19
HUBUNGAN PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP BERMAIN DENGAN MOTIVASI ORANG TUA MEMASUKKAN ANAKNYA KE TAMAN KANAK-KANAK RIGA PEKANBARU A. Latar Belakang Masalah Bermain sambil belajar merupakan sebuah slogan yang harus dimaknai sebagai satu kesatuan, dimana belajar yang dilakukan anak adalah melalui bermain. Bermain dan belajar adalah satu kesatuan proses terjadi dalam satu kesatuan waktu, karena di dalam bermain itulah sebenarnya terjadi proses belajar, dan proses belajar itu terjadi dalam kesatuan bermain. Ali Nugraha (2003: 34) mengatakan bermain adalah hal penting bagi semua anak, permainan dapat memberi kesempatan anak untuk melatih keterampilan anak secara berulang-ulang dan dapat mengembangkan ide-ide sesuai dengan cara kemampuan anak itu sendiri. Dengan memberikan kesempatan bermain pada anak sangat berguna dalam memahami perkembangan anak yang begitu banyak. Bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-

Hubungan Persepsi Orang Tua Terhadap Bermain Dengan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan Persepsi Orang Tua Terhadap Bermain Dengan

HUBUNGAN PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP BERMAIN DENGAN

MOTIVASI ORANG TUA MEMASUKKAN ANAKNYA KE TAMAN

KANAK-KANAK RIGA

PEKANBARU

A. Latar Belakang Masalah

Bermain sambil belajar merupakan sebuah slogan yang harus dimaknai sebagai

satu kesatuan, dimana belajar yang dilakukan anak adalah melalui bermain. Bermain

dan belajar adalah satu kesatuan proses terjadi dalam satu kesatuan waktu, karena di

dalam bermain itulah sebenarnya terjadi proses belajar, dan proses belajar itu terjadi

dalam kesatuan bermain.

Ali Nugraha (2003: 34) mengatakan bermain adalah hal penting bagi semua

anak, permainan dapat memberi kesempatan anak untuk melatih keterampilan anak

secara berulang-ulang dan dapat mengembangkan ide-ide sesuai dengan cara

kemampuan anak itu sendiri. Dengan memberikan kesempatan bermain pada

anak sangat berguna dalam memahami perkembangan anak yang begitu banyak.

Bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak berkembang

optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi semua aspek perkembangan anak.

Hal ini dikemukakan oleh Catron dan Allen (Rita, 2009: 49) bahwa bermain

memungkinkan anak belajar tentang diri sendiri, orang

Page 2: Hubungan Persepsi Orang Tua Terhadap Bermain Dengan

lain dan lingkungan, dalam kegiatan bermain anak bebas untuk berimajinasi,

bereksplorasi dan mencipta sesuatu.

Bermain juga dapat mengembangkan panca indra anak, bermain bukan hanya

sekedar mengembangkan anak, tetapi juga mengukir dan sekaligus mengembangkan

potensi kecerdasan anak. Bila kegiatan bermain tidak disadari oleh orang tua, tentu

orang tua menganggap bahwa bermain hanya memboroskan waktu anak saja.

Pemahaman orang tua tentang bermain juga akan membuka wawasan dan

menjernihkan pendapatnya, sehingga akan dapat Jebih Juwes terhadap kegiatan

bermain itu sendiri dan akibatnya akan mendukung segala aspek perkembangan anak,

maksudnya orang tua dapat memberi kesempatan yang lebih banyak kepada anak-anak

untuk bereksplorasi melalui kegiatan bermain.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan tentang pentingnya bermain bagi anak.

Oleh karena itu perlu ditanamkan dan ditingkatkan pemahaman orang tua mengenai

bermain. Di Taman Kanak-kanak Riga , penulis melihat rendahnya pemahaman

orang tua murid mengenai apa makna bermain untuk perkembangan anaknya, sehingga

orang tua murid menganggap bahwa di TK hanya bermain saja. orang tua lebih

terdorong memasukkan anaknya ke Sekolah Dasar. Orang tua murid TK Riga juga

berpendapat bahwa apabila anak-anak terialu banyak bermain, maka akan membuat

anak-anak mereka malas dan bodoh, bahkan tidak jarang orang tua murid TK Riga

menekankan keluhan bahwa anak-anak mereka terialu senang bermain sehingga

kurang belajar.

Melihat gejaJa yang dikemukakan di atas, maka penulis mengangkat

permasalahan tersebut dengan judul : Hubungan Persepsi Orang Tua Terhadap

Page 3: Hubungan Persepsi Orang Tua Terhadap Bermain Dengan

Bermain dengan Motivasi Orang Tua Memasukkan Anaknya ke Taman Kanak-kanak

Riga Pekanbaru

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan persepsi orang tua terhadap bermain dengan

motivasi orang tua memasukkan anaknya ke Taman Kanak-kanak Riga ?

2. Sejauh manakah tingkat persepsi orang tua terhadap bermain dengan

motivasi orang tua memasukkan anaknya ke Taman Kanak-kanak Riga ?

3. Seberapa besarkah motivasi orang tua memasukkan anaknya ke Taman

Kanak-kanak Riga ?

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut: Apakah terdapat hubungan persepsi orang tua terhadap bermain dengan

motivasi orang tua memasukkan anaknya ke Taman Kanak-kanak Riga ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan persepsi orang tua terhadap bermain dengan

motivasi orang tua memasukkan anaknya ke Taman Kanak-kanak Riga.

2. Untuk mengetahui tingkat persepsi orang tua terhadap bermain dengan

motivasi orang tua memasukkan anaknya ke Taman Kanak-kanak Riga.

3. Untuk mengetahui motivasi orang tua memasukkan anaknya ke Taman

Kanak-kanak Riga.

Page 4: Hubungan Persepsi Orang Tua Terhadap Bermain Dengan

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran tentang hubungan persepsi orang tua

terhadap bermain dengan motivasi orang tua memasukkan anaknya ke Taman

Kanak-kanak, sehingga penelitian ini mempunyai nilai positif terhadap dunia

pendidikan pada umumnya dan pendidikan anak usia dini khususnya.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi orang tua

Diharapkan memahami betapa pentingnya bermain bagi anak usia dini dan

termotivasi memasukkan anaknya ke Taman Kanak-kanak.

b. Bagi guru

Diharapkan guru lebih memberikan banyak waktu bermain bagi anak,

mengingat pentingnya kegiatan bermain bagi perkembangan anak.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat memberikan infonnasi dan inspirasi untuk

mengembangkan penelitian selanjutnya

Page 5: Hubungan Persepsi Orang Tua Terhadap Bermain Dengan

F. Kajian Teori

1. Hakikat Persepsi

David Krech (Miftah Toha, 2008: 141) mengatakan persepsi pada

hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam

memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,

pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami

persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu

penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu pencatatan yang

benar terhadap sesuatu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang

antara lain:

a. Psikologi

Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat

dipengaruhi oleh keadaan psikologi.

b. Famili

Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah familinya orang tua yang

telah mengembangkan suatu cara yang khusus di dalam memahami dan

melihat kenyataan, banyak sikap dan persepsi orang tua yang diturunkan

kepada anak-anaknya.

Page 6: Hubungan Persepsi Orang Tua Terhadap Bermain Dengan

c. Kebudayaan

Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu

faktor yang kuat di dalam mempengaruhi sikap, nilai dan cara seseorang

memandang dan memahami suatu keadaan.

2. Hakikat Bermain

a. Pengertian Bermain

Golden dan Browne (Moeslihatoen, 2004: 32) mengatakan bermain

membawa harapan dan antisipasi tentang dunia yang memberikan

kegembiraan dan meningkatkan anak berkhayal seperti sesuatu atau seseorang,

suatu dunia yang dipersiapkan untuk berpetualang dan menelaah, suatu dunia

anak-anak. Melalui bermain anak-anak belajar mengendalikan diri, memahami

kehidupan, memahami dunianya. Jadi bermain merupakan cermin

perkembangan anak.

Menurut Harley Frank dan Goldenson (Golden dan Browne, 1985:

200) ada 8 fiingsi bermain bagi anak yaitu:

a. Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa

b. Untuk melaksanakan berbagai peran yang ada di kehidupan nyata

c. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup

yang nyata

d. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat

e. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima

f. Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan

Page 7: Hubungan Persepsi Orang Tua Terhadap Bermain Dengan

b. Arti Pentingnya Bermain Bagi Anak

NAEYC (Natural Association Korthe Education of Young Children)

dan ACEI (Association for Childhood Education International) menegaskan

bermain memungkinkan anak mengekspiorasi dunianya, mengembangkan

pemahaman sosial dan kultural, membantu anak mengekspresikan apa yang

mereka rasakan dan mereka pikirkan, memberi kesempatan bagi anak untuk

menemukan dan menyelesaikan masalah, serta mengembangkan bahasa dan

keterampilan serta konsep beraksara (Rita Kurnia, 2009: 60).

Menurut Garkey (Rita Kurnia, 2009: 60) bermain merupakan faktor

yang paling berpengarah dalam periode perkembangan diri anak meliputi

dunia fisik dan sosial, sistem komunikasi, bermain berkaitan erat dengan

pertumbuhan anak.

Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan

mengorganisasi dan menyelesaikan masalah, anak-anak bermain mesti

berpikir tentang bagaimana menyelesaikan masalah dengan karakteristi

yang diperankan selama bermain. Menurut Catron dan Allen (Rita Kurnia,

2009: 62) anak menemukan pengalaman baru, memanipulasi benda dan alat-

alat, berinteraksi dengan anak lain dan mulai menyusun pengetahuan tentang

dunia. Bermain menyediakan kerangka bagi anak untuk mengembangkan

pengetahuan anak-anak tentang diri mereka sendiri, orang lain dan

lingkungannya.

Page 8: Hubungan Persepsi Orang Tua Terhadap Bermain Dengan

Menurut Hat dan Holt (Rita Kurnia, 2009: 63) bermain mendukung

tumbuhnya pikiran kreatif, karena di dalam bermain anak memilih sendiri

kegiatan yang mereka sukai, belajar membuat identifikasi tentang banyak hal,

belajar melihat proses sebuah kegiatan, belajar mengontrol diri mereka sendiri

dan belajar mengerti makna sosialisasi dan keberadaan diri di antara teman

sebaya. Bermain membantu anak meningkatkan kemampuan berkomunikasi,

bermain menyediakan ruang dan waktu bagi anak untuk berinteraksi dengan

orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bermain bagi anak

sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak untuk selanjutnya.

3. Hakikat Motivasi

Menurut Isbandi (Hamzah, 2007:3) istilah motivasi berasal dari kata

motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu

yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat

diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya

seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku, aktivitas

tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya, dengan sasaran sebagai berikut:

a. Motivasi mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas

yang

didasarkan pemenuhan kebutuhan

b. Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai

Page 9: Hubungan Persepsi Orang Tua Terhadap Bermain Dengan

c. Menentukan perbuatan yang harus dilakukan

Hamzah (2007: 10) menyimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan

internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan

tingkah laku yang mempunyai indikator sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan

b. Adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan

c. Adanya harapan dan cita-cita

d. Penghargaan dan penghormatan atas diri

e. Adanya lingkungan yang baik

f. Adanya kegiatan yang menarik

G. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian kualitatif dengan

menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional

merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara dua variabel.

H. Rancangan Penelitian

Suatu hubungan antara dua variabel yang menghubungkan antara

hubungan persepsi orang tua terhadap bermain (X) dengan motivasi orang tua

memasukkan anaknya ke TK (Y).

I. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas : Persepsi orang tua terhadap bermain

Page 10: Hubungan Persepsi Orang Tua Terhadap Bermain Dengan

2. Variabel Terikat : Motivasi orang tua memasukkan anaknya ke Tk

J. Definisi Operasional Variabel

1. Persepsi orang tua terhadap bermain adalah suatu tanggapan yang dilihat

melalui penginderaan oleh orang tua murid terhadap kegiatan bermain

yang dilakukan oleh anak di Taman Kanak-kanak.

2. Motivasi orang tua memasukkan anaknya ke TK adalah suatu dorongan

yang dimilki oleh orang tua murid untuk memasukkan anaknya ke Taman

Kanak-kanak.

K. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah orang tua murid TK Riga yang

berjumlah 60 orang. Adapun populasi itu adalah orang tua murid A berjumlah 18

orang, orang tua murid kelompok B1-B2 berjumlah 42 orang, data ini bersumber dari

TK Riga Tahun 20012/20013.

Tabel. 1 Besarnya populasi penelitian

NO KELOMPOK UMUR JUMLAH KETERANGAN

1 Kelompok A 4 tahun 18 orang Orang tua murid

2 Kelompok B1 5 tahun 22 orang Orang tua murid

3 Kelompok B2 5 tahun 20 orang Orang tua murid

TOTAL 60 orang

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu

yang akan diteliti (Ridwan, 2005: 11). Pada penelitian ini seluruh populasi akan

Page 11: Hubungan Persepsi Orang Tua Terhadap Bermain Dengan

dijadikan sampel. Sebagaimana dikemukakan oleh Ridwan (2005: 64) samplingjenuh

adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel, maka sampel pada penelitian ini berjumlah 60 orang.

L. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada peneltian ini adalah angket.

Angket diberikan kepada orang tua murid TK Riga.

M. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

statistik korelasi product moment yang digunakan untuk mencari hubungan

fungsional antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y)

Page 12: Hubungan Persepsi Orang Tua Terhadap Bermain Dengan