Hukum Ad Hoc

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Hukum Ad Hoc

    1/3

     “hakim yang bersifat sementara yang memiliki keahlian dan pengalaman di bidang

    tertentu untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang

    pengangkatannya diatur dalam undang-undang.” 

     

    Hakim Ad Hoc sendiri diangkat pada pengadilan khusus, yang merupakan pengadilan dalam

    salah satu lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung, baik dalam

    lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha

    negara. Misalnya Hakim Ad Hoc pada Pengadilan HAM, Pengadilan indak Pidana !orupsi,

    Pengadilan Perikanan, atau Pengadilan "iaga.

     

    #ntuk men$awab apakah Hakim Ad Hoc merupakan pe$abat negara atau bukan, perlu

    ditelusuri terlebih dahulu hakekat kekuasaan kehakiman dan lembaga kekuasaan

    kehakiman.

     

    %alam doktrin, kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan untuk mengadili, yang meliputi

    wewenang memeriksa, memutus, membuat ketetapan yustisial &'agir Manan( )**+.

    !ekuasaan kehakiman dilaksanakan badan peradilanbadan yudisial & judiciary  yang

    merupakan alat kelengkapan negara karena bertindak dan memutus untuk dan atas namanegara.

     

    %i ##% +/0, kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh Mahkamah Agung danbadan

    peradilan di bawahnya, serta Mahkamah !onstitusi &vide Pasal )/ ayat &). %alam hal ini,

    Mahkamah Agung termasuk $uga badan peradilan di bawahnya serta Mahkamah !onstitusi

    adalah badan yudisial yang merupakan alat kelengkapan negara, sehingga men$alankan

    fungsi ketatanegaraan &bertindak untuk dan atas nama negara. !onsekuensinya, hakim

    pada seluruh $enis dan tingkatan badan yudisial,berkedudukan sebagai “pe$abat negara”.

    %alam hukum positif, kedudukan hakim sebagai “pe$abat negara” ditegaskan dalam

    ## !ekuasaan !ehakiman sebagai berikut(

     

     “Hakim adalah hakim pada Mahkamah Agung dan hakim pada badan peradilan yangberada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,

    lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan hakim

    pada pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut” &Pasal

    angka 0.

     

     “Hakim dan hakim konstitusi adalah pejabat negara yang melakukan kekuasaan

    kehakiman yang diatur dalam undang-undang” &Pasal +.

     

    Hakim Ad Hoc merupakan hakim pada Mahkamah Agung &pada pengadilan khusus dalam

    lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung. 'erdasarkan ketentuan ##

    !ekuasaan !ehakiman, Hakim Ad Hoc $uga berkedudukan sebagai “pe$abat negara”. 

    Perbedaan Hakim Ad Hoc dengan hakim umumnya, terutama dalam hal masa tugasnya

    yang sementaradibatasi untuk waktu tertentu, di samping harus memiliki keahlian dan

    pengalaman tertentu di bidangnya.

     

    Pengadilan khusus yang men$adi tempat pelaksanaan tugas Hakim Ad Hoc sendiri tidak

    selalu bersifat Ad Hoc &sementara.1ebagian besar adalah pengadilan khusus yang bersifat

    tetap. Pengadilan khusus yang bersifat Ad Hoc, yaitu Pengadilan Ad Hoc HAM yang dibentuk

  • 8/18/2019 Hukum Ad Hoc

    2/3

    untuk menyelesaikan perkara pelanggaran HAM berat, sebelum diundangkannya #ndang-

    #ndang "omor )2 ahun )*** tentang Pengadilan HAM. %engan kata lain, Pengadilan Ad

    Hoc HAM dibentuk untuk menyelesaikan pelanggaran HAM berat yang ter$adi di masa lalu

    dalam kerangka transitional justice &keadilan transisional.

     

    Pengadilan khusus lainnya bersifat permanen, termasuk Pengadilan HAM untuk

    menyelesaikan pelanggaran HAM berat setelah #ndang-#ndang "o. )2 ahun )*** berlaku.

    Artinya, apabila ter$adi dugaan pelanggaran HAM berat, penyelesaiannya dilakukan oleh

    Pengadilan HAM yang berada pada lingkungan peradilan umum di bawah Mahkamah Agung.

    1elain Pengadilan HAM, pengadilan khusus lainnya yang bersifat permanen, misalnya

    Pengadilan "iaga, Pengadilan Perikanan, Pengadilan indak Pidana !orupsi.

     

    Hakim pada pengadilan-pengadilan khusus tersebut, tidak selalu Hakim Ad Hoc, namun $uga

    hakim pada umumnya sesuai lingkungan peradilannya. %alam suatu perkara yang diadili

    dalam pengadilan khusus, ma$elis hakim yang bertugas terdiri dari hakim pada umumnya

    &hakim pada Mahkamah Agung dan Hakim Ad Hoc. %alam Pengadilan HAM, baik Ad Hoc

    maupun permanen, misalnya, ma$elis hakim ber$umlah 0 &lima orang, terdiri atas ) &dua

    orang hakim pada Pengadilan HAM yang bersangkutan dan 3 &tiga orang hakim ad hoc&Pasal )4 ayat &) ## "o. )2 ahun )***.

     

    %emikian pula, misalnya dalam ma$elis hakim dalam Pengadilan indak Pidana !orupsi,

    ber$umlah gan$il sekurang-kurangnya 3 &tiga orang hakim dan sebanyakbanyaknya 0 &lima

    orang hakim, terdiri dari Hakim !arier dan Hakim ad hoc &vide Pasal )2 ayat & #ndang-

    #ndang "omor /2 ahun )**+ tentang Pengadilan indak Pidana !orupsi.

     

    %engan demikian, kedudukan Hakim Ad Hoc pada umumnya bertugas pada

    pengadilan khusus yang bersifat permanen. Sama halnya dengan pengadilan pada

    berbagai lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung lainnya, pengadilan

    khusus menjalankan fungsi kekuasaan kehakiman, untuk memeriksa, mengadili

    dan memutus perkara–perkara khusus sesuai peraturan perundang-undangan.leh karena itu, Hakim Ad Hoc, sama halnya dengan hakim pada umumnya

    menjalankan fungsi ketatanegaraan !kekuasan kehakiman", sehingga sangat

    tepat dikategorikan sebagai pejabat negara.

     

    Pengaturan dalam Pasal )) huruf e #ndang-#ndang "omor 0 ahun )*/tentang Aparatur 1ipil

    "egara # A1", yang mengecualikan Hakim Ad Hoc sebagai pe$abat negara, menurut

    hemat saya adalah tidak tepat.

     

    1elain tidak tepat, karena kedudukan Hakim Ad Hoc yang men$alankan salah satu fungsi

    ketatanegaraan sehingga merupakan pe$abat negara, pengaturan mengenai pe$abat negara

    dalam ## A1" tidak sesuai dengan materi muatan &materi yang seharusnya yang diatur

    undang-undang tersebut. %alam ## A1", diatur pengertian sebagai berikut(

     

     “Aparatur 1ipil "egara yang selan$utnya disingkat A1" adalah profesi bagi pegawai negeri

    sipil dan pegawai pemerintah dengan per$an$ian ker$a yang beker$a pada instansi

    pemerintah” &Pasal angka .

     

     “Pegawai Aparatur 1ipil "egara yang selan$utnya disebut Pegawai A1" adalah pegawai

    negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan per$an$ian ker$a yang diangkat oleh pe$abat

    http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt52e61de937430/node/56/uu-no-5-tahun-2014-aparatur-sipil-negarahttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt52e61de937430/node/56/uu-no-5-tahun-2014-aparatur-sipil-negara

  • 8/18/2019 Hukum Ad Hoc

    3/3

    pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu $abatan pemerintahan atau

    diserahi tugas negara lainnya dan diga$i berdasarkan peraturan perundang-undangan

    &Pasal angka )

     

    'erdasarkan kedua pengertian di atas, ## A1" semestinya hanya mengatur tentang tata

    kelola Aparatur 1ipil "egara &A1", yang dalam konteks kategori kepegawaian, hanya

    mengatur mengenai P"1 dan “pegawai pemerintah” &pegawai di bawah lingkungan

    kekuasaan eksekutif, baik pusat maupun daerah.

     

    1ementara itu, istilah “pe$abat negara” lebih luas dibandingkan pegawai di lingkungan

    pemerintahan, karena mencakup pe$abat pada lingkungan kekuasaan lainnya, seperti

    legislatif, yudisial dan kekuasaan deri5ati5e lainnya yang di$alankan oleh lembaga-lembaga

    negara pendukung &auxiliary state bodies/ agencies.

     

    Pengaturan tentang “pe$abat negara” dalam ## A1" hanya dapat dilakukan dalam hal,

    pengaturan Pegawai A1" yang men$adi “pe$abat negara” &vide $udul 'A' 6 ## A1". "amun

    demikian, Pasal )) merupakan ketentuan yang berlebihan, karena mengatur materi di luar

    A1". Pengaturan mengenai “pe$abat negara”, termasuk Hakim Ad Hoc, seharusnya tundukpada ##% +/0 dan undang-undang yang mengatur kekuasaan lembaga negara, dalam hal

    ini, untuk Hakim Ad Hoc, mengacu pada #ndang-#ndang "o. /7 ahun )**+ tentang

    !ekuasaan !ehakiman.

     

    Mengenai isu keberlakuan Pasal )) huruf e ## A1", secara normatif tetap sah &valid   dan

    berlaku, karena dibentuk oleh pe$abatlembaga yang berwenang &%P8 dan Presiden sesuai

    dengan tata cara pembentukan #ndang-#ndang dalam Pasal 0 ayat & dan Pasal )* ##%

    +/0. "amun demikian, implikasinya men$adi tidak harmonis dengan #ndang-#ndang "o.

    /7 ahun )**+, dan bertentangan dengan ##% +/0, khususnya Pasal )/ yang mengatur

    mengenai kekuasaan kehakiman.

     

    %engan posisi tersebut, Pasal )) huruf e ## A1" “dapat dibatalkan” &voidable/ verneitigbaar . Artinya, apabila terdapat permohonan pengu$ian ketentuan tersebut kepada

    Mahkamah !onstitusi &M! dan permohonan tersebut dikabulkan, maka ketentuan tersebut

    batal &bertentangan dengan ##% +/0 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat,

    sehingga tidak berlaku. Apabila tidak ada permohonan pengu$ian atau permohonan

    pengu$iannya ditolak atau tidak dapat diterima oleh M!, maka ketentuan tersebut tetap

    berlaku, dengan segala implikasi hukum yang menyertainya.