55
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi ini yang begitu pesat, sehingga peranan kemajuan yang ada telah memberikan dampak positif bagi dunia kesehatan yaitu dengan berkembangnya peralatan kesehatan, dalam upaya memenuhi tuntutan dan standar sesuai dengan ketentuan. Kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu komponen kesejahteraan umum untuk mencapai mutu pelayanan kesehatan, maka hal tersebut dapat dicapai dengan alat – alat kedokteran yang semakin canggih dan modern. Perkembangan peralatan penunjang kesehatan yang semakin maju salah satunya adalah Humidifier yang berfungsi untuk memberikan kelembapan udara melalui alat ventilator yang akan dikirimkan ke pasien, yaitu dengan mengatur suhu air pada chamber humidifier. Pada umumnya manusia ketika diberikan udara untuk sistem pernapasan terlebih dahulu harus dilembabkan. Alat ini hanya memanfaatkan suhu air pada chamber, untuk memberikan kelembapan udara pada pasien. Dalam prosesnya diperlukan air yang dipanaskan oleh heater sehingga ketika udara yang diberikan oleh alat ventilalor akan dihubungkan ke humidifier untuk dilembabkan sehingga udara dapat diberikan kepada pasien. Alat ini dilengkapi setting suhu untuk mengatur suhu pada chamber air, dan kontrol heater wire untuk menjaga kelembapan pada selang yang menghubungkan ke pasien. 1

Hum i Defier

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hum i Defier

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

globalisasi ini yang begitu pesat, sehingga peranan kemajuan yang ada telah

memberikan dampak positif bagi dunia kesehatan yaitu dengan berkembangnya

peralatan kesehatan, dalam upaya memenuhi tuntutan dan standar sesuai dengan

ketentuan. Kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan

semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan

masyarakat maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu komponen

kesejahteraan umum untuk mencapai mutu pelayanan kesehatan, maka hal

tersebut dapat dicapai dengan alat – alat kedokteran yang semakin canggih dan

modern.

Perkembangan peralatan penunjang kesehatan yang semakin maju salah

satunya adalah Humidifier yang berfungsi untuk memberikan kelembapan udara

melalui alat ventilator yang akan dikirimkan ke pasien, yaitu dengan mengatur

suhu air pada chamber humidifier.

Pada umumnya manusia ketika diberikan udara untuk sistem pernapasan

terlebih dahulu harus dilembabkan. Alat ini hanya memanfaatkan suhu air pada

chamber, untuk memberikan kelembapan udara pada pasien. Dalam prosesnya

diperlukan air yang dipanaskan oleh heater sehingga ketika udara yang diberikan

oleh alat ventilalor akan dihubungkan ke humidifier untuk dilembabkan sehingga

udara dapat diberikan kepada pasien. Alat ini dilengkapi setting suhu untuk

mengatur suhu pada chamber air, dan kontrol heater wire untuk menjaga

kelembapan pada selang yang menghubungkan ke pasien.

1

Page 2: Hum i Defier

Berdasarkan pada kerangka penjelasan diatas penulis mencoba merancang

dan membahas permasalahan serta bagaimana cara kerja alat humidifier yang

kemudian dituangkan dalam bentuk modul maupun karya tulis ilmiah dengan

judul :

“PEMODELAN ALAT HUMIDIFIER”

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini, antara lain :

1. Merancang dan membuat modul pemodelan alat humidifier.

2. Mengetahui hasil pengujian terhadap modul pemodelan alat humidifier.

3. Mengetahui ketepatan dari hasil pendataan dibeberapa titik pengukuran

yang terdapat pada rangkaian.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam pembuatan karya tulis ini perlu adanya pembatasan masalah agar

tidak terjadi pelebaran masalah dalam penyajian karya tulis ilmiah ini. Penulis

membatasi pada alat humidifier yaitu :

1. Rangkaian sensor suhu menggunakan setting suhu 340C, 350C, 360C, dan

370C dengan pengendali MOC 3020 dalam mengatur kerja heater dan

heater wire yang prinsip kerja rangkaian ini digunakan sebagai kontrol

heater dan heater wire.

2. Sebagai pengaman dilengkapi dengan rangkaian level air, dan over

temperatur.

2

Page 3: Hum i Defier

1.4 Metodologi Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, metode yang digunakan adalah

sebagai berikut :

1. Studi pustaka, yaitu dengan mencari dan mempelajari buku-buku

berdasarkan sumber literatur yang berhubungan dengan penulisan karya

tulis ilmiah ini.

2. Perancangan, yaitu pembuatan alat berdasarkan ide–ide yang mengacu

pada informasi dari sumber literatur yang ada.

3. Pengujian.

4. Analisa data.

5. Penyusunan karya tulis.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memahami dan menelaah karya tulis ilmiah

ini, maka penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN Memberikan gambaran secara singkat mengenai latar belakang,

tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode penulisan, dan

sistematika penulisan.

BAB II DASAR TEORI

Menjelaskan dan menguraikan dasar–dasar teori yang menunjang

pembahasan terhadap masalah yang dibahas.

3

Page 4: Hum i Defier

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN Memberikan gambaran tentang perencanaan rangkaian yang

diajukan terhadap rangkaian yang dibuat.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Penyajian terhadap data–data setelah dilakukan pengujian dan

analisis pada rangkaian.

BAB V KESIMPULAN Berisi tentang kesimpulan melalui hasil secara keseluruhan

4

Page 5: Hum i Defier

BAB 2

DASAR TEORI

2.1 Sistem Pernapasan

Pernapasan merupakan proses terjadinya pertukaran gas antara makhluk

hidup dengan lingkungannya, yaitu dengan proses pengambilan oksigen dan

pengeluaran karbon dioksida untuk menghasilkan energi. Bernapas adalah

salah satu ciri makhluk hidup, tubuh yang hidup akan mati jika tidak bernapas.

Jika pada manusia, paru–paru bekerja seperti pompa angin dalam mengisap

oksigen. Udara diperlukan untuk pembakaran zat–zat untuk menghasilkan

energi dalam proses–proses kehidupan sel. Tubuh yang tidak mampu

menyimpan udara sehingga memerlukan pasokan yang terus menerus dari

udara yaitu oksigen. Karena ketiadaanya oksigen dapat mematikan sel, selama

3–4 detik dapat merusak sel- sel otak. Oleh karena itu, oksigen harus tetap

tersedia dalam tubuh.

Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen per hari. Dalam

keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun

menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kali lipat. Ketika

oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang

banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.

Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapai 100 mmHg

dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya

hanya 40 mmHg dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam

tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc dimana setiap liter darah mampu

melarutkan 4,3 cc karbon dioksida CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar dari

jaringan menuju paru-paru dengan bantuan darah[1].

[1] http://organisasi.org/proses-sistem-pernapasan-respirasi-pada-manusia-orang-belajar-biologi-online

5

Page 6: Hum i Defier

Dalam proses pernapasan meliputi :

1. Masuknya udara (pernapasan) ke dalam alat pernapasan.

2. Masuknya oksigen ke dalam sel.

3. Pengunaan oksigen di dalam sel.

4. Keluarnya CO2 dan H2O dari alat pernapasan.

Pada proses pernapasan sebelum udara mencapai paru–paru akan melewati

rongga hidung, faring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus, dan masuk ke

paru–paru.

1. Rongga hidung (cavum nasalis) : didalamnya udara dibersihkan oleh

rambut-rambut dan dihangatkan.

2. Faring : dibawahnya terdapat pangkal tenggorok yang disebut laring yang

didalamnya terdapat selaput suara.

3. Trakea (batang tenggorok)

4. Bronkus (cabang dari batang tenggorok)

5. Bronkiolus (cabang dari bronkus) : bercabang lagi sampai halus, dengan

dinding semakin tipis dan pada brokiolus ini cincin tulang rawan tidak

terdapat lagi.

6. Alveolus : dinding tipis, elastis, terdiri dari satu lapis, mempunyai banyak

pembulus kapiler dan merupakan tempat terjadinya pertukaran O2 dan

CO2.

7. Paru-paru (pulmo)

6

Page 7: Hum i Defier

Pernafasan berlangsung melalui 2 tahap, yaitu :

1. Pernafasan eksternal (luar)

adalah difusi gas luar masuk ke dalam aliran darah (pertukaran O2 dari

darah).

2. Pernafasan internal (dalam)

adalah difusi gas atau pertukaran gas dari darah ke sel tubuh.

2.2 Gambaran Umum Humidifier

Humidifier adalah peralatan elektromedik yang berfungsi untuk

memberikan kelembapan pada udara melalui alat ventilator yang akan

dikirimkan ke pasien. Dalam pemberian udara ke pasien terlebih dahulu harus

dilembabkan. Alat ini melembabkan dengan cara mengatur suhu air pada

chamber. Yang merupakan alat pendukung dari alat ventilator. Jika suhu pada

chamber air lebih rendah dari suhu yang diatur, maka akan menyesuaikan

sesuai perbedaan suhu dalam chamber dengan suhu yang diatur. Alat ini

mempunyai heater wire yang berfungsi untuk menjaga agar tidak terjadi

pengembunan didalam saluran (selang) yang digunakan sebagai pemanas. Jadi

alat ini dilengkapi 2 sensor suhu, yaitu untuk membatasi suhu pada chamber

dan suhu setelah melewati saluran (selang). Range setting suhu antara 340C,

350C, 360C, dan 370C, suhu yang digunakan sesuai dengan suhu tubuh

manusia yaitu 370C. Dalam alat ini suhu sensor dapat dilihat dengan

ditampilkannya dalam bentuk display.

Gambar dibawah ini merupakan Humidifier dengan type MR 730 fisher &

paykel Healthcare.

Spesifikasi humidifier MR 730:

1. Heater plate = 150 W

2. Heater wire = 60 W

3. Temperatur Control = 310C-400C

4. Maximum operating Pressure = 20kPa

7

Page 8: Hum i Defier

2.3 LM 35 Sebagai Sensor Suhu

Dalam hal ini penulis merencanakan untuk mendeteksi suhu pada chamber

dan heater wire digunakan sensor suhu dengan jenis LM 35. LM 35

merupakan rangkaian sensor suhu dalam satuan derajat celcius (0C) yang

dapat merubah dari besaran suhu menjadi besaran listrik. Perubahannya

mempunyai kenaikan setiap 1 0C menjadi tegangan yang linear dengan

keluaran 10 mV/0C.

LM 35 mempunyai spesifikasi yaitu [2]:

1. Kalibrasi langsung dalam °C

2. Output linier 10 mV / °C

3. Bekerja maksimum pada suhu –55 °C sampai + 150 °C

4. Bekerja antara tegangan 4 sampai 30 Volt

5. Aliran arus yang digunakan tidak lebih dari 60µA (mikro ampere).

6. Kesalahan ketidak linieran hanya sekitar ± ¼ oC

7. Impedansi keluaran yang rendah 0,1Ω

Gambar 2.1 Konfigurasi LM 35

Gambar 2.2 Karakteristik LM 35

[2] Data Sheet National Semiconductor, LM 35 Precision Centrigade Temperature Sensors, December 1994

8

Page 9: Hum i Defier

2.4 Penguat Operasional

Penguat operasional yang biasa dikenal dengan Op-Amp adalah suatu

rangkaian yang fungsinya dapat memperkuat tegangan input differensial

secara akurat. Op-Amp mempunyai dua input yaitu input tak membalik dan

input membalik, yang output penguatan berdasarkan perbandingan tahanan

yang bekerja di Op-Amp. Rangkaian Op-Amp merupakan rangkaian

elektronika yang terintegrasi, dimana sifat–sifat / karakteristiknya ditentukan

oleh unsur–unsur umpan balik (Feed Back).

Op-Amp mempunyai paling sedikit mempunyai lima buah terminal antara

lain sebagai berikut :

1. Input membalik (Inverting)

Input terletak pada pin 2, jika mendapat tegangan maupun sinyal input

maka tegangan output akan berbanding terbalik dengan input.

2. Input tak membalik (Non-Inverting)

Input terletak pada pin 3, jika mendapat tegangan maupun sinyal input

maka tegangan output akan sebanding dengan input.

3. Terminal Output

Terletak pada pin 6, merupakan hasil dari input yang tegangannya

tidak melebihi tegangan catu daya Op-Amp.

4. Terminal catu daya positif

Terletak pada pin 7, merupakan catu daya positif yang diberikan pada

Op-Amp sebagai batas daerah kerja maksimum tegangan positif.

5. Terminal catu daya negatif

Terletak pada pin 4, merupakan catu daya negatif yang diberikan pada

Op-Amp sebagai batas daerah kerja maksimum tegangan negatif.

9

Page 10: Hum i Defier

Gambar 2.3 Simbol Op-Amp

2.4.1 Op-Amp Sebagai Pengikut Tegangan / Buffer Op-Amp banyak digunakan dengan berbagai aplikasi salah satunya yaitu

sebagai buffer, biasanya dapat disebut rangkaian penguat penyangga, penguat

gain satu, pengikut sumber atau penguat isolasi[3]. Hasil tegangan output pada

rangkaian ini bernilai sama dengan tegangan input pada Op-Amp. Jadi, dalam

rangkaian pengikut tegangan ini diperoleh beberapa persamaan yaitu sebagai

berikut :

Vout = Av x Vin (2.1)

Av = (2.2) Vout Vin

Dimana :

Av = besarnya penguatan dari penyangga tersebut sama dengan 1 kali.

Gambar 2.4 Rangkaian Buffer

[3] Robert.F.Coughlin, “Penguat Operasional dan Rangk. Terpadu Linear”,Edisi kedua,Erlangga, Jakarta, 1994

10

Page 11: Hum i Defier

2.4.2 Op-Amp Sebagai Pembanding / Komparator Rangkaian Pembanding/komparator adalah rangkaian yang berfungsi

untuk membandingkan suatu tegangan input (Vin) dengan tegangan referensi

(Vref). Penggunaan Op-Amp sebagai pembanding ini menggunakan mode

loop terbuka sehingga penguatannya sangat tinggi, dengan kondisi ini maka

output dari pembanding ada dua kondisi tegangan +V saturasi dan –V

saturasi.+Vsat merupakan tegangan output maksimal yang paling tinggi,

sedangkan -Vsat merupakan tegangan output yang paling rendah.

Gambar 2.5 Rangkaian Komparator

Pada pembanding persamaan output terhadap tegangan input adalah :

Vout = (Vref - Vin) Aol (2.3)

Ket : Vo = Tegangan Output Aol = Tegangan Loop terbuka

Vref = Tegangan Referensi Vin = Tegangan Input

Dimana Aol adalah penguatan untuk mode loop terbuka. dengan demikian

jika selisih antara tegangan input dan tegangan referensi adalah positif, maka

output akan mengayun ke +Vsat, sedangkan jika selisih tegangan input

tersebut negatif, maka output akan mengayun –Vsat. Dari kondisi tersebut,

bentuk gelombang keluaran pada pembanding seperti grafik dibawah ini :

Gambar 2.5.1 Grafik Keluaran Rangkaian Komparator

11

Page 12: Hum i Defier

2.5 Transistor Sebagai Saklar

Transistor dalam perencanaannya digunakan aplikasi sebagai saklar karena

transistor merupakan suatu komponen aktif elektronik yang terbuat dari bahan

semi konduktor (germanium dan silikon) yang mempunyai tiga bagian pin

yaitu basis, kolektor, dan emitor. Transistor menjadi saklar tertutup bila pada

daerah saturasi dan transistor menjadi saklar terbuka bila dalam keadaan cut

off.

Jika ingin membuat transistor dapat bekerja, maka transistor harus

mendapat tegangan bias pada basisnya. Tegangan basis tersebut besarnya

sekitar 0,7 Volt untuk transistor dari bahan silikon dan 0,3 Volt untuk

transistor dari bahan Germanium. Karena transistor tersebut dari jenis bahan

yang berbeda, maka tegangan bias basis pada transistor harus disesuaikan

dengan jenis transistornya.

Transistor dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1) Jenis PNP

2) Jenis NPN

Gambar 2.6 Jenis Transistor

12

Page 13: Hum i Defier

Gambar 2.7 dibawah ini menunjukan garis beban DC transistor yang

beroperasi.

Gambar II.7

Cut Off

Vcc Rc

Ic

Ib

Ib > Ib

Ib = Ib SAT

Q Saturasi

Vcc Ib = 0

Vce =

Gambar 2.7 Garis Beban DC Daerah Kerja Transistor.

Berdasarkan gambar diatas garis beban memotong sumbu vertikal pada

RcVcc yang akan memotong sumbu horizontal pada Vce, garis beban ini juga

menyatakan sumbu titik operasi pada transistor. Garis beban yang mengenai

kurva Ib = Ib (sat) dan Vce = 0 Volt merupakan daerah saturasi transistor,

sedangkan garis beban yang mengenai kurva Ib = 0 dan Vce = Vcc adalah

daerah cut off transistor.

Adapun Syarat untuk menggunakan transistor sebagai saklar adalah daerah

kerjanya transistor harus berada pada daerah jenuh (saturasi) dan daerah

tersumbat (cut off). Transistor sebagai saklar mempunyai dua kondisi yang

bergantian yaitu kondisi “tertutup” pada saat saturasi dan kondisi “terbuka”

pada saat cut off. Garis beban yang mengenai kurva Ib = Ib (sat) dan Vce = 0

V merupakan daerah saturasi transistor, sedangkan garis beban yang mengenai

kurva Ib = 0 dan Vce = Vcc adalah daerah cut off transistor.

13

Page 14: Hum i Defier

2.5.1 Transistor Dalam Keadaan Saturasi

Gambar 2.8 Rangkaian Transistor Pra Tegangan Basis Dalam Keadaan

Saturasi.

Untuk transistor jenis NPN, arus dapat mengalir dari kolektor menuju

emiter atau menjadi saklar tertutup bila tegangan yang masuk pada basis lebih

dari 0,7 Volt dan dioda pada basis-emiter mendapat forward bias dan dioda

basis-kolektor juga mendapat forward bias. Oleh karena itu keadaan ini

transistor berada dalam daerah saturasi dan Vce, atau tegangan antara kolektor

dengan emiter dapat dianggap nol atau terhubung.

Besarnya arus yang mengalir menuju kolektor saat saturasi, Karena

Vce=0, sehingga besarnya arus kolektor dapat dinyatakan dalam persamaan :

RcVccIc = (2.4)

2.5.2 Transistor Dalam Keadaan Cut off

Gambar 2.9 Rangkaian Transistor Pra Tegangan Basis Dalam

Keadaan Cut Off.

14

Page 15: Hum i Defier

Untuk transistor jenis NPN, transistor berada dalam keadaan cut off bila

arus tidak akan mengalir dari kolektor menuju ke emitor, bila basis lebih

negatif dari emiter, dan keadaan ini sebagai saklar terbuka pada transistor.

Tegangan antara kolektor dan emitor saat cut off :

RcVceVccIc −

= (2.5)

Karena Ic dapat diabaikan, maka dapat diketahui tegangan antara kolektor

dan emitor adalah

Vce = Vcc (2.6)

2.6 TRIAC

Triac merupakan suatu komponen yang digunakan sebagai saklar, dimana

triac dapat disebut sebagai penggabungan dari dua buah SCR yang dipasang

secara bersamaan dan paralel yang kerjanya dikendalikan oleh gate. Daerah

kerja tegangan pada triac mencapai 600 V dan arus 6 Ampere.

Triac digunakan sebagai saklar dengan tegangan AC, triac banyak

digunakan di rangkaian–rangkaian pengendali, pemicu atau penyaklaran. Cara

kerja triac yaitu bila gate mendapatkan trigger maka triac akan bekerja dan

tegangan yang melewati A1 akan mengalir melewati A2 seperti saklar tertutup

antara A1 dan A2, sedangkan bila gate tidak mendapatkan trigger dari

tegangan sumber atau nol maka triac tidak akan bekerja dan tegangan tidak

akan melewati kedua terminal atau seperti saklar terbuka.

Gambar dibawah ini merupakan symbol dari triac, A1 dan A2 merupakan

terminal keluaran dan Gate untuk terminal kendali triac.

Gambar 2.10 Simbol Triac

15

Page 16: Hum i Defier

2.7 IC MOC 3020 Sebagai Opto Isolator

IC MOC 3020 adalah suatu komponen yang digunakan untuk

optoisolator atau optocoupler, yang merupakan komponen yang

menghubungkan antara Led dengan detektor atau Photo triac didalam

satu kemasan atau dalam satu ruang yang diisolasi yaitu Led sebagai

input dan photo triac sebagai output.

Gambar 2.11 Skematik MOC 3020

Cara kerja Opto isolator ini berdasarkan picu cahaya optik, yaitu

dioda pemancar cahaya (Led) mendapat bias maju yang akan

menyebabkan elektron-elektron bebas melintas sehingga dioda

memancarkan energi. Energi ini biasanya keluar dalam bentuk panas

akan tetapi energi tersebut memancarkan cahaya dan mengakibatkan

Led memberikan cahaya kepada photo triac sehingga pada photo triac

akan terhubung singkat atau antara kolektor dan emitter terhubung. Dan

tegangan dapat melewati photo triac yang menyebabkan triac akan

bekerja, photo triac ini mempunyai daerah kerja tegangan AC.

16

Page 17: Hum i Defier

Gambar 2.12 MOC 3020

Ket :

1. Pin 1 : Anoda

2. Pin 2 : Katoda

3. Pin 3 dan 5 : NC & Triac Sub

4. Pin 4 dan 6 : Input/Output Tegangan AC

2.8 IC 4051 Sebagai Multiplekser

Pada dasarnya Multiplekser merupakan suatu IC yang digunakan untuk

input tegangan yang banyak dan menghasilkan satu output tegangan. Yang

satu output tegangannya diatur berdasarkan kode biner. Prinsipnya sama

halnya dengan saklar elektronis.

Multiplekser mempunyai delapan buah pin channel input yaitu (X0..X7)

yang keluarannya dikendalikan oleh 3 pin selektor kode biner (A,B,C) dan

menghasilkan satu output berupa tegangan yang sama dari salah satu input

channel. Dalam mengaktifkan atau menonaktifkan kerja dari IC ini dengan

memberikan aktif low pada inhibit maka IC akan bekerja. Kegunaannya untuk

menggabungkan satu multiplekser dengan multiplekser lainnya sesuai dengan

kebutuhan.

17

Page 18: Hum i Defier

Gambar 2.13 Konfigurasi IC 4051

Tabel 2.1 Kebenaran IC 4051 Sebagai Multiplekser

INPUT Inhibit C B A

"On" Channel (S)

0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 2 0 0 1 1 3 0 1 0 0 4 0 1 0 1 5 0 1 1 0 6 0 1 1 1 7 1 X X X None

2.9 IC 74LS138 Sebagai Dekoder

Pada prinsipnya penulis menggunakan IC ini sebagai indikator LED

pemilihan setting suhu. IC ini memiliki tiga inputan dan 8 outputan,

input kode biner (A, B, C) untuk memberikan output low pada (Y0..Y7)

dan akan menghidupkan indikator LED. Indikator LED akan secara

bergantian hidupnya berdasarkan input kode biner (A, B, C), sehingga

akan sesuai dengan pemilihan tegangan pada IC 4051 karena inputnya

sama–sama dihubungkan dengan output IC 74LS193. Pada IC ini

Enable pin G2A dan G2B diberikan aktif low, sedangkan untuk enable

pin G1 diberikan aktif high karena sesuai dengan tabel kebenaran dari

IC ini.

18

Page 19: Hum i Defier

Gambar 2.14 Konfigurasi IC 74LS138

Tabel 2.2 Kebenaran IC 74LS138 Sebagai Dekoder

2.10 IC 74LS193 Sebagai Pencacah

IC 74LS193 digunakan sebagai Pencacah (counter) merupakan rangkaian

logika sekuensial yang dapat dipergunakan untuk menghitung jumlah pulsa

yang masuk dan dinyatakan dengan bilangan biner.

19

Page 20: Hum i Defier

Gambar 2.15 Konfigurasi IC 74LS193

Pencacah dibagi menjadi dua jenis yaitu, Up Counter, dan Down Counter.

Sebuah pencacah dibangun dari JK flip-flop, karena input J dan K terpasang

pada terminal output logika tinggi (high) maka setiap flip-flop akan

mengalami toggle (pengubahan kondisi pulsa menjadi berlawanan dari kondisi

pulsa sebelumnya) ketika input detak menerima tepi negatif lain dari pulsa. JK

flip-flop ini juga akan membagi dua frekuensi yang masuk. Apabila clock

dengan frekuensi tertentu diumpankan pada JK flip-flop yang pertama dan

output akan diumpankan pada flip-flop berikutnya maka akan dihasilkan

frekuensi dari masing – masing flip-flop sebesar 1/2, 1/4, 1/8, 1/16 dan

seterusnya dari frekuensi pulsa clock.

Karena masing - masing flip - flop bertindak sebagai pembagi dua maka

frekuensi output dari masing-masing flip-flop adalah :

QA = 1/2 dari frekuensi clock

QB = 1/2 dari frekuensi QA = 1/4 dari frekuensi clock

QC = 1/ 2 dari frekuensi QB = 1/8 dari frekuensi clock

QD = 1/2 dari frekuensi QC = 1/16 dari frekuensi clock.

20

Page 21: Hum i Defier

Gambar 2.16 Logic diagram IC 74193

Jika pada rangkaian pencacah akan maju bila input UP mendapat clock

dari low ke high sedangkan DOWN diberi logika high, maka output rangkaian

tersebut akan beroperasi sebagai rangkaian pencacah maju, sedangkan bila

clocknya dari high ke low dan DOWN diberi high maka akan no count.

Kemudian bila sebaliknya input control DOWN mendapat clock dari low ke

high dan UP diberi logika 1 maka output rangkaian tersebut akan beroperasi

sebagai pencacah mundur. Dan bila clocknya dari high ke low dan UP diberi

high maka akan no count. Hal ini berdasarkan tabel kebenaran dari IC seperti

dibawah ini :

Tabel 2.3 kebenaran IC 74LS193 Sebagai pencacah

21

Page 22: Hum i Defier

2.11 IC NE 555

IC NE 555 berfungsi sebagai sebuah rangkaian pewaktu yang paling

banyak digunakan. IC NE 555 sangat mudah dalam penggunaannya, mudah

dalam pengoperasiannya. IC ini dapat beroperasi dalam jangkauan supply

sebesar ± 4,5 Volt sampai dengan ± 18 Volt, sehingga dalam pemakaiannya

dapat dikombinasikan dengan rangkaian TTL dan rangkaian Op-Amp.

Gambar 2.17 Konfigurasi IC NE 555

Dibawah ini merupakan fungsi - fungsi dari pin IC NE 555 sebagai berikut :

1. Pin 1

Sebagai terminal ground.

2. Pin 2

Sebagai trigger, digunakan sebagai pemicu dengan memberikan

pin 2 tegangan bawah 1/3 Vcc.

3. Pin 3

Pin ini merupakan output pulsa pewaktu atau osilasi yang

dibangkitkan.

4. Pin 4

Pin ini merupakan untuk mereset agar dapat menggerakkan

output kembali normal kembali ke awal.

5. Pin 5

Sebagai terminal pengendali tegangan.

22

Page 23: Hum i Defier

6. Pin 6

Pin ini merupakan treshold, masukan pembanding masukan

ambang dengan tegangan ambang atas (VUT) sebesar 2/3

VCC.

7. Pin 7 = Discharge

Merupakan konnektor dari transistor pembuang muatan IC.

8. Pin 8 = Catu daya

Merupakan terminal positif tegangan input, tegangannya antara

4,5 Volt sampai 18 Volt.

Didalam penggunaannya IC NE 555 ini mempunyai dua cara kerja, yaitu

secara Astabil multivibrator dan secara monostabil multivibrator, tegangan

outputnya low sampai ke sebuah pemicu yang menuju negatif diterapkan pada

IC tersebut, Kemudian outputnya akan menjadi high. Waktu ketika outputnya

tinggi ditentukan oleh sebuah tahanan dan kapasitor yang dihubungkan ke IC

tersebut. Diakhiri selang penentuan waktu delay, outputnya kembali menjadi

low. Sedangkan bila digunakan sebagai Astabil multivibrator, outputnya

beralih dari tingkat yang high ke low dan kembali lagi menuju high begitu

seterusnya. Waktu output yang high dan low ini ditentukan oleh sebuah

jaringan kapasitor tahanan yang dihubungkan ke IC NE 555.

Gambar dibawah ini memperlihatkan bagan blok pewaktu IC NE 555,

pada gambar terlihat dua buah comparator (pembanding). Pembanding yang

berada diatas memiliki sebuah input ambang (treshold) 6 dan sebuah inputan

kendali (control voltage) 5, pada banyak pemakaian inputan kendali tidak

digunakan sehingga tegangan kendalinya sama dengan 2/3 Vcc. Bila tegangan

ambang melewati tegangan kendali, output pembanding akan high dan akan

mereset flip-flop. Suatu pembanding yang berada dibawah memiliki sebuah

input pembalik yang disebut pemicu (trigger) 2 dan input tak membaliknya

karena dihubungkan dengan pembagi tegangan, maka mempunyai tegangan

tetap sebesar 1/3 Vcc, maka output pembanding menjadi high dan mereset

flip-flop. Dan kolektor dari transistor pembuangan dihubungkan dengan

pengisian (discharge) 7, bila pengisian ini dihubungkan dengan kapasitor

23

Page 24: Hum i Defier

pewaktu luar, output Q yang high dari flip-flop akan menjenuhkan transistor

dan mengosongkan kapasitor. Bila Q low maka transistor terbuka dan

kapasitor dapat diisi. (output) 3 berasal dari 1 flip-flop, sedangkan (reset) 4

adalah reset dari luar ini digroundkan, maka IC akan terhalang dari kerjanya.

Gambar 2.18 Bagan blok IC NE 555

2.11.1 IC NE 555 Sebagai Astabil Multivibrator IC NE 555 dapat digunakan sebagai astabil multivibrator. Astabil

multivibrator atau multivibrator bergerak bebas dapat menghasilkan output

gelombang segi empat (square) secara terus menerus seperti gambar dibawah

ini :

Gambar 2.19 Output Astabil Multivibrator

Dijelaskan pada gambar bahwa tegangan output dari high ke low dan high

lagi dan low lagi begitu seterusnya, hal ini ditentukan oleh sebuah rangkaian

resistor dan kapasitor yang dihubungkan dari luar ke IC pewaktu ini. IC NE

24

Page 25: Hum i Defier

555 digunakan sebagai rangkaian pewaktu, karena mampu menghasilkan

selang penentuan waktu. Astabil multivibrator tidak mempunyai keadaan

stabil hanya mempunyai kondisi dari stabil yang satu ke kondisi stabil yang

lainnya dengan menggunakan trigger yang berasal dari rangkaian dalam.

Gambar dibawah ini merupakan IC NE 555 sebagai astabil multivibrator.

Gambar 2.20 Konfigurasi IC NE 555 Sebagai Astabil Multivibrator

Cara kerjanya yaitu pada saat kapasitor mulai diisi muatannya melalui RA

dan RB, sehingga tetapan waktu pengisian adalah (RA + RB) C. Sedangkan

pada saat kapasitor diisi, tegangan ambang naik. Akhirnya tegangan ambang

melebihi 2/3 Vcc, maka pembanding atas outputnya high dan mereset flip-

flop. Dengan Q tinggi, transistor jenuh dan menggroundkan pin 7. dan

sekarang kapasitor dikosongkan melalui RB, sehingga tetapan waktu

pengosongannya adalah RB x C. Bila tegangan kapasitor turun sedikit

kebawah 1/3 Vcc, pembanding bawah mempunyai keluaran tinggi dan akan

mereset flip-flop.

2.12 IC CA 3162E Sebagai Analog To Digital

Converter

IC CA 3162E merupakan Suatu IC yang dapat merubah informasi analog

ke digital. Pada saat melakukan pengukuran temperatur, tekanan udara,

tegangan listrik atau besaran - besaran fisis lainnya secara analog, artinya alat

ukur dari besaran - besaran tersebut akan memberikan bentuk informasi dalam

25

Page 26: Hum i Defier

bentuk analog. Sehingga kita dapat menentukan suatu besaran yang diukur

dengan suatu petunjuk pada garis skala yang tertera pada meter alat tersebut.

Besaran analog ini tidak langsung dapat ditampilkan ke dalam informasi

digital, tetapi besaran analog ini terlebih dahulu harus dirubah ke dalam

bentuk kode – kode biner, yang kemudian dapat diubah menjadi bilangan

desimal sehingga dapat menjadi informasi digital. Suatu data analog yang

telah diubah menjadi data digital sehingga dapat dihubungkan ke dalam tujuh

peraga sehingga dapat dilihat langsung besaran finish yang ingin ditampilkan.

Oleh karena itu, sesuai dengan keterangan diatas kita membutuhkan IC ini

untuk melakukan sesuai dengan cara kerjanya yaitu dapat merubah suatu

informasi analog menjadi suatu informasi digital.

Untuk itu IC yang digunakan dalam rangkaian ini adalah IC CA 3162E,

Input dari IC CA 3162E merupakan tegangan analog yang mempunyai satu

tegangan input. Yaitu untuk tegangan input adalah tegangan yang berasal dari

output rangkaian sensor temperatur, sehingga BCD (Binary Converter to

Digital) outputnya yang dekoder adalah BCD output dari sensor temperatur.

Gambar 2.21 Konfigurasi IC CA 3162

26

Page 27: Hum i Defier

Gambar 2.22 Blok Diagram IC CA 3162E

Berdasarkan blok diagram IC CA 3162E diatas mempunyai pin yang dapat

digunakan untuk tegangan input analog yaitu yang melalui pin 11 yang

merupakan input tegangan analog high dari IC ini. Sedangkan input tegangan

analog yang melalui pin 10 merupakan input tegangan analog low. Pada pin 8

dan pin 9 dari IC CA 3162E yang dihubungkan ke R variabel dimana

fungsinya adalah untuk mengkalibrasi angka digital output ke nol. Selanjutnya

tegangan analog yang masuk ke IC ADC ini akan melewati internal dari IC

CA 3162E, serta penguatannya akan dapat diatur yaitu pada pin 13. Keluaran

dari pada IC CA 3162E adalah terletak pada pin 16, 15, 1, dan pin 2. Karena

data BCD yang digitnya dari IC CA 3162E di outputkan ke dekoder (IC CA

3161E) maka diperlukan rangkaian digit driver yang sinkron dengan output

BCD.

27

Page 28: Hum i Defier

2.13 IC CA 3161E Sebagai Dekoder

IC CA 3161E digunakan sebagai dekoder, dekoder merupakan suatu

rangkaian logika yang dapat berfungsi untuk merubah kode – kode dalam

bentuk biner menjadi tanda-tanda yang dapat ditandai secara visual atau

display. Output dari suatu dekoder adalah data yang diterima dalam bentuk

kode biner. Setiap kombinasi pada input hanya mengaktifkan satu terminal

output. Salah satu tipe dari dekoder BCD seven segment dekoder, yang

fungsinya dari BCD tersebut adalah merubah kode biner menjadi kode

desimal yang akan ditampilkan ke seven segment atau display.

Gambar 2.23 Konfigurasi IC CA 3161E

Didalam BCD seven segment mempunyai dua jenis yang berbeda yaitu

BCD seven segment dengan aktif Low dan dengan aktif High. IC ini

merupakan salah satu dari jenis BCD seven segment dekoder dengan aktif

tinggi. Oleh karena itu, low pada input Latch Enable maka output pada BCD

tergantung pada inputan data A, B, C dan D. tinggi pada inputan BCD

menyebabkan data terakhir yang ada pada inputan A, B, C, dan D akan

ditahan pada keluarannya. Output dari BCD (IC CA 3162E) merupakan

inputan untuk dekoder (IC CA 3161E), dan inputan dekodernya terletak pada

pin 6, 2, 1 dan 7. data biner yang masuk pada dekoder ini kemudian

dikendalikan ke seven segment dekoder sebagai data input berupa desimal ke

seven segment sehingga outputnya dapat dilihat dalam bentuk tampilan

display

28

Page 29: Hum i Defier

Dibawah ini merupakan tabel kebenaran dari IC CA3161E :

Tabel 2.4 kebenaran IC CA3161E

Input Output Fungsi Desimal23 22 21 20 a b c d e f g

Tampilan

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 2 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 2 3 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 3 4 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 4 5 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 5 6 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 6 7 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7 8 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 9 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 9

2.14 Seven Segment Sebagai Tampilan

Seven Segment digunakan sebagai display yaitu merupakan suatu

komponen indikator tampilan yang terdiri dari tujuh Led yang

membentuk konfigurasi angka delapan.

Gambar 2.24 Skematik Seven Segment

Seven segment mempunyai sifat-sifat yang dimiliki antara lain :

1. Mempunyai tanggapan terhadap perubahan logika cepat.

2. Dapat menyala pada tegangan rendah.

29

Page 30: Hum i Defier

3. Jika dikombinasikan segment-segment tersebut, maka akan dapat

membentuk digit desimal.

Seven segment terdiri dari dua jenis, yaitu :

1. Seven segment common anoda

Jika pada tipe ini Vcc menghubungkan antara anoda dari masing –

masing seven segment yang digabungkan, seven segment ini akan

terbias maju bila aktif low yang diberikan ke masing – masing input

seven segment, dan arus akan mengalir dari Vcc ke seven segment dan

dihubungkan ke driver yang memberikan aktif low dan akan

menyebabkan seven segment menyala.

Gambar 2.25 Common Anoda

Tabel 2.5 kebenaran seven segment common anoda

FUNGSI

DESIMAL

KELUARAN

a b c d e f g Tampilan

0 0 0 0 0 0 0 1 0

1 1 0 0 1 1 1 1 1

2 0 0 1 0 0 1 0 2

3 0 0 0 0 1 1 0 3

4 1 0 0 1 1 0 0 4

5 0 1 0 0 1 0 0 5

6 0 1 0 0 0 0 0 6

7 0 0 0 1 1 0 1 7

8 0 0 0 0 0 0 0 8

9 0 0 0 0 1 0 0 9

30

Page 31: Hum i Defier

2. Seven segment common katoda

Jika pada seven segment tipe common katoda ini, ground

menghubungkan katoda dari masing - masing seven segment yang

digabungkan. seven segment ini akan terbias maju bila aktif high yang

diberikan ke masing – masing input seven segment, dan arus akan

mengalir dari driver yang memberikan aktif high ke seven segment dan

dihubungkan ke ground yang menyebebkan seven segment menyala.

Dengan kata lain tipe ini merupakan kebalikan dari jenis common

anoda.

Gambar 2.26 Common Katoda

Tabel 2.6 kebenaran seven segment common anoda

FUNGSI

DESIMAL

KELUARAN

a b c d e f g Tampilan

0 1 1 1 1 1 1 0 0

1 0 1 1 0 0 0 0 1

2 1 1 0 1 1 0 1 2

3 1 1 1 1 0 0 1 3

4 0 1 1 0 0 1 1 4

5 1 0 1 1 0 1 1 5

6 1 0 1 1 1 1 1 6

7 1 1 1 0 0 1 0 7

8 1 1 1 1 1 1 1 8

9 1 1 1 1 0 1 1 9

31

Page 32: Hum i Defier

BAB 3

KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN

Pada bab ini penulis merencanakan alat ini dengan beberapa blok rangkaian

yang ingin dijelaskan mengenai prinsip kerja dari masing–masing rangkaian,

untuk mempermudah dalam memahami alat secara keseluruhan. Adapun uraian

dari bagian–bagian perencanaan tersebut :

3.1 Spesifikasi Alat

1. Supply tegangan AC : 220 Volt, 21 Volt, / 50 Hz

2. Supply tegangan DC : +12 Volt, +5 Volt dan -5 Volt

3. Suhu yang disetting : 340C, 350C, 360C ,dan 370C

4. Heater : 220 VAC, 100 Watt

5. Heater wire : 21 VAC, 12 Ω, 36.7 Watt

6. Display :

Tiga buah seven segment

menunjukan suhu yang

ditampilkan

7. Pengaman : level air dan over temperatur

32

Page 33: Hum i Defier

3.2 Perencanaan Blok Diagram

Untuk mempermudah dalam pemahaman mengenai alat maka penulis

merencanakan blok diagram alat sebagai berikut :

Sensor Suhu Chamber Main

Level Air

Gambar 3.1 Blok Diagram Alat

Adapun fungsi dari masing – masing bagian blok diagram diatas :

1. Sensor suhu

Berfungsi untuk mendeteksi suhu pada chamber air dan pada heater wire.

Setting

Kontrol

Heater Sensor Suhu Alarm

ADC

Display

Kontrol Alarm

Power supply

33

Page 34: Hum i Defier

2. Kontrol heater dan heater wire

Digunakan untuk mengatur kerja dari heater maupun heater wire dengan

cara membandingkan tegangan dari rangkaian setting suhu dan rangkaian

sensor suhu.

3. Setting suhu

Digunakan untuk mengatur suhu sesuai dengan yang dibutuhkan dalam

membatasi suhu yang dideteksi sehingga tidak ada kelebihan suhu.

4. Main heater

Elemen yang berfungsi untuk memanaskan air pada chamber.

5. Heater wire

Elemen yang berfungsi untuk menjaga agar tidak terjadi pengembunan

didalam saluran (selang) yang digunakan sebagai pemanas.

6. Level Air

Berfungsi untuk mengetahui bila air pada chamber berada diambang batas

safety heater.

7. Alarm level air

Sebagai indicator bila rangkaian level air bekerja.

8. Alarm over temperatur

Sebagai indicator bila suhu melebihi dari batas maksimal setting suhu.

9. ADC (Analog to Digital Converter)

Untuk merubah sinyal analog menjadi sinyal digital.

10. Display

Berupa tampilan seven segment yaitu tampilan suhu nyata dari air pada

chamber dalam satuan derajat celcius.

11. Chamber

Digunakan untuk tempat air yang dipanaskan heater.

Cara kerja dari alat ini, Sensor suhu digunakan untuk mendeteksi suhu pada

chamber air dan pada heater wire, kemudian outputnya ke buffer untuk

menghasilkan impedansi output yang kecil. Sinyal output dari buffer kemudian

akan dibandingkan dengan menggunakan comparator yang berada pada blok

kontrol heater, dengan cara membandingkan sinyal dari setting suhu dan sensor

34

Page 35: Hum i Defier

suhu. Setting suhu digunakan untuk membatasi suhu yang diatur sehingga tidak

ada kelebihan suhu. Keluaran comparator adalah untuk mengatur kerja heater, dan

heater akan memanaskan air sampai suhunya tercapai sesuai setting.

Pada chamber dilengkapi rangkaian level air untuk mengetahui bila air pada

chamber berada diambang batas safety heater, dan dilengkapi indikator alarm.

Kemudian udara dapat dialirkan ke chamber dan menuju saluran selang, yang

digunakan sebagai saluran untuk mengalirkan udara dari alat ke pasien, untuk

menjaga agar tidak terjadi pengembunan didalamnya digunakan sebagai pemanas

yaitu heater wire. Kemudian agar suhu actual (nyata) pada heater wire dan dapat

dilihat berupa tampilan maka digunakan ADC (Analog to Digital Converter)

untuk merubah sinyal analog menjadi sinyal digital sehingga dapat ditampilkan

pada seven segment, tampilannya dalam satuan derajat celcius. Untuk setting suhu

digunakan led sebagai indikator pemilihan.

3.3 Perencanaan Rangkaian Sensor Suhu

Gambar 3.2 Rangkaian Sensor Suhu

Dalam penggunaannya sensor suhu yaitu LM 35 digunakan untuk mendeteksi

suhu pada chamber dan suhu pada heater wire, yang mana suhu dideteksi untuk

diubah menjadi tegangan yaitu sebesar 10C = 10 mV, jadi setiap perubahan 10C

maka keluaran dari LM 35 akan berubah sebesar 10 mV. Jika semakin tinggi suhu

yang mempengaruhinya maka akan semakin tinggi keluarannya maupun

sebaliknya.

35

Page 36: Hum i Defier

Dimana keluaran dari LM 35 ini dihubungkan ke Operasional Amplifier yaitu

CA 3140 yang digunakan dengan aplikasi sebagai buffer atau pengikut tegangan.

Jadi keluaran pada sensor suhu akan sama dengan keluaran pada buffer.

Tabel 3.1 Perencanaan Keluaran Rangkaian Sensor Suhu

Suhu V Referensi

34 0C 340 mV

35 0C 350 mV

36 0C 360 mV

37 0C 370 mV

Misalnya Vin = 340 mV

mVmVx

VinxVoutVin

VoutAv

3403401

1

1

===

==

3.4 Perencanaan Rangkaian Kontrol Main Heater

Gambar 3.3 Rangkaian Kontrol Main Heater

36

Page 37: Hum i Defier

Dalam perencanaan rangkaian kontrol heater ini penulis menggunakan IC

CA3140 sebagai operational amplifier yang dipergunakan dengan berbagai

aplikasi, misalnya digunakan sebagai komparator.

Rangkaian komparator merupakan rangkaian yang digunakan untuk

membandingkan antara tegangan yang masuk ke pin 2 dan tegangan yang masuk

pada pin 3, sehingga keluarannya dalam keadaan saturasi positif maupun negatif

yang digunakan untuk mentrigger basis pada transistor. Transistor digunakan

sebagai saklar, dan akan menjadi saklar tertutup (antara kolektor dan emitter

terhubung) bila basis mendapat trigger positif dan akan menjadi saklar terbuka

bila basis tidak diberi trigger. Untuk perencanaan rangkaian ini masukan pada pin

2 dihubungkan ke rangkaian sensor suhu, dan masukan pada pin 3 dihubungkan

ke rangkaian setting. Jika tegangan pada pin 3 lebih besar keluarannya akan

saturasi positif yang akan menyebabkan transistor dapat bekerja sehingga

menyebabkan opto isolator akan bekerja, opto isolator akan bekerja berdasarkan

picu cahaya optik, photo triac akan mendapat bias maju bila mendapat sinar dari

LED sehingga pada triac akan terhubung singkat, dan heater dapat bekerja karena

mendapat supply 220 VAC dan lampu indikator akan menyala. Jika tegangan

pada pin 2 lebih besar maka keluarannya akan negatif saturasi maka menyebabkan

transistor tidak dapat bekerja sehingga menyebabkan heater tidak bekerja dan

lampu indikator akan mati.

3.5 Perencanaan Rangkaian Kontrol Heater Wire

Gambar 3.4 Rangkaian Kontrol Heater Wire

37

Page 38: Hum i Defier

Perencanaan rangkaian kontrol heater wire dimanfaatkan untuk menjaga suhu

pada saluran (selang) untuk mengalirkan oksigen ke pasien agar tidak terjadi

pengembunan didalam selang. Pada dasarnya rangkaian ini hampir sama dengan

rangkaian kontrol heater namun yang membedakannya hanya pada supply yang

digunakan untuk heater wire, supply tegangan yang digunakan lebih kecil dari

pada untuk heater.

Sensor suhu yaitu LM 35 diletakkan pada ujung selang agar dapat mendeteksi

sesuai dengan setting suhu. Rangkaian ini menggunakan IC CA3140 yang

difungsikan sebagai buffer (penyangga), dan komparator, dimana buffer

digunakan untuk memperkecil impedansi keluaran. Kemudian tegangan dari

buffer akan dibandingkan dengan rangkaian komparator. Sementara untuk

tegangan yang digunakan sebagai pembanding berasal dari rangkaian setting suhu

agar dapat sesuai dengan suhu yang diatur untuk heater. Kemudian keluaran

rangkaian komparator ini akan dihubungkan ke basis transistor, yang akan

menentukan kerja dari opto isolator dan akan membuat heater wire bekerja, dan

indikator lampu menyala sehingga suhu pun akan terjaga bila melewati saluran

udara dengan kerjanya heater wire. Heater wire akan bekerja bila pada basis

transistor diberi tegangan positif saturasi, sedangakan bila transistor diberi

tegangan negatif saturasi maka heater wire tidak akan bekerja, karena transistor

akan menentukan kerja dari opto isolator dalam memberikan supply tegangan AC

pada heater wire.

3.6 Perencanaan Rangkaian Level Air

Gambar 3.5 Rangkaian Level Air

38

Page 39: Hum i Defier

Rangkaian level air ini digunakan untuk membatasi air dalam chamber yang

berada diambang batas safety heater. Dalam perencanaannya penulis melengkapi

rangkaian ini dengan indikator alarm, agar dapat mengetahui keadaan air.

Rangkaian ini terdiri dari beberapa transistor yang difungsikan sebagai saklar, dan

rangkaian ini dilengkapi IC NE 555 yang digunakan sebagai astabil multivibrator

agar mendapat sinyal clock untuk membunyikan buzzer yaitu “beep” secara terus

menerus karena clock yang diberikan akan mengatur bunyi buzzer tersebut.

Untuk mengetahui air berada diambang batas safety heater digunakan sensor

air. Karena air bersifat sebagai penghantar maka ketika kedua elektroda sensor air

terhubung menyebabkan basis pada transistor tidak mendapatkan trigger sehingga

transistor–transistor tidak dapat bekerja dan indikator alarm tidak akan berbunyi.

Dan sebaliknya jika air tidak mengenai elektroda sensor air menyebabkan

elektroda tidak terhubung dan basis pada transistor akan mendapatkan trigger

sehingga semua transistor akan bekerja dan akan membuat indikator alarm

berbunyi, bila alarm akan dimatikan maka air pada chamber harus diisi diatas

batas safety heater.

3.7 Perencanaan Rangkaian Setting Suhu

Gambar 3.6 Rangkaian Setting Suhu

39

Page 40: Hum i Defier

Untuk perencanaan rangkaian setting suhu penulis merencanakan setting

dengan 4 pemilihan setting suhu yaitu 340C, 350C, 360C, 370C, dimana rangkaian

ini terdiri dari IC NE 555 yang berfungsi sebagai astabil multivibrator untuk

mendapatkan sinyal clock, dan sinyal clock ini akan melewati dua buah switch

yang akan dihubungkan ke pin 5 sebagai Up counter dan pin 4 sebagai Down

counter pada IC 74193. IC 74193 ini digunakan sebagai pencacah yang kerjanya

berdasarkan sinyal clock yang diberikan oleh IC 555 ke pin 4 dan pin 5 pada IC

74193. keluaran pada pin 3, 2, dan 6 pada IC 74193 sebagai QA, QB, dan QC

akan dihubungkan ke pin 1, 2, dan 3 sebagai A, B dan C pada IC 74138 yang

digunakan sebagai dekoder, yang keluarannya akan menghidupkan LED secara

bergantian sesuai dengan keluaran biner dari IC 74193.

Kemudian selain dihubungkan pada IC 74138, keluaran dari IC 74193

dihubungkan juga pada pin 9, 10, dan 11 pada IC 4051 yaitu multiplekser. IC

4051 ini digunakan untuk 4 pemilihan tegangan untuk setting suhu yang terdiri

dari 4 Variable resistor yang dapat diatur tegangan yang digunakan sebagai

tegangan referensi setting suhu, yang nilai tegangannya diatur berdasarkan nilai

tegangan keluaran suhu yang diatur, dan dimana keluaran dari IC 4051 hanya satu

tegangan referensi pada pin 3 IC 4051yang kerjanya diatur berdasarkan keluaran

counter IC 74193 yang memberikan keluaran biner ke masukan pada IC 4051.

keluaran pada pin 3 akan dihubungkan ke Op-Amp IC CA3140 sebagai rangkaian

komparator dari kontrol heater dan heater wire. Rangkaian ini digunakan dalam

pemilihan suhu yang berjumlah 4 buah, yaitu antara 340C, 350C, 360C, dan 370C

yang perbedaan range antara 4 pemilihan setting suhu ini sebesar ± 10 mV.

40

Page 41: Hum i Defier

3.8 Perencanaan Rangkaian Over Temperatur

Gambar 3.7 Rangkaian Over Temparatur

Pada perencanaan rangkaian alarm over temperatur ini digunakan sebagai

indikator bila suhu pada heater wire melebihi dari batas maksimal dari setting

suhu yaitu 38 0C. Rangkaian ini menggunakan komparator untuk membandingkan

antara suhu dari sensor dengan tegangan referensi sebesar tegangan 380C. Bila

suhu melebihi dari tegangan referensi maka akan memberikan tegangan positif

saturasi kepada transistor, dan akan menyebabkan buzzer akan berbunyi dan led

indikator akan menyala. Sedangkan bila suhu tidak melebihi tegangan referensi

maka akan memberikan tegangan negatif saturasi kepada transistor dan buzzer

tidak akan berbunyi, dan led indikator tidak akan menyala. Untuk mengetahui

nilai referensi voltage divider dapat dilihat dalam perhitungan dibawah ini :

Diketahui : RA = 470 Ω

Vcc = 5 Volt

Ditanya : RB…..?

Jawab : a.) Untuk Vreferensi :

Vout = VccRBRA

RA×

+

41

Page 42: Hum i Defier

380 mV = VoltRB

5470

470×

+

0,38V ( 470+RB ) = 470 x 5V

178,6 + 0,38RB = 2350

RB = 38,0

6,1782350−

RB = VR = 2,171 KΩ

3.9 Perencanaan Rangkaian ADC dan Display

Gambar 3.8 Rangkaian ADC dan Display

Pada perencanaan rangkaian display penulis menggunakan IC CA 3161E dan

CA 3162E. Rangkaian ini berfungsi untuk menampilkan perubahan suhu nyata

dari heater wire dengan satuan derajat celcius. Jika suhu pada heater wire yaitu

menunjukan nilai tegangan 370C maka pada seven segment akan ditampilkan

370C. Analog to Digital Converter (ADC) digunakan untuk merubah tegangan

analog menjadi digital. Input ADC pada pin 11 IC CA 3162E merupakan besaran

42

Page 43: Hum i Defier

tegangan dan besaran suhu yang akan ditampilkan tidak mempunyai hubungan

yang linear, jadi perlu disetting melalui Vr agar setiap perubahan 10C akan sesuai

dengan yang ditampilkan. Tegangan yang masuk pada pin 11 IC CA 3162E akan

diubah kode biner melalui pin 1, 2, 15, dan 16 pada CA 3162E dan akan menuju

pin 1, 2, 6, 7 pada CA 3161E. Kemudian keluaran dari IC ini yang berfungsi

sebagai dekoder berupa desimal yang akan membentuk angka pada seven segment

yang kerjanya diatur oleh transistor PNP 2N3906 dalam mengaktifkan seven

segment common anoda ini. Kerja transistor berasal dari basis yang dihubungkan

pada pin 3, dan 4 pada CA 3162E. Dan suhu pada heater wire akan ditampilkan

pada seven segment.

43

Page 44: Hum i Defier

BAB 4

PENGUJIAN DAN ANALISIS

Pada bab ini penulis melakukan pengujian dan analisis beberapa rangkaian

yang telah dibuat untuk pendataan dalam mengetahui apakah telah sesuai dengan

perencanaan.

4.1 Persiapan alat dan bahan

4.1.1 Persiapan alat

Dalam melakukan pendataan maka penulis memerlukan beberapa alat

penunjang antara lain :

1. Modul Pemodelan Alat Humidifier

2. Seperangkat tool set

3. Avometer

Merk : SANWA

Model : YX360TRF

Buatan : Jepang

4. Avometer digital

Merk : CADIK

Model : CADIK 32

Buatan : Korea

44

Page 45: Hum i Defier

4.1.2 Persiapan bahan

Untuk pembuatan modul pemodelan alat ini dibutuhkan beberapa

komponen, diantaranya :

Tabel 4.1 Daftar komponen yang digunakan pada rangkaian

Rangkaian Komponen TYPE JUMLAH

Power Supply

IC

IC

IC

Kapasitor

Dioda bridge

Transformator

Fuse

Switch

LM 7812

LM 7805

LM 7905

4700µF

LT 646

3A

3A

1

1

1

2

1

1

1

1

Kontrol Heater

IC

Resistor

Transistor

Optoisolator

TRIAC

Heater

Lampu indikator

CA 3140

10 K

15 K

C945

MOC 3020

BTA 06

220 VAC

1

1

1

1

1

1

1

1

Kontrol Heater Wire

IC

Resistor

Transistor

Optoisolator

TRIAC

Heater Wire

Led

CA 3140

10 K

2 K

C945

MOC 3020

BTA 06

900mr511

1

1

1

1

1

1

1

1

45

Page 46: Hum i Defier

Rangkaian Setting

Suhu

IC

IC

IC

IC

Resisitor

Kapasitor

Switch

Led

Variabel Resistor

NE 555

74193

74LS138

4015

10K

330

22µ

UP / DOWN

10K

1

1

1

1

1

6

1

2

4

4

Sensor Suhu IC

IC

LM35

CA 3140

2

2

Rangkaian Level

Air

IC

Transistor

Resistor

Kapasitor

Led

Buzzer

NE 555

C945

200K

100K

10K

470

100 µF

1

3

1

1

5

1

1

1

1

Rangkaian Over

Temperature

IC

Transistor

Resistor

Variable Resistor

Led

Buzzer

CA 3140

C945

10kΩ

470Ω

10kΩ

1

1

1

1

1

1

1

46

Page 47: Hum i Defier

Rangkaian ADC

dan Display

IC

IC

Seven Segment

Variabel Resistor

Transistor

Kapasitor

CA3162E

CA3161E

Commom

Anode

10K

2N3906

220n

1

1

3

2

3

1

4.2 Metode pengukuran

Penulis mencoba sebelum melakukan uji fungsi terlebih dahulu

menentukan titik pengukuran untuk masing–masing rangkaian, diantaranya :

1. TP1

Merupakan titik pengukuran pada kaki 6 IC CA 3140 buffer untuk

mengetahui keluaran dari rangkaian sensor suhu pada kontrol heater wire.

2. TP2

Merupakan titik pengukuran pada kaki 6 IC CA 3140 komparator untuk

mengetahui keluaran dari rangkaian alarm pada kontrol heater.

3. TP3

Merupakan titik pengukuran pada transistor C945 yang berhubungan

dengan pin 4 & 8 IC NE 555 untuk mengetahui keluaran dari rangkaian

level air.

4.3 Pengujian dan Analisis

1. Hasil Pendataan TP1

TP1 merupakan hasil rata-rata dari pengujian beberapa kali, hasil dapat

dilihat pada lampiran 1.

47

Page 48: Hum i Defier

Tabel 4.2 Hasil pendataan pada TP1

Setting TP1 Display Thermometer

340C 349 mV 340C 340C

350C 359,2 mV 350C 350C

360C 368,8 mV 360C 360C

370C 378,6 mV 370C 370C

Ket :

Terjadi kelebihan suhu karena pembuangan panas yang kurang baik pada

heater dan komponen yang kurang presisi.

%0

%100%

=

−=

teoripraktekteorikesalahan

1. Suhu 34 0C

%65,2

%100340

340349%

=

−=kesalahan

2. Suhu 35 0C

%63,2

%100350

3502,359%

=

−=kesalahan

3. Suhu 36 0C

%44,2

%100360

3608,368%

=

−=kesalahan

48

Page 49: Hum i Defier

4. Suhu 37 0C

%32,2

%100370

3706,378%

=

−=kesalahan

Rata-rata persentasi kesalahan = 2,65% + 2,63% + 2,44% + 2,32%

4

= 2,51%

2. Hasil Pendataan TP2

Tabel 4.3 Hasil pendataan TP2

Setting Suhu Suhu Sensor Tegangan pada

pin 6 komparator

Keadaan

37 0C > 37 0C + 1,853 V Buzzer Bunyi

37 0C < 37 0C - 4,95 V Buzzer tidak

berbunyi

Analisa Data :

Apabila suhu dari heater wire melebihi dari suhu batas maksimal atau

>370C buzzer akan bunyi. Buzzer akan berhenti berbunyi bila suhu

minimal 370C.

49

Page 50: Hum i Defier

3. Hasil Pendataan TP3

Tabel 4.4 Hasil Pendataan TP3

Elektroda

Tegangan Pin

4 dan 8 IC NE

555

Keadaan

Terkena air 0 V Buzzer tidak

bunyi

Tidak terkena

air 5 V Buzzer bunyi

Analisa data :

Apabila elektroda terhubung karena air sebagai penghantar, maka

buzzer tidak akan berbunyi, sedangkan bila elektroda tidak terhubung

dengan air maka buzzer akan berbunyi “beep” secara terus menerus,

sampai elektroda terkena air atau diisi air.

Setelah melakukan pengujian dan analisis terhadap rangkaian maka total dari

persentasi kesalahan adalah :

1. Total persentasi untuk TP1 adalah 2,51%

2. Untuk TP2 ,dan TP3 sudah cukup baik.

Tingkat ketepatan alat = 100% - 2,51%

= 97,49 %

50

Page 51: Hum i Defier

BAB 5

KESIMPULAN

Pada bab ini penulis akan menarik kesimpulan, setelah melakukan

perencanaan, pembuatan dan pegujian pemodelan alat humidifier. Oleh karena itu

kesimpulannya sebagai berikut :

1. Telah selesai dibuat pemodelan alat humidifer.

2. Telah selesai dilakukan terhadap hasil pengujian pada pemodelan alat

humidifier.

3. Tingkat ketepatan alat adalah 97,49 %

51

Page 52: Hum i Defier

DAFTAR ACUAN

[1]. http://organisasi.org/proses-sistem-pernapasan-respirasi-pada-manusia-

orang-belajar-biologi-online 05-07-2009

[2]. Data Sheet National Semiconductor, LM 35 Precision Centrigade

Temperature Sensors, December 1994

[3]. Robert.F.Coughlin-Frederick.F.Driscoll, “Penguat Operasional dan

Rangk. Terpadu Linear”, terj. Herman Widodo Soemitro, Edisi kedua,

Erlangga, Jakarta, 1994

DAFTAR PUSTAKA

52

Page 53: Hum i Defier

Coughlin, Robert F. 1992. “Penguat Opersional dan Rangkaian

Terpadu Linear”, terj. Herman Widodo Soemitro, Erlangga. Jakarta.

Ibrahim, KF. 1991. “Teknik Digital”, terj. Insap Santosa, Andi,

Yogyakarta.

Woollard, Barry. “Elektronika Praktis”, Pradnya Paramita. Jakarta.

Milman,& Halkias. 1990. ”Elektronika Terpadu”, terj. Barmawi, M.O

Tjia. Erlangga. Jakarta.

Instruction manual humidifier type Mr 730.

Prawirohartono, Slamet.1994. “Biologi 2”. Bumi aksara. Jakarta.

Akhyar, Salman.1999. ”Biologi SMU kelas 2”. Grafindo. Jakarta.

http://nevacyan.multiply.com/journal/item/3 05-07-2009

http://www.alldatasheet.com 05-07-2009

Lampiran 1

53

Page 54: Hum i Defier

Setting TP1 Display Thermometer

340C

Pengukuran 1

2

3

4

5

349 mV

349 mV

349 mV

350 mV

348 mV

340C

340C

340C

340C

340C

340C

340C

340C

340C

340C

Rata-rata 349 mV 340C 340C

350C

Pengukuran 1

2

3

4

5

359 mV

359 mV

360 mV

359 mV

359 mV

350C

350C

350C

350C

350C

350C

350C

350C

350C

350C

Rata-rata 359,2 mV 350C 350C

360C

Pengukuran 1

2

3

4

5

369 mV

368 mV

370 mV

369 mV

368 mV

360C

360C

360C

360C

360C

360C

360C

360C

360C

360C

Rata-rata 368,8 mV 360C 360C

370C Pengukuran 1

2

379 mV

379 mV

370C

370C

370C

370C

54

Page 55: Hum i Defier

3

4

5

378 mV

379 mV

378 mV

370C

370C

370C

370C

370C

370C

Rata-rata 378,6 mV 370C 370C

55