Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

  • Upload
    harry

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    1/72

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode tertentu sehingga

    memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai

    dengan kebutuhan.1  Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok

    manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan

     peningkatan kualitasnya, sekalipun dalam masyarakat yang terbelakang

    (primitif).2 Melalui pendidikan diharapkan dapat ditumbuhkan kemampuan untuk

    menghadapi tuntutan objektif masa kini, baik tuntutan dari dalam maupun

    tuntutan karena pengaruh dari luar masyarakat yang bersangkutan.3 

    Pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan agar peserta didik atau siswa

    dapat mencapai tujuan tertentu. Agar siswa dapat mencapai tujuan pendidikan

    yang telah ditentukan, maka diperlukan wahana yang dapat digambarkan sebagai

    kendaraan.

    Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas kalau

    dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Karena itu dalam mengajar

    matematika seyogyanya juga tidak disamakan begitu saja dengan ilmu yang lain

    1  Muhibbin Syah,  Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru,  (Bandung: PT.

    Rosdakarya, 2004), hal. 102  Hujair AH. Sanaky,  Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat Madani

     Indonesia, (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003), hal. 43

     Umar Tirtahardja, S. L. La Sulo,  Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya,2005), hal. 129

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    2/72

    2

    terutama matematika identik dengan suatu konsep-konsep yang mana jika konsep-

    konsep tersebut tidak dikuasai akan berdampak pada pembelajaran selanjutnya.4

     

    Matematika sebagai ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang dengan amat

     pesat, baik materi maupun kegunaannya, sehingga dalam perkembangannya atau

     pembelajarannya di sekolah kita harus memperhatikan perkembangan-

     perkembangannya, baik dimasa lalu, masa sekarang maupun kemungkinan-

    kemungkinannya untuk masa depan.5 

    Untuk mencapai hasil belajar yang ideal, kemampuan para pendidik

    teristimewa guru dalam membimbing belajar murid-muridnya amat dituntut. Jika

    guru dalam keadaan siap dan memiliki  profesiensi (berkemampuan tinggi) dalam

    menunaikan kewajibannya, harapan terciptanya sumber daya manusia yang

     berkualitas sudah tentu akan tercapai.6  Karena guru profesional itu berusaha

    mendorong siswa agar belajar secara berhasil.7 

    Dalam belajar matematika ada dua objek yang diperoleh siswa, yaitu objek

    langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung antara lain kemampuan

    menyelidiki dan memudahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap

    matematika dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek langsung

     berupa fakta, keterampilan, konsep, dan aturan.

    8

     

    4 Herman Hudojo, Strategi Mengajar Belajar Matematika, (Malang: IKIP Malang, 1990),

    hal. 15 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: Fakultas

    Pendidikan Matematika dan IPA Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hal. 556  Ibid., hal. 96

    7 Dimyati, Mudjiono,  Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006), hal.

    236 8 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Kontemporer …, hal. 33

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    3/72

    3

    Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami perlu

    segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa,

    sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan

    inilah maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian,

    tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah

    dilupakan siswa. Pepatah Cina mengatakan “ saya mendengar maka saya lupa,

    saya melihat maka saya tahu, saya berbuat maka saya mengerti”.9 

    Dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran

    matematika adalah pembentukan sifat pola berfikir kritis dan kreatif. Untuk

     pembinaan hal tersebut, kita perlu memperlihatkan daya imajinasi dan rasa ingin

    tahu dari anak didik kita. Dua hal tersebut harus dipupuk dan ditumbuh

    kembangkan. Siswa harus dibiasakan untuk diberi kesempatan bertanya dan

     berpendapat, sehingga diharapkan proses pembelajaran matematika lebih

     bermakna.10 

    Siswa dikatakan memahami matematika secara bermakna apabila ia

    memahami secara konseptual dan prosedural. Pengetahuan konseptual mengacu

     pada pemahaman konsep, sedangkan pengetahuan prosedural mengacu pada

    keterampilan melakukan algoritma atau prosedur pengerjaan. Siswa tidak cukup

    memahami konsep saja karena pada kehidupannya mereka memerlukan

    9  Heruman,  Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar , (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2008), hal. 210  Ibid ., hal. 62-63

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    4/72

    4

    keterampilan matematika, sedangkan dengan memahami keterampilan saja

    mereka tidak akan memahami konsep.11

     

    Berdasarkan dari hasil penelitian di Indonesia, ditemukan bahwa tingkat

     penguasaan peserta didik dalam matematika pada semua jenjang pendidikan

    masih sekitar 34%, ini sangat memprihatinkan. Anggapan masyarakat, khususnya

    dikalangan pelajar, matematika masih merupakan mata pelajaran sulit,

    membingungkan bahkan sangat ditakuti oleh sebagian besar pelajar.12 

    Hampir setiap tahun matematika dianggap sebagai batu sandungan bagi

    kelulusan sebagian besar siswa. Selain itu, pengetahuan yang diterima siswa

    secara pasif menjadikan matematika tidak bermakna bagi siswa. Paradigma

    mengajar seperti itu tidak dapat lagi dipertahankan dalam pembelajaran

    matematika di sekolah sekarang, sudah saatnya paradigma mengajar diganti

     paradigma belajar.13 

    Dalam pembelajaran matematika ada beberapa model, diantaranya adalah

    Model pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran Berbasis Masalah  Problem

     Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang

     berorientasi dengan pembelajaran konstektual.  Problem Based Learning (PBL)

    adalah suatu pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai

    konteks bagi siswa untuk siswa belajar berfikir kritis, dan keterampilan

     pemecahan masalah yang membantu mencapai tujuan-tujuan, serta untuk

    memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dalam memperkaya

    11  Ipung Yuwono,  Pembelajaran Matematika Secara Membumi, (t.t.p.: Departemen

    Pendidikan Nasional Universitas Malang, 2001), hal. 1312

     Moch. Masykur, Abdul Halim Fathani , Mathematical Intelligence: Cara Cerdas Melatih

    Otak Dan Menaggulangi Kesulitan Belajar  ( Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2008), hal. 3413 Moch. Masykur, Abdul Halim Fathani , Mathematical Intelligence …, hal. 57 

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    5/72

    5

    keterampilan-keterampilan intelektual dan penyelidikan dalam mata pelajaran.

     Problem Based Learning merupakan strategi pembelajaran dengan membuat

    konfrontasi kepada peserta didik dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-

     structured  atau open ended melalui stimulus dalam belajar.14 

     Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang

    menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk siswa

     belajar, maka model pembelajaran berbasis masalah ini dirasa sangat cocok

    diterapkan dalam penelitian ini karena membantu siswa memperoleh ketrampilan

    dalam proses berfikir produktif, dengan model pembelajaran ini siswa akan

    merasa bahwa masalah dalam matematika adalah masalah yang sering dialami

    siswa dalam kehidupan sehari-hari.

    Pengelolaan pembelajaran berbasis masalah terdapat 5 langkah utama, yaitu:

    mengorientasikan pembelajar pada masalah, mengorganisasikan pembelajar untuk

     belajar, memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok, mengembangkan

    dan menyajikan hasil kerja, serta menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan

    masalah.

    Salah satu materi matematika yang memerlukan pembelajaran dengan

     Problem Based Learning (PBL) adalah bangun datar (persegi panjang dan

     persegi). Peneliti memilih SMP Negeri 2 Sumbergempol sebagai obyek penelitian

    karena berdasarkan hasil observasi di kelas VII, peneliti melihat adanya suasana

     pembelajaran matematika yang masih konvensional. Masih saja ada siswa yang

    mencontek tugas teman, berdiskusi ketika ulangan harian, saat pembelajaran

    14

     Made Wena, Strategi Pembelajaran inovatif Kontemporer , (Jakarta: Bumi aksara, 2010),hal. 91

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    6/72

    6

     banyak siswa yang ramai sendiri dan beberapa siswa ada yang keluar masuk kelas

    ketika proses belajar pembelajaran berlangsung.

    Di sini alasan peneliti menggunakan materi bangun datar karena banyak

    siswa yang belum mengetahui konsep materi bangun datar dengan benar dan

    masih banyak siswa yang kurang respon aktif (bertanya) terhadap guru setelah

    materi disajikan, pemahaman siswa yang kurang maksimal menyebabkan siswa

    kesulitan dalam pennyelesaian soal-soal yang diberikan guru. Selain itu dalam

     proses penyelesaian soal beberapa siswa ada yang saling kerja sama dan

    menyontek pada ulangan harian, dan hal ini membuat para siswa kurang yakin

    dan percaya diri terhadap hasil jawaban mereka sendiri. Akibatnya jika tidak

    ditanggulangi akan menyebabkan penurunan terhadap rasa tanggung jawab dan

    mandiri terhadap hasil belajar matematika.

    Oleh karena itu berpijak dari uraian di atas, peneliti bermaksud

    mengadakan penelitian di SMP N 2 Sumbergempol karena dipandang perlu untuk

    mengetahui sejauh mana hasil belajar matematika siswa dalam mengikuti proses

    kegiatan pembelajaran dengan tujuan mendapat hasil belajar matematika yang

    tinggi. Untuk itu, peneliti mengambil judul “”Pengaruh Model Pembelajaran

    Berbasis Masalah Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar

    matematika materi pokok bangun datar pada siswa kelas VII SMP Negeri 2

    Sumbergempol.

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    7/72

    7

    B.  Rumusan Masalah.

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

    ini adalah :

    1.  Adakah Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based

    Learning (PBL) terhadap hasil belajar matematika materi pokok bangun

    datar (persegi panjang dan persegi) menghitung keliling dan luas pada siswa

    kelas VII SMP Negeri 2 Sumbergempol tahun pelajaran 2012/2013?

    2.  Seberapa Kriteria interpretasi pengaruh Model Pembelajaran Berbasis

    Masalah Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar matematika

    materi pokok bangun datar (persegi panjang dan persegi) menghitung

    keliling dan luas pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sumbergempol tahun

     pelajaran 2012/2013?

    C. 

    Tujuan Penelitian

    Berdasarakan rumusan masalah di atas, maka tujuannya adalah sebagai

     berikut:

    1.  Untuk menjelaskan Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah

    Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar matematika materi

     pokok bangun datar pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sumbergempol.

    2. 

    Untuk menjelaskan kriteria interpretasi pengaruh Model Pembelajaran

    Berbasis Masalah Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar

    matematika materi pokok bangun datar pada siswa kelas VII SMP Negeri 2

    Sumbergempol.

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    8/72

    8

    D.  Hipotesis Penelitian

    Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban sementara terhadap

     permasalahan penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling

    tinggi tingkat kebenarannya. Untuk memperlancar dan memandu proses penelitian

    diperlukan hipotesis yang akan di uji kebenarannya, oleh karena itu kebenarannya

    akan tergantung pada penelitian yang akan dilakukan. Penggunaan hipotesis

    dalam penelitian karena hipotesis sesungguhnya baru sekedar jawaban sementara

    terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan.15 

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

    Ha : “Ada Pengaruh yang signifikan antara Model Pembelajaran Berbasis

    Masalah Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar

    matematika materi pokok bangun datar pada siswa kelas VII SMP Negeri

    2 Sumbergempol”. 

    Ho : “Tidak ada Pengaruh yang signifikan antara Model Pembelajaran

    Berbasis Masalah Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar

    matematika materi pokok bangun datar pada siswa kelas VII SMP

     Negeri 2 Sumbergempol”. 

    E. 

    Kegunaan Penelitian

    1. 

    Secara Teoritis

    Sebagai sumbangan untuk memperkaya hasanah ilmiah tentang “Pengaruh

    Model Pembelajaran Berbasis Masalah  Problem Based Learning  (PBL) terhadap

    15 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,1996), hal. 67-68

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    9/72

    9

    hasil belajar matematika materi pokok bangun datar pada siswa kelas VII SMP

     Negeri 2 Sumbergempol”.

    2.  Secara Praktis

    a.  Bagi kepala SMP N 2 Sumbergempol

    Sebagai bahan dalam mengambil tindakan yang berkenaan dengan

     pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning (PBL).

     b.  Bagi guru SMP N 2 Sumbergempol

    Sebagai masukan dalam memberikan pelajaran matematika yang

    menekankan pada materi pokok bangun datar.

    c.  Bagi siswa SMP N 2 Sumbergempol

    Sebagai pedoman dalam menentukan cara belajar yang tepat

    terhadap hasil belajar siswa khususnya pada pelajaran matematika.

    d. 

    Bagi peneliti selanjutnya

    Sebagai dokumentasi bagi peneliti lain dalam rangka mengadakan

     penelitian lebih lanjut.

    F.  Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian

    Penelitian ini tidak lepas dari ruang lingkup penelitian. Hal ini untuk

    menghindari kekaburan dan kesimpangsiuran dalam pembahasan, sehingga

    dapat mengarah kepada pokok bahasan yang ingin dicapai. Adapun ruang lingkup

     penelitian ini adalah:

    1.  Penelitian ini dilakukan di semester genap tahun ajaran 2012/2013. Hal ini

    disesuaikan dengan masa penelitian yang disediakan oleh pihak lembaga

    sekolah.

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    10/72

    10

    2. 

    Penelitian ini hanya dilakukan untuk siswa kelas VII A dan siswa kelas VII

    G di SMP Negeri 2 Sumbergempol.

    3.  Materi pada penelitian ini adalah bangun datar yang meliputi (persegi

     panjang dan persegi).

    G.  Definisi Operasional

    Untuk memperoleh pengertian yang benar dan untuk menghindari kesalahan

     pemahaman judul penelitian ini, maka akan diuraikan secara singkat beberapa

    istilah-istilah sebagai berikut.

    1. Secara Konseptual

    a. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

     prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

    untuk mencapai tujuan belajar tertentu , dan berfungsi sebagai pedoman

     bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merancang

    aktivitas belajar mengajar.16 

     b.  Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang

    menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk

    siswa belajar, maka model pembelajaran berbasis masalah ini dirasa

    sangat cocok diterapkan dalam penelitian ini karena membantu siswa

    memperoleh ketrampilan dalam proses berfikir produktif.17 

    16  Trianto,  Model-model Pembelajaran Inovatif Berorentasi Konstruktivistik . (Jakarta:

    Prestasi Pustaka, 2007), hal. 517

     Made Wena, Strategi Pembelajaran inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi aksara, 2010),hal. 91

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    11/72

    11

    c. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah

    dilakukan proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pengajaran.18

     

    d. Bangun datar yang dimaksud disini adalah bangun datar (persegi panjang

    dan persegi), yaitu bangun datar yang memiliki empat buah sisi.19 

    2. Secara Operasional

    Di dalam penelitian ini akan dilihat ada dan tidaknya pengaruh model

    Pembelajaran Berbasis Masalah  Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil

     belajar matematika siswa. Terlebih dahulu peneliti akan memberikan perlakuan

    yang berbeda. Satu kelas menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalh

     Problem Based Learning (PBL) sedangkan kelas yang lain menggunakan metode

    konvensional. Kemudian kedua kelas tersebut akan diberikan soal tes yang sama.

    Hasil dari tes tersebut akan dibandingkan dan dicari hubungannya dengan

    menggunakan uji-t atau t-test.

    H.  Sistematika Pembahasan

    Secara garis besar pembahasan dalam skripsi dibagi menjadi tiga bagian

    yaitu, Bagian Awal, Bagian Inti, Bagian Akhir.

    Bagian Awal, terdiri dari: halaman sampul; halaman judul; halaman

     persetujuan; halaman pengesahan; motto; persembahan; kata pengantar; daftar isi;

    daftar tabel; daftar lampiran; dan abstrak.

    Bagian Inti, terdiri dari:

    18 Asep Jihad dan Abdul Aziz, Persuasi Pembelajaran, (Yogyakarta : Mahl Persindo, 2009)

    hal.1519

      Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni,  Matematika dan Konsep Aplikasinya, (Jakarta: CV.Usaha Makmur, 2008), hal. 259

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    12/72

    12

    Bab satu pendahuluan, terdiri dari: latar belakang masalah; rumusan

    masalah; tujuan penelitian; hipotesis penelitian; kegunaan penelitian; ruang

    lingkup dan keterbatasan penelitian; definisi operasional dan sistematika

     pembahasan.

    Bab dua kajian Pustaka, terdiri dari: hakekat matematika; belajar mengajar

    matematika; pembelajaran berbasis masalah  problem based learning   (PBL);

     pembelajaran Konvensional; hasil belajar matematika; bangun datar (persegi

     panjang dan persegi); penelitian terdahulu dan kerangka berfikir.

    Bab Tiga Metode Penelitian, terdiri dari: pola dan jenis penelitian; populasi,

    sampling dan sampel; variabel data, pengukuran dan sumber data; metode

     pengumpulan data, instrumen pengumpulan data dan instrumen penelitian; analis

    data dan prosedur penelitian.

    Bab Empat Laporan Hasil Penilitian, Terdiri dari: penyajian data hasil

     penelitian; analisis data hasil penelitian; rekapitulasi dan hasil Penelitian. 

    Bab Lima Penutup, terdiri dari: kesimpulan dan saran.

    Bagian Akhir, terdiri dari: daftar rujukan, lampiran-lampiran, surat

     pernyataan keaslian, daftar riwayat hidup penulis.

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    13/72

    13

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A.  Hakekat Matematika

    Istilah mathematics  (Inggris), mathematik   (Jerman), mathematique 

    (Perancis), matemico (Italia), matematiceski (Rusia) atau mathematick / wiskunde 

    (Belanda) berasal dari perkataan Yunani, mathematike  yang berarti “relating to

    learning ”. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan

    atau ilmu (knowledge, science). Perkataan mathematike  berhubungan sangat erat

    dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti

     belajar (berpikir).20 

    Ada beberapa definisi atau pengertian tentang matematika.21 

    a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara

    sisitematis.

     b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

    c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan

    dengan bilangan.

    d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan

    masalah tentang ruang dan bentuk.

    e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-strutur yang logik.

    f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

    20 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: Fakultas

    Pendidikan Matematika dan IPA Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hal. 15-1621

     R. Soedjadi,  Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia: Konstatasi Keadaan Masa Kini

     Menuju Harapan Masa Depan,  (t.t.p.: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi DepartemenPendidikan Nasional, 1999/2000), hal. 11

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    14/72

    14

    Matematika adalah symbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian

    secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi,

    mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke

    aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika,

    yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu ada kesepakatan, dan pola pikir

    yang deduktif.22 

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang

     berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan

    hubungan-hubungan di antara hal-hal itu.

    Secara umum karakteristik matematika adalah:23 

    a. memiliki objek kajian abstrak

     b. bertumpu pada kesepakatan

    c. berpola pikir deduktif

    d. memiliki simbol yang kosong dari arti

    e. memperhatikan semesta pembicaraan

    f. konsisten dalam sistemnya

    Perlu diketahui, bahwa ilmu matematika itu berbeda dengan disiplin ilmu

    yang lain. Matematika memiliki bahasa sendiri, yakni bahasa yang terdiri atas

    simbol-simbol dan angka. Sehingga jika kita ingin belajar matematika dengan

     baik, maka langkah yang harus ditempuh adalah kita harus menguasai bahasa

     pengantar dalam matematika, harus berusaha memahami makna-makna dibalik

    22 Heruman,  Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar , (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2008), hal.123 R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia …, hal. 13-19

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    15/72

    15

    lambang dan simbol tersebut.24  Simbol-simbol matematika bersifat “artifisial ”

    yang baru memiliki arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Tanpa itu,

    matematika hanya merupakan kumpulan simbol dan rumus yang kering tanpa

    makna.25 

    Banyak orang yang mempertukarkan antara matematika dengan aritmatika

    atau berhitung. Padahal, matematika memiliki cakupan yang lebih luas daripada

    aritmatika. Aritmatika hanya merupakan bagian dari matematika.26 

    Selain itu matematika juga berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan),

    struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur secara logik sehingga

    matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.27 

    Jika materi matematika adalah aplikasi dari kehidupan sehari-hari, maka

    matematika yang dipelajari itu bukan sekadar menggunakan rumus-rumus yang

    sudah “jadi” untuk langsung diterapkan, melainkan hakikat matematika pun harus

    tetap diutamakan.

    Dengan demikian, jika rumus-rumus matematika yang digunakan itu tidak

    disertai dengan pemahaman yang cukup dan mendalam tentang hakikat dan

    konsep matematika, maka matematika hanya akan menjadi hapalan saja. Padahal,

    menghapal merupakan proses yang mekanistik. Kendati diakui bahwa dalam

     belajar matematika harus dilandasi dengan pemahaman konsep yang matang

    24 Moch. Masykur, Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelligence: Cara Cerdas Melatih

    Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2008), hal. 4425

     Ibid., hal. 4726

      Mulyono Abdurrahman,  Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar , (Jakarta: PT

    Rineka Cipta, 2003), hal. 231-23227

     Heman Hudojo, Strategi Mengajar Belajar Matematika, (Malang: IKIP Malang, 1990),hal. 3-4

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    16/72

    16

    terlebih dahulu. Tidak ada satu pun konsep atau teorema dalam matematika yang

    wajib dihapal tanpa dipahami konsepnya terlebih dahulu.28

     

    B.  Belajar Mengajar Matematika

    1.  Belajar Matematika

    Banyak sekali para ahli yang telah mengemukakan definisi belajar dengan

     pandangan yang bebeda-beda. Namun demikian, dari sekian banyak definisi yang

    ada, hampir semua ada unsur kesamaan yang terkandung di dalamnya, yakni:

    adanya perubahan dalam diri seseorang. Artinya; orang yang telah melakukan

    kegiatan belajar tidak sama keadaanya sebelum ia melakukan kegiatan belajar.

    Perubahan belajar itu dapat berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, pengertian,

     pengetahuan dan lain sebagainya. Jadi pada dasarnya, “belajar” adalah: suatu

     proses pembentukan atau perubahan tingkah laku yang mengarah kepada

     penguasaan pengetahuan, kecakapan, keterampilan, kebiasaan, sikap yang

    semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan. Dengan demikian, apa yang

    ditimbulkan dari kegiatan belajar itu adalah: adanya tingkah laku yang  progresif

    (maju) dan adaptif  (mampu mengadakan penyesuaian/ penyelarasan).

    learning as a relative permanent change in behavior traceable to

    experience and practice, (Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative

    tetap yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan).29

      Ciri-ciri perubahan

    tingkah laku dalam pengertian belajar antara lain:30

     

    28 Moch. Masykur, Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelligence …, hal. 53-54

    29  Mustaqim,  Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: FAKULTAS TARBIYAH IAIN

    WALISONGO SEMARANG, 2004), hal. 3330

     Abu Ahmadi, Widodo Supriyono,  Psikologi Belajar , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004),hal. 128-130

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    17/72

    17

    1. 

    Perubahan yang terjadi secara sadar

    Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau

    sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu

     perubahan dalam dirinya. Yaitu menyadari bahwa pengetahuannya

     bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah.

    2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

    Perubahan yang terjadi pada individu berlangsung secara terus

    menerus dan tidak statis, satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan

     perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses

     belajar berikutnya.

    3. Perubahan dalam belajar bersifat positif

    Perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk

    memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian,

    makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik

     perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa

     perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha

    individu itu sendiri.

    4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

    Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap dan

     permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan

     bersifat menetap.

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    18/72

    18

    5. Perubahan dalam belajar, bertujuan atau terarah

    Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena adanya

    tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah perubahan tingkah laku

    yang benar-benar disadari. Dengan demikian perbuatan belajar yang

    dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang ditetapkannya.

    6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

    Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui proses belajar,

    meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku dalam sikap kebiasaan,

    keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

    Pada umumnya ada tiga tipe belajar siswa yaitu: (1) visual, dimana dalam

     belajar, siswa tipe ini lebih mudah belajar dengan cara melihat atau mengamati,

    (2) auditori, dimana siswa lebih mudah belajar dengan mendengarkan, dan (3)

    kinestetik, dimana dalam pembelajaran siswa lebih mudah belajar dengan

    melakukan.31  Kemampuan orang untuk belajar ialah ciri-ciri penting yang

    membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain.32 

    Seseorang dikatakan sukses belajar apabila memiliki sikap mental cendekia

    dan satu kalimat “kunci” penguasaan cara belajar yang baik sebagai penuntun

    kearah penguasaan ilmu yang optimal. Sikap mental cendekia tersebut adalah

     percaya diri sendiri, optimis dengan semua harapan, tidak ragu dalam bertindak,

     berani menghadapi tantangan, tabah dan tidak cepat putus asa, merebut setiap

    kesempatan sedini mungkin, mengerjakan apa yang dapat dikerjakan,

    31 Marno, M. Idris, Strategi & Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan Mengajar

     yang Efektif dan Edukatif , (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2008), hal. 17132

      Margaret E. Bell Gredler,  Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: CV Rajawali, 1991),hal. 1

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    19/72

    19

    memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, belajar sambil berdoa, dan tidak cepat

    merasa puas atas hasil belajar yang dicapai.33

     

    Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses

     belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.

    Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda,

    hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.

    Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang

    tampak dari luar.34 

    Belajar matematika sama halnya dengan belajar logika, karena kedudukan

    matematika dalam ilmu pengetahuan adalah sebagai ilmu dasar atau ilmu alat.

    Sehingga, untuk dapat berkecimpung di dunia sains, teknologi, atau disiplin ilmu

    lainnya, langkah awal yang harus ditempuh adalah menguasai alat atau ilmu

    dasarnya, yakni menguasai matematika secara benar.35 Oleh karena itu, pengajar

    seharusnya juga menguasai dengan baik matematika yang diajarkan sehingga

     belajar matematika menjadi bermakna bagi peserta didik dan mencapai hasil

     belajar yang maksimal.

    2.  Mengajar Matematika

    Sama halnya belajar, mengajar pun pada hakekatnya adalah suatu proses,

    yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa

    sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.36 

    33 Syaiful Bahri Djamarah,  Rahasia Sukses Belajar , (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2002),

    hal. 934

      Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006) hal. 735

      Moch. Masykur, Abdul Halim Fathani , Mathematical Intelligence …, hal 4336

     Nana Sudjana, Dasar-Dasar Belajar Mengajar , (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009),hal. 29

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    20/72

    20

    Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak.37  Sebagian orang

    menganggap bahwa mengajar tak berbeda dengan mendidik. Istilah mengajar /

     pengajaran yang dalam bahasa Arab disebut taklim dan dalam bahasa Inggris

    teaching   itu kurang lebih sama artinya degan pendidikan yakni tarbiyah dalam

     bahasa Arab dan education  dalam bahasa Inggris. Dalam arti yang lebih ideal,

    mengajar bahkan mengandung konotasi membimbing dan membantu untuk

    memudahkan siswa dalam menjalani proses perubahannya sendiri, yakni proses

     belajar untuk meraih kecakapan cipta, rasa, dan karsa.38 

    Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar itu pada

    intinya mengarah pada timbulnya perilaku siswa.39 

    Dalam mengajar, seorang guru harus mengerti dengan baik materi yang

    akan diajarkan, baik pemahaman detailnya maupun aplikasinya. Hal ini sangat

    diperlukan dalam menguraikan ilmu pengetahuan, pemahaman, keterampilan-

    keterampilan dan apa saja yang harus disampaikan kepada anak didiknya dalam

     bentuk komponen-komponen atau informasi-informasi yang sesungguhnya dalam

     bidang ilmu yang bersangkutan.40 

    Mengajar matematika merupakan kegiatan pengajar agar peserta didiknya

     belajar untuk mendapatkan matematika, yaitu kemampuan, keterampilan dan

    sikap tentang matematika itu. Kemampuan, keterampilan, dan sikap yang dipilih

     pengajar itu harus relevan dengan tujuan belajar yang disesuaikan dengan stuktur

    37  Mustaqim, Psikologi Pendidikan …, hal. 91

    38 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan : Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2004), ha. 180-18139

      Ibid., hal. 18340  Mustaqim, Psikologi Pendidikan …, hal 96 

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    21/72

    21

    kognitif yang dimiliki peserta didik. Ini dimaksudkan agar terjadi interaksi antara

     pengajar dan peserta didik.41

     

    3.  Proses Belajar Mengajar Matematika

    Proses belajar mengajar merupakan kegiatan nyata yang mempengaruhi

    anak didik dalam suatu situasi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara

    anak didik dengan guru, siswa dan siswa serta siswa dan lingkungan belajarnya.42 

    Proses belajar mengajar hendaknya selalu mengikutsertakan siswa selalu

    aktif guna mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa antara lain

    kemampuan mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, mengaplikasikan

    konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan

    hasil penemuannya.43 

    Tercapainya tujuan pembelajaran atau hasil pengajaran itu sangat

    dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas siswa di dalam belajar. Proses belajar akan

    menghasilkan hasil belajar. Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik bila

     proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif.44 

    Ada lima rumusan tujuan umum dalam pembelajaran matematika, yaitu:

     pertama, belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication); kedua,

     belajar untuk bernalar (mathematical reasoning ); ketiga, belajar memecahkan

    masalah (mathematical problem solving ); keempat, belajar untuk mengaitkan ide

    41  Herman Hudojo, Strategi Mengajar Belajar Matematika …, hal 117

    42 Muhamad Zaini, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi,

    (Surabaya: eLKAF, 2006), hal. 7543

     Suryosubroto,  Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997),

    hal. 7344

     Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar , (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007), hal. 49

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    22/72

    22

    (mathematical connections), dan kelima, pembentukan sikap positif terhadap

    matematika ( positive attitudes toward mathematical ).45

     

    Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari

    kepada apa yang telah diketahui orang itu. Karena itu untuk mempelajari suatu

    materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang itu

    akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut.46 

    Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu

     berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan

    disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa.47 

    Selain itu, pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara

     pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang diajarkan. Hal ini

    sesuai dengan pembelajaran spiral, sebagai konsekuensi dalil Bruner. Dalam

    matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep

    menjadi prasyarat bagi konsep yang lain. Oleh karena itu, siswa harus lebih

     banyak diberi kesempatan untuk melakukan keterkaitan tersebut yang tentunya

    dengan prosedur atau langkah-langkah yang telah ditentukan.

    Siswa harus dapat menghubungkan apa yang telah dimiliki dalam struktur

     berpikirnya yang berupa konsep matematika, dengan permasalahan yang

    dihadapi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suparno tentang belajar bermakna,

    yaitu “kegiatan siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada

     pengetahuan berupa konsep-konsep yang telah dimilikinya”.48 

    45 Moch. Masykur, Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelligence …, hal. 78-79

    46 Herman Hudojo, Strategi Mengajar Belajar Matematika …, hal. 4-5

    47

     Heruman, Model Pembelajaran Matematika …, hal. 1-248  Ibid., hal. 4-5

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    23/72

    23

    Menyelenggarakan proses pembelajaran matematika yang lebih baik dan

     bermutu di sekolah adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi. Sudah

     bukan zamannya lagi matematika menjadi momok yang menakutkan bagi siswa di

    sekolah. Jika selama ini matematika dianggap sebagai ilmu yang abstrak dan

    kering, melulu teoritis, rumus-rumus dan soal-soal, maka sudah saatnya bagi

    siswa untuk menjadi lebih akrab familier dengan matematika. Untuk itu, seorang

    guru harus dapat menghadirkan pembelajaran matematika yang humanis.49 

    C.  Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learni ng)  (PBL)

    1.  Pengertian

    Pengajaran berbasis masalah  Problem Based Learning (PBL) adalah Suatu

     pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu

    konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan

     pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang

    esensial dari suatu materi pelajaran.50 

    Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang

    menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran

    melalui situasi dan kondisi masalah yang disajikan pada awal pembelajaran.

    Pengajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain seperti  Project-Based  

    Teaching   (Pembelajaran Proyek),  Experience-Based Education  (Pendidikan

    49 Moch. Masykur, Abdul Halim Fathani , Mathematical Intelligence …, hal. 56

    50

      Weda Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer , (Jakarta: Bumi aksara ,2010), hal. 91

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    24/72

    24

    Berdasarkan Pengalaman),  Authentic Learning   (Pembelajaran Autentik) dan

     Anchored Instructian  (Pembelajaran Berakar pada Kehidupan Nyata).51

     

    Dalam ruang lingkup pembelajaran berbasis masalah, siswa berperan

    sebagai seorang professional dalam menghadapi permasalahan yang muncul,

    meskipun dengan sudut pandang yang tidak jelas dan informasi yang minimal,

    siswa tetap dituntut untuk menentukan solusi terbaik yang mungkin ada.

    Pembelajaran berbasis masalah membuat perubahan dalam proses

     pembelajaran khususnya dalam segi peranan guru. Guru tidak hanya berdiri di

    depan kelas dan berperan sebagai pemandu siswa dalam menyelesaikan

     permasalahan dengan memberikan langkah-langkah penyelesaian yang sudah

     jadi melainkan guru berkeliling kelas memfasilitasi diskusi, memberikan

     pertanyaan, dan membantu siswa untuk menjadi lebih sadar akan proses

     pembelajaran.

    Pendekatan pembelajaran yang menitik beratkan pada apa yang

    dilihat,didengar dan dirasakan oleh siswa. Metode yang dipakai untuk mencapai

    visi pendidikan membangun khalifah fil ardh dengan membangun 3 potensi dasar

    yaitu :

    a. 

     Mind  (pola pikir , kecerdasan), dimana anak diharapakan dapat:

    1) 

    Memiliki daya ingat yang tinggi

    2) 

    Memiliki daya konsentrasi yang tinggi supaya potensi kecerdasannya

    menjadi optimal’ 

    3) Memiliki rasa ingin tahu, berfikir kritis, dan logis.

    51

      Mohammad Nur,  Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, (Surabaya: UNESA,2011), hal. 2

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    25/72

    25

     b. 

    Soul   (jiwa) sehingga anak menjadi berakhlak, memiliki kepedulian, mau

     berbagi, dapat dipercaya dan mempercayai orang, berani mengambil

    keputusan dan terampil berkomunikasi.

    c.  Creativity (Kreativitas), dimana anak dilatih untuk berfikir lateral (melihat dari

     berbagai sudut pandang), bebas berekspresi dan mengungkapkan keinginan

    serta pikirannya.52 

    2.  Landasan Teoritik dan Empirik PBL

    PBL berlandaskan pada psikologi kognitif, fokus pelajaran tidak begitu

    menekankan pada apa yang sedang dilakukan peserta didik melainkan kepada apa

    yang sedang mereka pikirkan (kognisi) pada saat mereka melakuka kegiatan itu.

    Oleh karena itu peran utama guru pada PBL adalah membimbing dan

    memfasilitasi sehingga peserta didikdapat berpikir dan memecahkan masalah oleh

    mereka sendiri. PBL dilandasi oleh tiga pemikiran ahli, yaitu53:

    a)   John Dewey dengan kelas Berorientasi Masalah

    Sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan

    kelas merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah yang ada dalam

    kehidupan nyata. Peserta didik akan belajar dengan baik jika apa yang

    dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan

    atau peristiwa yag akan terjadi disekelilingnya.

    52 Adin, menatap arah, http://ticho.multiply.com/journal/item/4. Up date 24 maret 2013

    53 Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Yuma pressindo, 2009), hal.

    152

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    26/72

    26

     b) 

     Piaget, Vygotsky dengan Konstruktivisme 

    Piaget lebih menekankan proses belajar pada aspek tahapan

     perkembangan intelektual sementara Vygotsky lebih menekankan pada

    aspek sosial pembelajaran.

    c)   Bruner  dengan pembelajaran penemuan

    Tujuan pendidikan tidak hanya meningkatkan banyaknya

     pengetahuan siswa tetapi juga menciptakan kemungkinan kegiatan untuk

     penemuan oleh peserta didik. 

    3. Ciri-ciri dan Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

    Learning )

    A.  Ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :

    1.  Pengajuan pertanyaan atau masalah, Pembelajaran berbasis masalah dimulai

    dengan pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan

    disekitar prinsip-prinsip  atau keterampilan-keterampilan tertentu.

    Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar

     pertanyaan atau masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan

    secara pribadi bermakna bagi siswa. Mereka mengajukan situasi

    kehidupan nyata autentik untuk menghindari jawaban sederhana, dan

    memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

    2. 

    Berfokus pada keterkaitan antar berbagai disiplin ilmu, Meskipun PBL

    mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih

     benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu

    dari banyak mata pelajaran.

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    27/72

    27

    3. 

    Penyelidikan autentik, Model pembelajaran berbasis masalah

    menghendaki siswa untuk melakukan penyelidikan autentik untuk

    mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus

    menganalisis dan mendefinisikan masalah mengembangkan hipotesis

    dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi,

    melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan

    merumuskan kesimpulan.

    4.  Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya, PBL menuntut siswa

    untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau

    artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian

    masalah yang mereka temukan. Bentuk tersebut dapat berupa laporan,

    model fisik, video, maupun program   komputer. Karya nyata itu

    kemudian didemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang

    apa yang telah mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar

    terhadap laporan tradisional atau makalah.

    5.  Kerjasama, Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa

    yang bekerjasama satu sama lain, paling sering secara berpasangan

    atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk

    secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan

    memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk

    mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.54 

    54

      Mohammad Nur,  Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah,  (Surabaya: UNESA,2011), hal. 3-5

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    28/72

    28

    B.  Tujuan Problem Based Learni ng  (PBL)

    PBL dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-

     banyaknya pada peserta didik. Pembelajaran ini melibatkan presentasi situasi-

    situasi autentik dan bermakna yang berfungsi sebagai landasan bagi investigasi

    oleh peserta didik.55 

    Secara lebih rinci tujuan PBL adalah sebagai berikut :

    a.  Membantu guru memberikan informasi sebanyak - banyaknya kepada

     peserta didik.

     b. 

    Membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan

    masalah, keterampilan intelektual.

    c.  Belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka

    dalam pengalaman nyata atau simulasi.

    d. 

    Menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri

    C.  Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) 

    Pembelajaran Berbasis Masalah terdiri dari 5 tahap sesuai dengan tabel

     berikut : 56 

    55  Agus Suprijono,  Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan

    (PAIKEM) Teori dan Aplikasinya, (Surabaya: 2008), hal. 4556

     Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Yuma pressindo, 2009), hal.159

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    29/72

    29

    Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

    Tahap Tingkah Laku Guru

    Fase atau Tahap Perilaku Guru

    Fase 1:

    Mengorientasikan

    siswa kepada masalah

    Guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran,

    mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistic penting,

    dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan

     pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri.

    Fase 2:

    Mengorganisasi siswa

    untuk belajar

    Guru membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-

    tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu.

    Fase atau Tahap  Perilaku Guru 

    Fase 3:

    Membantu

     penyelidikan mandiri

    dan kelompok

    Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang

    sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan

    dan solusi.

    Fase 4:

    Mengembangkan dan

    menyajikan hasil karya

    serta memamerkannya

    Guru membantu siswa dalam merencanakan dan

    menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, rekaman

    video, dan model serta membantu mereka berbagi karya

    mereka.

    Fase 5:

    Menganalisis dan

    mengevaluasi proses pemecahan masalah

    Guru membantu siswa melakukan refleksi atas

     penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

    D. Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah

    a.  Menekankan pada makna, bukan fakta.

     b.  Meningkatkan pengarahan diri.

    c.  Pemahaman lebih tinggi dan pengembangan keterampilan yang lebih baik.

    d. 

    Keterampilan-keterampilan interpersonal dan kerja tim.

    e.  Sikap memotivasi diri sendiri.

    f.  Tingkat pembelajaran.57 

    57

      Mohammad Nur,  Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah,  (Surabaya: UNESA,2011), hal. 33

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    30/72

    30

    E. Keterbatasan PBL

    a. 

    Hasil belajar akademik siswa yag terlibat dalam pembelajaran berdasarkan

    masalah.

     b.  Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk implementasi.

    c.  Perubahan peran siswa dalam proses pembelajaran.

    d.  Perubahan peran guru dalam proses pembelajaran.

    e.  Perumusan masalah-masalah yang sesuai.

    f.  Asesmen yang valid atas program dan pembelajaran siswa.58 

    D.  Pembelajaran Konvensional

    Model pembelajaran konvensional adalah suatu pembelajaran yang

    mengacu pada behaviorist structuralist . Dalam model pembelajaran konvensional,

     pemerolehan matematika para siswa mengkuti alur: informasi kemudian ceramah

    (pemberian contoh-contoh) dan yang terakhir latihan/tugas. Aktivitas dalam

     pembelajaran konvensional banyak didominasi oleh belajar menghafal, penerapan

    rumus dan penggunaan buku ajar sebagai “resep” yang harus diikuti halaman

     perhalaman.59 

    Pembelajaran matematika secara konvensional dimulai dari pemberian

    informasi/konsep oleh guru, kemudian guru mendemonstrasikan keterampilan

    dalam menerapkan suatu algoritma. Sementara itu, siswa boleh bertanya bila ada

    hal-hal yang belum jelas. Guru mengecek, biasanya dengan bertanya, apakah

    sudah mengerti. Bagian yang belum dipahami siswa diulang lagi oleh guru,

    58  Ibid., hal. 35

    59

      Ipung Yuwono,  pembelajaran Matematika Secara membumi, ( Malang: UNM, 2001),hal. 5

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    31/72

    31

    kemudian guru memberi contoh-contoh soal tentang pemakaian suatu

    konsep/algoritma. Kegiatan terakhir adalah pemberian tugas rumah oleh guru.

    E.  Hasil Belajar Matematika

    Hasil belajar mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar dan hasil belajar.

    Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar terutama

    diperoleh dari hasil evaluasi guru. Dalam banyak buku, hasil belajar juga diartikan

    sebagai prestasi belajar.

    Menurut para ahli pendidikan, hasil belajar yang dicapai oleh para peserta

    didik dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor yang terdapat dalam diri

     peserta didik itu sendiri (faktor internal) dan faktor yang terdapat di luar diri

     peserta didik (faktor eksternal).60 

    Faktor internal atau faktor yang terdapat di dalam diri peserta didik antara

    lain sebagai berikut:

    1.  Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh pesrta didik. Kemampuan

    dasar (inteligensi) merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil

     belajar yang diharapkan.

    2.  Kurangnya bakat khusus untuk suatu situasi belajar tertentu.

    3. 

    Kurangnya motivasi atau dorongan belajar, tanpa motivasi yang besar akan

     banyak mengalami kesulitan dalam belajar, karena motivasi merupakan faktor

     pendorong kegiatan belajar.

    4.  Situasi pribadi terutama emosional yang dihadapi peserta didik pada waktu

    tertentu dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar.

    60 Dra. Hallen A.,M.Pd, Bimbingan Dan Konseling , (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal. 130

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    32/72

    32

    5. 

    Faktor jasmani yang tidak mendukung kegiatan balajar, seperti ganguan

    kesehatan, cacat tubuh, ganguan penglihatan, ganguan pendengaran dan lain

    sebagainya.

    6.  Faktor hireditas (bawaan) yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti

     buta warna, kidal, trepor, cacat tubuh dan lain sebagainya.

    Adapun faktor yang terdapat diluar diri peserta didik (eksternal) yang

    mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sebagai berikut.

    1.  Faktor lingkungan sekolah yang kurang memedaibagi situasi belajar peserta

    didik, seperti: cara mengajar, sikap guru, kurikulum atau materi yang akan

    dipelajari, perlengkapan belajar yang tidak memadai, teknik evaluasi yang

    kurang tepat, ruang belajar yang kurang nyaman, situasi social sekolah yang

    kurang mendukung dan sebagainya.

    2. 

    Situasi dalam keluarga mendukung peserta didik, seperti ruamah tangga yang

    kacau, kurang perhatian orang tua karena pekerjaannya dan lain sebagainya.

    3. 

    Situasi lingkungan social yang menggangu kegiatan belajar siswa, seperti

     pengaruh negatif dari pergaulan, gangguan kebudayaan, film dan lain

    sebagainya.61 

    Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkahlaku pada diri

    siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap

    dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan

    61  Ibid.,hal. 130 -132

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    33/72

    33

     pengembangan yang lebih baik dibanding dengan sebelumnya, misalnya dari tidak

    tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan, dan sebagainya.62

     

    Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan

    tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya guru sebelumnya. Hal

    ini dipengaruhi pula oleh kemampuan guru sebagai perancang (designer ) belajar-

    mengajar.63  Hasil belajar merupakan peningkatan kemampuan mental peserta

    didik. Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu dampak

     pembelajaran (prestasi), dan dampak pengiring (hasil).64  Dampak pembelajaran

    adalah hasil yang dapat diukur dalam setiap pelajaran (pada umumnya

    menyangkut domaian kognitif) seperti tertuang dalam angka rapot dan angka

    dalam ijazah. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan

    dibidang lain yang merupakan suatu transfer belajar (transfer of learning ). Hasil

     belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu

    “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product ) menunjuk pada suatu perolehan

    akibat dilakukannya suatu aktifitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya

    input secara fungsional. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya

     perubahan perilaku pada individu yang belajar.65 Hasil belajar adalah perubahan

    tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar sesuai

    dengan tujuan pengajaran.66  Dalam penelitian ini peneliti menggunakan hasil

    62 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT

    Bumi Aksara, 2010) , hal. 15563

      Moch. Uzer Usman,  Menjadi Guru Profesional , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2000), hal. 34

    64  Drs Zainal Arifin,  Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),

    hal. 4465

      Ibid.,hal. 44-4566

     Asep Jihad dan abdul aziz,  Persuasi Pembelajaran, (Yogyakarta : Mahl Persindo,2009),hal. 15

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    34/72

    34

     belajar siswa yang merupakan hasil ulangan harian siswa setelah diterapkan

    model pembelajaran Problem Based Learning. 

    F.  Bangun Datar

    1.  Keliling dan Luas bangun Datar :

    Keliling bangun datar adalah jumlah semua panjang sisi yang membatasi

     bidang datar tersebut. 67 

    Luas bangun datar adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi bangun

    tersebut.68 

    2.  Persegi panjang

    Pengertian persegi panjang, yaitu : bangun datar yang keempat sudutnya

    siku-siku dan sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. 

    D C

    0

    A B

    Keliling dan luas persegi panjang

    a). Luas persegi panjang

    Luas persegi panjang adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi

     persegi panjang itu.69

      Jumlah persegi panjang kecil yang terbentuk

    67  M. Cholik Adinawan, Sugijono,  Matematika 1B Untuk SMP Kelas VII semester 2, 

    (Jakarta: ERLANGGA, 2002 , hal. 6668  Ibid ., hal. 69

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    35/72

    35

    C

    B

    adalah 12 persegi panjang. Cara perhitungan jumlah persegi panjang

    kecil tersebut adalah 3 + 3 + 3 + 3 = 12 atau 4 x 3 = 12. 70 Sehingga

    untuk mencari jumlah semua persegi panjang kecil dilakukan dengan

    cara panjang x lebar.

    Jadi luas persegi panjang = panjang x lebar atau L = p x l.71 

     b). Keliling persegi panjang

    Keliling persegi panjang adalah jumlah panjang semua sisi persegi

     panjang. Sehingga untuk mencari jumlah panjang semua sisi persegi

     panjang dengan cara panjang + lebar + panjang + lebar.

    Jadi keliling panjang = panjang + lebar + panjang + lebar

    Atau K = p + l + p + l

    = 2p + 2l

    = 2 (p + l) 72 

    3.  Persegi

    Pengertian persegi, yaitu : bangun datar yang keempat sisinya sama

     panjang.

    69 M. Cholik Adinawan, Sugijono, Matematika Untuk SMP …, hal. 68 

    70 Heruman, Model Pembelajaran Matematika …, hal. 139 

    71

     M. Cholik Adinawan, Sugijono, Matematika Untuk SMP …, hal. 70 72 Ibid ., hal. 67

    D

    A

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    36/72

    36

    Keliling dan luas persegi :

    a) Luas persegi

    Jumlah persegi kecil yang terbentuk adalah 16 persegi. Cara

     perhitungan jumlah persegi kecil tersebut adalah 4 + 4 + 4 + 4 = 16 atau

    4 x 4 = 16. Sehingga untuk mencari jumlah semua persegi kecil

    dilakukan dengan cara sisi x sisi.

    Jadi luas persegi = sisi x sisi atau L = s x s 73 

     b) Keliling persegi

    Keliling persegi adalah jumlah panjang semua sisi persegi.74  Jadi,

    keliling persegi = sisi + sisi + sisi + sisi

    atau

    K = s + s + s + s = 4s 75 

    G.  Penelitian Terdahulu

    a. 

    Sri Handayani, UIN Malang, 2007, Efektifitas Penerapan Model

    Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning ) dan

    Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Jigsaw untuk

    Meningkatkan Aktivitas Belajar, Hasil Belajar dan Respon Belajar Siswa

     pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 2 Malang.76 

    73 Heruman, Model Pembelajaran Matematika …, hal. 136 

    74 M. Cholik Adinawan, Sugijono, Matematika Untuk SMP Kelas VII  …, hal. 66 

    75 Mahmud Ridho, et. all., Bangkit Matematika …, hal. 52

    76 Handayani, Sri, UIN Malang, 2007, Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Berbasis

    Masalah ( Problem Based Learning ) dan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe

    Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar, Hasil Belajar dan Respon Belajar Siswa pada MataPelajaran Ekonomi di SMA Negeri 2 Malang

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    37/72

    37

    Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan

     bangsa dan negara. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta sumber daya

    manusia yang berkualitas. Salah satu persoalan besar yang dihadapi bangsa

    Indonesia saat ini adalah rendahnya kualitas pendidikan nasional. Rendahnya

    kualitas pendidikan tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Pendidikan Indonesia

    memiliki mutu yang rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Jika

    suatu negara mempunyai sistem pendidikan yang baik, maka dari sistem itulah

    akan melahirkan tenaga kerja yang baik. Dari hal ini, maka dapat diketahui bahwa

     pendidikan memiliki dimensi yang kompleks. Dalam rangka mengembangkan

    iklim belajar mengajar seperti yang menumbuhkan rasa percaya diri, sikap, dan

     perilaku yang inovatif dan kreatif, sangat diperlukan adanya keterkaitan antara

     pendidik dan peserta didik.

     b. 

     Ni Made Suci, Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial

    Undiksha, 2003, Penerapan Model  Problem Based Learning Untuk

    meningkatkan Partisipasi Belajar Dan Hasil Belajar Teori Akuntansi

    Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha.77 

    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar

    mahasiswa dalam mata kuliah teori akuntansi serta untuk mendeskripsikan

    tanggapan mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran berbasis masalah

    dengan pendekatan kooperatif. Penelitian ini menggunakan desain penelitian

    tindakan kelas yang dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2006/2007

    dengan jumlah mahasiwa 38 orang. Teknik pengumpulan data dengan observasi,

    kuesioner, dan tes hasil belajar kemudian dianalisis dengan metode analisis

    77  Made Suci, Ni, Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial Undiksha, 2003,

    Penerapan Model  Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar Dan HasilBelajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    38/72

    38

    deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

     berbasis masalah dengan pendekatan kooperatif 1) meningkatkan aktivitas

    (partisipasi) mahasiswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) 2)

    meningkatkan hasil belajar mata kuliah teori akuntansi 3) mendapat respon yang

     positif dari mahasiswa karena pembelajaran menjadi lebih bermakna.

    Dalam kaitanya tentang penelitian saya yang berjudul Pengaruh yang

    signifikan antara Model Pembelajaran Berbasis Masalah  Problem Based Learning  

    (PBL) terhadap hasil belajar matematika materi pokok bangun datar pada siswa

    kelas VII SMP Negeri 2 Sumbergempol adanya persamaan dengan

    mengembangkan iklim belajar mengajar seperti yang menumbuhkan rasa percaya

    diri, sikap, dan perilaku yang inovatif dan kreatif.

    Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan

     NO PERSAMAAN PERBEDAAN

    1 Membahas tentang

    Model Pembelajaran

    Berbasis Masalah

     Problem Based Learning  

    (PBL)

    Objek dan subjek penelitian

    yang berbeda menghasilkan

    hasil yang berbeda pula

    2 Dalam meningkatkan

    hasil belajar Matematika

    Untuk mengetahui hasil dalam

    menguji sebuah konsep tentang

    Model Pembelajaran Berbasis

    Masalah  Problem Based

     Learning  (PBL)3 Mencakup bidang dalam

    mengembangkan proses

    Belajar Mengajar

    Menciptakan iklim belajar

    mengajar yang inovatif dan

    kreatif dalam mengajar

    matematika yang berlangsung

    dalam sebuah lembaga

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    39/72

    39

    H.  Kerangka Berpikir

    Penerapan metode konvensional terbukti membuat hasil belajar peserta

    didik rendah. Penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai merupakan salah satu

    faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Dalam pembelajaran PBL,

    akan memudahkan peserta didik dalam proses pemahaman terhadap berbagai

     persoalan matematika. Karena pembelajaran dihubungkan dengan masalah nyata

    sehingga pembelajaran akan lebih bermakna, dan secara langsung hasil belajar

    yang dicapai peserta didik meningkat.

    Model pembelajaran PBL memberikan ruang gerak kepada peserta didik

    untuk menyelami setiap persoalan yang mereka hadapi, baik secara perorangan

    maupun kelompok serta memberikan alternatif-alternatif penyelesaian masalah

    yang mereka hadapi. Proses PBL ini diawali dari pencermatan terhadap masalah,

    mengidentifikasi masalah, merumuskan masalahnya, dan membuat dugaan-

    dugaan sementara terhadap masalah kemudian membuat kesimpulan berdasarkan

    fakta-fakta yang ditemukan di lapangan.

    Proses pembelajaran semacam ini, tidak dijumpai dalam pembelajaran

    langsung (konvensional), dimana peserta didik hanya dituntut untuk

    mendengarkan, menghafal isi bacaan tanpa mampu membandingkannya dengan

     pengetahuan awal maupun pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh peserta

    didik. Permasalahan inilah yang kemudian menjadi fokus tersendiri dalam

     penelitian ini. Yakni, melihat apakah hasil PBL yang diyakini mampu

    meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa ini lebih baik daripada

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    40/72

    40

     pembelajaran yang dilaksanakan dengan pola-pola lama (pembelajaran

    konvensional).

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    41/72

    41

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A.  Pola dan Jenis Penelitian

    1.  Pola Penelitian

    Ditinjau dari permasalahan yang ada, peneliti menggunakan pendekatan

    kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang hasilnya disajikan

    dalam bentuk deskripsi dengan menggunakan angka-angka. Pendekatan yang

    digunakan peneliti pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif karena

    karakteristik dari penelitian yang dilakukan sesuai dengan ciri-ciri penelitian

    kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis kegiatan penelitian

    yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas

    sejak awal hingga pembuatan desain penelitian, baik tentang tujuan penelitian,

    subjek penelitian, objek penelitian, sampel, sumber data, maupun metodologinya

    (mulai pengumpulan data hingga analisis data).78 

    Dalam pendekatan ini peneliti banyak dituntut menggunakan angka, mulai

    dari pengumpulan data, penafsiran data tersebut, serta penampilan hasil akhir. 79 

    Oleh karena itu data yang terkumpul harus diolah secara statistik, agar dapat

    ditafsir dengan baik. Data yang diolah tersebut diperoleh melalui nilai hasil post

    test untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VII A dan VII G pada

    materi bangun datar (persegi panjang dan persegi).

    78  Puguh Suharso,  Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis, (Jakarta: PT.Malta

    Printindo, 2009), hal. 379

     Suharsimi Arikunto,  Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik , (Jakarta: PT AsdiMahasatya, 2002), hal. 7

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    42/72

    42

    2.  Jenis Penelitian

    Berdasarkan dari jenis permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini,

    maka penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen

    yaitu metode penelitian yang sistematis guna membangun hubungan yang

    mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relation ship).80 

    Penelitian eksperimen dapat dilakukan di dalam alam terbuka dan juga di

    ruang tertutup. Dalam penelitian eksperimen kondisi yang ada dimanipulasi oleh

     peneliti sesuai dengan kebutuhan peneliti.81 

    Dalam penelitian ini desain yang dipilih peneliti adalah (Quasi

    eksperimental ) atau eksperimen semu. Dengan tujuan agar peneliti dapat

    mengontrol semua variabel yang mempengaruhi jalannya eksperimen.

    Dalam penelitian ini diperlukan data yang mencerminkan kemampuan siswa

    sesudah program pengajaran yaitu dengan mengadakan eksperimen belajar

    mengajar terhadap kelompok kelas yang dengan menggunakan pembelajaran

     berbasis masalah Problem Based Learning  (PBL) dan metode konvensional.

    Sedangkan ditinjau dari permasalahan yang dibahas pada penelitian ini

     peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

     penelitian yang berusaha mendeskripsikan gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi

     pada saat sekarang, dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil

    masalah atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana

    adanya pada saat penelitian dilaksanakan.82 

    80 Sukardi, Metodologi Penelitian …, hal. 179

    81 Bambang Prasetyo,  Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, (Jakarta: PT Raja

    Grafindo Persada, 2008), hal. 4982  Ibid ., hal. 64

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    43/72

    43

    Kelompok kelas pertama dengan model pembelajaran berbasis masalah

     Problem Based Learning   (PBL) digunakan sebagai kelas eksperimen sedangkan

    kelompok kelas kedua dengan metode konvensional sebagai kelas kontrol. Pada

    akhir proses belajar mengajar kedua kelompok tersebut diukur dengan

    menggunakan alat ukur yang sama yaitu tes pemahaman materi bangun datar

    (persegi panjang dan persegi).

    B. 

    Populasi, Sampling dan Sampel

    Populasi adalah himpunan semua individu atau objek yang menjadi bahan

    studi oleh peneliti.83 Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua

    siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sumbergempol yang berjumlah 229 siswa.

    Sampling atau biasa disebut dengan teknik sampling merupakan teknik atau

    cara yang digunakan peneliti untuk mengambil sampel penelitian yang akan

    diteliti. Teknik pengambilan sampling adalah suatu teknik atau cara mengambil

    sampel yang representatif dari populasi, pengambilan sampel ini harus dilakukan

    sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi

    sebagai contoh atau dapat menggambarkan populasi yang sebenarnya.84 

    Untuk menentukan sampling penelitian berikut, peneliti menggunakan

    teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik sampling yang

    digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan

    tertentu dalam mengambil sampelnya.85 Sampel adalah cuplikan atau bagian dari

    83 Turmudi dan Sri Harini, metode Statistika, (Malang: malang Press, 2008), hal. 9

    84

     Subana, Statistik Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2005), hal. 2585 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 97

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    44/72

    44

     populasi.86  Pengertian lain menyebutkan Sampel adalah himpunan bagian dari

     populasi yang dipilih peneliti untuk diobservasi.87

      Dalam penelitian ini, sampel

    yang diambil dua kelas yaitu siswa kelas VII A berjumlah 28 siswa dan siswa

    kelas VII G berjumlah 28 siswa.

    C.  Variabel Data, Pengukuran dan Sumber Data

    1.  Variabel data

    Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau

    sifat yang berdiri sendiri.88 Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu

    variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang

    dikontrol dan dimanipulasi oleh peneliti. Sedangkan variabel terikat adalah

    sesuatu yang diobservasi untuk mengetahui perubahan akibat pengaruh dari

     perlakuan.89  Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah

     pembelajaran berbasis masalah dan variabel terikat (Y) adalah materi bangun

    datar (persegi dan persegi panjang).

    2.  Pengukuran dan Sumber data

    a.  Data

    Data adalah sejumlah informasi yang dapat memberikan gambar tentang

    suatu keadaan atau masalah, baik yang berupa angka-angka (golongan) maupun

    yang berbentuk kategori seperti: baik, buruk, tinggi, rendah dan sebagainya.90 

    86  Endang Mulyatiningsih,  Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan, (Bandung:

    Alfabeta, 2012), hal.1087

     Turmudi dan Sri Harini, Metode Statistika …, hal. 1188

    Consuelo G. Sevilla,  Pengantar Metode Penelitian,  terj. Alimuddin Tuwu, (Jakarta:Universitas Indonesia, 1993), hal. 21

    89Turmudi dan Sri Harini, Metode Statistika : Pendekatan Teoritif dan Aplikatif , (Malang:

    UIN-MALANG PRESS, 2008), hal. 1990 Subana, Statistik Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), hal. 19

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    45/72

    45

    Data yang diperoleh dari sampel melalui instrumen yang dipilih akan digunakan

    untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis. Oleh sebab itu,

    data perlu diolah dan dianalisis agar mempunyai makna guna pemecahan

    masalah.91 Data disini adalah berupa hasil tes.

    b.  Pengukuran

    Pengukuran adalah proses pemberian nilai kuantitatif terhadap karakter

    yang dimiliki oleh unit-unit yang diamati. Pemberian angka-angka pada objek

    dalam pengukuran harus dilakukan secara sistematis sehingga angka yang

    diperoleh objek atau unit yang diamati secara konsisten mencerminkan

    karakteristik yang dimiliki.92  Dalam Penelitian ini menggunakan teknik

     pengukuran skala rasio yaitu, skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak

    dan mempunyai jarak yang sama.

    c. 

    Sumber Data

    Sumber data dalam penelitian adalah sumber subjek darimana data dapat

    diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuisioner atau wawancara dalam

     pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang

    merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis

    maupun lisan. Sumber data berupa responden ini dipakai dalam penelitian

    kuantitatif.93 

    91  Nana Sudjana, Ibrahim,  Penelitian dan Penilaian Pendidikan, ( Bandung: Sinar Baru

    Algensindo, 2004), hal. 12692

    Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelit ian Kuantitatif…, hal. 15793

    Subgyo, referensi makalah, http://www.referensimakalah.com/2012/09/sumber-data-dalam-penelitian.html, diakses 23 maret 2013

    http://www.referensimakalah.com/2012/08/pengertian-data-dan-fakta-dalam.htmlhttp://www.referensimakalah.com/2012/09/sumber-data-dalam-penelitian.htmlhttp://www.referensimakalah.com/2012/09/sumber-data-dalam-penelitian.htmlhttp://www.referensimakalah.com/2012/09/sumber-data-dalam-penelitian.htmlhttp://www.referensimakalah.com/2012/09/sumber-data-dalam-penelitian.htmlhttp://www.referensimakalah.com/2012/09/sumber-data-dalam-penelitian.htmlhttp://www.referensimakalah.com/2012/08/pengertian-data-dan-fakta-dalam.html

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    46/72

    46

    1) 

    Data primer

    Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama

    dilokasi penelitian atau objek penelitian.94 Sumber ini merupakan deskripsi

    langsung tentang kenyataan yang dibuat oleh individu yang melakukan

     pengamatan atau menyaksikan kejadian atau oleh individu yang

    mengemukakan teori yang pertama kali.95  Dalam penelitian ini yang

    menjadi data primer adalah guru, kepala sekolah dan siswa kelas VII SMP

     Negeri 2 Sumbergempol.

    2) Data Sekunder

    Data sekunder adalah bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh

     penulis yang tidak secara langsung melakukan pengamatan atau

     berpartisipasi dalam kenyataan yang ia deskripsikan atau bukan penemu

    teori.96 Adapun data sekunder dalam penelitian ini berupa arsip atau catatan

    tentang daftar nama guru, struktur organisasi di sekolah, daftar nama siswa

    kelas VII, historis, keadaan mula-mula dan fasilitas di SMP Negeri 2

    Sumbergempol.

    94M. Burhan Bungin,  Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

     Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, ( Jakarta: Kencana, 2008), hal. 12295

    Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif …, hal. 8396 Ibid ., hal. 84

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    47/72

    47

    D.  Metode pengumpulan data, Instrumen pengumpulan data, Instrumen

    penelitian

    1.  Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data adalah merupakan teknik atau cara yang

    dilakukan untuk mengumpulkan data.97 Dalam penelitia ini metode pengumpulan

    data dapat menggunakan:

    a.  Metode observasi 

    Metode observasi adalah metode atau cara menganalisis dan mengadakan

     pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau

    mengamati langsung individu dan kelompok secara langsung.98 Metode ini

    dilakukan dalam penelitian untuk memperoleh data-data tentang letak

    geografis sekolah, dan stuktur organisasi sekolah. Metode ini dilakukan

    dalam penelitian untuk mengetahui letak, batas-batas, dan juga kondisi fisik

     bangunan SMP Negeri 2 Sumbergempol.

     b.  Metode tes

    Tes adalah sederetan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk

    mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, dan kemampuan atau

     bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.99  Tes yang dilakukan

    dalam penelitian ini adalah  post tes. Dalam penelitian ini, metode tes

    digunakan untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis

    97  Hendry,  Metode Pengumpula Data. http://teorionline.wordpress.com/service/metode-

     pengumpulan-data/, diakses 19 Maret 201398

      Ngalim Purwanto,  Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT.

    Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 14999

     Iqbal Hasan,  Analisis Data Penelitian Dengan Statistik , (Yogyakarta: PT Bumi Aksara,2004), hal. 16

    http://teorionline.wordpress.com/service/metode-pengumpulan-data/http://teorionline.wordpress.com/service/metode-pengumpulan-data/http://teorionline.wordpress.com/service/metode-pengumpulan-data/http://teorionline.wordpress.com/service/metode-pengumpulan-data/http://teorionline.wordpress.com/service/metode-pengumpulan-data/

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    48/72

    48

    Masalah  Problem Based Learning   (PBL) terhadap hasil belajar materi

     pokok bangun datar (persegi panjang dan persegi) pada siswa kelas VII

    SMP Negeri 2 Sumbergempol tahun pelajaran 2012/2013.

    c.  Metode dokumentasi

    Metode dokumentasi adalah suatu metode untuk mencari data mengenai hal-

    hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, agenda dan

    sebagainya.100 Yaitu mencari data dengan melakukan pemeriksaan terhadap

    dokumen-dokumen.101 Seperti dokumentasi tentang kegiatan yang berkaitan

    dengan keadaan operasional dan objek penelitian, misalnya arsip-arsip.

    Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk

    mengetahui stuktur organisasi, data keadaan guru dan siswa, serta sarana

    dan prasarana di SMP Negeri 2 Sumbergempol.

    d. 

    Metode wawancara/ Interview 

    Wawancara adalah merupakan salah satu metode pengumpulan data dan

    informasi yang dilakukan secara lisan. Proses wawancara dilakukan dengan

    tatap muka langsung, melalui teleconference  atau telepon.102  Metode ini

    digunakan peneliti untuk mendapatkan data dari pihak sekolah tentang

    sejarah berdirinya sekolah dari pihak-pihak lain yang mengetahui tentang

    data-data yang diperlukan di SMP Negeri 2 Sumbergempol.

    100 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Asdi

    Mahasatya, 2002), hal. 274101

      Anas Sudijono,  Pengantar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

    2005), hal. 90102 Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan ..., hal. 32

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    49/72

    49

    2.  Instrumen Pengumpulan Data

    Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

    oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi

    sistematis dan dipermudah olehnya.103  Instrumen pengumpulan data dari

     penelitian ini adalah sebagai berikut.

    a.  Pedoman observasi yaitu alat bantu yang digunakan peneliti ketika

    mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis

    terhadap fenomena yang diselidiki. Pedoman observasi, yaitu alat yang

    digunakan peneliti ketika mengumpulkan data melalui pengamatan dan

     pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki. Pedoman

    observasi ini digunakan untuk mengamamati sejumlah fenomena yang

     berkaitan dengan objek penelitian sebagaimana terlampir (lampiran 3). 

     b. 

    Pedoman tes tertulis yaitu alat bantu yang berupa soal-soal tes tertulis yang

    digunakan untuk memperoleh nilai sebagai alat ukur dalam penelitian. 

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan soal-soal untuk mengetahui

     pemahaman bangun datar (persegi panjang dan persegi) terhadap hasil

     belajar matematika siswa kelas VII SMP N 2 Sumbergempol sebagaimana

    terlampir (lampiran 6). 

    c.  Pedoman dokumentasi yaitu alat bantu yang digunakan peneliti untuk

    mengumpulkan data-data dan arsip dokumentasi maupun buku kepustakaan

    yang berkaitan dengan variabel sebagaimana terlampir (lampiran 3). 

    103 ibid., hal. 101

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    50/72

    50

    d. 

    Pedoman interview, yaitu alat bantu yang digunakan peneliti dalam

    mengumpulkan data berupa daftar pertanyaan yang digunakan peneliti

    dalam mengadakan wawancara dengan responden  sebagaimana terlampir

    (lampiran 4).

    3.  Instumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis.Tes

    tertulis merupakan alat penilaian berbasis kelas yang penyajian maupun

     penggunaannya dalam bentuk tertulis.104  Jenis tes tertulis yang digunakan dalam

     penelitian ini adalah tes uraian yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar

    siswa materi bangun (persegi panjang dan persegi ) pada kelas kontrol dan kelas

    eksperimen. Tes dilakukan di akhir pembelajaran (post test).  Bentuk soal dan

     pedoman penskoran soal tes ini dapat dilihat pada lampiran (lampiran 6).

    Dalam penelitian ini uji coba instrumen merupakan bagian yang penting, hal

    ini disebabkan karena dalam penelitian data merupakan penggambaran variabel

    yang diteliti karena berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu

     benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian.

    Sedangkan benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen

     pengumpulan data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting

    yaitu valid dan reliabel.105 

    104 Sumarna Supranata,  Panduan Tes Tertulis: Implementasi Kurikulum 2004 , ( Bandung:

    PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 8105Arikunto, Prosedur Penelitian… hal. 211

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    51/72

    51

    a) 

    Validitas Isi

    Validitas isi adalah dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang

    ingin diukur, validasi isi juga disebut  face validity  atau validitas wajah.106

     

    Validitas isi mempunyai peran yang sangat penting untuk tes pencapaian atau

    achievement tes, validasit pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan para

    ahli.107

     Tidak ada formula matematis untuk menghitung dan tidak ada cara untuk

    menunjukkan secara pasti. Tetapi untuk menggambarkan bagaimana suatu tes

    divalidasi dengan menggunakan validasi isi, pertimbangan ahli tersebut dilakukan

    dengan cara sebagai berikut:

      Para ahli mengamati secara cermat semua tes yang hendak divalidasi

      Para ahli mengoreksi semua aitem yang telah dibuat

      Pada akhir perbaikan para ahli memberikan pertimbangan tentang

     bagaimana tes tersebut menggambarkan cakupan isi yang hendak diukur.108 

    Pengujian validitas isi tidak melalui analisis statistika tetapi menggunakan

    analisis rasional. Salah satu cara yang praktis untuk melihat apakah validitas isi

    telah terpenuhi adalah dengan melihat apakah aitem-aitem dalam tes telah ditulis

    sesuai dengan blue-printnya yaitu telah sesuai dengan batasan domain ukur yang

    telah ditetapkan semula dan memeriksa apakah masing-masing aitem telah sesuai

    dengan indikator perilaku yang hendak diungkapnya.109 

    Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menggunakan 2 validator yaitu

    dosen matematika STAIN Tulungagung yang bernama Musrikah, S.Pd.I, M.Pd,

    106Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,2011) hal.117

    107 Ibid .117

    108

     Ibid . 117109Saifuddin azwar, Tes Prestasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1996) hal. 175

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    52/72

    52

    Dr. Eni Setyowati, S.Pd, M.m, dan seorang guru matematika SMP N 2

    Sumbergempol yang bernama Titik Maspiah S.Pd, yang berturut-turut pada

    tanggal 20, 23, dan 26 yang dilaksanakan pada bulan April 2013. Berdasarkan uji

    validitas yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa instrumen soal

    tersebut layak digunakan. Adapun hasil validitas isi dapat dilihat pada lampiran

    (lampiran 15).

     b)  Reliabilitas

    Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.110

      Reliabilitas

     berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketepatan hasil pengukuran.111

      Suatu

    instrumen memililiki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen tersebut

    digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif

    sama. Semakin reliabel suatu tes maka semakin yakin kita dapat menyatakan

    dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali.112

     

    Tabel 3.1 Interpretasi Terhadap Nilai   113 Nilai Interpretasi

     ≤ 0,20  reliabilitas sangat rendah0,20 <

     ≤ 0,40  reliabilitas rendah

    0,40 <  ≤ 0,70  reliabilitas sedang0,70 <  ≤ 0,90  reliabilitas tinggi0,90 <  ≤ 1,00  reliabilitas sangat tinggi

    110 Suharsimi Arikunto, Prosedur ..., hal. 221

    111 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian ..., hal. 229

    112

     Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hal. 127113 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 181

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    53/72

    53

    Berdasarkan data soal dikatakan reliabel. Apabila diketahui reliabilitas tes

    secara keseluruhan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for

    windows  sebagaimana terlampir (lampiran 14, tabel 1) dengan perolehan hasil

    yaitu dari tabel tersebut  bahwa Cronbach’s Alpha 0,565 dengan total item

    sebanyak 5 soal dengan 28 siswa. Pada perhitungan tersebut dengan db = N –  1 =

    28  –   1 = 27 pada taraf signifikan 5% diperoleh

    Berdasarkan

     perhitungan di atas diperoleh = 0,565 >   = 0,39, ini berartimenunjukkan data bersifat reliabel yang diinterpretasikan nilai berdasarkan tabel

    di atas bahwa soal tersebut memiliki reliabilitas sedang karena 0,40 <  ≤ 0,70.E.  Analisis data

    Analisa data adalah kegiatan untuk menyederhanakan data kuantitatif agar

    mudah dipahami. Hasil dari analisis data tersebut biasanya berupa data dalam

    tabel frekuensi dan tabel silang, baik yang disertai dengan perhitungan statistik

    maupun tidak.114 

    Analisis data berasal dari hasil pengumpulan data. Sebab data yang telah

    terkumpul, bila tidak dianalisis hanya menjadi barang yang tidak bermakna, tidak

     berarti, menjadi data yang mati, data yang tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis

    data disini berfungsi untuk mamberi arti, makna dan nilai yang terkandung dalam

    data itu.115 

    114 Bagong Suyanto dan Sutinah (ed),  Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Kencana, 2007) ,

    hal. 140115

     Analisis data penelitian kuantitatif , http://youdant.wordpress.com/2011/06/13/98/, diakses 23 Maret 2013

    http://youdant.wordpress.com/2011/06/13/98/http://youdant.wordpress.com/2011/06/13/98/http://youdant.wordpress.com/2011/06/13/98/

  • 8/18/2019 Iain Ta St Zakiatulas 239 1 Bab1 5

    54/72

    54

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kuantitatif,

    adapun data kuantitatif ini di analisis menggunakan analisis statistik. Analisis

    statistik yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik

    inferensial. Analisis statistik deskriptif, mendeskripsikan atau