20
IDENTIFIKASI MIKROALGA EPIFIT PADA DAUN LAMUN (ENHALUS ACOROIDES) DI PERAIRAN SENGGARANG KOTA TANJUNGPINANG Identification Microalgae Epiphyite on seagraas Leaves (Enhalus acoroides) waterway Senggarang Tanjungpinang city Prangki Martoni 1 Arief Pratomo,ST,Msi 2 Risandi Dwirama Putra ST, M,Eng 2 Mahasiswa 1 , Dosen pembimbing 2 Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji [email protected] ABSTRAK Mikroalga epifit dianggap sebagai salah satu unsur indikator dalam ekosistem perairan terkait dengan kesuburan dan pencemaran. Keberadaan epifit atau microalga memegang peranan penting antara lain : Sebagai sumber makananan bagi organisme laut. Berperan sebagai perpindahan karbon dari lamun kesedimen atau substrat. Dan ada juga berperan sebagai fiksasi nitrogen dan posfat untuk meningkatkan perairan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan jenis jenis mikroalga epifit, kelimpahan, indeks ekologi serta untuk melihat kondisi perairan senggarang tersebut. Metode yang digunakan adalah metode survey lapangan. Dimana telah ditentukan sebanyak 31 titik sampling yang akan dilakukan pengambilan sampel. Sampel lamun Enhalus acoroides diambil pada setiap titik dengan ukuran 2 cm lalu potong daun membentuk persegi panjang dengan ukuran 5 x 2 cm. Hasil yang di peroleh di Perairan Senggarang Kota Tanjungpinang berupa10 jenis mikroalga epifit yaitu :Peridinium sp, Lyngbya sp, Synedra sp, Merismopedia sp, Microspor sp, Oedogenium sp Pleurosigma sp ,Oscilatoria sp Navicula sp, Nitzschia sp.dengan kelimpahan tertinggi pada jenis Nitzschia sp 3215376 Ind/cm 2 . Serta keanekaragaman serta keseragaman jenis mikroalga epifit yang tinggi, dengan nilai berturut-turut 3,28 untuk keanekaragaman dan 0,99 untuk keseragaman, dan nilai dominansi yang rendah sebesar 0,11. Kata kunci : Mikroalga Epifit, Lamun Enhalus acoroides, Kelimpahan,Indeks ekologi,Senggarang

IDENTIFIKASI MIKROALGA EPIFIT PADA DAUN LAMUN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · abundance, ecology index and the to see the water conditions

  • Upload
    dinhanh

  • View
    220

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

IDENTIFIKASI MIKROALGA EPIFIT PADA DAUN LAMUN (ENHALUS

ACOROIDES) DI PERAIRAN SENGGARANG KOTA TANJUNGPINANG

Identification Microalgae Epiphyite on seagraas Leaves (Enhalus acoroides)

waterway Senggarang Tanjungpinang city

Prangki Martoni1 Arief Pratomo,ST,Msi

2 Risandi Dwirama Putra ST, M,Eng

2

Mahasiswa1, Dosen pembimbing

2

Jurusan Ilmu Kelautan

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Universitas Maritim Raja Ali Haji

[email protected]

ABSTRAK

Mikroalga epifit dianggap sebagai salah satu unsur indikator dalam

ekosistem perairan terkait dengan kesuburan dan pencemaran. Keberadaan epifit

atau microalga memegang peranan penting antara lain : Sebagai sumber

makananan bagi organisme laut. Berperan sebagai perpindahan karbon dari lamun

kesedimen atau substrat. Dan ada juga berperan sebagai fiksasi nitrogen dan

posfat untuk meningkatkan perairan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan jenis

– jenis mikroalga epifit, kelimpahan, indeks ekologi serta untuk melihat kondisi

perairan senggarang tersebut. Metode yang digunakan adalah metode survey

lapangan. Dimana telah ditentukan sebanyak 31 titik sampling yang akan

dilakukan pengambilan sampel. Sampel lamun Enhalus acoroides diambil pada

setiap titik dengan ukuran ≥2 cm lalu potong daun membentuk persegi panjang

dengan ukuran 5 x 2 cm. Hasil yang di peroleh di Perairan Senggarang Kota

Tanjungpinang berupa10 jenis mikroalga epifit yaitu :Peridinium sp, Lyngbya sp,

Synedra sp, Merismopedia sp, Microspor sp, Oedogenium sp Pleurosigma sp

,Oscilatoria sp Navicula sp, Nitzschia sp.dengan kelimpahan tertinggi pada jenis

Nitzschia sp 3215376 Ind/cm2. Serta keanekaragaman serta keseragaman jenis

mikroalga epifit yang tinggi, dengan nilai berturut-turut 3,28 untuk

keanekaragaman dan 0,99 untuk keseragaman, dan nilai dominansi yang rendah

sebesar 0,11.

Kata kunci : Mikroalga Epifit, Lamun Enhalus acoroides, Kelimpahan,Indeks

ekologi,Senggarang

ABSTRACT

Epiphytic microalgae considered as one element of the indicators in

aquatic ecosystems associated with fertility and pollution. The existence of

epiphytic or microalgae plays an important role, such ass: As a food source, to

marine organisms. As a carbon displacement from seagrass to sediment or

substrate. And also as the fixation of nitrogen and phosphate to improve waters.

This research was aimed to know about thetypesof microalgae epiphytes,

abundance, ecology index and the to see the water conditions. Using field survey

method which is divided into 31 sampling points. Seagrass sample (Enhalus

acoroides) was taken at any point with the size of ≥2 cm and cut the leaves form a

rectangle with a size of 5 x 2 cm. 10 types of peryphyton was found: Peridinium

sp, Lyngbya sp, sp Synedra, Merismopedia sp, sp Microspor, Oedogenium sp sp

Pleurosigma, Oscilatoria sp sp Navicula, Nitzschia sp.. With the highest

abundance is the type of Nitzschia sp 3215376 Ind / cm2. As well as the diversity

and uniformity kind of epiphytic microalgae are high, with successive values

diversity and uniformity was 3.28 to 0.99 for uniformity, and low dominance

values was 0.11.

Keywords: Ephiphytic Microalgae, Enhalus acoroides, Diversity, Ecology

Index, Senggarang

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Epifit adalah bagian dari

Periphyton yaitu organisme yang

tersangkut atau melekat pada benda

mati atau hidup dan bisa hewan

ataupun tumbuhan. Epifit sendiri

adalah organisme yang hanya

menempel pada permukaan

tumbuhan. Pada lamun, epifit

awalnya mengacu bagi seluruh

organisme autrofik (produsen

primer) yang tinggal menetap di

bawah air menempel pada rhizoma

batang dan daun lamun.

Bagaimanapun istilah ini sering

digunakan mengacu pada semua

organisme (hewan atau tumbuhan)

yang berkembang di lamun (Russe

1990 dalam Rahayu, 2013). Pada

tumbuhan dapat melekat seperti pada

batang dan tumbuhan yang berakar

atau ada juga yang bergerak lurus ke

dasar perairan (Odum, 1983 dalam

Rahayu, 2013).

Lamun (seagrass) adalah

satu-satunya kelompok tumbuhan

berbunga (Angiospermeae) yang

secara penuh mampu beradaptasi di

lingkungan laut. Tumbuhan itu hidup

di habitat perairan pantai yang

dangkal, mampu beradaptasi di

perairan asin, mampu berfungsi

normal dalam keadaan terbenam,

seperti halnya rumput darat, mereka

mempunyai tunas, berdaun tegak dan

tangkai-tangkai merayap yang efektif

untuk berkembang biak, serta

mampu bersaing atau berkompetisi

dengan organisme lain di bawah

kondisi lingkungan yang kurang

stabil (Fachrul, 2007). Lamun

sebagai tumbuhan laut sejati karena

dapat di bedakan antara batang,

daun, akarnya, merupakan salah satu

tempat hidup, mencari makan,

berlindung bagi beranekaragam

organisme.

Isnansetyo dan Kurniastuti

(1995) menyatakan bahwa terdapat

empat kelompok mikroalga antara

lain : diatom (Bacillariophyciae),

alga hijau (chlorophyceae), alga

emas (chrisophyceae) dan alga biru

(cyanophyceae). Menurut Nontji

(2008) adapun epifit yang melekat di

daun lamun terdapat berbagai jenis

dan diantara jenis itu adalah :

diatom, dinoflagelata, sianobakteri,

kokolitoforide. Sementara itu

dampak yang ada pada epifit di

lamun dapat meningkatkan

produktivitasnya primernya. Oleh

karena itu epifit terdapat pada daun

lamun sangat berperan penting dalam

rantai makanan pada lamun.

Peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai

jenis-jenis serta kelimpahan epifit

pada lamun Enhalus acoroides di

perairan Senggarang Kota

Tanjungpinang. Hal ini karena

Senggarang merupakan salah satu

kawasan di Tanjungpinang yang

memiliki perairan yang ditumbuhi

oleh vegetasi lamun. Pada kawasan

tersebut dijumpai lamun jenis

Enhalus acoroides yang secara visual

merupakan jenis lamun yang paling

luas tutupannya. Oleh karena itu

perlu adanya data mengenai

mikroalga epifit yang bersimbiosis

pada lamun di perairan Senggarang.

Hasil penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat sebagai bahan

informasi mengenai keberadaan

mikroalga epifit pada daun lamun

Enhalus acroides di perairan

Senggarang. Dan dapat menjadi

bahan kajian penelitian lebih lanjut.

III.METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu

Penelitian ini telah

dilaksanakan pada bulan Januari

2016, di perairan Senggarang

Kelurahan Senggarang Kecamatan

Tanjungpinang Kota, Provinsi

Kepulauan Riau.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

No Alat-alat Kegunaan

1 GPS

Untuk mengetahui

titik koordinat

stasiun penelitian

2 Kantong plastic

Untuk menyimpan

sampel lamun dan

substrat

3 Botol film

Untuk menyimpan

mikroalga epifit

hasil kerikan daun

lamun

4 Cutter Untuk mengerik

daun lamun

5 Multitester Untuk pengmatan

DO, pH, dan suhu

6 Saltmeter

Untuk

pengamatan

salinitas

7 Microscope Untuk mengamati

jenis Epifit

8 Haemacytometer,cover

glass

Untuk

menghitung

kelimpahan Epifit

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1) Lamun Enhalus acoroides,

digunakan sebagai sampel untuk

pengerikan epifit.

2) Mikroalga epifit hasil kerikan

daun Enhalus acoroides

3) Air laut untuk mengukur

parameter fisika dan kimia

4) Lugol 4% untuk pengawetan

mikroalga epifit

5) Aquades untuk membersihkan

alat dan kaca pengamatan.

C. Penentuan Titik Pengambilan

Sampel

Penentuan lokasi penelitian

dilakukan berdasarkan sebaran

lamun yang hidup di sepanjang area

pasang surut perairan Senggarang

Besar yang banyak ditumbuhi jenis

lamun Enhallus accoroides.

Penentuan titik pengamatan

dilakukan dengan menggunakan

metode acak sederhana dengan

bantuan software sampling plan

dengan membagi titik – titik

pengambilan sampel secara

menyebar kearea yang telah

ditentukan posisinya dengan

koordinat. Berdasarkan hasil

penyebaran lamun di perairan

Senggarang, titik pengamatan

ditentukan sebanyak 31 titik, peta

lokasi penelitian dapat dilihat pada

gambar 1 berikut.

D. Prosedur Kerja

1. Pengambilan Sampel

Lamun.

2. Identifikasi Mikroalga

Epifit

3. Pengukuran Parameter

Fisika dan Kimia Perairan

a) Suhu

Pengukuran suhu dilakukan

pada bagian dekat permukaan

perairan. Pengukuran suhu dilakukan

dengan menggunakan Multi Tester

(YK-2005 WA), pengukuran suhu

dilakukan bersamaan dengan

pengukuran Oksigen Terlarut (DO).

Pengukuran suhu dilakukan dengan

menghidupkan multiterster dengan

menekan tombol “ON” kemudian

Probe dimasukkan untuk pengukuran

Suhu. Kemudian Probe pada tersebut

dicelupkan kedalam perairan.Seluruh

bagian dari probe suhu harus tercelup

kedalam air yang diukur. Setelah itu

didiamkan beberapa menit sampai

dapat dipastikan angka yang

ditunjukkan pada layar berada dalam

kondisi tidak bergerak (stabil).

Kemudian nilai suhu yang

ditunjukkan pada layar sebelah kiri

bawah multiterster tersebut dicatat

hasilnya.

b) Salinitas

Salinitas diukur dengan

menggunakan Salt Meter (YK-31SA).

Prosedur penggunaan alat adalah

sebagai berikut :

1. Probe disiapkan dan dimasukkan

pada bagian atas Salt Meter

sampai rapat dan posisi yang

benar, kemudian tombol “ON”

pada alat ditekan untuk

menghidupkan alat, dan ujung

probe dimasukan kedalam air

hingga sebatas kepala probe.

2. Probe digerakkan beberapa saat

agar mempermudah dalam

pembacaan pada alat dan tunggu

beberapa saat hingga

menunjukan angka tetap pada

tampilan( layar ) alat.

3. Tombol “HOLD” ditekan, jika

angka yang ditunjukan sudah

benar-benar tetap( tidak berubah

), catat angka yang ditunjukan

oleh alat.

c) Oksigen terlarut

Untuk mengukur kadar oksigen

terlarut perairan dengan

menggunakan alat Multi tester.

Prosedur pengukuran Oksigen

Terlarut dilakukan dengan cara :

1. Probe Oksigen terlarut (DO)

disiapkan dan dimasukkan

kedalam socket DO pada alat

dengan benar dan pada posisi

yang tepat.

2. Tombol “POWER” ditekan

untuk menghidupkan alat.

3. Tombol “Mode” pada alat

ditekan, hingga layar alat

menunjukkan tampilan “%02”

dan indikator manual untuk

Suhu dimasukkan.

4. Dibiarkan selama 5 menit hingga

angka stabil dan tidak berubah.

5. Kalibrasi alat dilakukan sebelum

melakukan pengukuran, dengan

cara menekan tombol “REC”

dan “HOLD” secara bersamaan.

6. Tombol “ENTER” ditekan,

tunggu selama 30 detik, hingga

pada layar rmenunjukkan

tampilan “%02” menunjukkan

angka 20.9.

7. Tombol “FUNC: ditekan hingga

menunjukkan tampilan “mg/L”

kemudian alat dapat digunakan

untuk pengukuran Oksigen

Terlarut.

d) Derajat Keasaman (pH)

Pengukuran pH dilakukan

dengan menggunakan Multitester.

Prosedur pengukuran pH dengan

multi tester adalah sebagai berikut :

1. Probe elektroda pH disiapkan

dan dimasukkan kedalam socket

pada alat dengan benar dan pada

posisi yang tepat, Tombol

“POWER” ditekan untuk

menghidupkan alat,

2. Tombol “MODE” pada alat

ditekan hingga layar alat

menunjukkan tampilan “pH” dan

masukkan indicator manual

untuk Suhu,

3. Larutan “Buffer Solution” yang

akan digunakan pada pH 4,00

disiapkan untuk

mengakalibrasikan alat yang

ditempat kan pada Botol

kalibrasi.

4. Proses kalibrasi alat dilakukan

sebelum melakukan pengukuran,

dengan cara menekan tombol

“REC” dan “HOLD” secara

bersamaan hingga pada layar

alat menunjukkan angka 4,00

5. Tombol “ENTER” ditekan untuk

mengakhiri proses kalibrasi, lalu

buka botol kalibrasi pada ujung

alat, dan pengukuran pH dapat

dilakukan, kemudian hasil yang

ditunjukkan pada layar alat

dicatat setelah angka yang

ditunjukkan stabil (tidak

berubah).

E. Pengolahan Data

1. Kelimpahan Epifit Mikroalga

Kepadatan jenis Epifit

Makroalga dihitung berdasarkan

perhitungan plankton, dengan alat

Haemacytometer modifikasi Lackey

Drop Microtransecting Methods

(APHA, 1989)

Keterangan:

N = Jumlah perifiton per

satuan luas (ind/cm2)

Oi = Luas gelas penutup (484

mm2)

Op= Luas satuan lapang

pandang (1,306 mm2)

Vr = Volume konsentrat

dalam botol sampel (30 ml)

Vo= Volume satuan tetes air

contoh (0,05 ml)

A = Luas bidang kerikan (5 x

2 cm2)

n = Jumlah perifiton yang

tercacah

2. Indeks Keanekaragaman

Epifit Mikroalga

Adapun indeks

keanekaragaman Shannon (H’)

menurut Shannon and Wiener

(Setyobudiandi, 2009) dihitung

menggunakan formula sebagai

berikut :

H’ = -

Dimana :

ni = Jumlah individu

setiap jenis

N = Jumlah individu seluruh

jenis

Adapun kategori penilaian

indeks keanekaragaman sebagai

berikut.

Tabel 5. Kategori Indeks

Keanekaragaman

Nilai

Keanekaragaman

(H’)

Kategori

H’ ≤ 2,0 Rendah

2,0 < H’ ≤ 3,0 Sedang

H’ ≥ 3,0 Tinggi

Sumber : Odum (1983) dalam

Setyobudiandi (2009)

3. Indeks Keseragaman Epifit

Mikroalga

Rumus dari indeks

keseragaman Pielou (E)

(Setyobudiandi, 2009) yaitu :

E =

Dimana :

E = Indeks keseragaman

H’ =Indeks keanekaragaman

= (3,3219 Log S)

S = Jumlah Jenis

Nilai Indeks keseragaman

(E), dengan kisaran 0 dan 1. Nilai 1

menggambarkan keadaan semua

spesies melimpah (Fachrul, 2007).

Jika nilai Emendekati 1, maka

sebaran individu antar jenis relatif

sama. Sebaliknya jika nilai E

mendekati 0, terdapat kelompok

suatu jenis jumlahnya lebih dari jenis

lainnya.

4. Indeks Dominansi Epifit

Mikroalga

Untuk mengetahui dominansi

jenis menggunakan rumus indeks

dominansi Simpson (Fachrul, 2007)

yaitu :

C =

Dimana :

C = Indeks dominansi

Simpson

ni = Jumlah individu

spesieske-i

N = Jumlah individu

seluruh spesies

Nilai dari indeks dominansi

Simpson memberikan gambaran

tentang dominasi organisme dalam

suatu komunitas ekologi. Indeks ini

dapat menerangkan bila mana suatu

jenis lebih banyak terdapat selama

pengambilan data. Adapun kategori

penilaiannya disajikan pada Tabel 7.

Tabel 6. Kategori penilaian indeks

dominansi

Indeks

Dominansi(C)

Kategori

0,00 < C ≤

0,50

Rendah

0,50 < C ≤

0,75

Sedang

0,75 < C ≤

1,00

Tinggi

Sumber : penilaian indek dominansi

Odum (Setyobudiandi, 2009)

F. Analisis Data

Data yang diperolehari hasil

penelitan, meliputi jenis, kelimpahan,

index ekologi disajikan dengan Data

kualitas perairan disajikan dalam

bentuk tabel, grafik. Hasil kualitas

air mengacu kepada Kepmen LH

No.51 tahun 2004.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Lokasi

Penelitian

Senggarang merupakan salah

satu wilayah yang terletak di

Kecamatan Tanjungpinang Kota

Kepulauan Riau. Kawasan ini

merupakan suatu wilayah pesisir

yang memiliki ekosistem lamun yang

cukup luas. dari hasil penelitian oleh

Rajab (2015) komposisi jenis lamun

di perairan senggarang kecil terdiri

dari lima jenis Thalassia

hemprichii, Holophila ovalis,

Cymodocea rotundata, Enhalus

acoroides, dan Syringodium

iseotifolium. Lamun diperairan

Senggarang Kecil termasuk lamun

yang bertipe campuran karena

lebih dari satu jenis, Nilai

frekuensi terbesar adalah jenis

Thalassia hemprichii dengan nilai

1.00 yang berarti jenis Thalassia

hemprichii di temukan di setiap

plot pengamatan, nilai frekuensi

terkecil adalah jenis Syringodium

iseotifolium dengan nilai 0.05.

Penutupan jenis Thalassia

Hemprichii merupkan jenis dengan

penutupan tertinggi yaitu 5.41% dan

jenis Syringodium iseotifolium

merupakan jenis lamun dengan nilai

penutupan terendah dengan nilai

0.54% total penutupan seluruh jenis

lamun terdapat 5 jenis lamun yang

menyebar di sepanjang perairan

dangkal Senggarang.

B. Identifikasi Jenis-Jenis

Mikroalga Epifit pada Daun

Lamun Enhalus acoroides

Dari hasil penelitian pada

perairan Senggarang didapat 10 jenis

mikroalga epifit yang melekat pada

daun lamun Enhalus acoroides.

Berikut jenis-jenis mikroalga epifit

yang didapat dari hasil pengamatan

di laboratorium dengan

menggunakan microscope.

Dari hasil identifikasi didapat

10 jenis mikroalga epifit yang dibagi

ke dalam 4 Divisi yaitu

Chyanophyta, Dinoflagellata,

Chrycophyta dan Chlorophyta.

C. Komposisi Jenis Mikroalga

Epifit Pada Daun Lamun Enhalus

Acroides

Di bawah ini dapat dilihat tabel

komposisi jenis mikroalga epifit yang

didapat pada daun lamun Enhalus

acoroides di perairan Senggarang.

Tabel 5. Komposisi jenis mikroalga

epifit hasil pengamatan

Genera Ni

Komposisi

(%)

Komposisi

Divisi (%)

Cyanophyta

31,99 1 Lyngbya sp. 17 9,71

2

Merismopedia

sp 16 9,14

3

Oscillatoria

sp 23 13,14

Dinoflagellata 8,57

4 Peridinium sp 15 8,57

Chrysophyta

42,29

5

Plearosigma

sp 13 7,43

6 Nitzschia sp 27 15,43

7 Synedra sp 14 8,00

8 Navicula sp 20 11,43

Chlorophyta

17,15 9

Oedogenium

sp 12 6,86

10

Microspora

sp 18 10,29

Jumlah 175 100 100

Sumber : Data Primer (2016)

Mikroalga epifit yang ditemukan

pada daun lamun Enhalus acroides

di Perairan Senggarang didominasi

oleh Nitzschia sp dimana persentase

ditemukannya mikroalga ini sebesar

15%. Nitzschia sp merupakan

mikrolaga yang sering di jumpai

pada setiap jenis lamun karena jenis

ini hidupnya menempel dan melekat

pada lamun terutama di bagian

permukaan daun lamun itu sendiri.

Nitzschia sp merupakan mikroalga

yang termasuk dalam kelas

Bacilariophyceae (Thomas,1997).

Nitzschia sp mempunyai peranan

penting dalam dalam ekosistem

perairan sebagai produsen primer.

mikroalga epifit Nitzschia sp hidup

diperairan umumnya berarus kuat,

dan berkurangnya kecepatan arus

akan meningkatkan jenis spesies yg

melekat. Nitzia sp merupakan

mikroalga yang tahan terhadap arus

yang relatif kuat.

Mikroalga epifit yang paling

sedikit ditemukan adalah

Oedogenium sp 7%. dikarenakan

mikroalga epifit jenis Oedogenium sp

ini lebih sering di jumpai di perairan

tawar, danau dan ada juga yang

hidup diperairan laut . sementara itu

Oegenium sp sangat banyak di

temukan pada perairan yang

permanen seperti kolam atau

kubangan air, jarang pada perairan

yang mengalir deras.

D. Kelimpahan Jenis-Jenis

Mikroalga Epifit pada Daun

Lamun Enhalus acroides

Nilai kelimpahan jenis

mikroalga epifit yang palig tinggi

adalah Nitzschia sp dengan jumlah

60.037 ind/cm2, Jenis ini adalah jenis

mikroalga epifit yang paling sering

dijumpai. Jenis ini termasuk dalam

kelas Bacillariophyceae, sedangkan

nilai kelimpahan yang terendah

terdapat pada jenis Oedogenium sp

dengan jumlah 26.683 ind/cm2.

E.Keanekaragaman, Keseragaman

dan Dominansi Jenis Microalga

Epifitpada Daun Lamun Enhalus

acroides

Keanekaragaman, keseragaman dan

dominansi merupakan parmeter biota

yang dapat dilihat untuk menjelaskan

keadaan indeks ekologi. Dari data

hasil penelitian yang diperoleh, nilai

indeks keanekaragaman jenis

mikroalga pada perairan Senggarang

yang diambil pada daun lamun jenis

Enhalus acoroides masuk dalam

kategori tinggi (3,28). Keseragaman

memiliki nilai indeks sebesar 0,99

yang dapat disimpulkan indeks

keseragamannya tinggi karena nilai

tersebut mendekati 1, artinya

keadaan spesies-spesies yang

dijumpai melimpah (Fachrul, 2007).

Di bawah ini dapat dilihat tabel dan

diagram yang menggambarakan

nilai-nilai indeks ekologi mikroalga

pada daun lamun Enhalus acoroides

di perairan Senggarang. Tabel 7.

Kategori Indeks Ekologi Mikroalga

Epifit

F. kualitas perairan

Hasil pengamatan kualitas

parameter fisika-kimia di perairan

Senggarang didapat fluktuasi nilai

pada saat pagi, siang dan sore hari.

Suhu perairan yang didapat pada saat

pengamatan berkisar antara 29,30-

30,97 oC, salinitas perairan yang

didapat berkisar 31,27-32,06 0/00,

derajat keasaman atau pH perairan

berkisar antara 6,93-8,10 sedangkan

untuk nilai kualitas oksigen terlarut

(DO) memiliki nilai 7,20-7,23 mg/L.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

tabel 11.

Tabel 8. Parameter perairan (fisika-

kimia) Senggarang

Sumber : Data Primer (2016)

Berdasarkan data hasil

penelitian dan dibandingkan dengan

baku mutu kualitas perairan yang

merujuk pada Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup (Kepmen LH)

No. 51 tahun 2004 tentang baku

Indeks Nilai Kategori

Keanekaragaman 3,28 Tinggi

Keseragaman 0,99 Tinggi

Dominansi 0,11 Rendah

Parameter Hasil rata-

rata

Baku mutu

(Kepmen LH)

Suhu (°C) 29,98 Lamun : 28-30

Alami 3(c)

Salinitas

(0/00)

31,54 Lamun : 33-34

Alami 3(e)

pH 7,57 7-8,5 (d)

DO (mg/l) 7,27 >5

mutu air laut untuk biota laut, dapat

disimpulkan bahwa perairan

Senggarang yang merupakan

ekosistem lamun masih dalam

kategori normal dan meskipun nilai

tersebut kurang tetapi secara alami

masih dapat di toleransi.

G. Hubungan antara Parameter

Perairan, Kelimpahan dan

Indeks Ekologi Mikroalga

Epifit

Epifit merupakan plankton

yang hidupnya menempel di

permukaan tumbuhan. Peran penting

lamun di ekosistem perairan dalam

mendukung produktivitas primer dan

perifiton (termasuk mikroalga) juga

sebagai makanan alami biota lainnya

yaitu zooplankton insekta, moluska

dan berbagai spesies ikan yang hidup

beruaya pada padang lamun (Irawan

dan Sari, 2011). Berdasarkan hasil

perhitungan indeks ekologi

mikroalga epifit, keanekaragaman

dan keseragaman mikroalga epifit

bernilai tinggi. Hal ini dikarenakan

sebaran populasi tiap-tiap jenis

mikroalga epifit yang dijumpai

melimpah atau merata. Oleh sebab

itu indeks dominasinya menjadi

rendah karena tidak terdapat suatu

jenis tertentu yang berperan dalam

mendominansi komunitas tersebut.

Kualitas perairan yang

normal mengindikasikan bahwa

perairan tersebut masih terbilang

subur untuk kehidupan lamunnya

yang merupakan tempat menempel

bagi mikroalga epifit. Kesuburan

perairan Senggarang dipengaruhi

oleh letak perairan yang langsung

terhubung dengan lautan (zona

litoral). Oleh karena itu kondisi

perairan dipengaruhi oleh dinamika

laut yang terjadi seperti pasang surut

dan juga masukan air dari laut secara

langsung akan menjadikan kondisi

perairan tersebut tetap terjaga. Proses

tarikan air (upwelling) yang terjadi di

suatu perairan akan mempengaruhi

kondisi kehidupan fitoplankton,

hidrologi dan pengayakan nutrisi di

lokasi tersebut (Sediadi, 2004).

Suhu rata-rata perairan

Sengarang 29,98 oC merupakan suhu

yang optimal bagi kehidupan lamun

maupun mikroalga epifit. Menurut

Inansetyo dan Kurniastuty (1995)

bahwa kisaran 25-30 oC merupakan

suhu yang sesuai bagi kehidupan

fitoplankton. Alga dari filum

Chlorophyta dan Diatom akan

tumbuh baik pada kisaran suhu

berturut-turut 30oC-35

oC dan 20

oC-

30oC, dan filum Cyanophyta dapat

bertoleransi terhadap kisaran suhu

yang lebih tinggi (diatas 30oC)

dibandingkan kisaran suhu pada

filum Chlorophyta dan diatom

(Welch, 1980; Halsem, 1995dalam

Junda et al, 2012).

Salinitas berpengaruh bagi

kehidupan diatom, nilai salinitas

31,54 0/00 merupakan nilai salinitas

yang optimum bagi kehidupan dan

pertumbuhan tumbuhan lamun yang

merupakan tempat menempel bagi

mikroalga epifit. Untuk pertumbuhan

lamun yang optimum dibutuhkan

salinitas lebih kurang 35‰ (Zieman

in Berwick, 1983dalam Hertanto,

2008). pH perairan Senggarang rata-

rata 7,57 termasuk dalam kategori

normal serta baik bagi pertumbuhan

lamun dan tentu saja merupakan

kisaran pH yang baik juga bagi

kehidupan mikroalga epifit.

Chrysophyta umumnya pada kisaran

pH 4,5-8,5, dan pada umumnya

diatom pada kisaran pH yang netral

akan mendukung keanekaragaman

jenisnya (Weitzel, 1979 dalam Junda

et al, 2012).

DAFTAR PUSTAKA

APHA,1989. Standart Methods for

the Examination of Water

and Waste Water . 18th

edition Washington.

Asih.P .2014 Produktifitas Primer

Fitoplankton di Perairan

Malang Rapat Kabupaten

Bintan Skripsi.Universitas

Maritim Raja Ali Haji

:Tanjungpinang

Armanda D.T 2013 Pertumbuhan

kultur Mikroalga Diatom

Skeletonema Costatum

(Greville) Cleve Isolat

Jepara pada Medium F2 dan

Medium Conwai.Bioma vol.

2, No 1 49-63

Azkab, MH.2000. Strutur dan Fungsi

pada komunitas

Lamun.Majalah ilmiah Semi

Populer Oseana 25 (3):9-17

Davis, C.C 1955.The Marine

Freshwater plankton.

Machigan State Universety

Press.USA.562 p.

Effendi, H 2003 Telah Kualitas Air

bagi Pengelolaan

Sumberdaya dan

Lingkungan perairan

Kanisius.Yogyakarta 259

hal

Fahrul, M.F 2007.Metode Sampling

Ekologi . Bumi Aksara :

Jakarta.

Hasanuddin. R .2013. Hubungan

Antara Kerapatan dan

Morfometri Lamun Enhalus

acroides dengan substrat

dan Nutrien di Pulau

Sarappo

LompoKab.Pangkep.Univer

sitas Hasanuddin : Makasar

Hertanto. Y. 2008. Sebaran Dan

Asosiasi Perifiton Pada

Ekosistem Padang Lamun

(Enhalusacoroides). Di

Perairan Pulau Tidung

Besar, Kepulauan Seribu,

Jakarta Utara. Skripsi.

Institut Pertanian Bogor

(IPB). Bogor.

Irawan, A dan L.I. Sari. 2011.

Estimasi Potensi Luasan

Daun Lamun Dalam

Mendukung Produktivitas di

Perairan Pesisir Kabupaten

Kutai Timur. Jurnal Ilmu

Perikanan Tropis Vol. 19.

No. 2, April 2014 – ISSN

1402-2006

Isnansetyo dan Kurniastuti (1995)

Teknik Kultur Fitoplankton

dan Zooplankton

Yogyakarta: Penerbit

Kansius..

Junda, M., Hijriah dan Hala, Y.

2012. Identifikasi Perifiton

Sebagai Penentu Kualitas

Air Pada Tambak Ikan Nila

(Oreochromis niloticus).

Jurnal Bionature, Volume

14, Nomor 1, April 2013,

hlm.16-24

Kep MENLH 2004.Keputusan

Kantor Menteri Negara

Lingkugan Hidup No.Kep

51 / MENLH / I / 2004.

Tentang Pedoman

Penetapan Baku Mutu

Lingkungan.11 hal.

Kiswara W. 1992.Communiti

Structure And Biomass

Distribution of Seagres

Banten Bay, West java,

Indonesia.

Kiswara, W dan Winardi.

1995.Keanekaragaman dan

Sebaran Lamun di Teluk

Kuta dan Teluk Gerupuk,

Lombok Selatan W Kiswara

(eds).Struktur Komunitas

Biologi Padang Lamun di

Pantai Lombok Selatan dan

Kondisi

Lingkungannya.Jakarta:

LIPI.

Kordi K.M.G.H, 2011 Ekositem

lamun (Seagrass),jakarta

Rineka Cipta.

Nontji A. 2008 Plankton Laut.

Jakarta :Djambatan 11-13

:347 hal.

Nybakken, J.A., 1988. BiologiLaut

:SuatuPendekatanEkologis.

AlihBahasa: H.M.

Eidmandkk. PT Gramedia,

Jakarta.

Philips RS and Menez

1998.Seagrasess.Washingto

n D.C:Smithsonian

Instituation Press.

Prasetyo, triastomo imam, 1987

beberapa genus alga air

tawar sistematika dan

diskripsi (menurut gilbert

M.Smith) disadur oleh

Triastono imam prasetyo

ganggang air tawar

FPMIPA IKIP Malang.

Rahayu, A. 2013. Pengaruh

Kelimpahan dan Komposisi

Mikroalga Epifit terhadap

Pertumbuhan Lamun

Enhalus Aacroides di Pulau

Pari Kepulauan Seribu

Jakarta. Skripsi. UNPAD.

Rajab.M. 2015 Struktur Komunitas

dan Pola Sebaran Lamun di

PerairanSenggarang

,Kelurahan Senggarang

Kota TanjungPinang

.Skripsi .Universitas

Maritim Raja Ali Haji:

TanjungPinang.

Rappe, R. A. 2010. Struktur Rappe,

R. A. 2012. Asosiasi

Makroalga Epifit Pada

Berbagai Jenis Lamun Di

Kepulauan Spermonde,

Sulawesi Selatan.

Pertemuan Ilmiah Nasional

Tahunan_Jurnal ISOI.

Jakarta.

Komunitas Ikan Pada Padang

Lamun Yang Berbeda Di

Pulau Barrang Lompo.

Jurnal Ilmu dan Teknol

Kelautan Tropis 2(2): 62-73.

Romimohtarto, K 2004.

Meroplankton Laut.Penerbit

Djambatan,Jakarta.

Sediadi, A Effek Upwelling terhadap

kelimpahan dan distribusi

fitoplankton di perairan laut

banda dan sekitarnya.

FMIPA Universitas

indonesia depok, Jakarta.

Setyobudiandi,Israjad at al.

2009.Sampling dan Analisis

Data Perikanan dan

Kelautan. Bogor: Makaira-

FPIK.

Tomas, C.R.1997 Identifying Marine

Phytoplankton,florida

Marine Research

Institute.Academic Press :

Florida.

Yazwar, 2008. Keanekaragaman

Plankton dan keterkaitannya

dengan kualitas Air di

parapat danau toba

Universitas Sumatera Utara

Medan.