80
HUKUM KEDOKTERAN Peserta PPDS-1 Program Obstetri dan Ginekologi Periode Januari 2013

Hukum Kedokteran

  • Upload
    gol777

  • View
    17

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hukum

Citation preview

HUKUM KEDOKTERAN

HUKUM KEDOKTERANPeserta PPDS-1 Program Obstetri dan GinekologiPeriode Januari 2013PERBANDINGAN ETIK PROFESI & HUKUMETIK PROFESIHUKUMPersamaanKeduanya mrpk norma yg mengatur perilaku manusia dlm masy.Perbedaanmengatur perilaku pelaksana/ pengemban profesi;mengatur perilaku manusia pd umumnya;dibuat bdsrkan konsensus antara para pelaksana;dibuat lembaga resmi negara yg berwenang bg semua org;kekuatan mengikat u/ satu wkt tertentu & mengenai satu hal ttt;mengikat sbg sesuatu yg wajib scr umum sampai dicabut;PERBANDINGAN ETIK PROFESI & HUKUM (2)ETIK PROFESIHUKUMPerbedaansifat sanksinya moral psikologis;sifat sanksinya berupa derita jasmani/ materi;macam sanksi dpt berupa diskreditasi profesi;macam sanksi dpt berupa pidana ganti rugi atau tindakan;kontrol & penilaian dilk organisasi profesi terkait.kontrol & penilaian dilk o/ masy & penegak hukum struktural.Etikolegal Sejak berlakunya UU Pradok, beberapa pelanggaran etik, diangkat menjadi legal yg ada sanksinya sbgm contoh tsa. Pelanggaran etik legal yaitu :Tidak merujuk pasien di luar kemampuan (pasal 10 KODEKI & pasal 51 huruf b UU Pradok).Tidak mengikuti perkembangan Iptekdok (pasal 17 KODEKI & pasal 51 huruf e UU Pradok)Melanggar Wajib Simpan Rahasia Kedokteran (pasal 12 KODEKI & pasal 51 huruf c UU Pradok)Tidak memberikan pertolongan darurat sbg tugas peri- kemanusiaan (pasal 13 KODEKI pasal 51 huruf d UU Pradok & pasal 190 UU No.36 tahun 2009 ttg Kesehatan).

Aspek Legal Praktik KedokteranSetiap manusia lahir kedunia mempunyai hak dan kewajiban disebut subyek hukumSubyek hukum adalah pendukung hak dan kewajibanPelanggaran KewajibanSanksiEtikHukumPERBUATAN HUKUMDokter/DrgHubungan Hukum Non ProfesiHubungan Hukum Profesieg. Jual-beli, menikah, membuat wasiatAspek Etiko- MedikolegalHAK PASIEN SEBAGAI PENERIMA JASA YANMEDHak-hak pasien sebagai penerima jasa kesehatan, dapat ditinjau dari beberapa segi :Hak pasien dalam transaksi terapeutik, tertuang didalam UU Pradok, UU Kesehatan dan UU Rumah Sakit.Hak pasien sbg konsumen dalam jasa kesehatan, tertuang dalam UU Perlindungan Konsumen.HAK DASAR KESEHATANSOSIALINDIVIDUALThe right to health careHak atas yanmedThe right of selfdeterminationHak a/ privacyHak a/ bdn sendiriHak a/ rhs kedokteranHak a/ informed consentMemilih dokter & RSHak menolakHak menghentikanHak a/ second opinionHak memeriksa rekam medisKEWAJIBAN HUKUM DOKTER dalam UU PRADOKKewajiban hukum dokter yg melakukan praktik kedokteran mengacu pada aturan dlm UU Pradok sbg lex specialis.Kewajiban hukum tsb td :Kewajiban administrasi &Kewajiban terhadap pasien PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM DOKTERDasar timbulnya pertanggungjawaban hukum Dokter: perjanjian terapeutik dokter & pasien.Pembagian pertanggungjawaban:Dari perspektif Hukum Pidana:KUHP ;Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.UU No.36 tahun 2009 tentang KesehatanUU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan KonsumenDari perspektif Hukum Perdata:KUH Perdata;Undang-Undang Perlindungan Konsumen.PERJANJIAN/ TRANSAKSI TERAPEUTIKSifat perjanjian/ transaksi terapeutik inspanningverbintenis (perjanjian upaya) dg ciri-ciri:Dokter ber upaya maksimal agar pasien sembuh Dokter tidak boleh menjanjikan kesembuhan pasien sbg hasil (bukan resultaatsverbintenis).Tunduk pada pasal 1320 KUH Perdata yg td:Kesepakatan para pihak ybs;Kecakapan utk membuat suatu perikatan (umur ?);Suatu hal tertentu;Suatu sebab yg halal.PASAL 1320 KUH PERDATA dlm PERJANJIAN TERAPEUTIKKesepakatan:Informed consent pembatalan sepihak dr Px.Kriteria Kecakapan:Dewasa dlm KUH Perdata: 21 th/tlh menikah.Dokter tdk mungkin menolak mengobati Px < 21 th yg datang sendiri ke tempat praktiknya.Hal tertentu dlm perj ini: usaha penyembuhan bukan jaminan kesembuhan.Sebab yg halal: obyek hrs yg diizinkan UU al:Medical check-up;Imunisasi, dsb.PIDANASENGAJAKELALAIAN *Penganiayaan(ps.351 KUHP)Abortus Provocatus(ps.346,347,348,349 KUHP; ps 194 UU No.36/2009)Euthanasia (ps. 344 KUHP)Melanggar kewajiban dlm UU Pradok (ps. 75-79 UU Pradok)Menimbulkan kematian (ps.359 KUHP)Menimbulkan luka berat (ps.360 KUHP)*) oleh dokter ps. 361 KUHP anc pidana (+) ; pencab Hak; pengumuman ptsan hakimTdk menolong px Gadar tnp uang muka (ps.90 UU Kes)PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA dlm KUHPPasal-2 KUHP yg sering diancamkan pd dokter:Ps 351 KUHP ttg penganiayaan;Tuduhan malpraktik (ps 359, 360 dan 361 KUHP);Ps 322 KUHP ttg pelanggaran rahasia kedokteran;Abortus Provocatus (ps 346,347,348 KUHP atau UU Kesehatan).Euthanasia (ps 344 KUHP).BEDA PIDANA & PERDATAPIDANAPERDATAJenisPublikPrivatIntervensiNegara (+)Negara (-)Para PihakPenegak Hukum (Polisi Jaksa) vs Tersangka/TerdakwaAntar Individu (subyek hukum), Penggugat vs tergugat, pemohon vs termohonSanksiPenjara/kurung/denda/ pencabutan hak/ pengumuman putusan hakimGanti rugiBentuk SanksiHukuman badan (+)Hukuman badan (-)KEWAJIBAN ADMINISTRASIWajib memiliki STR yg diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (pasal 29 ayat 1 & 2)Wajib memiliki SIP yg dikeluarkan oleh Kadinkes Kab/Kota (pasal 36 ayat 1 & 2) dengan jumlah maksimal 3 tempat (ps 37 ayat 2).Wajib memasang papan nama (pasal 41)Wajib mengikuti standar pelayanan (ps 44)Wajib membuat rekam medis (pasal 46) yg diatur lebih lanjut dalam Permenkes No 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis.PELANGGARAN thd KEWAJIBAN ADMINISTRASIPraktik tanpa memiliki STR pidana penjara 3 tahun atau denda maksimal Rp.100.000.000,- (pasal 75 ayat 1).Praktik tanpa memiliki SIP pasal 76Praktik tanpa memasang papan nama pidana 1 tahun kurungan atau denda Rp.50.000.000,- (pasal 79 a).Praktik tanpa membuat RM sesuai Permenkes pasal 79 bPraktik tidak mengikuti standar pelayanan pasal 79 c KEWAJIBAN HUKUM thd PASIEN dlm UU PRADOKWajib melaksanakan Persetujuan Tindakan Kedokteran sebagaimana tertuang didalam Pasal 45 ayat 1 sp 6 UU Pradok jo Permenkes No 290/Menkes/Per/III/2008 ttg Persetujuan Tindakan Kedokteran.Wajib menyimpan rahasia kedokteran (pasal 48 jo pasal 51 huruf c).Wajib melakukan kendali mutu & biaya (pasal 49 ayat 1) yg dapat dievaluasi dg audit medis (pasal 49 ayat 2).KEWAJIBAN HUKUM thd PASIEN dlm PASAL 51 UU PRADOKMemberikan yanmed sesuai dg std profesi dan std prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;Merujuk pasien ke dokter lain yg mempunyai keahlian atau kemampuan yg lebih baik, apabila tdk mampu melk pemr/ pengobatan;Merahasiakan segala sesuatu yg diketahuinya ttg pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;Melk pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada org lain yg btugas & mampu melakukannya.Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau KG PELANGGARAN KEWAJIBAN thd PASIENPelanggaran thd kewajiban pasal 51 tercantum didalam pasal 79 huruf c yaitu sanksi pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling banyak Rp.50.000.000,-Kewajiban dokter thd pasien terkait dg jasa kesehatan, mengikuti UU Perlindungan Konsumen pidana penjara 5 tahun atau denda 2 miliar (pasal 62 ayat 1 UU No.8 th 1999 ttg Perlindungan Konsumen).Tenaga kesh yg melk praktik/pekerjaan pd fasilitas yankes yg dg sengaja tdk memberikan pertolongan pertama thd pasien GADAR, dipidana dg pidana penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak 200 juta rupiah (pasal 190 ayat 1 UU No.36 th 2009 ttg Kesehatan) dan bila terjadi cacat atau kematian pada pasien pidana penjara paling lama 10 th dan denda paling banyak 1 Milyar (Ps. 190 ayat (2) UU Aquo)DASAR HUKUM TUNTUTAN MALPRAKTIKTercantum dalam pasal 66 UU Pradok sbb:(1). Setiap orang yg mengetahui atau kepentingannya dirugikan tindakan dokter atau drg dlm menjlnkan praktik kedokt, dpt mengadukan secara tertulis kpd Ketua MKDKI.(3). Pengaduan sbgm dimaksud pd ayat (1) tidak menghilangkan hak setiap orang utk melaporkan :Adanya dugaan TP kpd pihak yg bwenang dan/atauMenggugat kerugian perdata ke pengadilan.Kewajiban dokter dalam UU PRAKTEK KEDOKTERAN (UU no 29/2004) Mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran berkelanjutan, menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteransumber : pasal 28 ayat 1, pasal 51(2)memiliki surat tanda registrasi doktersumber : pasal 29 ayat 1(3)memiliki surat izin praktik sumber : pasal 36 ayat 1

22Lanjutan..(4) dokter yg berhalangan menylenggarakan praktik kedokteran harus membuat pemberitahuan atau menunjuk dokter/drg pengganti. Sumber: pasal 40 ayat 1(5) memasang papan nama praktik kedokteran dalam menyelenggarakan praktek kedokteransumber : pasal 41 ayat 1(6) mengikuti standar pelayanan kedokteransumber : pasal 44 ayat 1, pasal 5123Lanjutan(7) Memberikan penjelasan tindakan kedokteran kepada pasiensumber : pasal 45 ayat 1(8) Membuat rekam medissumber : pasal 46 ayat 1(9) Menyimpan rahasia kedokteransumber : pasal 48 ayat 1 dan pasal 5124Lanjutan..(10) Menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biayasumber : pasal 49 ayat 1(11) Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;sumber : pasal 5125Lanjutan..(11) melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya sumber : pasal 5126 Ancaman Pidana dalam UU No 36 Tahun 2009tentang Kesehatan 27BAB XX Pasal 190 (1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). (2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan terjadinya kecacatan atau kematian, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

28Ps. 32 ayat 2Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka. Ps. 85 ayat 2Fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka terlebih dahulu.

29Pasal 191Setiap orang yang tanpa izin melakukan praktik pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan alat dan teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) sehingga mengakibatkan kerugian harta benda, luka berat atau kematian dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 30Pasal 192Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih apa pun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 31Pasal 193Setiap orang yang dengan sengaja melakukan bedah plastik dan rekonstruksi untuk tujuan mengubah identitas seseorang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) 32Ps. 69 (1) Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. (2) Bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat dan tidak ditujukan untuk mengubah identitas. (3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara bedah plastik dan rekonstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

33Pasal 194Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 34Persyaratan Aborsi (pasal 76 UU Kesehatan)Aborsi hanya dpt dilakukan :Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dr hari I Haid terakhir, kec dlm hal kedaruratan medis;o/ tng kesehatan yg memiliki keterampilan dan keenangan yg memiliki sertifikat yg ditetapkan o/ menteri;Dg persetujuan ibu hamil ybs;Dg izin suami, keculai korban perkosaan;Penyedia layanan kesh yg memenuhi syarat yg ditetapkan o/ Menteri.Ps. 75 ayat 2Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. 36Pasal 195Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan darah dengan dalih apapun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 Ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 37Pasal 196Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 38Ps. 98 ayat 2 dan 3(2) Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat obat. (3) Ketentuan mengenai pengadaan, penyimpanan, pengolahan, promosi, pengedaran sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi standar mutu pelayanan farmasi yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

39Pasal 197Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah). 40Pasal 200Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian air susu ibu eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2) dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) 41Ps. 128 ayat 2(2) Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus. 42Pasal 201Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 190 ayat (1), Pasal 191, Pasal 192, Pasal 196, Pasal 197, Pasal 198, Pasal 199, dan Pasal 200 dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 190 ayat (1), Pasal 191, Pasal 192, Pasal 196 , Pasal 197, Pasal 198, Pasal 199, dan Pasal 200. Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa: a. pencabutan izin usaha; dan/atau b. pencabutan status badan hukum. 43INFORMED CONSENTHIPPOCRATES OATH

I will use treatment to help the sick according to my ability and judgment, but never with a view to injury and wrongdoing,neither will I administer a poison to anybody when asked to do so, not will I suggest such a course.

45Seminar Nasional Etik Penelitian Kesehatan FKUB, 27 April 2010Artikel 5 Deklarasi Universal HAM (Helsinki, 1947) yang juga ikut melandasi Lafal Sumpah Dokter disebutkan:

No one shall be subjected to torture or to cruel, Inhuman or degrading treatment or punishment.

46Seminar Nasional Etik Penelitian Kesehatan FKUB, 27 April 2010Latar Belakang

Setiap manusia berhak untuk berperan serta dan menentukan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut dirinya.

(The right of self determination)

47Seminar Nasional Etik Penelitian Kesehatan FKUB, 27 April 2010Di Indonesia, dasar hukum untuk tindakan medis diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) Nomor 585 Tahun 1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medis Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran (Pasal 39, 45)Undang-undang Nomer 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit (Pasal 37)Undang-Undang Nomer 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan48Seminar Nasional Etik Penelitian Kesehatan FKUB, 27 April 2010PENGERTIANKata consent berasal dari bahasa Latin consentio, yang artinya persetujuan. Menyetujui dalam pengertian yang lebih luas ialah memberi wewenang kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan demikan Informed Consent berarti suatu pernyataan setuju oleh pasien secara sadar, bebas dan rasional setelah memperoleh informasi yang dipahaminya dari dokter tentang penyakitnya. Kata dipahami harus digarisbawahi, karena pemahaman suatu informasi oleh dokter belum tentu dipahami juga oleh pasien.

49 Menurut Pozgar, pengertian Informed Consent adalah: Legal concept that provide that a patient has a right to know the potential risk, benefits, and alternatives of proposed procedure.

Hukum menyatakan bahwa pasien berhak untuk mengetahui potensi risiko, manfaat, dan alternatif dari suatu prosedur tindak medik yang direncanakan.

Sesuai dengan KUHPerdata pasal 1321 Suatu persetujuan tidak mempunyai nilai hukum jika diberikan karena kekhilafan, karena diancam dengan kekerasan, atau diperoleh dengan tipuan.

50DASAR INFORMED CONSENT1. Hubungan dokter-pasien yang berdasar kepercayaan2. Hak otonomi atau menentukan sendiri atas segala hal yang menyangkut dirinya sendiri3. Adanya hubungan perjanjian antara dokter-pasien51Di Indonesia, perkembangan Informed Consent secara yuridis formal ditandai dengan munculnya keputusan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) melalui SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 pada tahun 1988. Kemudian dipertegas lagi dengan Permenkes Nomor 585/Menkes/Per/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindak Medik atau Informed Consent. Hal ini tidak berarti bahwa sebelum itu para dokter dan tenaga kesehatan di Indonesia tidak mengenal dan melaksanakan Informed Consent, karena jauh sebelum itu telah ada kebiasaan bahwa dalam melakukan tindakan operasi, dokter selalu meminta persetujuan tertulis dari pasien atau keluarganya sebelum tindak medik itu dilaksanakan52Aturan hukum tentang Informed Consent adalah Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 585 / MENKES 1 PER / IX / 1989 Tentang Persetujuan Tindak Medik, yang pedoman pelaksanaannya diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor HK.00. 063. 5.1866 Tentang Pedoman Persetujuan Tindak Medik tanggal 21 April 1999. Aturan hukum yang lain adalah Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang KesehatanPermenkes No. 34 Tahun 2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.

53TUJUAN INFORMED CONSENT1. Melindungi pasien terhadap segala tindakan medis yang dilakukan tanpa sepengetahuannya. Misalnya prosedur medis yg tdk perlu & tanpa dasar, penyalahgunaan pemakaian alat-alat canggih yg memerlukan biaya tinggi. Di pihak lain, prosedur tsb dpt memberi perlindungan kpd dokter apabila timbul suatu tuntutan. Ia bisa dianggap lalai bila tdk melakukan pemeriksaan tertentu, shg menimbulkan hasil negatif (adverse outcome)

2. Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap akibat yg tdk terduga dan bersifat negatif. Misal nya thd risk of treatment yg tdk mungkin dihindarkan, walaupun dokter sdh berusaha semaksimal mungkin serta bertindak dg hati-hati dan teliti54TUJUAN INFORMED CONSENT3. Melindungi dokter dari Error of Judgement

- Seorang dokter adalah manusia biasa, yg tdk terhindar dari kesalahan dan kekeliruan. Diagnosis yg ditegakkan dan terapi yg diberikan itu bisa keliru, namun dlm batas-batas tertentu (sepanjang dia bekerja secara lege artis), dokter itu tdk dpt dipersalahkan.

- Lain halnya, jika ia melakukan suatu kesalahan besar karena kelalaian (negligence) yg oleh dokter yg lainnya tdk akan dilakukan. Hal tsb dpt terjadi karena unsur ketidaktahuan (ignorance) thd ilmu medis yang terus berkembang pesat, dan sdh menjadi standar medis. Bila itu yg terjadi,maka dia tetap dpt dipersalahkan.

Maka dlm KODEKI pasal 18 dikatakan Setiap dokter hendaklah senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tetap setia kepada cita-cita yg luhur

55FORMATPersetujuan tertulis, biasanya diperlukan untuk tindak medik yang mengandung risiko besar, sebagaimana ditegaskan dalam Permenkes No. 585/MenKes/Per/IX/1989 Pasal 3 Ayat (1) yang intinya setiap tindak medik yang mengandung risiko cukup besar mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah sebelumnya pihak pasien memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindak medik dimaksud serta risiko yang berkaitan dengan itu.Persetujuan lisan, biasanya diperlukan untuk tindak medik yang bersifat non-invasif (tindak medik yang tidak secara langsung mempengaruhi keutuhan anatomi/fungsi jaringan tubuh), dan tidak mengandung risiko besar terhadap pasien.Persetujuan secara tersirat, dapat diterima bila Informed Consent secara eksplisit tidak perlu diberikan, misalnya: pasien yang akan disuntik vaksin atau diperiksa tekanan darahnya akan menyodorkan lengannya sebagai tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.

56TATACARA INFORMED CONSENT1. Informasi hrs diberikan dg itikad baik, jujur, dan tdk bersifat menakut-nakuti, memberi tekanan atau pemaksaan. KUH-Perdata Ps.1321 : Suatu persetujuan tdk mempunyai nilai hukum jika diberikan karena kekhilafan, diancam dg kekerasan, atau dg tipuan.

2. Pemberian informasi hrs dilakukan dokter itu sendiri, tdk boleh didelegasikan kpd perawat krn perawat tdk memiliki wewenang, shg bila itu dilakukan, justru membahayakan dokter itu sendiri

3. Informasi hrs diberikan kpd pasien, baik diminta atau tdk diminta, kecuali pasien itu menolak untuk diberi penjelasan. Dlm keadaan itu informasi dpt diberikan kpd keluarga terdekat.

4. Dokter tdk boleh menunda-nunda informasi, kecuali jika dia berpendapat bhw bila informasi itu langsung diberikan kpd pasien, dpt memperburuk keadaannya.57AGAR INFORMED CONSENT MUDAH DIPAHAMIGunakan bahasa yg jelas & sederhanaBila perlu pakai bahasa pasien sehari-hariGunakan kalimat-kalimat yg singkatHindari penggunaan istilah teknisJangan memaksa atau memperkecil risikoJangan membesar-besarkan manfaatJawab semua pertanyaan pasien dengan jujur58MALPRAKTIKMalpraktik Kedokteran

1. Hakikat Malpraktik Kedokteran Gugatan dan/atau pengaduan yang diajukan oleh pasien atau keluarganya kepada pihak rumah sakit dan atau dokter dari waktu ke waktu semakin meningkat frekuensinya. Ancaman hukum tersebut dapat berupa sanksi pidana maupun perdata, dengan hampir selalu mendasarkan kepada teori hukum kelalaian.

Dalam bahasa sehari-hari, perilaku yang dituntut adalah malpraktik medik yang merupakan sebutan dari kelompok perilaku profesional medik yang menyimpang dan mengakibatkan cedera, kematian atau kerugian bagi pasiennya.

60DefinisiBlack's Law Dictionary mendefinisikan malpraktik sebagai "professional misconduct or unreasonable lack of skill" atau "failure of one rendering professional services to exercise that degree of skill and learning commonly applied under all the circumstances in the community by the average prudent reputable member of the profession with the result of injury, loss or damage to the recipient of those services or to those entitled to rely upon them".61World Medical Association/WMA (2002) : "medical malpractice involves the physician's failure to conform to the standard of care for treatment of the patient's condition, or lack of skill, or negligence in providing care to the patient, which is the direct cause of an injury to the patient."62 Dari segi hukum, di dalam definisi di atas dapat ditarik pemahaman bahwa malpraktik dapat terjadi karena tindak medik yang disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu, tindak medik karena kelalaian (negligence) yang tidak beralasan, kurang mahir dan tidak kompeten.

63Dalam implementasinya, malpraktik kedokteran adalah :a. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh dokter atau dokter gigi;b. Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajiban (negligence).c. Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan aturan perundang-undangan.

64Kesengajaan dilakukan dalam bentuk pelanggaran: Ketentuan etik, Ketentuan disiplin profesi, Hukum Administratif, Hukum Pidana dan Perdata.

Misalnya: "penahanan" pasien, pelanggaran wajib simpan rahasia kedokteran, aborsi ilegal, euthanasia, pelecehan/penyerangan seksual, misrepresentasi atau fraud, keterangan palsu, menggunakan iptekdok (ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran) yang belum teruji/diterima, berpraktik tanpa Surat Izin Praktik, berpraktik di luar kompetensinya dsb.

65Syarat-Syarat MalpraktikSetiap dokter yang mengerjakan tindak medik dikatakan telah melakukan malpraktik kedokteran bila ada syarat-syarat:Dia tidak kompeten di bidangnya, yang berarti tidak memenuhi Standar Kompetensi Dokter; Mengerjakan tindak medik yang tidak sesuai dengan Standar Profesi Medik;Mengerjakan tindak medik yang tidak sesuai dengan Standar Prosedur Operasional yang berlaku di tempatnya bekerja;Mengerjakan tindak medik tanpa ada persetujuan dari pasien atau keluarganya (Informed Consent);Dilanggarnya rahasia dokter;Dilanggarnya nilai etik dan kesusilaan umum;Praktik dokter tidak sesuai dengan kebutuhan medik pasien;Dilanggarnya hak-hak pasien.

66KelalaianKelalaian dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu malfeasance, misfeasance dan nonfeasance.

Malfeasance berarti melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidak tepat/layak (unlawful atau improper), misalnya melakukan tindak medik tanpa indikasi yang memadai (pilihan tindak medik tersebut sudah improper). Misfeasance berarti melakukan pilihan tindak medik yang tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat (improper performance), misalnya melakukan tindak medik dengan menyalahi prosedur. Nonfeasance adalah tidak melakukan tindak medik yang merupakan kewajiban baginya. 67Kelalaian medik adalah salah satu bentuk dari malpraktik kedokteran, sekaligus merupakan bentuk malpraktik kedokteran yang paling sering terjadi.

Pada dasarnya kelalaian terjadi apabila seseorang dengan tidak sengaja melakukan sesuatu (komisi) yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan sesuatu (omisi) yang seharusnya dilakukan oleh orang lain yang memiliki kualifikasi yang sama pada suatu keadaan dan situasi yang sama.

Pada umumnya kelalaian yang dilakukan oleh seorang individu bukanlah merupakan perbuatan yang dapat dihukum, kecuali apabila dilakukan oleh orang yang bukan seharusnya (berdasarkan sifat profesinya), atau orang yang seharusnya tetapi tidak bertindak hati-hati dan perbuatan tersebut telah mengakibatkan kerugian atau cedera bagi orang lain.

68Suatu perbuatan atau sikap dokter atau dokter gigi dianggap lalai apabila memenuhi empat unsur di bawah ini, yaitu:a. Ketidak-patuhan terhadap Duty atau kewajiban dokter dan dokter gigi untuk melakukan sesuatu tindakan atau untuk tidak melakukan sesuatu tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi yang tertentub. Dereliction of the duty atau penyimpangan dari kewajiban tersebut.c. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan/kedokteran yang diberikan oleh pemberi layanan.d. Direct causal relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata. Dalam hal ini harus terdapat hubungan sebab-akibat antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang setidaknya merupakan proximate cause.

69KELALAIAN/ KEALPAANJenisKelalaianBerat (Culpa Lata)Ringan (Culpa Levis)PerdataPidana Kelalaian/ kealpaan bukan kesengajaan, tetapi akibat bkn merupakan kebetulan (sdh dpt diperkirakan sblmnya) dan akibat merupakan hal yang dilarang.Dibanding dg perb or. > ahlidlm menangani hal yg samaDibanding dg perb or. lain yg segolongan dg petindakKELALAIAN/ KEALPAAN (2)kelalaianKekurangan pemikiranKekurangan pengetahuanKekurangan kebijaksanaan yg diperlukanBekhouwer & VorstmankelalaianKekurangan pengetahuanKekurangan pengalamanKekurangan pengertianKELALAIAN/ KEALPAAN (3)Culpa lata (Jusuf Hanafiah):Melk tind bertentangan dg hukum;Akibat tindakan dpt dibayangkan;Akibat tindakan dpt dihindarkan;Perbuatan dpt dipersalahkan.J. Guwandi:Adanya kekurangan ketelitian yg wajar.Tdk melk apa yg seor. lain dg ketelitian/ hati2 akan melk dg wajar.Or. melk apa yg seor lain dg ketelitian yg wajar justru tdk akan melakukannya.KELALAIAN/ KEALPAAN (4)Van Hammel:Tdk mengad penduga2 sbgmn dihrskan o/ hukum.Tdk mengad penghati2 sbgmn dihrskan o/ hukum.Tentang Penduga-duga (Moeljatno):Terdakwa berpikir bhw tdk akan tjd akibat krn perb.nya.Terdakwa tdk berpikir bhw perb.nya akan mnmblkan akibat yg dilarang.KELALAIAN/ KEALPAAN (5)Tentang Penghati-hati (Moeljatno):Dlm melk perb; terdakwa hrs melk usaha pencegahan yg shrsnya dilk pd keadaan ttt mengacu pd uk.2 yg berlaku dlm masy terdakwa (Van Hammel).Berkaitan dg standar ttt yg berlaku dlm pekerjaan petindak/ keahliannya (Langenmayer).LUKA BERAT (Ps 90 KUHP)Luka berat berarti:

jatuh sakit atau mdpt luka yg tdk mbr harapan akan sembuh sama skl, atau mnblk bahaya maut;tidak mampu terus menerus utk mjlankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian;kehilangan salah satu pancaindera;mendapat cacat berat;menderita sakit lumpuh;terganggunya daya pikir slm 4 minggu lbh;gugurnya atau matinya kandungan seor.wanita.MALPRAKTIK & KECELAKAAN MEDIS (J.GUWANDI)MALPRAKTIK : dpt dipersalahkan.1. Melakukan sesuatu yg seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan (dokter),mis. DSOG melk anestesi pd pasien op;2. Tidak melakukan apa yg seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajiban (negligence); mis. Tdk menolong pasien, krn pasien tdk mempunyai biaya3. Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan perundang-undangan, mis. Praktik tanpa STR

KECELAKAAN MEDIS : tidak dapat dipersalahkanMerupakan suatu peristiwa yg tak terduga, tindakan yg tak disengaja, tanpa unsur kelalaianSinonim : accident, misfortune, bad fortune, medical mishap.Sudah mengerjakan sesuai standar profesi.Contoh : pasien Ca lanjut perlekatan, ureter terpotong

Berkaitan dengan malpraktik, ketentuan pidana baik berupa tindak pidana kesengajaan (professional misconducts) ataupun tindak pidana culpa (kelalaian/ kealpaan) adalah sebagai berikut :

a. Menyebabkan mati atau luka karena kelalaian ( Pasal 359 KUHP, Pasal 360 KUHP, Pasal 361 KUHP ); b. Penganiayaan ( Pasal 351 KUHP ), untuk tindak medik tanpa persetujuan dari pasien ( Informed Consent ); c. Aborsi ( Pasal 341 KUHP, Pasal 342 KUHP, Pasal 346 KUHP, Pasal 347 KUHP, Pasal 348 KUHP , Pasal 349 KUHP );d. Euthanasia ( Pasal 344 KUHP, Pasal 345 KUHP);e. Keterangan palsu (Pasal 267-268 KUHP);

77ALASAN PENGHAPUS PIDANA BAGI DOKTERAlasan pembenar alasan yg menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, antara lain: penyulit/ risiko pengobatan; contributory negligence; pasien menolak terapi/ pulang paksa.Alasan pemaaf alasan yg menghapuskan kesalahan pelaku, antara lain: melk tind dibawah ancaman; kekeliruan penilaian klinis (kesulitan intubasi); accident (kecelakaan). RISIKO vs MALPRAKTIK MEDIK Sesuai std yanmed.Ada antisipasi penduga2 atau penghati2Bkn kelalaian/ kesalahanAda upy pnanggulangan yg tlh disiapkanTerdapat Contributory NegligenceCacat/ Mati Akibat Tind DokterTdk sesuai std yanmed.Tdk ada antisipasi penduga2/penghati2Tdpt kelalaian/kesalahanTdk ada upaya pnanggulangan yg disiapkanContrib. Negligence (-)Ada alasan pmbenar &Alasan pemaafTdk adaAlasan Penghapus pidana(ps. 359,360,361 KUHP)Persetujuan Tindakan MedikTransaksi TerapeutikTERIMA KASIH