Upload
buicong
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGANTEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU
PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN
KEBERADAAN JENTIKAEDES AEGYPTI DI KELURAHAN BENDA
BARU KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh :
Ika Amalia Putri
1111101000077
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015
i
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Skripsi, 4Desember 2015
Ika Amalia Putri, NIM : 1111101000077
Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dan Perilaku Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di
Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun 2015
xviii+ 79halaman, 15tabel, 4 gambar, 3 bagan, 7 lampiran
ABSTRAK
Kelurahan Benda Baru merupakan salah satu kelurahan denganIncidence
Rate DBDJanuari-Juli 2015tertinggidi wilayah kerja Puskesmas Benda Baru yakni
57,12 per 100.000 penduduk.Kasus DBD yang tinggi mengindikasikan
keberadaan jentik Aedes aegypti. Meskipun begitu, terdapat kesenjangan antara
nilai ABJ yang tinggi (99%) dengan kasus DBD. Keberadaan jentik vektor DBD
sangat tergantung dari keberadaan tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti serta
perilaku masyarakat pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tempat perindukan
nyamuk dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan keberadaan
jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda BaruKota Tangerang Selatantahun 2015.
Desain Penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel diambil
sebanyak 128 Rumah Tangga. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
Stratified Random Sampling. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan
data primer berupa observasi dan wawancara. Waktu penelitian dilaksanakan
Agustus -Oktober 2015.
Hasil penelitian terhadap keberadaan jentik Aedes aegypti 21,1%. Hasil
analisis uji statistik menunjukkan bahwa terdapat variabel yang berhubungan
dengan keberadaan jentik Aedes aegypti yakni menguras tempat penampungan air
(p value 0,000) dan menutup tempat penampungan air (p value 0,000). Serta
beberapa variabel yang tidak berhubungan yakni tempat perindukan nyamuk,
mengubur barang bekas, penggunaan abate dan memelihara ikan pemakan jentik
(pvalue> 0,05).
Berdasarkan hasil tersebut masyarakat disarankan untuk mengurangi
tempat perindukan nyamuk, menguras TPA secara rutin, serta segera menutup
rapat TPA setelah digunakan. Pihak Puskesmas pun diharapkan dapat
meningkatkan koordinasi dengan masyarakat dan kader dalam pengecekan jentik
nyamuk secara rutin sehingga dapat memberantas vektor penyakit DBD.
Daftar Bacaan : 60 ( 1971 – 2014)
Kata Kunci : Keberadaan Jentik Aedes aegypti, Perilaku Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN), Tempat Perindukan Nyamuk
iii
STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA SYARIF HIDAYATULLAH
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Undergraduated Thesis, 4 December 2015
Ika Amalia Putri, NIM: 1111101000077
Correlation Breeding Places and Behavior Mosquito Eradication Nest (PSN) with
Existence of Aedes aegypti Larvae in the Village of Benda Baru Tangerang
Selatan City 2015
xviii + 79pages, 15tables, 4 figures, 3 charts, 7attachment
ABSTRACT
Based on government report informed, Benda BaruVillage is one of the
villagesthat has highest incident rate(57,12 per 100.000 population) of dengue
than other villages in working area of Benda Baru Public health community from
January - July 2015. High dengue cases indicatepresence of Aedes aegypti.
However, there is inconsistent between the ABJ number (99%) toward dengue
cases. The existence of dengue vector dependon the presence of Aedes aegypti
mosquito breeding places and people's behavior toward eradication of mosquito
nest (PSN).
This study aims to determine the relationship of the mosquito breeding
places and eradication of mosquito nest (PSN) behavior by the presence of Aedes
aegypti Benda Baru Village 2015. The study used cross sectional design. There
are 128 Household as samples in this study that is chosen by Stratified Random
Samplingtechnique. Observation and interviews are the methods used to collect
the primary datas,such as observation and interviews. The research was conducted
from August to October 2015.
The study determined presence of Aedes aegypti is 21.1%. Statistical
analysis show thedrain water reservoirs behaviour (p value 0.000) and close the
water reservoirs (p value 0.000) related to As well as some of the variables that
are not related the breeding places of mosquitoes, on the other hand, bury the
thrift, abate and maintain the use of fish-eating larvae (p value> 0.05) are not
related with the variables breeding places of mosquitoes,.
According to results, advised to reduce mosquito breeding places, drain
regular landfill, and immediately shut the landfill after use. The public health
community is also expected to improve coordination with the public and cadres in
checking the mosquito larvae regularly to eradicate the vector of dengue disease.
Reading List: 60 (1971 - 2014)
Keywords: Existence of Aedes aegypti Larvae, Behavior Mosquito Eradication
Nest (PSN), Breeding Places
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
Nama : Ika Amalia Putri
Tempat,Tanggal Lahir : Sungailiat, 15November 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Ahmad Yani Jalur 2 Depan Pengadilan
Agama Sungailiat - Bangka
Telepon : 081368620910
Email : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
2011 – 2015 : Kesehatan Masyarakat Peminatan
Kesehatan Lingkungan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2008 – 2011 : SMA Negeri 1 Sungailat (IPA)
2005 – 2008 : SMP Negeri 2 Sungailiat
1999 – 2005 : SD Negeri 1 Sungailiat
vii
C. Pengalaman Organisasi
2013-2014 : Ketua Divisi Forum Silaturahim
Environmental Health Student
Association (ENVIHSA) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2013 : Ketua Divisi Pengembangan Masyarakat
Badan Eksekutif Mahasiswa Program
Studi (BEM Prodi ) Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2011-2012 : Anggota Divisi Partnership and
Relationship Badan Eksekutif Mahasiswa
Program Studi (BEM Prodi ) Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penelitidapat menyelesaikan skripsi
dengan judul Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dan Perilaku
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Aedes
Aegypti di Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun 2015tepat
waktu dan tanpa adanya halangan yang berarti. Selain itu, shalawat dan salam
teruntuk Nabi Muhammad SAW.
Sehubungan dengan penyusunan skripsi ini, penelitibanyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu peneliti ingin mengungkapkan rasa
terima kasih kepada :
1. Ayahanda Bahuri dan Ibunda Zunainah, yang tak henti-hentinya
memberikan doa serta dukungan moral maupun material kepada
peneliti. Serta menjadi penyejuk dan sumber semangat bagi peneliti.
2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta
dosen pembimbing I yang senantiasa memberikan arahan dan masukan
dan dukungan moral dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Fase Badriah, Ph.D dan Hoirun Nisa, M.Kes, Ph.D selaku dosen
pembimbing II yang telah selalu memberikan semangat, arahan dan
bimbingan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
ix
5. Iryan Asanewati, Masda Hilmi Adesyaputra, Firda Aulia dan
keponakan tersayang Yuri, Devan, Rifqy yang selalu menjadi
penyemangat dan dukungan bagi peneliti dalam penyusunan skripsi.
6. Meta, Lifi, Ayuri, Rini, Fuji, Nurul, Ibnu, Putri, Shela, Andini, Emalia,
Lilik dan Hanber yang senantiasa mencurahkan motivasi serta doa
dalam penyusunan skripsi.
7. Keluarga Peminatan Kesehatan Lingkungan 2011 (Cepol, Lifi, Pewe,
Shela, Efri, Onoy, Ayu, Tika, Ibnu, Almen, Rois, Chandra, Ila, Ibet,
Awaliyah, Sarah Ajeng, Eka, Ikoh, Feela, Hari, Rahmatika, Niken,
Ukhfiya)
8. Seluruh teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat 2011.
Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
guna penyempurnaanskripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak
pihak.
Jakarta, Desember2015
Peneliti
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 5
D. Tujuan .......................................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
F. Keaslian Penelitian ....................................................................................... 7
G. Ruang Lingkup ........................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11
A. Nyamuk Aedes aegypti ............................................................................... 11
1. Perilaku Menggigit.................................................................................. 12
xi
2. Perilaku Istirahat ..................................................................................... 12
3. Jangkauan Terbang ................................................................................. 13
B. Siklus Hidup dan Morfologi Nyamuk Aedes aegypti ................................ 13
1. Telur Aedes aegypti................................................................................. 15
2. Jentik Aedes aegypti ................................................................................ 16
3. Pupa Aedes aegypti ................................................................................. 17
4. Aedes aegypti Dewasa............................................................................. 18
C. Tempat Perindukan (Breeding Places) Nyamuk Aedes Aegypti ................ 18
1. Metode Survei Jentik .............................................................................. 20
2. Indeks Nyamuk Aedes aegypti ............................................................... 21
D. Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Aedes aegypti.............. 23
1. Fisik......................................................................................................... 24
2. Biologi..................................................................................................... 26
3. Kimia....................................................................................................... 26
E. Kerangka Teori........................................................................................... 28
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............ 29
A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 30
B. Definisi Operasional................................................................................... 32
C. Hipotesis ..................................................................................................... 34
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 35
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 35
xii
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 35
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 36
D. Teknik pengambilan sampel ...................................................................... 37
E. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 38
F. Instrumen Penelitian................................................................................... 39
G. Metode Pengolahan Data ........................................................................... 40
H. Analisis Data .............................................................................................. 40
BAB V HASIL .................................................................................................... 43
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 43
B. Analisis Univariat....................................................................................... 44
1. Keberadaan Jentik Aedes aegypti ............................................................ 44
2. Tempat Perindukan Nyamuk .................................................................. 45
3. Menguras Tempat Penampungan Air ..................................................... 46
4. Menutup Tempat Penampungan Air ....................................................... 48
5. Mengubur Barang Bekas......................................................................... 48
6. Penggunaan Abate .................................................................................. 49
7. Memelihara Ikan Pemakan Jentik ........................................................... 50
C. Analisis Bivariat ......................................................................................... 51
1. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Tempat
Perindukan Nyamuk................................................................................ 51
xiii
2. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku
Menguras Tempat Penampungan Air ..................................................... 52
3. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku
Menutup Tempat Penampungan Air ....................................................... 53
4. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku
Mengubur Barang Bekas......................................................................... 55
5. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku
Penggunaan Abate .................................................................................. 56
6. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku
Memelihara Ikan Pemakan Jentik ........................................................... 57
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 58
A. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 58
B. Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015 . 58
C. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Tempat perindukan Nyamuk
di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015 .............................................................. 60
D. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015 ........................ 62
1. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Menguras Tempat
Penampungan Air.................................................................................... 62
2. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Menutup Tempat
Penampungan Air.................................................................................... 65
xiv
3. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Mengubur Barang
Bekas ....................................................................................................... 68
4. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Penggunaan
Abate ....................................................................................................... 70
5. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Memelihara Ikan
Pemakan Jentik ....................................................................................... 71
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 74
A. Simpulan .................................................................................................... 74
B. Saran ........................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 77
LAMPIRAN ......................................................................................................... 84
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Keaslian Penelitian ..................................................................................... 9
Tabel 2 Definisi Operasional ................................................................................ 32
Tabel 3 Jumlah Sampel per RW Yang Akan Diambil .......................................... 38
Tabel 4Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru
Tahun 2015 ............................................................................................. 45
Tabel 5Distribusi Tempat Perindukan Nyamuk di Kelurahan Benda Baru Tahun
2015......................................................................................................... 45
Tabel 6Distribusi Jenis Tempat Perindukan Nyamuk Berdasarkan Keberadaan
Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015 ................. 46
Tabel 7Distribusi Perilaku Responden dalam Menguras Tempat Penampungan Air
di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015.................................................... 47
Tabel 8Distribusi Frekuensi dan Cara Menguras Tempat Penampungan Air
Berdasarkan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru
Tahun 2015 ............................................................................................. 47
Tabel 9Distribusi Perilaku Responden dalam Menutup Tempat Penampungan Air
di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015.................................................... 48
Tabel 10Distribusi Perilaku Responden dalam Mengubur Barang Bekas di
Kelurahan Benda Baru Tahun 2015 ..................................................... 48
Tabel 11Distribusi Jenis Barang Bekas di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015... 49
Tabel 12Distribusi Perilaku Responden dalam Penggunaan abate di Kelurahan
Benda Baru Tahun 2015 ....................................................................... 49
xvi
Tabel 13Distribusi Frekuensi Dan Takaran Penggunaan Abate Berdasarkan
Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun
2015 .................................................................................................... 50
Tabel 14Distribusi Perilaku Responden dalam Memelihara Ikan Pemakan Jentik
di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015 ................................................. 50
Tabel 15Distribusi Jenis Ikan Pemakan Jentik di Kelurahan Benda Baru Tahun
2015 ...................................................................................................... 51
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Daur Hidup Nyamuk Aedes aegypti ..................................................... 14
Gambar 2 Telur Aedes aegypti .............................................................................. 16
Gambar 3 Jentik Aedes aegypti ............................................................................. 17
Gambar 4 Pupa Aedes aegypti............................................................................... 17
xviii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Cara Pemberantasan DBD ...................................................................... 23
Bagan 2 Kerangka Teori ....................................................................................... 28
Bagan 3 Kerangka Konsep .................................................................................... 31
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit menular berbasis vektor menjadi salah satu masalah
kesehatan bagi negara tropis. Indonesia merupakan salah satu
negarakepulauan yang terletak di garis khatulistiwa dengan iklim tropis.
Dengan karakterisitik tersebutIndonesia memiliki potensi penyakit
menular berbasis vektor seperti demam berdarah dengue (DBD)
(Sumantri, 2010). Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular
berbahaya dengan penyebaran yang cepat serta dapat menimbulkan
pendarahan hingga menyebabkan kematian bagi penderita (CDC, 2009).
Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya(Kemenkes, 2010).
Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World
Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara
dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (WHO, 2009 dan
Kemenkes, 2010).
Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia 2013, Indonesia
mengalami peningkatan jumlah kasus DBD pada tahun 2013 dibandingkan
tahun 2012 dari 90.245 kasus menjadi 112.511 kasus dengan Incidence
Rate (IR)tahun 2012 – 2013 sebesar37,27 - 45,85 (per 100.000). Salah satu
provinsi yang mengalami peningkatan IR DBD adalah di Provinsi Banten
pada tahun 2013 mencapai 37,20 per 100.000 penduduk
2
2
dari tahun sebelumnya sebesar 32,69 per 100.000 penduduk(Profil
Kesehatan Indonesia 2012-2013).
Tangerang Selatan merupakan kota di Provinsi Banten yang
endemis DBD. Pada tahun 2013 diketahui jumlah kasus DBD di Kota
Tangerang Selatan mengalami kenaikan sebanyak 985 kasus penderita
(IR= 67,8 per 100.000 penduduk) dari tahun sebelumnya yakni 837 kasus
(IR= 60 per 100.000 penduduk). Selain itu, terjadi peningkatan Case
Fatality Rate (CFR) pada tahun 2013 yakni 0,77% dari tahun sebelumnya
0,59% (Dinkes Tangerang Selatan, 2013).
Dari tujuh kecamatan di Kota Tangerang Selatan terdapat tiga
kecamatan dengan kasus DBD tertinggi yakni Kecamatan Pamulang,
Pondok Aren dan Ciputat. Pamulang menjadi kecamatan paling endemis
DBD di Tangerang Selatan yakni 190 kasus (IR= 60,33 per 100.000
penduduk). Puskesmas Benda Baru menjadi puskesmas dengan kasus
DBD tertinggi di Kecamatan Pamulang dengan kasus mencapai 92 kasus
(IR= 82 per 100.000penduduk) dan CFR sebesar 2,2 %pada tahun 2013
(Dinkes Tangerang Selatan, 2013). Akan tetapi, terjadi peningkatan
jumlah kasus DBD pada tahun 2014 menjadi 148 kasus (IR= 131,91 per
100.000penduduk) (Puskesmas Benda Baru, 2014).
Menurut data laporan bulan Januari – Juli 2015 Kelurahan Benda
Baru merupakan daerah dengan IR DBD tertinggi pada wilayah kerja
Puskesmas Benda Baru yakni 57,12 per 100.000 penduduk(Puskesmas
Benda Baru, 2015). Kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru
tidak disertai dengan rendahnya angka bebas jentik (ABJ). Berdasarkan
3
profil Kesehatan Dinas Kesehatan Tangerang Selatan tahun 2013 diketahui
bahwa ABJ di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru 99% (≥ 95 %). Hal
ini berarti terdapat kesenjangan antara jumlah kasus DBD yang tinggi
dengan ABJ tinggi yang telah melebihi target ABJ Departemen Kesehatan
Indonesia.
Kejadian DBD dipengaruhi oleh kepadatan populasi jentikAedes
aegypti. Keberadaanjentik vektor DBD sangat tergantung dari keberadaan
tempat perindukan nyamuk (breeding places)Aedes aegypti(Sari dan
Darnoto, 2012). Tempat potensial untuk perindukan nyamuk Aedes
aegypti adalah natural container (tempat perindukan alami), seperti
lubang di pohon, batok kelapa, atau lubang breeding di batu dan artificial
container (tempat perindukan buatan) seperti bak mandi, ember, kaleng
bekas, botol, drum, atau toples (Trpis dkk, 1971 dan Ditjen P2PL,
2014).Berdasarkan penelitian Laila dkk (2014) diketahui bahwa sumur
(natural container) dan gentong (artificial container ) merupakan tempat
yang paling potensial dalam perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
Selain tempat perindukan nyamuk, perilaku masyarakat dalam
pelaksanaan pencegahan dan pemberantasanDBD juga berhubungan
dengan keberadaan jentikAedes aegypti (Sari dan Darnoto, 2012).Perilaku
masyarakat merupakan bentuk respon atau reaksi manusia, baik bersifat
pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan
yang nyata atau practice). Respon yang aktif berpengaruh dalam
pencegahan DBD (Suyasa dkk,2007).Khususnya, perilaku masyarakat
sangat berkaitan erat dengan keberadaanjentik di rumahnya (Yudhastuti
4
dkk, 2005).Hal ini didukung oleh beberapa penelitian yang membuktikan
bahwa faktor perilaku berhubungan dengan keberadaan vektor DBD dan
keberadaan jentik vektor DBD (Sari dan Darnoto, 2012). Dalam hal ini,
perilaku pemberantasan jentik nyamuk DBD dikenal dengan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan dengan cara fisik
seperti langkah 3M (Mengubur, menguras dan menutup tempat
penampungan air), biologi dengan memelihara ikan pemakan jentik serta
dengan cara kimia yakni menggunakan insektisida pembasmi jentik
(larvasida/abate) (Depkes RI, 2005). Menurut Widagdo dkk (2008),
Perilaku PSN memiliki hubungan yang bermakna dengan jumlah jentik di
tempat penampungan air. Penelitian lain juga membuktikan bahwa
terdapat hubungan antara perilaku ibu dengan keberadaan jentik Aedes
aegypti (Sari dan Kurniawan, 2012).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa penting untuk
dilakukan penelitian di Kelurahan Benda Baru mengenai tempat
perindukan nyamuk dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
dengan keberadaan jentikAedes aegypti.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan tahun 2013 diketahui bahwa di wilayah kerja
Puskesmas Benda Baru merupakan daerah dengan jumlah kasus DBD
tertinggi di Tangerang Selatan yakni 92 kasus (IR= 82 per
100.000penduduk) dan CFR sebesar 2,2 %. Pada tahun 2014, terjadi
5
peningkatan jumlah kasus DBD di Puskesmas Benda Baru menjadi 148
kasus (IR= 131,91 per 100.000penduduk) dari tahun sebelumnya dan CFR
sebesar 1,4 % (Puskesmas Benda Baru, 2014). Kelurahan Benda Baru
menurut data laporan bulan Januari – Juli 2015 merupakan daerah dengan
IR DBD tertinggi pada wilayah kerja Puskesmas Benda Baru yakni 57,12
per 100.000 penduduk.Berdasarkan profil Kesehatan Dinas Kesehatan
Tangerang Selatan tahun 2013 diketahui bahwa ABJ di wilayah kerja
Puskesmas Benda Baru 99% (≥ 95%).
Kasus DBD yang tinggi di Kelurahan Benda Baru
mengindikasikan keberadaan jentik Aedes aegypti. Keberadaan jentik
vektor DBD sangat tergantung dari keberadaan tempat perindukan nyamuk
(breeding places) Aedes aegypti serta perilaku masyarakat pemberantasan
sarang nyamuk (PSN). Adapun tempat potensial untuk perindukan
nyamuk Aedes aegypti adalah natural container(tempat perindukan
alamiah)dan artificial container (tempat perindukan buatan).Berdasarkan
masalah diatas, penulis ingin mengetahui hubungan tempat perindukan
nyamuk dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan
keberadaan jentikAedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran umum lokasi penelitian ?
2. Bagaimana keberadaan tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti di
Kelurahan Benda Baru tahun 2015 ?
6
3. Bagaimana perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di
Kelurahan Benda Baru tahun 2015 ?
4. Bagaimana keberadaan jentik Aedes Aegypti di Kelurahan Benda Baru
tahun 2015?
5. Apakah ada hubungan tempat perindukan nyamuk dengan keberadaan
jentik Aedes Aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015?
6. Apakah ada hubungan perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
dengan keberadaan jentik Aedes Aegypti di Kelurahan Benda tahun
2015?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahuihubungan tempat perindukan nyamuk dan
perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan keberadaan
jentikAedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahuigambaran umum lokasi penelitian.
b. Mengetahui keberadaan tempat perindukan nyamukAedes
aegyptidi Kelurahan Benda Barutahun 2015.
c. Mengetahui perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN)di
Kelurahan Benda Barutahun 2015.
d. Mengetahui keberadaan jentikAedes aegypti di Kelurahan Benda
Barutahun 2015.
7
e. Mengetahui hubungan tempat perindukan nyamuk dengan
keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun
2015.
f. Mengetahui hubungan perilaku pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda
tahun 2015.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi dan pengetahuan bagi masyarakat mengenai
tempat potensial perindukan nyamuk Aedes aegypti.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai informasi bagi Puskesmas tentang hubungan tempat
perindukan nyamuk dan perilaku PSN terhadap keberadaan jentik
Aedes aegypti sehingga dapat menjadi masukan dalam pengendalian
vektor demam berdarah dengue di Kelurahan Benda Baru.
3. Bagi peneliti lain
Sebagai informasi dan referensi dalam penelitian selanjutnya
mengenai tempat potensial perkembangbiakan nyamuk dengan
keberadaan jentik Aedes aegypti .
F. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian tentang tempat perindukan nyamuk, perilaku
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan keberadaan jentik Aedes
8
aegyptitelah dilakukan di berbagai daerah. Namun demikian, terdapat
beberapa perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang
akan dilakukan. Adapun perbedaan tersebut meliputi tempat penelitian
yang belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya, waktu penelitian serta
variabel yang akan diteliti. Beberapa hal yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut :
a. Variabel Independen pada penelitian ini adalah tempat perindukan
nyamuk dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk meliputi menguras
tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, mengubur
barang bekas, memelihara ikan pemakan jentik, penggunaan abate.
Variabel yang berbeda dengan penelitian sebelumnya adalah perilaku
pemberantasan sarang nyamuk bukan merupakan variabel komposit.
b. Tempat penelitian akan dilaksanakan di Kelurahan Benda Baru
Tangerang Selatan. Tempat penelitian ini berbeda dengan tempat
penelitian sebelumnya.
c. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada tahun 2015. Dalam hal ini
waktu penelitian berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu yang terkait
dengan tempat perindukan nyamuk, perilaku pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) dan keberadaan jentik Aedes aegypti.
9
Tabel 1 Keaslian Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tahun &Tempat
Penelitian Desain Penelitian Variabel Penelitian Hasil
1 Hubungan Breeding
Place dan Perilaku
Masyarakat dengan
Keberadaan Jentik
Vektor Dbd Di Desa
Gagak Sipat
Kecamatan
Ngemplak Kabupaten
Boyolali
Dhina Sari
dan Sri
Darnoto
Tahun 2012 di Desa
Gagak Sipat
Kecamatan
Ngemplak
KabupatenBoyolali
Cross Sectional Variabel Dependen:
Keberadaan Jentik Vektor
DBD
Variabel Independen:
tempat perindukan nyamuk,
perilaku masyarakat
- Ada hubungan antara
Tempat Perindukan
Nyamuk (p=0,001) serta
Perilaku Masyarakat
(p=0,022) dengan
keberadaan jentik vektor
DBD
2 Hubungan Kondisi
Lingkungan,
Kontainer, dan
Perilaku Masyarakat
dengan Keberadaan
Jentik Nyamuk Aedes
aegypti diDaerah
Endemis Demam
Berdarah Dengue
Surabaya
Ririh
Yudhastuti
dan Anny
Vidiyani
Tahun 2005 di
KelurahanWonokusu
o,Kec.SemampirKota
Surabaya
Cross Sectional Variabel Dependen
:keberadaan jentik nyamuk
Aedes aegypti
Variabel Independen:kondisi
lingkungan meliputi : suhu
udara, kelembaban udara,
jenis kontainer serta perilaku
masyarakat
- Ada hubungan antara
Kelembaban
udara(p=0,000) Jenis
kontainer (p=0,004)
Pengetahuan (p=0,001)
serta tindakan
(p=0,001)dengan
keberadaan jentik Aedes
aegypti.
- Tidak ada hubungan
antara Suhu Udara
(p=0,591) Sikap (p=0,113)
dengan keberadaan jentik
Aedes aegypti.
10
G. Ruang Lingkup
Penelitian ini bertujuanuntuk melihat hubungan tempat perindukan
nyamuk dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan
keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru. Penelitian
inidilaksanakan di Kelurahan Benda Baru pada Agustus -Oktober 2015
dengan sampel penelitian yakni anggota rumah tangga yang bertempat
tinggal di Kelurahan Benda Baru. Pengambilan sampel dilakukan dnegan
teknik Stratified Random Sampling.Variabel yang diteliti yakni variabel
independen (tempat perindukan nyamuk dan perilaku pemberantasan
sarang nyamuk) dan variabel dependen (keberadaan jentik Aedes aegypti).
Penelitian ini menggunakan desain studicross sectional, dimana variabel
independen dan dependen diteliti dalam waktu yang bersamaan. Data
perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dikumpulkan menggunakan
teknik wawancara yakni dengan instrumen penelitian kuesioner.
Sedangkan data tempat perindukan nyamuk dan keberadaan jentik Aedes
aegypti menggunakan metode observasi jentik dengan lembar observasi
sebagai instrumen penelitian.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Nyamuk Aedes aegypti
Aedes merupakan jenis vektor utama yang dapat membawa virus
dengue penyebab penyakit demam berdarah(Widoyono dkk, 2008). Aedes
aegypti mendapat virus dengue sewaktu menghisap darah orang yang sakit
Demam Berdarah Dengue atau tidak sakit tetapi didalam darah nya
terdapat virus dengue. Seseorang yang didalam darahnya mengandung
virus dengue merupakan sumber penularan penyakit Demam Berdarah.
Selanjutnya, virus mereplikasi diri dan menyebar ke seluruh jaringan
tubuh nyamuk termasuk kelenjar liur. Virus ini dapat berada dalam tubuh
nyamuk sepanjang hidupnya. Sebelum menghisap darah, nyamuk ini akan
mengeluarkan air liur melalui proboscis) agar darah yang dihisap tidak
membeku bersamaan dengan air liur tersebut virus dengue dipindahkan
dari nyamuk ke orang lain (WHO, 2009).
Aedes aegyptitersebar luas di wilayah tropis dan subtropis. Di
Indonesia, nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di dataran rendah dan di
pusat-pusat penduduk yang padat (Achmadi, 2012). Dalam penularan
penyakit DBB, nyamuk Aedes aegypti memiliki beberapa karakteristik
seperti perilaku mengigit, perilaku beristirahat serta jangkauan terbang
nyamuk untuk meyebarkan virus dengue(Soedarmo, 1988).
12
1. Perilaku Menggigit
Perilaku menggigit nyamuk Aedes aegypti yaitu pada pagi
hingga sore hari, yaitu pada pukul 08.00-12.00 dan pukul 15.00-
17.00. Nyamuk lebih banyak menggigit di dalam rumah daripada
di luar rumah (Silalahi L, 2004). Nyamuk betina sangat
menyenangi darah manusia. Hal ini disebabkan karena pada siang
hari orang sedang aktif, sehingga nyamuk yang menggigit
seseorang belum tentu kenyang. Orang tersebut sudah bergerak,
nyamuk terbang menggigit orang lain lagi sampai cukup darah
untuk pertumbuhan dan perkembangan telurnya. Nyamuk Aedes
aegypti mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali
(multiple bites) dalam satu siklus gonotropik untuk memenuhi
lambungnya dengan darah guna pertumbuhan dan perkembangan
telurnya (WHO, 2005)
2. Perilaku Istirahat
Kebiasaan hinggap istirahat nyamuk lebih banyak di dalam
rumah, yaitu pada benda-benda yang bergantungan, berwarna
gelap dan tempat-tempat lain yang terlindung, juga di dalam
sepatu. Setelah menghisap darah, nyamuk akan hinggap (istirahat)
di dalam atau di luar rumah berdekatan dengan tempat
perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang agak gelap dan
lembab. Di tempat tersebut nyamuk menunggu proses pematangan
telurnya. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai,
13
nyamuk betina akan meletakkan telurnya di dinding tempat
perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air. Pada
umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu + 2 hari
setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat
mengeluarkan telur sebanyak 100 butir (Depkes RI, 2005).
3. Jangkauan Terbang
Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dewasa
dipengaruhi oleh sejumlah faktor termasuk keberadaan tempat
bertelur dan darah sebagai makanan. Aedesaegypti dapat terbang di
udara dengan kecepatan 5,4 kilometer perjam. Tetapi bila
berlawanan angin kecepatannya turun mendekati nol. Jarakterbang
Aedes aegypti berkisar antara 40 – 100 meter dari tempat
perindukannya (Soeroso, 2002).
Walaupun demikian, penelitian terbaru di Puerto Rico
menunjukkan bahwa nyamuk Aedes aegypti betina dewasa
menyebar lebih dari 400 meter untuk mencari tempat bertelur.
Penyebaran pasif nyamuk Aedes aegypti dewasa dapat terjadi
melalui telur dan jentik dalam wadah (Depkes RI, 2004a).
B. Siklus Hidup dan Morfologi Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti memiliki siklus hidup sempurna. Siklus
hidup nyamuk ini terdiri dari empat fase, mulai dari telur, jentik, pupa dan
kemudian menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk Aedes aegypti meletakkan
14
telur pada permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk elips
berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1
sampai 2 hari menjadi jentik.
Terdapat empat tahapan dalam perkembangan jentik yang disebut
instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5
hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana
jentik memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum
akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur
hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 8 hingga 10 hari, namun
dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung.
Sumber : Depkes 2005
Gambar 1. Daur Hidup Nyamuk Aedes aegypti
15
Berikut merupakan morfologi dari nyamuk Aedes aegypti:
1. Telur Aedes aegypti
Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar 100
butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 mm per butir. Ketika pertama kali
dikeluarkan oleh induk nyamuk, telur Aedes aegypti berwarna putih dan
lunak. Telur tersebut kemudian menjadi berwarna hitam dan keras. Telur
tersebut berbentuk ovoid yang meruncing dan selalu diletakkan satu per
satu. Induk nyamuk biasanya meletakkan telurnya di dinding tempat
penampungan air, seperti gentong, lubang batu dan lubang pohon di atas
garis air (Depkes RI. 2004b.).
Telur Aedes aegypti dapat bertahan pada kondisi kering pada waktu
dan intensitas yang bervariasi hingga beberapa bulan. Jika tergenang
dalam air, beberapa telur mungkin menetas dalam beberapa menit,
sedangkan yang lain mungkin membutuhkan waktu lama terbenam dalam
air. Penetasan telur berlangsung dalambeberapa hari atau minggu. Telur-
telur Aedes aegypti dapat berkembang pada habitat kontainer kecil yang
rentan terhadap kekeringan. Telur Aedes aegypti paling banyak
diletakkan pada ketinggian 1,5 cm diatas permukkan air, dan semakin
tinggi dari permukaan air atau semakin mendekati permukaan air
jumlahnya semakin sedikit (Ditjen P2PL, 2014).
16
Sumber : Departemen Kesehatan RI , 2014
Gambar 2. Telur Aedes aegypti
2. Jentik Aedes aegypti
JentikAedes aegypti memiliki sifon yang pendek, dan hanya ada
sepasang sisik subsentral yang jaraknya lebih dari ¼ bagian dari pangkal
sifon. Ciri-ciri tambahan yang membedakan jentik Aedes aegypti dengan
genus lain adalah sekurang-kurangnya ada tiga pasang setae pada sirip
ventral, antena tidak melekat penuh dan tidak ada setae yang besar pada
toraks. Ciri ini dapat membedakan jentik Aedes aegypti dari umumnya
genus Culicine,kecuali Haemagogus dari Amerika Selatan. JentikAedes
aegypti. bergerak aktif, mengambil oksigen dari permukaan air dan makan
pada dasar tempat perkembangbiakan ((Ditjen P2PL, 2014).).
Ada empat tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan jentik
tersebut, yaitu (Ditjen PPM & PLP, 1996):
1) Instar I : berukuran paling ksecil, yaitu 1-2 mm
2) Instar II : ukuran 2,5 – 3,8 mm
3) Instar II : lebih besar sedikit dari larva instar II
4) Instar IV : berukuran paling besar 5 mm
17
Sumber : Departemen Kesehatan RI , 2014
Gambar 3. JentikAedes aegypti
3. Pupa Aedes aegypti
Stadium pupa atau kepompong merupakan fase akhir siklus
nyamuk dalam lingkungan air. Stadium ini membutuhkan waktu sekitar 2
hari pada suhu optimumatau lebih panjang pada suhu rendah. Pada fase ini
adalah periode waktu atau masa tidak makan dan sedikit bergerak(Ditjen
P2PL, 2014).
Pupa biasanya mengapung pada permukaan air di sudut atau tepi-
tepi tempat perindukan.Ketika pertama kali muncul, pupa Aedes aegypti
berwarna putih, akan tetapidalam waktu singkat pigmennya berubah. Pupa
Aedes aegypti berbentuk koma(Ditjen PPM& PLP, 1996).
Sumber : Departemen Kesehatan RI , 2014
Gambar 4. Pupa Aedes aegypti
18
4. Aedes aegypti Dewasa
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan
tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik
dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung tubuhnya tampak
dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri
dari spesies ini. Pada umumnya, sisik-sisik pada tubuh nyamuk mudah
rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-
nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar
populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yangdiperoleh
nyamuk selama perkembangan.
Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal
ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan
terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri
ini dapat diamati dengan mata telanjang. Aedes aegyptibentuk domestik
lebih pucat dan hitam kecoklatan(Ditjen P2PL, 2014).
C. Tempat Perindukan (Breeding Places) Nyamuk Aedes Aegypti
Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk yang hidup dan
ditemukan di negara-negara yang terletak antara 350 Lintang Utara dan 35
0
Lintang Selatan pada temperatur udara paling rendah sekitar 100 C. Pada
musim panas, spesies ini kadang-kadang ditemukan di daerah yang terletak
sampai sekitar 450 Lintang Selatan. Selain itu ketahanan spesies ini juga
tergantung pada ketinggian daerah yang bersangkutan dari permukaan laut.
Biasanya spesies ini tidak ditemukan di daerah dengan ketinggian lebih
19
dari 1000 meter diatas permukaan laut. Dengan ciri highly anthropophilic
dan kebiasaan hidup di dekat manusia. Aedes aegypti dewasa menyukai
tempat gelap yang tersembunyi di dalam rumah sebagai tempat
beristirahatnya, nyamuk ini merupakan vektor efisien bagi arbovirus
(Depkes RI, 2004b).
Tempat perkembangbiakan Aedes aegypti adalah tempat
penampungan air yang mengandung air jernih atau air yang sedikit
terkontaminasi. Aedes aegyptilebih menyukai tempat yang tidak terkena
matahari langsung dan tidak dapat bertahan hidup pada tempat perindukan
yang berkontak langsung dengan tanah(Hasyimi, 2004).
Nyamuk Aedes aegypti hidup dan berkembang biak pada tempat–
tempat penampungan air bersih. Trpis et.al (1971) mengklasifikasikan
tempat perkembangbiakan Aedes aegypti yakni natural breeding places
(tempat perindukan nyamuk alamiah) , seperti lubang di pohon, batok
kelapa, rumah siput, atau lubang breeding di batu dan artificial breeding
places( tempat perindukan nyamuk buatan )seperti ember, kaleng bekas,
botol, drum, toples dll.
Menurut Ditjen P2PL (2014), tempat perkembangbiakan (breeding
places) jentik Aedes aegypti dibedakan sebagai berikut :
1) Artificial (Buatan)
Tempat perkembangbiakan jentik buatan adalah tempat
yang dibuat oleh manusia dimana dapat menampung air dan
jernih yang kemudian digunakan oleh nyamuk Aedes untuk
berkembangbiak. Adapun contoh tempat perkembangbiakan
20
jentik buatan yakni bak mandi, ember, dispenser, kulkas, ban
bekas, pot/vas bunga, kaleng, plastik, dan lain-lain.
2) Natural (Alamiah)
Tempat perkembangbiakan jentik alamiah adalah
tempat yang dapat menampung air jernih dan telah tersedia di
lingkungan pemukiman. Adapun contoh tempat berupa tempat
perindukan nyamuk pada tempat alami yakni tanaman yang
dapat menampung air, ketiak daun, tempurung kelapa, lubang
bambu, ataupun pada pelepah daun.
1. Metode Survei Jentik
Metode yang di gunakan untuk mengetahui kepadatan vektor di
suatu lokasi dapat dilakukan beberapa survei yang dipilih secara acak
yang meliputi survei nyamuk, survei jentik, dan survey perangkap
telur. Survei jentik dilakukan dengan cara (Ditjen PPM & PL, 1996):
a. Pemeriksaan terhadap semua tempat perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti diperiksa dengan mata telanjang untuk mengetahui
keberadaan jentik.
b. Jika pada pemeriksaan pertama tempat perkembangbiakan yang
berukuran besar tidak terlihat jentik, tunggu kira-kira ½ -1 menit
untuk memastikan bahwa jentik tidak ada.
c. Untuk pemeriksaan jentik pada tempat perkembangbiakan yang
kecil maka perlu dipindahkan ke tempat lain.
21
d. Apabila tempat perkembangbiakan nyamuk agak gelap ataupun air
keruh maka dapat didukung dengan senter.
Dalam pelaksanaan survai jentik ada dua metode yakni (Depkes RI,
2005):
a. Metode Single Survai
Survei ini dilakukan dengan mengambil satu jentik disetiap
tempat genangan air yang ditemukan ada jentiknya untuk
dilakukan identifikasi jenis jentik lebih lanjut.
e. Metode Visual
Metode dilakukan dengan hanya dilihat dan dicatat ada
tidaknya jentik di dalam tempat penampungan air tidak dilakukan
pengambilan dan pemeriksaan spesies jentik. Survei ini dilakukan
pada survei lanjutan untuk memonitor indek-indek jentik.
2. Indeks Nyamuk Aedes aegypti
Menurut Depkes RI (2005), untuk mengetahui kepadatan
populasi nyamuk Aedes aegypti di suatu daerah seperti daerah
perimeter dan buffer pelabuhan dapat melalui survai terhadap stadium
jentik atau dewasa, sebagai hasil survai tersebut di dapat indeks-indeks
Aedes aegypti yaitu:
a. Angka Bebas Jentik (ABJ)
Angka Bebas Jentik adalah persentase pemeriksaan jentik yang
dilakukan di semua desa/kelurahan setiap 3 (tiga) bulan oleh
22
100%
petugas puskesmas pada rumah– rumah penduduk yang diperiksa
secara.
ABJ= Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik x
Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa
b. House Indeks (HI)
Persentase antara rumah dimana ditemukan jentik terhadap rumah
yang diperiksa.
HI = Jumlah rumah yang ditemukan jentik x 100 %
Jumlah rumah yang diperiksa
c. Container Indeks (CI)
Persentase antara kontainer yang ditemukan jentik terhadap seluruh
kontainer yang diperiksa.
CI = Jumlah kontainer yang positif jentik x100 %
Jumlah kontainer yang diperiksa
d. Breateu Indeks (BI)
Jumlah kontainer yang positif per seratus rumah
BI = Jumlah kontainer yang positif jentik x 100%
Jumlah rumah yang diperiksa
Angka Bebas Jentik dan House Index lebih menggambarkan
luasnya penyebaran nyamuk di suatu daerah.Tidak ada teori yang pasti
Angka Bebas Jentik dan House Index yang dipakai sebagai standard,
hanya berdasarkan kesepakatan, disepakati House Index minimal 1% yang
berarti persentase rumah yang diperiksa jentiknya positif tidak boleh
melebihi 1% atau 99% rumah yang diperiksa jentiknya harus negatif.
23
Ukuran tersebut digunakan sebagai indikator keberhasilan pengendalian
nyamuk penularan DBD (Depkes RI, 1996).
D. Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Aedes aegypti
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku
merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal
dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa
tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan
tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku pemberantasan sarang
nyamuk adalah kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong
nyamuk penular DBD (Aedes aegypti) di tempat-tempat
perkembangbiakannya. Menurut WHO (2009), perilaku PSN merupakan
cara yang efektif untuk mencegah peningkatan kasus DBD.
Sumber : Depkes RI, 2005
Bagan 1. Cara Pemberantasan DBD
Nyamuk Dewasa
Jentik
Insektisida (Fogging dan ULV)
Fisik
Biologi
Kimia
24
Pemberantasan terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti yang dikenal
dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam BerdarahDengue
(PSN DBD) dilakukan dengan cara:
1. Fisik
Cara ini dapat dilakukan dengan langkah 3M yaitu .
menguras tempat penampungan air. Menutup tempat penampungan
air rumah tangga. Mengubur atau memusnahkan barang(kaleng-
kaleng) bekas atautempat-tempat sejenis yang dapat menampung
air hujan.
a. Menguras Tempat Penampungan Air
Keberadaan tempat penampungan air (TPA) di dalam
maupun luar rumah sangat berpengaruh terhadap ada tidaknya
larva Aedes aegypti, bahkan tempat penampungan air (TPA)
tersebut bisa menjadi tempat perkembangbiakan menjadi nyamuk
dewasa sehingga dapat menjadi vektor DBD (Fatimah,
2006).Menurut Depkes RI (2013), tempat penampungan air
keperluan rumah tangga (bak mandi, tempayan, drum, dan ember)
perlu dibersihkan dengan cara dikuras menggunakan sikat dan
sabun pada dinding-dindingnya.
Penelitian Lintang, dkk (2010) yang dilakukan di Kota
Semarang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara menguras
tempat penampungan air (TPA) dengan keberadaan jentikAedes
aegypti.Meskipun demikian, hasil penelitian ini bertolak belakang
dengan penelitian yang dilakukan oleh Syarief (2008) di wilayah
25
Puskesmas Tarakan Kota Makassar yang menyatakan bahwa tidak
ada hubungan antara menguras tempat penampungan air dalam
rumah dengan keberadaan jentikAedes aegypt.
b. Menutup Tempat Penampungan Air
Kegiatan fisik lainnya yang dapat menekan keberadaan
jentikAedes aegypti yakni menutup rapat tempat penampungan air.
Menurut WHO (2005), tempat berkembang biak nyamuk Aedes
aegypti adalah air bersih yang tergenang. Nyamuk Aedes aegypti
lebih suka menetaskan telurnya di TPA tersebut hingga menjadi
jentik Aedes aegypti. Sehingga kegiatan menutup rapat tempat
penampungan air (TPA) sangat berperan penting dapat mengurangi
jumlah jentikAedes aegypti. Menurut Jaya dkk (2013) penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara menutup rapat tempat
penampungan air (TPA) dengan keberadaan jentikAedes aegypti.
c. Mengubur barang bekas
Mengubur barang bekas merupakan praktik pemberantasan
sarang nyamuk DBD dengan cara mengubur barang-barang bekas
yang berpotensi menampung air dan terdapat larva Aedes aegypti
serta tidak dimanfaatkan lagi, seperti kaleng bekas, potongan
bambu, dan ban bekas. Hal ini didukung dengan penelitian yang
dilakukan oleh Anggara (2005) di wilayah Kerja Puskesmas Dahlia
Kota Makassar yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara
mengubur barang-barang bekas dengan keberadaan larva Aedes
26
aegypti. Demikian juga dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Yudhastuti dan Vidiyani (2005) di Surabaya.
2. Biologi
Intervensi yang didasarkan pada pengenalan organisme
pemangsa,parasit, pesaing untuk menurunkan jumlah Aedes
aegypti. Pengendalian ini biasa dilakukan dengan memelihara ikan
yang relative kuat dan tahan, misalnya ikan kepala timah, ikan
gupi, ikan cupang dan lain-lain dalam bak atau tempat
penampungan air lainnya sehingga sebagai predator bagi jentik dan
pupa (Sucipto, 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lintang, dkk (2005)
menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara predator
dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Hal ini didukung oleh
Respti dan Keman (2007) yang menunjukkan bahwa ada hubungan
predator dengan keberadaan larva Aedes aegypti dan DBD.
3. Kimia
Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan
menggunakaninsektisida pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain
dikenal dengan istilah larvasidasi atau penggunaan bubuk abate.
Larvasida yang biasa digunakan adalah granules (sand granules).
Dosis yang digunakan 10 gram (± 1 sendok makan peres / yang
diratakan diatasnya) untuk tiap 100 liter air. Larvasidasi dengan
27
temephos ini sebaiknya diulang penggunaannya setiap 2 bulan
(Depkes RI, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Yunita dan Soedjajadi
(2007) menyatakan bahwa risiko keberadaan jentik Aedes aegypti
pada rumah yang tidak diberi abate pada tempat penampungan
airnya adalah sebesar 9,13 kali dibandingkan dengan rumah yang
diberi abate pada tempat penmapungan airnya terhadap kejadian
DBD.
28
E. Kerangka Teori
Bagan 2. Kerangka Teori
Soedarmo (1988), WHO (2009), Depkes RI (2005), Depkes RI (2013), Sucipto (2011)
Life Cycle
Ae.aegypti
Sumber Penular Virus Dengue
Perilaku PSN
Kejadian DBD
Pupa
Telur Jentik
Nyamuk
dewasa
Tempat Perindukan
Nyamuk
Perilaku Menggigit
Perilaku Istirahat
Jangkauan Terbang
Fisik
Menguras TPA
Menutup TPA
Mengubur
barang bekas
Kimia
penggunaan
abate
Biologi
Memelihara
ikan
pemakan
jentik
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
29
Nyamuk Aedes aegypti memiliki siklus hidup yang sempurna yakni dari
telur kemudian berkembang menjadi jentik dan pupa hingga menjadi nyamuk
dewasa yang merupakanvektor utama pembawa virus dengue penyebab penyakit
demam berdarah. Dalam penularan penyakit DBD, nyamuk Aedes
aegyptidipengaruhi oleh perilaku mengigit, perilaku beristirahat serta jangkauan
terbang nyamuk.Adapun cara penularan virus dengue adalah secara aktif
(menggigit), namun dapat juga ditularkan secara pasif(transovarial) melalui telur-
telur dari nyamuk yang mengandung virus dengue.
Perkembangan telur menjadi jentik membutuhkan waktu yang singkat
sedangkan perkembangan jentik menjadi pupa dan nyamuk dewasa memiliki
rentang lebih lama yakni berkisar 8-10 hari. Keberadaan telur dan jentik nyamuk
dipengaruhi oleh keberadaan tempat perindukan nyamuk. Semakin banyak
ketersediaan tempat perindukan nyamuk maka semakin berpotensi meningkatkan
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti.
Faktor lain yang memepengaruhi keberadaan jentik adalah perilaku
masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) baik berupa fisik seperti
perilaku 3M (Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat penampungan
air, Mengubur barang bekas), kimia seperti menggunakan bubuk abate pada
tempat penampungan air dan biologi dengan menggunakan predator jentik Aedes
aegypti yang alami seperti ikan pemakan jentik.Oleh sebab itu, dasar pemikiran
inilah yang menjadi landasan dalam pembuatan kerangka teori.
30
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori diatas, peneliti tidak meneliti semua
variabel yang terdapat di kerangka teori. Variabel yang dijadikan
penelitian adalah keberadaan jentik Aedesaegypti yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Adapun faktor yang mempengaruhi keberadaan jentik
Aedes aegyptiyang diteliti adalah keberadaan tempat perindukan nyamuk
serta perilaku masayarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk meliputi :
menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air,
Mengubur barang bekas, penggunaan abate dan memelihara ikan pemakan
jentik.
Beberapa variabel seperti perilaku istirahat, perilaku menggigit dan
jangkauan terbang tidak diteliti karena tidak berhubungan langsung
dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Akan tetapi, variabel tersebut
mempengaruhi nyamuk dewasa.Berikut kerangka konsep dalam penelitian
ini :
31
Variabel Independen Variabel Dependen
Bagan 3. Kerangka Konsep
Tempat Perindukan Nyamuk
Keberadaan
jentikAedes
aegypti
Perilaku Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN)
a. Menguras Tempat
Penampungan Air
b. Menutup Tempat
Penampungan Air
c. Mengubur barang
bekas
d. Penggunaan abate
e. Memelihara ikan
pemakan jentik
32
B. Definisi Operasional
Tabel 2Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara
Pengukuran Alat Ukur Hasil Ukur
Skala
Ukur
Keberadaan
jentik Aedes
aegytpi
Penemuan jentik Aedes
aegypti dalam tempat
perindukan nyamuk dengan
metode visual.
Observasi
jentik
Lembar
observasi 1. Ada ( ditemukan
jentik Aedes
aegypti)
2. Tidak ada (tidak
ditemukan jentik
Aedes aegypti)
Ordinal
Tempat
Perindukan
Nyamuk
Tempat yang memungkinkan
air tergenang dan tidak
beralaskan tanah yang telah
tersedia di lingkungan
(alamiah) maupun buatan
manusia di sekitar rumah
responden
Observasi Lembar
observasi
1. Artificial
2. Natural
3. Artificial dan
Natural
4. Tidak ada Ordinal
Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Menguras
Tempat
Penampungan
Air
Kegiatan responden
membersihkan tempat
penampungan air seperti bak
mandi, ember, kolam dengan
menggunakan sikat dan
sabun minimal seminggu
sekali
Wawancara
Kuesioner
1. Ya
2. Tidak
Ordinal
Menutup Tempat
Penampungan
Air
Kegiatan responden menutup
rapat tempat penampungan
air
Wawancara
Kuesioner 1. Ya
2. tidak Ordinal
Mengubur
Barang Bekas
Kegiatan responden
mengubur barang-barang
yang tidak terpakai dan dapat
menampung air seperti ban
bekas dan kaleng.
Wawancara
Kuesioner
1. Ya
2. Tidak
Ordinal
33
Variabel Definisi Operasional Cara
Pengukuran Alat Ukur Hasil Ukur
Skala
Ukur
Penggunaan
abate
Kegiatan responden menabur
bubuk abate pada tempat
penampungan air sesuai
takaran dan aturan yakni
1sdm peres (yang diratakan
diatasnya) untuk 100 liter air
setiap 2 bulan.
Wawancara
Kuesioner
1. Ya
2. Tidak
Ordinal
Memelihara ikan
pemakan jentik
Kegiatan responden
memelihara ikan pemakan
jentik (ikan kepala timah,
ikan guvi, ikan
cupang/tempalo, ikan nila) di
tempat penampungan air.
Wawancara
Kuesioner
1. Ya
2. Tidak
Ordinal
34
C. Hipotesis
1. Ada hubungan tempat perindukan nyamuk dengan keberadaan jentikAedes
aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015
2. Ada hubunganmenguras tempat penampungan air dengan keberadaan
jentikAedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015
3. Ada hubunganmenutup tempat penampungan air dengan keberadaan
jentikAedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015
4. Ada hubungan mengubur barang bekas dengan keberadaan jentikAedes
aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015
5. Ada hubunganpenggunaan abate dengan keberadaan jentikAedes aegypti
di Kelurahan Benda Baru tahun 2015
6. Ada hubunganmemelihara ikan pemakan jentik dengan keberadaan jentik
Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015
35
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Berdasarkan tujuan, penelitian ini merupakan adalah observasional
(survei) analitik yakni penelitian ini dilakukan dengan mengobservasi
variabel-variabel serta melakukan analisa hubungan antar variabel-variabel
penelitian dengan menguji hipotesis yang dirumuskan (Murti,
1997).Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional
dimana variabel dependen dan independen dalam penelitian ini akan
diteliti dalam waktu yang bersamaan. Adapun variabel dependen dalam
penelitian ini yakni keberadaan jentik Aedes aegypti. Sedangkan variabel
independen pada penelitian ini yakni tempat perindukan nyamuk serta
menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air,
mengubur barang bekas, penggunaan abate, memelihara ikan pemakan
jentik.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Benda Baru Kecamatan
Pamulang Tangerang Selatan. Adapun Kelurahan Benda Baru
mencakup 24 RW dengan 165 RT.
36
2. Waktu penelitian
Adapun penelitian ini dilaksanakan pada Agustus -Oktober 2015
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Rumah tangga (KK)
yang berada di Kelurahan Benda Baru tahun 2015 yakni sebanyak
8330 rumah tangga yang terbagi dalam 24 RW dan 165 RT.
2. Sampel penelitian
Sampel penelitian yakni sebagian dari anggota rumah tangga di
Kelurahan Benda Baru .
Adapun besar sampel dihitung dengan rumus perbedaan antara dua
proporsi sebagai berikut (Bachtiar dkk, 2000) :
*
√[ ( )] √, ( ) ( )- +
( )
Keterangan :
n : Besar Sampel
: Derajat kemaknaan, α sebesar 5% = 1,96
: Kekuatan uji 1-β, yaitu sebesar 5% = 1,64
: Proporsi kejadian pada variabel perilaku PSN yang baik
terhadap keberadaan larva Aedes aegypti sebesar 0,245 dari
penelitian terdahulu ( Sari dan Darnoto, 2012)
: Proporsi kejadian pada variabel perilaku PSN yang buruk
37
terhadap keberadaan larva Aedes aegypti sebesar 0,468 dari
penelitian terdahulu ( Sari dan Darnoto, 2012)
: Rata-rata Proporsi (( )
= 0,3565)
Perhitungan :
*
√[ ( )] √, ( ) ( )- +
( )
* √, ( )- √, ( ) ( )- +
( )
sampel
Jadi jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 116
sampel. Namun untuk menghindari terjadinya sampel drop out atau kurang
maka peneliti menambahkan 10% dari sampel minimal yakni 11,6 sampel.
Jadi total sampel penelitian adalah 128 sampel.
D. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan yakni Stratified
Random Sampling. Kelurahan Benda Baru memiliki 24 Rukun Warga
(RW) dengan jumlah 8330 Kepala Keluarga (KK). Tahap pertama
dilakukan pengelompokan unit berdasarkan kriteria RW dengan kasus
DBD positif (8 RW) dan RW dengan kasus DBD negatif (16 RW).
Kemudian dilakukan pengambilan unit RW secara proporsional, sehingga
didapatkan 6 RW ( RW 02, 03, 09, 11, 14, 18). Selanjutnya, KKdiberi
nomor urut sebagai kerangka sampel. Jika dalam satu rumah memiliki 2
38
KK maka hanya akan diambil 1 KK yang mewakili 1 rumah. Sampel
diambil dari setiap RW di Kelurahan Benda Baru yang terpilih. Namun,
dihitung secara proporsional dengan mempertimbangkan jumlah KK per
RW. Berikut merupakan hasil perhitungan jumlah sampel per RW yang
akan diambil.
Tabel 3 Jumlah Sampel per RW Yang Akan Diambil
RW Jumlah Rumah Tangga (KK) Jumlah sampel
02 376 15
03 863 35
09 894 37
11 362 14
14 471 18
18 237 9
TOTAL 3199 128
E. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer pada penelitian ini diperoleh langsung dari responden
dengan wawancara menggunakan kuesioner untuk variabel perilaku
menguras tempat penampungan air, perilaku menutup tempat
penampungan air, perilaku mengubur barang bekas, perilaku
penggunaan abate, perilaku pemeliharaan ikan pemkan jentik dan
39
observasi menggunakan lembar observasi untuk variabel keberadaan
jentik Aedes aegypti dan tempat perindukan nyamuk .
2. Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini mencakup data Kelurahan Benda
baru terkait jumlah rumah tangga di Kelurahan Benda baru. Selain itu
data sekunder diperoleh dari profil kesehatan Dinas Kesehatan
Tangerang Selatan tahun 2013 terkait jumlah kasus demam berdarah
dengue (DBD) dan data Angka Bebas Jentik (ABJ). Serta data kasus
demam berdarah dengue (DBD) dari Puskesmas Benda Baru pada
profil kesehatan Puskesmas Benda Baru 2014 dan laporan bulanan
Puskesmas Benda Baru tahun 2015.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen pada variabel keberadaan jentik Aedes aegypti, tempat
perindukan nyamuk yakni lembar observasi. Lembar observasi diperlukan
sebagai panduan dalam pelaksanaan observasi baik terkait observasi jentik
maupun observasi tempat perindukan nyamuk. Alat pendukung lainnya
yang diperlukan dalam pengamatan jentik yakni senter.
Instrumen pada variabel perilaku menguras tempat penampungan
air, menutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas,
penggunaan abate, dan pemeliharaan ikan pemakan jentik yakni kuesioner.
40
G. Metode Pengolahan Data
Untuk pengolahan data dilakukan secra statistik menggunakan
perangkat komputer dengan tahapan sebagai berikut :
1. Editing, merupakan kegiatan pengecekan daftar isian apakah data
sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten dengan daftar isian
yang diinginkan.
2. Coding, merupakan kegiatan memberikan kode pada setiap variabel
dependen dan independen sehingga memudahkan dalam
memasukkan data serta menganalisis data
3. Processing, merupakan kegiatan pemasukan data ke dalam
program komputer.
4. Cleaning, merupakan kegiatan pembersihan data atau pengecekan
kembali data yang sudah diamsukkan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kesalahan yang mungkin terjadi pada saat data
dimasukkan ke program komputer.
H. Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk memberikan informasi yang baik
setelah data variabel independen dan dependen dikumpulkan. Adapun
analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis ini untuk mengetahui distribusi variabel dependen yakni
keberadaan jentikAedes aegypti. Selain itu, analisis univariat juga
bertujuan untuk mengetahui distribusi variabel independen pada
41
penelitian ini yakni tempat perindukan nyamuk serta perilaku
menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan
air, mengubur barang bekas, penggunaan abate, dan memelihara ikan
pemakan jentik
2. Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independen yaitu tempat perindukan nyamuk , serta menguras tempat
penampungan air, menutup tempat penampungan air, mengubur
barang bekas, penggunaan abate, dan memelihara ikan pemakan
jentikdengan variabel dependen yakni keberadaan jentik Aedes
aegypti. Analisis data dilakukan dengan Chi square. Hal ini karena
karena variabel yang diteliti berskala kategorik dan menggunakan
lebih dari dua kelompok sampel tidak berpasangan (Dahlan S, 2006).
Jika pvalue ≤0,05 maka ada hubungan yang bermakna antara variabel
independen dengan dependen. Sedangkan, jika pvalue ≥0,05 berarti
tidak ada hubungana yang bermakna variabel independen dengan
dependen.
Ukuran kekuatan hubungan yang digunakan dalam analisis adalah
Prevalence Ratio (PR), yaitu risiko pada penelitian prevalensi. Nilai
PR menunjukkan tingkat kemungkinan risiko masing-masing variabel
independen yang diteliti terhadap keberadaan jentik Aedes aegypti.
Jika PR > 1 menunjukkan bahwa faktor pajanan meningkat/
memperbesar keberadaan jentik Aedes aegypti. Selain itu, Jika PR = 1
42
berarti tidak terdapat asosiasi antara pajanan dengan keberadaan jentik
Aedes aegypti. Sedangkan, Jika PR < 1 menunjukkan bahwa pajanan
akan mengurangi risiko keberadaan jentik Aedes aegypti.
43
BAB V
HASIL
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kelurahan Benda Baru adalah salah satu kelurahan di Kecamatan
Pamulang yang berlokasi di Jalan H. Rean No. 17, Benda Baru, Pamulang –
Tangerang Selatan, Banten. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Tangerang Nomor 3 tahun 2005, Desa Benda Baru akhirnya berubah status
dari desa menjadi kelurahan yaitu pada tahun 2005 bersama dengan 76 desa
lainnya di Kabupaten Tangerang. Adapun batas wilayah Kelurahan Benda
Baru sebagai berikut (Perda Kab. Tangerang No 3 Tahun 2005):
1. Sebelah Utara : Kelurahan Serua ( Kec. Ciputat)
2. Sebelah Selatan : Kelurahan Pondok Benda
3. Sebelah Barat : Kelurahan Pondok Benda
4. Sebelah Timur :Kelurahan Pamulang Barat
Gambar 5. Kelurahan Benda Baru
44
Luas wilayah Kelurahan Benda Baru yakni 288 Ha. Kelurahan Benda
Baru memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 9054 KK dengan
jumlah penduduk sebanyak 44693 jiwa. Kelurahan Benda Baru juga memiliki
168 Rukun Tetangga (RT) dan 24 Rukun Warga (RW) (Kelurahan Benda
Baru, 2014).
Penelitian dilaksanakan pada 6 RW di Kelurahan Benda Baru yakni
RW 02, 03, 09, 11, 14, dan 18. Masing-masing RW cenderung memiliki
karakteristik banyak memiliki lahan pekarangan. Atas dasar ini, maka perlu
diwaspadai karena kondisi tanaman pekarangan terutama yang memiliki
pelepah dan yang cenderung lembab dan gelap merupakan tempat yang
sangat disukai Aedes untuk beristirahat. Pada RW 02 terdapat tempat
pembuangan akhir terbuka limbah rumah tangga. Keberadaan sampah padat
yang dapat menampung air seperti kaleng bekas dan botol bekas mempunyai
resiko yang cukup tinggi sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.
RW 14 berdekatan dengan pasar tradisional. Pasar merupakan salah satu
fasilitas yang banyakdikunjungi masyarakat, karena itudimungkinkan
terjadinya interaksi manusiayang kemungkinan diantaranya terdapatpenderita
carrier yang membawavirus dengue.
B. Analisis Univariat
1. Keberadaan Jentik Aedes aegypti
Hasil penelitian mengenai keberadaan jentik Aedes aegypti pada
rumah responden di Kelurahan Benda Baru yang dilakukan melalui
45
kegiatan observasi dengan menggunakan metode visual adalah sebagai
berikut.
Tabel 4
Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015
Keberadaan Jentik
Aedes aegypti N %
HI
(%)
CI
(%)
BI
(%)
ABJ
(%)
Ada 27 21,1
21,09 5,87 23,43 78,9 Tidak Ada 101 78,9
Total 128 100
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa jumlah rumah responden
yang tidak ditemukan jentik Aedes aegyptilebih banyak (78,9%) daripada
rumah yang ditemukan jentik. Angka Bebas Jentik di Kelurahan Benda
Baru yang didapatkan yakni sebesar 78,9 %. House Index di Kelurahan
Benda Baru adalah 21,09 % dengan Container Index sebesar 5,87%.
2. Tempat Perindukan Nyamuk
Hasil penelitian mengenai tempat perindukan nyamuk pada rumah
responden di Kelurahan Benda Baru yang dilakukan melalui kegiatan
observasi adalah sebagai berikut.
Tabel 5
Distribusi Tempat Perindukan Nyamuk di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015
Tempat Perindukan Nyamuk N %
Artificial 112 87,5
Natural 0 0
Artificial dan Natural 16 12,5
Tidak Ada 0 0
Total 128 100
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa paling banyak rumah
responden memiliki tempat perindukan artificial (87,5 %) seperti bak
46
mandi, ember, dispenser, kulkas, botol/kaleng bekas, ban bekas dan
kolam/akuarium.
Tabel 6
Distribusi Jenis Tempat Perindukan Nyamuk Berdasarkan Keberadaan Jentik
Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015
Jenis Tempat Perindukan Nyamuk Keberadaan Jentik TOTAL
Ada Tidak Ada
N % N % N %
Artificial 100
a. Bak Mandi 13 10,92 106 89,08 199 100
b. Ember 5 4 120 96 125 100
c. Dispenser 12 57,14 9 42,86 21 100
d. Vas Bunga 0 0 12 100 12 100
e. Botol/Kaleng Bekas 0 0 24 100 24 100
f. Ban Bekas 0 0 11 100 11 100
g. Kolam/Akuarium 0 0 17 100 17 100
Total 30 9,12 299 90,88 329 100
Natural
a. Tempurung Kelapa 0 0 3 100 3 100
b. Pelepah Daun 0 0 13 100 13 100
Total 0 0 16 100 16 100
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa tempat perindukan nyamuk
artificial yang paling banyak dimiliki responden adalah bak mandi. Akan
tetapi, jenis tempat perindukan artificial yang paling banyak ditemukan
jentik adalah dispenser (57,14%).
3. Menguras Tempat Penampungan Air
Hasil penelitian mengenai perilaku responden dalam menguras
tempat penampungan air di Kelurahan Benda Baru dengan frekuensi satu
kali dalam seminggu dan menggunakan sikat serta sabun adalah sebagai
sebagai berikut.
47
Tabel 7
Distribusi Perilaku Responden dalam Menguras Tempat Penampungan Air di
Kelurahan Benda Baru Tahun 2015
Menguras Tempat Penampungan
Air N %
Ya 67 52,3
Tidak 61 47,7
Total 128 100
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa responden yang menguras
tempat penampungan air lebih banyak (52,3%) dibandingkan dengan
responden yang tidak menguras tempat penampungan air.
Tabel 8
Distribusi Frekuensi dan Cara Menguras Tempat Penampungan Air Berdasarkan
Keberadaan Jentik Aedes aegyptidi Kelurahan Benda Baru Tahun 2015
Variabel Keberadaan Jentik TOTAL
Ada Tidak Ada
N % N % N %
Frekuensi Menguras
Seminggu Sekali 6 42,9 70 85,4 76 79,2
>1 Minggu 8 57,1 12 14,6 20 20,8
Total 14 100 82 100 96 100
Cara Menguras
Benar (sikat dan sabun) 6 42,9 69 84,1 75 78,1
Salah 8 57,1 13 15,9 21 21,9
Total 14 100 82 100 96 100
Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa ditemukan jentik pada
responden yang menguras > 1 minggu (57,1%) dan cara menguras tempat
penampungan air yang salah yakni tidak menggunakan sikat dan sabun
(57,1 %).
48
4. Menutup Tempat Penampungan Air
Hasil penelitian mengenai perilaku responden dalam kegiatan
menutup tempat penampungan air dengan rapat di Kelurahan Benda Baru
adalah sebagai sebagai berikut.
Tabel 9
Distribusi Perilaku Responden dalam Menutup Tempat Penampungan Air di
Kelurahan Benda Baru Tahun 2015
Menutup Tempat Penampungan Air N %
Ya 81 63,3
Tidak 47 36,7
Total 128 100
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa responden menutup tempat
penampungan air dengan rapat lebih banyak yakni 81 orang (63,3%).
5. Mengubur Barang Bekas
Hasil penelitian perilaku responden dalam kegiatan mengubur
barang-barang yang tidak terpakai dan dapat menampung air di Kelurahan
Benda Baru adalah sebagai sebagai berikut.
Tabel 10
Distribusi Perilaku Responden dalam Mengubur Barang Bekas di Kelurahan Benda
Baru Tahun 2015
Mengubur Barang Bekas N %
Ya 10 7,8
Tidak 118 92,2
Total 128 100
Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa mayoritas responden tidak
mengubur barang bekas yakni 118 orang (92,2%) .
49
Tabel 11
Distribusi Jenis Barang Bekas di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015
Jenis Barang Bekas N %
Botol/kaleng Bekas 19 63,33
Ban Bekas 11 36,67
Total 30 100
Berdasarkan tabel 11 diketahui bahwa mayoritas jenis barang
bekas yang dimiliki responden di Kelurahan Benda Baru yakni
botol/kaleng bekas (63,33%).
6. Penggunaan Abate
Hasil penelitian mengenai perilaku responden dalam menabur
bubuk abate pada tempat penampungan air sesuai takaran dan aturan yakni
1sdm peres (yang diratakan diatasnya) untuk 100 liter air setiap 2 bulandi
Kelurahan Benda Baru adalah sebagai sebagai berikut.
Tabel 12
Distribusi Perilaku Responden dalam Penggunaan abate di Kelurahan Benda Baru
Tahun 2015
Penggunaan abate N %
Ya 42 32,8
Tidak 86 67,2
Total 128 100
Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa responden tidak
menaburabate paling banyak yakni 86 orang (67,2%) .
50
Tabel 13
Distribusi Frekuensi Dan Takaran Penggunaan Abate Berdasarkan Keberadaan
Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015
Variabel Keberadaan Jentik TOTAL
Ada Tidak Ada
N % N % N %
Frekuensi Penggunaan Abate
2 bulan sekali 2 40 18 62,1 20 58,8
>2bulan sekali 3 60 11 37,9 14 41,2
Total 5 100 29 100 34 100
Takaran Penggunaan Abate
Sesuai Takaran (1sdm ratakan untuk 100 lt) 6 42,9 69 84,1 75 78,1
Tidak Sesuai Takaran 8 57,1 13 15,9 21 21,9
Total 14 100 82 100 96 100
Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwa ditemukan jentik paling
banyak pada responden dengan frekuensi penggunaan abate > 2 bulan
sekali (60%) serta responden yang menggunakan abate tidak sesuai
takaran (57,1%).
7. Memelihara Ikan Pemakan Jentik
Hasil penelitian perilaku responden dalam memelihara ikan
pemakan jentik seperti ikan kepala timah (Aplocheilus panchax), ikan guvi
(Poecilia reticulata), ikan cupang/tempalo (Betta fusca) dan ikan nila
(Oreochromis niloticus) di tempat penampungan air di Kelurahan Benda
Baru adalah sebagai sebagai berikut.
Tabel 14
Distribusi Perilaku Responden dalam Memelihara Ikan Pemakan Jentik di
Kelurahan Benda Baru Tahun 2015
Memelihara Ikan Pemakan Jentik N %
Ya 14 10,9
Tidak 114 89,1
Total 128 100
51
Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa responden tidak memelihara
ikan pemakan jentik paling banyak yakni 114 orang (89,1%) .
Tabel15
Distribusi Jenis Ikan Pemakan Jentik di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015
Jenis Ikan Pemakan Jentik N %
Ikan Kepala Hitam (Aplocheilus panchax) 2 14,29
Ikan Guvi (Poecilia reticulata) 4 28,57
Ikan Cupang (Betta fusca) 2 14,29
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 6 42,86
Total 14 100
Berdasarkan tabel 15 diketahui bahwa responden paling banyak
memelihara ikan pemakan jentik jenis ikan nila (42,86%).
C. Analisis Bivariat
1. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Tempat
Perindukan Nyamuk
Hasil penelitian mengenai hubungan antara tempat perindukan
nyamuk dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru
Tahun 2015 sebagai berikut.
Tabel 12
Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Tempat Perindukan
Nyamuk di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015
Tempat
Perindukan
Nyamuk
Keberadaan Jentik Aedes
aegypti Total Pvalue
PR
(95% CI) Ada Tidak
N % N % N %
Artificial 24 88,9 88 87,1 112 87,5
1,000
1,143
Artificial
dan Natural 3 11,1 13 12,9 16 12,5
(0,388-3,365)
52
Berdasakan tabel 12 diketahui bahwa responden paling banyak
memiliki tempat perindukan nyamuk artificial dan ditemukan jentik Aedes
aegypti ada 24 orang (88,9%) dimana pada tabel 6 diketahui paling banyak
ditemukan jentik Aedes aegypti pada dispenser responden (57,14%).
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 1,000 artinya
pada tingkat kemaknaan 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara tempat perindukan nyamuk dengan keberadaan jentik Aedes
aegypti. Selain itu, diperoleh nilai PR sebesar 1,143 ( CI 95% 0,388-
3,365), hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna diantara
variabel tempat perindukan nyamuk terhadap keberadaan jentik Aedes
aegypti.
2. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku
Menguras Tempat Penampungan Air
Hasil penelitian mengenai hubungan antara menguras tempat
penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan
Benda Baru tahun 2015 sebagai berikut.
Tabel 13
Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Menguras
Tempat Penampungan Air di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015
Menguras
Tempat
Penampungan
Air
Keberadaan Jentik
Aedes aegypti Total Pvalue
PR
(95% CI) Ada Tidak
N % N % N %
Tidak 24 88,9 37 36,6 61 47,7
0,000
0,114
(0,036-0,359) Ya 3 11,1 64 63,4 67 52,3
53
Berdasakan tabel 13 diketahui bahwa responden yang tidak
menguras tempat penampungan air dan memiliki jentik Aedes aegypti ada
24 orang (88,9%). Sedangkan responden yang menguras tempat
penampungan air dan ditemukan jentik Aedes aegyptiada 3 orang (11,1%).
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,000 artinya
pada tingkat kemaknaan 5% terdapat hubungan yang bermakna antara
menguras tempat penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes
aegypti. Selain itu, diperoleh nilai PR sebesar 0,114 (0,036-0,359), hal ini
berarti bahwa responden yang menguras tempat penampungan air akan
mengurangi risiko keberadaan jentik Aedes aegyptirumahnya
dibandingkan dengan responden yang tidak menguras tempat
penampungan air.
3. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku
Menutup Tempat Penampungan Air
Hasil penelitian mengenai hubungan antara menutup tempat
penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan
Benda Baru Tahun 2015 sebagai berikut.
54
Tabel 14
Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Menutup Tempat
Penampungan Air di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015
Menutup Tempat
Penampungan Air
Keberadaan Jentik
Aedes aegypti Total Pvalue
PR
(95% CI) Ada Tidak
N % N % N %
Tidak 19 70,4 28 27,7 47 36,7
0,000
0,244
(0,116-0,514) Ya 8 29,6 73 72,3 81 63,3
Berdasakan tabel 14 diketahui bahwa responden yang tidak
menutup tempat penampungan air dan memiliki jentik Aedes aegypti ada
19 orang (70,4%). Sedangkan responden yang menutup tempat
penampungan air dan ditemukan jentik Aedes aegyptiada 8 orang (29,6%).
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,000 artinya
pada tingkat kemaknaan 5% terdapat hubungan yang bermakna antara
menutup tempat penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes
aegypti. Selain itu, diperoleh nilai PR sebesar 0,244 (CI 95% 0,116-0,514),
hal ini berarti bahwa responden yang menutup tempat penampungan air
akan mengurangi risiko keberadaan jentik Aedes aegyptidi rumahnya
dibandingkan dengan responden yang tidak menutup tempat penampungan
air.
55
4. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku
Mengubur Barang Bekas
Hasil penelitian mengenai hubungan antara mengubur barang
bekas dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru
Tahun 2015 sebagai berikut.
Tabel 15
Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Mengubur
Barang Bekas di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015
Mengubur Barang
Bekas
Keberadaan Jentik
Aedes aegypti Total Pvalue
PR
(95% CI) Ada Tidak
N % N % N %
Tidak 24 88,9 94 118 118 92,2 0,439
1,475
(0,536-4,057) Ya 3 11,1 7 6,9 10 7,8
Berdasakan tabel 15 diketahui bahwa responden yang tidak
mengubur barang bekas dan memiliki jentik Aedes aegypti ada 24 orang
(88,9%). Sedangkan responden mengubur barang bekas dan ditemukan
jentik Aedes aegyptiada 3 orang (11,1%).
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,439 artinya
pada tingkat kemaknaan 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara mengubur barang bekas dengan keberadaan jentik Aedes aegypti.
Selain itu, diperoleh nilai PR sebesar 1,475 (CI 95% 0,536-4,057), hal ini
berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna diantara variabel
mengubur barang bekas terhadap keberadaan jentik Aedes aegypti.
56
5. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku
Penggunaan Abate
Hasil penelitian mengenai hubungan antara penggunaan abate
dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun
2015 sebagai berikut.
Tabel 16
Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Penggunaan
Abate di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015
Penggunaan Abate
Keberadaan Jentik Aedes
aegypti Total Pvalue
PR
(95% CI) Ada Tidak
N % N % N %
Tidak 19 70,4 67 66,3 86 67,2 0,819
0,862
(0,412-1,805) Ya 8 29,6 34 33,7 42 32,8
Berdasakan tabel 16 diketahui bahwa responden yang tidak
menggunakan bubuk abate dan memiliki jentik Aedes aegypti ada 19 orang
(70,4%). Sedangkan responden yang menggunakan bubuk abate dan
ditemukan jentik Aedes aegyptiada 8 orang (29,6%).
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,819artinya
pada tingkat kemaknaan 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara penggunaan abate dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Selain
itu, diperoleh nilai PR sebesar 0,862 (0,412-1,805), hal ini berarti tidak
terdapat hubungan yang bermakna diantara variabel penggunaan
abateterhadap keberadaan jentik Aedes aegypti.
57
6. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku
Memelihara Ikan Pemakan Jentik
Hasil penelitian mengenai hubungan antara memelihara ikan
pemakan jentik dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan
Benda Baru Tahun 2015 sebagai berikut.
Tabel 17
Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Memelihara Ikan
Pemakan Jentik di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015
Memelihara Ikan
Pemakan Jentik
Keberadaan Jentik
Aedes aegypti Total Pvalue
PR
(95% CI) Ada Tidak
N % N % N %
Tidak 23 85,2 91 90,1, 114 89,1 0,492
1,416
(0,573-3,501) Ya 4 14,8 10 9,9 14 10,9
Berdasakan tabel 17 diketahui bahwa responden yang tidak
memelihara ikan pemakan jentik dan memiliki jentik Aedes aegypti ada 23
orang (85,2%). Sedangkan responden yang memelihara ikan pemakan
jentik dan ditemukan jentik Aedes aegyptiada 4 orang (14,8%).
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,492 artinya
pada tingkat kemaknaan 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara memelihara ikan pemakan jentik dengan keberadaan jentik Aedes
aegypti. Selain itu, diperoleh nilai PR sebesar 1,416 (0,573-3,501), hal ini
berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna diantara variabel
memelihara ikan pemakan jentik terhadap keberadaan jentik Aedes
aegypti.
58
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian terdapat kelemahan yang menjadi
keterbatasan penelitian, yakni waktu penelitian dilakukan pada saat musim
kemarau (kering) yakni bulan september sehingga mempengaruhi beberapa
variabel seperti keberadaan tempat perindukan nyamuk dan keberadaan jentik
Aedes aegypti.
B. Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015
Berdasarkan Permenkes Nomor 374/Menkes/Per/III/2011 tentang
pengendalian vektor, diketahui bahwa vektor adalah arthropoda yang dapat
menularkan, memindahkan dan atau menjadi sumber penular penyakit
terhadap manusia. Aedes aegypti merupakan vektor penular penyakit DBD.
Keberadaan jentik di suatu daerah merupakan indikator terdapatnya populasi
nyamukAedes aegyptidi daerah tersebut.
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa dari 128 rumah yang
diperiksa terdapat 27 rumah responden (21,1%) yang ditemukan jentik.
Keberadaan jentik Aedes aegypti ditemukan paling banyak di tempat
perindukan nyamuk artificialyakni dispenser. Keberadaan jentik Aedes
aegyptidipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor lingkungan dan faktor
perilaku masyarakat terkait pemberantasan sarang nyamuk (Suyasa dkk,
2007). Faktor lainnya yang mempengaruhi keberadaan jentik yakni musim.
59
Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada waktu musim hujan, dimana
terdapat banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat berkembang
biaknya nyamuk Aedes aegypti (Hadinegoro dan Satari, 2002). Hal ini yang
mungkin menyebabkan jentik tidak banyak ditemukan, karena penelitian
dilakukan pada musim kemarau (kering) yakni bulan september.
Keberadaan jentik di suatu wilayah dapat diketahui dengan indikator
AngkaBebas Jentik (ABJ). Data ABJ di wilayah Kerja Puskesmas Benda
Baru pada tahun 2014 melebihi target (≥95%) yang ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan Indonesia yakni 99%. Akan tetapi, berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa ABJ di Kelurahan Benda Baru tahun 2015 belum
mencapai target, yakni 78,9 %. Rendahnya ABJ mengindikasikan bahwa
kepadatan jentik masih tinggi (Depkes RI, 2005). Dengan demikian,
memungkinkan banyak peluang untuk proses transmisi virus (Hasyimi dkk,
2005).ABJ yang tidak mencapai target merupakan indikator ketidakberhasilan
program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)(Brahim dan Hasnawati,
2010). Hal ini dimungkinkan karena masyarakat kurang melaksanakan PSN
dengan baik dan rutin. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan kesadaran
masyarakat dalam memberantas sarang nyamuk di rumah serta koordinasi
antara masyarakat, kader juru pemantau jentik dan puskesmas dalam
pengecekan jentik nyamuk Aedes aegypti secara rutin agar dapat memutus
rantai perkembangbiakan nyamuk.
60
C. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Tempat perindukan
Nyamuk di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015
Aedes aegypti memiliki ciri berkembang biak di air yang bersih. Dalam
siklus nya, Aedes aegypti akan menaruh telurnya di dinding tempat
perindukannya. Tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti adalah tempat
penampungan air yang bersih yang tidak bersinggungan dengan tanah atau
langsung terkena sinar matahari (Hasyimi, 2004).
Aedes aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan perumahan, di
mana terdapatbanyak genangan air bersih dalam bak mandi. Kelurahan Benda
Baru merupakan wilayah permukiman yang cukup padat sehinggahasil
observasi menunjukkan bahwa seluruh responden memiliki tempat
perindukan nyamuk. Sebagian besar responden (87,5%) memiliki tempat
perindukan nyamuk jenis artificial yakni sebanyak 112 rumah responden.
Tempat perindukan nyamuk artificial yang paling banyak ditemukan yakni
bak mandi (40,2%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
Ridha dkk (2013) serta Zubaedah dkk (2014), dimana diketahui bahwa bak
mandi menjadi tempat penampungan air yang paling banyak.
Berdasarkan analisa tabel silang menunjukkan bahwa dispenser
merupakan tempat perindukan yang banyak ditemukan jentik Aedes aegypti.
Tempat perindukan yang bervolume kecil seperti dispenser dapat menjadi
tempat potensial jentik Aedes aegypti untuk berkembang biak. Hal ini
disebabkan karena masyarakat jarang membuang dan menguras air yang
tertampung di dispenser.
61
Hasil uji univariat menunjukkan bahwa terdapat 16 rumah responden
(12,5%) memiliki tempat perindukan nyamuk artificial dan natural.
Ketersediaan tempat perindukan nyamuk natural lebih sedikit dibandingkan
dengan artificial karena pelaksanaan penelitian dilakukan di musim kemarau
sehingga tempat perindukan nyamuk jenis natural tidak banyak ditemukan.
Akan tetapi, karakteristik wilayah Kelurahan Benda Baru banyak memiliki
lahan pekarangan di rumah sehingga memiliki kecendrungan yang besar
untuk menjadi tempat perindukan nyamuk jenis natural seperti pelepah daun
dan tempurung kelapapada musim penghujan. Penyebaran populasi Aedes
aegyptidipengaruhi oleh faktor musim, peningkatanbiasanya terjadi pada saat
musim hujan, karena jentik membutuhkan air yang cukup untuk
perkembangannya (Safar R, 2010).Ketersediaan tempat perindukan nyamuk
baik artificial maupun natural sangat berperan dalam keberadaan vektor
DBD, karena semakin banyak tempat perindukan maka akan semakin padat
populasi vektor DBD (Sari dan Darnoto, 2012).
Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara tempat perindukan nyamuk dengan keberadaan jentik Aedes
aegypti. Diketahui bahwa paling banyak ditemukan jentik Aedes aegypti pada
tempat perindukan nyamuk artificial responden (88,9%) khususnya pada
dispenser (57,14%). Hasil ini sejalan dengan penelitianyang dilakukan oleh
Nugroho (2009) yang menunjukkan bahwa tidak adahubungan antara tempat
perindukannyamuk dengan keberadaan jentikAedes aegypti. Akan tetapi,
penelitian ini tidak sejalan dengan Santi dkk (2015) ada hubungan antara
tempat penampungan air dengan keberadaan jentik aedes aegypti di RW II
62
Kelurahan Sukorejo.Hal ini karena ditemukan tempat perindukan pada semua
responden, sehingga dalam proses analisis tidak menunjukkan adanya
hubungan antara tempat perindukan nyamuk dengan keberadaan jentik Aedes
aegypti. Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat mengurangi tempat
penampungan air baik natural seperti pelepah daun dan tempurung kelapa
maupun artificialkhususnya tampungan air di dispenser yang dapat menjadi
tempat potensial perindukan nyamuk Aedes aegypti.
D. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015
1. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Menguras
Tempat Penampungan Air
Menguras tempat penampungan air merupakan salah satu cara fisik
dalam pemberantasan terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti. Kegiatan
ini perlu dilakukan minimal seminggu sekali agar nyamuk tidak
berkembang biak (Depkes RI, 2013). Pengurasan dilakukan dengan cara
menyikat dinding tempat penampungan air dan menggunakan sabun agar
bersih dari telur Aedes aegypti.
Berdasarkan hasil uji univariat diketahui bahwa masyarakat yang
melakukan kegiatan pengurasan tempat penampungan air lebih banyak
yakni 67 responden (52,3%). Akan tetapi, masyarakat yang tidak
melakukan pengurasan pun masih terbilang banyak yakni 61 responden
(47,7%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nomitasari
dkk (2012) yang menunjukkan bahwa lebih banyak masyakarat yangtelah
63
melakukan praktik menguras tempat penampungan air dengan baik
(64,4%). Namun pada penelitian Jaya dkk (2013) diketahui bahwa
responden yang menguras tempat penampungan air sama jumlahnya
dengan responden yang tidak menguras tempat tempat penampungan
air(50.0%).
Berdasarkan hasil analisa tabel silang, responden yang tidak
menguras tempat penampungan air dan memiliki jentik Aedes
aegypti(88,9%) lebih banyak dibandingkan responden yang tidak
menguras tempat penampungan air dan tidak ditemukan jentik Aedes
aegypti(36,6%).Secara rinci diketahui bahwa ditemukan jentik pada
responden yang menguras > 1 minggu (57,1%) dan cara menguras
tempat penampungan air yang salah yakni tidak menggunakan sikat dan
sabun (57,1 %). Berdasarkan uji Chi Square diketahui bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara menguras tempat penampungan air
dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Hasil penelitian tersebut
didukungdengan penelitian sebelumnyayakni Lintang, dkk (2010) yang
dilakukan di Kota Semarang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara menguras tempat penampungan air (TPA) dengan keberadaan
jentik Aedes aegypti. Meskipun demikian, hasil penelitian ini bertolak
belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Syarief (2008) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara menguras tempat
penampungan air dalam rumah dengan keberadaan jentik Aedes aegypti.
Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa responden tidak
melakukan kegiatan pengurasan karena tempat penampungan air
64
memiliki ukuran yang kecil dimana air yang ditampung digunakan untuk
keperluan sehari-hari sehingga air sering diganti setiap hari.
Perkembangbiakan telur nyamuk memerlukan waktu 1-2 hari untuk
menjadi jentik (Depkes RI, 2005). Dengan penggunaan tempat
penampungan air yang kecil atau secara terus menerus setiap hari maka
menyebabkan tidak ditemukan jentik pada tempat penampungan air yang
tidak dikuras.
Kegiatan menguras tempat penampungan air dengan cara menyikat
menggunakan sabun dinding tempat penampungan air dimaksudkan
untuk menghilangkan telur-telur nyamuk yang menempel pada dinding
tempat penampungan air (Depkes RI, 2004b).Seperti yang diketahui
bahwa, telur yang masih menempel tersebut akan berkembang menjadi
jentik dan nyamuk dewasa. Perkembangbiakan tersebut memerlukan
asupan makanan bagi jentik.
Mikroorganisme merupakan sumber makanan bagi jentik.
Mikroorganisme yang menjadi makanan jentik tumbuh pada dinding
tempat penampungan air (Hadi dkk, 2006). Dengan berkurangnya
sumber makanan bagi jentik peluang jentik untuk mempertahankan
hidupnya sangatlah kecil. Sehingga kegiatan menguras tempat
penampungan air dengan menyikat dinding tempat penampungan air
dengan menggunakan sabun dapat memperkecil kesempatan telur
nyamuk untuk berkembang menjadi nyamuk dewasa. Selain itu,
Kebiasaan menguras tempat penampungan air lebih dari seminggu sekali
dapat memberikan kesempatan telur Aedes aegyptimenjadi nyamuk
65
dewasa karena telur nyamuk Aedes aegypti dapat bertahan hidup dalam
waktu beberapa bulan dalam kondisi kering dan akan menetas setelah
terisi air kembali. Dengan demikian, masyarakat diharapkan untuk
menguras tempat penampungan air sehingga dapat menghambat
pertumbuhan telur menjadi nyamuk dewasa yang berkisar antara 7-14
hari.
2. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Menutup
Tempat Penampungan Air
Masyarakat memiliki kebiasaan menggunakan tempat
penampungan air jenis ember/drum dalam penyimpan air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari. JentikAedes aegypti ditemukan di tempat
penampungan air di rumah yang kurang memperhatikan kebersihannya.
Keberadaan tempat penampungan air tersebut merupakan potensi bagi
Aedes aegypti sebagai tempat untuk berkembangbiak. Hal ini menjadi
lebih buruk lagi dengan perilaku responden yang tidak menutup tempat-
tempat penampungan air. Menurut Hasyimi dkk (2009), ketersediaan
tempat penampungan air yang terbuka menyebabkan nyamuk bebas
masuk ke dalam penampungan air untuk berkembang biak.
Berdasarkan hasil uji univariat diketahui bahwa mayoritas
responden menutup tempat penampungan air dengan rapat yakni 81
orang (63,3%). Hal ini serupa dengan penelitian Jaya dkk (2013) yakni
sebanyak 75 rumah (75.0%) menutup rapat tempat penampungan air.
Hasil analisa tabel silang menunjukkan bahwa diantara responden yang
66
memiliki jentik Aedes aegypti, lebih banyak responden yang tidak
menutup tempat penampungan air (70,4%) dibanding responden yang
menutup tempat penampungan air (29,6%).
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa tempat perindukan
nyamuk jenis artificial yang banyak ditemukan berupa bak mandi dan
ember. Dari observasi diketahui bahwa bak mandi merupakan tempat
penampungan air yang tidak memiliki penutup, sehingga responden tidak
melakukan kegiatan penutupan tempat penampungan air. Akan tetapi,
pada jenis ember yang merupakan tempat penampungan air dan
memiliki penutup. Beberapa responden tidak menutup dengan rapat
tempat penampungan air tersebut karena jenis ember dengan volume
kecil sehingga air selalu habis. Keberhasilan perkembangbiakan nyamuk
Aedes didukung oleh ukuran tempat penampungan air yang cukup besar
dan air yang berada didalammya cukup lama (Hasyimi, 2004). Dengan
demikian, ember tersebut tidak dapat menjadi tempat perkembangbiakan
bagi nyamuk Aedes aegypti. Sedangkan untuk tempat perindukan jenis
natural tidak di lakukan kegiatan penutupan sehingga dapat menjadi
perkembangbiakan natural. Pelaksanaan penelitian yang tidak dilakukan
pada musim hujan menyebabkan Aedes aegypti tidak dapat
berkembangbiak pada tempat perindukan nyamuk natural. Hal ini
didukung dengan penelitian Yanti (2004) yang menyatakan bahwa
jumlah hari hujan yang sedikit dengan curah hujan tinggi tetapi waktunya
panjang akan menambah tempat perindukan nyamuk dan meningkatkan
populasi nyamuk.
67
Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara menutup tempat penampungan air dengan keberadaan
jentik Aedes aegypti. Penelitian ini didukung dengan penelitian Jaya dkk
(2013) bahwa menutup rapat tempat penampungan air berhubungan
dengan keberadaan larva Aedes aegyptidengan p=0.000. Penelitian yang
dilakukan oleh Badrah (2011) juga menyatakan bahwa ada hubungan
antara kondisi TPA dengan keberadaan jentik dengan p=0.000. Akan
tetapi, hal ini bertolak belakang dengan penelitian Benvie (2005) dan
Desniawati (2014) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
menutup tempat penampungan air (TPA) dengan keberadaan larva Aedes
aegypti.
Keberadaan penutup tempat penampungan air yang tidak rapat
lebih disukai oleh nyamuk betina sebagai tempat bertelur, dibandingkan
dengan tempat air yang terbuka. Karena masih terdapat celah akibat
penutup tempat penampungan air yangtidak dipasang secara baik dan
sering dibuka mengakibatkan ruang di dalamnya relatif lebih gelap
(Soedarmo, 2005). Oleh karena itu, dianjurkan untukselalu menutup
kembali tempat penampungan air setelah digunakan. Dengan demikian,
masyarakat dapat meminimalisir kesempatan nyamuk Aedes Aegypti
dalam peletakkan telur pada tempat penampungan air.
68
3. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Mengubur
Barang Bekas
Kegiatan mengubur barang bekas dilakukan merupakan salah satu
praktik pemberantasan sarang nyamuk DBD. Kegiatan ini dilakukan
dengan cara mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menampung
air dan menjadi tempat perkembangbiakan jentikAedes aegypti. Barang
bekas yang umumnya di temukan di rumah masyarakat yakni kaleng
bekas, ban bekas, botol bekas.
Berdasarkan hasil uji univariat tabel 11 menunjukkan
bahwamayoritas jenis barang bekas yang dimiliki responden di Kelurahan
Benda Baru yakni botol/kaleng bekas (63,33%). Selain itu, diketahui
bahwa mayoritas responden tidak mengubur barang bekas yakni sebanyak
118 orang (92,2%). Sedangkan hanya 10 orang lainnya (7,8%) yang
mengubur barang bekas. Hal ini dimungkinkan terjadi karena responden
tidak mempunyai cukup ruang dan kurangnya lahan yang digunakan untuk
mengubur barang-barang bekas serta masyarakat cenderung
mengumpulkan barang bekas kemudian di ambil oleh petugas kebersihan.
Selain itu, faktor musim kemarau saat pelaksanaan penelitian
mempengaruhi jumlah barang bekas yang menampung air sehingga tidak
terdapat barang bekas yang memungkinkan bagi nyamuk Aedes aegypti
untuk bertelur dan berkembangbiak. Hal ini didukung oleh Hadinegoro
dan Satari (2002) yang menyatakan bahwa musim hujan, menimbulkan
banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat
berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti.
69
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara mengubur barang bekas dengan keberadaan jentik
Aedes aegypti. Terdapatresponden yang tidak mengubur barang bekas dan
memiliki jentik Aedes aegypti 24 orang (88,9%), sedangkan responden
yang menutup tempat penampungan air dan ditemukan jentik Aedes
aegyptiada 3 orang (11,1%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Anggara (2005) di wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Kota
Makassar yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara mengubur
barang-barang bekas dengan keberadaan larva Aedes aegypti.Hasil serupa
ditunjukkan oleh Yudhastuti dan Vidiyani (2005) di Surabaya.
Hasil Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Desniawati (2014), dimana terdapat hubungan yang bermakna antara
perilaku mengubur barang –barang bekas dengan keberadaan larva Aedes
aegypti, serta penelitian yang dilakukan oleh Nomitasari dkk (2012) yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,001) antara
praktik memusnahkan barang-barang bekas di kelurahan percontohan dan
kelurahan non percontohan. Hal tersebut dikarenakan kepadatan penduduk
yang tinggi sehingga tidak mempunyai cukup ruang untuk mengumpulkan
barang-barang bekas.
Ketersediaan barang bekas yang menampung air mengindikasikan
kepadatan nyamuk, sehingga dapat diprediksikan bahwa pada musim
penghujan keberadaan sampah padat mempunyai resiko yang cukup besar
sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. Dengan demikian
masyarakat diharapkan untuk mengurangi tempat perindukan nyamuk,
70
dalam hal ini barang bekas seperti botol/kaleng bekas serta ban bekas
dengan menangani sampah padat melalui teknik yang efektif dan ramah
lingkungan seperti mengubur atau dengan prinsip 3R (reduce, reuse,
recovery).
4. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Penggunaan
Abate
Kegiatan menabur bubuk abate merupakan salah satu cara
memberantas jentik Aedes aegypti dengan teknik kimia yakni
menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida). Kegiatan ini
sebaiknya dilakukan setiap 2 bulan sekali dengan dosis 10 gram untuk
setiap 100 liter air (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan hasil uji univariat diketahui bahwa sebagian besar
responden tidak menaburabate yakni 86 orang (67,2%). Hal ini
dimungkinkan karena abate tidak diberikan secara merata ke seluruh
masyarakat. Selain itu, Berdasarkan tabel 13 terdapat responden yang
memiliki abate namun tidak menabur bubuk abate yang sesuai aturan
yakni paling banyak responden yang menggunakan abate dengan frekuensi
> 2 bulan sekali (60%) serta responden yang menggunakan abate tidak
sesuai takaran (57,1%). Serta responden masih merasa tidak aman untuk
menggunakan bubuk abate karena akan menyebabkan air dalam tempat
penampungannya akan menjadi keruh, serta masih ada ketakutan jika
bubuk abate dapat menimbulkan efek negatif bagi kesehatan.
71
Hasil uji statistik penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara penggunaan abate dengan keberadaan
jentik Aedes aegypti. Berdasarkan hasil tabel silang diketahui bahwa
terdapat 19 orang responden (70,4%) yang tidak menabur bubuk abate dan
memiliki jentik Aedes aegypti. Sedangkan responden yang menabur bubuk
abate dan ditemukan jentik Aedes aegyptiada 8 orang (29,6%). Hal ini
sejalan dengan penelitian Yunita dan Soedjajadi (2007) menyatakan
bahwa risiko keberadaan jentik Aedes aegypti pada rumah yang tidak
diberi abate pada tempat penampungan airnya adalah sebesar 9,13 kali
dibandingkan dengan rumah yang diberi abate pada tempat penmapungan
airnya terhadap kejadian DBD.
Oleh karena itu, untuk memutus rantai siklus hidup Aedes aegypti,
maka perlu adanya upaya untuk memberikan informasi yang benar
mengenai bubuk abate dan cara penggunaannya. Selain informasi dan
pengetahuan yang diberikan dari pihak puskesmas, adanya pembagian
rutin bubuk abate setiap bulannya juga menjadi salah satu solusi untuk
menciptakan koordinasi antara masyarakat dengan pihak Puskesmas.
5. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Memelihara
Ikan Pemakan Jentik
Upaya untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit
DBD yang paling penting adalah dengan mengendalikan nyamuk Aedes
aegypti sebagai vektor utama. Salah satu cara pemberantasan secara
72
biologi yakni memelihara ikan pemakan jentik pada tempat
penampungan air. Adapun contoh ikan pemakan jentik yakni ikan kepala
timah (Aplocheilus panchax), ikan guvi (Poecilia reticulata), ikan
cupang/tempalo (Betta fusca) dan ikan nila (Oreochromis niloticus)
dalam bak atau tempat penampungan air lainnya sehingga sebagai
predator bagi jentik dan pupa (Sucipto, 2011).
Berdasarkan hasil univariat diketahui bahwa sebagian besar
responden tidak memelihara ikan pemakan jentik yakni sebanyak 114
orang (89,1%). Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara memelihara ikan pemakan jentik dengan
keberadaan jentik Aedes aegypti. Terdapat responden yang tidak
memelihara ikan pemakan jentik dan memiliki jentik Aedes aegypti 23
orang (85,2%). Sedangkan responden yang memelihara ikan pemakan
jentik dan ditemukan jentik Aedes aegyptiada 4 orang (14,8%). Adapun
jenis ikan pemakan jentik yang paling banyak dipelihara responden
adalah ikan nila (42,86%).Hal ini sejalan dengan penelitian Jaya dkk
(2013) dimana tidak ada hubungan antara ikan pemakan jentik / predator
dengan keberadaan larva Aedes aegypti.
Penelitian yang dilakukan oleh Lintang, dkk (2005) menunjukkan
hasil yang berbeda yakni terdapat hubungan bermakna antara predator
dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Menurut Sofiana (2013) terdapat
perbedaan kemampuan dalam memangsa larva Aedes aegypti di
masyarakat oleh ketiga ikan (ikan Nila, ikan Mas, dan ikan Cetul). Hal ini
didukung oleh Respti dan Keman (2007) yang menunjukkan bahwa ada
73
hubungan predator dengan keberadaan larva Aedes aegypti dan DBD.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil masyarakat yang
memberantas jentik dengan memelihara ikan pemakan jentik. Hal tersebut
dimungkinkan karena beberapa responden masih adanya anggapan bahwa
kotoran ikan dapat mencemari air yang membuat air berbau amis. Oleh
karena itu, pemerintah diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya memelihara ikan pemakan jentik dengan
penyuluhan.
74
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terkait keberadaan jentik Aedes
aegypti berdasarkan tempat perindukan nyamuk dan perilaku pemberantasan
sarang nyamuk di Kelurahan Benda baru, didapatkan simpulan sebagai
berikut :
1. Kelurahan Benda Baru merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan
Pamulang yang cenderung memiliki lahan pekarangan dan memiliki
tempat pembuangan akhir terbuka yang dapat berpotensi menjadi tempat
perindukan nyamuk Aedes aegypti.
2. Keberadaan jentik Aedes aegyptidi Kelurahan Benda Baru tahun 2015
yakni 27 rumah (21,1%) khususnya paling banyak ditemukan pada
dispenser (57,14%). Namun, nilai ABJ yang didapat sebesar 78,9% belum
mencapai target dari Depkes RI.
3. Terdapat tempat perindukan nyamuk pada setiap rumah responden di
Kelurahan Benda Baru tahun 2015. Mayoritas jenis tempat perindukan
nyamuk yang dimiliki yakni artificial (87,5 %).
4. Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di Kelurahan Benda Baru
tahun 2015 meliputi menguras tempat penampungan air sebanyak 67
responden (52,3%), menutup tempat penampungan air dengan rapat
yakni 81 responden (63,3%), mengubur barang bekas yakni 10 responden
75
75
(7,8 %), penggunaanabate yakni 42 orang (32,8%) serta memelihara ikan
pemakan jentik yakni 14 orang (10,9%).
5. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tempat perindukan
nyamuk dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda
Baru tahun 2015 .
6. Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang berhubungan
dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun
2015 yakni menguras tempat penampungan air (p value 0,000) dan
menutup tempat penampungan air (p value 0,000). Sedangkan variabel
PSN lain tidak berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti
yakni mengubur barang bekas (p value 0,439), penggunaan abate (p
value0,819) dan memelihara ikan pemakan jentik (p value0,492).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa saran
sebagai berikut :
1. Masyarakat
a. Masyarakat diharapkan mengetahui dan mengurangi tempat
penampungan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk
Aedes aegypti khususnya pada dispenser.
b. Masyarakat diharapkan menguras tempat penampungan air secara
rutin minimal seminggu sekali dengan menyikat dinding tempat
penampungan air menggunakan sabun.
76
76
c. Masyarakat segera menutup rapat kembali tempat penampungan air
dan mengurangi tenpat perindukan nyamuk dalam hal ini barang
bekas dengan menangani sampah padat melalui teknik yang efektif
dan ramah lingkungan seperti mengubur atau dengan prinsip 3R
(reduce, reuse, recovery).
2. Puskesmas Benda Baru
a. Meningkatkan koordinasi antara masyarakat, kader juru pemantau
jentik dan puskesmas dalam pengecekan jentik nyamuk Aedes aegypti
secara rutin.
b. Memberikan informasi serta praktik penggunaan abate pada tempat
penampungan air seperti tampungan air dispenser kepada masyarakat.
Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang masih belum
mempraktikkan penggunaan abate sesuai prosedur.
3. Peneliti Lain
a. Peneliti lain disarankan untuk mempertimbangkan waktu dalam
pelaksanaan penelitian, yakni sebaiknya tidak pada musim kemarau
(kering).Akan tetapi, saat pergantian musim atau musim penghujan.
b. Peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian dengan
menggunakan studi intervensi agar dapat mengetahui hubungan sebab
akibat yang lebih kuat dibandingkan dengan studi cross sectional.
77
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi,Umar Fahmi. 2012. Dasar - Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan.
Jakarta: Rajawali Pers.
Anggara. 2005. Hubungan 3M dan 3M plus dengan keberadaan larva aedes
aegypti di wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Kota Makassar Tahun 2005.
Skripsi tidak diterbitkan FKM Unhas.
Badrah & Hidayah. 2011. Hubungan Antara Tempat Perindukan Nyamuk Aedes
Aegypti Dengan Kasus Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Penajam
Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara. J. Trop. Pharm.
Chem. (Indonesia), 2011. Vol 1. No. 2. (online)
(http://isjd.lipi.go.id/admin/jurnal/1211153160_2087-7099.pdf, Daikses 12
November 2012).
Benvie. 2005. Hubungan 3M dan 3M plus dengan Demam Berdarah Dengue di
wilayah Puskesmas Maricayya Selatan. Skripsi tidak diterbitkan FKM
Unhas.
Brahim, R dan Hasnawati. 2010.Demam Berdarah Dengue. Buletin Jendela
Epidemiologi. Vol.2. Agustus 2010.
Booroto dkk. 2013. Hubungan Antara Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Sp. Di Lingkungan I
Kelurahan Teling Atas, Kecamatan Wanea Kota Manado. Bidang Minat
Kesehatan Lingkungan, FakultasKesehatanMasyarakat, Universitas Sam
Ratulangi
CDC. 2009. Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever.Puerto Rico : US
Departement of Health and Human Services.
78
Depkes RI. 2004a. Buletin Harian Perilaku dan Siklus Hidup NyamukAedes
aegpty Sangat Penting Diketahui dalam Melakukan Kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk Termasuk Pemantauan Jentik Berkala.
Jakarta : Ditjen P2M & PL.
Depkes RI. 2004b. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Jakarta :
Departemen Kesehatan
Depkes RI. 2005.Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Ditjen PP & PL. Jakarta.
Desniawati, F. 2014. Pelaksanaan 3M Plus Terhadap Keberadaan Larva Aedes
Aegpty Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan
Bulan Mei-Juni Tahun 2014. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dinkes Tangerang Selatan. 2013. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Tangerang
Selatan tahun 2013.
Ditjen PPM & PLP. 1996. Petunjuk Bagi Kader dan Tokoh Masyarakat Pada
Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen P2PL. 2008. Modul Pelatihan Bagi Pelatih Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) Dnegan
PendekatanKomunikasi Perubahan Perilaku (Comunication For
Behavioral Impact). Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen P2PL. 2014. Petunjuk Teknis Jumantik – PSN Anak Sekolah. Jakarta:
Kemenkes RI.
79
Hadi, U.K, Sigit S, Agustina E. 2006. Habitat Jentik Aedes aeigypti pada Air
Terpolusi di Laboratorium. Jurnal Kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan:
Institut Pertanian Bogor;. 2006.
Hadinegoro & Satari. 2002. Demam Berdarah Dengue. Balai Penerbit FK UI:
Jakarta.
Hasyimi M, Soekirno M. 2004. Pengamatan tempat perindukan Aedes aegypti
pada tempat penampungan air rumah tangga pad masyarakat pengguna
air olahan. Jurnal Ekologi Kesehatan; 2004; 3;37-42
Hasyimi dkk (2009). Tempat-Tempat Terkini Yang Disenangi Untuk
Perkembangbiakan Vektor Demam Berdarah Aedes Sp. Media Litbang
Kesehatan Volume XIXNomor 2 Tahun 2009.
Jaya dkk. 2013. Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk (Psn) Dbd Dengan
Keberadaan Larva Aedes Aegypti Di Wilayah Endemis Dbd Kelurahan
Kassi-Kassi Kota Makassar.Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, UNHAS, Makassar
Kemenkes, RI. 2010. Demam Berdarah DengueBuletin Jendela Epidemiologi.
Jakarta: Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi.
Kemenkes, RI. 2011. Permenkes Nomor 374/Menkes/Per/III/2011 Tentang
Pengendalian Vektor.
Kemenkes, RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta.
Kemenkes, RI. 2013a. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta.
80
Kemenkes, RI. 2013b. Pengendalian demam berdarah dnegue untuk pengelola
program DBD Puskesmas. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Laila, dkk. 2014. Pengamatan Kontainer yang Potensial sebagai Tempat
Perkembangbiakan Nyamuk Aedes aegypti di Kecamatan Tambaksari,
Kota Surabaya. Jurnal Ilmiah Biologi, ISSN : 9772303342002, Volume 2
Nomor 1 April 2014
Lintang, dkk. 2010. Perbedaan praktik PSN 3M Plus di kelurahan percontohan
dan non percontohan program pemantauan jentik rutin Kota Semarang.
Jurnal Entomologi Indonesia, ISSN: 1721-6781.
Nugroho, FS. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik
Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten
Boyolali. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Nomitasari dkk (2012). Perbedaan praktik PSN 3M Plus di kelurahan percontohan
dan non percontohan program pemantauan jentik rutin kota Semarang.
Jurnal Entomologi Indonesia. April 2012, Vol. 9 No. 1, 32-37. ISSN:
1829-7722
Puskesmas Benda Baru. 2014. Profil Kesehatan Puskesmas Benda Baru tahun
2014.
Puskesmas Benda Baru. 2015. Laporan Bulanan Puskesmas Benda Baru bulan
Januari-Maret tahun 2015.
Ridha, dkk. 2013. Hubungan kondisi Lingkungan dan kontainer dengan
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di daerah endemis demam
81
berdarah dengue di kota Banjarbaru. Banjarmasin. Jurnal Buski Vol. 4,
No. 3, Juni 2013, Hal. 133 - 137
Rosa, E. 2004. Pengaruh Jenis Tempat Penampungan Air (TPA) terhadap Jumlah
Peletakan Telur Nyamuk Aedes Aegypti L. Lampung. FMIPA Universitas
Lampung. J. Sains Tek., Desember 2004, Vol. 10, No. 3
Safar R. 2010.Parasitologi Kedokteran: Nurhayati N, editor. Protozoologi
Helmintologi dan Entomologi. Balai penerbit Yrama Widya, Bandung.
Sari dan Darnoto. 2012. Hubungan Breeding Place dan Perilaku Masyarakat
dengan Keberadaan Jentik Vektor DBD di Desa Gagak Sipat Kecamatan
Ngemplak Kabupaten Boyolali. Surakarta. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-
7621, Vol. 5, No. 2, Desember 106 2012: 103 - 109.
Sari dan Kurniawan. 2012.Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku PSN
dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti Di Desa Ngesrep Kecamatan
Ngemplak Kabupaten Boyolali. Surakarta. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-
7621, Vol. 5, No. 1, Juni 2012: 66-73.
Silalahi, L. 2004. Demam Berdarah , Penyebaran dan Penanggulannya.Jakarta :
Litbang Departemen Kesehatan RI
Sulistyawati, I.H. 2011. Hubungan Letak, Jenis, Dan Kondisi Tempat
Penampungan Air (TPA) Dengan Kepadatan Larva Aedes Aegypti Di
Kelurahan Rappocini Kecamatan Rappocini Kota Makassar. Skripsi tidak
dipublikasikan. Makassar SI Kesehatan Masyarakat. Ubiversitas
Hasanuddin.
Sumantri A. 2010. Kesehatan Lingkungan & Perspektif Islam. Jakarta : Kencana
Soedarmo. 1988. Demam Berdarah Dengue Pada Anak. UI Press, Jakarta.
82
Soeroso T, Umar IA. 2002. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia Saat Ini. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Sungkar. 2010.
Suyasa, dkk. 2007. Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat
dengan Keberadaan Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah
Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan. ECOTROPHIC 3 (1) : 1 - 6. ISSN:
1907-5626.
Trpis, dkk. 1971. Aedes aegypti and Aedes simpsoni Breeding in Coral Rock
Holes on the Coast of Tanzania. Switzerland.
World Health Organization. 2005. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan
Demam Berdarah Dengue. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
WHO. 2009. Dengue: guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control-
New edition. France : WHO Press.
Widagdo, dkk. 2008. Kepadatan Jentik Aedes Aegypti Sebagai Indikator
Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3m Plus): Di Kelurahan
Srondol Wetan, Semarang. Semarang.MAKARA, KESEHATAN, VOL.
12, NO. 1, JUNI 2008: 13-19.
Widoyono, dkk. 2008. Penyakit Tropis; Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
Yudhastuti, dkk. 2005. Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, dan Perilaku
Masyarakat Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti Di Daerah
83
Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya.JURNAL KESEHATAN
LINGKUNGAN, VOL.1, 171 NO.2, JANUARI 2005
Zubaedah,dkk. 2014. Kepadatan jentik aedes sp pada kontainer di dalam dan di
luar rumah di Kelurahan Surgi Mufti Banjarmasin tahun 2014.
Banjarmasin. Jurnal Buski Vol. 5, No. 2, Desember 2014, halaman 95-
100.
84
LAMPIRAN
85
DOKUMENTASI HASIL OBSERVASI
Bak Penampungan Air Tempat Penampungan Air Dispenser
Bak Mandi Responnden Kolam ikan Responden
Ban Bekas Responden Ember Responden
86
No Responden
Tanggal Pengisian :
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
HUBUNGAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DANPERILAKU
PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN
KEBERADAAN JENTIK AEDES AEGYPTI DI KELURAHAN BENDA
BARU TAHUN 2015
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saya Ika Amalia Putri mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan
Kesehatan Lingkungan bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan
Tempat Perindukan Nyamuk danPerilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015.
Adapun penelitian ini dalam rangka menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM).
Dengan demikian, saya mohon kesediaan saudara untuk mengisi kuesioner ini
dengan jujur, lengkap dan jelas. Semua informasi yang Saudara berikan terjamin
kerahasiannya. Kejujuran Saudara dalam menjawab setiap pertanyaan sangat
diharapkan demi kevalidan dan kebenaran data.
Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.
Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian dan bersedia mengisi lembar
kuesioner yang telah disediakan dibawahini dengan sadar tanpa paksaan.
Benda Baru , September 2015
(..................................)
87
Petunjuk Pengisian Kuesioner :
a. Isilah terlebih dahulu identitas responden dengan lengkap dan jelas
b. Bacalah dengan seksama setiap pertanyaan, sebelum menjawab.
c. Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang anda pilih.
Kode Pertanyaan Jawaban Diisi Oleh
Peneliti
A. Identitas Responden
A1 Nama
A2 Usia
A3 Alamat
A4 No Telp/HP
A5
Pendidikan Terakhir : 1. Tidak Sekolah
2. Tidak Tamat SD
3. Tamat SD
4. Tamat SMP /sederajat
5. Tamat SMA / sederajat
6. Tamat Perguruan Tinggi /
Akademi
[ ]
B. Menguras Tempat Penampungan Air
B1
Apakah keluarga anda menguras
tempat penampungan air dirumah?
1. Ya
2. Tidak Lanjut ke
pertanyaan C1
[ ]
B2
Jika Ya, berapa kali anda menguras
tempat penampungan air tersebut?
1. Seminggu sekali
2. Dua minggu sekali
3. Satu bulan sekali
[ ]
B3
Bagaimanakah cara anda menguras
tempat penampungan air ?
1. Menggunakan sabun
2. Menggunakan sikat
3. Menggunakan sikat dan
sabun
4. Tidak menggunakan sikat
dan sabun
[ ]
C. Menutup Tempat Penampungan Air
C1
Apakah tempat penampungan air
keluarga anda ditutup dengan rapat
dirumah?
1. Ya
2. Tidak
[ ]
D. Mengubur barang bekas
D1
Apakah anda mengubur barang
bekas yang berada di sekitar rumah
Anda seperti ban bekas dan kaleng?
1. Ya
2. Tidak
[ ]
E. Penggunaan Abate
E1
Apakah anda memberikan bubuk
abate pada tempat penampungan
air?
1. Ya
2. Tidak Lanjut ke
pertanyaan F1
[ ]
E2 Jika Ya, berapa kali anda
memberikan bubuk abate pada
1. Dua bulan sekali
2. Empat bulan sekali
[ ]
88
Kode Pertanyaan Jawaban Diisi Oleh
Peneliti
tempat penampungan air tersebut? 3. Satu tahun sekali
E3
Berapakah jumlah takaran bubuk
abate yang anda berikan pada
tempat penampungan air?
1. < 1sdm yang diaratakan
untuk 100 ltr
2. 1sdm yang diratakan
untuk 100 ltr
3. > 1sdm yang diratakan
untuk 100 ltr
[ ]
F. Memelihara ikan pemakan jentik
F1
Apakah anda memelihara ikan
pemakan jentik pada tempat
penampungan air ?
1. Ya
2. Tidak
[ ]
F2
Jika ya, apakah jenis ikan pemakan
jentik yang anda pelihara pada
tempat penampungan air? (Boleh
menjawab lebih dari )
1. Ikan kepala hitam
2. Ikan guvi
3. Ikan cupang
4. Ikan nila
[ ]
Terima kasih atas partisipasinya
Wassalammualaikum wr. wb.
89
No Responden
Tanggal Pengisian :
LEMBAR OBSERVASI
SURVEI JENTIK AEDES AEGYPTI
Tempat Perindukan Nyamuk
Artificial
Jentik
Ada Tidak
a. Bak mandi
b. Ember
c. Dispenser
d. Vas bunga
e. Botol/Kaleng bekas
f. Ban bekas
g. Kolam/akuarium
Tempat Perindukan Nyamuk
Natural
Jentik
Ada Tidak
a. Tempurung Kelapa
b. Pelepah daun
90
OUTPUT ANALISIS UNIVARIAT
A. KEBERADAAN JENTIK AEDES AEGYPTI Statistics
keberadaan_jentik
N Valid 128
Missing 0
keberadaan_jentik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid ADA JENTIK 27 21.1 21.1 21.1
TIDAK ADA JENTIK 101 78.9 78.9 100.0
Total 128 100.0 100.0
B. TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK Statistics
INDUK
N Valid 128
Missing 0
INDUK
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid ARTIFICIAL 112 87.5 87.5 87.5
ARTIFICIAL DAN NATURAL 16 12.5 12.5 100.0
Total 128 100.0 100.0
Bak_mandi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid ada 119 93.0 93.0 93.0
tidak 9 7.0 7.0 100.0
Total 128 100.0 100.0
Ember
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid ada 125 97.7 97.7 97.7
tidak 3 2.3 2.3 100.0
Total 128 100.0 100.0
dispenser
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid ada 107 83.6 83.6 83.6
tidak 21 16.4 16.4 100.0
Total 128 100.0 100.0
Vas Bunga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid ada 12 9.4 9.4 9.4
tidak 116 90.6 90.6 100.0
Total 128 100.0 100.0
botolkaleng
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
91
Valid ada 24 18.8 18.9 18.9
tidak 103 80.5 81.1 100.0
Total 127 99.2 100.0
Missing System 1 .8
Total 128 100.0
ban_bekas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid ada 11 8.6 8.7 8.7
tidak 116 90.6 91.3 100.0
Total 127 99.2 100.0
Missing System 1 .8
Total 128 100.0
kolam_akuarium
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid ada 17 13.3 13.4 13.4
tidak 110 85.9 86.6 100.0
Total 127 99.2 100.0
Missing System 1 .8
Total 128 100.0
tempurung_kelapa
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid ada 3 2.3 2.3 2.3
tidak 125 97.7 97.7 100.0
Total 128 100.0 100.0
pelepah_daun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid ada 13 10.2 10.2 10.2
tidak 115 89.8 89.8 100.0
Total 128 100.0 100.0
C. MENGURAS TEMPAT PENAMPUNGAN AIR
Statistics
Perilaku_MengurasTPA
N Valid 128
Missing 0
Perilaku_MengurasTPA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Ya 67 52.3 52.3 52.3
Tidak 61 47.7 47.7 100.0
Total 128 100.0 100.0
92
D. MENUTUP TEMPAT PENAMPUNGAN AIR
Statistics
Menutup_TPA
N Valid 128
Missing 0
Menutup_TPA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid ya 81 63.3 63.3 63.3
tidak 47 36.7 36.7 100.0
Total 128 100.0 100.0
E. MENGUBUR BARANG BEKAS
Statistics
Mengubur_barangbekas
N Valid 128
Missing 0
Mengubur_barangbekas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid ya 10 7.8 7.8 7.8
tidak 118 92.2 92.2 100.0
Total 128 100.0 100.0
F. PENGGUNAAN ABATE
Statistics
Perilaku_Abate
N Valid 128
Missing 0
Penggunaan_abate
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid ya 42 32.8 32.8 32.8
tidak 86 67.2 67.2 100.0
Total 128 100.0 100.0
G. MEMELIHARA IKAN PEMAKAN JENTIK
Statistics
Memelihara_ikan
N Valid 128
Missing 0
Memelihara_ikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid ya 14 10.9 10.9 10.9
tidak 114 89.1 89.1 100.0
Total 128 100.0 100.0
93
frek_baru * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total
ADA JENTIK TIDAK ADA
JENTIK
frek_baru seminggu sekali Count 6 70 76
% within keberadaan_jentik 42.9% 85.4% 79.2%
>1 minggu Count 8 12 20
% within keberadaan_jentik 57.1% 14.6% 20.8%
Total Count 14 82 96
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
cara_menguras_baru0 * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total
ADA JENTIK TIDAK ADA
JENTIK
cara_menguras_baru0 0 Count 6 69 75
% within keberadaan_jentik 42.9% 84.1% 78.1%
1 Count 8 13 21
% within keberadaan_jentik 57.1% 15.9% 21.9%
Total Count 14 82 96
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
FREK_ABATE * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total
ADA JENTIK TIDAK ADA
JENTIK
FREK_ABATE 2 BULAN SEKALI Count 2 18 20
% within keberadaan_jentik 40.0% 62.1% 58.8%
>2 BULAN Count 3 11 14
% within keberadaan_jentik 60.0% 37.9% 41.2%
Total Count 5 29 34
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
tak_baru * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total
ADA JENTIK TIDAK ADA
JENTIK
tak_baru sesuai takaran Count 5 25 30
% within keberadaan_jentik 100.0% 86.2% 88.2%
tidak sesuai takaran Count 0 4 4
% within keberadaan_jentik .0% 13.8% 11.8%
Total Count 5 29 34
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
ikan_kepalahitam
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 3 2 1.6 66.7 66.7
4 1 .8 33.3 100.0
Total 3 2.3 100.0
Missing System 125 97.7
Total 128 100.0
94
ikan_guvi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid ya 4 3.1 100.0 100.0
Missing System 124 96.9
Total 128 100.0
ikan_cupang
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid ya 2 1.6 40.0 40.0
tidak 3 2.3 60.0 100.0
Total 5 3.9 100.0
Missing System 123 96.1
Total 128 100.0
ikan_nila
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid ya 6 4.7 100.0 100.0
Missing System 122 95.3
Total 128 100.0
barang_bekas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid botol/kaleng bekas 19 14.8 63.3 63.3
ban bekas 11 8.6 36.7 100.0
Total 30 23.4 100.0
Missing System 98 76.6
Total 128 100.0
dispenser * Jentik_dispenser Crosstabulation
Jentik_dispenser
Total ada tidak
dispenser ada Count 12 95 107
% within Jentik_dispenser 100.0% 81.9% 83.6%
tidak Count 0 21 21
% within Jentik_dispenser .0% 18.1% 16.4%
Total Count 12 116 128
% within Jentik_dispenser 100.0% 100.0% 100.0%
Bak_mandi * Jentik_Bakmandi Crosstabulation
Jentik_Bakmandi
Total ada tidak
Bak_mandi ada Count 13 106 119
% within Jentik_Bakmandi 100.0% 93.0% 93.7%
tidak Count 0 8 8
% within Jentik_Bakmandi .0% 7.0% 6.3%
Total Count 13 114 127
% within Jentik_Bakmandi 100.0% 100.0% 100.0%
95
OUTPUT ANALISIS BIVARIAT
A. HUBUNGAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DENGAN KEBERADAAN JENTIK
INDUK * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total ADA JENTIK TIDAK ADA JENTIK
INDUK ARTIFICIAL Count 24 88 112
% within keberadaan_jentik 88.9% 87.1% 87.5%
ARTIFICIAL DAN NATURAL Count 3 13 16
% within keberadaan_jentik 11.1% 12.9% 12.5%
Total Count 27 101 128
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
PVALUE (1,000) > 0,05 (TIDAK BERHUBUNGAN) Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .060a 1 .806
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .062 1 .804
Fisher's Exact Test 1.000 .552
Linear-by-Linear Association .060 1 .807
N of Valid Casesb 128
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,38.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for INDUK (ARTIFICIAL / ARTIFICIAL DAN NATURAL)
1.182 .311 4.487
For cohort keberadaan_jentik = ADA JENTIK
1.143 .388 3.365
For cohort keberadaan_jentik = TIDAK ADA JENTIK
.967 .750 1.247
N of Valid Cases 128
B. HUBUNGAN MENGURAS TEMPAT PENAMPUNGAN AIR DENGAN KEBERADAAN
JENTIK
Perilaku_MengurasTPA * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total
ADA JENTIK TIDAK ADA
JENTIK
Perilaku_MengurasTPA Ya Count 3 64 67
% within keberadaan_jentik 11.1% 63.4% 52.3%
Tidak Count 24 37 61
% within keberadaan_jentik 88.9% 36.6% 47.7%
Total Count 27 101 128
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
96
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 23.321a 1 .000
Continuity Correctionb 21.273 1 .000
Likelihood Ratio 25.618 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 23.139 1 .000
N of Valid Casesb 128
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,87.
b. Computed only for a 2x2 table
PVALUE(0,000) < 0,05 (BERHUBUNGAN) Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Perilaku_MengurasTPA (Ya / Tidak)
.072 .020 .256
For cohort keberadaan_jentik = ADA JENTIK
.114 .036 .359
For cohort keberadaan_jentik = TIDAK ADA JENTIK
1.575 1.278 1.940
C. HUBUNGAN MENUTUP TEMPAT PENAMPUNGAN AIR DENGAN KEBERADAAN
JENTIK
Menutup_TPA * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total
ADA JENTIK TIDAK ADA
JENTIK
Menutup_TPA ya Count 8 73 81
% within keberadaan_jentik 29.6% 72.3% 63.3%
tidak Count 19 28 47
% within keberadaan_jentik 70.4% 27.7% 36.7%
Total Count 27 101 128
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 16.676a 1 .000
Continuity Correctionb 14.891 1 .000
Likelihood Ratio 16.246 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 16.546 1 .000
N of Valid Casesb 128
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,91.
b. Computed only for a 2x2 table
PVALUE(0,000) < 0,05 (BERHUBUNGAN)
97
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Menutup_TPA (ya / tidak)
.161 .063 .411
For cohort keberadaan_jentik = ADA JENTIK
.244 .116 .514
For cohort keberadaan_jentik = TIDAK ADA JENTIK
1.513 1.183 1.935
N of Valid Cases 128
D. HUBUNGAN MENGUBUR BARANG BEKAS DENGAN KEBERADAAN JENTIK
Mengubur_barangbekas * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total
ADA JENTIK TIDAK ADA
JENTIK
Mengubur_barangbekas ya Count 3 7 10
% within keberadaan_jentik 11.1% 6.9% 7.8%
tidak Count 24 94 118
% within keberadaan_jentik 88.9% 93.1% 92.2%
Total Count 27 101 128
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .517a 1 .472
Continuity Correctionb .099 1 .752
Likelihood Ratio .477 1 .490
Fisher's Exact Test .439 .354
Linear-by-Linear Association .513 1 .474
N of Valid Casesb 128
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,11.
b. Computed only for a 2x2 table
PVALUE (0,439)>0,005 (TIDAK BERHUBUNGAN) Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Mengubur_barangbekas (ya / tidak)
1.679 .404 6.978
For cohort keberadaan_jentik = ADA JENTIK
1.475 .536 4.057
For cohort keberadaan_jentik = TIDAK ADA JENTIK
.879 .580 1.332
N of Valid Cases 128
98
E. HUBUNGAN PENGGUNAAN ABATE DENGAN KEBERADAAN JENTIK
Penggunaan_abate * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total
ADA JENTIK TIDAK ADA
JENTIK
Penggunaan_abate ya Count 8 34 42
% within keberadaan_jentik 29.6% 33.7% 32.8%
tidak Count 19 67 86
% within keberadaan_jentik 70.4% 66.3% 67.2%
Total Count 27 101 128
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
PVALUE (0,819)>0,005 (TIDAK BERHUBUNGAN) Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .157a 1 .692
Continuity Correctionb .027 1 .868
Likelihood Ratio .159 1 .690
Fisher's Exact Test .819 .440
Linear-by-Linear Association .156 1 .693
N of Valid Casesb 128
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,86.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Penggunaan_abate (ya / tidak) .830 .330 2.089
For cohort keberadaan_jentik = ADA JENTIK .862 .412 1.805
For cohort keberadaan_jentik = TIDAK ADA JENTIK 1.039 .864 1.250
N of Valid Cases 128
F. HUBUNGAN MEMELIHARA IKAN PEMAKAN JENTIK DENGAN KEBERADAAN
JENTIK
Memelihara_ikan * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total
ADA JENTIK TIDAK ADA
JENTIK
Memelihara_ikan ya Count 4 10 14
% within keberadaan_jentik 14.8% 9.9% 10.9%
tidak Count 23 91 114
% within keberadaan_jentik 85.2% 90.1% 89.1%
Total Count 27 101 128
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
99
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .528a 1 .467
Continuity Correctionb .144 1 .704
Likelihood Ratio .495 1 .482
Fisher's Exact Test .492 .336
Linear-by-Linear Association .524 1 .469
N of Valid Casesb 128
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,95.
b. Computed only for a 2x2 table
PVALUE (0,492)>0,005 (TIDAK BERHUBUNGAN) Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Memelihara_ikan (ya / tidak)
1.583 .455 5.505
For cohort keberadaan_jentik = ADA JENTIK
1.416 .573 3.501
For cohort keberadaan_jentik = TIDAK ADA JENTIK
.895 .634 1.262
N of Valid Cases 128
100
101