.62
Guru sebagai mediator menjadi perantara dalam hubungan antar
manusia. Artinya guru harus terampil mempergunakan pengetahuan
tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi.Tujuannya
agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan
yang interaktif.Sebagai contoh kegiatan yang dapat dilakukan oleh
guru dalam pembelajaran untuk menyiapkan kompetensi kerja siswa
di industri busana. Memberikan wawasan cara kerja di industri yang
optimal dan pada akhirnya akan menjamin produktivitas kerja yang
semakin meningkat, dengan hasil mutu berkualitas sesuai dengan
standar mutu dan standar waktu perusahaan yang dapat mendorong
perusahaan mendapatkan kepercayaan dari konsumen.63
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber
belajar yang berguna serta menunjang pencapaian tujuan dan proses
belajar-mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah,
ataupun surat kabar.64
d) Guru Sebagai Evaluator
mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau
belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat, serta
mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya.65
e) Guru Sebagai Pengadministrasian
Hubungannya dengan pengadministrasian, seorang guru dapat
berperan sebagai pengambil inisiatif, pengarah, dan penilaian
kegiatan-kegiatan pendidikan, wakil masyarakat, orang yang ahli
dalam mata pelajaran. penegak disiplin, pelaksana administrasi
62
Ibid. 63
Ibid., h. 177. 64
Ibid., h. 175. 65
Ibid., h. 175.
32
pendidikan, pemimpin generasi muda, dan penerjemah kepada
masyarakat.66
f) Peran Guru Secara Pribadi
Dilihat dari segi dirinya sendiri (self oriented), seorang guru harus
berperan sebagai petugas sosial, pelajar dan ilmuan, orang tua,
pencari teladan, dan pencari keamanan.67
Sedangkan dalam jurnalnya Hendra Riofita yang berjudul Bentuk
Peranan Guru dalam Memberikan Pendidikan Kepemimpinan, terdapat
4 bentuk peranan yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu:
a) Guru sebagai motivator
Guru harus menempatkan diri sebagai penyedia fasilitas dan
kesempatan untuk terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik
dengan mengemas materi-materi inspiratif dari awal sampai akhir
pembelajaran. Oleh sebab itu, guru harus bisa membuat siswa aktif
dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dari aktivitas yang mereka
lakukan, guru dapat mengetahui karakter mana yang bisa berubah,
sedang berubah atau tidak bisa berubah untuk kemudian diambil
tindakan tersendiri sebagai langkah lanjutan dari hasil proses belajar
mengajar.68
b) Guru sebagai pemimpin
Guru meminimalkan aktivitasnya di dalam kelas dan membuat siswa
proaktif dalam mengekspresikan penguasaan mereka terhadap
pelajaran. Guru sejatinya hanya sebagai fasilitator yang bertanggung
jawab penuh dalam mengawal aktivitas para siswa untuk kemudian
memberikan penilaian yang autentik semenjak proses belajar
mengajar dimulai, agar setiap langkah dalam pencapaian tujuan bisa
66
Ibid. 67
Ibid., h. 176. 68
Hendra Riofita, “Bentuk Peranan Guru dalam Memberikan Pendidikan Kepemimpinan”,
Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 2, No. 1, Juni 2016, h. 92.
33
diukur dengan cermat.69
Guru sebaiknya bisa seperti pembaca berita
di televisi yang bisa menyampaikan banyak pesan secara jelas
kepada siapapun. Karena itu, selain mengasah kemampuan
berkomunikasi yang efektif, guru juga dituntut untuk bisa memiliki
banyak wawasan, pengetahuan dan gagasan.Selain itu, seperti
pembaca berita di televisi, guru sebaiknya mengemas diri dan materi
dengan menarik. Guru dengan materi pelajaran yang tidak menarik
akan dengan mudah membuat siswa bosan, dan kebosanan itu tentu
akan mendekatkan siswa pada kegagalan.70
c) Guru sebagai problem solver
Membantu siswa untuk menguasai dan mengimplementasikan hasil
dari pelajaran yang diberikan.71
d) Guru sebagai sahabat siswa.
Bersahabat dengan para siswa tentu akan mampu membuat tujuan
dari proses belajar mengajar menjadi lebih mudah untuk dicapai.72
Dalam jurnal Endang Purwaningsih, Peranan guru sebagai
fasilitator dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu sikap guru sebagai
fasilitator, pemahaman terhadap perbedaan individual peserta didik, dan
kompetensi untuk memahami perbedaan individual peserta didik. Sikap
guru sebagai fasilitator meliputi tidak berlebihan mempertahankan
pendapat, dapat lebih mendengarkan peserta didik, mau menerima ide
peserta didik, lebih meningkatkan perhatian kepada peserta didik, dapat
menerima balikan, toleransi terhadap kesalahan peserta didik,
menghargai prestasi peserta didik.73
69
Ibid., h. 93. 70
Ibid., h. 95. 71
Ibid., h. 96. 72
Ibid., h. 99. 73
Endang Purwaningsih dan Okianna, “Peranan Guru Sebagai Fasilitator dan Motivator
dalam Meningkatkan Hasil Belajar di Kelas XI SMK”, Jurnal Untan, Vol. 5, No. 10, 2016, h. 5-6.
34
Sedangkan peranan guru sebagai motivator dilihat dari cara guru
membangkitkan motivasi peserta didik. Ada beberapa cara untuk
memotivasi siswa dalam belajar, antara lain memperjelas tujuan yang
ingin dicapai, membangkitkan minat siswa, menyesuaikan materi
pelajaran dengan pengalaman dan kemampuan siswa, menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam belajar, memberi pujian yang wajar
terhadap setiap keberhasilan siswa, serta menciptakan persaingan dan
kerja sama.74
Peranan guru dalam membangkitkan motivasi peserta
didik, yaitu memberi angka, hadiah, Saingan/kompetisi, Ego-
Involvement, Memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman,
hasrat untuk belajar, minat, tujuan yang diakui.75
Menurut Juhji dalam jurnalnya yang berjudul Peran Urgen Guru
dalam Pendidikan, guru sebagai pelaku utama dalam penerapan
program pendidikan di sekolah memiliki peran yang sangat penting
dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Setidaknya, ia
mencatat terdapat sembilan belas peran guru dalam perkembangan
pendidikan. Peran-peran tersebut, yaitu:
a) Pendidik
Peran guru sebagai pendidik berkaitan dengan tugas-tugas memberi
bantuan dan dorongan, pengawasan dan pembinaan, serta yang
berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak menjadi patuh
terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan
masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh
pengalaman lebih lanjut.76
74
Ibid., h. 6. 75
Ibid., h. 8. 76
Juhji, “Peran Urgen Guru dalam Pendidikan” Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 10, No. 1,
2016, h. 54-55.
35
b) Mengajar dan Membimbing
Mengajar artinya proses penyampaian informasi atau pengetahuan
dari guru kepada siswa. Bimbingan artinya proses pemberian
bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan,
agar dapat memahami dirinya sendiri. Sehingga ia sanggup
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar sesuai dengan
ketentuan dan keadaan keluarga dan masyarakat.77
c) Pelatih dan Penasehat
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut
guru bertindak sebagai pelatih agar siswa menguasai kompetensi
dasar dan mahir dalam berbagai keterampilan. Guru adalah seorang
penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua. Agar guru dapat
menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara
lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu
kesehatan mental.78
d) Pembaharu (Inovator)
Sebagai jembatan antara generasi tua dan generasi muda, yang juga
penterjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
Tugas guru adalah menterjemahkan kebijakan dan pengalaman yang
berharga ke dalam istilah atau bahasa modern yang dapat diterima
oleh peserta didik.79
e) Sebagai Pribadi, Model dan Teladan
Guru juga perlu memiliki kemampuan untuk berbaur dengan
masyarakat melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan.
Keluwesan berbagul harus dimiliki sebab kalau tidak, pergaulannya
77
Ibid., h. 55. 78
Ibid., h. 55-56 79
Ibid., h. 56.
36
akan menjadi kaku dan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
Dengan kepribadian yang mantap dan stabil, guru akan menjadi
model dan teladan. Guru merupakan model atau teladan bagi para
peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru.
Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran
ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak sebagai teladan,
tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat
sorotan peserta didik serta orang di lingkungan sekitarnya yang
menganggap atau mengakuinya sebagai guru.80
f) Pembangkit Pandangan (Motivator) dan Pendorong Kreativitas
Menurut Haidir dan Salim dalam bukunya yang berjudul Strategi
Pembelajaran, penulis menyimpulkan bahwa dalam proses
pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang
sangat penting. Peserta didik yang kurang berprestasi tidak selalu
disebabkan oleh kurangnya kemampuan, namun karena tidak adanya
motivasi untuk belajar.Dengan demikian, peserta didik yang
berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh kemampuan yang
rendah pula, tetapi dapat disebabkan karena tidak adanya dorongan
motivasi dalam dirinya (motivasi intrinsik).Oleh sebab itu, guru
dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar peserta didik,
karena pada hakikatnya aktivitas belajar adalah aktivitas yang
berhubungan dengan keadaan mental seseorang. Dengan demikian,
apabila peserta didik belum siap secara mental menerima pelajaran
yang akan disampaikan, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran
yang dilaksanakan akan berjalan dengan sia-sia.81
Ada beberapa cara untuk memotivasi siswa dalam belajar, antara lain
memperjelas tujuan yang ingin dicapai, membangkitkan minat siswa,
80
Ibid. 81
Ibid., h. 57.
37
menyesuaikan materi pelajaran dengan pengalaman dan kemampuan
siswa, menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar,
memberi pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa, serta
menciptakan persaingan dan kerja sama.82
Dunia ini panggung sandiwara yang penuh dengan berbagai kisah
dan peristiwa, mulai dari ksiah nyata sampai yang direkayasa. Dalam
hal ini, guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan
tentang keagungan kepada peserta didiknya. Guru harus terampil
dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur.83
g) Pekerja Rutin dan Aktor
Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu, serta
kegiatan rutin yang seringkali memberatkan. Jika kegiatan tersebut
tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi keefektifan
guru pada semua peranannya. Sebagai aktor, guru berangkat dengan
jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam, yang akan mengarahkan
kegiatannya.
h) Pemindah Kemah dan Pembawa Cerita
Guru harus bisa menjadi alat untuk menyampaikan cerita-cerita
tentang kehidupan, karena cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia
khususnya peserta didik. Cerita adalah cermin yang bagus dan
merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita, manusia bisa
mengamati bagaimana memecahkan masalah yang serupa dengan
yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak
diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan
kehidupan mereka. Guru harus senantiasa berusaha mencari cerita
untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang.84
82
Ibid. 83
Ibid. 84
Ibid., h. 58.
38
i) Emansipator, Pengawet dan Kulmintor
Salah satu tugas guru adalah mewariskan kebudayaan dari generasi
ke generasi berikutnya, karena hasil karya manusia terdahulu
banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia sekarang maupun di
masa yang akan datang.85
j) Peneliti dan Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling
kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan,
serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan
konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap
segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus
dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap
yakni persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.Peran guru sebagai
evaluator dimaksudkan agar guru mengetahui apakah tujuan yang
telah dirumuskan telah tercapai atau belum, dan apakah materi yang
sudah diajarkan sudah cukup tepat atau belum. Dengan melakukan
penilaian, guru akan dapat mengetahui keberhasilan pencapaian
tujuan, penguasaan peserta didik terhadap pelajaran, serta
keefektifan metode mengajar. Dalam peran ini, guru menyimpulkan
data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah
dilakukan.86
Sedangkan menurut Moch. Uzer Usman dalam bukunya yang
berjudul Menjadi Guru Profesional, terdapat 4 macam peran guru,
yaitu:
85
Ibid., h. 59. 86
Ibid., h. 59-60.
39
a) Peran guru dalam proses belajar-mengajar
(1) Guru sebagai demonstrator
Menurut Uzer dalam bukunya yang berjudul Menjadi Guru
Profesional, penulis mengambil kesimpulan bahwa guru
sepatutnya menguasai materi yang akan diajarkan, kemudian
mengembangkannya sehingga ilmu yang dimilikinya meningkat
dan kemampuannya dalam menyampaikan pelajaran sangat
menentukan hasil belajar yang dicapai siswa.87
Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri
adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus terus-menerus
belajar.Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya
dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator
sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara
didaktis. Maksudnya agar apa yang disampaikannya itu betul-
betul dimiliki oleh anak didik.Juga seorang guru hendaknya
mampu dan terampil dalam merumuskan TPK (Tujuan
Pembelajaran Khusus), memahami kurikulum, dan dia sendiri
sebagai sumber belajar terampil dalam memberikan informasi
kepada kelas. Sebagai pelajar ia pun harus membantu
perkembangan anak didik untuk dapat menerima, memahami,
serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya
mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam
berbagai kesempatan. Akhirnya seorang guru akan dapat
memainkan perannya sebagai pengajar dengan baik bila ia
87
Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2010), Cet. 24, h.9.
40
menguasai dan mampu melaksanakan keterampilan-
keterampilan mengajar.88
(2) Guru sebagai pengelola kelas
Menurut Uzer Usman dalam bukunya yang berjudul Menjadi
Guru Profesional, peneliti menarik kesimpulan bahwa kondisi
umum dan suasana di dalam kelas dapat menentukan kualitas
dan kuantitas belajar siswa. Tujuan umum pengelolaan kelas
ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk
berbagai macam kegiatan belajar-mengajar agar mencapai hasil
yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan
kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa
bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh
hasil yang diharapkan.89
(3) Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena
merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses
belajar mengajar. Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu
mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat
menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar, baik
yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat
kabar.90
(4) Guru sebagai evaluator
Menurut Uzer Usman dalam bukunya yang berjudul Menjadi
Guru Profesional, peneliti menarik kesimpulan bahwa kegiatan
88
Ibid. 89
Ibid., h.10. 90
Ibid., h.11.
41
evaluasi atau penilaian bertujuan untuk mengetahui keberhasilan
pencapaian tujuan, ketepatan materi yang diajarkan, penguasaan
siswa terhadap pelajaran, ketepatan dan keefektifan metode
mengajar, serta mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas
atau kelompoknya.91
Penting bagi guru untuk mampu dan terampil melaksanakan
evaluasi, sehingga mengetahui apakah proses belajar yang
dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan
memuaskan, atau sebaliknya. Sehingga informasi yang
diperoleh melalui evaluasi dari waktu ke waktu dapat dijadikan
umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar.
Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki
dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan
demikian proses belajar mengajar akan terus-menerus
ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.92
b) Peran guru dalam pengadministrasian
Hubungannya dengan pengadministrasian, seorang guru dapat
berperan sebagai pengambil inisiatif, pengarah, dan penilaian
kegiatan-kegiatan pendidikan, wakil masyarakat, orang yang ahli
dalam mata pelajaran. penegak disiplin, pelaksana administrasi
pendidikan, pemimpin generasi muda, dan penerjemah kepada
masyarakat.
c) Peran guru secara pribadi
(1) Petugas sosial, yaitu membantu untuk kepentingan masyarakat.
Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, guru dapat dipercaya
untuk berpartisipasi menjadi petugas-petugas di dalamnya.
91
Ibid., h.11-12. 92
Ibid., h. 12.
42
(2) Pelajar dari ilmuwan, yaitu senantiasa untuk terus-menerus
menuntut ilmu pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap saat
guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan.
(3) Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam
pendidikan anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan
sesudah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah merupakan
keluarga, guru berperan sebagai orang-tua bagi siswa-siswanya.
(4) Pencari teladan, yaitu senantiasa mencarikan teladan yang baik
untuk siswa bukan untuk seluruh masyarakat. Guru menjadi
ukuran bagi norma-norma tingkah laku.
(5) Pencari keamanan, yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman
bagi siswa. Guru menjadi tempat berlindung bagi siswa-siswa
untuk memperoleh rasa aman di dalamnya.93
d) Peran guru secara psikologis
Menurut Moh. Surya dan Rohman Natawidjaja, peran guru
secara psikologis dipandang sebagai berikut:
(1) Ahli psikologi pendidikan, yaitu petugas psikologi dalam
pendidikan, yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-
prinsip psikologi.
(2) Seniman dalam hubungan antarmanusia (artist in human
relation), yaitu orang yang mampu membuat hubungan
antarmanusia untuk tujuan tertentu, dengan menggunakan teknik
tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan.
(3) Pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan.
93
Ibid., h.13.
43
(4) Catalytic agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam
menimbulkan pembaharuan. Sering pula peranan ini disebut
sebagai inovator (pembaharuan).
(5) Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker) yang
bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan mental
khususnya kesehatan mental siswa.94
Dari beberapa pandangan di atas, penulis menyimpulkan bahwa
peran guru kelas yang berhubungan dengan pembentukan karakter
kebangsaan siswa, yaitu peran guru sebagai informator, fasilitator,
mediator, motivator, komunikator, demonstrator, evaluator, serta peran
guru secara psikologis.
Indikator peran guru kelas yang telah penulis simpulkan yaitu
sebagai berikut:
1) Peran Guru sebagai Informator
Penulis mengambil kesimpulan bahwa indikator peran guru
kelas sebagai informator dalam pembentukan karakter, yaitu:
a) Memberikan informasi terkait dengan nilai-nilai karakter yang
berhubungan dengan diri sendiri.
b) Menjelaskan nilai-nilai karakter yang akan dicapai di sekolah.
c) Menjelaskan manfaat memiliki karakter positif pada siswa.
d) Menguasai bahan ajar dengan baik.
2) Peran Guru sebagai Fasilitator
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan
bahwa Indikator peran guru kelas sebagai fasilitator dalam
pembentukan karakter, yaitu:
94
Ibid.
44
a) Menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan
pembentukan karakter.
b) Mendengarkan setiap keluhan terhadap permasalahan yang
dihadapi siswa.
c) Menggunakan sumber belajar (narasumber, buku, teks, majalah,
surat kabar) yang memudahkan proses belajar mengajar.
d) Mengemas materi-materi inspiratif dari awal sampai akhir
pembelajaran.
e) Tidak berlebihan mempertahankan pendapat.
f) Mau menerima ide peserta didik.
g) Toleransi terhadap kesalahan peserta didik.
h) Menghargai prestasi peserta didik.
i) Memberikan kesempatan pada siswa untuk berekplorasi.
j) Membimbing tahap demi tahap untuk mencari jawabannya
sendiri.
3) Peran Guru sebagai Mediator
Kesimpulan penulis, guru sebagai mediator diartikan sebagai
penengah dalam kegiatan belajar siswa, seperti memberikan jalan
keluar dalam kegiatan diskusi siswa. Mediator juga diartikan
menyediakan media, bagaimana cara memakai dan
mengorganisasikan penggunaan media.Indikator peran guru kelas
sebagai mediator dalam pembentukan karakter yang penulis
simpulkan sesuai teori di atas, yaitu:
e) Memberikan jalan keluar dalam kegiatan diskusi siswa.
f) Mengetahui dan memahami media pendidikan.
g) Menggunakan media pendidikan dengan baik.
h) Memilih media pendidikan sesuai materi.
i) Memilih media pendidikan sesuai minat siswa.
45
j) Memilih media pendidikan sesuai kemampuan siswa.
4) Peran Guru sebagai Motivator
Penulis menyimpulkan bahwa indikator peran guru kelas
sebagai motivator dalam pembentukan karakter, yaitu:
a) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
b) Membangkitkan minat siswa untuk selalu berkarakter positif.
c) Menyesuaikan materi dengan pengalaman dan kemampuan
siswa.
d) Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
sehingga siswa intensif melakukan karakter positif.
e) Memberi pujian/hadiah yang wajar terhadap setiap karakter
positif.
f) Memberi hukuman untuk karakter negatif.
g) Menciptakan persaingan dalam berkarakter positif.
h) Menciptakan kerja sama.
5) Peran Guru sebagaiKomunikator
Indikator peran guru kelas sebagai komunikator dalam
pembentukan karakter yang penulis simpulkan, yaitu:
a) Terampil dalam berkomunikasi.
b) Mengemas diri dengan menarik.
c) Memberikan pandangan tentang keagungan dari berbagai cerita
tentang kehidupan.
d) Mewariskan kebudayaan.
6) Peran Guru sebagai Demonstrator
Penulis menyimpulkan, indikator peran guru kelas sebagai
demonstrator dalam pembentukan karakter yaitu:
a) Memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan.
b) Dapat memainkan perannya sebagai pengajar dengan baik.
46
c) Bersikap dan berperilaku yang dapat menjadi panutan.
7) Peran guru sebagai evaluator
Indikator peran guru kelas sebagai pengelola kelas dalam
pembentukan karakter yang penulis simpulkan sesuai teori di atas,
yaitu:
a) Melakukan penilaian proses belajar pada siswa.
b) Melakukan penilaian hasil belajar siswa.
8) Peran guru secara psikologis
Indikator peran guru kelas sebagai demonstrator dalam
pembentukan karakter yaitu:
a) Ahli psikologi pendidikan.
b) Seniman dalam hubungan antarmanusia.
c) Pembentuk kelompok.
d) Catalytic agent.
e) Petugas kesehatan mental.
9. Fungsi Guru
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran
guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional.95
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan
untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.96
95
Menteri Hukum dan HAM, op.cit., Pasal 4. 96
Ibid., Pasal 6.
47
10. Kompetensi Guru Kelas
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.97
Guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.98
Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi.99
Pasal 10 Ayat (1) Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik
adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.Yang dimaksud
dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan
peserta didik.Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.Yang
dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta
didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.100
Menurut Nurzaman, aspek-aspek yang berhubungan dengan
kompetensi guru, yaitu memiliki kepribadian yang matang namun
senantiasa berkembang ke arah yang lebih baik, kuat dalam penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi, terampil dalam membangkitkan minat
dan potensi peserta didik, mengembangkan profesinya secara
berkesinambungan, mempunyai komitmen yang tinggi terhadap kemajuan
siswa dan proses belajarnya, bertanggungjawab dalam memantau hasil
belajar siswa, mampu berpikir sistematis dan dapat belajar dari
97
Ibid., Pasal 1 ayat 10. 98
Ibid., Pasal 8. 99
Ibid., Pasal 10 ayat 1. 100
Ibid., h.42.
48
pengalamannya, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat
pembelajar dalam lingkungannya.101
Kemampuan berpikir sistematis merupakan kompetensi dasar bagi
seorang guru yang berpotensi dapat memahami dan melaksanakan tugas
profesionalnya.Mampu berpikir sistematis berarti secara otomatis mampi
berpikir logis.Mampu berpikir logis memudahkan seseorang berpikir
ilmiah.Jika tiga kemampuan berpikir ini dikuasai oleh guru maka hampir
dipastikan bahwa delapan aspek di atas mampu dipenuhi oleh guru,
termasuk upaya memecahkan masalah pembelajaran di kelas.102
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Kajian hasil penelitian yang relevan dapat membantu peneliti dalam
mengkomparasi penelitian yang akan dilakukan dengan temuan penelitian
sebelumnya tentang hal-hal penting yang menjadi kelebihan dan kelemahan
penelitian sebelumnya. Selain itu, juga dapat memperluas pengetahuan dan
pandangan peneliti serta peneliti dapat menghindari pengulangan dari
penelitian yang telah dilakukan sehingga mencegah terjadinya duplikasi atau
replikasi penelitian dan juga untuk menjaga originalitas penelitian.
Penelitian yang berhubungan dengan penelitian tentang Hubungan Peran
Guru Kelas terhadap Pembentukan Karakter Kebangsaan SiswaKelas VI pada
Pembelajaran Tematik di MI Baiturrahman, berdasarkan referensi yang ada,
penelitian ini belum pernah diteliti orang lain. Menurut sepengetahuan
peneliti, yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:
1. “Peran Guru BK dalam Membantu Guru Kelas untuk Membentuk
Karakter Siswa” oleh Ragil Nova Khoirunnisa jurusan Manajemen
Pendidikan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.
101
Mohamad Erihadiana, “Pembelajaran Penelitian Tindakan Kelas di Perguruan Tinggi
Islam”, Media Pendidikan Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 28, No. 1, 2013, h. 60. 102
Ibid.
49
Hasil penelitian menunjukan bahwa peran guru BK dalam membantu guru
kelas membentuk karakter diri siswa telah berjalan dengan sangat baik.
Hal ini digambarkan dalam hasil wawancara dan analisis data
menggunakan kuesioner bahwa kebanyakan responden menilai peran guru
BK membantu guru kelas berjalan dengan sangat baik dengan nilai rata-
rata kuesioner 87,28%. Upaya pembentukan karakter siswa di SDI Al-
Izhar yaitu dengan menyampaikan materi di kelas, menjadi role model
pada anak, menampilkan model melalui film/video, mengingatkan anak
setiap hari, memberikan pelatihan karakter, menyiapkan program-program
yang bersifat berkesinambungan (seperti pembiasaan berdo’a, shalat
berjamaah, membaca Al-Qur’an, cerita pagi, drama/pentas).
2. “Hubungan Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila pada Mata Pelajaran PKn
dengan Karakter Siswa Kelas VI di SD Dharma Karya UT Pondok Cabe
Pamulang” oleh Aprilliyani jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2016. Hasil
penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat
antara variabel pemahaman nilai-nilai pancasila dengan karakter siswa
kelas VI SD Dharma Karya UT Pondok Cabe Pamulang dengan nilai r
hitung sebesar 0,71. Pemahaman siswa kelas VI SD Dharma Karya UT
Pondok Cabe Pamulang terhadap nilai-nilai Pancasila menunjukkan
bahwa dari 36 siswa, siswa yang memiliki tingkat pemahaman nilai-nilai
Pancasila dalam kategori tinggi sebanyak sebanyak 13 siswa (36.1%),
kategori sedang sebanyak 18 siswa (50%), kategori kurang sebanyak 5
siswa (13.9%). Sementara itu karakter siswa kelas VI SD Dharma Karya
UT Pondok Cabe Pamulang dari 36 siswa, siswa yang memiliki karakter
dalam kategori tinggi sebanyak sebanyak 15 siswa (42%), kategori sedang
sebanyak 13 siswa (36%), kategori kurang sebanyak 8 siswa (22%).
50
Ada beberapa persamaan dan perbedaan antara penelitian peneliti dengan
Ragil Nova Khoirunnisa dan Aprilliyani. Persamaannya adalah variabel yang
kami bahas sama-sama mengenai nilai-nilai karakter pada peserta didik.
Persamaan lainnya antara penelitian peneliti dengan Aprilliyani yakni tujuan
penelitian kami sama-sama mencari hubungan atau korelasi dari variabel
yang kami teliti.Berbeda dengan tujuan penelitian Ragil Nova Khoirunnisa,
yaitu untuk mengetahui peran guru BK dalam membantu guru kelas
membentuk karakter siswa.Selain itu, pengambilan data yang kami lakukan
sama-sama menggunakan wawancara, kuesioner, dan observasi.Namun Ragil
Nova juga melakukan pengambilan data menggunakan dokumentasi dan
Aprilliyani menggunakan tes.
C. Kerangka Berpikir
Guru kelas berkaitan erat dengan proses pendidikan dan merupakan salah
satu komponen dalam keseluruhan proses pendidikan. Dalam istilah
pendidikan disebutkan bahwa pemberian kesempatan yang sama kepada
setiap individu untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang dilaksanakan
oleh pemerintah maupun badan swasta.
Kemudian faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan
adalah adanya perubahan sistem pendidikan sehingga peserta didik sulit
untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan dan perkembangan sistem
pendidikan. Selain itu juga ada faktor psikologis di mana faktor ini
dipengaruhi oleh pembawaan dan kematangan serta lingkungan, sehingga
untuk mencapai perkembangan yang optimal diperlukan asuhan yang terarah.
Dilihat dari fase perkembangan, para siswa akan melalui fase anak
sekolah, fase remaja, dan fase dewasa. Untuk mencapai kedewasaan tersebut
ditandai dengan perubahan dan perkembangan dari berbagai aspek, seperti
aspek biologis, intelektual, emosional, sikap, dan nilai.Dalam masa transisi
51
seperti itu para peserta didik sering mengalami kesulitan dalam memecahkan
masalahnya.Dalam hal ini pihak-pihak yang bisa membentuk dan
menanamkan nilai-nilai karakter di lingkungan sekolah ialah kepala sekolah,
wali kelas, guru bidang studi, atau guru BK.Untuk itu, peran guru kelas
dipandang perlu sebagai informator, fasilitator, mediator, dan kolaborator
bagi siswa dalam menerima dan memahami perubahan yang terjadi.
Kemudian upaya yang dilakukan guru kelas dalam pembentukan dan
penanaman nilai-nilai karakter siswa akan berjalan dengan segala dukungan
dari berbagai pihak sekolah yaitu kepala sekolah, guru BK, guru bidang studi
dan akan mengahadapi sedikit kesulitan pula yang timbul dalam prosesnya.
Segala upaya pembentukan dan penanaman nilai-nilai karakter siswa
bertujuan menghasilakan anak-anak yang mimiliki karakter kebangsaan.
Bagan lengkap dapat dilihat di bawah ini :
Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Terdapat hubungan positif antara peran guru kelas terhadap pembentukan
karakter kebangsaan siswa.”
PERAN GURU KELAS PEMBENTUKAN
KARAKTER KEBANGSAAN
SISWA
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Baiturrahman yang
berlokasi Jl. PAM. Cilalung RT. 05 / 18 Kelurahan Serua Kecamatan Ciputat
Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Alasan memilih sekolah tersebut
karena penulis pernah menjadi guru pendamping di sekolah tersebut selama
kurang lebih lima bulan dimulai dari awal bulan Agustus sampai akhir bulan
Desember, sehingga penulis kurang lebih sudah mengenal dan memahami
keadaan sekolah, struktur organisasi sekolah, proses kegiatan belajar
mengajar, para guru dan karyawan, serta siswa-siswi di MI Baiturrahman.
Penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019.
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif tipe
korelasional.Metode kuantitatif sering disebut dengan metode tradisional,
positivistik, scientific dan metode discovery.Metode kuantitatif dinamakan
metode tradisional karena sudah cukup lama digunakan sehingga sudah
mentradisi sebagai metode untuk penelitian.Disebut metode positivistik
karena berlandaskan pada filsafat positivisme.Sebagai metode
ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, yaitu
konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis.Disebut metode
discovery karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan
berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi baru.Metode ini disebut metode
kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik.1Sedangkan metode yang digunakan adalah metode
korelasional, yaitu penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 16, h. 13.
53
tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan,
tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada.2
Peneliti menggunakan penelitian korelasional karena sesuai dengan
tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan antara dua variabel, yaitu
antara peran guru kelas dengan karakter kebangsaan siswa.Jadi metode
penelitian yang cocok untuk digunakan dalam penelitian ini adalah model
penelitian korelasional.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.3
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi.
Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Karena apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi.4
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI MI Baiturrahman
pada semester ganjil bulan November tahun pelajaran 2018/2019. Siswa kelas
VI sebanyak 32 anak.Kelas tersebut dapat dikatakan heterogen karena ada
siswa dengan karakter baik, cukup, dan kurang.
Berdasarkan karakeristik yang telah dijelaskan, maka pemilihan sampel
dilakukan dengan teknik Sampling Jenuh, yaitu mengambil semuaanggota
populasi menjadi sampel karena jumlah populasi yang kecil.
2Suhasimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), Cet. 14, h.4. 3 Sugiyono, op.cit., h. 117.
4 Sugiyono, op.cit., h. 118.
54
D. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Inerview/Wawancara
Interview merupakan metode pengumpulan data dalam bentuk personal
yang dilaksanakan oleh interviewer (pewawancara) yang telah terlatih
menggunakan protokol penelitian yang sama.5Wawancara digunakan
untuk mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta
jumlah responden sedikit.6Narasumber dalam penelitian ini yaitu guru
kelas dan kepala sekolah MI Baiturrahman.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi.7Jumlah instrumen kuesioner dalam
penelitian ini adalah 25 item untuk mengukur karakter siswa dan 42 item
untuk mengukur peran guru kelas yang masing-masing item memiliki 4
alternatif jawaban. Kuesioner diberikan kepada siswa yang dijadikan unit
analisis dalam penelitian untuk mengetahui peran guru kelas terhadap
pembentukan karakter kebangsaan siswa di MI Baiturrahman.
3. Observasi
Observasi merupakan pengumpulan data secara langsung dari lapangan
melalui pengamatan terhadap suatu objek atau orang lain. Observasi
digunakan bila objek penelitian bersifat perilaku manusia, proses kerja,
gejala alam, dan responden kecil.8Observasi dalam penelitian ini dilakukan
untuk mengamati segala kegiatan maupun tindakan yang terjadi dalam
pembentukan karakter kebangsaan siswa melalui peran guru kelas di MI
5 I Ketut Swarjana, Metodologi Penelitian Kesehatan, (Yogyakarta: Andi, 2012), Cet. 1, h.
105. 6 Sugiyono, op.cit., h. 172.
7 Kun Maryati dan Juju Suryawati, Sosiologi, (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 130.
8Sugiyono, loc.cit.
55
Baiturrahman.Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk memperoleh
data dan fakta deskriptif upaya yang ditempuh guru kelas di MI
Baiturrahman.
E. Instrumen Penelitian
1. Jenis Instrumen
a. Interview/wawancara
Pedoman wawancara merupakan pedoman yang digunakan selama
proses wawancara yang berisi sejumlah daftar pertanyaan yang sudah
tersusun secara sistematis, terutama yang berkaitan dengan peran guru
kelas.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Wawancara
Variabel
Penelitian
Dimensi
Penelitian
Indikator No
Peran guru
kelas dalam
pembentuk
an karakter
kebangsaan
1. Sebagai
Fasilitator
Mendengarkan setiap keluhan
terhadap permasalahan yang dihadapi
siswa.
1
2. Sebagai
Motivator
a. Memperjelas tujuan yang ingin
dicapai.
b. Memberi pujian/hadiah yang wajar
terhadap setiap karakter positif.
c. Memberi hukuman untuk karakter
negatif.
2
3
3
3. Sebagai
Komunika
tor
a. Terampil dalam berkomunikasi.
b. Memberikan pandangan tentang
keagungan dari berbagai cerita
tentang kehidupan.
4
5
4. Sebagai Melakukan penilaian proses belajar 6
56
Evaluator dan hasil belajar siswa.
5. Secara
Pribadi
a. Petugas sosial
b. Pencari teladan
7
8
6. Secara
Psikologis
a. Ahli psikologi pendidikan.
b. Pembentuk kelompok.
c. Catalytic agent.
9
10
11
b. Kuesioner dalam bentuk skala sikap
Kuesioner ini menggunakan Skala Likert di mana responden sudah
disediakan alternatif jawabannya, yaitu:
1 = Tidak Pernah
2 = Kadang-kadang
3 = Sering
4 = Selalu
Seluruh bobot nilai di atas berlaku untuk pernyataan-pernyataan
yang bersifat positif, sedangkan pernyataan-pernyataan yang bersifat
negatif bobot nilai di atas menjadi kebalikannya. Berikut adalah kisi-
kisi instrumen kuesioner untuk mengukur peran guru kelas terhadap
karakter kebangsaan siswa:
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Kuesioner Karakter Kebangsaan Siswa
Karakter Indikator Nomor
Instrumen
Semangat
Kebangsaan
1. Menggunakan bahasa Indonesia saat
berbicara di depan kelas.
2. Bangga menggunakan produk
Indonesia.
3. Menyanyikan lagu-lagu perjuangan.
1, 2, 3, 4, 5
Cinta Tanah
air
1. Mengagumi kekayaan budaya dan seni
di Indonesia.
6, 7, 8, 9, 10, 11
57
2. Mengagumi keragaman suku, etnis,
bahasa sebagai keunggulan yang hadir
di wilayah negara Indonesia.
3. Mencintai tanah air dalam
menjalankan kehidupan.
Nasionalis
1. Menyanyikan lagu nasional dengan
baik dan benar.
2. Megetahui wawasan nasional.
12, 13, 14
Kemanusiaan
1. Menghormati petugas-petugas sekolah.
2. Membantu teman yang sedang
memerlukan bantuan.
15, 16, 17, 18,
19
Pancasila
sebagai
Ideologi
Negara
1. Pancasila sebagai pandangan hidup
dalam anekaragam agama, suku,
bangsa, bahasa.
2. Menyelesaikan konflik dengan nilai-
nilai pancasila.
20, 21, 22
Bela Negara
di lingkungan
sekolah
1. Taat aturan sekolah
2. berkata dan bersikap baik
3. bertanggung jawab atas tugas yang
diberikan
23, 24, 25
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Kuesioner Peran Guru Kelas
Peran Guru
Kelas
Indikator Nomor
Instrumen
1. Sebagai
Informator
a. Memberikan informasi terkait dengan
nilai-nilai karakter yang berhubungan
dengan diri sendiri.
b. Menjelaskan nilai-nilai karakter yang
1
2
58
akan dicapai di sekolah.
c. Menjelaskan manfaat memiliki karakter
positif pada siswa.
d. Menguasai bahan ajardengan baik
3
4
2. Sebagai
Fasilitator
a. Menyediakan sarana dan prasarana
yang menunjang kegiatan pembentukan
karakter.
b. Mendengarkan setiap keluhan terhadap
permasalahan yang dihadapi siswa.
c. Menggunakan sumber belajar
(narasumber, buku, teks, majalah, surat
kabar) yang memudahkan proses
belajar-mengajar.
d. Mengemas materi-materi inspiratif dari
awal sampai akhir pembelajaran.
e. Tidak berlebihan mempertahankan
pendapat.
f. Mau menerima ide peserta didik.
g. Toleransi terhadap kesalahan peserta
didik.
h. Menghargai prestasi peserta didik.
i. Memberikan kesempatan pada siswa
untuk berekplorasi.
j. Membimbing tahap demi tahap untuk
mencari jawabannya sendiri.
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
3. Sebagai
Mediator
a. Memberikan jalan keluar dalam
kegiatan diskusi siswa.
b. Mengetahui dan memahami media
15
16
59
pendidikan.
c. Menggunakan media pendidikan
dengan baik.
d. Memilih media pendidikan sesuai
materi.
e. Memilih media pendidikan sesuai minat
siswa.
f. Memilih media pendidikan sesuai
kemampuan siswa.
17
18
19
20
4. Sebagai
Motivator
d. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
e. Membangkitkan minat siswa untuk
selalu berkarakter positif.
f. Menyesuaikan materi dengan
pengalaman dan kemampuan siswa.
g. Menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam belajar sehingga
siswa intensif melakukan karakter
positif.
h. Memberi pujian/hadiah yang wajar
terhadap setiap karakter positif.
i. Memberi hukuman untuk karakter
negatif.
j. Menciptakan persaingan dalam
berkarakter positif.
k. Menciptakan kerja sama.
21
22
23
24
25
26
27
28
5. Sebagai
Komunikat
or
c. Terampil dalam berkomunikasi.
d. Mengemas diri dengan menarik.
e. Memberikan pandangan tentang
29
30
31
60
keagungan dari berbagai cerita tentang
kehidupan.
f. Mewariskan kebudayaan.
32
6. Sebagai
Demonstrat
or
a. Memperkaya dirinya dengan berbagai
ilmu pengetahuan.
b. D
apat memainkan perannya sebagai
pengajar dengan baik.
c. B
ersikap dan berperilaku yang dapat
menjadi panutan.
33
34
35
7. Sebagai
Evaluator
a. Melakukan penilaian proses belajar dan
hasil belajar siswa.
36, 37
8. Secara
Psikologis
d. Ahli psikologi pendidikan.
e. Seniman dalam hubungan antarmanusia
f. Pembentuk kelompok.
g. Catalytic agent.
h. Petugas kesehatan mental.
38
39
40
41
42
c. Observasi
Lembar obseravasi diisi oleh observer yang mengamati karakter
siswa.Lembar observasi disusun oleh peniliti untuk mendeskripsikan
atau menggambarkan aktivitas siswa. Berikut adalah kisi-kisi lembar
observasi karakter kebangsaan siswa:
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Lembar Observasi Karakter Kebangsaan Siswa
Karakter Indikator
Semangat
Kebangsaan
1. Menggunakan bahasa Indonesia saat berbicara di
kelas.
61
dan
Cinta Tanah
air
2. Mengetahui kekayaan budayadi Indonesia.
3. Mengetahui kekayaan seni di Indonesia.
4. Mengetahui bahasa daerahnya sendiri
5. Tertib mengikuti upacara
Nasionalis
6. Menyanyikan lagu nasional dengan baik dan
benar.
7. Hafal Pancasila 1945
8. Hafal UUD 1945
Kemanusiaan
9. Menghormati dan memperhatikan guru selama
KBM.
10. Membantu teman yang memerlukan bantuan.
Pancasila
sebagai
Ideologi
Negara
11. Tidak pilih-pilih teman.
12. Menyelesaikan konflik dengan nilai-nilai
kemanusiaan.
Bela Negara di
lingkungan
sekolah
13. Taat aturan sekolah
14. berkata dan bersikap baik
15. bertanggung jawab atas tugas yang diberikan
Tabel 3.5
Kisi-kisi Lembar Observasi Peran Guru Kelas
Peran Guru
Kelas
Indikator
1. Sebag
ai
Informator
1. Memberikan informasi terkait dengan nilai-nilai
karakter yang berhubungan dengan diri sendiri.
2. Menjelaskan nilai-nilai karakter yang akan
dicapai di sekolah.
3. Menjelaskan manfaat memiliki karakter positif
pada siswa.
62
4. Menguasai bahan ajardengan baik
2. Sebag
ai
Fasilitator
5. Menyediakan sarana dan prasarana yang
menunjang kegiatan pembentukan karakter.
6. Mendengarkan setiap keluhan terhadap
permasalahan yang dihadapi siswa.
7. Menggunakan sumber belajar (narasumber, buku,
teks, majalah, surat kabar) yang memudahkan
proses belajar-mengajar.
8. Mengemas materi-materi inspiratif dari awal
sampai akhir pembelajaran.
9. Tidak berlebihan mempertahankan pendapat.
10. Mau menerima ide peserta didik.
11. Toleransi terhadap kesalahan peserta didik.
12. Menghargai prestasi peserta didik.
13. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
berekplorasi.
14. Membimbing tahap demi tahap untuk mencari
jawabannya sendiri.
3. Sebag
ai Mediator
15. Memberikan jalan keluar dalam kegiatan diskusi
siswa.
16. Mengetahui dan memahami media pendidikan.
17. Menggunakan media pendidikan dengan baik.
18. Memilih media pendidikan sesuai materi.
19. Memilih media pendidikan sesuai minat siswa.
20. Memilih media pendidikan sesuai kemampuan
siswa.
4. Sebag
ai
Motivator
21. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
22. Membangkitkan minat siswa untuk selalu
63
berkarakter positif.
23. Menyesuaikan materi dengan pengalaman dan
kemampuan siswa.
24. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam
belajar sehingga siswa intensif melakukan
karakter positif.
25. Memberi pujian/hadiah yang wajar terhadap
setiap karakter positif.
26. Memberi hukuman untuk karakter negatif.
27. Menciptakan persaingan dalam berkarakter
positif.
28. Menciptakan kerja sama.
5. Sebag
ai
Komunikat
or
29. Terampil dalam berkomunikasi.
30. Mengemas diri dengan menarik.
31. Memberikan pandangan tentang keagungan dari
berbagai cerita tentang kehidupan.
32. Mewariskan kebudayaan.
6. Sebag
ai
Demonstrat
or
33. Memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu
pengetahuan.
34. Dapat memainkan perannya sebagai pengajar
dengan baik.
35. Bersikap dan berperilaku yang dapat menjadi
panutan.
7. Sebag
ai
Evaluator
36. Melakukan penilaian proses belajar dan hasil
belajar siswa.
8. Secar
a
Psikologis
37. Ahli psikologi pendidikan.
38. Seniman dalam hubungan antarmanusia
39. Pembentuk kelompok.
64
40. Catalytic agent.
41. Petugas kesehatan mental.
2. Uji Instrumen
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau keshaihan sesuatu instrumen.9 Instrumen dikatakan valid
berarti menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur. Untuk mengukur validitas kuesioner karakter
siswa menggunakan rumus Korelasi Product Moment dengan
menggunakan software excel.
Rumus Korelasi Product Moment:
rxy =
Keterangan :
rxy : Angka Indeks korelasi “r” product moment
: Jumlah skor dalam sebaran X
2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
: Jumlah skor dalam sebaran Y
2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
: Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
N : Jumlah sampel
b. Reliabilitas
Realibilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat
evaluasi.Suatu tes atau alat evaluasi dikatakan andal jika dapat
dipercaya, konsisten atau stabil, dan produktif.Jadi, yang dipentingkan
di sini ialah ketelitiannya.Sejauh mana tes atau alat tersebut dapat
9Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), Cet. 12, h. 211.
65
dipercaya kebenarannya.10
Uji realibilitas yang digunakan untuk
mengukur karakter siswa yang menggunakan kuesioner digunakan
rumus alpha cronbach dengan menggunakan software excel.
Rumus alpha cronbach :
ri =
Keterangan :
k = banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
= Jumlah varian butir
St2
= varians total
F. Teknik Analisis Data
Analisis terhadap data penelitian dilakukan untuk menguji kebenaran
hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian. Sebelum dianalisis,
peneliti memeriksa kembali kelengkapan data dari berbagai sumber kemudian
data direduksi dengan cara memilih, memilah, menggolongkan, dan
menyususn dalam satuan-satuan kategori. Selanjutnya, data diperiksa
keabsahannya. Hasil analisis data akan memberikan gambaran yang jelas
mengenai hasil penelitian. Untuk mengetahui peran guru kelas terhadap
pembentukan karakter kebangsaan siswa di MI Baiturrahman, maka data
yang peneliti peroleh diolah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Tahap Pengolahan Data
a. Editing, yaitu memeriksa dan meneliti satu persatu kelengkapan
pengisian dan kejelasan penulisan untuk mengurangi kesalahan atau
kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah
diselesaikan. Editing ini bertujuan untuk mengecek kelengkapan dan
10
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran, (Bandung:Rosdakarya, 2012),
Cet.17, h.139.
66
kebenaran pengisian serta merapikan data agar bersih dan rapi sehingga
dapat mengadakan pengolahan lebih lanjut.
b. Koding, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden
ke dalam kategori-kategori dengan cara memberi tanda/kode berbentuk
angka pada masing-masing jawaban.
c. Tabulating, yaitu menyusun data ke dalam bentuk tabel. Tahap ini
dilakukan dengan cara membuat tabel tabulasi untuk memasukkan
jawaban-jawaban responden kemudian dicari prosentasenya setelah itu
dapat dianalisis.
2. Analisis Data
Setelah data dari seluruh responden terkumpul, diedit, dikoding dan
telah diikhtisiarkan dalam tabel, maka langkah selanjutnya adalah analisis
terhadap hasil-hasil yang telah diperoleh.Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif dan teknik analisis
korelasi.
a. Teknik analisis deskriptif
Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan setiap
variabel yang diteliti secara terpisah dengan cara membuat tabel
distribusi, frekuensi, grafik, ukuran pemusatan (mean, median, modus)
dari masing-masing variabel tersebut kemudian setiap variabel
dikelompokkan dalam 3 kategori dengan aturan:11
Rendah = Nilai minimum ≤ x < ᶇ - ỡ
Sedang = ᶇ - ỡ ≤ x < ᶇ + ỡ
Tinggi = ᶇ + ỡ ≤ x < Nilai maximum
11
Sartika Putri Wardana, “Hubungan Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling dengan
Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 kota Tangerang Selatan)”,
Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2010, h. 46.
67
b. Teknik analisis korelasi
Teknik analisis korelasi digunakan untuk menjawab rumusan
masalah yakni mengetahui hubungan antara peran guru kelas terhadap
karakter kebangsaan siswa MI Baiturrahman. Adapun langkah-langkah
teknik analisis korelasi adalah sebagai berikut:
1) Uji Prasyarat Analisis
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah
sampel diambil dari distribusi normal atau tidak. Uji normalitas
menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dengan software SPSS.
Dasar pengambilan keputusan dalam Uji normalitasKolmogrov-
Smirnov jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data
berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
b) Uji Linearitas
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel
bebas dengan variabel terikat terdapat hubungan yang linear atau
tidak. Pengujian linear menggunakan rumus dengan langkah-
langkah berikut :
a =
b=
JK (T)=
JK (a) =
JK ( = b ( )
JK (s)= JK (T) - JK (a) - JK
Keterangan :
68
JK : Jumlah kuadrat
JK (T) : Jumlah kuadrat total
JK (a) : Jumlah kuadrat koefisien
JK(b/a) : Jumlah kuadrat regresi
JK (s) : Jumlah kuadrat siswa
JK(TC) : Jumlah kuadrat tuna cocok
2) Pengujian Hipotesis
Setelah uji prasyarat telah dipenuhi maka dapat dilakukan
pengujian hippotesis yang telah diajukan. Untuk membuktikan
hipotesis yang telah dikemukakan maka diperlukan adanya
pengolahan data selama penelitian, dalam penelitian ini digunakan
teknik analisis korelasi Product Moment. Secara operasional, analisis
data tersebut dilakukan melalui tahap:
a) Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi Product Moment :
rxy =
Keterangan :
X : Variabel peran guru kelas
Y : Variabel karakter kebangsaan siswa
rxy : Angka Indeks korelasi “r” Product Moment
N : Jumlah responden
: Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
: Jumlah seluruh skor X
: Jumlah seluruh skor Y
b) Memberikan interprestasi terhadap angka indeks korelasi “r”
Product Moment.
69
(1) Interprestasi kasar atau sederhana, yaitu dengan
mencocokkan perhitungan dengan angka indeks korelasi “r”
Product Moment, seperti dibawah ini:12
Table 3.6
Interprestasi Nilai r
Besarnya “r”
Product Moment
(rxy)
Interprestasi
0,00 – 0,199
Antara variabel X dan variabel Y
memang terdapat korelasi, akan
tetapi korelasi itu diabaikan
(dianggap tidak ada korelasi antara
variabel X dan variabel Y)
0,20 – 0,40
Antar variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang lemah atau
rendah
0,40 - 0,70
Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang sedang atau
cukup
0,70 – 0,90
Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang kuat atau
tinggi
0,90 –1,00
Antar variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang sangat kuat
atau tinggi
12 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2004),
Cet. 25, h. 192-193.
70
(2) Interprestasi menggunakan table nilai “r” Product Moment
(rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db)
atau degrees of freedom (df) yang rumusnya adalah:
df = N-nr13
keterangan :
df = Degress of freedom
N = Number of Cases
Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan.
Untuk mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y
penulis menggunakan rumus sebagai berikut :
KD = X 100%
Keterangan:
KD = Kontribusi Variabel X terhadap Y
R = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
G. Hipotesis Statistik
H0 : ρ = 0
H1 : ρ ≠ 0
Keterangan:
H0 diterima jika rho sama dengan nol, berarti tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara peran guru kelas terhadap pembentukan karakter
kebangsaan siswa.
H1 diterima jika rho tidak sama dengan nol (kurang dari atau lebih dari nol),
berarti terdapat hubungan yang signifikan antara peran guru kelas terhadap
pembentukan karakter kebangsaan siswa.
13Ibid., h. 194.
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan data penelitian maka peneliti
memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Penilaian siswa kelas VI MI Baiturrahman terhadap peran guru kelas
menunjukkan bahwa dari 32 siswa, siswa yang menilai peran guru kelas
dalam kategori tinggi sebanyak sebanyak 7 siswa (22 %), kategori sedang
sebanyak 16 siswa (50 %), kategori kurang sebanyak 9 siswa (28%).
Sementara itu karakter kebangsaan siswa kelas VI MI Baiturrahman dari
32 siswa, siswa yang memiliki karakter kebangsaan dalam kategori tinggi
16 siswa (50%), kategori sedang sebanyak 10 siswa (31%), kategori
kurang sebanyak 6 siswa (19%).Kecenderungan Karakter Kebangsaan
siswa berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 16 siswa (50%) dari
sampel yang berjumlah 32 siswa.
2. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara variabel peran guru kelas
terhadap pembentukan karakter kebangsaan siswa kelas VI MI
Baiturrahman dengan nilai r hitung sebesar 0,997.
B. Saran
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi Siswa
Dengan terlaksananya peran guru kelas secara aktif, siswa dapat
lebih aktif mempelajari dan memahami karakter kebangsaan. Selain
melalui pembelajaran dalam kelas, siswa juga harus lebih aktif memahami
karakter kebangsaan secara mandiri melalui kegiatan di luar pembelajaran
serta dapat memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa
lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang
92
bermartabat dan diikuti oleh pengamalan terhadap karakter-karakter
tersebut.
2. Bagi Orang Tua
Orang tua juga mempunyai peran yang penting dalam
pembentukan karakter kebangsaan siswa. Karena waktu yang digunakan
siswa lebih banyak di rumah daripada di sekolah. Oleh karena itu orang
tua harus lebih aktif membimbing siswa dengan mengarahkan untuk
memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang
bermartabat agar karakter kebangsaan siswa lebih baik serta bisa
mengkontrol perkembangan karakter kebangsaannya.
3. Bagi Sekolah
Sekolah merupakan tempat utama dalam meningkatkan karakter
kebangsaan siswa. Selain itu sekolah mempunyai tanggung jawab untuk
membentuk karakter kebangsaan siswa untuk menjadi lebih baik. Oleh
karena itu sekolah dapat mengadakan pelatihan untuk guru dan workshop
untuk orang tua murid tentang parenting dalam mengarahkan anak
menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa yang bermartabat sehingga perkembangan karakter
kebangsaan siswa bisa terkontrol dengan baik. Masih terdapat beberapa
siswa MI Baiturrahman Ciputat dengan karakter kebangsaan belum baik.
Oleh karena itu sekolah harus berusaha meningkatkan karakter kebangsaan
siswa melalui jalur pembelajaran maupun diluar pembelajaran.
93
DAFTAR PUSTAKA
An. “Kurikulum Pendidikan Karakter”, www.pendidikankarakter.com, 20 Juli
2018.
An. Penguatan Pendidikan Karakter.Peraturan Presiden RI Nomor 87. Jakarta:
Kementerian Sekretariat Negara RI, 2017.
An. Peningkatan Manajemen Melalui Tata Kelola dan Akuntabilitas di Sekolah/
Madrasah. Jakarta: Kementrian pendidikan Nasional dan Kementrian
Agama RI, 2011.
Anwar, Sudirman. Management of Student Development.tk: Indragiri, Cet. 1,
2015.
Arifuddin. Bimbingan dan Penyuluhan. 2011.
Arikunto, Suhasimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 12, 2013.
Arikunto, Suhasimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta, Cet. 14,2010.
Depag. Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, Cet. 2, 1996.
Depdiknas. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah dasar. Jakarta:
Depdiknas, 2006.
Dinas Pendidikan Kota. Pembelajaran Tematis Di Kelas I, II, III SD dan MI.
Surabaya: t.p., 2006.
Djumhur, I. dan Surya, Moh. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung:
CV. Ilmu, 1975.
94
Dyah, Yunita Kusumaningrum. Peran Guru dalam Membentuk Karakter
Kepemimpinan pada Peserta Didik di SMA Al Hikmah Surabaya. Jurnal
Inspirasi Manajemen Pendidikan. Vol. 4, No. 4, April 2014
Ediana, Asep Latip. Pembelajaran Berbasis Karakter di Madrasah Ibtidaiyah.
Media Pendidikan Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 28, No. 1, 2013.
Endarmoko, Eko. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2006.
Erihadiana, Mohamad. Pembelajaran Penelitian Tindakan Kelas di Perguruan
Tinggi Islam. Media Pendidikan Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 28, No. 1,
2013.
Hendri, Kak. Pendidikan Karakter Berbasis Dongeng. tt.p.: Simbiosa Rekatama
Media, 2013.
Hilmiyah, Mita. “Memudarnya Sikap Gotong Royong di Era Globalisasi”,
www.kompasiana.com, 26 April 2019.
Indriani, Fitri. Kompetensi Pedagogik Mahasiswa dalam Mengelola Pembelajaran
Tematik Integratif Kurikulum 3013 pada Pengajaran Micro di PGSD UAD
Yogyakarta. Profesi Pendidikan Dasar. Vol. 2, No. 2, 2015.
Juhji. Peran Urgen Guru dalam Pendidikan. Jurnal Ilmiah Pendidikan. Vol. 10,
No. 1, 2016.
Karli, Hilda. Penerapan Pembelajaran Tematik SD di Indonesia. Jurnal
Pendidikan Dasar. Vol. 2, No. 1, 2016.
Kemdikbud. “Kemendikbud Dorong Keterlibatan Publik dalam Gerakan
Penguatan Pendidikan Karakter”, www.kemdikbud.go.id, 14 Juli 2017.
Kemdiknas. Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jurnal Panduan. 2011.
95
KBBI Edisi Elektronik. “Karakter”, kbbi.web.id/karakter, 15 Februari 2018.
KBBI Edisi Elektronik. “Kebangsaan”, kbbi.web.id/ kebangsaan, 15 Februari
2018.
Ketut, I Swarjana. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Andi, Cet. 1,
2012.
Koswara, Deden. “Implementasi Nilai-Nilai Belanegara dalam Kehidupan
Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara bagi Tegaknya Keutuhan
NKRI”, stai-siliwangi.ac.id, 26 Februari 2018.
Lestyarini, Beniati. Penumbuhan Semangat Kebangsaan Untuk Memperkuat
Karakter Indonesia Melalui Pembelajaran Bahasa.Jurnal Pendidikan
Karakter. Tahun II, No. 3, Oktober 2012.
Listya, Irma. “Kenakalan Remaja dan Dampaknya bagi Kemajuan Bangsa”,
www.kompasiana.com, 16 April 2019.
Maeliah, Mally. Peran Guru dalam Menyiapkan Kompetensi Kerja Siswa Sesuai
Tuntutan Dunia Kerja di Industri Busana. Aptekindo. 2012.
Maryati, Kun dan Suryawati, Juju. Sosiologi. Jakarta: Erlangga, 2010.
Masdiana, dkk. Penerapan Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Materi Pada Lingkungan Siswa Kelas I SDN 018 Letawa
Kecamatan Sarjo Kabupaten Mamuju Utara. Jurnal Kreatif Tadulako
Online. Vol. 3, No. 2, 2014.
Menteri Hukum dan HAM. Undang-undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen. Jakarta: Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang Perundang-
Undangan, 2005.
Muklis, Mohamad. Pembelajaran Tematik. Fenomena,.Vol. 4, No. 1, 2012.
96
Munir, Abdullah. Pendidikan Karakter(Membangun Karakter Anak Sejak dari
Rumah). Yogyakarta: Pedagogia, 2010.
Mursalin, dkk. Peran Guru dalam Pelaksanaan Manajemen Kelas di Gugus
Bungong Seulanga Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Vol. 2, No. 1, 2017.
Nur, Sunardi dan Wahyuningsih, Sri. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo,
2002.
Nurrahmawati, Rizka. Peran Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Bahasa
Indonesia pada Siswa Berkesulitan Belajar Spesifik Kelas III di Sekolah
Dasar Negeri Gadingan Kulon Progo. Jurnal Widia Ortodidaktika. Vol. 5,
No. 9, 2016.
Pamungkas, Rahmawati, dkk. Peran Guru dalam Pembelajaran Seni Tari SMAN 1
Seputih Agung Lampung Tengah. Jurnal Seni dan Pembelajaran. 2017.
Purwaningsih, Endang dan Okianna. Peranan Guru Sebagai Fasilitator dan
Motivator dalam Meningkatkan Hasil Belajar di Kelas XI SMK. Jurnal
Untan. Vol. 5, No. 10, 2016.
Purwanto,Ngalim. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran. Bandung:Rosdakarya,
Cet.17, 2012.
Putri, Sartika Wardana. Hubungan Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling
dengan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus Siswa Kelas XI SMA Negeri
3 kota Tangerang Selatan), S-I, Skripsi UIN, 2010.
Riofita, Hendra. Bentuk Peranan Guru dalam Memberikan Pendidikan
Kepemimpinan. Jurnal Kependidikan Islam. Vol. 2, No. 1, 2016.
97
Samani, Muchlas dan Hariyanto.Konsep dan Model Pendidikan
Karakter.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011.
Singh, N.K. dan Agwan, A.R. Encyclopaedia of the Holy Qur’ân. New Delhi:
Balaji Offset, Ed 1, 2000.
Sudjiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta, Cet. 16, 2013.
Sujarwo. Peranan Guru Dalam Pemberdayaan Siswa. Jurnal Dinamika
Pendidikan Majalah Ilmu Pendidikan. 2010.
Sukayati. Pembelajaran Tematik di SD merupakan Terapan dari Pembelajaran
Terpadu. Yogyakarta: Depdiknas, 2004.
Suyanto dan Jihad, Asep. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Erlangga, 2013.
Tim Prima Pena. Kamus Besar Bahasa Indonesia. tt.p.: Gitamedia Press, t.t.
Tohir. “Konsep Bela Negara di Indonesia”, chyrun.com, 26 Februari 2018.
Tri, Hermin Wahyuni, dkk. Implementasi Pembelajaran Tematik Kelas 1 SD.
Edcomtech Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan. 2017.
Uzer, Moch. Usman. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. 24, 2010.
Winkel, W.S. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, Edisi Revisi, 1997.