Upload
addy-citoz
View
98
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Hukum Usaha
Citation preview
i
UNIVERSITAS INDONESIA
PERBANDINGAN PERANAN KOMISI PERSAINGAN USAHA DI AMERIKA SERIKAT, AUSTRALIA, PERANCIS, JEPANG DAN
INDONESIA DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERSAINGAN USAHA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Hukum (MH)
AKIRA MAIRILIA
1106109586
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
KEKHUSUSAN HUKUM EKONOMI
JAKARTA
JANUARI 2013
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Akira Mairilia
NPM : 1106109586
Tanda Tangan :
Tanggal : 21 Januari 2013
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh:
Nama : Akira Mairilia
NPM : 1106109586
Program Studi : Magister Ilmu Hukum
Judul Tesis : Perbandingan Peranan Komisi Persaingan Usaha Di Amerika Serikat, Australia, Perancis, Jepang dan Indonesia Dalam Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Hukum pada Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Kurnia Toha, S.H., LL.M., Ph.D
Penguji : Dr. Freddy Harris, S.H., LL.M.
Penguji : Teddy Anggoro, S.H., M.H
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 21 Januari 2013
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia-Nya yang selalu menuntun dan memberikan rahmat dalam penyelesaian tugas
akhir ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Magister Hukum. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi
Hukum Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Dalam penulisan tesis ini, penulis telah mendapatkan bimbingan, nasihat,
motivasi dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Bapak Kurnia Toha, SH., LL.M., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktunya dan selalu memberika pengetahuan untuk
membimbing penulisan tesis.
2. Bapak Dr. Freddy Harris, S.H., LL.M. dan Bapak Teddy Anggoro, S.H.,
M.H., selaku dewan penguji yang telah berkenan meluangkan waktu untuk
menguji penulisan tesis.
3. Ibu Prof. Dr. Rosa Agustina, SH.MH, selaku Dosen, sekaligus Ketua Program
Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum
Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang telah mengajar dan
memberikan ilmu pengetahuan.
5. Kedua orang tuaku tercinta, Papa Drs. Husni Nasution dan Mama Syahfitri
Purnama, SH., MH., M.Pd., yang selalu menjadi orang tua dengan kasih
sayang, selalu memberikan semangat dan doa yang tidak pernah ada habisnya.
6. Adik Yumeina Tiffani, yang selalu siap menemani penulis dalam keadaan
apapun.
7. Nurul Meiliza, SH., Raja Larisayuni, SH., Fransisca Sanafi, SH., yang
menjadi motivator dan banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
v
pendidikan ini. Keberadaan mereka membuat penulis selalu bersemangat
dalam hal apapun.
8. Aditya Mahendra SH, yang semangat dan doa terbaik kepada penulis.
9. Sahabat-sabahabat Wida Diny Larasati, S.A.B., Putri Cep Alam, Risnasary,
SH., Iqbal Praherdiansyah, SH., Yanuar Wicaksono, SH., Rachmita Virdany,
SH., yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.
10. Teman-teman Kepengurusan ALSA LC UNDIP 2008-2010, yang selalu
memberikan motivasi, semangat, doa, dan persaudaraan hangat kepada
penulis. ALSA ALWAYS BE ONE.
11. Bapak dan Ibu Sekretariat Magister Hukum Ekonomi Fakultas Hukum
Universitas Indonesia yang telah banyak membantu penulis pada saat
penulisan tesis.
12. Teman- teman di Magister Hukum Ekonomi Universitas Indonesia.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
penulis untuk menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.
Penulis menyadari dalam penulisan ini masih banyak kekurangan yang perlu
disempurnakan. Oleh karena itu, penulis selalu mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan tesis ini. Semoga tesis ini
nantinya akan memberikan manfaat dan pembelajaran yang baik di kemudian hari.
Akhir kata, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan ini. Dengan mengucapkan terima kasih, semoga semua bantuan dan
dukungan yang telah diberikan memperoleh imbalan yang setimpal dari Allah SWT.
Jakarta, Januari 2013
Akira Mairilia
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Akira Mairilia
NPM : 1106109586
Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Ekonomi
Fakultas : Hukum
Jenis karya : Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Perbandingan Peranan Komisi Persaingan Usaha Di Amerika Serikat, Australia, Perancis, Jepang dan Indonesia Dalam Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Univeristas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 21 Januari 2013
Yang menyatakan
(Akira Mairilia)
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
vii
ABSTRAK
Nama : Akira Mairilia
Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Ekonomi
Judul : Perbandingan Peranan Komisi Persaingan Usaha Di Amerika Serikat, Australia, Perancis, Jepang dan Indonesia Dalam Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha
Tesis ini membahas dua permasalahan utama. Pertama, bagaimanakah sistem penyelesaian perkara persaingan usaha di negara Amerika Serikat, Australia, Perancis dan Jepang? Dan kedua, bagaimanakah peranan KPPU dalam penanganan perkara persaingan usaha dibandingkan dengan negara Amerika Serikat, Australia, Perancis dan Jepang? Penelitian dilakukan dengan metode yuridis normatif, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan perbandingan penyelesaian perkara persaingan usaha di berbagai negara, yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau pilihan penyelesaian perkara persaingan usaha yang sesuai dan dapat membawa KPPU bekerja lebih baik di masa datang. Penyelesaian perkara persaingan usaha dibebankan kepada Federal Trade Commission (FTC) dan Antitrust Division of The Department of Jusrice (DOJ-AD); the Australian Competition and Consumer Commission (ACCC), Autorit; Japan Fair Trade Commission (JFTC); dan Komisi Perngawas Persaingan Usaha (KPPU). Terdapat perbedaan peranan antara tiap komisi dalam penyelesaian perkara. Perbedaan tersebut dapat ditemukan dalam tata cara penyelesaian perkara, perbedaan kewenangan dan tugas pada tiap-tiap komisi, perbedaan dalam penggunaan pembuktian dalam suatu kasus, program-program yang telah dilaksanakan dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KPPU sebagai organ penegak Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat masih banyak kekurangan dalam menjalankan peranannya. Kekurangan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya kelembagaan KPPU yang belum jelas, kewenangan KPPU yang cenderung bersifat absolute, dan sebagainya. Diperlukan penyempurnaan dari UU No.5 Tahun 1999 melalui pengaturan yang tegas mengenai hukum acara persaingan usaha guna menciptkan keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan bagi Indonesia yang berpengaruh terhadap perekonomian negara.
Kata kunci:
KPPU, perbandingan peranan komisi persaingan usaha, hukum persaingan usaha
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
viii
ABSTRACT
Name : Akira Mairilia
Study Program : Law, Economic Law
Title : The Role of the Competition Commission in the United States, Australia, France, Japan and Indonesia in the Competition Settlement
This thesis mainly discusses about two issues. First, how does the dispute settlement system of competition in United States, Australia, France and Japan? And second, how does the role of KPPU to handling of competition dispute as compared to the United States, Australia, France and Japan? This research is conducted on a juridical normative method, the purpose of this research is provide a comparison of the settlement competition in many countries, which is intended to give an overview or option in dispute settlement that appropriate and could bring the KPPU to work better in the future. Competition settlement imposed on the Federal Trade Commission (FTC) and the Antitrust Division of the Department of Justice (DOJ-AD), the Australian Competition and Consumer (ACCC), Autorit, Japan Fair Trade Commission (JFTC) and Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). There are differences between each commission in settling cases. The differences can be found in the settlement procedure, the differences in the powers and duties each commission, the differences in the use evidence to a case, and so on. The result showed that KPPU as a law enforcement organ of Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 on prohibition of monopolistic practices and unfair business competition are still many lacks to execute its role. The lacks is caused by many factors, including the institutional of KPPU is not yet clear, the authority tend to be absolute, and so on. Required refinement of Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 by setting strict regulation regarding antitrust law in order to establish competition for justice, legal certainty and the benefits to Indonesia that effect to the economy.
Key words:
KPPU, the Role of Competition Commission, Antitrust Law
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii
HALAMAN PENGESAHAN . iii
KATA PENGANTAR . iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR . vi
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ix
BAB 1 PENDAHULUAN .. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .. 1
1.2 Pokok Permasalahan 15
1.3 Tujuan Penelitian . 15
1.4 Manfaat Penelitian ... 15
1.5 Kerangka Teori 16
1.6 Kerangka Konsepsional 19
1.7 Metode Penelitian 22
1.8 Sistematika Penelitian . 24
BAB 2 SISTEM PENYELESAIAN PERKARA PERSAINGAN USAHA di NEGARA AMERIKA SERIKAT, AUSTRALIA, PERANCIS dan JEPANG 26
2.1 Sistem Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Amerika Serikat 26
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
x
2.1.1 Clayton Act dan Federal Trade Commission (FTC) Act 26
2.1.2 Kewenangan dan Fungsi Federal Trade Commission (FTC) 29
2.1.3 Kewenangan dan Fungsi Antitrust Division of the Departement of Justice (DOJ-AD). 33
2.1.4 Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Amerika Serikat.. 36
2.2 Sistem Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Australia.. 37
2.2.1 Competition and Consumer Act 2010. 37
2.2.2 Kewenangan dan Fungsi Australia Competition and Consumer Commission (ACCC) 41
2.2.3 Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Australia 44
2.3 Sistem Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Perancis. 45
2.3.1 Undang-Undang Persaingan Usaha Perancis. 45
2.3.2 Kewenangan dan Fungsi Autorit de la Concurrence
(Komisi Persaingan Usaha Perancis).. 49
2.3.2 Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Perancis 51
2.4 Sistem Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Jepang. 53
2.4.1 Japanese Antimonopoly Law (the Antimonopoly Law (AML)) 53
2.4.2 Kewenangan dan Fungsi Japan Fair Trade Commission (JFTC) ... 56
2.4.3 Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Jepang.. 58
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
xi
2.4 Sistem Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Indonesia 63
2.4.1 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat 63
2.4.2 Kewenangan dan Fungsi Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) 65
2.4.3 Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Indonesia 75
BAB 3 PERANAN KPPU DALAM PENANGANAN PERKARA PERSAINGAN USAHA DIBANDINGKAN DENGAN AMERIKA SERIKAT, AUSTRALIA, PERANCIS dan JEPANG 86
3.1 Putusan Perkara Persaingan Usaha oleh KPPU.. 86
3.1.1 Putusan KPPU Nomor 17/KPPU-I/2010 Terhadap Perseroan Terbatas PT. Pfizer Indonesia dan PT. Dexa Medica atas Dugaan Kartel Obat Anti Hipertensi dengan Kandungan Amlodipine Besylate 86
3.1.2 Putusan KPPU Nomor 35/KPPU-I/2010 Terhadap PT. Pertamina dkk. Atas Proses Beauty Contest Donggi-Senoro.. 96
3.1.3 Putusan KPPU Nomor 23/KPPU-L/2010 terkait Persetujuan Perpanjangan Give Away Gaji Oleh PT. Garuda Indonesia (Persero) Kepada PT. Gaya Bella Diantama dan PT. Uskarindo Prima untuk Periode Tahun 2009/2010 dan Periode Tahun 2010/2011 100
3.2 Leniency Program bagi KPPU 102
3.3 Prosedur Penyelesaian Perkara oleh KPPU... 105
3.4 Tantangan dalam Melakukan Penanganan Perkara Persaingan Usaha 107
BAB 4 PENUTUP . 112
4.1 KESIMPULAN ... 112
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
xii
4.2 SARAN .. 113
DAFTAR PUSTAKA 115
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 US Department and Justice. 34
Gambar 2.1 Prosedur Dalam Penyelesaian Perkara JFTC 60
Gambar 2.2 Tahapan Proses Penyelesaian Sengketa Dalam Putusan KPPU.. 76
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
1 UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu negara tidak lepas dari peranan perekonomian yang
berkembang dengan cepat dan efisien. Perekonomian yang berkembang dengan maju
dapat dilihat berdasarkan persaingan yang berlangsung antar pelaku usaha. Ketika
terdapat persaingan antar pelaku usaha dalam suatu negara, dapat pasti negara
tersebut maju dengan pesat karena pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
disebabkan oleh pemanfaatan tekhnologi dan peningkatan produktifitas yang
didorong oleh pasar yang kompetitif.
Teori ekonomi pasar bebas yang diperkenalkan Adam Smith dikenal sebagai
persaingan sempurna. Dalam pasar sempurna, terdapat banyak perusahaan yang
beroperasi untuk menjual barang dengan karakteristik yang serupa. Kemampuan
mereka untuk mengatur harga pasar ditentukan oleh mekanisme penawaran (supply)
dan permintaan (demand) sendiri yang bisa dicapai oleh pasar (price equilibrium),
maksudnya ketika pelaku usaha menaikkan harga, maka kemungkinan mereka akan
kehilangan sejumlah pembeli yang mencari perusahaan atau penjual yang menjual
dengan harga murah.1
Persaingan merupakan inti dari operasi pasar, dan mendorong inovasi,
produktivitas dan pertumbuhan yang dapat menciptakan kesejahteraan. Persaingan
merupakan rivalitas antar perusahaan untuk mencapai penjualan dan mendapatkan
keuntungan, yang merupakan kekuatan pendorong dalam pasar. Pasar yang efisien
1 D. Carlton dan J. Perloff, Modern Industrian Organization, (New York: Addison-Wesley Longman, Inc, 1999), hlm. 68.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
2
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
dan adil sangat penting untuk mempercepat pembangunan sektor swasta dan
pertumbuhan ekonomi. 2
Salah satu esensi penting bagi terselenggaranya pasar sempurna adalah
persaingan pelaku pasar dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam hal ini,
persaingan usaha merupakan sebuah proses di mana pelaku usaha dipaksa menjadi
perusahaan yang efisien dengan menawarkan pilihan-pilihan produk dan dalam harga
yang lebih rendah. Untuk merebut hati konsumen, para pelaku usaha berusaha
menawarkan produk dan jasa yang menarik, baik dari segi harga, kualitas dan
pelayanan.3
Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena
sistem pasar ini dianggap merupakan struktur pasar yang akan menjamin terwujudnya
efisiensi kegiatan memproduksi barang atau jasa. Pasar ini didefinisikan sebagai
struktur pasar atau industri di mana terdapat banyak penjuak dan pembeli, dan setiap
penjual atau pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan pasar.
Selain itu, karakteristik dari pasar yang bersaing secara sempurna adalah
dengan memberikan informasi secara luas kepada penjual maupun pembeli,
mudahnya untuk masuk dan keluar dari pasar, infrastruktur di dalam pasar layak, dan
kontrak yang dibuat antara penjual dan pembeli dapat dengan mudah dilaksanakan
(contracts can be enforced easily). Ketika semua karateristik ini terpenuhi, maka akan
tercapailah maksimalisasi keuntungan yang akan diterima oleh pelaku usaha maupun
konsumennya.
Persaingan ini dapat terjadi dalam beberapa cara, diantaranya, pelaku usaha
bersaing pada harga, fokus pada pengembangan kualitas produk atau jasa, sementara
yang lain menggunakan kewirausahaan atau keterampilan riset untuk
mengembangkan produk baru atau jasa. Konsekuensi dari hal ini adalah bahwa harga
akan sampai ke tingkat biaya yang tepat, keragaman produk yang ditawarkan akan
2 Nick Godfrey, Why Is Competition Important For Growth And Poverty Reduction?, Global Forum VII on International Investment 27-28 March 2008, hlm. 3. 3 Andi Fahmi Lubis, et. al., Hukum Persaingan Usaha antara Teks & Konteks, (Jakarta: ROV Creative Media, 2009), hlm. 2.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
3
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
membuat pasar yang sesuai dengan heterogenitas kebutuhan konsumen dan selera,
dan tingkat inovasi akan menjadi tinggi.
Dari sudut pandang pelaku usaha, persaingan kuat memberikan banyak
keuntungan. Di satu sisi, persaingan seringkali membuat orang bekerja dengan
memberikan yang terbaik, memberikan tantangan yang sering kali menghasilkan
respon yang benar-benar inovatif, dan dapat memberikan sesuatu yang terbaik dari
sebuah perusahaan.
Dalam pasar persangan sempurna, jumlah pelaku usaha sangat banyak dan
kemampuan setiap pelaku usaha dianggap sedemikian kecilnya, sehingga tidak
mampu mempengaruhi pasar. Beberapa karakteristik agar sebuah pasar dapat
dikatakan pasar persaingan sempurna, yaitu:4
1) Semua pelaku usaha memproduksi barang yang homogeny (homogenitas
produk);
Produk yang homogeny adalah produk yang mampu memberikan kepuasaan
(utilitas) kepada konsumen tanpa perlu mengetahui siapa produsennya.
2) Produsen dan konsumen memiliki pengetahuan atau informasi sempurna
(perfect knowledge);
Para pelaku ekonomi (konsumen dan produsen) memiliki pengetahuan
sempurna tentang harga produk dan input yang dijual sehingga konsumen
tidak akan mengalami perlakuan harga jual yang berbeda dari satu pelaku
usaha dengan pelaku usaha lannya.
3) Output sebuah perusahaan relatif lebih kecil dibanding out pasar (small
relatively output);
Jumlah output perusahaan secara individu dianggap relative kecil
dibandingkan dengan jumlah output seluruh perusahaan dalam industri.
4 Masyhurri, Ekonomi Mikro, (Malang: UIN Press, 2007), hlm. 201.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
4
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
4) Perusahaan menerima harga yang ditentukan pasar (price taken);
Perusahaan menjual produknya dengan berpatokan pada harga yang
ditetapkan pasar (price taker) karena perusahaan tidak mampu mempengaruhi
pasar.
5) Semua perusahaan bebas masuk dan keluar pasar (free entry and exit);
Dalam pasar persaingan sempurna, factor mobilitasnya tidak terbatas dan
tidak ada yang harus dikeluarkan untuk memindahkan factor produksi.
Semua ini bertujuan untuk menumbuh kembangkan kapasitas pengusaha
nasional yang handal dan kuat bersaing di pasar regional dan internasional. Selain itu,
kebijakan ekonomi pemerintah mampu meyakinkan para investor asing dan ekportir
luar negeri mendapat kesempatan yang sama untuk bersaing di pasar dalam negeri
dengan pengusaha lokal atau nasional dalam mekanisme pasar yang sehat.
Pada era globalisasi perekonomian dunia saat ini, mendorong masuknya
barang dan/atau jasa dari berbagai negara yang meramaikan pasar dalam negeri di
berbagai negara yang berpotensi membuat suasana persangan pasar menjadi tidak
sempurna. Awal masa globalisasi ekonomi ini terjadi, pasar didominasi oleh
monopoli dan oligopoli, yang mengakibatkan mematikan proses mekanisme pasar
serta merugikan konsumen karena pasar hanya dikuasai oleh beberapa pelaku usaha.
Persaingan antara perlaku usaha yang tidak sempurna kerap kali merugikan
konsumen dan juga negara karena sektor-sektor ekonomi bergabung menjadi satu
dengan produk dan/atau jasa yang tidak saling berhubungan dan bermacam-macam
yang dapat mematikan pasar. Oleh karena itu, pengaturan hukum mengenai
persaingan usaha tidak sehat diperlukan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Gobalisasi membuat transaksi ekonomi bersifat transnasional sehingga
pendayaan sumber daya tidak hanya dengan batas negara. Negara tidak dilarang
menerapkan kebijakan industry untuk melindungi kepentingan sektoral dan strategis
nasionalnya sepanjang memang dialokasikan untuk meningkatkan daya saing dan
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
5
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
kesejahteraan rakyatnya serta diterapkan dalam kebijakan persaingan (competition
policy) yang mengutamakan efisiensi, inovasi dan produktivitas.5
Dengan berlakunya pasar bebas (free trade) pada masa globalisasi menjadikan
setiap negara untuk memiliki aturan hukum mengenai persaingan ini. Salah satu
esensi penting bagi terselenggaranya pasar bebas tersebut adalah persaingan para
pelaku usaha dalam memenuhi kebutuhan konsumen.6 Dalam persaingan usaha
merupakan sebuah proses di mana para pelaku usaha dipaksa menjadi perusahaan
yang efisien dengan penawaran pilihan-pilihan produk dan jasa dalam harga yang
lebih rendah. Persaingan hanya ada bila ada dua pelaku usaha atau lebih yang
menawarkan produk dan jasa kepada para pelanggan dalam sebuah pasar. Untuk
merebut hati konsumen, para pelaku usaha berusaha menawarkan produk dan jasa
yang menaruk, baik segi harga, kualitas dan pelayanan.7
Fungsi penegakan hukum bertujuan untuk menghilangkan berbagai hambatan
persaingan berupa perilaku bisnis yang tidak sehat. Sementara proses pemberian
saran pertimbangan kepada pemerintah akan mendorong proses reformasi regulasi
menuju tercapainya kebijakan persaingan yang efektif di seluruh sektor ekonomi.
Selama ini, baik dalam proses penegakan hukum maupun dalam analisis kebijakan
Pemerintah, seringkali ditemui bahwa kebijakan menjadi sumber dari lahirnya
berbagai praktek persaingan usaha tidak sehat di beberapa sektor.
Salah satu peran pemerintah adalah bahwa mengatur monopoli dan
memastikan kompetisi. Pedoman Kebijakan Persaingan merupakan sesuatu yang
baik, dilihat sebagai pendukung baik makro-ekonomi (manajemen ekonomi nasional)
strategi dan restrukturisasi ekonomi mikro (mempromosikan perusahaan lebih efisien
dan industri). Dukungan ini membutuhkan konsistensi di berbagai bidang terkait
dengan kebijakan persaingan, terutama perdagangan dan kebijakan industri,
5 Benny Pasaribu, Jurnal Persaingan Usaha Edisi 2, (Jakarta: Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia, 2009), hlm. iii. 6 Andi Fahmi Lubis, et. Al., Opcit. 7 Ditha Wiradiputra, Hukum Persaingan Usaha: Suatu Pengantar, Bahan Ajar Hukum Persaingan Usaha Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
6
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
restrukturisasi aset negara, dan pendekatan untuk memberdayakan pengusaha-
pengusaha kecil.
Kebijakan persaingan usaha merupakan salah satu bentuk intervensi yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap pasar. Dalam konsep kebijakan publik, segala
macam bentuk intervensi pemerintah di pasar dinamakan sebagai regulasi.8 Dalam
arti sempit, regulasi dapat diterjemahkan bebas sebagai bentuk intervensi pemerintah
untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul di pasar berdasarkan mandate
yang diperoleh dari legislatif.
Agar pasar tetap bersaing, tidak boleh ada hambatan yang tidak perlu masuk
ke dalamnnya sehingga perusahaan baru bisa masuk ketika mereka melihat peluang
bisnis. Hambatan untuk keluar tidak boleh berlebihan, memungkinkan perusahaan
untuk meninggalkan pasar ketika tidak dapat berjalan secara efektif. Sebuah
kebijakan persaingan yang efektif juga harus melindungi hak-hak pengusaha untuk
masuk dan meninggalkan pasar.9
Hampir di seluruh negara telah memiliki kebijakan persaingan dalam
melindungi kegiatan pasar. Tujuan dari kebijakan persaingan adalah:10
1) Untuk mendorong daya guna ekonomi, yang terdiri dari tiga komponen,
yaitu:
a. Efisiensi Produktif Perusahaan menggunakan biaya paling rendah untuk
memproduksi barang dan jasa dengan maksimal dari masukan yang
diberikan.
b. Efisiensi Alokasi Sumber daya yang disalurkan ke sector-sektor di
mana tempat untuk menghasilkan barang dan jasa yang dihargai
konsumen.
c. Efisiensi Dinamis Pelaku usaha berusaha untuk mempertahankan daya
saing mereka dengan berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan,
inovasi, pemasaran dan manajemen untuk tetap mengikuti perubahan
teknologi, prefensi, dan produk. 8 Ibid, hlm. 489. 9 Ibid. 10 , diakses 6 November 2012.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
7
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
2) Untuk memperbaiki kekurangan pasar;
3) Untuk meningkatkan kesejahteraan konsumen;
4) Untuk mencapai perumbuhan ekonomi yang lebih tinggi ;
5) Untuk meningkatkan daya saing, baik di pasar domestik dan luar negeri.
Pada dasarnya dalam dunia bisnis, upaya untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya merupakan perilaku yang wajar, akan tetapi langkah-langkah yang
diambil untuk mencapai tujuan tersebut harus tetap dalam koridor yang
diperbolehkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Persaingan yang
sehat akan terjadi hanya dan jika ada perubahan perilaku berusaha yang sehat yang
nantinya akan dihasilkan suatu produk atau jasa dengan banyak ragam pilihan,
kualitas yang lebih baik serta harga yang sangat kompetitif.
Untuk menjaga pasar yang sempurna ini dibentuklah undang-undang anti
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat (antitrust laws). Antitrust laws awalnya
berasal dari aturan hukum yang ditujukan untuk mencegah pengelompokan kekuatan
insutri-industri yang membentuk trust (sejenis kartel atau penggabungan) untuk
memonopoli komoditi-komoditi strategis dan menyingkirkan para pesaing lain yang
tidak tergabung dalam trust tersebut.11
Antitrust laws telah diuraikan sebagai sebuah piagam yang komprehensif
mengenai kebebasan ekonomi yang bertujuan untuk membangun persaingan bebas
sebagai aturan perdagangan.12 Pembuatan undang-undang dilakukan oleh pemerintah
untuk mengatur berbagai perdagangan dan perdangangan dengan mencegah dari
perbuatan yang melanggar hukum, penetapan harga dan monopoli, untuk
menyelenggarakan persaingan, dan untuk mendorong produksi barang dan jasa yang
berkualitas dengan harga yang rendah dengan tujuan utama uantuk menjaga
kesejahteraan masyarakat dengan memastikan bahwa tuntutan konsumen akan
dipenuhi oleh pembuatan dan penjualan barang pada harga yang wajar.
11 Andi Fahmi Lubis, et. Al, Opcit, hlm. 4. 12 Wilbur L. Fugate, Foreign Commerce and The Antitrust Laws, (Canada: Little, Brown & Company, 1982), hlm. 1.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
8
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
Kebijakan tentang hukum antitrust bukanlah hal yang baru diakui oleh
negara-negara di dunia. Amerika Serikat sudah melarang praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat sejak tahun 1890 dengan adanya Sherman Act.13
Dengan diadakannya Kongres Amerika Serikat yang mengesahkan undang-
undang berjudul Act to Protect Trade and Commerce Against Unlawful Restraints
and Monopolies, yang lebih dikenal dengan Sherman Act, kekuasaan pasar dari
berbagai konglomerasi swasta yang besar dan kuat, yang pada waktu itu dipandang
sangat dominan dalam perekonomian dapat dikontrol dari perilaku-perilaku
diksriminatif yang merugikan konsumen akibat kekuatan monopolistik atau
oligopolistik yang mereka peroleh dari posisi dominan di pasar. Mahkamah Agung
Amerika Serikat mendefinisikan antitrust adalah suatu perjanjian komprehensif yang
bebas dan tidak terganggu sebagai prinsip utama perdagangan.14
The Sherman Act dimaksudkan untuk memerangi persekongkolan bisnis dari
perekonomian Amerika selama abad ke-19, dan sampai saat terdapat 2 kategori
prilaku yang tetap menjadi landasan penegakan antitrust law. Pertama, menyatakan
pelanggaran, melarang kontrak, persekongkolan dan konspirasi yang membatasi
perdagangan, dan mengatur penjara dan denda untuk pelanggaran. Pelaku usaha yang
membentuk kombinasi seperti itu ajan didenda sebesar $5.000 dan satu tahun penjara.
Individu dan perusahaan yang menderita kerugian karena persekongkolan
diperbolehkan untuk menuntut di pengadilan federal untuk ganti rugi. Kedua,
melarang monopoli, berusaha untuk berkonspirasi untuk memonopoli "setiap bagian
dari perdagangan atau perdagangan di antara beberapa negara, atau dengan negara
asing".
Selanjutnya, muncul empat perundang-undangan sebagai perubahan atau
tambahan untuk memperkuat aturan hukum sebelumnya. Antitrust law terbukti dapat
mencegah pemusatan kekuatan ekonomi pada sekelompok perusahaan sehingga
perekonomian lebih tersebar, membuka kesempatan usaha bagi para pendatang baru,
13 Ernest Gellhorn dan William E. Kovacic, Antitrust Law and Economics, (United States of America: West Publishing Co., 1994), hlm. 1. 14 Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Mikro, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2006), hlm. 405.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
9
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
serta memberikan perlindungan hukum bagi terselenggaranya proses persaingan yang
berorientasi pada mekanisme pasar.
Pertama, terjadi pada tahun 1914 diterbitkan undang-undang baru yaitu
Clyton Act untuk memperkuat Sherman Act. Undang-undang ini mencantumkan
empat jenis persaingan yang tidak adil yang melanggar hukum, diantaranya adalah
diskriminasi harga, kontrak eksklusif dan mengikat, pembelian saham
antarperusahaan, direksi yang merangkap.15 Pada tahun ini juga diterbitkan Act to
Create a Federal Trade Commission, to Define Its Powers and Duties, and For Other
purposes yang dikenal dengan nama Federal Trade Commission Act (FTC).16
Kedua, dilakukan pada tahun 1936 yaitu dengan nama Robinson-Patman Act,
dan melarang penjualan yang lebih murah kepada seorang pembeli atau `pasar
dibanding lainnya atau untuk menjual pada "harga rendah" dengan tujuan merusak
persaingan atau menyingkirkan pesaing. Undang-undang ini juga berusaha
melindungi pengecer kecil (terutama toko-toko makanan dan obat-obatan kecil) dari
persaingan harga yang dilakukan pengusaha jaringan toko ritel, karena kemampuan
mereka untuk memperoleh harga yang lebih murah dan biaya konsesi perantara atas
pembelian dalam jumlah besar dari pemasok.17
Ketiga, dilakukan pada tahun 1938 yaitu dengan nama Wheeler-Lea Act yang
mengamandemen FTC dan melarang penayangan iklan yang salah dan menyesatkan
atas produk makanan, obat-obatan, alat-alat korektif dan produk kosmetik yang
diperdagangkan antarnegara bagian. Tujuan utamanya adalah melindungi konsumen
dari penayangan iklan yang menyesatkan.18
Keempat, pada tahun 1950 terbentuklah Celler-Kefauver Antimerger Act.
Undang-undang ini menutup kelemahan dalam Pasal 7 Clyton Act yang melarang
membeli saham perusahaan pesaing tetapi mengizinkan pembelian asset perusahaan
persaing. Undang-undang ini melarang tidak hanya melarang pembelian saham tetapi
15 Suparno, Regulasi Pemerintah Untuk Mendukung Kalangan Bisnis Serta Melindungi Konsumen, Pekerja dan Lingkungan, , diakses 9 Oktober 2012. 16 Ayudya D. Prayoga, et. Al. (Ed.), Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di Indonesia, (Jakarta: Proyek Elips, 1999), hlm. 31. 17 Suparno, Loc.cit. 18 Ibid.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
10
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
juga asset perusaan saingan, jika pembelian tersebut secara nyata mengurangi
persaingan atau cenderung menciptakan monopoli.19
Hampir semua negara pada sekarang ini memiliki undang-undang antitrust
untuk menjaga keseimbangan perekonomiannya dan agar selalu tercipta persaingan
yang sempurna. Negara-negara yang menganut sistem common law tidak sedikit yang
berkiblat pada Sherman Act dan perubahan-perubahannya dalam menegakkan
peraturan antitrust laws.
Australia adalah salah satu negara common law yang berkiblat kepada
Sherman Act dalam mengatur persaingan usaha di negaranya. Pada tahun 1906,
Australia mengundangkan The Australian Industries Preservation Act (AIPA). Dalam
hal ini, masing-masing negara memiliki batasan-batasan tersendiri sesuai dengan
konstitusi negara masing-masing. Pada tahun 1965, Restrictive Trade Practice Act
menggantikan undang-undang sebelumnya. Pada saat pemerintah buruh berkuasa,
Trade Practice Act (TPA) menjadi undang-undang sesudah amandemen yang
substansial dilakukan pada tahun 1973 dan kemudian efektif diberlakukan pada
tanggal 24 Agustus 1974.20
Berdasarkan amandemen undang-undang ini, kemudian didirikanlah suatu
lembaga yang diberi kewenangan untuk mengawasi dan melindungi prilaku anti
persaingan usaha yang bernama Australian Competition and Consumer Commission
atau ACCC.21
Berbeda dengan Perancis yang menganut sistem civil law, memiliki sistem
yurisdiksi yaitu lordre judiciaire (mencakup pengadilan sipil dan komersial, serta
pengadilan pidana) dan lordre administratif (pengadilan administratif). Semua ini
pengadilan mungkin menerapkan hukum pesaingan, baik ketika pelanggaran hukum
persaingan adalah obyek dari tindakan utama atau obyek dari tindakan kedua.22
Lain lagi di Jepang, negara ini memiliki antitrust law yang diberi nama the
Antimonopoly Law (AML). Dengan berlakunya undang-undang tersebut, beberapa
19 Ibid. 20 Andi Fahmi Lubis, et.al., Opcit, hlm. 7. 21 Ibid, hlm. 8. 22 Nicholas Bessot, France, , diakses 10 Oktober 2012, hlm. 1.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
11
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
industry raksasa di Jepang terpaksa direstrukturisasi dengan memecah diri menjadi
perusahaan lebih kecil.
Di Indonesia, antitrust law diatur dalam Undang-Undang Nomkor 5 Tahun
1999 Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 33 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yang kemudian disebut UU Anti
Monopoli.23 Untuk mewujudkan konsep perekonomian yang menganut sistem
ekonomi pasar (market economy) dan persaingan sehat seperti yang diinginkan oleh
dunia usaha serta program pemulihan ekonomi Indonesia maka bulan Januari 1998
dilakukan penandatanganan Memorandum Kesepakatan (letter of intent) antara
pemerintah Indonesia dengan International Monetary Fund (IMF), yang kemudian
dipertegas dan dituangkan dalam Memorandum Tambahan Mengenai Kebijakan
Ekonomi dan Keuangan Pemerintah Ri (Supplementary Memorandum of Economic
and Financial Policies/MEFP of the Government of Indonesia) pada 10 April 1998.24
Pemerintah Indonesia menyepakati untuk melaksanakan berbagai pembaharuan
sturtural, salah satunya adalah untuk mempersiapkan Rancangan UU Anti Monopoli
yang bertujuan untuk mengubah ekonomi Indonesia menjadi suatu ekonomi yang
terbuka, kompetitif dan efisien.25
Suatu UU Anti Monopoli yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi
berjalannya ekonomi pasar. Undang-undang ini melarang perjanjian yang
menghambat persaingan, penyalahgunaan kekuasaan monopoli dan penggabungan
perusahaan-perusahaan besar yang menguasai pasar. Undang-undang ini menjamin
terbukanya akses pasar untuk semua pihak.26 Tujuan dari pembentukan UU Anti
Monopoli ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. Secara umum tujuan diberlakukannya UU Anti Monopoli, seperti yang
23 Sutan Remi Sjahdeni, Latar Belakang, Sejarah, dan Tujuan Undang-Undang Larangan Monopoli, (Jakarta: Jurnal Hukum Bisnis May-Juni, 2002), hlm. 13. 24 L. Budi Kagramanto, Larangan Persengkokolan Tender (Perspektif Hukum Persaingan Usaha), (Yogyakarta: Srikandi, 2008), hlm. 7 25 Thee Kian Wie, Aspek-Aspek Ekonomi Ynag Perlu DIperhatikan Dalam Implementasi Undang-Undang No. 5 Tahun 1999, (Jakarta: Jurnal Hukum Bisnis Vol. 7, 1999), hlm. 64. 26 Kartte, Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha TIdak Sehat, (Jakarta: Etcetera&Katalis, 2002), hlm. 1.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
12
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
terdapat di berbagai negara adalah untuk menjaga kelangsungan persaingan antar
pelaku usaha itu sendiri agar tetap hidup dan diakui keberadannya.27
Di samping tujuan umum, ada beberapa tujuan khusus dari UU Anti
Monopoli, terutama di beberapa negara yang telah lama menganut sistem
perekonomian yang antimonopoli dan persaingan sehat. Tujuan khusus tersebut
adalah negara ingin melindungi sistem kompetetisi, seperti apa yang telah lama
terjadi di Amerika Serikat, dengan menerapkan preserve competitive system atau
memelihara sistem kompetisi.28
Suatu aturan dapat ditegakkan secara baik diperlukan organ penegak hukum.
Suatu aturan hukum yang baik secara formil tidak akan berjalan baik jika tidak
didukung organ penegak hukumnya. Beberapa negara yang memiliki antitrust laws
diantaranya Amerika Serikat, Australia, Jepang, Perancis dan Indonesia otomatis
memerlukan suatu badan penegakan persaingan usaha (competition law enforcement
agency). Penegakan persaingan usaha ini dilakukan dengan membentuk komisi
sebagai pengawasan terhadap perjalannya pasar agat berjalan dengan sempurna.
Peranan komisi persaingan usaha di tiap-tiap negara dalam penyelesian perkara
persaingan usaha adalah berbeda tetapi pada dasarnya adalah untuk memberikan
penilaian apakah terjadi perjanjian-perjanjian yang dilarang dan kegiatan usaha yang
dilarang. Jika komisi ini menilai telah terjadi perjanjian-perjanjian yang dilarang atau
kegiatan usahanya dilarang, maka komisi ini dapat menggunakan wewenang dan
fungsinya untuk memerintahkan penghentian perjanjian-perjanjian dan kegiatan-
kegiatan yang dilarang tersebut.29
Diperlukannya komisi persaingan usaha adalah ditujukan untuk meningkatkan
interaksi dengan para pihak dalam proses anti persaingan usaha dan untuk
memperkuat mekanisme untuk melindungi hak-hak procedural para pihak tersebut.
Langkah-langkah ini akan meningkatkan transparansi dan keadilan dari proses
kompetisi. Mereka memberikan gambaran yang jelas apa yang diharapkan dari
27 L. Budi Kagramanto, Op.Cit, hlm. 13. 28 Ernest Gellhorn dan William E. Kovacic, Opcit, hlm. 38. 29 Marsiyem, Penegakan Hukum Persaingan Usaha, Jurnal Hukum Volume XIV, No. 1, April 2004, , diakses 10 Oktober 2012.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
13
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
berbagai tahap penyelidikan antitrust dan meningkatkan kemampuan untuk
berinteraksi dalam bentuk pelayanan komisi. Apabila ada pihak yang memiliki
sengketa mengenai hak-hak procedural, mereka dapat menyerahkannya kepada
petugas pemeriksaan kompetisi, yang memiliki peran yang ditingkatkan selama
proses keseluruhan antitrust.30
Penegakan hukum persaingan di Amerika Serikat dibebankan kepada dua
institusi yaitu FTC dan Antitrust Division of the Department of Jusrice (DOJ-AD).
FTC berwenang untuk melalukan penyelidikan and investigasi serta menindak
pelanggaran atas antitrust law, sedangkan DOJ-AD berwenang untuk menuntut
pelanggaran tertentu dari antitrust law.31 dengan mengajukan tuntutan kriminal yang
dapat mengakibatkan denda dan hukuman penjara. Lembaga pengawasan untuk
persaingan usaha di Australia adalah the Australia Competition and Consumer
Commission (ACCC).
Perancis meiliki otoritas administrative independen untuk menganalisis dan
mengatur operasi pasar yang kompetitif untuk menjaga tatanan ekonomi yang
bernama Autorit, yang sebelumnya bernama le Conceil de la Concurrence.32 The
Japanese Fair Trade Commission (JFTC) merupakan komisi yang menangani
persaingan usaha di Jepang yang dibentuk meniru FTC di Amerika Serikat.33
Di Indonesia dalam pengawasan praktik anti monopoli dan persiangan usaha
tidak sehat memiliki suatu komisi yang bernama Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU) sesuai dengan Pasal 30 ayat (1) UU N0. 5 Tahun 1999, yang berbunyi:34
(1) Untuk mengawasi pelaksaaan undang-undang ini dibentuk Komisi
Pesaingan Usaha yang selanjutnya disebut Komisi.
30 Commission Reforms Antitrust Procedures and Expands Role of Hearing Officer, , diakses 21 November 2012. 31 Hisory of DOJ-AD, , dikases 18 Desember 2012. 32 Reform of The French Competition Regulatory System: The Conceil De La Concurrence Becomes The Autoritie De La Concurrence, diakses 10 Oktober 2012. 33 Mashahiro Murakami, The Japanese Antimonopoly Act 2003, hlm. 64. 34 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Anti Monopoli dan Persaingan Usaha TIdak Sehat.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
14
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
(2) Komisi adalah suatu lembaga independen yang terlepas dari pengaruh dan
kekuasaan pemerintah serta pihak lain.
(3) Komisi bertanggung jawab terhadap presiden.
KPPU merupakan lembaga negara yang state auxiliary organ. Secara
sederhana state auxiliary organ adalah lembaga negara yang dibentuk di luar
konstruksi dan merupakan lembaga yang membantu pelaskanaan tugas lembaga
negara pokok (eksekutif, legislative dan yudkatif).35 Dalam mengemban tugas
menegakkan UU Anti Monopoli, kekuasaan KPPU bersifat absolut, monopolistik
serta berposisi dominan, sehingga mampu berbuat apa saja, tanpa ada yang dapat
dilakukan pihak lain untuk menghentikan.
Banyak pro kontra terhadap penilaian kekuasaan KPPU yang bersifat absolute
ini, diperparah dengan banyaknya kasus perkara persaingan usaha yang mengalahkan
KPPU di depan pengadilan sampai Mahkamah Agung. Contoh pada Kasus Kartel
Obat PT. Pfizer Indonesia dan PT. Dexa Medica melawan KPPU; Kasus PT.
Carrefour yang mengalahkan KPPU; dan beberapa kasus lainnya memperlihatkan
bahwa KPPU sulit untuk membuktikan dugannya-dugaannya terhadap perkara
persaingan usaha. KPPU yang juga berwenang untuk menjatuhkan putusan dapat
bertindak tidak objektif karena dia merupakan lembaga yang di beri kewenangan dari
penyelidikan sampai penjatuhan putusan.
Dalam penulisan ini, penulis akan membandingkan peranan komisi
persaingan usaha di berbagai negara yaitu Amerika Serikat, Australia, Perancis dan
Jepang dalam penyelesaian perkara persaingan usaha berdasarkan tugas dan
kewenangan komisi di negara masing-masing. Kekalahan yang sering terjadi pada
KPPU dapat saja menunjukkan bahwa KPPU belum melaksanakan peranan yang
sangat besar ini dengan baik. Kekuasaan KPPU bersifat absolut, monopolistik serta
berposisi dominan, sehingga mampu berbuat apa saja, tanpa ada yang dapat dilakukan
pihak lain untuk menghentikan ini dapat merugika dunia usaha.
35 Jumly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, (Jakarta: Tim Konpress, 2006), hlm. 24.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
15
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah
yang akan penulis angkat dalam rencana penelitian ini, antara lain:
1. Bagaimanakah sistem penyelesaian perkara persiangan usaha di negara
Amerika Serikat, Australia, Perancis dan Jepang?
2. Bagaimanakah peranan KPPU dalam pengangan perkara persaingan usaha
dibandingkan dengan Amerika Serikat, Australia, Perancis dan Jepang?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memberikan perbandingan sistem
penyelesaian perkara persaingan usaha di berbagai negara, yaitu Amerika
Serikat, Australia, Perancis dan Jepang yang dimaksud untuk memberikan
gambaran atau pilihan penyelesaian persaingan usaha yang lebih baik
untuk KPPU agar ke depannya berkerja lebih baik.
2. Tujuan khusus dalam penelitian ini, antara lain:
a. Untuk mengetahui perbandingan sistem penyelesaian perkara
persaingan usaha di Amerika Serikat, Australia, Perancis dan Jepang.
b. Untuk menganalisis peranan KPPU dalam penanganan perkara
persaingan usaha dibandingkan dengan di Amerika Serikat, Australia,
Perancis dan Jepang.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat diperoleh dari penulisan tesis
ini adalah diharapkan dapat memberi masukan kepada KPPU agar dapat bekerja lebih
baik dan juga kepada pemerintah agar mengkaji ulang mengenai peranan KPPU
dalam penyelesaian perkara persaingan usaha berdasarkan tugas dan kewenangan
komisi di negara. Selain itu juga diharapkan menjadi materi bagi pembacanya, baik
umum maupun para akademisi khususnya mengkaji sistem penyelesaian perkara
pesaingan usaha oleh KPPU.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
16
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
1.5 Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan pernyataan yang saling berhubungan dan tersusun
dalam sistem deduksi.36 Rencana penelitian tesis ini menerapkan teori hukum dalam
menganalisis data. Menurut Bruggink, teori hukum adalah seluruh pernyataan yang
saling berkaitan berkenaan dengan sistem konseptual aturan-aturan hukum dan
putusan-putusan hukum, dan sistem tersebut untuk sebagian yang dipositifkan.
Kerangka teori yang digunakan untuk menganalisis data dalam rencana
penelitian tesis ini adalah teori kewenangan. Teori ini dimaksudkan untuk membahas
dan menganalisis tentang perbandingan penyelesaian perkara persaingan usaha di
berbagai negara, yaitu Amerika Serikat, Australia, Perancis, Jepang dan Indonesia,
dalam hal ini untuk mengalisis bagaimana kewenangan dan fungsi KPPU dalam
menyelesaikan perkara persaingan usaha dibandingkan dengan komisi persaingan
usaha dari negara-negara tersebut. Secara konseptual, istilah wewenang atau
kewenangan sering disejajarkan dengan istilah Belanda bevoegdheid (wewenang
atau berkuasa).
Dalam hukum publik, wewenang berkaitan dengan kekuasaan. Kekuasaan
memiliki makna yang sama dengan wewenang karena kekuasaan yang dimiliki oleh
eksekutif, legislative dan yudikatif adalah kekuasaan formal. Kekuasaan merupakan
unsure esensial dari suatu negara dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di
samping unsure-unsur lainnya, yaitu hukum; kewenangan (wewenang); keadilan;
kejujuran; kebijakbestarian; dan kebijakan.37
Menurut Ateng Syafrudin ada perbedaan antara pengertian kewenangan dan
wewenang.38 Kita harus membedakan antara kewenangan (authority, gezag) dengan
wewenang (competence, bevoegheid). Kewenangan adalah apa yang disebut
kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh
36 Jan Gijssels dan Mark Van Hoecke dalam B. Arif Sidharta, Apakah Teori Hukum itu?,
(Bandung: Laboratorium Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan, 2001), hlm. 3. 37 Rusadi Kantaprawira, Hukum dan Kekuasaan, (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 1998), hlm. 37. 38 Ateng Syarifudin, Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih dan Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV, (Bandung, Universita Parahyangan, 2000), hlm. 22.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
17
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
undang-undang, sedangkan wewenang hanya mengenai suatu onderdeel bagian
tertentu saja dari kewenangan. Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenanng
(rechtsbe voegdheden). Wewenang merupakan lingkup tindakan hukum public,
lingkup wewenang pemerintahan, tidak hanya meliputi wewenang membuat
keputusan pemerintah (bestuur), tetapi meliputi wewenang dalam rangka pelaksanaan
tugasm dan memberikan wewenang serta distribusi wewenang utamanya ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan.
F.P.C.L. Tonner dalam Ridwan HR berpendapat Overheidsbevoegdheid
wordt in dit verband opgevad als het vermogen om positief recht vast te srellen en
Aldus rechtsbetrekkingen tussen burgers onderling en tussen overhead en te
scheppen. Kewenangan pemerintah dalam kaitan ini dianggap sebagai kemampuan
untuk melaksanakan hukum positif, dan dengan begitu dapat diciptakan hubungan
hukum antara pemerintahan dengan waga negara.39
Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai
dasar dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan disetiap negara
hukum. Dengan kata lain, setiap penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan
harus memiliki legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh undang-undang.
Dengan demikian, substansi asas legalitas adalah wewenang, yaitu suatu kemampuan
untuk melakukan suatu tindakan-tindakan hukum tertentu.
Dengan begitu, kewenangan memiliki pengertian yang berbeda dengan
wewenang. Kewenangan merupakan kekuasaan formal yang berasal dari undang-
undang, sedangkan wewenang adalah suatu spesifikasi dari kewenangan, artinya
siapa saja yang diberikan kewenangan oleh undang-undang, maka ia berwenang
untuk melakukan sesuatu yang tersebut dalam kewenangan itu.
I Dewa Gede Atmadja, dalam penafsiran konstitusi, menguraikan sebagai
berikut :
Menurut sistem ketatanegaraan Indonesia dibedakan antara wewenang otoritatif dan wewenang persuasif. Wewenang otoritatif ditentukan secara
39 Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), hlm. 100.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
18
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
konstitusional, sedangkan wewenang persuasif sebaliknya bukan merupakan wewenang konstitusional secara eksplisit.40
Wewenang otoritatif untuk menafsirkan konstitusi berada ditangan MPR,
karena MPR merupakan badan pembentuk UUD. Sebaliknya wewenang persuasif
penafsiran konstitusi dari segi sumber dan kekuatan mengikatnya secara yuridis
dilakukan oleh :
1. Pembentukan undang-undang; disebut penafsiran otentik;
2. Hakim atau kekuasaan yudisial, disebut penafsiran Yurisprudensi;
3. Ahli hukum; disebut penafsiran doctrinal.
Setiap tindakn pemerintahan dan/atau pejabat umum harus bertumpu pada
kewenangan yang sah. Kewenangan itu diperoleh melalui 3 sumber:
Atribusi: wewenang yang diberikan atau ditetapkan untuk jabatan tertentu.
Dengan demikian wewenang atribusi merupakan wewenang yang melekat
pada suatu jabatan.
Pelimpahan
a. Delegasi: wewenang yang bersumber dari pelimpahan suatu organ
pemerintahan kepada organ lain dengan dasar peraturan perundang-undangan
b. Mandat: wewenang yang bersumber dari proses atau prosedur pelimpahan
dari pejabat atau badan yang lebih tinggi kepada pejabat yang lebih rendah
(atasan bawahan).
Wewenang terdiri atas sekurang-kurangnya tiga komponen yaitu pengaruh,
dasar hukum, dan konformitas hukum. Komponen pengaruh ialah bahwa penggunaan
wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan prilaku subyek hukum, komponen
dasar hukum ialah bahwa wewenang itu harus ditunjuk dasar hukumnya, dan
komponen konformitas hukum mengandung adanya standard wewenang yaitu
standard hukum (semua jenis wewenang) serta standard khusus
(untuk jenis wewenang tertentu).41
40 I Dewa Gede Atmadja, Penafsiran Konstitusi Dalam Rangka Sosialisasi Hukum: Sisi Pelaksanaan UUD 1945 Secara Murni dan Konsekuen, Pidato Pengenalan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Hukum Tata Negara Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana 10 April 1996, hlm. 2.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
19
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
KPPU adalah sebuah lembaga yang bertugas untuk menjalankan amanat yang
tertuang dalam Undang-Udang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sampai saat ini, sudah banyak
kasus/sengketa persaingan usaha tidak sehat yang dinyatakan tidak bersalah maupun
yang dihukum secara administratif. KPPU dalah sebuah lembaga yang independen,
tidak terpengaruh oleh kepentingan dari manapun, baik eksekutif maupun dari pihak
lain.42
Hal ini menenjukkkan bahwa KPPU sebagai satu-satunya lembaga penegak
hukum di bidang praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat diberi
kepercayaan penuh oleh Presidan dan Dewan Perwakilan Rakyat dan bertanggung
jawab kepada Presiden.
1.5 Kerangka Konsepsional
Dalam upaya mendapatkan pemahaman yang baik dan menghindari
interpretasi yang berlainan, akan dijelaskan pengertian dari berbagai istilah yang
sering digunakan dalam rencana penelitian tesis ini. Adapun kerangka konsepsional
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang
dan/atau atas penggunaan jasa tertenti oleh satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha.43
2. Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih
pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau
pemasaran atas barang dan/atau jasa tertentu sehingga menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat dan daoat merugikan kepentingan umum.44
41 Philipus M. Hadjon, Penataan Hukum Administrasi, Tentang Wewenang, (Surabaya: Fakultas Hukum Unair, 1998), hlm. 2. 42 Sukarmi, Peran Kepolisian Republik Indonesia Dalam Penegakan Hukum Persiangan Usaha, Jurnal Persaingan Usaha Edisi 4, (Jakarta: KPPU, 2010), hlm. 28. 43 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pasal 1 Angka 1. 44 Ibid, Pasal 1 Angka 2.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
20
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
3. Pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas suatu
pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat
menentukan harga barang dan/atau jasa.45
4. Posisi dominan adalah keadaan di mana pelaku usaha tidak mempunyai
pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa
yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara
pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan
keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta
kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa
tertentu.46
5. Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian,
menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.47
6. Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa
yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau
menghambat persaingan usaha.48
7. Perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk
mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lan dengan nama
apa pun, baik tertulis maupun tidak tertulis.49
8. Persengkongkolan atau konspirasi usaha adalah bentuk kerjasama yang
dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud
untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang
bersekongkol.50
45 Ibid, Pasal 1 Angka 3. 46 Ibid, Pasal 1 Angka 4. 47 Ibid, Pasal 1 Angka 5. 48 Ibid, Pasal 1 Angka 6. 49 Ibid, Pasal 1 Angka 7. 50 Ibid, Pasal 1 Angka 8.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
21
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
9. Pasar adalah lembaga ekonomi di mana para pembeli dan penjual baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat melakukan transaksi
perdagangan barang dan/atau jasa.51
10. Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan daerah
pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan/atau jasa yang sama
atau sejenis atau substitusi dari barang dan/atau jasa tersebut.52
11. Struktur pasar adalah keadaan pasar yang memberikan petunjuk tentang
perilaku pelaku usaha dan kinerja pasar antara lain jumlah penjual dan
pembeli, hambatan masuk dan keluar pasar, keragaman produk, sistem
distribusi, dan penguasaan pangsa pasar.53
12. Perilaku pasar adalah tindakan yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam
kapasitasnya sebagai pemasok atau pembeli barang dan/atau jasa untuk
mencapai tujuan perusahaan antara lain pencapaian laba, pertumbuhan
asset, target penjualan, dan metode persaingan yang digunakan.54
13. Pangsa pasar adalah presentase nilai jual atau eli barang atau jasa tertentu
yang dikuasai oleh pelaku usaha pada pasar bersangkutan dalam tahun
kalender tertentu.55
14. Harga pasar adalah harga yang dibayar dalam transaksi barang dan/atau jasa
sesuai kepastian antara para pihak di pasar bersangkutan.56
15. Konsumen adalah setiap pemakai dan/atau pengguna barang dan/atau jasa
baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan orang lain.57
16. Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik
bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha.58
51 Ibid, Pasal 1 Angka 9. 52 Ibid, Pasal 1 Angka 10. 53 Ibid, Pasal 1 Angka 11. 54 Ibid, Pasal 1 Angka 12. 55 Ibid, Pasal 1 Angka 13. 56 Ibid, Pasal 1 Angka 14. 57 Ibid, Pasal 1 Angka 15. 58 Ibid, Pasal 1 Angka 16.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
22
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
17. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang
diperdagangkan dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau
pelaku usaha.59
18. Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah komisi yang dibentuk untuk
mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya agar tidak
melakukan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.60
19. Pengadilan Negeri adalah pengadilan, sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku, di tempat kedudukan usaha
pelaku usaha.61
20. Mahkamah Agung adalah lembaga negara yang melakukan kekuasaan
kehakiman, yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk
menegakkan hukum dan keadilan yang berwenang mengadili pada tingkat
kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
dan wewenang lain yang diberikan Undang-undang.62
21. Kartel adalah suatu kerjasama dari pelaku usaha produk tertentu yang
bertujuan untuk mengawasi produksi, penjualan dan harga serta untuk
melakukan monopoli terhadap komoditas atau industri tertentu.63
1.7 Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam upaya pengumpulan data
atau bahan dalam rencana penelitian ini adalah metode penelitian normatif
yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka
atau data sekunder, karena yang dikaji adalah norma hukum berdasarkan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan peraturan larangan praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat lainnya. Tipe penelitian rencana
59 Ibid, Pasal 1 Angka 17. 60 Ibid, Pasal 1 Angka 18. 61 Ibid, Pasal 1 Angka 19. 62 Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 20 Ayat 1. 63 Hendy Campbell dalam Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 63.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
23
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
tesis ini merupakan penellitian doktrinal, yang penelitian-penelitian atas
hukum yang dikonsepkan dan dikembangkan atas doktrin yang dianut sang
pengembangnya.
2. Jenis Data
Data yang digunakan untuk rencana penelitian ini adalah data sekunder,
yaitu data yang diperoleh dari bahan pustaka. Dalam rencana penelitian ini,
data yang digunakan meliputi:
a. Bahan hukum primer, yaitu berupa ketentuan hukum dan perundang-
undangan yang terkait, antara lain:
1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
2) Peraturan Mahkamah AGung Republik Indonesia Nomor 03 Tahun
2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan
terhadap Putusan KPPU;
3) Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 1 Tahun 2010
tentang Tata Cara Penanganan Perkara;
4) Peraturan Komisi Pengawa Persaingan Usaha No. 04 Tahun 2010
tentang Pedoman Pelaksanaan Pasal 11 tentang Kartel;
5) Sherman Act 1890
6) Clyton Act 1914
7) Robinson-Patman Act 1936
8) Wheeler-Lea Act 1938
9) Trade Practice Act 1974
10) Competition and Consumer Act 2010
11) Ordonansi 1986
12) Nouvelles Regulations Economiques (RNE)
13) Japanese Antitrust Law(the Antimonopoly Law)
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
24
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi
atau hal-hal yang berkaitan isi sumber hukum primer serta
implementasinya, antara lain:
1) Buku-buku yang berkaitan dengan larangan praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat, khususnya peranan KPPU dalam
penyelesaian perkara persaingan usaha.
2) Jurnal dan makalah yang terkait dengan permasalahan pada rencana
penelitian tesis ini.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan hukum yang memebrikan
penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer dan sekunder yaitu
hukum dan berbagai hukum lain yang relevan.
3. Alat Pengumpulan Data Penulis mengumpulkan data terhadap rencana penelitian tesis ini dengan
melakukan suatu kegiatan studi dokumen terhadap data sekunder, yaitu
penulis akan melakukan studi dokumen atau bahan pustaka.
4. Analisis Data Dalam rencana penelitian tesis ini, penulis menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif. Data primer dan sekunder yang diperoleh akan
dikemukakan dan dianalisis untuk memperoleh jawaban dan masakah yang
akan diteliti.
1.8 Sistematika Penulisan Pembahasan dalam tesis ini akan diuraikan secara sistematis. Penulisan ini
terbagi ke dalam empat bab, antara lain:
Bab 1. Pendahuluan
Bab ini akan memberikan pandangan umum tentang tulisan ini, dimana akan
diuraikan mengenai latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan penelitian,
kerangka terori, kerangka konsepsional, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
25
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
Bab 2. Sistem Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Negara Amerika Serikat,
Australia, Perancis dan Jepang.
Dalam bagian ini penulis mencoba menjabarkan perbandingan mengenai
sistem penyelesaian perkara persaingan usaha Amerika Serikat, Australia, Perancis
dan Jepang.
Bab 3. Peranan KPPU dalam Penanganan Perkara Persaingan Usaha Dibandingkan
di Amerika Serikat, Australia, Perancis dan Jepang.
Bab ini akan dibahas mengenai peranan KPPU dalam penanganan perkara
persaingan usaha melalui contoh-contoh kasus yang pernah ditangani KPPU
dibandingkan dengan Amerika Serikat, Australia, Perancis dan Jepang. Pada bab ini
juga akan menjelaskan apakah peranan KPPU dalam menyelesaikan perkara
persaingan usaha di Indonesia sudah tepat atau belum tepat.
Bab 4. Penutup
Bab ini terdiri dari dua sub bab, yaitu kesimpulan penulis berdasarkan pokok
permasalahan dan analisis data serta saran bagi pihak-pihak terkait.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
26 UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
BAB 2
SISTEM PENYELESAIAN PERKARA PERSAINGAN USAHA di NEGARA AMERIKA SERIKAT, AUSTRALIA, PERANCIS dan JEPANG
2.1 Sistem Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha di Amerika Serikat
2.1.1 Clayton Act dan Federal Trade Commission (FTC) Act
The Clayton Act disetujui pada tahun 1914, memperluas peran pemerintah
dalam mengatur usaha dan menjadi dasar peraturan untuk mengatur sebagian besar
persaingan usaha pada saat ini. Berbeda dengan Sherman Act yang menjadi dasar
untuk peraturan antitrust di Amerika Serikat, Clayton Act menjelaskan dengan lebih
rinci mengenai bahaya praktik anti persaingan usaha dengan memberikan fair
warning kepada para pelaku usaha.64
Section 2 dari undang-undang ini melarang penjual melakukan diskriminasi
harga terhadap para pembeli yang membeli barang-barang yang sama kualitasnya,
apabila perbuatan itu mengakibatkan secara berarti berkurangnya persaingan atau
dapat menimbulkan praktik monopoli. Tujuan dari section 2 ini adalah untuk
melindungi para pengusaha kecil terhadap penetapan harga yang rendah yang
dilakukan oleh mereka yang memiliki posisi dominan yang bertujuan untuk
menyingkirkan para pengusaha kecil.
Clayton Act secara khusus melarang beberapa jenis perilaku yang berbahaya
bagi persaingan, seperti:
1) Diskriminasi harga;
2) Pembagian khusus;
3) Tying;
64 Brian Gongol, The Clayton Antitrust Act, , diakses 26 November 2012.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
27
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
4) Marger dan akusisi.
Dalam kasus di atas, perilaku tersebut hanya dilarang jika secara substansial
membatasi persaingan atau menciptakan monopoli. Selain itu, Clayton Act melarang
individu menjadi pemimpin dari dua atau lebih usaha yang bersaing di pangsa pasar
yang sama Clayton Act mendirikan FTC dan AD-DOJ.65 Pihak swasta juga
diperbolehkan untuk menuntut ganti rugi (termasuk kerugian) dan penegasan
keputusan apabila mereka dirugikan oleh perilaku yang dilarang oleh undang-undang
ini. Clayton Act tidak secara tegas melarang pembesaran, namun mengatur cara
pembesaran itu tercapai. Clayton Act diinterpretasikan atas tanggung jawab suatu
usaha dan para pihak yang terkena dampak tindakan bisnis.
Pada tahun yang sama, 1914, diterbitkan Act to Create a Federal Trade
Commission to Define Its Power and Duties, and For Other purposes, atau yang lebih
dikenal dengan FTC Act.66 FTC Act melarang metode, tindakan dan praktik
persaingan curang dalam perdagangan antarnegara. Undang-undang ini membuat
FTC, komisi bipartisan dari lima yang ditunjuk oleh presiden, diperkuat oleh Senat,
pelanggaran ditindak oleh polisi berdasarkan Title 15 U.S.C. 41-58 FTC Act.
FTC adalah salah satu lembaga administrasi awal, sebagai bagian dari
diberlakukannya Clayton Act dan FTC Act. Kedua undang-undang ini melarang
praktik bisnis yang anti persaingan atau menghilangkan persaingan yang merugikan
konsumen, investor dan pelaku usaha secara umum.
Fungsi FTC adalah untuk melawan tindakan penipuan dan praktik perilaku
anti persaingan usaha. FTC memberlakukan Clayton Act dan FTC Act, serta sejumlah
undang-undang anti monopoli dan perlindungan konsumen lainnya.67
FTC terdiri dari lima komisaris, yang diangkat oleh Presiden, oleh dan dengan
nasihat dan persetujuan dari Senat. Tidak lebih dari tiga Komisaris menjadi anggota
dari partai politik yang sama. Para Komisaris yang diangkat pertama kali akan terus
65 Departement of Justice (DOJ), , diakses 26 November 2012. 66 Ayuda D. Prayoga, et. Al, Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di Indonesia, (Jakarta: Proyek ELips, 1999), hlm. 31. 67 Federal Trade Commission of Promotion of Export Trade and Prevention of Unfair Methods of Competition, Legal Information Institute, , diakses 27 November 2012.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
28
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
menjabat dalam jangka masing-masing tiga, empat, lima, enam dan tujuh tahun,
mulai 26 September 1914, jangka waktu masing-masing akan ditunjuk oleh Presiden,
namun penerus mereka akan diangkat untuk jangka waktu tujuh tahun, kecuali orang
tersebut dipilih untuk mengisi lowongan hanya diangkat untuk jangka waktu yang
belum berakhir dari Komisaris yang akan digantikan. Setelah berakhirnya masa
jabatan tersebut, harus tetap melayani tugasnya sampai penerusnya telah diangkat dan
berkualitas.68
Presiden harus memilih seorang ketua dari keanggotaan Komisi. Komisaris
tidak boleh terlibat dalam usaha atau jabatan lainnya. Setiap Komisaris dapat dipecat
oleh Presiden karena inefisiensi, pengabaian tugas atau pelanggaran jabatan.
Kekosongan di Komisi tidak akan merugikan hak komisaris yang tersisa untuk
melaksanakan semua kekuasaan Komisi. Komisi harus memiliki segel resmi, yang
harus diperhatikan secara hukum.69
Visi dari FTC adalah sebuah perekonomian Amerika Serikat yang ditandai
oleh persangan yang kuat antara produsen dan konsumen untuk akses informasi yang
akurat, menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan harga rendah dan mendorong
efisiensi, inovasi dan pilihan konsumen.70
Misi dari FTC adalah untuk mencegah praktik bisnis yang anti persaingan
atau menipu atau tidak adil kepada konsumen, untuk meningkatkan pilihan informasi
kepada konsumen dan pemahaman public tentang proses yang kompetitif, dan untuk
mencapai semua ini tanpa harus membebani kegiatan usaha yang sah.71
Meskipun terdapat perbedaan mengenai efektivitas kebijakan antitrust dengan
para konsumen, pesaing dan pelaku usaha yang mendapatkan keuntungan dari
perekonomian yang kompetitif, kebijakan antitrust merupakan elemen penting dalam
68 Federal Trade Commission Established, , diakses 21 November 2012. 69 Ibid. 70 About the Federal Trade Commission, , diakses 21 November 2012. 71 Ibid
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
29
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
kebijakan public mengenai bisnis. FTC mendorong persaingan perdagangan yang
bebas dan adil dengan melakukan penyelidikan dan mencagah pelanggaran hukum.72
2.1.2 Kewenangan dan Fungsi Federal Trade Commission
Sejak berdirinya Federal Trade Commission (FTC) pada tahun 1914, komisi
ini telah melindungi para konsumen, investor dan juga pelaku usaha dari praktik anti
persaingan usaha, seperti monopoli, merger, penetapan harga, persekongkolan tender,
penipuan dan atau iklan yang menyesatkan dan klaim yang tidak berdasar. Komisi ini
penting untuk membantu menjalankan ekonomi Amerika Serikat agar berjalan lancar,
aman dan adil untuk para pelaku usaha, konsumen dan investor.
Pada awalnya, FTC dibebankan dengan tanggung jawab untuk mencegah atau
meredam monopoli dan untuk membawa gugatan hukum perdata terhadap
pelanggaran hukum. Monopoli menurut sifatnya adalah anti kompetitif, dan karena
itu berbahaya bagi kepentingan konsumen, investor, pelaku usaha dan perekonomian
pada umumnya.
Berdasarkan FTC Act, FTC berwenang, antara lain:73
1) Mencegah sistem persaingan yang tidak adil, dan tindakan tidak adil atau menipu
atau praktik yang mempengaruhi perdagangan;
2) Mencari ganti rugi dan bantuan lainnya atas tindakan yang merugikan konsumen;
3) Menjelaskan aturan perundang-undangan perdagangan dengan menjelaskan
praktik yang tidak adil atau penipuan, dan menetapkan persyaratan untuk
mencegah tindakan tersebut;
4) Melakukan investigasi berkaitan dengan organisasi, bisnis, praktik, dan
pengelolaan perusahaan yang bergerak di perdagangan;
5) Membuat laporan dan rekomendasi legislatif kepada Kongres.
72 Federal Trade Commission of Promotion of Export Trade and Prevention of Unfair Methods of Competition, Legal Information Institute, , diakses 27 November 2012. 73 Legal Resources Statutes Relating to Both Missions, , diakses 27 Desember 2012.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
30
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
Setiap pelaku, kemitraan atau korporasi yang diharuskan oleh komisi untuk
berhenti dan menghentikan sistem persaingan yang digunakannya, dapat memperoleh
pertimbangan pemerintah melalui pengadilan banding Amerika Serikat, dalam setiap
daerah di mana sistem atau tindakan atau praktik persaingan tersebut dilaksanakan,
atau di mana pelaku, kemitraan atau korporasi tersebut tinggal atau menjalankan
usahanya, dalam waktu enam puluh hari sejak tanggal pelayangan perintah tersebut.
Komisi dapat merubah temuannya mengenai fakta-fakta, atau membuat temuan
baru, dengan alasan bukti tambahan, dan akan mengajukan perubahan atau temuan
baru, yang didukung oleh bukti dan rekomendasi final. Keputusan pengadilan bersifat
final, kecuali bahwa hal yang sama akan ditinjau kembali oleh Mahkamah Agung.74
Setiap pelaku, kemitraan atau korporasi yang melanggar perintah komisi yang
telah menjadi final, dan berlaku, didenda dan harus membayar hukuman perdata tidak
lebih dari $ 10.000 untuk setiap pelanggaran.75
Kedudukan FTC dipertegas dengan adanya penegasan di dalam FTC Act yang
menggambarkan penegasan peradilan terhadap kedudukan FTC sebagai lembaga
yang memiliki kewenangan khusus di bidang persaingan usaha.76 Biro Persaingan
FTC bekerja bersama-sama dengan Biro Ekonomi, memberlakukan antitrust law
untuk kepentingan para konsumen. Biro Persaingan diusulkan untuk memberikan
ulasan mengenai merger dan akuisisi serta peraktik bisnis lainnnya yang mungkin
anti persaingan, dan bila perlu menyerankan komisi melakukan penegakan hukum
untuk melindungi konsumen.77
Biro Persaingan FTC merupakan pembela hak-hak konsumen Amerika
dengan mendukung dan melindungi persaingan secara bebas dan kuat. Ada tiga biro
dari FTC, diantaranya adalah:78
a. Biro Perlindungan Konsumen;
74 45(c) Review of Order:Rehearing, FTC Act. 75 45(l) Review of Order:Rehearing, FTC Act. 76 Ningrum Natasya Sirait, et. Al (Ed), Peran Lembaga Peradilan dalam Menangani Perkara Persaingan Usaha, (Jakarta: Partnership for Business Competition, 2003), hlm. 61. 77 Competition Enforcement, , diakses 27 November 2012. 78 Marc Davis, History of the US FTC, , diakses 27 November 2012.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
31
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
Melindungi konsumen terhadap praktik bisnis menipu atau curang. Termasuk
mandat FTC adalah iklan yang sifatnya menipu dan produk dan/atau klaim
layanan palsu.
b. Biru Ekonomi;
Bekerja sesuai dengan Biro Persaingan untuk mempelajari efek ekonomi dari
inisiatif pembuatan undang-undang FTC dari hukum yang ada. Dalam hal
merger dan akuisisi, misalnya pemberitahuan merger yang berakibat dengan
perdagangan bebas atau harga monopoli yang memberikan dampak besar pada
perekonomian.
c. Biro Persaingan;
Menyelidiki dan mencoba pencegahan praktik bisnis anti persaingan, seperti
monopoli, penetapan harga dan pelanggaran peraturan serupa yang secara
negative dapat mempengaruhi persaingan usaha. Pelanggaran pidana pada hal
ini, ditangani oleh DOJ-AD yang bekerjasama dengan Biro Persaingan.
Kewenangan Biro Persaingan meliputi:79
1) Memberikan ulasan mengenai merger dan akuisisi, serta tantangan yang
akan mereka hadapi yaitu mengakibatkan harga yang lebih tinggi, pilihan
menjadi lebih sedikit atau kurangnya inovasi;
2) Berusaha untuk melawan perilaku anti persaingan usaha, termasuk
monopoli dan kartel;
3) Mendukung persaingan di dunia industri yang memberikan dampak baik
bagi konsumen, seperti perawatan kesehatan, perumahan, minyak dan
gas, tekhnologi dan barang sehari-hari;
4) Memberikan informasi dan menyelenggarakan konferensi dan lokakarya,
bagi konsumen, bisnis dan membuat kebijakan-kebijakan tentang isu-isu
persaingan dan analisis pasar.
Hukum menentukan bahwa FTC hanya bisa menangani pelanggaran Antitrust
Law secara perdata dan tidak memiliki juridiksi kriminal terhadap tindakan pidana
pelanggaran ketentuan Antitrust.80 79 Welcome to the Berau of Competition, , diakses 27 November 2012.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
32
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
Dalam hal penanganan kasus pelanggaran ketentuan persaingan dari sisi
pidana (criminal prosecutions) dilakukan oleh DOJ_AD. Dalam hal penanganan
secara perdata atas Antitrust DOJ-AD, organ ini memiliki kewenangan yang sama
dengan FTC. Untuk mencegah tumpang tindih dalam penanganan kasus; pelanggaran
Antitrust Law secara perdata, maka FTC dan DOJ-AD membagi juridiksi mereka atas
dasar jenis industri serta mengembangkan komunikasi intensif tentang penanganan
kasus-kasus pelanggaran ketentuan persaingan secara perdata.81 Untuk penanganan
kasus pelanggaran ketentuan persaingan dari sisi pidana (criminal prosecutions)
hanya dapat dilakukan oleh DOJ-AD, bukan oleh FTC, sehingga kemungkinan
tumpang tindih kewenangan dalam penegakan hukum persaingan secara pidana tidak
akan terjadi.
Dalam hubungannya mengenai penegakan hukum dan advokasi, FTC
memberikan panduan tentang penerapan undang-undang antitrust AS untuk
mendukung transparansi dan mendorong kepatuhan terhadap hukum. Sumber daya ini
membantu praktisi antitrust, pembuat kebijakan, bisnis, dan konsumen dengan
pertanyaan tentang antitrust law atau kebijakan persaingan. 82
Banyak dari dokumen panduan telah dikembangkan bersama DOJ-AD untuk
mempromosikan kebijakan persaingan yang sehat. Biro Persaingan telah
mengembangkan sumber daya tambahan untuk meningkatkan kepercayaan di pasar
melalui upaya pendidikan dan penjangkauan masyarakat yang diarahkan untuk
konsumen dan bisnis. Sumber daya pendidikan, termasuk Hitungan Persaingan dan
Pedoman Antitrust Law, menginformasikan konsumen mengenai bisnis yang serupa,
menjelaskan manfaat pasar kompetitif dan kerja Komisi untuk mendorong harga yang
80 Roger E. Meiners, Antitrust Enforcement and the Consumer, (Washington DC: US Department of Justice-Antitrust Division, 1998), hlm. 2. 81 Lukman Hakim, Sengketa Kewenangan Kelembagaan Negara dan Penataannya Dalam Kerangka Sistem Nasional, Jurnal Hukum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, hlm. 14, , diakses 6 Januari 2013. 82 Competition Policy Guidance, , diakses 27 November.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
33
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
kompetitif, kualitas barang dan jasa yang lebih tinggi, dan memberikan pilihan yang
beragam melalui tindakan penegakannya.83
2.1.3 Kewenangan dan Fungsi Antitrust Division of the Departement of Justice
(DOJ-AD)
DOJ-AD berfungsi sebagai konsultan bagi warga Amerika Serikat. DOJ-AD
mewakili mereka dalam menegakkan hukum demi kepentingan umum. Melalui
ribuan jaksa, penyidik dan agen, Departemen memainkan peran kunci dalam
perlindungan terhadap penjahat dan subversi, untuk memastikan bahwa persaingan
sistem perdagangan berjalan dengan sehat.84
DOJ sendiri, didirikan oleh undang-undang pada tanggal 22 Juni 1870, dengan
Jaksa Agung sebagai kepala, sedangkan urusan dan kegiatan DOJ umumnya
dijalankan oleh Jaksa Agung. DOJ menuntut pelanggaran hukum federal dan
mewakili Pemerintah Amerika Serikat di pengadilan, jaksa mewakili hak dan
kepentingan rakyat Amerika, serta menegakkan hukum pidana dan perdata federal,
termasuk antitrust, hak sipil, lingkungan dan pajak; hakim imigrasi menjamin
pengadilan yang cepat bagi tahanan; agen khusus menyelidiki kejahatan terorganisir
dan kekerasan, obat-obatan terlarang, senjata dan pelanggaran bahan peledak; Deputi
Marshal melindungi peradilan federal, menangkap buronan dalam tahanan federal;
petugas pemasyarakatan menghukum pelaku pelanggaran dan menahan imigran
illegal. DOJ juga memberikan sokongan dana pelatihan untuk negara, daerah dan
mitra berbagai suku; untuk bersama-sama menjaga keamanan nasional, melawan
terorisme, mendukung intelejen dan operasi intelejen asing di bawah pengawas
otoritas tunggal.85
83 Ibid, diakses 27 November. 84 Robert Longley, About the US Department of Justice (DOJ), , diakses 18 Desember 2012. 85 US Department of Justice Overview, , diakses 18 Desember 2012.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
34
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
Gambar 1.1: US Department and Justice86
Pada tahun 1933, di bawah pemerintahan Presiden Franklin D. Roosevelt dan
Jaksa Agung Homer S. Cummings, Divisi Antitrust (DOJ-AD) didirikan, dengan
menunjuk Harold M. Stephens sebagai Asisten Jaksa Agung pertama yang
bertanggung jawab atas Divisi Antitrust. Divisi ini menuntut pelanggaran tertentu dari
antitrust law dengan mengajukan tuntutan criminal yang dapat mengakibatkan denda
besar dan hukuman penjara.87
86 Ibid. 87 History of DOJ-AD, , diakses 18 Desember 2012.
Perbandingan peranan..., Akira Mairilia, FH UI, 2013
35
UNIVERSITAS INDONESIA - 2013
Selain penegakan antitrust law, DOJ-AD juga bertindak sebagai advokat
untuk persaingan, berusaha untuk mendukung persaingan di sektor-sektor ekonomi
yang mungkin tunduk pada peraturan pemerintah. Sektor-sektor tersebut meliputi:88
Industri yang diatur secara federal, seperti komunikasi, perbankan, pertanian,
sekuritas, transportasi, energy dan perdagangan internasional;
Industri yang diatur oleh negara bagian atau lokal, seperti asuransi,
perumaham, perawatan, kesehatan, utilitas umum, lisensi professional dan
pekerjaan
Upaya advokasi Divisi meliputi partisipasi Cabang Executif dalam pembuatan
kebijakan tugas, persiapan pernyataan dalam segala tindakan legislatif, publikasi
laporan diatur dalam kinerja ind