6
Hubungan serta perbandingan intesitas cahaya dengan LDI (Leaf Dissection Indeks ) pada Impatiens platypetala dan Impatiens walleriana Alfira Mulyani. (3415115817), Efah Kusyaifah (3415116273), Lina Rosmawati (3415115811), M. Najib Fahmi (3415115831), Nabila Dwi Agustin (3415115804) Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda 10 Rawamangun, Jakarta Timur 13220, Indonesia Abstrak Impatiens walleriana dan Impatiens platypetala merupakan jenis Impatiens yang memiliki kekerabatan yang sangat dekat. Berdasarkan sifat tanaman terhadap kebutuhan cahaya, secara umum tanaman hias ini membutuhkan penaungan, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Spesies ini hidup di lokasi dengan kadar penyinaran yang berbeda-beda, bergradasi dari yang paling gelap ke yang paling terang. Dengan begitu spesies ini diperkirakan akan memperluas permukaan daun untuk menangkap cahaya yang optimum sehingga dapat mengefektifkan fotosintesis. Hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui bagaimana hubungan serta perbandingan intensitas cahaya terhadap luasan permukaan daun yang akan mempengaruhi seberapa efektif tumbuhan tersebut dalam melakukan fotosintesis. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 – 21 oktober 2012 pada pukul 08.00 – 15.00 di cibodas. Hasil dari penelitian pada Impatiens platypetala menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas cahaya maka nilai LDI (Leaf Dissection index) pun akan semakin meningkat hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, berbeda dengan Impatiens walleriana data yang ditunjukkan dari LDI yang telah dihitung adalah bahwa semakin besar intesitas cahaya maka nilai LDI akan semakin menurun. Abstract Impatiens walleriana and Impatiens platypetala have very close realation on one subgenus. Based on the nature of the plant to light the need, in general, these plants need shade, both in the lowlands and the highlands. These species live in locations with high levels of radiation are different shades from the darkest to the brightest. Thus this species is expected to expand the leaf surface to capture light so as to streamline the optimum photosynthesis. It is the background of this research was to determine how the relationship as well as the

Hubungan serta perbandingan intesitas cahaya dengan LDI.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Hubungan serta perbandingan intesitas cahaya dengan LDI (Leaf Dissection Indeks ) pada Impatiens platypetala dan Impatiens walleriana

Alfira Mulyani. (3415115817), Efah Kusyaifah (3415116273), Lina Rosmawati (3415115811), M. Najib Fahmi (3415115831), Nabila Dwi Agustin (3415115804)

Program Studi Pendidikan BiologiFakultas MIPA Universitas Negeri JakartaJl. Pemuda 10 Rawamangun, Jakarta Timur 13220, Indonesia

Abstrak

Impatiens walleriana dan Impatiens platypetala merupakan jenis Impatiens yang memiliki kekerabatan yang sangat dekat. Berdasarkan sifat tanaman terhadap kebutuhan cahaya, secara umum tanaman hias ini membutuhkan penaungan, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Spesies ini hidup di lokasi dengan kadar penyinaran yang berbeda-beda, bergradasi dari yang paling gelap ke yang paling terang. Dengan begitu spesies ini diperkirakan akan memperluas permukaan daun untuk menangkap cahaya yang optimum sehingga dapat mengefektifkan fotosintesis. Hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui bagaimana hubungan serta perbandingan intensitas cahaya terhadap luasan permukaan daun yang akan mempengaruhi seberapa efektif tumbuhan tersebut dalam melakukan fotosintesis. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 21 oktober 2012 pada pukul 08.00 15.00 di cibodas. Hasil dari penelitian pada Impatiens platypetala menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas cahaya maka nilai LDI (Leaf Dissection index) pun akan semakin meningkat hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, berbeda dengan Impatiens walleriana data yang ditunjukkan dari LDI yang telah dihitung adalah bahwa semakin besar intesitas cahaya maka nilai LDI akan semakin menurun.Comment by Asus: Ga usah disebutin latar belakang, mending tujuan nya ajaComment by Asus: Kata pa agung ga usah dibikin b.inggrisnya dluAbstractImpatiens walleriana and Impatiens platypetala have very close realation on one subgenus. Based on the nature of the plant to light the need, in general, these plants need shade, both in the lowlands and the highlands. These species live in locations with high levels of radiation are different shades from the darkest to the brightest. Thus this species is expected to expand the leaf surface to capture light so as to streamline the optimum photosynthesis. It is the background of this research was to determine how the relationship as well as the ratio of the light intensity on the leaf surface area that will affect how effective these plants in photosynthesis. The research was conducted on 19-21 October 2012 at 8:00 to 15:00 in Cibodas. Results from studies on Impatiens platypetala showed that the higher the value of the light intensity LDI (Leaf Dissection index) will also increase this agrees with previous studies, in contrast to the data shown Impatiens walleriana of LDI have calculated is that the greater the intensity of light LDI values will decrease.

Pendahuluan Comment by Asus: Comment by Asus: Buat 1 kolom aja

Indonesia merupakan kawasan yang mempunyai keanekaragaman hayati tinggi. Kekayaan floranya sudah banyak dikenal, terutama dari keragaman bentuk dan keunikannya sebagai tumbuhan tropis. Di hutan belantara Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 5.000 jenis tumbuhan tropis asli. Namun hingga kini penggalian potensi tanaman hias tropis asli Indonesia belum dilakukan secara optimal oleh bangsa Indonesia sendiri.Pada suatu lokasi sempit di asumsikan memiliki karakter tanah yang mirip, artinya ketersediaan air yang cukup dan kadar nutrien yang tidak berbeda jauh. Jika lokasi kecil, juga dapat di asumsikan bahwa kadar CO2 gas yang mobile di udara juga akan seragam artinya perbedaan perfomance jenis jenis herba di lokasi tersebut akan sangat di pengaruhi oleh iridiasi cahaya matahari, hasil dari filtering yang dilakukan oleh pohon pohon besar dan topografi di lokasi tersebut.Impatiens atau sering disebut juga inai air merupakan satu-satunya marga dalam suku Balsaminaceae (Pacar-pacaran) yang mempunyai nilai ekonomi (Burkill, 1935; Waller, 1979). Di dunia terdapat 850 jenis (Grey-Wilson, 1980), sedangkan di Indonesia baru diketahui sekitar 50 jenis, tersebar di Jawa 10 jenis (Baker dan Bakhuizen, 1963), sisanya di Sumatera, Papua, dan Sulawesi. Tanaman ini mempunyai bunga yang indah, sepintas mirip anggrek (Mabberley, 1987).Impatiens walleriana dan Impatiens platypetala merupakan jenis Impatiens yang memiliki kekerabatan yang sangat dekat. Berdasarkan sifat tanaman terhadap kebutuhan cahaya, secara umum tanaman hias ini membutuhkan penaungan, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi, yakni pada ketinggian 1-1000 meter di atas permukaan laut. Sugito (1999) mengemukakan pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman terlihat bahwa umumnya bila tanaman tumbuh pada intensitas radiasi matahari terlalu rendah yaitu tanaman lebih tinggi, daun-daun lebih rimbun dan diameter batang lebih kecil. Sebaliknya, bila intensitas terlalu tinggi pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, batang pendek dan daun-daun kecil. Dengan demikian, yang terbaik ialah intensitas yang optimum, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah agar didapatkan pertumbuhan dan hasil yang maksimum. Comment by Asus: italicSpesies ini hidup di lokasi dengan kadar penyinaran yang berbeda-beda, bergradasi dari yang paling gelap ke yang paling terang. Dengan begitu spesies ini diperkirakan akan memperluas permukaan daun untuk menangkap cahaya yang optimum sehingga dapat mengefektifkan fotosintesis. hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui bagaimana hubungan serta perbandingan intensitas cahaya terhadap luasan permukaan daun yang akan mempengaruhi seberapa efektif tumbuhan tersebut dalam melakukan fotosintesis.

Metodologi

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 21 oktober 2012 pada pukul 08.00 15.00 di cibodas. Alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut: canopy scope, kemudian untuk LMA menggunakan koran bekas untuk sample, spidol permanen, map plastik bening transparan, kamera digital, penggaris, laptop, program image J, serta oven. Langkah langkah yang dilakukan dalam pengambilan sampel sebagai berikut: pada lokasi penelitian mencari individu-individu yang ditunjuk sebanyak 30 individu. 30 individu tersebut tumbuh di tempat yang diperkirakan memiliki kadar penyinaran cahaya yang berbeda, bergradasi dari yang paling gelap ke yang paling terang. Tepat diatas individu yang disampling, dilakukan pengukuran intensitas cahaya dengan canopy scope. Bukaan kanopi diukur berdasarkan banyaknya titik pada canopy scope yang jatuh pada langit terbuka, tanpa tercegat oleh daun-daunan. Kemudian mencatat bukaan canopy 30 individu tersebut di buku catatan.Comment by Asus: fungsinya apa? Jangan dibilang koran bekas juga lah dik hahaMemanen daun yang sama dari pangkal daunnya (perbatasan pangkal daun dengan batang/rizom). Menjepit daun ke dalam map transparan, diberi skala berupa penggaris kemudian mengambil gambar objek tersebut. Menganalisis foto yang sudah diambil dengan menggunakan program imageJ untuk menentukan luas daun. Membungkus daun dengan koran bekas dan menandai dengan spidol lalu mengoven daun-daun tersebut. Pengovenan berlangsung selama 72 jam dengan suhu 70oC kemudian menimbang daun-daun yang sudah dioven dengan menggunakan timbangan berpresisi tinggi. LMA dihitung sebagai rasio antara berat kering dengan luas daun (g/m-2)Pada penelitian ini juga mengukur aspek morfologi. Aspek morfologi yang diambil antara lain: LDI= leaf perimeter/leaf area (Leaf Dissection Index) = (Endler& Mc. Lellan,1998). Perimeter daun dihitung dengan menggunakan aplikasi Image-J.

Hasil

Gambar 1 menunjukkan data LDI (Leaf Dissection Area) pada Impatiens platypetala bahwa semakin tinggi intensitas cahaya maka nilai LDI pun akan semakin meningkat hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, berbeda dengan Impatiens walleriana data yang ditunjukkan dari LDI yang telah dihitung adalah bahwa semakin besar intesitas cahaya maka nilai LDI akan semakin menurun, pada grafik terlihat terdapat sedikit penurunan

Gambar 1. Grafik regresi antara besaran LDI dengan bukaan kanopiComment by Asus: grafik dibuat lebih rapih, pas shp cyathea punyaku dulu dikommen ga rapi grafik model begini soalnya

PembahasanComment by Asus: bikin lebih mendetail, masa pembasan ga lebih panjang dtr metode

Berdasarkan hasil penelitian perbandingan antara LDI dengan Intensitas cahaya yang di lakukan di tiga daerah, yaitu daerah ternaung, setengah ternaung, dan tidak ternaung dengan dua spesies dari impatiens yang berbeda maka didapatkan bahwa data LDI (Leaf Dissection Area) pada Impatiens platypetala menunjukan semakin tinggi intensitas cahaya maka nilai LDI pun akan semakin meningkat hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, berbeda dengan Impatiens walleriana data yang ditunjukkan dari LDI yang telah dihitung adalah bahwa semakin besar intesitas cahaya maka nilai LDI akan semakin menurun, pada grafik terlihat terdapat sedikit penurunan, Menurunnya LDI akibat naungan ini diduga disebabkan oleh terhambatnya pertumbuhan tanaman tersebut, terutama daun. Menurut Salisbury dan Ross (1995), daun tunggal pada tanaman yang ternaungi akan lebih lebar dan tipis daripada daun tunggal yang tidak ternaungi. Hal ini sebagai bentuk adaptasi morfologi tanaman untuk memaksimalkan penangkapan cahaya dengan intensitas rendah. Meskipun terjadi penambahan luas pada daun tunggal, tetapi karena berkurangnya jumlah daun menyebabkan LDI yang kecil. Berdasarkan perbandingan tersebut dapat disimpulkan pada daun Impatiens platypetala memiliki kemampuan untuk menangkap energi foton lebih besar akibatnya luas permukaan yang lebih besar untuk menangkap cahaya menjadi lebih banyak dengan mengefektifkan luasan permukaan daun (Leigh et al,2011) dengan semakin besarnya luasan permukaan daun tersebut maka Impatiens platypetala memiliki kemampuan fotosintesis yang lebih efektif dibandingkan dengan Impatiens walleriana.

Ucapan Terima Kasih

Tiada kata yang pantas kami ucapkan sebagai rasa terima kasih atas selesainya jurnal ini, selain ucapan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya ungkapan terima kasih, kami tujukan kepada orang-orang yang banyak membantu kami, dan memberikan pengarahan, motivasi, bimbingan, serta semangat maupun saran yang kami terima dari semua pihak, sehingga setiap kesulitan yang dihadapi dapat teratasi. Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati, kami mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada Bapak Agung Sedayu S.Si M.Sc. selaku dosen pembimbing, Para mentor dan alumni, Teman-teman panitia yang telah menyediakan tenaga dan waktunya serta Teman-teman kelompok tematik yang telah bekerjasama dengan baik dalam menyelesaikan jurnal kita bersama.

Daftar pustaka

Backer, C.A. and R.C. Bakhuizen van den Brink, Jr. 1963. Flora of Java. Volume 1. Groningen: Nordhoof. Burkill, I.H. 1935. A dictionary of the Economic Products of the Malay Penninsula. London: Government of the Straits Settlements and Federataed Malay Straits by the Crown Agents for the Colonies. Grey-Wilson, C. 1980. Impatiens of Africa. Rotterdam: A.A. Balkema.Mabberley, D.J. 1987. The Plant Book, A Portable Dictionary of the Highe Plants. Cambridge: Cambridge University Press. Mc.Lellan.Endler.John. 1998. The Relavites Success of Some Methode for Measuring and Describing the Shape of Complex Object. Systematic Biology 47:264-281.Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB, Bandung.Comment by Asus: tiap judul buku dibikin italicSugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Malang. hal. 4 - 40 Waller M.D., 1979. The relative costs of self and cross fertilized seeds in Impatiens capensis (Balsaminaceae). American Journal of Botany 66 (3): 313-319.