Upload
rocky-angga-saputra
View
30
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP BERMAIN DENGAN
MOTIVASI ORANG TUA MEMASUKKAN ANAKNYA KE TAMAN
KANAK-KANAK RIGA
PEKANBARU
A. Latar Belakang Masalah
Bermain sambil belajar merupakan sebuah slogan yang harus dimaknai sebagai
satu kesatuan, dimana belajar yang dilakukan anak adalah melalui bermain. Bermain
dan belajar adalah satu kesatuan proses terjadi dalam satu kesatuan waktu, karena di
dalam bermain itulah sebenarnya terjadi proses belajar, dan proses belajar itu terjadi
dalam kesatuan bermain.
Ali Nugraha (2003: 34) mengatakan bermain adalah hal penting bagi semua
anak, permainan dapat memberi kesempatan anak untuk melatih keterampilan anak
secara berulang-ulang dan dapat mengembangkan ide-ide sesuai dengan cara
kemampuan anak itu sendiri. Dengan memberikan kesempatan bermain pada
anak sangat berguna dalam memahami perkembangan anak yang begitu banyak.
Bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak berkembang
optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi semua aspek perkembangan anak.
Hal ini dikemukakan oleh Catron dan Allen (Rita, 2009: 49) bahwa bermain
memungkinkan anak belajar tentang diri sendiri, orang
lain dan lingkungan, dalam kegiatan bermain anak bebas untuk berimajinasi,
bereksplorasi dan mencipta sesuatu.
Bermain juga dapat mengembangkan panca indra anak, bermain bukan hanya
sekedar mengembangkan anak, tetapi juga mengukir dan sekaligus mengembangkan
potensi kecerdasan anak. Bila kegiatan bermain tidak disadari oleh orang tua, tentu
orang tua menganggap bahwa bermain hanya memboroskan waktu anak saja.
Pemahaman orang tua tentang bermain juga akan membuka wawasan dan
menjernihkan pendapatnya, sehingga akan dapat Jebih Juwes terhadap kegiatan
bermain itu sendiri dan akibatnya akan mendukung segala aspek perkembangan anak,
maksudnya orang tua dapat memberi kesempatan yang lebih banyak kepada anak-anak
untuk bereksplorasi melalui kegiatan bermain.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan tentang pentingnya bermain bagi anak.
Oleh karena itu perlu ditanamkan dan ditingkatkan pemahaman orang tua mengenai
bermain. Di Taman Kanak-kanak Riga , penulis melihat rendahnya pemahaman
orang tua murid mengenai apa makna bermain untuk perkembangan anaknya, sehingga
orang tua murid menganggap bahwa di TK hanya bermain saja. orang tua lebih
terdorong memasukkan anaknya ke Sekolah Dasar. Orang tua murid TK Riga juga
berpendapat bahwa apabila anak-anak terialu banyak bermain, maka akan membuat
anak-anak mereka malas dan bodoh, bahkan tidak jarang orang tua murid TK Riga
menekankan keluhan bahwa anak-anak mereka terialu senang bermain sehingga
kurang belajar.
Melihat gejaJa yang dikemukakan di atas, maka penulis mengangkat
permasalahan tersebut dengan judul : Hubungan Persepsi Orang Tua Terhadap
Bermain dengan Motivasi Orang Tua Memasukkan Anaknya ke Taman Kanak-kanak
Riga Pekanbaru
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan persepsi orang tua terhadap bermain dengan
motivasi orang tua memasukkan anaknya ke Taman Kanak-kanak Riga ?
2. Sejauh manakah tingkat persepsi orang tua terhadap bermain dengan
motivasi orang tua memasukkan anaknya ke Taman Kanak-kanak Riga ?
3. Seberapa besarkah motivasi orang tua memasukkan anaknya ke Taman
Kanak-kanak Riga ?
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut: Apakah terdapat hubungan persepsi orang tua terhadap bermain dengan
motivasi orang tua memasukkan anaknya ke Taman Kanak-kanak Riga ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan persepsi orang tua terhadap bermain dengan
motivasi orang tua memasukkan anaknya ke Taman Kanak-kanak Riga.
2. Untuk mengetahui tingkat persepsi orang tua terhadap bermain dengan
motivasi orang tua memasukkan anaknya ke Taman Kanak-kanak Riga.
3. Untuk mengetahui motivasi orang tua memasukkan anaknya ke Taman
Kanak-kanak Riga.
E. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran tentang hubungan persepsi orang tua
terhadap bermain dengan motivasi orang tua memasukkan anaknya ke Taman
Kanak-kanak, sehingga penelitian ini mempunyai nilai positif terhadap dunia
pendidikan pada umumnya dan pendidikan anak usia dini khususnya.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi orang tua
Diharapkan memahami betapa pentingnya bermain bagi anak usia dini dan
termotivasi memasukkan anaknya ke Taman Kanak-kanak.
b. Bagi guru
Diharapkan guru lebih memberikan banyak waktu bermain bagi anak,
mengingat pentingnya kegiatan bermain bagi perkembangan anak.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan dapat memberikan infonnasi dan inspirasi untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya
F. Kajian Teori
1. Hakikat Persepsi
David Krech (Miftah Toha, 2008: 141) mengatakan persepsi pada
hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam
memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami
persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu
penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu pencatatan yang
benar terhadap sesuatu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang
antara lain:
a. Psikologi
Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat
dipengaruhi oleh keadaan psikologi.
b. Famili
Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah familinya orang tua yang
telah mengembangkan suatu cara yang khusus di dalam memahami dan
melihat kenyataan, banyak sikap dan persepsi orang tua yang diturunkan
kepada anak-anaknya.
c. Kebudayaan
Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu
faktor yang kuat di dalam mempengaruhi sikap, nilai dan cara seseorang
memandang dan memahami suatu keadaan.
2. Hakikat Bermain
a. Pengertian Bermain
Golden dan Browne (Moeslihatoen, 2004: 32) mengatakan bermain
membawa harapan dan antisipasi tentang dunia yang memberikan
kegembiraan dan meningkatkan anak berkhayal seperti sesuatu atau seseorang,
suatu dunia yang dipersiapkan untuk berpetualang dan menelaah, suatu dunia
anak-anak. Melalui bermain anak-anak belajar mengendalikan diri, memahami
kehidupan, memahami dunianya. Jadi bermain merupakan cermin
perkembangan anak.
Menurut Harley Frank dan Goldenson (Golden dan Browne, 1985:
200) ada 8 fiingsi bermain bagi anak yaitu:
a. Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa
b. Untuk melaksanakan berbagai peran yang ada di kehidupan nyata
c. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup
yang nyata
d. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat
e. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima
f. Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan
b. Arti Pentingnya Bermain Bagi Anak
NAEYC (Natural Association Korthe Education of Young Children)
dan ACEI (Association for Childhood Education International) menegaskan
bermain memungkinkan anak mengekspiorasi dunianya, mengembangkan
pemahaman sosial dan kultural, membantu anak mengekspresikan apa yang
mereka rasakan dan mereka pikirkan, memberi kesempatan bagi anak untuk
menemukan dan menyelesaikan masalah, serta mengembangkan bahasa dan
keterampilan serta konsep beraksara (Rita Kurnia, 2009: 60).
Menurut Garkey (Rita Kurnia, 2009: 60) bermain merupakan faktor
yang paling berpengarah dalam periode perkembangan diri anak meliputi
dunia fisik dan sosial, sistem komunikasi, bermain berkaitan erat dengan
pertumbuhan anak.
Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan
mengorganisasi dan menyelesaikan masalah, anak-anak bermain mesti
berpikir tentang bagaimana menyelesaikan masalah dengan karakteristi
yang diperankan selama bermain. Menurut Catron dan Allen (Rita Kurnia,
2009: 62) anak menemukan pengalaman baru, memanipulasi benda dan alat-
alat, berinteraksi dengan anak lain dan mulai menyusun pengetahuan tentang
dunia. Bermain menyediakan kerangka bagi anak untuk mengembangkan
pengetahuan anak-anak tentang diri mereka sendiri, orang lain dan
lingkungannya.
Menurut Hat dan Holt (Rita Kurnia, 2009: 63) bermain mendukung
tumbuhnya pikiran kreatif, karena di dalam bermain anak memilih sendiri
kegiatan yang mereka sukai, belajar membuat identifikasi tentang banyak hal,
belajar melihat proses sebuah kegiatan, belajar mengontrol diri mereka sendiri
dan belajar mengerti makna sosialisasi dan keberadaan diri di antara teman
sebaya. Bermain membantu anak meningkatkan kemampuan berkomunikasi,
bermain menyediakan ruang dan waktu bagi anak untuk berinteraksi dengan
orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bermain bagi anak
sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak untuk selanjutnya.
3. Hakikat Motivasi
Menurut Isbandi (Hamzah, 2007:3) istilah motivasi berasal dari kata
motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu
yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat
diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya
seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku, aktivitas
tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya, dengan sasaran sebagai berikut:
a. Motivasi mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas
yang
didasarkan pemenuhan kebutuhan
b. Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai
c. Menentukan perbuatan yang harus dilakukan
Hamzah (2007: 10) menyimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan
internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan
tingkah laku yang mempunyai indikator sebagai berikut:
a. Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan
b. Adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan
c. Adanya harapan dan cita-cita
d. Penghargaan dan penghormatan atas diri
e. Adanya lingkungan yang baik
f. Adanya kegiatan yang menarik
G. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian kualitatif dengan
menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional
merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara dua variabel.
H. Rancangan Penelitian
Suatu hubungan antara dua variabel yang menghubungkan antara
hubungan persepsi orang tua terhadap bermain (X) dengan motivasi orang tua
memasukkan anaknya ke TK (Y).
I. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas : Persepsi orang tua terhadap bermain
2. Variabel Terikat : Motivasi orang tua memasukkan anaknya ke Tk
J. Definisi Operasional Variabel
1. Persepsi orang tua terhadap bermain adalah suatu tanggapan yang dilihat
melalui penginderaan oleh orang tua murid terhadap kegiatan bermain
yang dilakukan oleh anak di Taman Kanak-kanak.
2. Motivasi orang tua memasukkan anaknya ke TK adalah suatu dorongan
yang dimilki oleh orang tua murid untuk memasukkan anaknya ke Taman
Kanak-kanak.
K. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah orang tua murid TK Riga yang
berjumlah 60 orang. Adapun populasi itu adalah orang tua murid A berjumlah 18
orang, orang tua murid kelompok B1-B2 berjumlah 42 orang, data ini bersumber dari
TK Riga Tahun 20012/20013.
Tabel. 1 Besarnya populasi penelitian
NO KELOMPOK UMUR JUMLAH KETERANGAN
1 Kelompok A 4 tahun 18 orang Orang tua murid
2 Kelompok B1 5 tahun 22 orang Orang tua murid
3 Kelompok B2 5 tahun 20 orang Orang tua murid
TOTAL 60 orang
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu
yang akan diteliti (Ridwan, 2005: 11). Pada penelitian ini seluruh populasi akan
dijadikan sampel. Sebagaimana dikemukakan oleh Ridwan (2005: 64) samplingjenuh
adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel, maka sampel pada penelitian ini berjumlah 60 orang.
L. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada peneltian ini adalah angket.
Angket diberikan kepada orang tua murid TK Riga.
M. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
statistik korelasi product moment yang digunakan untuk mencari hubungan
fungsional antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y)