64
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA DI INDONESIA (Penerapan Hukum Progresif) SKRIPSI Oleh M . Firdaus Adhi Guna FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2020

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI

PENGADAAN BARANG DAN JASA DI INDONESIA

(Penerapan Hukum Progresif)

SKRIPSI

Oleh

M . Firdaus Adhi Guna

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2020

Page 2: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

ABSTRAK

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI

PENGADAAN BARANG DAN JASA DI INDONESIA

(PENERAPAN HUKUM PROGRESIF)

Oleh

M. FIRDAUS ADHIGUNA

Hukum Progresif menuntut keberanian aparat penegak hukum menafsirkan pasal

untuk memperadabkan bangsa agar tidak ada lagi diskriminasi hukum di

Indonesia. Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan barang

dan jasa di Indonesia melalui penerapan konsep hukum progresif dapat menjadi

alternatif memberikan kesetaraan di depan hukum dapat diwujudkan. Berdasarkan

latar belakang tersebut, maka rumusan permasalahan yang akan dikaji oleh

penulis adalah bagaimanakah penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi

pengadaan barang dan jasa di Indonesia (penerapan konsep hukum progresif) dan

apakah faktor-faktor penghambat penegakan hukum terhadap tindak pidana

korupsi pengadaan barang dan jasa di Indonesia (penerapan konsep hukum

progresif).

Metode pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Data yang digunakan

merupakan data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah kepustakaan dan penelitian lapangan. Analisa data yang

digunakan adalah analisis kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa, penegakan hukum melalui

penerapan hukum progresif terhadap tindak pidana korupsi pengadaan barang dan

jasa masih pada sebatas wacana dan belum dapat diterapkan di Indonesia. Faktor-

faktor penghambat yang mempengaruhi penerapan konsep hukum progresif, yaitu

terdiri dari : faktor penegak hukum dan faktor sarana/prasarana atau fasilitas yang

mendukung penegakan hukum. Sarana atau fasilitas tersebut antara lain,

mencakup regulasi, tenaga manusia yang berpendidikan dan trampil, organisasi

yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup.

Page 3: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

M. Firdaus Adhi Guna

Saran dalam penelitian ini, sebaiknya hakim di pengadilan tindak pidana korupsi

terkait penggunaan hukum progresif dalam penjatuhan vonis yang diberikan tidak

bersifat formalistik. Para aparat penegak hukum dapat menerapkan konsep hukum

progresif dengan tetap mendasarkan diri pada nilai-nilai Pancasila sebagai nilai

dasar kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.

Kata kunci : Tindak Pidana Korupsi, Penegakan Hukum, Hukum Progresif.

Page 4: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI

PENGADAAN BARANG DAN JASA DI INDONESIA

(Penerapan Hukum Progresif)

Oleh

M . Firdaus Adhi Guna

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Univesitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2020

Page 5: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

iii

Judul Skripsi : PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK

PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN

JASA DI INDONESIA (Penerapan Konsep Hukum

Progresif)

Nama Mahasiswa : M. FIRDAUS ADHI GUNA

No. Pokok Mahasiswa : 1652011058

Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Diah Gustiniati M, S.H., M.H. Dona Raisa Monica, S.H., M.H.

NIP 196208171987032003 NIP 198607022010122003

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

Eko Raharjo, S.H., M.H.

NIP 19610406 198903 1 003

Page 6: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

iv

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua Penguji : Diah Gutiniati M, S.H., M.H. …...................

Sekretaris/Anggota : Dona Raisa Monica, S.H., M.H. .......................

Penguji Utama : Eko Raharjo, S.H., M.H. ..……………..

2. Dekan Fakultas Hukum

Prof. Dr. Maroni, S.H.,M.Hum

NIP 19600310 198703 1 002

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 19 Februari 2020

Page 7: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

v

SURAT PERYATAAN

Nama : M. Firdaus Adhi Guna

Nomor Induk Mahasiswa : 1652011058

Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “PENEGAKAN

HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN

BARANG DAN JASA DI INDONESIA (Penerapan Konsep Hukum

Progresif)” adalah hasil karya saya sendiri. Semua hasil tulisan yang tertuang

dalam skripsi ini telah mengikuti kaidah penulisan karya ilmiah Universitas

Lampung. Apabila kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan hasil

salinan atau dibuat oleh orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Bandar Lampung, .. Februari 2020

Penulis

Materai 6000

M. Firdaus Adhi Guna

NPM. 1652011058

Page 8: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

vi

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah M. Firdaus Adhi Guna, penulis

dilahirkan di Bandar Lampung, 31 Mei 1998, penulis adalah

anak kedua dari Bapak Erwansyah, A. Ptnh. dan Ibu Lusiana

Penulis memulai pendidikan di TK Sari Teladan, Bandar

Lampung pada tahun 2004, SDN 2 Rawa Laut Bandar Lampung diselesaikan pada

tahun 2010, SMPN 4 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2013 dan SMA

Negeri 10 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2016. Penulis terdaftar

sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung pada tahun 2016

melalui jalur mandiri. Kemudian pada tahun 2020 penulis telah menyelesaikan

skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH). Penulis

telah mengikuti program pengabdian langsung kepada masyarakat yaitu Kuliah

Kerja Nyata (KKN) di Desa Bumi Jaya, Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung

Barat tahun 2019.

Page 9: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

vii

MOTTO

“‘Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya

bersama kesulitan itu ada kemudahan.”

( QS Al Insyirah 5 – 6)

Jika kamu benar menginginkan sesuatu, kamu akan menemukan caranya. Namun

jika tak serius, kau hanya akan menemukan alasan.

(Jim Rohn)

Page 10: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

viii

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT,

Zat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Kupersembahkan Skripsi ini sebagai perwujudan rasa kasih sayang, dan

Hormatku kepada:

Kedua Orang Tua Tercinta, (alm) Erwansyah dan lusiana

Yang senantiasa membesarkan, mendidik, membimbing, mendoakan,

menyangi dan mendukungku, serta kakakku Mariah Ramandisyah dan adikku

Muhammad Rizkiansyah yang selalu memberi dukungan, doa, motivasi sehingga

membuatku semangat dalam menyelesaikan Studi di Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

Page 11: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

ix

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul

“PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI

PENGADAAN BARANG DAN JASA DI INDONESIA (Penerapan Konsep

Hukum Progresif)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan

untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini. Pada penulisan skripsi ini

penulis mendapatkan bimbingan, arahan serta dukungan dari berbagai pihak

sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik. Pada kesempatan kali

ini, penulisan ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-

besarnya terhadap:

1. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H.M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung;

2. Bapak Eko Raharjo, S.H.,M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Ibu Dona Raisa Monica, S.H.,M.H. selaku Sekretaris Bagian Hukum

Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung, sekaligus Dosen

Page 12: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

x

Pembimbing II yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan masukan

dalam menyelesaikan skripsi ini;

4. Ibu Diah Gustiniati M, S.H.,M.H., selaku Pembimbing I yang telah

memberikan arahan, bimbingan, dan masukan dalam menyelesaikan

skripsi ini;

5. Bapak Eko Raharjo, S.H.,M.H., selaku Dosen Pembahas I yang telah

memberikan kritik dan saran serta masukan dalam penulisan skripsi ini;

6. Bapak Damanhuri Warganegara, S.H.,M.H. selaku Dosen Pembahas II

yang telah memberikan kritik dan saran serta masukan dalam penulisan

skripsi ini;

7. Ibu Desi Churul Aini, S.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik atas

bimbingan dan arahan kepada penulis selama menjalankan studi di

Fakultas Hukum Universitas Lampung;

8. Seluruh Dosen Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Lampung yang

penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis;

9. Para Staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung, terutama

pada Bagian Hukum Pidana Ibu Aswati yang selalu membantu dalam

pemberkasan mulai dari judul sampai ujian, Emak D, Mas Izal dan Mba

Tika;

10. Narasumber dalam penulisan skripsi ini, Ibu Zoya Haspita selaku Hakim

Pengadilan Negeri Tanjung Karang, Bapak Eko Meiprobo selaku Polisi

Kasubdit Tipikor Ditreskrimsus Polda Lampung, Ibu Erna Dewi selaku

Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Univertas Lampung;

Page 13: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

xi

11. Sangat Teristimewa untuk Kedua orang tua saya, Ayah (alm) Erwansyah

dan Ibu Lusiana yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, doa,

semangat dan dukungan yang diberikan selama ini. Terimakasih atas

segalanya semoga dapat membahagiakan, membanggakan, dan dapat

menjadi anak yang berbakti;

12. Kakakku tersayang Mariah Ramandisyah dan Adikku Muhammad

Riskiansyah yang selalu menjadi sumber semangatku;

13. Untuk Om Faisol Muchtar dan Tante Irina, terima kasih untuk motivasi,

nasehat, dan doa dan dukungan yang telah diberikan selama ini;

14. Untuk keluarga besarku, om, tante, dan sepupu- sepupuku tersayang yang

tidak dapat kusebutkan satu – persatu. Terimakasi untuk doa, nasehat, dan

dukungan yang telah diberikan selama ini;

15. Terima kasih kepada sahabat-sahabatku Amanda clara, Alvin, Andrian,

Abror, yudha, Tedy, Febrian, Ilham, Doni, Ayu, Intan, Sheli, Tarigan,

Safiya, Sarah, Alba, Rocki, Savero, Kemi, dan teman-teman yang tidak

dapat disebutkan satu-persatu, yang telah menemani, memberikan

dukungan dan semangat;

16. Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2016 khususnya bagian

Hukum Pidana yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih

dukungan dan kebersamaannya selama ini;

17. Teman-teman KKN Desa Bumi Jaya di Kecamatan Sukau Kabupaten

Lampung Barat Deny, Prasojo, Tarigan, Lutfi, Ezi, Mona terimakasih

untuk setiap dukungan dan doa yang kalian berikan yang telah

Page 14: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

xii

memberikan banyak kenangan, ilmu, teman dan sampai aku menjadi

seseorang yang berguna bagi bangsa dan agama;

18. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, semangat, dan dukungan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT selalu memberikan balasan atas bantuan dan dukungan

yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi semoga skripsi ini dapat

bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan bagi pembaca pada

umumnya dan bagi penulis khususnya.

Bandar Lampung,19 Februari 2020

Penulis,

M. Firdaus Adhi Guna

Page 15: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup............................................... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................. 7

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual............................................... 8

E. Sistematika Penulisan.................................................................. 16

II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penegakan Hukum......................................................... 18

B. Tindak Pidana Korupsi................................................................. 21

C. Pengadaan Barang dan Jasa Di Indonesia.................................... 24

D. Definisi Hukum Progresif............................................................ 30

III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah..................................................................... 35

B. Sumber dan Jenis Data................................................................. 35

C. Penentuan Nara Sumber............................................................... 37

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data............................. 38

E. Analisis Data................................................................................ 40

Page 16: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi

Pengadaan Barang dan Jasa di Indonesia (Penerapan Konsep

Hukum Progresif)........................................................................

41

B. Faktor-Faktor Penghambat Penegakan Hukum Terhadap Tindak

Pidana Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Indonesia

(Penerapan Konsep Hukum Progresif)..........................................

59

V

PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA

B. Saran.............................................................................................. 76

Page 17: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Korupsi merupakan salah satu masalah yang sering terjadi dalam kehidupan

kenegaraan Indonesia. Semangat dan upaya memberantas korupsi di era reformasi

ditandai terutama dengan keluarnya Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang diundangkan pada tanggal

16 Agustus 1999 dan kemudian Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 Tentang

Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi pada tanggal 21 November 2001, berbagai harapan akan

lenyap atau berkurangnya tindak pidana korupsi menjadi impian masyarakat.

Korupsi di Indonesia tidak terjadi dengan sendirinya dan tidak hanya dilakukan

oleh individu-individu. Korupsi di Indonesia terjadi secara “berjamaah” oleh

sekelompok orang bahkan melibatkan koorporasi. Korupsi juga bukan hanya

menyangkut masalah penyelewengan uang negara saja, melainkan lebih

kompleks lagi. Pelayanan publik yang berbelit-belit dan tidak maksimal hasilnya

juga merupakan sebuah bentuk korupsi.1

Tindak pidana korupsi merupakan salah satu bagian dari hukum pidana khusus di

samping mempunyai spesifikasi tertentu yang berbeda dengan hukum pidana

1 Satjipto, Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, (Jakarta: 2010). Hlm 51.

Page 18: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

2

umum, seperti adanya penyimpangan hukum acara serta apabila ditinjau dari

materi yang diatur maka tindak pidana korupsi secara langsung maupun tidak

langsung dimaksudkan menekan seminimal mungkin terjadinya kebocoran dan

penyimpangan terhadap keuangan dan perekonomian negara. Dengan diantisipasi

sedini dan seminimal mungkin penyimpangan tersebut, diharapkan roda

perekonomian dan pembangunan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya

sehingga lambat laun akan membawa dampak adanya peningkatan pembangunan

dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

Berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi di sektor pengadaan

barang/jasa pemerintah, baik yang dilakukan secara perorangan maupun

kelompok atau institusi bahkan dilakukan oleh kaum intelektual yang sulit untuk

dijerat hukum tentunya tidak terlepas dengan adanya indikasi persekongkolan

antara para pelaku dengan penegak hukum guna menarik keuntungan dalam

proses terjadinya tindak pidana korupsi tersebut.

Sudah banyak masalah korupsi di sektor pengadaan barang/jasa pemerintah terjadi

di Indonesia. Harapan besar masyarakat yang digantungkan kepada aparat

penegak hukum untuk dapat memberantas habis penyakit ini ternyata sangat

lemah dalam penindakan. Terkadang masyarakat dibuat kecewa oleh aparat

penegak hukum. Pengadilan sebagai tempat masyarakat berharap dimana keadilan

dapat terwujud, tetapi yang terjadi adalah, pengadilan berubah menjadi pasar

yang memperdagangkan putusan pengadilan.2 Padahal tujuan dari hukum itu

2 Ibid. Hlm. 90.

Page 19: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

3

sendiri adalah untuk keadilan dan menciptakan ketertiban dan juga keseimbangan

dalam masyarakat.3

Pasal 1 ayat 3 UUD Negara Republik Indonesia 1945 mengatakan bahwa

Indonesia adalah negara hukum. Konsekuensi dianutnya negara hukum oleh suatu

negara adalah negara harus dapat menjamin kekuasaan kehakiman sebagai

kekuasaan yang merdeka serta terbebas dari intervensi pihak lain. Kekuasaan

kehakiman merupakan bagian penting dalam konsep negara hukum sebagai

bagian dari aparat penegak hukum dan merupakan ujung tombak mewujudkan

keadilan. Konsekuensinya, di Indonesiasebagaimana tertuang dalam UUD Negara

Republik Indonesia 1945 dalam pasal 24 ayat 1 yang ditegaskan bahwa kekuasaan

kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan

peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Sebagai lembaga yudikatif,

maka tugas dan fungsi utama dari lembaga kekuasaan kehakiman adalah

mempertahankan hukum, ketika hukum yang dituangkan secara formal dalam

berbagai peraturan perundangan tersebut dilanggar. Dengan kata lain tugas

praktisi hukum yang bekerja di lingkungan kekuasaan kehakiman bertugas untuk

membuat putusan hukum dalam rangka untuk menjaga kewibawaan hukum

sekaligus mewujudkan keadilan bagi pencari keadilan.

Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak didasarkan atas

kekuasaan. Hukum harus dijadikan panglima dalam menjalankan roda kehidupan

berbangsa dan bernegara. Disamping kepastian dan keadilan hukum juga

berfungsi untuk kesejahteraan hidup manusia. Sehingga boleh dikatakan bahwa

3 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum : Suatu Pengantar, (Yogyakarta, 2010). Hlm. 99.

Page 20: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

4

berhukum adalah sebagai medan dan perjuangan manusia dalam konteks mencari

kebahagiaan hidup.4 Prof. Satjipto Rahardjo mengatakan :

…., baik faktor; peranan manusia, maupun masyarakat, ditampilkan

kedepan, sehingga hukum lebih tampil sebagai medan pergulatan dan

perjuangan manusia. Hukum dan bekerjanya hukum seyogianya

dilihat dalam konteks hukum itu sendiri. Hukum tidak ada untuk diri

dan keperluannya sendiri, melainkan untuk manusia, khususnya

kebahagiaan manusia.5

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau berfungsinya

norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau

hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-

konsep hukum yang diharapkan masyarakat menjadi kenyataan. Namun di dalam

realita kehidupan masyarakat, hukum mengalami sebuah masalah krusial yang

mengaburkan makna dari hukum tersebut. Hukum dijadikan alat untuk melindungi

kepentingan-kepentingan tertentu dan hukum dijadikan sebuah alat untuk

melegalkan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan

ditengah-tengah masyarakat. Hukum hanya dijadikan alat dan bukan tujuan. Salah

satu penyebab kemandegan yang terjadi didalam dunia hukum adalah karena masih

terjerembab kepada paradigma tunggal positivisme yang sudah tidak fungsional

lagi sebagai analisis dan kontrol yang bersejalan dengan tabel hidup karakteristik

manusia yang senyatanya pada konteks dinamis dan multi kepentingan baik pada

proses maupun pada peristiwa hukumnya.6 Hal ini menjadikan hukum hanya

4 Sabian Usman, Dasar-Dasar Sosiologi Hukum, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009). Hlm.1 5 Satjipto Rahardjo, Biarkan Hukum Mengalir (Catatan Kritis Tentang Pergulatan Manusia dan

Hukum), (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007). Hlm. ix. 6 Sabian Usman. Op Cit. Hlm 219.

Page 21: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

5

dipahami dalam arti yang sangat sempit, yakni hanya sebatas undang-undang,

sedangkan nilai-nilai diluar undang-undang tidak dimaknai sebagai sebuah hukum.

Hukum Progresif memecahkan kebuntuan itu. Hukum Progresif menuntut

keberanian aparat penegak hukum menafsirkan pasal untuk memperadabkan

bangsa agar tidak ada lagi diskriminasi hukum di Indonesia. Apabila kesetaraan di

depan hukum tak bisa diwujudkan, keberpihakan itu mutlak. Manusia

menciptakan hukum bukan hanya untuk kepastian, tetapi juga untuk kebahagiaan.

Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum progresif adalah menjalankan

hukum tidak hanya sekedar kata-kata hitam-putih dari peraturan (according to the

letter), melainkan menurut semangat dan makna lebih dalam (to very meaning)

dari undang-undang atau hukum. Penegakan hukum tidak hanya kecerdasan

intelektual, melainkan dengan kecerdasan spiritual. Dengan kata lain, penegakan

hukum yang dilakukan dengan penuh determinasi, empati, dedikasi, komitmen

terhadap penderitaan bangsa dan disertai keberanian untuk mencari jalan lain dari

pada yang biasa dilakukan.7 Konsep hukum progresif yang memaknai hukum

untuk manusia dan masyarakat dan bukan untuk kepentingan dirinya sendiri,

merupakan alternatif yang dapat dipergunakan dalam penerapan hukum, yang

lebih memungkinkan untuk mewujudkan tujuan hukum yang di cita-citakan.

Menurut Mahfud MD, terdapat 2 (dua) prasyarat utama yang harus dimilikioleh

para aktor penegak hukum dan pejabat lain untuk memperbaiki keadaan yang

bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) yaitu “bersih dan berani”.

7 Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, (Yogyakarta: Genta Publishing,

2009). Hlm. xiii

Page 22: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

6

Bersih, artinya bermoral, punya track record (rekam jejak) tak pernah korup dan

tak punya masalah dengan hukum. Berani, artinya punya nyali untuk bertindak

terhadap siapapun guna mendobrak kejemuan birokrasi. Bersih dan berani

merupakan prasyarat komulatif sebab jika hanya bersih, tetapi tidak berani akan

selalu gamang. Jika hanya berani, tetapi tidak bersih bisa-bisa justru menjadi

pemutih untuk penghilangan jejak kasus, pencipta KKN baru, atau tiba-tiba

kehilangan keberanian karena dihantui ketidakbersihannya. Keterampilan

merupakan syarat tambahan berikut yang dapat dibangun menyusul prasyarat

bersih dan berani.8

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dan pembahasan melalui penulisan skripsi

dengan judul “Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi

Pengadaan Barang Dan Jasa Di Indonesia (Penerapan Konsep Hukum

Progresif).

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan pada pemikiran dan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

barang dan jasa di Indonesia? (penerapan konsep hukum progresif).

8 Moh. Mahfud MD, Hukum Tak Kunjung Tegak, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007. Hlm. 81.

Page 23: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

7

b. Apakah faktor-faktor penghambat penegakan hukum terhadap tindak pidana

korupsi pengadaan barang dan jasa di Indonesia? (penerapan konsep hukum

progresif).

2. Ruang Lingkup

Agar tidak terjadi kerancuan dalam pembahasan sehingga memungkinkan

penyimpangan dari judul, maka penulis membatasi ruang lingkup dalam

penelitian ini terbatas pada ilmu hukum pidana dengan substansi pembahasan

masalah melalui pengidentifikasian kajian mengenai penegakan hukum terhadap

tindak pidana korupsi pengadaan barang dan jasa di Indonesia (penerapan konsep

hukum progresif) serta faktor-faktor apa saja sebagi penghambat penegakan

hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan barang dan jasa di Indonesia

(penerapan konsep hukum progresif). Sedangkan waktu penelitian penulis lakukan

pada Tahun 2019, dengan lokasi bertempat di Bandar Lampung.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Untuk mengetahui dan menganalisis penegakan hukum melalui penerapan

konsep hukum progresif terhadap tindak pidana korupsi pengadaan barang

dan jasa di Indonesia.

Page 24: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

8

b. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor penghambat penegakan hukum

melalui penerapan konsep hukum progresif terhadap tindak pidana korupsi

pengadaan barang dan jasa di Indonesia.

2. Kegunaan Peneletian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan permasalahan di atas, maka hasil

dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Kegunaan Teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran ilmiah berupa konsep, teori dan metode dalam

pendidikan ilmu hukum, khususnya mengenai penegakan hukum melalui

penerapan konsep hukum progresif terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

barang dan jasa di Indonesia.

b. Kegunaan praktis, penelitian ini secara langsung bagi penulis adalah untuk

memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Fakultas Hukum Universitas

Lampung, dan bagi yang berkepentingan lain dapat dijadikan sebagai bahan

informasi, komparasi, dan referensi, maupun masukan untuk mengetahui

bagaimana dan apa saja faktor-faktor penghambat mengenai kebijakan

penegakan hukum melalui penerapan konsep hukum progresif terhadap

tindak pidana korupsi pengadaan barang dan jasa di Indonesia..

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi

dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk

Page 25: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

9

mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan

oleh peneliti.9 Kerangka teoritis adalah penentuan tujuan dan arah penelitiannya

dan dalam memilih konsep-konsep yang tepat guna pembentukan hipotesa-

hipotesanya, maka teori itu bukanlah pengetahuan yang sudah pasti, tetapi harus

dianggap sebagai petunjuk analisis dan hasil penelitian yang dilakukan.10

Secara umum penegakan hukum dapat diartikan sebagai tindakan menerapkan

perangkat sarana hukum tertentu untuk melaksanakan sanksi hukum guna

menjamin pentaatan terhadap ketentutan yang ditetapkan tersebut, sedangkan

menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum adalah suatu proses untuk

mewujudkan keinginan-keinginan hukum (yaitu pikiran-pikiran badan pembuat

undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum) menjadi

kenyataan.

Fungsi hukum tidak hanya sebagai alat kontrol sosial atau sarana untuk menjaga

stabilitas semata, akan tetapi juga sebagai alat pembaharuan atau perubahan di

dalam suatu masyarakat, sebagaimana disebutkan oleh Roscoe Pound (1870-1874)

salah seorang tokoh Sosiological Jurisprudence, Politik hukum pidana

(kebijakan hukum pidana) sebagai salah satu usaha dalam menganggulangi

kejahatan dalam penegakan hukum pidana yang rasional.

9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986).

Hlm 124. 10 Ibid, Hlm 93.

Page 26: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

10

Penegakan hukum pidana yang rasional tersebut terdiri dari tiga tahap, yaitu :

tahap formulasi, tahap aplikasi, dan tahap eksekusi.11

a. Tahap Formulasi, yaitu tahap penegakan hukum pidana in abstractooleh

badan pembuat undang-undang. Dalam tahap ini pembuat undang-undang

melakukan kegiatan memilih nilai-nilai yangsesuai dengan keadaan dan

situasi masa kini dan yang akan datang, kemudian merumuskannya dalam

bentuk perundang- undangan untuk mencapai hasil perundang-undangan

yang paling baik dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Tahap

ini disebut Tahap Kebijakan Legislatif.

b. Tahap Aplikasi, yaitu tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan

hukum pidana) oleh aparat-aparat penegak hukum mulai dari Kepolisian

hingga Pengadilan. Aparat penegak hukum bertugas menegakan serta

menerapkan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh pembuat

undang-undang. Dalam melaksanakan tugas ini, aparat penegak hukum harus

berpegangan teguh pada nilai-nilai keadilandan daya guna tahap ini dapat

disebut sebagai tahap yudikatif.

c. Tahap Eksekusi, yaitu tahap penegakan (pelaksanaan) hukum secara konkret

oleh aparat-aparat pelaksana pidana. Dalam tahap ini aparat-aparat pelaksana

pidana bertugas menegakan peraturan perundang-undangan pidana yang telah

ditetapkan dalam putusan pengadilan. Dalam melaksanakan pemidanaan yang

telah ditetapkan dalam putusan pengadilan, aparat-aparat pelaksana pidana itu

dalam melaksanakan tugasnya harus berpedoman kepada peraturan

11 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung : Citra

Aditya Bakt, 1996. Hlm.15

Page 27: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

11

perundang-undangan pidana yang dibuat oleh pembuat undang-undang dan

nilai-nilai keadilan suatu daya guna.

Ketiga tahap kebijakan penegakan hukum pidana tersebut, dilihat sebagai suatu

usaha atau proses yang rasional yang sengaja direncanakan untuk mencapai

tujuan tertentu. Cita hukum bangsa dan negara Indonesia adalah pokok-pokok

pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, untuk

membangun negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Cita

hukum itulah Pancasila.12 Penegakan hukum menggunakan teori hukum progresif

dalam pemberantasan tindak pidana korupsi di sektor pengadaan barang/jasa

pemerintah diyakini akan memberikan harapan baru ditengah-tengah masyarakat

dalam hal penegakan hukum yang berkeadilan.

Tindak pidana korupsi pengadaan barang/jasa pemerintah telah terjadi secara

meluas, dan dianggap pula telah menjadi suatu penyakit yang sangat parah yang

tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga telah terjadi pelanggaran

terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat, menggerogoti demokrasi,

merusak aturan hukum, dan memundurkan pembangunan serta memudarkan masa

depan bangsa. Dalam hubungan itu, korupsi tidak hanya mengandung pengertian

penyalahgunaan kekuasaan/jabatan atau pun kewenangan yang mengakibatkan

kerugian keuangan dan asset negara, tetapi juga setiap kebijakan dan tindakan

telah menimbulkan depresiasi nilai publik, baik tidak sengaja atau pun terpaksa.

12 Roeslan Saleh, Pembinaan Cita Hukum dan Asas-Asas Hukum Nasional, Jakarta:Karya Pikir,

1996. Hlm.15

Page 28: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

12

Menurut Soerjono Soekanto terdapat lima faktor yang sangat mempengaruhi

penegakan hukum. Kelima faktor tersebut saling berkaitan erat, sehingga

merupakan esensi dari penegakan hukum, dan merupakan tolok ukur dari

efektivitas penegakan hukum. Kelima faktor tersebut adalah 13 :

1) Faktor hukumnya sendiri, terutama undang-undang.

2) Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk dan menerapkan

hukum.

3) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

4) Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan.

5) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan

pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus selalu diperhatikan yaitu

unsur keadilan, unsur kepastian hukum dan unsur kemanfaatan.14 Jika dalam

menegakkan hukum hanya diperhatikan kepastian hukumnya saja, maka unsur

lain harus dikorbankan. Demikian juga kalau yang diperhatikan unsur keadilan

maka unsur kepastian hukum dan kemanfaatan juga harus di korbankan dan begitu

selanjutnya. Itulah yang disebut antinomy yaitu sesuatu yang bertentangan namun

tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.15 Dalam menegakkan hukum harus ada

kompromi antara ketiga unsur tersebut. Meski dalam prakteknya tidak selalu

mudah mengusahakan kompromi secara seimbang antara ketiga unsur tersebut.16

Pemberantasan tindak pidana korupsi termasuk tindak pidana korupsi disektor

pengadaan barang/jasa pemerintah adalah serangkaian tindakan untuk mencegah

13 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta : Rajawali

Pers, 2008). Hlm. 5. 14 Penegakan Hukum, Diakses dari : http://wonkdermayu.wordpress.com./kuliah-hukum/

penemuan- hukum-atau-rech tsving/. Tanggal 25 Oktober 2018, Pukul 21.10 WIB. 15 Teori Radburch tentang Tujuan Hukum, Diakses dari : http://bunga-legal.blogspot.

com/2010/02/teori-tujuan-hukum.html?m=1. Tanggal 25 Oktober 2018, Pukul 21.10 WIB. 16 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, (Penerbit: Yogyakarta: Universitas Atma Jaya),

2010). Hlm. 161.

Page 29: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

13

dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi,

monitoring, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang

pengadilan, dengan peran serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Peraturan dan institusi formal masih memerlukan tambahan, bantuan publik untuk

bisa menciptakan ketertiban. Masyarakat dan publik juga mampu mengorganisasi

kekuatan sendiri secara spontan untuk menjaga ketertiban. Hukum sama sekali

tidak dapat dilepaskan dari partisipasi publik.17

2. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menghubungkan atau

menggambarkan konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang

berkaitan dengan istilah.18 Berdasarkan definisi tersebut, untuk memudahkan

pengertian yang terkandung dalam kalimat judul penelitian, maka penulis dalam

kerangka konseptual ini menguraikan pengertian-pengertian yang berhubungan

erat dengan penulisan di dalam skripsi ini, agar tidak terjadi salah penafsiran yang

ditujukan untuk memberikan kesatuan pemahaman, maka akan dijelaskan

beberapa istilah yang digunakan, yaitu sebagai berikut :

a. Penegakan Hukum

Menurut Barda Nawawi Arief, penegakan hukum adalah proses dilakukannya

upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata

17 Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif, (Jakarta: Kompas, 2007). Hlm. 207. 18 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1986). Hlm. 103.

Page 30: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

14

sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum

dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.19

b. Tindak Pidana

Tindak Pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum

yang disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa

melanggar larangan tersebut20. Istilah tindak pidana sebagai terjamahan dari

strafbaarfeit menunjukkan pengertian gerak-gerik tingkah laku seseorang.

c. Korupsi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi secara harfiah berarti: buruk,

rusak, suka memakai barang (uang) yang dipercayakan padanya, dapat disogok

(melalui kekuasaannya untuk kepentingan pribadi). Adapun arti terminologinya,

korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan)

untuk kepentingan pribadi atau orang lain.21

d. Pengadaan

Pengadaan merupakan proses kegiatan untuk pemenuhan atau penyediaan

kebutuhan dan pasokan barang atau jasa di bawah kontrak atau pembelian

langsung untuk memenuhi kebutuhan bisnis. Pengadaan dapat mempengaruhi

keseluruhan proses arus barang karena merupakan bagian penting dalam proses

tersebut.

.

19Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam

Penanggulangan Kejahatan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007). Hlm. 21. 20 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali Press, 2012. Hlm. 242. 21 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Balai Pustaka,

Jakarta, 1995. Hlm. 527.

Page 31: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

15

e. Barang dan Jasa

Barang adalah suatu jenis benda yang berwujud dan memiliki nilai sehingga untuk

mendapatkan kepuasan dari barang tersebut maka harus "digunakan". Jasa adalah

suatu jenis barang ekonomi yang tidak berwujud dan untuk mendapatkan

kepuasan maka harus "dinikmati".

f. Indonesia

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki lebih

dari 17.000 pulau, dimana hanya sekitar 7.000 pulau yang berpenghuni.

Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Sumatra dan Papua merupakan pulau utama di

Indonesia. Selain itu Indonesia juga memiliki pulau-pulau kecil seperti Bali,

Karimunjawa, Gili dan Lombok yang merupakan tujuan wisata lokal maupun

internasional. Ibukota negara Indonesia adalah Jakarta, yang terletak di Pulau

Jawa.

g. Penerapan

Penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal

lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan

oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun

sebelumnya.

h. Hukum Progresif

Menurut Satjipto Rahardjo, hukum progresif adalah mengubah secara cepat,

melakukan pembalikan yang mendasar dalam teori dan praktis hukum, serta

melakukan berbagai terobosan. Pembebasan tersebut di dasarkan pada prinsip

Page 32: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

16

bahwa hukum adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya dan hukum itu tidak

ada untuk dirinya sendiri, melainkan untuk sesuatu yang lebih luas yaitu untuk

harga diri manusia, kebahagiaan, kesejahteraan, dan kemuliaan manusia.22

E. Sistematika Penulisan

Susunan sistematika penulisan untuk memudahkan dalam memahami isi dari

skripsi ini secara keseluruhan adalah sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian mengenai penjelasan tentang latar belakang yang berisi

pokok pikiran mengapa penulis memilih permasalahan dalam penelitian ini,

kemudian dilanjutkan dengan perumusan masalah yang akan diangkat

berdasarkan uraian latar belakang. Berikut akan dikemukakan pula tentang

tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, batasan masalah, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian tentang landasan teori yang akan berisi konsep-konsep

penelitian yang digunakan untuk menunjang penelitian yang diperoleh dari

berbagai sumber mengenai penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi

pengadaan barang dan jasa di Indonesia (penerapan hukum progresif).

III. METODE PENELITIAN

22 Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif, (Jakarta: Kompas, 2007).

Page 33: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

17

Pada bab ini diuraikan metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

yang terdiri dari pendekatan masalah, sumber dan jenis data, prosedur

pengumpulan dan pengolahan data, serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pelaksanaan penelitian yang dilakukan mencakup hasil

pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan pembahasan data

berdasarkan hasil yang telah diperoleh dan teori yang ada mengenai

penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan barang dan jasa

di Indonesia (penerapan hukum progresif).

V. PENUTUP

Pada bab ini memuat tentang kesimpulan dari pembahasan yang

menghasilkan jawaban permasalahan dari hasil penelitian serta saran-saran

dari penulis sebagai alternatif dari penyelesaian masalah yang berkaitan

dengan hasil penelitian demi perbaikan di masa yang akan datang serta dapat

menambah wawasan tentang ilmu hukum, khususnya mengenai penegakan

hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan barang dan jasa di

Indonesia (penerapan hukum progresif).

Page 34: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau

berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam

hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Apa

yang diartikan orang selama ini sebagai penegakan hukum (law enforcemet)

sepertinya hanya tertuju pada tindakan refresif dari aparat penegak hukum dalam

melakukan reaksi tegas terhadap penindakan pelaku kriminal. Pemaknaan

penegakan hukum secara demikian itu sangatlah sempit, oleh karena kewenangan

penegakan hukum hanya seakan menjadi tanggungjawab aparat hukum semata.

Sebenarnya penegakan hukum dalam konteks yang luas berada pada ranah

tindakan, perbuatan atau perilaku nyata atau faktual yang bersesuaian dengan

kaidah atau norma yang mengikat. Namun demikian, dalam upaya menjaga dan

memulihkan ketertiban dalam kehidupan sosial maka pemerintahlah actor

security.23

Dalam perspektif akademik, Purnadi Purbacaraka, menyatakan bahwa penegakan

hukum diartikan sebagai kegiatan menyerasikan nilai-nilai yang terjabarkan dalam

23 Soerjono Soekanto, Op Cit. Hlm. 21.

Page 35: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

19

kaidah-kaidah/pandangan-pandangan menilai yang mantap mengejewantah dari

sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan,

memelihara dan mempertahankan perdamaian pergaulan hidup.

Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek

yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek

dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses penegakan hukum

itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja

yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan

sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti

dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi

subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur

penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan

hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya hukum itu,

apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk

menggunakan daya paksa24.

Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya, yaitu

dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang

luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-nilai

keadilan yang terkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai

keadilan yang hidup dalam masyarakat. Tetapi, dalam arti sempit, penegakan

hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja.

Karena itu, penerjemahan perkataan ‘law enforcement’ ke dalam bahasa Indonesia

24 Barda Nawawi,Op.Cit. Hlm. 46.

Page 36: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

20

dalam menggunakan perkataan ‘penegakan hukum’ dalam arti luas dan dapat pula

digunakan istilah ‘penegakan peraturan’ dalam arti sempit.25

Tugas utama penegakan hukum adalah untuk mewujudkan keadilan, karenanya

dengan penegakan hukum itulah hukum menjadi kenyataan. Tanpa penegakan

hukum, maka hukum tak ubahnya hanya merupakan rumusan tekstual yang tidak

bernyali, yang oleh Achmad Ali biasa disebut dengan hukum yang mati.

Konsep penegakan hukum yang bersifat total, menuntut agar semua nilai yang ada

dibalik norma hukum turut ditegakkan tanpa kecuali. Konsep yang bersifat full

menghendaki perlunya pembatasan dari konsep total dengan suatu hukum formil

dalam rangka perlindungan kepentingan individual. Konsep penegakan hukum

aktual muncul setelah diyakini adanya diskresi dalam penegakan hukum karena

keterbatasan-keterbatasan yang ada dan kurangnya peran serta masyarakat.26

Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak

hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur

penegak hukum yang terlibat dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai dari

saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir pemasyarakatan.

Pada hakekatnya hukum mengandung ide atau konsep-konsep yang dapat

digolongkan sebagai sesuatu yang abstrak. Ke dalam kelompok yang abstrak

termasuk ide tentang keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial. Hukum

yang masih abstrak tersebut perlu untuk diwujudkan atau di jabarkan, pada

tatanan inilah yang disebut dengan penegakan hukum. Penegakan hukum adalah

25 Agus Raharjo,(Cybercrime Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi.

Bandung:PT.Citra Aditya Bakti, 2003). Hlm. 76. 26 Ibid. Hlm. 79

Page 37: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

21

rangkaian proses untuk menjabarkan nilai, ide, cita yang cukup abstrak yang

menjadi tujuan dari pada hukum di atas ke dalam masyarakat .

Penegakan hukum di negeri ini harus berjalan terus menerus sepanjang jalan

Negara hukum Indonesia yang telah digariskan dalam UUD 1945. Dalam proses

bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat tiga elemen penting yang

mempengaruhi, yaitu: (i) institusi penegak hukum beserta berbagai perangkat

sarana dan prasarana pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya; (ii)

budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai kesejahteraan

aparatnya, dan (iii) perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja

kelembagaannya maupun yang mengatur materi hukum yang dijadikan standar

kerja, baik hukum materielnya aupun hukum acaranya. Upaya penegakan hukum

secara sistemik haruslah memperhatikan ketiga aspek itu secara simultan,

sehingga proses penegakan hukum dan keadilan itu sendiri secara internal dapat

diwujudkan secara nyata.37

B. Tindak Pidana Korupsi

Istilah korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio atau corruptus yang berarti

kerusakan atau kebobrokan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata

corruption/corrupt, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan corruptive.

Pengertian korupsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah penyelewengan

atau penggelapan (uang negara atau perusahaan dan sebagainya) untuk

keuntungan pribadi atau orang lain, sedangkan pengertian korup ialah busuk;

Page 38: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

22

buruk; suka memakai barang (uang) yang dipercayakan kepadanya; dapat disogok

(melalui kekuasaannya untuk kepentingan pribadi).

Secara sederhana, korupsi dapat didefinisikan sebagai menyalahgunakan

kekuasaan kepercayaan untuk keuntungan pribadi. Namun, korupsi dapat pula

dilihat sebagai perilaku tidak mematuhi prinsip “mempertahankan jarak”, artinya

dalam pengambilan keputusan dibidang ekonomi, apakah ini dilakukan oleh

perorangan di sektor swasta atau oleh pejabat publik, hubungan pribadi atau

keluarga memainkan peranan. Sekali prinsip “mempertahankan jarak” ini

dilanggar dan keputusan dibuat berdasarkan hubungan pribadi atau keluarga,

korupsi akan timbul27.

Pengertian tentang korupsi menurut ketentuan dalam Undang-undang Nomor 31

Tahun 1999 jo Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi sangatlah banyak, yakni sejumlah 23 (dua puluh tiga)

pasal dan 4 (empat) pasal tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana

korupsi.

Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis membatasi hanya meneliti dan

membahas beberapa pasal terkait yang berhubungan dengan tindak pidana korupsi

di bidang pengadaan barang dan jasa, sebagai berikut :

1) Pasal 2 : Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan

perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain yang suatu

korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian

negara.

27 Jeremy Pope,Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem Integritas Nasional Edisi I,

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003). Hlm. 30.

Page 39: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

23

2) Pasal 3 : Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri

atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,

kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau

kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian Negara.

3) Pasal 5 : Setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada

pegawai negeri atau penyelenggara negara, dengan maksud supaya

pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak

berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan

kewajibannya; atau setiap orang yang memberi sesuatu kepada

pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan

dengan sesuatu yangbertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau

tidak dilakukan dalam jabatannya.

4) Pasal 11 : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima

hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah

atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang

berhubungan dengan jabatannya atau menurut pikiran orang yang

memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan

jabatannya.

5) Pasal 12 : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima

hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah

atau janji tersebut diberikan untuk menggerakan agar melakukan tidak

melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan

kewajibannya.

6) Pasal 12b : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima

hadiah, padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah tersebut

diberikan sebagai akibat atau diLsebabkan karena telah melakukan

atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan

dengan kewajibannya.

7) Pasal 12e : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan

maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan

hukum atau menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang

memberikan sesuatu, membayar atau menerima pembayaran dengan

potongan, atau untukmengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.

Page 40: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

24

8) Pasal 12i : Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik secara

langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam

pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat dilakukan

perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus

atau mengawasinya.

9) Pasal 12.b.1 : Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau

penyelenggara, Negara dianggap pemberian suap apabila berhubungan

dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau

tugasnya.

10) Pasal 13 : Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada

pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang

melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah

atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan.

11) Pasal 15 : Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau

permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi.

C. Pengadaan Barang dan Jasa Di Indonesia

Pengadaan barang/jasa secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu proses

untuk mendapatkan barang atau jasa mulai dari kegiatan perencanaan, penentuan

standar, pengembangan spesifikasi, pemilihan penyedia, negosiasi harga,

manajemen kontrak, pengendalian, penyimpanan dan pelepasan barang serta

fungsi-fungsi lainnya yang terkait dalam proses untuk memenuhi kebutuhan

pengguna dalam suatu organisasi pemerintah.

Definisi pengadaan barang dan jasa secara harfiah menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), yaitu berarti tawaran untuk mengajukan harga dan memborong

pekerjaan atas penyediaan barang/jasa. Di sinilah tumbuh pengertian bahwa ada

dua pihak yang berkepentingan. Pihak pertama adalah instansi pemerintah,

BUMN, atau perusahaan swasta yang mengadakan penawaran pengadaan barang

Page 41: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

25

dan jasa. Pihak kedua adalah personal atau perusahaan kontraktor yang

menawarkan diri untuk memenuhi permintaan akan pengadaan barang dan jasa

tersebut.

Pengadaan barang dan jasa pemerintah yang lebih dikenal dengan istilah lelang

(procurement) dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pengadaan barang/jasa yang

dananya bersumber baik sebagian atau seluruhnya dari Anggaran Pendapatan

Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Pengadaan barang dan jasa pemerintah dalam hal ini meliputi kegiatan pengadaan

barang, pengadaan pekerjaan konstruksi, pengadaan jasa konsultansi, dan

pengadaan jasa lainnya sesuai dengan kubutuhan pada setiap instansi/institusi

negara28.

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah secara khusus telah diatur didalam Peraturan

Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah yang sudah 4 (empat) kali mengalami perubahan melalui Peraturan

Presiden Nomor 35 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden

Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Peraturan

Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden

Nomor 54 Tahun 2010, tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Peraturan

Presiden Nomor 172 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan

Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dan

Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa 28 Marzuki Yahya dan Endah Fitri Susanti, Buku Pintar Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

(Jakarta; Laskar Aksara, 2012). Hlm. 6.

Page 42: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

26

Pemerintah. Dan saat ini Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Dan saat ini Peraturan Presiden Nomor 54

Tahun 2010 beserta perubahan-perubahannya sudah diganti dengan Peraturan

Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Menurut Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah Pasal 1 ayat (1) “Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan

Pengadaan Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang

dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai

dengan serah terima hasil pekerjaan”.

Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah sebagaimana diatur di dalam

Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah menjadi dasar hukum bagi para pihak dalam pengadaan Barang/Jasa

untuk melaksanakan proses pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

Adapun ruang lingkup jenis-jenis pengadaan barang dan jasa pemerintah

sebagaimana di atur dalam Pasal 1 ayat (29); ayat (30); ayat (31); dan ayat (32),

yaitu meliputi :

a. Barang, adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak

maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan

atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang;

b. Pekerjaan Konstruksi, adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang

meliputi pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan

pembangunan kembali suatu bangunan;

Page 43: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

27

c. Jasa Konsultansi, adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan

keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya

olah pikir; dan

d. Jasa Lainnya, adalah jasa non-kon.sultansi atau jasa yang membutuhkan

peralatan, metodologi khusus, dan/atau keterampilan dalam suatu sistem tata

kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan.

Di dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah pada Pasal 4, menyebutkan bahwa pengadaan barang/jasa

bertujuan untuk :

a. Menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uangyang dibelanjakan,

diukur dari aspek kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi, dan Penyedia;

b. Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri;

c. Meningkatkan peran serta Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah;

d. Meningkatkan peran pelaku usaha nasional;

e. Mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan barang/jasa hasil

penelitian;

f. Meningkatkan keikutsertaan industri kreatif;

g. Mendorong pemerataan ekonorni; dan

h. Mendorong Pengadaan Berkelanjutan.

Berdasarkan tujuan pengadaan barang/jasa tersebut, maka kebijakan pengadaan

barang/jasa sebagaimana tercantum pada Pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 16

Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, meliputi :

Page 44: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

28

a. Meningkatkan kualitas perencanaan Pengadaan Barang/Jasa;

b. Melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang lebih transparan, terbuka, dan

kompetitif;

c. Memperkuat kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia Pengadaan

Barang/Jasa;

d. Mengembangkan E-marketplace Pengadaan Barang/Jasa;

e. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, serta transaksi elektronik;

f. Mendorong penggunaan barang/jasa dalam negeri dan Standar Nasional

Indonesia (SNI);

g. Memberikan kesempatan kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha

Menengah;

h. Mendorong pelaksanaan penelitian dan industri kreatif; dan

i. Melaksanakan Pengadaan Berkelanjutan.

Pengadaan barang/jasa diadakan pada hakikatnya untuk memperoleh barang yang

dibutuhkan dengan menggunakan metode dan proses tertentu agar dicapa

kesepakatan dengan kualitas yang baik, kuantitas yang cukup, terpenuhi

persyaratan teknis lainnya, pelaksanaan pengadaan serta penyerahan barang/jasa

yang tepat waktu, dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dengan

mengikuti prinsip pengadaan berdasarjan metode dan proses pengadaan yang

baku.29

Dalam proses pengadaan barang/jasa, ada prinsip-prinsip dasar yang menjadi

acuan dalam pelaksanaan proses tersebut. Prinsip-prinsip dasar pengadaan

29 bppk.kemenkeu.go.id , dikutip dalam artikel “Prinsip-Prinsip Pengadaan Barang/Jasa Apakah

Harus Dipedomani?”. Diakses pada hari Kamis 12 September 2019, Pukul 10:52 WIB.

Page 45: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

29

barang/jasa adalah transparan, terbuka, bersaing, adil dan akuntabel. Sedangkan

etika pengadaan barang/jasa menurut Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018

tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada Pasal 7 adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk

mencapai sasaran, kelancaran, dan ketepatan tujuan Pengadaan Barang/Jasa;

b. Bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan informasi yang

menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan

Pengadaan Barang/Jasa;

c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang

berakibat persaingan usaha tidak sehat;

d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan

sesuai dengan kesepakatan tertulis pihak yang terkait;

e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan pihak yang

terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang berakibat

persaingan usaha tidak sehat dalam Pengadaan Barang/Jasa;

f. Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan negara;

g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi; dan

h. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk memberi

atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat, dan apa saja dari atau kepada

siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan

Barang/Jasa.

Pelaku pengadaan barang/jasa pemerintah disebutkan pada Pasal 8 Peraturan

Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

adalah sebagai berikut :

Page 46: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

30

1. Pengguna Anggaran,

2. Kuasa Pengguna Anggaran.

3. Pejabat Pembuat Komitmen.

4. Pejabat Pengadaan.

5. Kelompok Kerja Pemilihan.

6. Agen Pengadaan.

7. Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan.

8. Penyelenggara Swakelola.

9. Penyedia.

Tugas dan kewenangan para pelaku Pengadaan barang/jasa seperti disebutkan

diatas, secara rinci dijelaskan didalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 17 di dalam

Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah.

D. Definisi Hukum Progresif

Progresif adalah kata yang berasal dari bahasa asing (Inggris) yang asal katanya

adalah progress yang artinya maju. Progressive adalah kata sifat, jadi sesuatu

yang bersifat maju. Hukum Progresif berarti hukum yang bersifat maju.

Pengertian progresif secara harfiah ialah, favouring new, modern ideas, happening

or developing steadily (menyokong ke arah yang baru, gagasan modern, peristiwa

Page 47: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

31

atau perkembangan yang mantap), atau berhasrat maju, selalu (lebih) maju,

meningkat.30

Hukum progresif memiliki asumsi dasar hubungan antara hukum dengan manusia.

Progresivisme bertolak dari pandangan kemanusiaan, bahwa manusia pada

dasarnya adalah baik, memiliki sifat-sifat kasih sayang serta kepedulian terhadap

sesama. Dengan demikian, asumsi dasar hukum progresif dimulai dari hakikat

dasar “hukum adalah untuk manusia”. Hukum tidak hadir untuk dirinya sendiri

sebagaimana yang digagas oleh ilmu hukum positif tetapi untuk manusia dalam

rangka mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Posisi yang demikian

mengantarkan satu predisposisi bahwa hukum itu selalu berada pada status “law

in the making” (hukum yang selalu berproses untuk menjadi). Gagasan yang

demikian ini jelas berbeda dari aliran hukum positif yang menggunakan sarana

analytical jurisprudence yang bertolak dari premis peraturan dan logika. Bagi

ilmu hukum positif (dogmatik), kebenaran terletak dalam tubuh peraturan. Ini

yang dikritik oleh hukum progresif, sebab melihat hukum yang hanya berupa

pasal-pasal, jelas tidak bisa menggambarkan kebenaran dari hukum yang sangat

kompleks.

Istilah hukum progresif disini adalah istilah hukum yang diperkenalkan oleh

Satjipto Rahardjo, yang dilandasi asumsi dasar bahwa hukum adalah untuk

manusia. Satjipto Rahardjo merasa prihatin dengan rendahnya kontribusi ilmu

hukum dalam mencerahkan bangsa Indonesia, dalam mengatasi krisis, termasuk

krisis dalam bidang hukum itu sendiri. Untuk itu beliau melontarkan suatu

30 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2001).

Hlm. 628.

Page 48: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

32

pemecahan masalah dengan gagasan tentang hukum progresif. Adapun pengertian

hukum progresif itu sendiri adalah mengubah secara cepat, melakukan

pembalikan yang mendasar dalam teori dan praksis hukum, serta melakukan

berbagai terobosan. Pembebasan tersebut didasarkan pada prinsip bahwa hukum

adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya dan hukum itu tidakada untuk dirinya

sendiri, melainkan untuk sesuatu yang lebih luas yaitu untuk harga diri manusia,

kebahagiaan, kesejahteraan, dan kemuliaan manusia31.

Pengertian sebagaimana dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo tersebut berarti

hukum progresif adalah serangkaian tindakan yang radikal, dengan mengubah

sistem hukum (termasuk merubah peraturan-peraturan hukum bila perlu) agar

hukum lebih berguna, terutama dalam mengangkat harga diri serta menjamin

kebahagiaan dan kesejahteraan manusia.

Secara lebih sederhana beliau mengatakan bahwa hukum progresif adalah hukum

yang melakukan pembebasan, baik dalam cara berpikir maupun bertindak dalam

hukum, sehingga mampu membiarkan hukum itu mengalir saja untuk

menuntaskan tugasnya mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan. Jadi tidak

ada rekayasan atau keberpihakan dalam menegakkan hukum. Sebab menurutnya,

hukum bertujuan untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi semua

rakyat.32

Satjipto Rahardjo mencoba menyoroti kondisi diatas ke dalam situasi ilmu-ilmu

sosial, termasuk ilmu hukum, meski tidak sedramatis dalam ilmu fisika, tetapi

31 Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif (Jakarta: Kompas, 2004). Hlm.154. 32 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum : Pencarian, Pembebasan dan Pencerahan ( Surakarta:

Muhammadiyah Press University, 2004). Hlm.17.

Page 49: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

33

pada dasarnya terjadi perubahan yang fenomenal mengenai hukum yang

dirumuskannya dengan kalimat dari yang sederhana menjadi rumit dan dari yang

terkotak-kotak menjadi satu kesatuan. Inilah yang disebutnya sebagai pandangan

holistik dalam ilmu (hukum). Pandangan holistik tersebut memberikan kesadaran

visioner bahwa sesuatu dalam tatanan tertentu memiliki bagian yang saling

berkaitan baik dengan bagian lainnya atau dengan keseluruhannya. Secara spesifik

hukum progresif antara lain bisa disebut sebagai hukum yang pro rakyat dan

hukum yang berkeadilan. Konsep hukum progresif adalah hukum tidak ada untuk

kepentingannya sendiri, melainkan untuk suatu tujuan yang berada di luar dirinya.

Oleh karena itu, hukum progresif meninggalkan tradisi analytical jurisprudence

atau rechtsdogmatiek. Aliran-aliran tersebut hanya melihat ke dalam hukum dan

membicarakan serta melakukan analisis ke dalam, khususnya hukum sebagai

suatu bangunan peraturan yang dinilai sebagai sistematis dan logis. Hukum

progresif bersifat responsif yang mana dalam responsif ini hukum akan selalu

dikaitkan pada tujuan-tujuan di luar narasi tekstual hukum itu sendiri.33

Kehadiran hukum dikaitkan pada tujuan sosialnya, maka hukum progresif juga

dekat dengan sociological jurisprudence dari Roscoe Pound. Hukum progresif

juga mengundang kritik terhadap sistem hukum yang liberal, karena hukum

Indonesia pun turut mewarisi sistem tersebut. Satu moment perubahan yang

monumental terjadi pada saat hukum pra modern menjadi modern. Disebut

demikian karena hukum modern bergeser dari tempatnya sebagai institusi pencari

keadilan menjadi institusi publik yang birokratis.

33 Satjipto Rahardjo, Ibid. Hlm. 19.

Page 50: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

34

Hukum yang mengikuti kehadiran hukum modern harus menjalani suatu

perombakan total untuk disusunkembali menjadi institusi yang rasional dan

birokratis. Akibatnya hanya peraturan yang dibuat oleh legislatiflah yang sah yang

disebut sebagai hukum. Progresifisme hukum mengajarkan bahwa hukum bukan

raja, tetapi alat untuk menjabarkan dasar kemanusiaan yang berfungsi

memberikan rahmat kepada dunia dan manusia. Asumsi yang mendasari

progresifisme hukum adalah pertama hukum ada untuk manusia dan tidak untuk

dirinya sendiri, kedua hukum selalu berada pada status law in the making dan

tidak bersifat final, ketiga hukum adalah institusi yang bermoral kemanusiaan.34

Berdasar asumsi-asumsi di atas maka kriteria hukum progresif adalah :

1. Mempunyai tujuan besar berupa kesejahteraan dan kebahagiaan manusia.

2. Memuat kandungan moral kemanusiaan yang sangat kuat.

3. Hukum progresif adalah hukum yang membebaskan meliputi dimensi yang

amat luas yang tidak hanya bergerak pada ranah praktik melainkan juga teori.

4. Bersifat kritis dan fungsional.

34 Ibid. Hlm. 20.

Page 51: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

1. Pendekatan Yuridis Normatif

Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan melalui studi kepustakaan

(library research) dengan cara membaca, mengutip, dan menganalisis teori-

teori hukum dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan

permasalahan penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

barang dan jasa di Indonesia (penerapan konsep hukum progresif).

2. Pendekatan Yuridis Empiris

Pendekatan yuridis empiris dilakukan melalui penelitian secara langsung

terhadap objek penelitian dengan cara observasi dan wawancara untuk

memperoleh kejelasan dan pemahaman dari masalah berdasarkan realitas

yang ada atau studi kasus tentang penegakan hukum terhadap tindak pidana

korupsi pengadaan barang dan jasa di Indonesia (penerapan konsep hukum

progresif).

B. Sumber dan Jenis Data

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung terhadap objek

penelitian tentang penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi

Page 52: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

36

pengadaan barang dan jasa di Indonesia (penerapan konsep hukum progresif)

dengan cara obervasi (observation) dan wawancara (interview) dengan nara

sumber yang berkompeten untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam

penelitian.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara studi kepustakaan

(library research) dengan cara membaca, mengutip dan menelaah berbagai

kepustakaan, azas-azas hukum yang berkaitan dengan masalah-masalah yang

diteliti. Data sekunder dalam penelitian ini, terdiri dari :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer bersumber dari :

1) Undang-Undang Dasar 1945;

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-

Undang Humum Acara Pidana (KUHAP);

3) Undang- Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara

Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

4) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder dapat bersumber dari bahan-bahan hukum yang

melengkapi hukum primer dan peraturan perundang-undangan lain yang

sesuai dengan masalah dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan

bahan hukum sekunder berasal dari :

Page 53: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

37

1) Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah;

2) Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Nomor 8 Tahun 2018 tentang Pedoman Swakelola;

3) Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Nomor 9 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia;

4) Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Nomor 14 Tahun 2018 tentang Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa;

dan

5) Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pelaku Pengadaan Barang/Jasa.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier dapat bersumber dari berbagai bahan, seperti

pendapat para ahli dalam berbagai literatur, buku hukum, dokumentasi,

kamus hukum, kamus bahasa Indonesia, kamus bahasa Inggris, dan

sumber internet termasuk termasuk putusan-putusan perkara korupsi

yang diperoleh penulis dari halaman resmi putusan Mahkamah Agung

(https://putusan.mahkamahagung.go.id/).

C. Penentuan Nara Sumber

Nara sumber adalah pihak-pihak yang menjadi sumber informasi dalam suatu

penelitian dan memiliki pengetahuan serta informasi yang dibutuhkan sesuai

dengan permasalahan yang dibahas. Sesuai dengan judul skripsi yang penulis

Page 54: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

38

akan bahas adalah Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi

Pengadaan Barang Dan Jasa Di Indonesia (Penerapan Konsep Hukum

Progresif). Akan tetapi yang akan penulis jadikan sebagai nara sumber

adalah orang-orang yang memiliki kompetensi keahlian di bidangnya yang

berlokasi berada sama dengan lokasi kota penulis, yaitu Kota Bandar

Lampung. Adapun Nara Sumber dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Polisi penyidik Polda Lampung

2. Hakim Tipikor Pengadilan Negeri Tanjungkarang

3. Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas

Lampung

: 1 orang.

: 1 orang.

: 1 orang.

Jumlah

: 3 Orang

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini penulis melakukannya dengan

cara sebagai berikur :

a. Studi Pustaka (Library Research)

Mempelajari literatur-literatur untuk memperoleh data sekunder yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti berupa azas-azas hukum,

peraturan-peraturan hukum dan bahan hukum lain yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti.

Page 55: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

39

b. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan (field research) dilakukan dengan cara observasi

(observation) yang dilaksanakan dengan jalan mengamati tentang penegakan

hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan barang dan jasa di

Indonesia (penerapan konsep hukum progresif). Wawancara (interview),

wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data primer yaitu dengan cara

wawancara langsung secara terarah (directive interview) terhadap nara

sumber yang terkait dengan permasalahan tersebut.

2. Prosedur Pengolahan Data

Prosedur pengolahan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu penulis

menggunakan penelitian studi kepustakaan (library research), studi dokumentasi

dan menjelajah internet (browsing). Setelah data sekunder tentang “Penegakan

Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di

Indonesia (Penerapan Konsep Hukum Progresif)” terkumpul, maka diolah dengan

cara sebagai berikut :

a. Identifikasi Data

Data yang telah dikumpulkan baik data sekunder maupun data primer,

dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah data yang dibutuhkan

tersebut sudah cukup dan benar.

b. Klasifikasi Data

Data yang sudah terkumpul dikelompokkan sesuai dengan jenis dan sifatnya

agar mudah dibaca selanjutnya dapat disusun secara sistematis.

Page 56: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

40

Pengklasifikasian data dilakukan berdasarkan jenis data, sifat data dan

sumber data.

c. Sistematisasi Data

Data yang sudah dikelompokan disusun secara sistematis sesuai dengan

pokok permasalahan konsep dan tujuan penelitian agar mudah dalam

menganalisis data.

E. Analisis Data

Setelah diperoleh data kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis

secara kualitatif yaitu setelah data didapat diuraikan secara sistematis dan

disimpulkan dengan cara pikir induktif sehingga menjadi gambaran umum

jawaban permasalahan berdasarkan hasil penelitian.

Page 57: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perkembangan penegakan hukum progresif terhadap kejahatan tindak

pidana korupsi di sektor pengadaan barang/jasa di Indonesia masih belum

berjalan, salah satunya karena penegakan hukum yang masih diartikan

sebagai penegakan undang-undang semata sehingga keadilan prosedural

yang dijadikan acuan dalam proses penegakan hukum. Seharusnya

penegak hukum khususnya seorang hakim dalam memutus perkara

tindak pidana korupsi pengadaan barang/jasa yang sangat merugikan

kuangan negara dan orang banyak (masyarakat), dapat mengambil suatu

pertimbangan hukum dengan nalar yang baik, dapat menentukan kapan

berada lebih dekat dengan kepastian hukum, dan kapan lebih dekat

dengan keadilan. Pada dasarnya asas kemanfaatan bergerak di antara titik

kepastian hukum dan titik keadilan, di mana hakim lebih melihat kepada

tujuan atau kegunaan dari hukum itu kepada masyarakat. Hakim dalam

alasan dan pertimbangan hukumnya harus mampu mengakomodir segala

ketentuan yang hidup dalam masyarakat berupa kebiasaan dan ketentuan

hukum yang tidak tertulis. Penekanan yang lebih cenderung asas

kemanfaatan lebih bernuansa ekonomi. Dasar pemikirannya bahwa

hukum adalah untuk manusia atau orang banyak, oleh karena itu tujuan

hukum harus berguna untuk manusia atau orang banyak.

Page 58: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

76

2. Faktor yang menyebabkan sulitnya penegakan hukum progresif di

implementasikan terhadap perkara tindak pidana korupsi pengadaan

barang/jasa di Indonesia, Pertama, peraturan perundang-undangan yang

ada saat ini masih lebih merefleksikan kepentingan politik penguasa

ketimbang kepentingan rakyat. Kedua, masih rendahnya integritas moral,

kredibilitas, profesionalitas dan kesadaran hukum aparat penegak hukum

(Hakim, Jaksa, Polisi dan Advokat) dalam menegakkan hukum. Ketiga,

minimnya sarana dan prasana serta fasilitas yang mendukung kelancaran

proses penegakan hukum. Keempat, tingkat kesadaran dan budaya

hukum masyarakat yang masih rendah serta kurang respek terhadap

hukum. Kelima, paradigma penegakan hukum masih positivis-legalistis

yang lebih mengutamakan tercapainya keadilan formal (formal justice)

dari pada keadilan substansial (substantial justice). Keenam, kebijakan

(policy) yang diambil oleh para pihak terkait pemangku kepentingan

(stakeholders) dalam mengatasi persoalan penegakan hukum masih

bersifat parsial, tambal sulam, tidak komprehensif dan tidak tersistematis.

Mencermati berbagai problem yang menghambat proses penegakan

hukum sebagaimana diuraikan di atas.

B. Saran

1. Penegakan hukum di Indonesia harus diarahkan untuk menegakkan

keadilan dengan cara menjalankan kepastian hukum yang bermanfaat

untuk masyarakat demi tercapainya kesejahteraan sosial bagi seluruh

masyarakat Indonesia. Apapun model penegakan hukum, harus

Page 59: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

77

berorientasi pada nilai-nilai keadilan dan bertujuan demi kesejahteraan

rakyat, karena hukum bukan hanya untuk ketertiban maupun kedamaian,

tapi semuanya akan bermuara pada kesejahteraan yang hakiki dan

kesejahteraan secara umum. Untuk dapat menghadirkan gambar hukum

yang utuh di tengah masyarakat maka kita harus mempelajari hukum dan

cara berhukum, para penegak hukum harus dengan berani keluar dari alur

tradisi penegakan hukum yang hanya bersandarkan pada peraturan

perundang-undangan saja. Hukum harus dilihat dalam perspektif sosial

karena hukum bukan hanya rule melainkan juga behavior.

2. Hukum progresif adalah diperuntukkan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat Indonesia dan memuat pemahaman baru yang menggeser

pemahaman lama, maka perlu sosialisasi lebih lanjut kepada masyarakat

luas agar apa yang menjadi tujuan hukum dapat tercapai. Perlu juga

dilakukan penelitian mengenai progresifitas pada aparat penegak hukum

dalam menerapkan hukum materil. Dalam tataran praktis hendaknya

semangat hukum progresif di Indonesia tidak hanya berhenti pada tataran

diskursus saja melainkan juga harus dijiwai oleh para aparat penegak

hukum itu sendiri, sehingga apa yang menjadi tujuan dari hukum itu bisa

terwujud dengan baik.

Page 60: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

DAFTAR PUSTAKA

Literatur

Agus Raharjo. 2003. Cybercrime Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan

Berteknologi. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.

Ahmad Kamil, H. 2012, Filsafat Kebebasan Hakim. Kencana. Jakarta.

Barda Nawawi Arief. 2007, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum

Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

--------------------------. Catatan Indonesia Corruption Watch (ICW), Pemantauan

Perkara Korupsi yang Divonis oleh Pengadilan Selama 2018 :

“Koruptor Belum Dihukum Maksimal, Rata-rata putusan tindak Pidana

korupsi pada 2018 adalah, 2 tahun 5 bulan”.

--------------------------. 1995. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Jeremy Pope. 2003. Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem Integritas

Nasional Edisi I. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Marzuki Yahya dan Endah Fitri Susanti. 2012. Buku Pintar Pengadaan Barang

dan Jasa Pemerintah. Jakarta: Laskar Aksara.

Mujahidin. 2007. Hukum Progresif Jalan Keluar Dari Keterpurukan Hukum Di

Indonesia. Majalah Hukum Tahun XXII No. 257.

Muladi, A. 2011, Peran Politik Hukum dalam Penegakan Hukum yang

Berkeadilan, Jurnal Hukum Adil Vol. 2, No. 2, Jakarta.

Muladi dan Barda Nawawi Arief. 1996. Bunga Rampai Kebijakan Hukum

Pidana. Bandung : Citra Aditya Bakt.

Page 61: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry. 2001. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:

Arkola.

Roeslan Saleh. 1996. Pembinaan Cita Hukum dan Asas-Asas Hukum Nasional.

Jakarta: Karya Pikir.

Sabian Usman. 2009. Dasar-Dasar Sosiologi Hukum. Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Satjipto Rahardjo. 2010. Penegakan Hukum Progresif. Jakarta.

Satjipto Rahardjo. 2009. Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis.

Yogyakarta : Genta Publishing.

Satjipto Rahardjo. 2009 Hukum dan Perilaku. Jakarta : Penerbit Buku Kompas.

Satjipto Rahardjo. 2007. Biarkan Hukum Mengalir (Catatan Kritis Tentang

Pergulatan Manusia dan Hukum). Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Satjipto Rahardjo. 2007. Membedah Hukum Progresif. Jakarta: Kompas.

Satjipto Raharjo. 2004. Ilmu Hukum: Pencarian, Pembebasan dan Pencerahan.

Surakarta : Muhammadiyah Press University.

Sudikno Mertokusumo. 2010. Mengenal Hukum: Suatu Pengantar. Penerbit:

Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.

Sudikno Mertokusumo. 2001. Penemuan Hukum Sebuah Pengantar. Yogyakarta.

Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas

Indonesia Press.

Soerjono Soekanto. 2008. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penegakan Hukum,

Jakarta: Rajawali Pers.

Soerjono Soekanto. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Soetandyo Wignjosoebroto. 2008. Hukum Dalam Masyarakat “Perkembangan

Dan Masalah” Sebuah Pengantar Ke Arah Kajian Sosiologi Hukum

Malang.

Page 62: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Humum

Acara Pidana (KUHAP).

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah.

Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 8

Tahun 2018 tentang Pedoman Swakelola.

Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 9

Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah Melalui Penyedia.

Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 14

Tahun 2018 tentang Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa.

Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 15

Tahun 2018 tentang Pelaku Pengadaan Barang/Jasa.

Sumber-sumber Lainnya (Situs Internet)

bppk.kemenkeu.go.id , dikutip dalam artikel “Prinsip-Prinsip Pengadaan

Barang/Jasa Apakah Harus Dipedomani?”. (Diakses pada hari Kamis 12

September 2019, Pukul 10:52 WIB).

Catatan Indonesia Corruption Watch (ICW), Pemantauan Perkara Korupsi yang

Divonis oleh Pengadilan Selama 2018 : “Koruptor Belum Dihukum

Maksimal, Rata-rata putusan tindak Pidana korupsi pada 2018 adalah,

2 tahun 5 bulan”. (Diakses pada 30 September 2019, pukul 15.00 WIB).

Penegakan Hukum, Diakses dari : http://wonkdermayu.wordpress.com./kuliah-

hukum/ penemuan- hukum-atau-rech tsving/. (Diakses pada 25 Oktober

2018, pukul 21.10 WIB).

Page 63: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan

Teori Radburch tentang Tujuan Hukum, Diakses dari : http://bunga-

legal.blogspot. com/2010/02/teori-tujuan-hukum.html?m=1. (Diakses

pada 25 Oktober 2018, pukul 22.00 WIB).

Page 64: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/61489/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2020. 2. 24. · Penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi pengadaan