Upload
harry
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
1/72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode tertentu sehingga
memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai
dengan kebutuhan.1 Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok
manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan
peningkatan kualitasnya, sekalipun dalam masyarakat yang terbelakang
(primitif).2 Melalui pendidikan diharapkan dapat ditumbuhkan kemampuan untuk
menghadapi tuntutan objektif masa kini, baik tuntutan dari dalam maupun
tuntutan karena pengaruh dari luar masyarakat yang bersangkutan.3
Pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan agar peserta didik atau siswa
dapat mencapai tujuan tertentu. Agar siswa dapat mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditentukan, maka diperlukan wahana yang dapat digambarkan sebagai
kendaraan.
Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas kalau
dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Karena itu dalam mengajar
matematika seyogyanya juga tidak disamakan begitu saja dengan ilmu yang lain
1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.
Rosdakarya, 2004), hal. 102 Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat Madani
Indonesia, (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003), hal. 43
Umar Tirtahardja, S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya,2005), hal. 129
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
2/72
2
terutama matematika identik dengan suatu konsep-konsep yang mana jika konsep-
konsep tersebut tidak dikuasai akan berdampak pada pembelajaran selanjutnya.4
Matematika sebagai ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang dengan amat
pesat, baik materi maupun kegunaannya, sehingga dalam perkembangannya atau
pembelajarannya di sekolah kita harus memperhatikan perkembangan-
perkembangannya, baik dimasa lalu, masa sekarang maupun kemungkinan-
kemungkinannya untuk masa depan.5
Untuk mencapai hasil belajar yang ideal, kemampuan para pendidik
teristimewa guru dalam membimbing belajar murid-muridnya amat dituntut. Jika
guru dalam keadaan siap dan memiliki profesiensi (berkemampuan tinggi) dalam
menunaikan kewajibannya, harapan terciptanya sumber daya manusia yang
berkualitas sudah tentu akan tercapai.6 Karena guru profesional itu berusaha
mendorong siswa agar belajar secara berhasil.7
Dalam belajar matematika ada dua objek yang diperoleh siswa, yaitu objek
langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung antara lain kemampuan
menyelidiki dan memudahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap
matematika dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek langsung
berupa fakta, keterampilan, konsep, dan aturan.
8
4 Herman Hudojo, Strategi Mengajar Belajar Matematika, (Malang: IKIP Malang, 1990),
hal. 15 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: Fakultas
Pendidikan Matematika dan IPA Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hal. 556 Ibid., hal. 96
7 Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006), hal.
236 8 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Kontemporer …, hal. 33
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
3/72
3
Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami perlu
segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa,
sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan
inilah maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian,
tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah
dilupakan siswa. Pepatah Cina mengatakan “ saya mendengar maka saya lupa,
saya melihat maka saya tahu, saya berbuat maka saya mengerti”.9
Dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran
matematika adalah pembentukan sifat pola berfikir kritis dan kreatif. Untuk
pembinaan hal tersebut, kita perlu memperlihatkan daya imajinasi dan rasa ingin
tahu dari anak didik kita. Dua hal tersebut harus dipupuk dan ditumbuh
kembangkan. Siswa harus dibiasakan untuk diberi kesempatan bertanya dan
berpendapat, sehingga diharapkan proses pembelajaran matematika lebih
bermakna.10
Siswa dikatakan memahami matematika secara bermakna apabila ia
memahami secara konseptual dan prosedural. Pengetahuan konseptual mengacu
pada pemahaman konsep, sedangkan pengetahuan prosedural mengacu pada
keterampilan melakukan algoritma atau prosedur pengerjaan. Siswa tidak cukup
memahami konsep saja karena pada kehidupannya mereka memerlukan
9 Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar , (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), hal. 210 Ibid ., hal. 62-63
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
4/72
4
keterampilan matematika, sedangkan dengan memahami keterampilan saja
mereka tidak akan memahami konsep.11
Berdasarkan dari hasil penelitian di Indonesia, ditemukan bahwa tingkat
penguasaan peserta didik dalam matematika pada semua jenjang pendidikan
masih sekitar 34%, ini sangat memprihatinkan. Anggapan masyarakat, khususnya
dikalangan pelajar, matematika masih merupakan mata pelajaran sulit,
membingungkan bahkan sangat ditakuti oleh sebagian besar pelajar.12
Hampir setiap tahun matematika dianggap sebagai batu sandungan bagi
kelulusan sebagian besar siswa. Selain itu, pengetahuan yang diterima siswa
secara pasif menjadikan matematika tidak bermakna bagi siswa. Paradigma
mengajar seperti itu tidak dapat lagi dipertahankan dalam pembelajaran
matematika di sekolah sekarang, sudah saatnya paradigma mengajar diganti
paradigma belajar.13
Dalam pembelajaran matematika ada beberapa model, diantaranya adalah
Model pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran Berbasis Masalah Problem
Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang
berorientasi dengan pembelajaran konstektual. Problem Based Learning (PBL)
adalah suatu pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
konteks bagi siswa untuk siswa belajar berfikir kritis, dan keterampilan
pemecahan masalah yang membantu mencapai tujuan-tujuan, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dalam memperkaya
11 Ipung Yuwono, Pembelajaran Matematika Secara Membumi, (t.t.p.: Departemen
Pendidikan Nasional Universitas Malang, 2001), hal. 1312
Moch. Masykur, Abdul Halim Fathani , Mathematical Intelligence: Cara Cerdas Melatih
Otak Dan Menaggulangi Kesulitan Belajar ( Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2008), hal. 3413 Moch. Masykur, Abdul Halim Fathani , Mathematical Intelligence …, hal. 57
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
5/72
5
keterampilan-keterampilan intelektual dan penyelidikan dalam mata pelajaran.
Problem Based Learning merupakan strategi pembelajaran dengan membuat
konfrontasi kepada peserta didik dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-
structured atau open ended melalui stimulus dalam belajar.14
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk siswa
belajar, maka model pembelajaran berbasis masalah ini dirasa sangat cocok
diterapkan dalam penelitian ini karena membantu siswa memperoleh ketrampilan
dalam proses berfikir produktif, dengan model pembelajaran ini siswa akan
merasa bahwa masalah dalam matematika adalah masalah yang sering dialami
siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Pengelolaan pembelajaran berbasis masalah terdapat 5 langkah utama, yaitu:
mengorientasikan pembelajar pada masalah, mengorganisasikan pembelajar untuk
belajar, memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok, mengembangkan
dan menyajikan hasil kerja, serta menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan
masalah.
Salah satu materi matematika yang memerlukan pembelajaran dengan
Problem Based Learning (PBL) adalah bangun datar (persegi panjang dan
persegi). Peneliti memilih SMP Negeri 2 Sumbergempol sebagai obyek penelitian
karena berdasarkan hasil observasi di kelas VII, peneliti melihat adanya suasana
pembelajaran matematika yang masih konvensional. Masih saja ada siswa yang
mencontek tugas teman, berdiskusi ketika ulangan harian, saat pembelajaran
14
Made Wena, Strategi Pembelajaran inovatif Kontemporer , (Jakarta: Bumi aksara, 2010),hal. 91
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
6/72
6
banyak siswa yang ramai sendiri dan beberapa siswa ada yang keluar masuk kelas
ketika proses belajar pembelajaran berlangsung.
Di sini alasan peneliti menggunakan materi bangun datar karena banyak
siswa yang belum mengetahui konsep materi bangun datar dengan benar dan
masih banyak siswa yang kurang respon aktif (bertanya) terhadap guru setelah
materi disajikan, pemahaman siswa yang kurang maksimal menyebabkan siswa
kesulitan dalam pennyelesaian soal-soal yang diberikan guru. Selain itu dalam
proses penyelesaian soal beberapa siswa ada yang saling kerja sama dan
menyontek pada ulangan harian, dan hal ini membuat para siswa kurang yakin
dan percaya diri terhadap hasil jawaban mereka sendiri. Akibatnya jika tidak
ditanggulangi akan menyebabkan penurunan terhadap rasa tanggung jawab dan
mandiri terhadap hasil belajar matematika.
Oleh karena itu berpijak dari uraian di atas, peneliti bermaksud
mengadakan penelitian di SMP N 2 Sumbergempol karena dipandang perlu untuk
mengetahui sejauh mana hasil belajar matematika siswa dalam mengikuti proses
kegiatan pembelajaran dengan tujuan mendapat hasil belajar matematika yang
tinggi. Untuk itu, peneliti mengambil judul “”Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Masalah Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar
matematika materi pokok bangun datar pada siswa kelas VII SMP Negeri 2
Sumbergempol.
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
7/72
7
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Adakah Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based
Learning (PBL) terhadap hasil belajar matematika materi pokok bangun
datar (persegi panjang dan persegi) menghitung keliling dan luas pada siswa
kelas VII SMP Negeri 2 Sumbergempol tahun pelajaran 2012/2013?
2. Seberapa Kriteria interpretasi pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar matematika
materi pokok bangun datar (persegi panjang dan persegi) menghitung
keliling dan luas pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sumbergempol tahun
pelajaran 2012/2013?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarakan rumusan masalah di atas, maka tujuannya adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menjelaskan Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar matematika materi
pokok bangun datar pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sumbergempol.
2.
Untuk menjelaskan kriteria interpretasi pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Masalah Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar
matematika materi pokok bangun datar pada siswa kelas VII SMP Negeri 2
Sumbergempol.
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
8/72
8
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban sementara terhadap
permasalahan penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling
tinggi tingkat kebenarannya. Untuk memperlancar dan memandu proses penelitian
diperlukan hipotesis yang akan di uji kebenarannya, oleh karena itu kebenarannya
akan tergantung pada penelitian yang akan dilakukan. Penggunaan hipotesis
dalam penelitian karena hipotesis sesungguhnya baru sekedar jawaban sementara
terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan.15
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha : “Ada Pengaruh yang signifikan antara Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar
matematika materi pokok bangun datar pada siswa kelas VII SMP Negeri
2 Sumbergempol”.
Ho : “Tidak ada Pengaruh yang signifikan antara Model Pembelajaran
Berbasis Masalah Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar
matematika materi pokok bangun datar pada siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Sumbergempol”.
E.
Kegunaan Penelitian
1.
Secara Teoritis
Sebagai sumbangan untuk memperkaya hasanah ilmiah tentang “Pengaruh
Model Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning (PBL) terhadap
15 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,1996), hal. 67-68
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
9/72
9
hasil belajar matematika materi pokok bangun datar pada siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Sumbergempol”.
2. Secara Praktis
a. Bagi kepala SMP N 2 Sumbergempol
Sebagai bahan dalam mengambil tindakan yang berkenaan dengan
pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning (PBL).
b. Bagi guru SMP N 2 Sumbergempol
Sebagai masukan dalam memberikan pelajaran matematika yang
menekankan pada materi pokok bangun datar.
c. Bagi siswa SMP N 2 Sumbergempol
Sebagai pedoman dalam menentukan cara belajar yang tepat
terhadap hasil belajar siswa khususnya pada pelajaran matematika.
d.
Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai dokumentasi bagi peneliti lain dalam rangka mengadakan
penelitian lebih lanjut.
F. Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian
Penelitian ini tidak lepas dari ruang lingkup penelitian. Hal ini untuk
menghindari kekaburan dan kesimpangsiuran dalam pembahasan, sehingga
dapat mengarah kepada pokok bahasan yang ingin dicapai. Adapun ruang lingkup
penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dilakukan di semester genap tahun ajaran 2012/2013. Hal ini
disesuaikan dengan masa penelitian yang disediakan oleh pihak lembaga
sekolah.
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
10/72
10
2.
Penelitian ini hanya dilakukan untuk siswa kelas VII A dan siswa kelas VII
G di SMP Negeri 2 Sumbergempol.
3. Materi pada penelitian ini adalah bangun datar yang meliputi (persegi
panjang dan persegi).
G. Definisi Operasional
Untuk memperoleh pengertian yang benar dan untuk menghindari kesalahan
pemahaman judul penelitian ini, maka akan diuraikan secara singkat beberapa
istilah-istilah sebagai berikut.
1. Secara Konseptual
a. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu , dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merancang
aktivitas belajar mengajar.16
b. Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk
siswa belajar, maka model pembelajaran berbasis masalah ini dirasa
sangat cocok diterapkan dalam penelitian ini karena membantu siswa
memperoleh ketrampilan dalam proses berfikir produktif.17
16 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorentasi Konstruktivistik . (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), hal. 517
Made Wena, Strategi Pembelajaran inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi aksara, 2010),hal. 91
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
11/72
11
c. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah
dilakukan proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pengajaran.18
d. Bangun datar yang dimaksud disini adalah bangun datar (persegi panjang
dan persegi), yaitu bangun datar yang memiliki empat buah sisi.19
2. Secara Operasional
Di dalam penelitian ini akan dilihat ada dan tidaknya pengaruh model
Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil
belajar matematika siswa. Terlebih dahulu peneliti akan memberikan perlakuan
yang berbeda. Satu kelas menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalh
Problem Based Learning (PBL) sedangkan kelas yang lain menggunakan metode
konvensional. Kemudian kedua kelas tersebut akan diberikan soal tes yang sama.
Hasil dari tes tersebut akan dibandingkan dan dicari hubungannya dengan
menggunakan uji-t atau t-test.
H. Sistematika Pembahasan
Secara garis besar pembahasan dalam skripsi dibagi menjadi tiga bagian
yaitu, Bagian Awal, Bagian Inti, Bagian Akhir.
Bagian Awal, terdiri dari: halaman sampul; halaman judul; halaman
persetujuan; halaman pengesahan; motto; persembahan; kata pengantar; daftar isi;
daftar tabel; daftar lampiran; dan abstrak.
Bagian Inti, terdiri dari:
18 Asep Jihad dan Abdul Aziz, Persuasi Pembelajaran, (Yogyakarta : Mahl Persindo, 2009)
hal.1519
Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni, Matematika dan Konsep Aplikasinya, (Jakarta: CV.Usaha Makmur, 2008), hal. 259
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
12/72
12
Bab satu pendahuluan, terdiri dari: latar belakang masalah; rumusan
masalah; tujuan penelitian; hipotesis penelitian; kegunaan penelitian; ruang
lingkup dan keterbatasan penelitian; definisi operasional dan sistematika
pembahasan.
Bab dua kajian Pustaka, terdiri dari: hakekat matematika; belajar mengajar
matematika; pembelajaran berbasis masalah problem based learning (PBL);
pembelajaran Konvensional; hasil belajar matematika; bangun datar (persegi
panjang dan persegi); penelitian terdahulu dan kerangka berfikir.
Bab Tiga Metode Penelitian, terdiri dari: pola dan jenis penelitian; populasi,
sampling dan sampel; variabel data, pengukuran dan sumber data; metode
pengumpulan data, instrumen pengumpulan data dan instrumen penelitian; analis
data dan prosedur penelitian.
Bab Empat Laporan Hasil Penilitian, Terdiri dari: penyajian data hasil
penelitian; analisis data hasil penelitian; rekapitulasi dan hasil Penelitian.
Bab Lima Penutup, terdiri dari: kesimpulan dan saran.
Bagian Akhir, terdiri dari: daftar rujukan, lampiran-lampiran, surat
pernyataan keaslian, daftar riwayat hidup penulis.
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
13/72
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat Matematika
Istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique
(Perancis), matemico (Italia), matematiceski (Rusia) atau mathematick / wiskunde
(Belanda) berasal dari perkataan Yunani, mathematike yang berarti “relating to
learning ”. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan
atau ilmu (knowledge, science). Perkataan mathematike berhubungan sangat erat
dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti
belajar (berpikir).20
Ada beberapa definisi atau pengertian tentang matematika.21
a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sisitematis.
b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan.
d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk.
e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-strutur yang logik.
f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
20 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: Fakultas
Pendidikan Matematika dan IPA Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hal. 15-1621
R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia: Konstatasi Keadaan Masa Kini
Menuju Harapan Masa Depan, (t.t.p.: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi DepartemenPendidikan Nasional, 1999/2000), hal. 11
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
14/72
14
Matematika adalah symbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian
secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi,
mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke
aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika,
yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu ada kesepakatan, dan pola pikir
yang deduktif.22
Sehingga dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang
berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan
hubungan-hubungan di antara hal-hal itu.
Secara umum karakteristik matematika adalah:23
a. memiliki objek kajian abstrak
b. bertumpu pada kesepakatan
c. berpola pikir deduktif
d. memiliki simbol yang kosong dari arti
e. memperhatikan semesta pembicaraan
f. konsisten dalam sistemnya
Perlu diketahui, bahwa ilmu matematika itu berbeda dengan disiplin ilmu
yang lain. Matematika memiliki bahasa sendiri, yakni bahasa yang terdiri atas
simbol-simbol dan angka. Sehingga jika kita ingin belajar matematika dengan
baik, maka langkah yang harus ditempuh adalah kita harus menguasai bahasa
pengantar dalam matematika, harus berusaha memahami makna-makna dibalik
22 Heruman, Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar , (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), hal.123 R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia …, hal. 13-19
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
15/72
15
lambang dan simbol tersebut.24 Simbol-simbol matematika bersifat “artifisial ”
yang baru memiliki arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Tanpa itu,
matematika hanya merupakan kumpulan simbol dan rumus yang kering tanpa
makna.25
Banyak orang yang mempertukarkan antara matematika dengan aritmatika
atau berhitung. Padahal, matematika memiliki cakupan yang lebih luas daripada
aritmatika. Aritmatika hanya merupakan bagian dari matematika.26
Selain itu matematika juga berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan),
struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur secara logik sehingga
matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.27
Jika materi matematika adalah aplikasi dari kehidupan sehari-hari, maka
matematika yang dipelajari itu bukan sekadar menggunakan rumus-rumus yang
sudah “jadi” untuk langsung diterapkan, melainkan hakikat matematika pun harus
tetap diutamakan.
Dengan demikian, jika rumus-rumus matematika yang digunakan itu tidak
disertai dengan pemahaman yang cukup dan mendalam tentang hakikat dan
konsep matematika, maka matematika hanya akan menjadi hapalan saja. Padahal,
menghapal merupakan proses yang mekanistik. Kendati diakui bahwa dalam
belajar matematika harus dilandasi dengan pemahaman konsep yang matang
24 Moch. Masykur, Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelligence: Cara Cerdas Melatih
Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2008), hal. 4425
Ibid., hal. 4726
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar , (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2003), hal. 231-23227
Heman Hudojo, Strategi Mengajar Belajar Matematika, (Malang: IKIP Malang, 1990),hal. 3-4
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
16/72
16
terlebih dahulu. Tidak ada satu pun konsep atau teorema dalam matematika yang
wajib dihapal tanpa dipahami konsepnya terlebih dahulu.28
B. Belajar Mengajar Matematika
1. Belajar Matematika
Banyak sekali para ahli yang telah mengemukakan definisi belajar dengan
pandangan yang bebeda-beda. Namun demikian, dari sekian banyak definisi yang
ada, hampir semua ada unsur kesamaan yang terkandung di dalamnya, yakni:
adanya perubahan dalam diri seseorang. Artinya; orang yang telah melakukan
kegiatan belajar tidak sama keadaanya sebelum ia melakukan kegiatan belajar.
Perubahan belajar itu dapat berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, pengertian,
pengetahuan dan lain sebagainya. Jadi pada dasarnya, “belajar” adalah: suatu
proses pembentukan atau perubahan tingkah laku yang mengarah kepada
penguasaan pengetahuan, kecakapan, keterampilan, kebiasaan, sikap yang
semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan. Dengan demikian, apa yang
ditimbulkan dari kegiatan belajar itu adalah: adanya tingkah laku yang progresif
(maju) dan adaptif (mampu mengadakan penyesuaian/ penyelarasan).
learning as a relative permanent change in behavior traceable to
experience and practice, (Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative
tetap yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan).29
Ciri-ciri perubahan
tingkah laku dalam pengertian belajar antara lain:30
28 Moch. Masykur, Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelligence …, hal. 53-54
29 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: FAKULTAS TARBIYAH IAIN
WALISONGO SEMARANG, 2004), hal. 3330
Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004),hal. 128-130
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
17/72
17
1.
Perubahan yang terjadi secara sadar
Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau
sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu
perubahan dalam dirinya. Yaitu menyadari bahwa pengetahuannya
bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah.
2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Perubahan yang terjadi pada individu berlangsung secara terus
menerus dan tidak statis, satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan
perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses
belajar berikutnya.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif
Perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk
memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian,
makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik
perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa
perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha
individu itu sendiri.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap dan
permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan
bersifat menetap.
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
18/72
18
5. Perubahan dalam belajar, bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena adanya
tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah perubahan tingkah laku
yang benar-benar disadari. Dengan demikian perbuatan belajar yang
dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang ditetapkannya.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui proses belajar,
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku dalam sikap kebiasaan,
keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
Pada umumnya ada tiga tipe belajar siswa yaitu: (1) visual, dimana dalam
belajar, siswa tipe ini lebih mudah belajar dengan cara melihat atau mengamati,
(2) auditori, dimana siswa lebih mudah belajar dengan mendengarkan, dan (3)
kinestetik, dimana dalam pembelajaran siswa lebih mudah belajar dengan
melakukan.31 Kemampuan orang untuk belajar ialah ciri-ciri penting yang
membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain.32
Seseorang dikatakan sukses belajar apabila memiliki sikap mental cendekia
dan satu kalimat “kunci” penguasaan cara belajar yang baik sebagai penuntun
kearah penguasaan ilmu yang optimal. Sikap mental cendekia tersebut adalah
percaya diri sendiri, optimis dengan semua harapan, tidak ragu dalam bertindak,
berani menghadapi tantangan, tabah dan tidak cepat putus asa, merebut setiap
kesempatan sedini mungkin, mengerjakan apa yang dapat dikerjakan,
31 Marno, M. Idris, Strategi & Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan Mengajar
yang Efektif dan Edukatif , (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2008), hal. 17132
Margaret E. Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: CV Rajawali, 1991),hal. 1
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
19/72
19
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, belajar sambil berdoa, dan tidak cepat
merasa puas atas hasil belajar yang dicapai.33
Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses
belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.
Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda,
hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang
tampak dari luar.34
Belajar matematika sama halnya dengan belajar logika, karena kedudukan
matematika dalam ilmu pengetahuan adalah sebagai ilmu dasar atau ilmu alat.
Sehingga, untuk dapat berkecimpung di dunia sains, teknologi, atau disiplin ilmu
lainnya, langkah awal yang harus ditempuh adalah menguasai alat atau ilmu
dasarnya, yakni menguasai matematika secara benar.35 Oleh karena itu, pengajar
seharusnya juga menguasai dengan baik matematika yang diajarkan sehingga
belajar matematika menjadi bermakna bagi peserta didik dan mencapai hasil
belajar yang maksimal.
2. Mengajar Matematika
Sama halnya belajar, mengajar pun pada hakekatnya adalah suatu proses,
yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.36
33 Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar , (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2002),
hal. 934
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006) hal. 735
Moch. Masykur, Abdul Halim Fathani , Mathematical Intelligence …, hal 4336
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Belajar Mengajar , (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009),hal. 29
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
20/72
20
Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak.37 Sebagian orang
menganggap bahwa mengajar tak berbeda dengan mendidik. Istilah mengajar /
pengajaran yang dalam bahasa Arab disebut taklim dan dalam bahasa Inggris
teaching itu kurang lebih sama artinya degan pendidikan yakni tarbiyah dalam
bahasa Arab dan education dalam bahasa Inggris. Dalam arti yang lebih ideal,
mengajar bahkan mengandung konotasi membimbing dan membantu untuk
memudahkan siswa dalam menjalani proses perubahannya sendiri, yakni proses
belajar untuk meraih kecakapan cipta, rasa, dan karsa.38
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar itu pada
intinya mengarah pada timbulnya perilaku siswa.39
Dalam mengajar, seorang guru harus mengerti dengan baik materi yang
akan diajarkan, baik pemahaman detailnya maupun aplikasinya. Hal ini sangat
diperlukan dalam menguraikan ilmu pengetahuan, pemahaman, keterampilan-
keterampilan dan apa saja yang harus disampaikan kepada anak didiknya dalam
bentuk komponen-komponen atau informasi-informasi yang sesungguhnya dalam
bidang ilmu yang bersangkutan.40
Mengajar matematika merupakan kegiatan pengajar agar peserta didiknya
belajar untuk mendapatkan matematika, yaitu kemampuan, keterampilan dan
sikap tentang matematika itu. Kemampuan, keterampilan, dan sikap yang dipilih
pengajar itu harus relevan dengan tujuan belajar yang disesuaikan dengan stuktur
37 Mustaqim, Psikologi Pendidikan …, hal. 91
38 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan : Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), ha. 180-18139
Ibid., hal. 18340 Mustaqim, Psikologi Pendidikan …, hal 96
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
21/72
21
kognitif yang dimiliki peserta didik. Ini dimaksudkan agar terjadi interaksi antara
pengajar dan peserta didik.41
3. Proses Belajar Mengajar Matematika
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan nyata yang mempengaruhi
anak didik dalam suatu situasi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara
anak didik dengan guru, siswa dan siswa serta siswa dan lingkungan belajarnya.42
Proses belajar mengajar hendaknya selalu mengikutsertakan siswa selalu
aktif guna mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa antara lain
kemampuan mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, mengaplikasikan
konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan
hasil penemuannya.43
Tercapainya tujuan pembelajaran atau hasil pengajaran itu sangat
dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas siswa di dalam belajar. Proses belajar akan
menghasilkan hasil belajar. Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik bila
proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif.44
Ada lima rumusan tujuan umum dalam pembelajaran matematika, yaitu:
pertama, belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication); kedua,
belajar untuk bernalar (mathematical reasoning ); ketiga, belajar memecahkan
masalah (mathematical problem solving ); keempat, belajar untuk mengaitkan ide
41 Herman Hudojo, Strategi Mengajar Belajar Matematika …, hal 117
42 Muhamad Zaini, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi,
(Surabaya: eLKAF, 2006), hal. 7543
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997),
hal. 7344
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar , (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007), hal. 49
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
22/72
22
(mathematical connections), dan kelima, pembentukan sikap positif terhadap
matematika ( positive attitudes toward mathematical ).45
Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari
kepada apa yang telah diketahui orang itu. Karena itu untuk mempelajari suatu
materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang itu
akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut.46
Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu
berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan
disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa.47
Selain itu, pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara
pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang diajarkan. Hal ini
sesuai dengan pembelajaran spiral, sebagai konsekuensi dalil Bruner. Dalam
matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep
menjadi prasyarat bagi konsep yang lain. Oleh karena itu, siswa harus lebih
banyak diberi kesempatan untuk melakukan keterkaitan tersebut yang tentunya
dengan prosedur atau langkah-langkah yang telah ditentukan.
Siswa harus dapat menghubungkan apa yang telah dimiliki dalam struktur
berpikirnya yang berupa konsep matematika, dengan permasalahan yang
dihadapi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suparno tentang belajar bermakna,
yaitu “kegiatan siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada
pengetahuan berupa konsep-konsep yang telah dimilikinya”.48
45 Moch. Masykur, Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelligence …, hal. 78-79
46 Herman Hudojo, Strategi Mengajar Belajar Matematika …, hal. 4-5
47
Heruman, Model Pembelajaran Matematika …, hal. 1-248 Ibid., hal. 4-5
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
23/72
23
Menyelenggarakan proses pembelajaran matematika yang lebih baik dan
bermutu di sekolah adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi. Sudah
bukan zamannya lagi matematika menjadi momok yang menakutkan bagi siswa di
sekolah. Jika selama ini matematika dianggap sebagai ilmu yang abstrak dan
kering, melulu teoritis, rumus-rumus dan soal-soal, maka sudah saatnya bagi
siswa untuk menjadi lebih akrab familier dengan matematika. Untuk itu, seorang
guru harus dapat menghadirkan pembelajaran matematika yang humanis.49
C. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learni ng) (PBL)
1. Pengertian
Pengajaran berbasis masalah Problem Based Learning (PBL) adalah Suatu
pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang
esensial dari suatu materi pelajaran.50
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang
menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran
melalui situasi dan kondisi masalah yang disajikan pada awal pembelajaran.
Pengajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain seperti Project-Based
Teaching (Pembelajaran Proyek), Experience-Based Education (Pendidikan
49 Moch. Masykur, Abdul Halim Fathani , Mathematical Intelligence …, hal. 56
50
Weda Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer , (Jakarta: Bumi aksara ,2010), hal. 91
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
24/72
24
Berdasarkan Pengalaman), Authentic Learning (Pembelajaran Autentik) dan
Anchored Instructian (Pembelajaran Berakar pada Kehidupan Nyata).51
Dalam ruang lingkup pembelajaran berbasis masalah, siswa berperan
sebagai seorang professional dalam menghadapi permasalahan yang muncul,
meskipun dengan sudut pandang yang tidak jelas dan informasi yang minimal,
siswa tetap dituntut untuk menentukan solusi terbaik yang mungkin ada.
Pembelajaran berbasis masalah membuat perubahan dalam proses
pembelajaran khususnya dalam segi peranan guru. Guru tidak hanya berdiri di
depan kelas dan berperan sebagai pemandu siswa dalam menyelesaikan
permasalahan dengan memberikan langkah-langkah penyelesaian yang sudah
jadi melainkan guru berkeliling kelas memfasilitasi diskusi, memberikan
pertanyaan, dan membantu siswa untuk menjadi lebih sadar akan proses
pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran yang menitik beratkan pada apa yang
dilihat,didengar dan dirasakan oleh siswa. Metode yang dipakai untuk mencapai
visi pendidikan membangun khalifah fil ardh dengan membangun 3 potensi dasar
yaitu :
a.
Mind (pola pikir , kecerdasan), dimana anak diharapakan dapat:
1)
Memiliki daya ingat yang tinggi
2)
Memiliki daya konsentrasi yang tinggi supaya potensi kecerdasannya
menjadi optimal’
3) Memiliki rasa ingin tahu, berfikir kritis, dan logis.
51
Mohammad Nur, Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, (Surabaya: UNESA,2011), hal. 2
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
25/72
25
b.
Soul (jiwa) sehingga anak menjadi berakhlak, memiliki kepedulian, mau
berbagi, dapat dipercaya dan mempercayai orang, berani mengambil
keputusan dan terampil berkomunikasi.
c. Creativity (Kreativitas), dimana anak dilatih untuk berfikir lateral (melihat dari
berbagai sudut pandang), bebas berekspresi dan mengungkapkan keinginan
serta pikirannya.52
2. Landasan Teoritik dan Empirik PBL
PBL berlandaskan pada psikologi kognitif, fokus pelajaran tidak begitu
menekankan pada apa yang sedang dilakukan peserta didik melainkan kepada apa
yang sedang mereka pikirkan (kognisi) pada saat mereka melakuka kegiatan itu.
Oleh karena itu peran utama guru pada PBL adalah membimbing dan
memfasilitasi sehingga peserta didikdapat berpikir dan memecahkan masalah oleh
mereka sendiri. PBL dilandasi oleh tiga pemikiran ahli, yaitu53:
a) John Dewey dengan kelas Berorientasi Masalah
Sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan
kelas merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah yang ada dalam
kehidupan nyata. Peserta didik akan belajar dengan baik jika apa yang
dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan
atau peristiwa yag akan terjadi disekelilingnya.
52 Adin, menatap arah, http://ticho.multiply.com/journal/item/4. Up date 24 maret 2013
53 Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Yuma pressindo, 2009), hal.
152
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
26/72
26
b)
Piaget, Vygotsky dengan Konstruktivisme
Piaget lebih menekankan proses belajar pada aspek tahapan
perkembangan intelektual sementara Vygotsky lebih menekankan pada
aspek sosial pembelajaran.
c) Bruner dengan pembelajaran penemuan
Tujuan pendidikan tidak hanya meningkatkan banyaknya
pengetahuan siswa tetapi juga menciptakan kemungkinan kegiatan untuk
penemuan oleh peserta didik.
3. Ciri-ciri dan Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning )
A. Ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah, Pembelajaran berbasis masalah dimulai
dengan pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan
disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan-keterampilan tertentu.
Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar
pertanyaan atau masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan
secara pribadi bermakna bagi siswa. Mereka mengajukan situasi
kehidupan nyata autentik untuk menghindari jawaban sederhana, dan
memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
2.
Berfokus pada keterkaitan antar berbagai disiplin ilmu, Meskipun PBL
mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih
benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu
dari banyak mata pelajaran.
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
27/72
27
3.
Penyelidikan autentik, Model pembelajaran berbasis masalah
menghendaki siswa untuk melakukan penyelidikan autentik untuk
mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus
menganalisis dan mendefinisikan masalah mengembangkan hipotesis
dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi,
melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan
merumuskan kesimpulan.
4. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya, PBL menuntut siswa
untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau
artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian
masalah yang mereka temukan. Bentuk tersebut dapat berupa laporan,
model fisik, video, maupun program komputer. Karya nyata itu
kemudian didemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang
apa yang telah mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar
terhadap laporan tradisional atau makalah.
5. Kerjasama, Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa
yang bekerjasama satu sama lain, paling sering secara berpasangan
atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk
secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan
memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.54
54
Mohammad Nur, Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, (Surabaya: UNESA,2011), hal. 3-5
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
28/72
28
B. Tujuan Problem Based Learni ng (PBL)
PBL dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-
banyaknya pada peserta didik. Pembelajaran ini melibatkan presentasi situasi-
situasi autentik dan bermakna yang berfungsi sebagai landasan bagi investigasi
oleh peserta didik.55
Secara lebih rinci tujuan PBL adalah sebagai berikut :
a. Membantu guru memberikan informasi sebanyak - banyaknya kepada
peserta didik.
b.
Membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan
masalah, keterampilan intelektual.
c. Belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka
dalam pengalaman nyata atau simulasi.
d.
Menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri
C. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Pembelajaran Berbasis Masalah terdiri dari 5 tahap sesuai dengan tabel
berikut : 56
55 Agus Suprijono, Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan
(PAIKEM) Teori dan Aplikasinya, (Surabaya: 2008), hal. 4556
Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Yuma pressindo, 2009), hal.159
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
29/72
29
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap Tingkah Laku Guru
Fase atau Tahap Perilaku Guru
Fase 1:
Mengorientasikan
siswa kepada masalah
Guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran,
mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistic penting,
dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan
pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri.
Fase 2:
Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Guru membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu.
Fase atau Tahap Perilaku Guru
Fase 3:
Membantu
penyelidikan mandiri
dan kelompok
Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan
dan solusi.
Fase 4:
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
serta memamerkannya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, rekaman
video, dan model serta membantu mereka berbagi karya
mereka.
Fase 5:
Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atas
penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.
D. Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Menekankan pada makna, bukan fakta.
b. Meningkatkan pengarahan diri.
c. Pemahaman lebih tinggi dan pengembangan keterampilan yang lebih baik.
d.
Keterampilan-keterampilan interpersonal dan kerja tim.
e. Sikap memotivasi diri sendiri.
f. Tingkat pembelajaran.57
57
Mohammad Nur, Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, (Surabaya: UNESA,2011), hal. 33
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
30/72
30
E. Keterbatasan PBL
a.
Hasil belajar akademik siswa yag terlibat dalam pembelajaran berdasarkan
masalah.
b. Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk implementasi.
c. Perubahan peran siswa dalam proses pembelajaran.
d. Perubahan peran guru dalam proses pembelajaran.
e. Perumusan masalah-masalah yang sesuai.
f. Asesmen yang valid atas program dan pembelajaran siswa.58
D. Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional adalah suatu pembelajaran yang
mengacu pada behaviorist structuralist . Dalam model pembelajaran konvensional,
pemerolehan matematika para siswa mengkuti alur: informasi kemudian ceramah
(pemberian contoh-contoh) dan yang terakhir latihan/tugas. Aktivitas dalam
pembelajaran konvensional banyak didominasi oleh belajar menghafal, penerapan
rumus dan penggunaan buku ajar sebagai “resep” yang harus diikuti halaman
perhalaman.59
Pembelajaran matematika secara konvensional dimulai dari pemberian
informasi/konsep oleh guru, kemudian guru mendemonstrasikan keterampilan
dalam menerapkan suatu algoritma. Sementara itu, siswa boleh bertanya bila ada
hal-hal yang belum jelas. Guru mengecek, biasanya dengan bertanya, apakah
sudah mengerti. Bagian yang belum dipahami siswa diulang lagi oleh guru,
58 Ibid., hal. 35
59
Ipung Yuwono, pembelajaran Matematika Secara membumi, ( Malang: UNM, 2001),hal. 5
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
31/72
31
kemudian guru memberi contoh-contoh soal tentang pemakaian suatu
konsep/algoritma. Kegiatan terakhir adalah pemberian tugas rumah oleh guru.
E. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar dan hasil belajar.
Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar terutama
diperoleh dari hasil evaluasi guru. Dalam banyak buku, hasil belajar juga diartikan
sebagai prestasi belajar.
Menurut para ahli pendidikan, hasil belajar yang dicapai oleh para peserta
didik dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor yang terdapat dalam diri
peserta didik itu sendiri (faktor internal) dan faktor yang terdapat di luar diri
peserta didik (faktor eksternal).60
Faktor internal atau faktor yang terdapat di dalam diri peserta didik antara
lain sebagai berikut:
1. Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh pesrta didik. Kemampuan
dasar (inteligensi) merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil
belajar yang diharapkan.
2. Kurangnya bakat khusus untuk suatu situasi belajar tertentu.
3.
Kurangnya motivasi atau dorongan belajar, tanpa motivasi yang besar akan
banyak mengalami kesulitan dalam belajar, karena motivasi merupakan faktor
pendorong kegiatan belajar.
4. Situasi pribadi terutama emosional yang dihadapi peserta didik pada waktu
tertentu dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar.
60 Dra. Hallen A.,M.Pd, Bimbingan Dan Konseling , (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal. 130
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
32/72
32
5.
Faktor jasmani yang tidak mendukung kegiatan balajar, seperti ganguan
kesehatan, cacat tubuh, ganguan penglihatan, ganguan pendengaran dan lain
sebagainya.
6. Faktor hireditas (bawaan) yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti
buta warna, kidal, trepor, cacat tubuh dan lain sebagainya.
Adapun faktor yang terdapat diluar diri peserta didik (eksternal) yang
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sebagai berikut.
1. Faktor lingkungan sekolah yang kurang memedaibagi situasi belajar peserta
didik, seperti: cara mengajar, sikap guru, kurikulum atau materi yang akan
dipelajari, perlengkapan belajar yang tidak memadai, teknik evaluasi yang
kurang tepat, ruang belajar yang kurang nyaman, situasi social sekolah yang
kurang mendukung dan sebagainya.
2.
Situasi dalam keluarga mendukung peserta didik, seperti ruamah tangga yang
kacau, kurang perhatian orang tua karena pekerjaannya dan lain sebagainya.
3.
Situasi lingkungan social yang menggangu kegiatan belajar siswa, seperti
pengaruh negatif dari pergaulan, gangguan kebudayaan, film dan lain
sebagainya.61
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkahlaku pada diri
siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap
dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
61 Ibid.,hal. 130 -132
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
33/72
33
pengembangan yang lebih baik dibanding dengan sebelumnya, misalnya dari tidak
tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan, dan sebagainya.62
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan
tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya guru sebelumnya. Hal
ini dipengaruhi pula oleh kemampuan guru sebagai perancang (designer ) belajar-
mengajar.63 Hasil belajar merupakan peningkatan kemampuan mental peserta
didik. Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu dampak
pembelajaran (prestasi), dan dampak pengiring (hasil).64 Dampak pembelajaran
adalah hasil yang dapat diukur dalam setiap pelajaran (pada umumnya
menyangkut domaian kognitif) seperti tertuang dalam angka rapot dan angka
dalam ijazah. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan
dibidang lain yang merupakan suatu transfer belajar (transfer of learning ). Hasil
belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu
“hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product ) menunjuk pada suatu perolehan
akibat dilakukannya suatu aktifitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya
input secara fungsional. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya
perubahan perilaku pada individu yang belajar.65 Hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar sesuai
dengan tujuan pengajaran.66 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan hasil
62 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2010) , hal. 15563
Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2000), hal. 34
64 Drs Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
hal. 4465
Ibid.,hal. 44-4566
Asep Jihad dan abdul aziz, Persuasi Pembelajaran, (Yogyakarta : Mahl Persindo,2009),hal. 15
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
34/72
34
belajar siswa yang merupakan hasil ulangan harian siswa setelah diterapkan
model pembelajaran Problem Based Learning.
F. Bangun Datar
1. Keliling dan Luas bangun Datar :
Keliling bangun datar adalah jumlah semua panjang sisi yang membatasi
bidang datar tersebut. 67
Luas bangun datar adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi bangun
tersebut.68
2. Persegi panjang
Pengertian persegi panjang, yaitu : bangun datar yang keempat sudutnya
siku-siku dan sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
D C
0
A B
Keliling dan luas persegi panjang
a). Luas persegi panjang
Luas persegi panjang adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi
persegi panjang itu.69
Jumlah persegi panjang kecil yang terbentuk
67 M. Cholik Adinawan, Sugijono, Matematika 1B Untuk SMP Kelas VII semester 2,
(Jakarta: ERLANGGA, 2002 , hal. 6668 Ibid ., hal. 69
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
35/72
35
C
B
adalah 12 persegi panjang. Cara perhitungan jumlah persegi panjang
kecil tersebut adalah 3 + 3 + 3 + 3 = 12 atau 4 x 3 = 12. 70 Sehingga
untuk mencari jumlah semua persegi panjang kecil dilakukan dengan
cara panjang x lebar.
Jadi luas persegi panjang = panjang x lebar atau L = p x l.71
b). Keliling persegi panjang
Keliling persegi panjang adalah jumlah panjang semua sisi persegi
panjang. Sehingga untuk mencari jumlah panjang semua sisi persegi
panjang dengan cara panjang + lebar + panjang + lebar.
Jadi keliling panjang = panjang + lebar + panjang + lebar
Atau K = p + l + p + l
= 2p + 2l
= 2 (p + l) 72
3. Persegi
Pengertian persegi, yaitu : bangun datar yang keempat sisinya sama
panjang.
69 M. Cholik Adinawan, Sugijono, Matematika Untuk SMP …, hal. 68
70 Heruman, Model Pembelajaran Matematika …, hal. 139
71
M. Cholik Adinawan, Sugijono, Matematika Untuk SMP …, hal. 70 72 Ibid ., hal. 67
D
A
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
36/72
36
Keliling dan luas persegi :
a) Luas persegi
Jumlah persegi kecil yang terbentuk adalah 16 persegi. Cara
perhitungan jumlah persegi kecil tersebut adalah 4 + 4 + 4 + 4 = 16 atau
4 x 4 = 16. Sehingga untuk mencari jumlah semua persegi kecil
dilakukan dengan cara sisi x sisi.
Jadi luas persegi = sisi x sisi atau L = s x s 73
b) Keliling persegi
Keliling persegi adalah jumlah panjang semua sisi persegi.74 Jadi,
keliling persegi = sisi + sisi + sisi + sisi
atau
K = s + s + s + s = 4s 75
G. Penelitian Terdahulu
a.
Sri Handayani, UIN Malang, 2007, Efektifitas Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning ) dan
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Jigsaw untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar, Hasil Belajar dan Respon Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 2 Malang.76
73 Heruman, Model Pembelajaran Matematika …, hal. 136
74 M. Cholik Adinawan, Sugijono, Matematika Untuk SMP Kelas VII …, hal. 66
75 Mahmud Ridho, et. all., Bangkit Matematika …, hal. 52
76 Handayani, Sri, UIN Malang, 2007, Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah ( Problem Based Learning ) dan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe
Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar, Hasil Belajar dan Respon Belajar Siswa pada MataPelajaran Ekonomi di SMA Negeri 2 Malang
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
37/72
37
Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan
bangsa dan negara. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta sumber daya
manusia yang berkualitas. Salah satu persoalan besar yang dihadapi bangsa
Indonesia saat ini adalah rendahnya kualitas pendidikan nasional. Rendahnya
kualitas pendidikan tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Pendidikan Indonesia
memiliki mutu yang rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Jika
suatu negara mempunyai sistem pendidikan yang baik, maka dari sistem itulah
akan melahirkan tenaga kerja yang baik. Dari hal ini, maka dapat diketahui bahwa
pendidikan memiliki dimensi yang kompleks. Dalam rangka mengembangkan
iklim belajar mengajar seperti yang menumbuhkan rasa percaya diri, sikap, dan
perilaku yang inovatif dan kreatif, sangat diperlukan adanya keterkaitan antara
pendidik dan peserta didik.
b.
Ni Made Suci, Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial
Undiksha, 2003, Penerapan Model Problem Based Learning Untuk
meningkatkan Partisipasi Belajar Dan Hasil Belajar Teori Akuntansi
Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha.77
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar
mahasiswa dalam mata kuliah teori akuntansi serta untuk mendeskripsikan
tanggapan mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran berbasis masalah
dengan pendekatan kooperatif. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
tindakan kelas yang dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2006/2007
dengan jumlah mahasiwa 38 orang. Teknik pengumpulan data dengan observasi,
kuesioner, dan tes hasil belajar kemudian dianalisis dengan metode analisis
77 Made Suci, Ni, Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial Undiksha, 2003,
Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar Dan HasilBelajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
38/72
38
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
berbasis masalah dengan pendekatan kooperatif 1) meningkatkan aktivitas
(partisipasi) mahasiswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) 2)
meningkatkan hasil belajar mata kuliah teori akuntansi 3) mendapat respon yang
positif dari mahasiswa karena pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Dalam kaitanya tentang penelitian saya yang berjudul Pengaruh yang
signifikan antara Model Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning
(PBL) terhadap hasil belajar matematika materi pokok bangun datar pada siswa
kelas VII SMP Negeri 2 Sumbergempol adanya persamaan dengan
mengembangkan iklim belajar mengajar seperti yang menumbuhkan rasa percaya
diri, sikap, dan perilaku yang inovatif dan kreatif.
Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan
NO PERSAMAAN PERBEDAAN
1 Membahas tentang
Model Pembelajaran
Berbasis Masalah
Problem Based Learning
(PBL)
Objek dan subjek penelitian
yang berbeda menghasilkan
hasil yang berbeda pula
2 Dalam meningkatkan
hasil belajar Matematika
Untuk mengetahui hasil dalam
menguji sebuah konsep tentang
Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Problem Based
Learning (PBL)3 Mencakup bidang dalam
mengembangkan proses
Belajar Mengajar
Menciptakan iklim belajar
mengajar yang inovatif dan
kreatif dalam mengajar
matematika yang berlangsung
dalam sebuah lembaga
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
39/72
39
H. Kerangka Berpikir
Penerapan metode konvensional terbukti membuat hasil belajar peserta
didik rendah. Penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Dalam pembelajaran PBL,
akan memudahkan peserta didik dalam proses pemahaman terhadap berbagai
persoalan matematika. Karena pembelajaran dihubungkan dengan masalah nyata
sehingga pembelajaran akan lebih bermakna, dan secara langsung hasil belajar
yang dicapai peserta didik meningkat.
Model pembelajaran PBL memberikan ruang gerak kepada peserta didik
untuk menyelami setiap persoalan yang mereka hadapi, baik secara perorangan
maupun kelompok serta memberikan alternatif-alternatif penyelesaian masalah
yang mereka hadapi. Proses PBL ini diawali dari pencermatan terhadap masalah,
mengidentifikasi masalah, merumuskan masalahnya, dan membuat dugaan-
dugaan sementara terhadap masalah kemudian membuat kesimpulan berdasarkan
fakta-fakta yang ditemukan di lapangan.
Proses pembelajaran semacam ini, tidak dijumpai dalam pembelajaran
langsung (konvensional), dimana peserta didik hanya dituntut untuk
mendengarkan, menghafal isi bacaan tanpa mampu membandingkannya dengan
pengetahuan awal maupun pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh peserta
didik. Permasalahan inilah yang kemudian menjadi fokus tersendiri dalam
penelitian ini. Yakni, melihat apakah hasil PBL yang diyakini mampu
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa ini lebih baik daripada
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
40/72
40
pembelajaran yang dilaksanakan dengan pola-pola lama (pembelajaran
konvensional).
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
41/72
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pola dan Jenis Penelitian
1. Pola Penelitian
Ditinjau dari permasalahan yang ada, peneliti menggunakan pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang hasilnya disajikan
dalam bentuk deskripsi dengan menggunakan angka-angka. Pendekatan yang
digunakan peneliti pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif karena
karakteristik dari penelitian yang dilakukan sesuai dengan ciri-ciri penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis kegiatan penelitian
yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas
sejak awal hingga pembuatan desain penelitian, baik tentang tujuan penelitian,
subjek penelitian, objek penelitian, sampel, sumber data, maupun metodologinya
(mulai pengumpulan data hingga analisis data).78
Dalam pendekatan ini peneliti banyak dituntut menggunakan angka, mulai
dari pengumpulan data, penafsiran data tersebut, serta penampilan hasil akhir. 79
Oleh karena itu data yang terkumpul harus diolah secara statistik, agar dapat
ditafsir dengan baik. Data yang diolah tersebut diperoleh melalui nilai hasil post
test untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VII A dan VII G pada
materi bangun datar (persegi panjang dan persegi).
78 Puguh Suharso, Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis, (Jakarta: PT.Malta
Printindo, 2009), hal. 379
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik , (Jakarta: PT AsdiMahasatya, 2002), hal. 7
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
42/72
42
2. Jenis Penelitian
Berdasarkan dari jenis permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini,
maka penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen
yaitu metode penelitian yang sistematis guna membangun hubungan yang
mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relation ship).80
Penelitian eksperimen dapat dilakukan di dalam alam terbuka dan juga di
ruang tertutup. Dalam penelitian eksperimen kondisi yang ada dimanipulasi oleh
peneliti sesuai dengan kebutuhan peneliti.81
Dalam penelitian ini desain yang dipilih peneliti adalah (Quasi
eksperimental ) atau eksperimen semu. Dengan tujuan agar peneliti dapat
mengontrol semua variabel yang mempengaruhi jalannya eksperimen.
Dalam penelitian ini diperlukan data yang mencerminkan kemampuan siswa
sesudah program pengajaran yaitu dengan mengadakan eksperimen belajar
mengajar terhadap kelompok kelas yang dengan menggunakan pembelajaran
berbasis masalah Problem Based Learning (PBL) dan metode konvensional.
Sedangkan ditinjau dari permasalahan yang dibahas pada penelitian ini
peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang berusaha mendeskripsikan gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi
pada saat sekarang, dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil
masalah atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana
adanya pada saat penelitian dilaksanakan.82
80 Sukardi, Metodologi Penelitian …, hal. 179
81 Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2008), hal. 4982 Ibid ., hal. 64
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
43/72
43
Kelompok kelas pertama dengan model pembelajaran berbasis masalah
Problem Based Learning (PBL) digunakan sebagai kelas eksperimen sedangkan
kelompok kelas kedua dengan metode konvensional sebagai kelas kontrol. Pada
akhir proses belajar mengajar kedua kelompok tersebut diukur dengan
menggunakan alat ukur yang sama yaitu tes pemahaman materi bangun datar
(persegi panjang dan persegi).
B.
Populasi, Sampling dan Sampel
Populasi adalah himpunan semua individu atau objek yang menjadi bahan
studi oleh peneliti.83 Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua
siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sumbergempol yang berjumlah 229 siswa.
Sampling atau biasa disebut dengan teknik sampling merupakan teknik atau
cara yang digunakan peneliti untuk mengambil sampel penelitian yang akan
diteliti. Teknik pengambilan sampling adalah suatu teknik atau cara mengambil
sampel yang representatif dari populasi, pengambilan sampel ini harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi
sebagai contoh atau dapat menggambarkan populasi yang sebenarnya.84
Untuk menentukan sampling penelitian berikut, peneliti menggunakan
teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik sampling yang
digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan
tertentu dalam mengambil sampelnya.85 Sampel adalah cuplikan atau bagian dari
83 Turmudi dan Sri Harini, metode Statistika, (Malang: malang Press, 2008), hal. 9
84
Subana, Statistik Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2005), hal. 2585 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 97
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
44/72
44
populasi.86 Pengertian lain menyebutkan Sampel adalah himpunan bagian dari
populasi yang dipilih peneliti untuk diobservasi.87
Dalam penelitian ini, sampel
yang diambil dua kelas yaitu siswa kelas VII A berjumlah 28 siswa dan siswa
kelas VII G berjumlah 28 siswa.
C. Variabel Data, Pengukuran dan Sumber Data
1. Variabel data
Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau
sifat yang berdiri sendiri.88 Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang
dikontrol dan dimanipulasi oleh peneliti. Sedangkan variabel terikat adalah
sesuatu yang diobservasi untuk mengetahui perubahan akibat pengaruh dari
perlakuan.89 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah
pembelajaran berbasis masalah dan variabel terikat (Y) adalah materi bangun
datar (persegi dan persegi panjang).
2. Pengukuran dan Sumber data
a. Data
Data adalah sejumlah informasi yang dapat memberikan gambar tentang
suatu keadaan atau masalah, baik yang berupa angka-angka (golongan) maupun
yang berbentuk kategori seperti: baik, buruk, tinggi, rendah dan sebagainya.90
86 Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2012), hal.1087
Turmudi dan Sri Harini, Metode Statistika …, hal. 1188
Consuelo G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, terj. Alimuddin Tuwu, (Jakarta:Universitas Indonesia, 1993), hal. 21
89Turmudi dan Sri Harini, Metode Statistika : Pendekatan Teoritif dan Aplikatif , (Malang:
UIN-MALANG PRESS, 2008), hal. 1990 Subana, Statistik Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), hal. 19
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
45/72
45
Data yang diperoleh dari sampel melalui instrumen yang dipilih akan digunakan
untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis. Oleh sebab itu,
data perlu diolah dan dianalisis agar mempunyai makna guna pemecahan
masalah.91 Data disini adalah berupa hasil tes.
b. Pengukuran
Pengukuran adalah proses pemberian nilai kuantitatif terhadap karakter
yang dimiliki oleh unit-unit yang diamati. Pemberian angka-angka pada objek
dalam pengukuran harus dilakukan secara sistematis sehingga angka yang
diperoleh objek atau unit yang diamati secara konsisten mencerminkan
karakteristik yang dimiliki.92 Dalam Penelitian ini menggunakan teknik
pengukuran skala rasio yaitu, skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak
dan mempunyai jarak yang sama.
c.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah sumber subjek darimana data dapat
diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuisioner atau wawancara dalam
pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis
maupun lisan. Sumber data berupa responden ini dipakai dalam penelitian
kuantitatif.93
91 Nana Sudjana, Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, ( Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2004), hal. 12692
Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelit ian Kuantitatif…, hal. 15793
Subgyo, referensi makalah, http://www.referensimakalah.com/2012/09/sumber-data-dalam-penelitian.html, diakses 23 maret 2013
http://www.referensimakalah.com/2012/08/pengertian-data-dan-fakta-dalam.htmlhttp://www.referensimakalah.com/2012/09/sumber-data-dalam-penelitian.htmlhttp://www.referensimakalah.com/2012/09/sumber-data-dalam-penelitian.htmlhttp://www.referensimakalah.com/2012/09/sumber-data-dalam-penelitian.htmlhttp://www.referensimakalah.com/2012/09/sumber-data-dalam-penelitian.htmlhttp://www.referensimakalah.com/2012/09/sumber-data-dalam-penelitian.htmlhttp://www.referensimakalah.com/2012/08/pengertian-data-dan-fakta-dalam.html
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
46/72
46
1)
Data primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama
dilokasi penelitian atau objek penelitian.94 Sumber ini merupakan deskripsi
langsung tentang kenyataan yang dibuat oleh individu yang melakukan
pengamatan atau menyaksikan kejadian atau oleh individu yang
mengemukakan teori yang pertama kali.95 Dalam penelitian ini yang
menjadi data primer adalah guru, kepala sekolah dan siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Sumbergempol.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh
penulis yang tidak secara langsung melakukan pengamatan atau
berpartisipasi dalam kenyataan yang ia deskripsikan atau bukan penemu
teori.96 Adapun data sekunder dalam penelitian ini berupa arsip atau catatan
tentang daftar nama guru, struktur organisasi di sekolah, daftar nama siswa
kelas VII, historis, keadaan mula-mula dan fasilitas di SMP Negeri 2
Sumbergempol.
94M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, ( Jakarta: Kencana, 2008), hal. 12295
Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif …, hal. 8396 Ibid ., hal. 84
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
47/72
47
D. Metode pengumpulan data, Instrumen pengumpulan data, Instrumen
penelitian
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah merupakan teknik atau cara yang
dilakukan untuk mengumpulkan data.97 Dalam penelitia ini metode pengumpulan
data dapat menggunakan:
a. Metode observasi
Metode observasi adalah metode atau cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati langsung individu dan kelompok secara langsung.98 Metode ini
dilakukan dalam penelitian untuk memperoleh data-data tentang letak
geografis sekolah, dan stuktur organisasi sekolah. Metode ini dilakukan
dalam penelitian untuk mengetahui letak, batas-batas, dan juga kondisi fisik
bangunan SMP Negeri 2 Sumbergempol.
b. Metode tes
Tes adalah sederetan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, dan kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.99 Tes yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah post tes. Dalam penelitian ini, metode tes
digunakan untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
97 Hendry, Metode Pengumpula Data. http://teorionline.wordpress.com/service/metode-
pengumpulan-data/, diakses 19 Maret 201398
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 14999
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik , (Yogyakarta: PT Bumi Aksara,2004), hal. 16
http://teorionline.wordpress.com/service/metode-pengumpulan-data/http://teorionline.wordpress.com/service/metode-pengumpulan-data/http://teorionline.wordpress.com/service/metode-pengumpulan-data/http://teorionline.wordpress.com/service/metode-pengumpulan-data/http://teorionline.wordpress.com/service/metode-pengumpulan-data/
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
48/72
48
Masalah Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar materi
pokok bangun datar (persegi panjang dan persegi) pada siswa kelas VII
SMP Negeri 2 Sumbergempol tahun pelajaran 2012/2013.
c. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu metode untuk mencari data mengenai hal-
hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, agenda dan
sebagainya.100 Yaitu mencari data dengan melakukan pemeriksaan terhadap
dokumen-dokumen.101 Seperti dokumentasi tentang kegiatan yang berkaitan
dengan keadaan operasional dan objek penelitian, misalnya arsip-arsip.
Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk
mengetahui stuktur organisasi, data keadaan guru dan siswa, serta sarana
dan prasarana di SMP Negeri 2 Sumbergempol.
d.
Metode wawancara/ Interview
Wawancara adalah merupakan salah satu metode pengumpulan data dan
informasi yang dilakukan secara lisan. Proses wawancara dilakukan dengan
tatap muka langsung, melalui teleconference atau telepon.102 Metode ini
digunakan peneliti untuk mendapatkan data dari pihak sekolah tentang
sejarah berdirinya sekolah dari pihak-pihak lain yang mengetahui tentang
data-data yang diperlukan di SMP Negeri 2 Sumbergempol.
100 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Asdi
Mahasatya, 2002), hal. 274101
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2005), hal. 90102 Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan ..., hal. 32
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
49/72
49
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya.103 Instrumen pengumpulan data dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Pedoman observasi yaitu alat bantu yang digunakan peneliti ketika
mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena yang diselidiki. Pedoman observasi, yaitu alat yang
digunakan peneliti ketika mengumpulkan data melalui pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki. Pedoman
observasi ini digunakan untuk mengamamati sejumlah fenomena yang
berkaitan dengan objek penelitian sebagaimana terlampir (lampiran 3).
b.
Pedoman tes tertulis yaitu alat bantu yang berupa soal-soal tes tertulis yang
digunakan untuk memperoleh nilai sebagai alat ukur dalam penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan soal-soal untuk mengetahui
pemahaman bangun datar (persegi panjang dan persegi) terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas VII SMP N 2 Sumbergempol sebagaimana
terlampir (lampiran 6).
c. Pedoman dokumentasi yaitu alat bantu yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data-data dan arsip dokumentasi maupun buku kepustakaan
yang berkaitan dengan variabel sebagaimana terlampir (lampiran 3).
103 ibid., hal. 101
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
50/72
50
d.
Pedoman interview, yaitu alat bantu yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data berupa daftar pertanyaan yang digunakan peneliti
dalam mengadakan wawancara dengan responden sebagaimana terlampir
(lampiran 4).
3. Instumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis.Tes
tertulis merupakan alat penilaian berbasis kelas yang penyajian maupun
penggunaannya dalam bentuk tertulis.104 Jenis tes tertulis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes uraian yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa materi bangun (persegi panjang dan persegi ) pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Tes dilakukan di akhir pembelajaran (post test). Bentuk soal dan
pedoman penskoran soal tes ini dapat dilihat pada lampiran (lampiran 6).
Dalam penelitian ini uji coba instrumen merupakan bagian yang penting, hal
ini disebabkan karena dalam penelitian data merupakan penggambaran variabel
yang diteliti karena berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu
benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian.
Sedangkan benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen
pengumpulan data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting
yaitu valid dan reliabel.105
104 Sumarna Supranata, Panduan Tes Tertulis: Implementasi Kurikulum 2004 , ( Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 8105Arikunto, Prosedur Penelitian… hal. 211
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
51/72
51
a)
Validitas Isi
Validitas isi adalah dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang
ingin diukur, validasi isi juga disebut face validity atau validitas wajah.106
Validitas isi mempunyai peran yang sangat penting untuk tes pencapaian atau
achievement tes, validasit pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan para
ahli.107
Tidak ada formula matematis untuk menghitung dan tidak ada cara untuk
menunjukkan secara pasti. Tetapi untuk menggambarkan bagaimana suatu tes
divalidasi dengan menggunakan validasi isi, pertimbangan ahli tersebut dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
Para ahli mengamati secara cermat semua tes yang hendak divalidasi
Para ahli mengoreksi semua aitem yang telah dibuat
Pada akhir perbaikan para ahli memberikan pertimbangan tentang
bagaimana tes tersebut menggambarkan cakupan isi yang hendak diukur.108
Pengujian validitas isi tidak melalui analisis statistika tetapi menggunakan
analisis rasional. Salah satu cara yang praktis untuk melihat apakah validitas isi
telah terpenuhi adalah dengan melihat apakah aitem-aitem dalam tes telah ditulis
sesuai dengan blue-printnya yaitu telah sesuai dengan batasan domain ukur yang
telah ditetapkan semula dan memeriksa apakah masing-masing aitem telah sesuai
dengan indikator perilaku yang hendak diungkapnya.109
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menggunakan 2 validator yaitu
dosen matematika STAIN Tulungagung yang bernama Musrikah, S.Pd.I, M.Pd,
106Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,2011) hal.117
107 Ibid .117
108
Ibid . 117109Saifuddin azwar, Tes Prestasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1996) hal. 175
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
52/72
52
Dr. Eni Setyowati, S.Pd, M.m, dan seorang guru matematika SMP N 2
Sumbergempol yang bernama Titik Maspiah S.Pd, yang berturut-turut pada
tanggal 20, 23, dan 26 yang dilaksanakan pada bulan April 2013. Berdasarkan uji
validitas yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa instrumen soal
tersebut layak digunakan. Adapun hasil validitas isi dapat dilihat pada lampiran
(lampiran 15).
b) Reliabilitas
Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.110
Reliabilitas
berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketepatan hasil pengukuran.111
Suatu
instrumen memililiki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen tersebut
digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif
sama. Semakin reliabel suatu tes maka semakin yakin kita dapat menyatakan
dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali.112
Tabel 3.1 Interpretasi Terhadap Nilai 113 Nilai Interpretasi
≤ 0,20 reliabilitas sangat rendah0,20 <
≤ 0,40 reliabilitas rendah
0,40 < ≤ 0,70 reliabilitas sedang0,70 < ≤ 0,90 reliabilitas tinggi0,90 < ≤ 1,00 reliabilitas sangat tinggi
110 Suharsimi Arikunto, Prosedur ..., hal. 221
111 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian ..., hal. 229
112
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hal. 127113 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 181
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
53/72
53
Berdasarkan data soal dikatakan reliabel. Apabila diketahui reliabilitas tes
secara keseluruhan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for
windows sebagaimana terlampir (lampiran 14, tabel 1) dengan perolehan hasil
yaitu dari tabel tersebut bahwa Cronbach’s Alpha 0,565 dengan total item
sebanyak 5 soal dengan 28 siswa. Pada perhitungan tersebut dengan db = N – 1 =
28 – 1 = 27 pada taraf signifikan 5% diperoleh
Berdasarkan
perhitungan di atas diperoleh = 0,565 > = 0,39, ini berartimenunjukkan data bersifat reliabel yang diinterpretasikan nilai berdasarkan tabel
di atas bahwa soal tersebut memiliki reliabilitas sedang karena 0,40 < ≤ 0,70.E. Analisis data
Analisa data adalah kegiatan untuk menyederhanakan data kuantitatif agar
mudah dipahami. Hasil dari analisis data tersebut biasanya berupa data dalam
tabel frekuensi dan tabel silang, baik yang disertai dengan perhitungan statistik
maupun tidak.114
Analisis data berasal dari hasil pengumpulan data. Sebab data yang telah
terkumpul, bila tidak dianalisis hanya menjadi barang yang tidak bermakna, tidak
berarti, menjadi data yang mati, data yang tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis
data disini berfungsi untuk mamberi arti, makna dan nilai yang terkandung dalam
data itu.115
114 Bagong Suyanto dan Sutinah (ed), Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Kencana, 2007) ,
hal. 140115
Analisis data penelitian kuantitatif , http://youdant.wordpress.com/2011/06/13/98/, diakses 23 Maret 2013
http://youdant.wordpress.com/2011/06/13/98/http://youdant.wordpress.com/2011/06/13/98/http://youdant.wordpress.com/2011/06/13/98/
8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5
54/72
54
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kuantitatif,
adapun data kuantitatif ini di analisis menggunakan analisis statistik. Analisis
statistik yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik
inferensial. Analisis statistik deskriptif, mendeskripsikan atau