PENYAKIT HUTAN HUJAN TROPIS

TROPICAL RAINFOREST DISEASES

TUJUAN SESI Mampu memahami hazard lingkungan

akibat hutan hujan tropis Mampu menjelaskan beberapa penyakit

hutan hujan tropis Mampu menjelaskan strategi

pengendalian penyakit hutan hujan tropis

PEMBAHASAN Karakteristik hutan hujan tropis Hazard lingkungan hutan hujan tropis Penyakit hutan hujan tropis Strategi pengendalian penyakit hutan

hujan tropis

LOCATION OF TROPICAL RAINFOREST (between 10°N and 10°S)

Amazon Basin

Congo Basin

South-east Asia

KARAKTERISTIKHUTAN HUJAN TROPIS

CLIMATE OF RAINFOREST High density Monthly temperature between 26oC and

27oC Annual rainfall usually more than 2000

mm Convection rain is common Hot and wet throughout the year

GENERAL CHARACTERISTICS OF VEGETATION Evergreen Dense and luxuriant Many species Four layers

VEGETATION STRUCTURE

Emergents Layer

Canopy Layer

Middle Layer

Shrub Layer andUndergrowth

VEGETATION LAYERS Emergent layer

very tall tree few in number

Canopy layer a continuous cover

Middle layer younger trees

Shrub layer and undergrowth little growth because of shade

TROPICAL RAINFOREST HAZARDS Biological hazards :

Vector : insects, rodent and snails Parasite : worms Microorganism : bacteria and virus Fungi Animal : snake

Physical hazards : plants and animal Chemical hazards : smoke and industrial

waste

TROPICAL DISEASE Vector borne disease Malaria, Filariasis,

Trypanosomiasis and Schistosomiasis Parasitic disease Hookworm Zoonosis Anthracosis

MALARIA

MALARIA (morbiditas dan mortalitas) Masalah kesehatan di dunia Setiap tahun jutaan manusia meninggal Di Indonesia :

Setiap tahun terdapat 15 juta penderita dan 30 ribu orang meninggal dunia (SKRT 1995)

Tren menunjukkan peningkatan Jawa : 12 per 100.000 (1997) menjadi 81 per 100.000

(2000) Luar Jawa : 1600 per 100.000 (1997) menjadi 3100 per

100.000 kasus (2000) Reemerging disease

MALARIA (perubahan lingkungan) Meningkatnya insiden berhubungan

dengan perubahan lingkungan habitat vektor

Eksplorasi sumber daya alam yang berlebihan vektor mencari habitat baru dan menciptakan man-made breeding place vektor

Mobilitas penduduk mendekati hutan

MALARIA (transmisi) Causative agent Plasmodium vivax,

Plasmodium ovale, Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae)

Vektor nyamuk Anopheles Penyebaran gigitan nyamuk Anopheles

pembawa plasmodium

MALARIA (clinical stage) Cold stage Hot stage Sweat stage

MALARIA (parasite life cycle) Asexual phase :

Pre erythrocytic phase Erythrocytic phase Gametogony Exo erythrocitic phase

Sexual phase

MALARIA (vector characteristics) Density

Effective transmission cannot be maintained in a community Varies with different species and different environmental

condition. For the propagation require density

Life span at least 10 days Choice of host anthrophilic or zoophilic Resting habits outdoor resting Breeding habits different species - different breeding

place Resistence to insecticide

MALARIA (measurement) Prevalence : parasitic rate and spleen rate Incidence : API Endemicity :

Hypoeendemic spleen rate < 10% Mesoendemic spleen rate 11 – 50 % Hyperendemic spleen rate > 50 % Holoendemic spleen rate > 75 %

MALARIA (public health actions) Case detection ACD dan PCD Treatment :

Presumptive 4-aminoquinoline 600 mg single dose

Radical 600 mg chloroquin + 15 mg primaquin (first day) ditambah dengan 15 mg primaquin daily (2 – 5 days)

Chemoprophylaxis Prevention

MALARIA (public health problems) Case detection Drug resistency Promotion

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER

DHF (morbiditas dan mortalitas) Public health problem di Indonesia Case Fatality Rate (1999) : 2 % dan (2000) :

1,4% Kasus (1999) 21.334 kematian atau 422 per

100.000 dan (2000) 33.443 kematian atau 472 per 100.000

Morbiditas (1999) 10,17 per 100.000 dan (2000) 15,75 per 100.000

Morbiditas tertinggi DKI Jakarta (78,92 %) Morbiditas di Kalimantan Timur (58,17 %)

DHF (vektor) Agent Virus Dengue Vektor nyamuk Aedes aegypti Transmisi manusia-nyamuk-manusia

melalui gigitan nyamuk Klinis fase awal gejala tak spesifik (2

- 4 hari) berupa demam disertai gejala upper respiratory infection ringan, bila berlanjut gangguan vascular, hipotensi hingga shock

DHF (kontrol) Vektor kontrol nyamuk dewasa dan

jentik Host kontrol proteksi (tidak efektif) Vaksinasi belum ditemukan Breeding place kontrol menghilangkan

sumber vektor dan memotong transmisi (efektif)

Karakteristik vektor genangan air bersih

DHF (problem kontrol) Man made breeding place Perilaku dan life style Deteksi dini Pengobatan belum ada

FILARIASIS (morbiditas dan mortalitas) Public health problem di Indonesia

terutama daerah pedesaan diluar Jawa, Bali dan NTB

Morbiditas 3,1 % Tercatat 6.233 kasus (tahun 2000)

tersebar di 26 propinsi dengan daerah penularan tertinggi NAD dan NTB (> 1000 kasus)

Kematian rendah Produktivitas manusia terganggu

FILARIASIS (vektor) Agent W.bancrofti dan B.malayi Vektor nyamuk Mansonia, Anopheles

dan Culex Transmisi manusia-vektor-manusia

melalui gigitan nyamuk Animal reservoir ? birds, dog, horses

and monkey Breeding place vektor sewage disposal

FILARIASIS (kontrol) Kontrol agent pengobatan tepat

(diethylcarbamazine) Vektor kontrol menghilangkan habitat

dan jentik Host kontrol proteksi (tidak efektif) Efektif kontrol lingkungan dan personal

hygiene

FILARIASIS (problem kontrol) Man made breeding place Perilaku lingkungan Deteksi dini

PENYAKIT HUTAN HUJAN TROPIS ENDEMIS LAINNYA Schistosomiasis Japanese B encephalitis Plaque = Pes (zoonosis rodent) Rabies (zoonosis dog) Anthracosis (epizootic disease) dll

STRATEGI PENGENDALIAN PENYAKIT HUTAN HUJAN TROPIS Prinsip dasar :

Menghilangkan habitat vektor Memotong rantai penularan Reservoir kontrol

Lingkungan pemukiman Personal hygiene

SEKIANTERIMA KASIH