Upload
didi-saputra
View
8
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Analisis Input Ouput
Citation preview
Nama : Didi Saputra
NIM : 01101002023
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Mata Kuliah : Ekonomi Industri II
ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR INDUSTRI ROKOK DENGAN
SEKTOR PEREKONOMIAN LAINNYA DI INDONESIA
I. PENDAHULUAN
Industri rokok di Indonesia tumbuh dengan pesat, dari semula hanya
industri rumah tangga menjadi industri berskala besar nasional dan multinasional.
Sejalan dengan itu industri rokok juga telah berperan dalam perekonomian
nasional sebagai penyumbang penerimaan negara melalui cukai. Tumbuhnya
industri rokok telah berperan sebagai lapangan kerja dan sumber pendapatan
masyarakat serta pembangunan perekonomian daerah.
Berkembang pesatnya industri rokok dan jumlah perokok mengundang
penentangan oleh kelompok masyarakat yang peduli kesehatan dan lingkungan.
Banyak bukti menunjukkan bahwa rokok memicu berbagai penyakit dan
berdampak buruk terhadap kesehatan dan lingkungan. Penentangan terhadap
rokok terjadi di hampir semua negara dengan tingkat yang berbeda. Kesadaran
akan bahaya merokok terhadap kesehatan di negara maju menyebabkan tingkat
penentangan masyarakat di negara maju relatif kuat dibanding negara berkembang
atau negara terbelakang (Rachmat, 2010).
Keberadaan industri rokok di Indonesia memang dilematis. Di satu sisi ia
diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan bagi pemerintah karena cukai
rokok diakui mempunyai peranan penting dalam penerimaan negara. Namun di
sisi lainnya dikampanyekan untuk dihindari karena alasan kesehatan. Peranan
industri rokok dalam perekonomian Indonesia saat ini terlihat semakin besar,
selain sebagai motor penggerak ekonomi juga menyerap banyak tenaga kerja
(Kuncoro: 1).
1
Dalam 10 tahun terakhir industri rokok di Indonesia mengalami
pertumbuhan fenomenal. Resesi ekonomi yang dimulai dengan krisis moneter
sejak Juli 1997 tidak terlalu berpengaruh dalam kegiatan industri tersebut. Pada
Tahun 1994 penerimaan negara dari cukai rokok saja mencapai Rp 2,9 triliun,
Tahun 1996 meningkat lagi menjadi Rp 4,153 triliun bahkan pada tahun 1997
yang merupakan awal dari krisis ekonomi penerimaan cukai negara dari industri
rokok menjadi Rp 4,792 triliun dan tahun 1998 melonjak lagi menjadi Rp 7,391
triliun (Indocommercial, dalam Kuncoro: 1).
Tujuan penulisan ini adalah untuk:
a. Mengetahui tingkat keterkaitan ke depan (forward linkage) sektor industri
rokok dengan sektor-sektor ekonomi lainnya selama periode 2000-2005.
b. Mengetahui tingkat keterkaitan ke belakang (backward linkage) sektor
industri rokok dengan sektor-sektor ekonomi lainnya selama periode 2000-
2005.
c. Mengetahui posisi sektor industri rokok dalam perekonomian.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis keterkaitan sektor industri rokok dalam perekonomian Indonesia
dibagi menjadi dua, yaitu keterkaitan ke depan (forward linkage) dan keterkaitan
ke belakang (backward linkage).
Analisis Keterkaitan Sektor Industri Rokok Indonesia
Nilai keterkaitan ke depan (forward linkage) sektor industri rokok
menunjukkan daya kepekaan sektor industri rokok terhadap kenaikan permintaan
akhir sektor-sektor perekonomian lainnya. Sedangkan nilai keterkaitan ke
belakang (backward linkage) sektor industri rokok menggambarkan dampak
kenaikan 1 unit permintaan akhir sektor industri rokok terhadap perubahan output
perekonomian. Nilai forward linkage dan backward linkage sektor industri rokok
dari tahun 2000 sampai 2005 disajikan pada tabel 1.
2
Tabel 1. Nilai Keterkaitan Sektor Industri Rokok
Tahun Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage)
Keterkaitan ke Belakang(Backward Linkage)
2000 1,14626 1,706202005 1,10380 1,70955Sumber: Data Tabel I-O (BPS), diolah.
Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai keterkaitan ke depan sektor industri
rokok selama periode 2000 sampai 2005 mengalami penurunan sebesar -0,04246.
Nilai keterkaitan ke depan sektor industri rokok pada tahun 2000 adalah 1,14626.
Artinya kenaikan 1 milyar rupiah permintaan akhir sektor-sektor perekonomian
menyebabkan output sektor industri rokok meningkat sebesar 1,14626 milyar
rupiah. Demikian juga untuk tahun 2005, kenaikan 1 milyar rupiah permintaan
akhir sektor-sektor perekonomian menyebabkan output sektor industri rokok
meningkat sebesar 1,10380 milyar rupiah.
Di sisi lain, nilai keterkaitan ke belakang sektor industri rokok selama
periode 2000 sampai 2005 mengalami kenaikan sebesar 0,00335. Nilai keterkaitan
ke belakang sektor industri rokok pada tahun 2000 adalah 1,70620. Artinya jika
terjadi kenaikan 1 milyar rupiah permintaan akhir sektor industri rokok akan
menyebabkan kenaikan output perekonomian sebesar 1,70620 milyar rupiah.
Demikian juga untuk tahun 2005, kenaikan 1 milyar rupiah permintaan akhir
sektor industri rokok akan menyebabkan kenaikan output perekonomian sebesar
1,70955 milyar rupiah.
Tabel di atas juga memperlihatkan bahwa sektor industri rokok
mempunyai peran strategis dalam menggerakkan sektor-sektor perekonomian lain
guna membangkitkan perekonomian nasional, yang tercermin pada keterkaitan ke
depan dan ke belakang yang kuat dengan angka lebih dari satu. Ini berarti sektor
industri rokok mempunyai kekuatan untuk menarik sektor-sektor hulunya dan
mendorong sektor-sektor hilirnya.
Pada tahun 2000 sektor-sektor yang ditarik oleh sektor industri rokok
sebagai input dalam proses produksinya adalah industri kertas, barang dari kertas
dan karton; perdagangan; cengkeh; dan lembaga keuangan. Sementara sektor-
sektor yang didorong adalah restoran dan hotel, angkutan air dan angkutan udara,
3
yang menunjukkan bahwa output industri rokok digunakan sebagai input primer
oleh sektor-sektor tersebut.
Pada tahun 2005 sektor-sektor yang ditarik oleh sektor industri rokok
sebagai input dalam proses produksinya adalah industri kertas, barang dari kertas
dan karton; real estate dan jasa perusahaan; lembaga keuangan; dan perdagangan.
Sementara sektor-sektor yang didorong adalah restoran dan hotel, angkutan air
dan angkutan udara, yang menunjukkan bahwa output industri rokok digunakan
sebagai input primer oleh sektor-sektor tersebut.
III. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
Selama periode 2000-2005 sektor industri rokok mempunyai peran
strategis dalam menggerakkan sektor-sektor perekonomian lain guna
membangkitkan perekonomian nasional, yang tercermin pada keterkaitan ke
depan dan ke belakang yang kuat dengan angka lebih dari satu.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka pemerintah perlu mengembangkan
industri potensial lainnya agar perekonomian Indonesia tidak lagi bergantung
pada industri rokok agar pembangunan ekonomi dapat terus berjalan tanpa harus
melupakan aspek kesehatan dan lingkungan.
4
DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro, Mudrajad dan Simon Bambang Sumarno. Struktur, Kinerja, dan Kluster
Industri Rokok Kretek: Indonesia, 1996-1999.
http://website.mudrajad.com/sites/default/files/softcopies.pdf. Diakses pada
tanggal 24 November 2012.
Ulya, Nur Arifatul. 2008. “Analisis Keterkaitan Sektor Kehutanan dengan Sektor
Perekonomian Lainnya di Indonesia”. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan. Vol.5. Maret. Hlm. 57-68.
Rachmat, Muchjidin. 2010. “Pengembangan Ekonomi Tembakau Nasional:
Kebijakan Negara Maju dan Pembelajaran bagi Indonesia”. Jurnal Analisis
Kebijakan Pertanian. Vol.8. Maret. Hlm. 67-83.
Hadi, Prajogo U. dan Supena Friyatno. 2008. “Peranan Sektor Tembakau dan
Industri Rokok dalam Perekonomian Indonesia: Analisis Tabel I-O Tahun 2000”.
Jurnal Agro Ekonomi. Vol.26. Mei. Hlm. 90-121.
5
LAMPIRAN
Lampiran 1. Backward Linkage Sektor Industri Rokok Tahun 2000 (20 tertinggi)
No Sektor Backward Linkage1 Industri kertas, barang dari kertas dan karton 0,084242 Perdagangan 0,083453 Cengkeh 0,057124 Lembaga keuangan 0,045755 Industri kimia 0,035546 Penambangan minyak, gas dan panas bumi 0,034287 Pengilangan minyak bumi 0,029718 Tembakau 0,025859 Angkutan darat 0,0248110 Real estate dan jasa perusahaan 0,0234611 Industri barang karet dan plastik 0,0184912 Angkutan air 0,0167013 Restoran dan hotel 0,0147514 Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 0,0136815 Jasa penunjang angkutan 0,0130916 Industri pupuk dan pestisida 0,0115717 Angkutan udara 0,0085918 Kegiatan yang tak jelas batasannya 0,0065819 Listrik, gas dan air bersih 0,0063120 Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 0,00613Sumber: Data Tabel I-O (BPS), diolah.
Lampiran 2. Forward Linkage Sektor Industri Rokok Tahun 2000 (20 tertinggi)
No Sektor Forward Linkage1 Restoran dan hotel 0,024072 Angkutan air 0,005523 Angkutan udara 0,004714 Tembakau 0,004025 Pertahanan 0,001926 Perdagangan 0,000677 Angkutan darat 0,000618 Angkutan kereta api 0,000589 Industri bambu, kayu dan rotan 0,0005810 Bangunan 0,0005011 Industri kertas, barang dari kertas dan karton 0,0004812 Real estate dan jasa perusahaan 0,0004613 Industri dasar besi dan baja 0,00045
6
14 Penambangan dan penggalian lainnya 0,0004315 Industri barang dari logam 0,0004316 Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 0,0004317 Industri semen 0,0004218 Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun 0,0004219 Industri pengolahan dan pengawetan makanan 0,0004120 Jasa penunjang angkutan 0,00040Sumber: Data Tabel I-O (BPS), diolah.
Lampiran 3. Backward Linkage Sektor Industri Rokok Tahun 2005 (20 tertinggi)
No Sektor Backward Linkage1 Industri kertas, barang dari kertas dan karton 0,101302 Real estate dan jasa perusahaan 0,048133 Lembaga Keuangan 0,046294 Perdagangan 0,044795 Pengilangan minyak bumi 0,041516 Penambangan minyak, gas dan panas bumi 0,034587 Jasa lainnya 0,034208 Cengkeh 0,033409 Industri kimia 0,0273110 Angkutan darat 0,0250611 Industri barang-barang dari mineral bukan logam 0,0207112 Angkutan air 0,0164913 Restoran dan hotel 0,0136914 Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 0,0120415 Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 0,0118116 Industri pupuk dan pestisida 0,0109317 Listrik, gas dan air bersih 0,0100518 Jasa penunjang angkutan 0,0099819 Bangunan 0,0060720 Komunikasi 0,00593Sumber: Data Tabel I-O (BPS), diolah.
Lampiran 4. Forward Linkage Sektor Industri Rokok Tahun 2005 (20 tertinggi)
No Sektor Forward Linkage1 Restoran dan hotel 0,017682 Angkutan air 0,001773 Angkutan udara 0,001484 Pertahanan 0,001345 Tembakau 0,000686 Perdagangan 0,000387 Industri minuman 0,00036
7
8 Industri semen 0,000349 Industri dasar besi dan baja 0,0003310 Bangunan 0,0003211 Perdagangan 0,0003212 Industri tekstil, pakaian dan kulit 0,0002913 Industri barang dari logam 0,0002814 Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun 0,0002715 Industri bambu, kayu dan rotan 0,0002616 Jasa lainnya 0,0002617 Industri kertas, barang dari kertas dan karton 0,0002518 Real estate dan jasa perusahaan 0,0002519 Industri barang karet dan plastik 0,0002420 Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 0,00024Sumber: Data Tabel I-O (BPS), diolah.
8