57
TINDAK PIDANA KORUPSI SUGIYONO

Hukum Pidana Korupsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kebijakan

Citation preview

HUKUM PIDANA KORUPSI

TINDAK PIDANA KORUPSISUGIYONOPOKOK-POKOK MATERISejarah KorupsiPengertian KorupsiDimensi KorupsiSejarah Korupsi di IndonesiaPengertian Korupsi Dalam Undang-undang KorupsiAsas dan Tujuan dari Undang-undang KorupsiSifat Melawan Hukum Korupsi Dalam Undang-undang KorupsiSubjek Korupsi Dalam Undang-undang KorupsiJenis Korupsi Dalam Undang-undang KorupsiHukum Acara Dalam Undang-undang KorupsiPeran Serta MasyarakatDampak/Akibat dari Korupsi2SEJARAH KORUPSIKorupsi tumbuh dan berkembang pertama kali pada jaman berdirinya pemerintahan negara-kota di Yunani sekitar tahun 400 SM yaitu berupa kelemahan birokrasi yang menyebabkan timbulnya peperangan. Kejahatan korupsi kemudian melanda Perancis pada masa berakhirnya pemerintahan Raja Louis yang terkenal dengan kasus Madame Defisit dan berlanjut pada pemerintahan republik pertama yang terkenal dengan julukan Terror Robesspierre di sekitar permulaan abad 19 karena dampak dari revolusi yang berkepanjangan dengan sering berganti pemerintahanDi negara Cina pada abad 11 juga tumbuh korupsi yang di seluruh lapisan masyarakat karena disparasitas sosial dan administrasi kenegaraan yang burukkorupsi berasal dari kata corruptio (latin) yang dipakai sejak zaman para filusuf yunani kuno. Menurut Aristoteles, kata korupsi yang ditempatkan dalam filsafat hukum alamnya lebih berarti sebagai perubahan, meski punya warna penurunan. Dalam arti ini secara semantis kata korupsi masih jauh dari kata kekuasaan, apalagi uang

Lord Acton pada tahun 1887 menghubungkan korupsi dengan kekuasaan dengan kata-katanya yang terkenal Power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutly (kekuasaan cenderung disalahgunakan dan kekuasaan mutlak pasti akan disalahgunakan).

korupsi berasal dari satu kata dalam bahasa latin yakni corruptio atau corruptus, yang disalin keberbagai bahasa seperti bahasa inggris menjadi corruption, dan kedalam bahasa Belanda disalin menjadi coruptie (Korruptie).

Istilah coruptie dari bahasa Belanda mempunyai arti perbuatan korup, penyuapan, yang secara harfiah berarti segala macam perbuatan yang tidak baik seperti kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata menghina atau menfitnahPENGERTIAN KORUPSIPengertian korupsi secara umum yaitu berbagai tindakan gelap dan tidak sah (illicit or illegal activities) untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompokkorupsi juga berarti penyalahgunaan kekuasaan dan kepercayaan untuk kepentingan pribadi atau prilaku berupa tidak mematuhi prinsip mempertahankan jarak, artinya dalam pengambilan keputusan di bidang ekonomi, apakah ini dilakukan oleh perorangan atau sektor swasta atau oleh pejabat publik, hubungan pribadi atau keluarga tidak memainkan peran. Penekanannya bahwa korupsi terjadi biasanya karena seseorang lalai dalam mempertahankan jarak.Korupsi juga diartikan sebagai perbuatan yang melanggar hukum yang berakibat rusaknya tatanan yang sudah disepakati. Tatanan itu bisa berupa pemerintahan, administrasi atau manajemen.Korupsi satu sisi juga didefinisikan sebagai perangsang (seorang pejabat pemerintah) berdasarkan itikad buruk (seperti suap) agar ia melakukan pelanggaran kewajibannya.

Merujuk pada The sixth United Nations Congres on the Prevention of Crime and the Treatment of offenders tahun 1980 bahwa telah merekomendasikan korupsi yaitu corruption is a crime ussualiy associated with the abuse of power, and without moral authority of top leadership it is very difficult to eliminate corruption, it is contexs a crime and the abuse of power, offences and affenders beyond the reach of the law yang terjemahan bebasnya yaitu korupsi adalah kejahatan yang selalu disertai dengan penyalahgunaan wewenang, dan pemegang tertinggi kekuasaan tanpa moral yang sangat sulit mengeliminasi korupsi, ini merupakan kontek kejahatan penyalahgunaan wewenang, melanggar dan menyalahi batas di luar jangkauan hukum

Korupsi juga memiliki 2 (dua) pengertian yaitu:korupsi dalam arti hukum, yaitu tingkah laku yang mengurus kepentingan diri sendiri dengan merugikan orang lain oleh pejabat pemerintah yang langsung melanggar batas-batas hukum atas tingkah laku tersebutkorupsi dalam arti norma, yaitu apabila pejabat pemerintahan melanggar proses (aturan yang ditentukan) dalam melaksanakan wewenangnyaDIMENSI KORUPSIDimensi kejahatan korupsi tidak hanya bertitik tolak pada masalah keuangan negara, tetapi juga soal bribery (penyuapan) dan kickbacks (penerimaan komisi secara tidak sah) yang dilakukan dalam kegiatan tercela oleh oknum pemerintahan yang dinamakan bureaucratic corruption (birokrasi yang korupsi) maupun private corruption (swasta yang korupsi) seperti tax evasion (penggelapan pajak), credit and banking fraud (penipuan di bidang kredit dan perbankan) dan yang paling populer adalah embezzlement and misapproprivation of public or state funds (penggelapan dan penyalahgunaan dana masyarakat dan negara)Pelaku korupsi tidak terbatas dari kelompok elite penguasa melainkan juga oleh kelompok pemegang pelaku politik dan ekonomi bisnis.Korupsi juga disebabkan karena prilaku kejahatan yang menyangkut penyelenggaraan pelayanan umum (public services) dan hubungan kerja (public contacts) yang mendatangkan sumber keuangan.

Dimensi Korupsi Dalam Kajian Internasional Meliputi:Kejahatan korupsi masuk kualifikasi sophisticate crime (kejahatan yang dilakukan oleh orang yang ahli) yang terbagi atas korupsi level atas dan bawah;Luas lingkupnya menjadi the white collar crime (kejahatan kerah putih), the white collar economic crime (kejahatan ekonomi kerah putih), dan the white collar political crime (kejahatan politik kerah putih);Profil kejahatan korupsi terdiri dari actual corruption and situations with potential for corruption and illegal profits (korupsi yang sedang terjadi dan situasi yang berpotensi menimbulkan korupsi dan keuntungan yang ilegal/di luar ketentuan).

Dimensi lainnya yaitu:Korupsi yang hanya terbatas pada sebagian lingkungan kelas atas dalam lingkup pemerintahan atau lingkup bisnis dan belum mempengaruhi wilayah kehidupan masyarakat luas, Korupsi yang sudah merajalela menembus segala kehidupan masyarakat, Korupsi yang kemudian membentuk kejahatan dengan mengorbankan apa saja dan menghancurkan bangunan masyarakatKorupsi yang tidak berdiri sendiri, ada organisasinya dan dilakukan oleh orang-orang yang punya jabatan di mana saja, di lembaga pemerintahan atau swasta juga sepanjang mereka punya kuasa untuk menentukan bagaimana bisa dapat uang sebesar-besarnya lewat kekuasaannyaKorupsi yang berpusat pada kantor publik (public office-centered corruption), yaitu yang dilakukan oleh pejabat publik yang menyimpang dari tugas-tugas publik formal untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau keuntungan bagi orang-orang tertentu yang berkaitan dengan diri pribadinya;

Korupsi yang berdampak terhadap kepentingan umum (public interest-centered), dalam kerangka ini korupsi dapat dikatakan telah terjadi jika seorang pemegang kekuasaan atau fungsionaris pada kedudukan publik yang melakukan tindakan-tindakan tertentu dari orang-orang yang akan memberikan imbalan, sehingga dengan demikian merusak kedudukannya dan kepentingan publik;Korupsi yang berpusat pada pasar (marked-centered) berdasarkan analisis tentang korupsi yang menggunakan teori pilihan publik dan sosial, dan pendekatan ekonomi di dalam kerangka analisis politik, dalam kerangka ini korupsi berarti lembaga eksta-legal yang digunakan individu-individu atau kelompok-kelompok untuk mendapatkan pengaruh terhadap kebijakan dan tindakan birokrasiDiscretion corruption yaitu merupakan korupsi yang dilakukan karena adanya kebebasan dalam menentukan kebijakan, sekalipun tampaknya bersifat sah;Illegal corruption yaitu suatu jenis tindakan korupsi yang membongkar atau mengacaukan bahasa ataupun maksud-maksud hukum, peraturan, dan regulasi tertentu;Mercenery corruption yaitu sejenis korupsi dengan maksud untuk memperoleh keuntungan individual/pribadi;Ideological corruption yaitu korupsi yang dilakukan lebih karena kepentingan kelompok, karena ideologis seseorang yang sudah tertanam di atas nama kelompok tertentuKorupsi transaktif (transactive corruption) yang menunjuk pada adanya kesepakatan timbal-balik antara pihak pemberi dan pihak penerima demi keuntungan kedua belah pihakKorupsi yang memeras (extortive corruption) merupakan jenis korupsi yang pihak pemberinya dipaksa untuk melakukan penyuapan demi mencegah kerugian yang mengancam dirinya oleh pihak yang akan menerimaKorupsi defensif (devensive corruption) yang merupakan perilaku korban korupsi dengan pemerasan, yaitu ia melakukan korupsi dalam rangka untuk mempertahankan diriKorupsi investif (investive corruption) adalah pemberian barang atau jasa tanpa ada pertalian langsung dengan keuntungan tertentu, selain keuntungan yang dibayangkan akan diperoleh di masa yang akan datangKorupsi otogenik (autogenic corruption) adalah prilaku korupsi yang melibatkan penerima seorang diri dengan keuntungan yang telah ia pikirkan di masa datang bagi dirinyaKorupsi dukungan (supportive corruption) merupakan prilaku korupsi yang dilakukan untuk menghancurkan atau mencemarkan nama baik orang yang tidak disenanginya atau menjadi saingannya.SEJARAH KORUPSI DI INDONESIAIstilah korupsi secara normatif mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1957-1958 yaitu ketika diberlakukannya Peraturan Penguasa Militer pada tanggal 9 April 1957 Nomor: Prt/PM/06/1957 yang pada bagian konsiderannya mengatakan Bahwa berhubung tidak adanya kelancaran dalam usaha-usaha memberantas perbuatan-perbuatan yang merugikan keuangan dan perekonomian negara, yang oleh khalayak ramai dinamakan korupsi, perlu segera menetapkan suatu tata cara kerja untuk dapat menerobos kemacetan dalam usaha-usaha memberantas korupsiIstilah korupsi kemudian dikenal dengan perbuatan pidana yang menyangkut keuangan negara atau daerah atau badan hukum lain yang mempergunakan modal dan/atau kelonggaran yang lain dari masyarakat yang diatur dalam konsideran Peraturan Pemberantasan Korupsi Prn Penguasan Perang Pusat Nomor : Prt/Peperpu/013/1958 tanggal 16 april 1958.

Kemudian dalam Undang-undang Nomor 24 (PRP) Tahun 1960 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi istilah korupsi disebut dengan Tindakan Pidana Korupsi.Istilah korupsi dikenal dengan sebutan tindak pidana korupsi yang berarti perbuatan pidana yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.Istilah korupsi diperjelas sebagai perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian negara dan atau perekonomian negara pada Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana KorupsiTerakhir saat ini istilah korupsi dikenal dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

PENGERTIAN KORUPSI DALAM UU KORUPSIPasal 2 UU No.20 Tahun 2001 Perbuatan melawan hukum yang memperkaya diri sendiri atau orang lain atau koorporasi yang dapat menimbulkan kerugian negaraPasal 3 UU No.20 Tahun 2001 Perbuatan menyalahgunakan kewenangan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau koorporasi yang menimbulkan kerugian negaraPasal 5 UU No.20 Tahun 2001 Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggaran negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat (bertentangan dengan kewajiban)Pasal 6 huruf a UU No.20 Tahun 2001 Memberi sesuatu atau menjanjikan sesuatu kepada hakim untuk mempengaruhi putusanPasal 6 huruf b UU No.20 Tahun 2001 Memberi sesuatu atau menjanjikan sesuatu kepada advokat untuk mempengaruhi nasihat dalam persidanganPasal 7 huruf a UU No.20 Tahun 2001 Pemborong curang dalam bekerja yang membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perangPasal 7 huruf b UU No.20 Tahun 2001 Pengawas yang membiarkan perbuatan curang oleh pemborongPasal 7 huruf c UU No.20 Tahun 2001 Setiap orang yang waktu menyerahkan barang keperluan TNI berbuat curang yang membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang

Pasal 7 huruf d UU No.20 Tahun 2001 Setiap pengawas yang bertugas mengawasi penyerahan barang bagi keperluan TNI/POLRI sengaja membiarkan perbuatan curangPasal 8 UU No.20 Tahun 2001 Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang memegang jabatan sengaja menggelapkan uang atau barang dan atau membiarkan uang atau barang diambil atau digelapkanPasal 9 No.20 Tahun 2001 Pegawai negari atau penyelenggara negara karena kedudukannya menggelapkan surat-surat yang diperlukan untuk pemeriksaan administrasiPasal 10 huruf a No.20 Tahun 2001 Pegawai negeri yang menggelapkan, menghancurkan, merusak, atau membuat tidak dapat dipakai lagi sebuah akta, surat, atau daftar untuk pembuktian yang sahPasal 10 huruf b No.20 Tahun 2001 Pegawai negeri yang membiarkan orang lain menggelapkan, menghancurkan, merusak, atau membuat tidak dapat dipakai lagi sebuah akta, surat, atau daftar untuk pembuktian yang sahPasal 10 huruf c No.20 Tahun 2001 Pegawai negeri yang membantu orang lain menggelapkan, menghancurkan, merusak, atau membuat tidak dapat dipakai lagi sebuah akta, surat, atau daftar untuk pembuktian yang sahPasal 11 No.20 Tahun 2001 Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah yang ada kaitannya dengan jabatannya atau patut menduga ada kaitannya dengan jabatannyaPasal 12 huruf a No.20 Tahun 2001 Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah untuk berbuat atau tidak berbuat yang bertentangan dengan kewajibannyaPasal 12 huruf b No.20 Tahun 2001 Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah karena telah berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannyaPasal 12 huruf c No.20 Tahun 2001 Hakim yang menerima hadiah atau janji untuk mempengaruhi putusannyaPasal 12 huruf d No.20 Tahun 2001 Advokat yang menerima hadiah atau janji untuk mempengaruhi pembelaanya di persidanganPasal 12 huruf e No.20 Tahun 2001 Pengawai negeri atau penyelenggaran negara dengan menyalahgunakan kewenangan memaksa orang untuk memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau mengerjakan sesuatu untuk dirinyaPasal 12 huruf g No.20 Tahun 2001 Pegawai negeri meminta pekerjaan atau peyerahan barang seolah-olah merupakanutang bagi dirinyaPasal 12 huruf h No.20 Tahun 2001 Pegawai negeri yang dalam menjalankan tugasnya telah menggunakan tanah hak milik orang lain yang merugikan orang lainPasal 12 huruf i No.20 Tahun 2001 Pegawai negeri secara langsung atau tidak langsung turut dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan yang pada saat melakukan perbuatan untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengawasiPasal 12 B No.20 Tahun 2001 pegawai negeri menerima uang, rabat, barang, komisi, pinjaman tanpa bunga, Fasilitas penginapan/wisata, pengobatan cuma-cuma karena jabatan atau kedudukannya.ASAS DARI UU KORUPSIMengacu pada UU No 31 Tahun 1999 (karena UU 20 Tahun 2001 merupakan perubahan bersifat melengkapi sehingga tidak dapat dipisahkan) yaitu dalam konsideran menimbang huruf a pada undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dikatakan Bahwa tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dan menghambat pembanguna nasional, sehingga harus diberantas dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Asasnya yaitu nilai keadilan dan kemakmuran yang harus diwujudkan dengan salah satunya melindunginya dari dampak tindak pidana korupsi. Nilai tersebut menjadi sebuah asas keadilan dan kemakmuran yang harus diwujudkan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.Hal tersebut dipertegas dalam bagian penjelasan yang menjelaskan bahwa Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil, makmur, sejahtera, dan tertib berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Makna dari penjelasan tersebut bahwa nilai-nilai tentang keadilan dan kemakmuran serta kesejahteraan harus diwujudkan untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Nilai ini merupakan nilai yang ada dan terkandung dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Dalam UU No.20 Tahun 2001 diterangkan dalam konsideran menimbang huruf a yang menyebutkan Bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas, tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi perlu digolongkan sebagai kejahatan yang pemberantasannya harus dilakukan secara luar biasa.

Negara Indonesia sangat menghormati hak-hak sosial warganya, oleh karena itu hak tersebut juga harus dilindungi dari kejahatan tindak pidana korupsi. Makna ini jika dihubungkan dengan asas yang terkandung pada undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi maka ternyata bahwa asas yang menjiwai undang-undang ini yaitu keadilan, kemakmuran, dan hak-hak sosial masyarakat yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Dalam bagian penjelasan UU No.20 Tahun 2001 yang menyatakan Mengingat korupsi di Indonesia terjadi secara sistemik dan meluas sehingga tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga telah melangar hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secar luas. Artinya bahwa undang-undang ini merupakan perwujudan dari nilai perlindungan terhadap hak-hak sosial masyarakat agar jangan terkena dampak dari tindak pidana korupsi. Oleh sebab itu asas yang ditonjolkan dalam undang-undang ini yaitu hak-hak sosial ekonomi masyarakat berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

TUJUAN UNDANG-UNDANG KORUPSIDalam UU No.31 Tahun 1999 dalam konsideran menimbang huruf b disebutkan Bahwa akibat tindak pidana korupsi yang terjadi selama ini selain merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, juga menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi.Maksud dan tujuan dari pernyataan tersebut bahwa Negara Indonesia sedang dalam proses pelaksanaan pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi, oleh sebab itu pelaksanaannya harus didukung dan diamankan dari bahaya tindak pidana korupsi yang dapat mengakibatkan timbulnya kerugian negara sehingga akan menghambat kelangsungan pembangunan nasional.Dalam UU No.20 Tahun 2001 dalam konsideran menimbang huruf b yang menyatakan Bahwa untuk lebih menjamin kapastian hukum, menghindari keragaman penafsiran hukum dan memberikan perlindungan terhadap hak-hak sosial ekonomi masyarakat, serta perlakuan secara adil dalam memberantas tindak pidana korupsi, perlu diadakan perubahan...dst. Hal tersebut juga dipertegas dalam bagian penjelasan yang menyatakan Untuk mencapai kepastian hukum, menghilangkan keragaman penafsiran, dan perlakuan adil dalam memberantas tindak pidana korupsi...dstNoUUAsasTujuan1UU No 20 Th 2001 tentang Perubahan UU No.31 Th 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana KorupsiNilai Keadilan dan Perlindungan hak sosial ekonomi masyarakat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Mewujudkan kepastian hukumMenghindari penafsiran hukum;Menegakkan keadilan;Melindungi hak sosial dan ekonomi;Mengamankan pembangunan nasional.SIFAT MELAWAN HUKUM DALAM UU KORUPSIMelawan hukum dalam arti formil, yaitu apabila perbuatan yang dilakukan bertentangan dengan undang-undang/peraturan perundang-undangan lainnya.

Melawan hukum dalam arti materiil, yaitu apabila perbuatan yang dilakukan tidak bertentangan dengan undang-undang/peraturan perundang-undangan lainnya namun dinilai melanggar/bertentangan dengan nilai-nilai kepatutan (norma sosial) dalam masyarakat.Melawan hukum dalam Putusan Mahkamah KonstitusiPutusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 003/PUU-IV/2006 tanggal 25 Juni 2006 memberikan pertimbangan bahwa konsep melawan hukum materiil (materiele wederrechtelijkheid) yang merujuk pada hukum tidak tertulis dalam ukuran kepatutan, kehati-hatian, dan kecermatan yang hidup dalam masyarakat sebagai suatu norma keadilan adalah merupakan ukuran yang tidak pasti dan berbeda-beda dari satu lingkungan masyarakat tertentu kelingkungan masyarakat lainnya, sehingga Hakim Mahkamah Konstitusi menganggap bahwa perbuatan melawan hukum materiil tidak tepat untuk diterapkan dalam Undang-undang Tindak Pidana Korupsi dan bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945.

SUBJEK PELAKU KORUPSI DALAM UU No.31/99 jo UU No.20/01Pasal 1 butir 1 yaitu Koorporasi, adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun badan-badan hukum.Pasal 1 butir 2 yaitu Pegawai negeri meliputi a) Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam UU Kepegawaian, b) Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam KUHP, c) Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara/daerah, d) Orang yang menerima gaji/upah dari koorporasi yang menerima bantuan dari keuangan negara/daerah e) Orang yang menerima gaji atau upah dari koorporasi lain yang mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau masyarakatPasal 1 butir 3 yaitu setiap orang adalah orang perseorangan atau termasuk koorporasi

JENIS-JENIS KORUPSI DALAM UU KORUPSIPasal 2 > termasuk korupsi dengan melawan hukum yang merugikan negaraPasal 3 > termasuk abuse of power/penyalahgunaan wewenang yang merugikan negaraPasal 5 > termasuk korupsi suap-menyuap (i give you give me)Pasal 6> termasuk korupsi suap-menyuap hakim & AdvokatPasal 7 > termasuk korupsi Illegal profit/mencari keuntungan dengan berbuat curangPasal 8 > termasuk korupsi penggelapan dalam jabatanPasal 9 > termasuk korupsi pemalsuan dalam jabatanPasal 10 > termasuk korupsi dengan melanggar Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik dengan merusak dokumen.Pasal 11 > termasuk korupsi suap karena jabatanPasal 12 > termasuk korusi suap karena jabatanPasal 12 huruf e, f, dan g > termasuk korupsi pemerasanPasal 12 huruf i > termasuk kolusi dalam jabatanPasal 12 B > termasuk gratifikasi

HUKUM ACARA DALAM UU KORUPSIDasar Hukum: 1) KUHAP (UU Nomor 8 Th 1981 tentang KUHAP), 2) UU No.31 Th.1999 jo UU No.20 Th.2001, 3) UU no.30 Th.2002 Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tindak pidana korupsi, dilakukan berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini (Pasal 26)Penyidik > Penyidik Polri (Pasal 26), Penyidik Kejaksaan (Pasal 27) dan Penyidik KPK (pasal 43)Penuntut Umum > Jaksa pada Kejaksaan (pasal 26) dan Jaksa yang diperbantukan di KPK (pasal 43)Lembaga peradilan > Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan MA (pasal 26) dan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Pasal 53 UU No .30 Th.2002 tentang KPK).Untuk kepentingan penyidikan tersangka wajib untuk memberikan keterangan tentang seluruh harta bendanya dan keluarganya (anak-istri/suami) yang diduga hasil korupsi (Pasal 28)Kewenangan Penyidik/Penuntut umum/hakim untuk meminta keterangan tentang keuangan tersangka di Bank, dan atau memblokir rekening simpanan yang diduga hasil korupsi (Pasal 29)Kewenangan penyidik untuk membuka, memeriksa, dan menyita surat dan kiriman melalui pos, telekomunikasi, atau alat lainnya yang dicurigai ada hubungan dengan korupsi (Pasal 30)Perlindungan identitas saksi pelapor dalam setiap tingkat pemeriksaan (Pasal 31)Meskipun alat bukti tidak terpenuhi namun ada kerugian negara maka pelaku korupsi dapat digugat dengan gugatan perdata oleh JPN (pasal 32) a contrario maka putusan bebas tidak menutup kemungkinan masih bisa dilakukan gugatan.Ahli waris dapat digugat untuk membayar ganti rugi jika pelaku korupsi meninggal sebelum proses peradilan dilakukan/selesai. (Pasal 33-34)Perkara dapat diperiksa secara in absensia jika terdakwa mangkir dari panggilan secara sah (Pasal 38 (1))Jika pelaku meninggal dunia sebelum sidang selesai sementara terdapat bukti yang kuat bahwa yang bersangkutan telah korupsi maka hakim atas tututan penuntut umum menetapkan perampasan barang-barang yang disita. (pasal 38 (5)).Penetapan ini dapat diajukan keberatan oleh pihak yang berkepentingan dalam waktu maksimal 30 hari terhitung sejak penetapan diumumkan. (Pasal 38 (7)).

Jaksa Agung mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan korupsi yang dilakukan bersama-sama oleh orang yang tunduk pada peradilan umum dan peradilan militer (Pasal 39))Alat bukti yang sah > selain yang diatur dalam Pasal 184 KUHAP juga termasuk petunjuk yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu, dan dokumen berupa rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar dengan bantuan sarana baik yang tertuang di atas kertas, maupun yang terekam secara elektronik berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna (pasal 26A)Terdakwa mempunyai hak untuk melakukan pembuktian terbalik bahwa ia tidak korupsi, dan jika pembuktiannya terbukti maka dipergunakan untuk membebaskan dari dakwaan (Pasal 37 (1) (2))Terdakwa mempunyai hak untuk melakukan pembuktian terbalik tentang asal-usul harta miliknya, istri/suami, anaknya bahwa tidak diperoleh dari hasil korupsi (Pasal 37A)Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan bahwa hartanya tidak diperoleh dari korupsi maka hakim berwenang untuk memutuskan seluruh hartanya dirampas untuk negara (pasal 38B (2)).Sanksi pidana korupsi > Sanksi pidana pokok yaitu: 1)Pidana Penjara, 2)Pidana tambahan yaitu -Perampasan harta (bergerak/tidak bergerak),-pembayaran uang pengganti yang jumlahnya maksimal sama dengan harta benda hasil korupsi, -penutupan seluruh atau sebagian perusahaan maksimal selama setahun, - pencabutan hak (pasal 18) PERAN SERTA MASYARAKATMasyarakat dapat berperan membantu upaya pencegahan dan pemberantasan Korupsi (Pasal 41)Bentuk peran serta yaitu : a) Hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi, b) Hak memperoleh pelayanan dari penegak hukum dalam mencari, memperoleh dan mendapatkan informasi mengenai dugaan telah terjadinya tindak pidana korupsi, c) Hak menyampaikan saran dan pendapat kepada penegak hukum yang sedang menangani korupsi, d) Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yang diberikan kepada penegak hukum dalam waktu 30 hari, e) Hak untuk memperoleh perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya (Pasal 41 (2)).DAMPAK BURUK KORUPSIMerusak aturan bekerjanya sistem pemerintahan, perekonomian, politik, sosial-budaya dan sampai merusak sendi-sendi kehidupan bernegara dan masyarakatMenimbulkan kerugian yang bersifat ekonomis, politis, moral maupun material.Merugikan pembangunan ekonomi, politik, dan organisasiMenimbulkan dampak yang eksernal negatif (keburukan-keburukan umum) yaitu menghancurkan kepercayaan, keyakinan, dan tegaknya hukum. Menimbulkan bahaya-bahaya bagi keamanan dan lingkungan, menggerogoti sistem, atau dengan kata lain mengancam kepentingan umumkorupsi akan menggerumus struktur kenegaraan secara perlahan, tetapi juga menghancurkan segenap sendi-sendi penting yang terdapat dalam negara.Menghilangkan kesadaran masyarakat tentang hak mereka sebagai warga negara dan ketidakpedulian mereka pada sistim ketatanegaraan suatu bangsa di mana korupsi berlangsung.Korupsi menimbulkan kesengsaraan struktur birokratis di setiap negara di dunia. Secara perlahan menggerumus semua sendi kehidupan kenegaraan suatu bangsa, mulai dari ruang sosial, ekonomi, politik, moral, dan sebagainya

Dampak korupsi dari aspek politik yaitu 1) Menimbulkan lemahnya pelayanan terhadap kepentingan publik, 2)Diskriminasi hukum dan kebijakan, 3)Legalisasi produk kebijakan yang korup.Dampak korupsi dari dari aspek ekonomi yaitu 1)Munculnya pemusatan ekonomi pada elit kekuasaan, 2)Diskriminasi pada kebijakan, 3)Proses pelaksanaan pembangunan yang tidak transparan, 4)Terhambatnya pertumbuhan ekonomi, 5)Terjadi ekonomi biaya tinggi. Dampak korupsi dari aspek budaya yaitu 1)Membangun pola sosial yang hiprokit (pola pikir serba uang), 2)Membangun budaya menjilat, 3)Mendidik masyarakat jadi penipu.

Adami, Chazawi Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia, 2003, Cetakan Pertama, Bayumedia Publishing, Malang. Al Andang, Binawan, Korupsi Kemanusiaan 2006, PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta.Alatas, Syed Hussein, Korupsi, Sifat, Sebab, dan Fungsi, 1987, LP3ES, Jakarta.Klitgaard, Robert, Membasmi Korupsi, 2005, Penerjemah Hermojo, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Klitgaard, Robert, dkk, Penuntun Pemberantasan Korupsi di Daerah, 2005, Penerjemah Masri Maris, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Kurniawan, Luthfi, Menyingkap Korupsi di Daerah, 2003, In-Trans, Malang.Lidwina Inge, Nurtjahyo, Sisi Empirik Pemberantasan Korupsi, dalam Cahyadi, Antonius, Sosiologi Hukum Dalam Perubahan, 2009, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Minarno, Nur Basuki, Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana Korupsi dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, 2009, Laksbang Mediatama, Surabaya. Poernomo, Bambang, Potensi Kejahatan Korupsi Di Indonesia, 1983, Cetakan Pertama, Bina Aksara, Yogyakarta.Pope, Jeremy, Strategi Memberantas Korupsi, 2003, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Rinaldi, Taufik, Korupsi di Indonesia yang Terdesentralisasi, dalam Cahyadi, Antonius, Sosiologi Hukum dalam Perubahan, 2009, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Sasangka, Hari, Komentar Korupsi, 2007, Cetakan Kesatu, CV. Mandar Maju, Bandung. Semma, Mansyur, Negara dan Korupsi, 2008, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.Soedarno, Ernanto, Politik Hukum Pemberantasan Korupsi di Indonesia, dalam Kapita Selekta Ikatan Alumni Universitas Airlangga, Penegakan Hukum di Indonesia, 2006, Prestasi Pustaka, Jakarta.Soejadi, Pancasila Sebagai Sumber Tertib Hukum Indonesia, 1999, Cetakan Pertama, Lukman Offset, Yogyakarta.Zainuri, Achmad, Akal Kultural Korupsi Di Indonesia, 2007, CV. Cahaya Baru Sawangan, Depok. SEKIANTERIMA KASIH