Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
II. KONSEP DASAR SISTIM TENAGA LISTRIK
1. PANDANGAN UMUM SISTIM TENAGA LISTRIK
Pada umumnya sistim tenaga listrik tediri atas kumpulan komponen
peralatan listrik atau mesin listrik seperti generator, transformator, beban dan
berikut alat-alat pengaman dan pengaturan yang saling dihubungkan
membentuk suatu sistim yang digunakan untuk membangkitkan,
menyalurkan dan menggunakan energi. Di dalam sistim tenaga listrik1,
komponen-komponen tersebut dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
1.1. Pembangkit Listrik
Pusat pembangkit listrik (electric power stations), terutama
yang menggunakan tenaga air, pada umumnya letaknya jauh dari
konsumen pemakai tenaga listrik tersebut Pada pembangkit, tenaga
listrik dibangkitkan oleh generator sinkron 3 fasa pada tegangan 6,6 KV
; 11 KV atau 13,2 KV dan bahkan ada yang 32 KV.
James J. Burke, Power Distribution Engineers - Fundamentals and Aplications, Marcel Dekker INC, USA 1994. p. 1.
2 DR. A. Arismunandar, DR. S. Kuwahara, Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik Jilidll, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1993. p. 1.
7
Frekuensi tegangan yang dibangkitkan oleh generator diberikan oleh
persamaan:
60 '
(2-1)
dengan : p = jumlah pasang kutub
n = kecepatan rotor dalam putaran per menit (rpm).
<fuRB — ^ " / A R M V - —
Output Exciter gen
Gambar 2.1
Diagram Sistim Pembangkitan
1.2. Saluran Transmisi
Saluran transmisi ini membawa tenaga listrik dari
pembangkit menuju ke pusat-pusat beban, baik langsung maupun
melalui saluran penghubung, gardu-gardu induk (substations).
Charles I. Hubert, Preventive Maintenance Of Electrical Equipment, Glencoe Macmillan/Mc Graw-Hill, 1996, USA. p. 106 .
8
Ada dua kategori saluran transmisi, yaitu:
a. Saluran Udara (Overhead Line).
b. Saluran Bawah Tanah (Underground).
Di Indonesia, tegangan nominal saluran transmisi yang digunakan
adalah 70 kV, 150 kV (Saluran Udara Tegangan Tinggi) dan 500
kV (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi).
1.3. Distribusi
Sistim distribusi merupakan area yang seringkali terjadi kerusakan
(Broken Down) dan gangguan, dibagi menjadi tiga bagian utama,
yaitu:
a. Gardu Induk distribusi (Distribution Substation).
Merupakan gardu yang bertugas membagi dalam beberapa
Penyulang (Feeder) dari 150 kV menjadi 20 kV. Dan juga terdapat
rele-rele, yaitu :
- OCR (Over Current Relay).
- DGR (Detection Ground Relay).
- UFR (Under Fault Relay).
- UVR (Under Voltage Relay).
- OVR (Over Voltage Relay).
- GFR (Ground Fault Relay).
9
b. Distribusi Primer.
Dari keluaran (Outgoing) Penyulang, tenaga listrik disalurkan
melalui distribusi primer dengan tegangan sebesar 20 kV/6 kV
menuju ke pusat-pusat beban melalui SUTM (Saluran Udara
Tegangan Menengah) dan SKTM (Saluran Kabel Tegangan
Menengah)
c. Distribusi Sekunder.
Terdiri dari dua jenis, yaitu Saluran Udara Tegangan Rendah
(SUTR) dan Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR). Tegangan
yang berada pada saluran ini diturunkan dari distribusi primer
melalui transfornator distribusi menjadi 380/ 220 V.
Sub Transmisi merupakan saluran dimana bisa dipertimbangkan
ketika terjadi overlap tegangan. Untuk sistim operasional dan
proteksinya sama seperti pada bagian Transmisi.
.Gambar 2.2 menunjukkan secara umum bentuk sistim penyaluran
tenaga listrik dari pembangkit hingga konsumen .
CEN. STEP-UP TRANSFORMER
n
m -VAV-
iJwfi IMICITES TfPlCAl VOVTACE l£V£l
10
pmuARr FEEDERS
DISTRiaUTfOK SUBSTATION
mvt
0 0
—a-—D-
N.O.
—o-
—a-
10 IA1ERAI
SECONDARE CONSUttER
- M - * —Q-
DISTRIBUIIO* 30 FE60ER IR*MSfQBVEB
MAINS
Gambar 2.2 4
Bentuk Umum Sistim Penyaluran Tenaga Listrik
2. GANGGUAN
Gangguan pada sistim ketenagalistrikan sudah menjadi bagian dari
pengoperasian sistim tenaga listrik tersebut. Mulai dari pembangkit, tranmisi
hingga pusat-pusat beban tidak pernah lepas dari berbagai macam gangguan.
Bagian dari sistim tenaga listrik yang sering mengalami gangguan adalah
kawat transmisinya (kira-kira 70% sampai 80% dari seluruh gangguan).
Hal tersebut wajar terjadi karena luas dan panjangnya saluran dari
pembangkit hingga distribusi pada umumnya lewat udara (diatas tanah) lebih
rentan terhadap gangguan daripada yang ditaruh dalam tanah (underground).
James J. Burke, Power Distribution Engineers - Fundamentals and Aplications, Marcel Dekker INC, USA, 1994. p. 2.
II
Terlebih lagi jika salurannya tidak dilindungi isolasi ataupun peralatan
proteksi yang tidak memadai, akan sering menimbulkan ganggguan pada
sistim tenaga listrik tersebut. Semua gangguan bisa disebabkan dari
peralatannya atau kesalahan mekanis, thermis dan tegangan lebih atau karena
material yang cacat atau rusak, misalnya hubung singkat, gangguan ke tanah
atau konduktor yang putus. Busur tanah yang menetap merupakan gangguan
yang sangat ditakuti sebab busur tanah yang padam dan menyala merupakan
sumber gelombang berjalan yang mempunyai muka curam yang dapat
membahayakan isolasi dari alat-alat instalasi walaupun letaknya jauh dari titik
gangguan. Gangguan yang sering terjadi adalah gangguan hubung singkat.
Besar dari arus hubung singkat itu tergantung dari jenis dan sifat gangguan
hubung singkat itu, kapasitas dari sumber daya, konfigurasi dari Sistim,
metoda hubungan netral dari trafo, jarak gangguan dari unit pembangkit,
angka pengenal dari peralatan-peralatan utama dan alat-alat pembatas arus,
lamanya hubung singkat itu dan kecepatan beraksi dari alat-alat pengaman.
Gangguan hubung singkat itu tidak hanya dapat merusak peralatan
atau elemen-elemen sirkuit, tetapi juga dapat menyebabkan jatuhnya tegangan
dan frekuensi Sistim, sehingga kerja pararel dari unit-unit pembangkit menjadi
terganggu pula.
12
2.1. Akibat-Akibat Yang Ditimbulkan Oleh Gangguan5
a. Menginterupsi kontinuitas pelayanan daya kepada para konsumen
apabila gangguan itu sampai menyebabkan terputusnya suatu
rangkaian atau menyebabkan keluarnya suatu unit pembangkit.
b. Penurunan tegangan yang cukup besar menyebabkan rendahnya
kualitas tenaga listrik dan merintangi kerja normal pada peralatan
listrik baik PLN maupun konsumen.
c. Pengurangan stabilitas sistim dan menyebabkan jatuhnya generator.
d. Merusak peralatan pada daerah terjadinya gangguan.
2.2. Penyebab Gangguan Pada SUTM Maupun SKTM
I). Pada SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah).
a. Pada SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah):
b. Alam (Petir, Pohon, Angin, Hujan, Panas).
c. Kegagalan atau kerusakan peralatan dan saluran.
d. Manusia.
e. Binatang dan benda-benda asing.
f. Dan Iain-lain.
5 TS. Hutauruk, Pengetanahan Netral Sistim Tenaga dan Pengetanahan Peralatan^ Penerbit Erlangga, Jakarta, 1987. p. 3.
13
2). SKTM (Saluran Kabel Tegangan Menengah).
a. Gangguan dari dalam (Internal Fault):
Tegangan dan arus abnormal, pemasangan yang kurang baik,
penuaan dan beban lebih.
b. Gangguan dari luar (External Fault):
Gangguan-gangguan mekanis karena pekerjaan galian saluran air
dan Iain-lain, kendaraan yang lewat diatasnya, impuls petir lewat
saluran udara, binatang dan deformasi tanah.
2.3 Klasifikasi dari gangguan dibedakan dari dua segi, yaitu :
1) Dari macamnya gangguan.
a. Gangguan dua fasa atau tiga fasa melalui tahap hubung tanah.
b. Gangguan fasa ke fasa.
c. Gangguan dua fasa tanah.
d. Gangguan satu fasa ke tanah atau gangguan tanah.
2) Dari lamanya gangguan :
a. Gangguan permanen.
Gangguan yang baru dapat dihilangkan atau diperbaiki setelah
bagian yang terganggu itu diisolir dengan bekerjanya Pemutus
Daya atau Tenaga (PMT).
b. Gangguan temporer.
Gangguan yang terjadi dalam waktu yang singkat saja dimana
kemudian Sistim kembali pada keadaan normal. Misalnya
14
gangguan yang disebabkan oleh petir atau burung, akan terjadi
loncatan api pada isolasi udara atau minyak.
2.4 Anal isa Gangguan
Jenis gangguan yang mungkin terjadi pada Sistim tenaga listrik
3 phasa adalah :6
1) Gangguan Shunt (hubung singkat). Lihat gambar 2.3.
a. Hubung singkat 3 phasa simetri
- Tiga phasa (Line-Line-Line/L-L-L)
- Tiga phasa ke tanah (Line-Line-Line-Ground/L-L-L-G)
b. Hubung singkat tidak simetri
- Satu phasa ke tanah (IL-G)
- Antar phasa (L-L)
- Antar phasake tanah (2L-G)
2) Gangguan Seri (Hubungan Terbuka)
a. Satu saluran terbuka (1L-O)
b. Dua saluran terbuka (2L-0)
c. Impedansi seri tak seimbang
6 Analisa Sistim Tenaga II, Teknik Elektro Univershas Kristen Petra, Surabaya, p. 2.
15
3) Gangguan Simultan
Gangguan yang terjadi pada detik yang sama, tetapi pada
saat yang tepat sama terjadi dua atau lebih gangguan dan
kemungkinan terjadi sangat kecil.
a. Shunt-Shunt
b. Shunt-Seri
c. Seri-Seri
• " • • ' r i - . .
^ T (b)
I I
(c) (d)
• i
•i
(<
t
i ») ffl
Gambar 2.37
Gangguan Yang Terjadi Pada Sistim Tenaga Listrik
7 Ibid. p. 2.
I ft
2.4.1. Komponen Simetri Phasor tegangan 3 phasa yang tak seimbang.
V,
Phasor rotation
Gambar 2.4a8
Phasor Tegangan 3 Phasa
Urutan Positip / Normal.
c b a c b a c b
Gambar 2.4by
Phasor Tegangan 3 Phasa
Ibid. p. 2. Ibid. p. 2.
- Urutan Negatip.
b a c b a c b a c
YYYYYY A A A
I \l \l ll y y y v
JUUUL c b a c b a c
Gambar2.4c10
Phasor Tegangan 3 Phasa
Urutan Nol.
Va0' = Vb0 ft 0
<^ * - 0°
a.b.c a,b,c afb,c
a.b.c a.b.c Gambar2.4d"
Phasor Tegangan 3 Phasa
'"Ibid. p. 2. 'ibid. p. 2.
IS
Tabel2.1
Operator "a"
Power Of Function
A
a2
a3
a4
l + a = - a 2
1 - a
1 - a2 = -a
1-a2
a - 1
a + a2
a - a 2
a 2 - a
a2
1 + a + a2
Polar Form
1Z1200
1Z240° = 1Z120°
1Z3600 - 1Z0°
1Z1200
1Z60°
V3Z-300
IZ-6O0
V3Z300
V3Z1500
IZI8O0
•s/3Z90°
V3Z-900
V3Z-1500
ozo°
Rectangular Form
-0,5+j0,866
-0,5-j0,866
1,0+J0,0
-0,5+j0,866
0,5+j0,866
1,5 - j0,866
0,5 - j0,866
l,5+j0,866
-l,5+j0,866
-1,0+J0,0
0,0+ j 1,732
0,0-j 1,732
- 1 , 5 - J 0 , 8 6 6
0,0 + j0,0
Sumber: AST 212
"Ibid. p.2.
19
2.4.2. Gangguan 3 Fasa. Pada saat tipe gangguan ini seimbang, tidak
ada arus zero atau negatif sequence. Besar arus jika terdapat impedansi:
'fM " ' ' / .a ~ V,b - V,c
lfM ~ vL.N A (2-2)
dan jika ada impedansi adalah :
'/,w Vl-N
Zi+Zj (2-3)
dimana: / fM arus gangguan 3 fasa (A)
VL-N = tegangan fasa-netral (V)
Z, = total impedansi positif sequence (Q)
Zf = impedansi gangguan (Q)
V,a>V,A>V,c arus gangguan pada fasa a, b dan c
Untuk total impedansi positif sequence bisa ditunjukkan dibawah ini:
A = A,sre + Aj- + ^\,cKr~ '
Dimana :
Zxm = impedansi rangkaian pengganti Thevenin positive sequence
dari sistim (atau sumber) dari tegangan distribusinya (Q)
ZXT =' impedansi trafo positive sequence dari tegangan distribusinya
A CKT
(«) .
impedansi positive sequence dari bagian rangkaian distribusi
yang terganggu.
20
Z1CAT =impedansi positive sequence dari bagian
rangkaian distnbusi yang terganggu.
Dengan mensubtitusi persamaan (2-4) kedalam (2-2) dan (2-3),
Arus Gangguan 3 Fasa dapat diketahui sebagai berikut:
dan
/ fM V, L-N
'f.34 ^isrs + £\,T + ^I.CAT + ^f
(2-5)
(2-6)
persamaan (2-5) dan (2-6) bisa digunakan baik hubungan pada
sumber wye-ground atau delta, Perhitungan gangguan 3 fasa
diatas dapat direfleksikan pada sistim distribusi pada sistim
subtransmisi. Hal ini bisa diselesaikan menggunakan persamaan
dibawah ini:
v f - L~L x / A
'•" W* *''•* A (2-7) dimana :
IF.3* = arus gangguan 3 fasa dari tegangan subtransmisi (A)
IfM = arus gangguan 3 fasa berdasarkan tegang
distribusi (A)
VL_L = tegangan distribusi line to line (V)
VSTL_L = tegangan subtransmisi line to line (V)
21
2.4.3 Gangguan Line To Line. Diasumsikan bahwa gangguan line to
line terjadi diantara fasa b dan c. Untuk persamaan dibawah ini untuk
kondisi tidak ada impedansi gangguan :
h, = ° 'f,L-L ~ 'f.a ~ 'f. /.*
fJ5*Vi# zl+z2
(2-8)
dimana
jika
IftL_i - arus gangguan line to line (A)
Z, = impedansi negative sequence total (Q)
Zl=Z2 . m a k a
JJIXVL-N
2Z, *f,L-L ~
atau subtitusi persamaan (2-4) ke dalam (2-8),
* f.L-L A I,SJS + \,T + ^\,CKT)
(2-9)
(2-10)
Khusus untuk yang ada impedansi gangguannya, persamaannya
menjadi:
J J^XVL-N A 1 f,L-L ~ ~~1 = " rt
22
dengan membandingkan persamaan (2-9) dengan (2-2), satu hal yang bisa
dibuat hubungan antara gangguan 3 fasa dengan gangguan arus line to line
sebagai berikut:
; A j
= 0,866 x / / 3 , (2-12)
Persamaan diatas ini bisa digunakan baik untuk hubungan wye grounded
atau delta.
2.4.3. Gangguan Single Line To Ground. Diasumsikan bahwa gangguan
single line to ground terjadi di fasa a. Jika tidak ada gangguan impedansi,
maka:
A/M-G _ vL.N Za (2-13)
dimana :
h,L-G = a r u s gangguan line to ground (A)
ZG = impedansi ke tanah (ground) (Q)
VL_N = tegangan distribusi line to netral (V)
Apabila:
atau jika ZX = Z2,
ZG = Z ' + Z 2 + Z ° (2-14)
— 2 7 + 7 ZG= ' ° (2-15)
23
Oleh sebab itu, dengan mensubtitusi persamaan (2-15) ke (2-13),
'/.L-G V, L-,V
1[2Z,+Z0] A
Jika terdapat impedansi gangguan,
'f,l-G ~ VL-N
l-[2Zi+Z0]+Zf
A
(2-16)
(2-17)
Z0 = impedansi total zero sequence (Q)
Persamaan (2-18) dan (2-19) hanya bisa digunakan untuk
hubungan di sumber adalah wye grounded.
KEANDALAN (RELIABILITY)
Untuk mengetahui banyak dan lamanya suatu gangguan pada suatu
daerah dapat digunakan persamaan SAIFI (System Average Interruption
Frequency Index) dan SAIDI (System Average Interruption Duration Index).
SAIFI digunakan untuk mengetahui banyaknya (frequency) gangguan yang
terjadi dan SAIDI digunakan untuk mengetahui lamanya (duration)
gangguan yang terjadi. Perhitungan tersebut bisa digunakan untuk
mengetahui index perbulan atau pertahun.
24
Dibawah ini merupakan persamaannya :
Total No. Customers Interrupted SAIFI = -
SAIDI
Total No. Customers (2-18) ( No. Customers Interrupted) * ( No. of Interruptions)
Total No. Customers
^Customers Interruption Durations Total No. Customers ^(Duration of Outage) * (No. of Customers Affected) Q.I 9̂
Total No. Customers
4. DROP TEGANGAN (VOLTAGE DROP)
Pertama kalinya tenaga tistrik dibangkitkan pada tegangan tertentu
atau terbatas (pada SUTM = 20 KV). Sedangkan jaringan distribusi SUTM
tidaklah pendek, namun bisa berkilo-kilo meter. Selain tiap Penyulang
(Feeder) mempunyai panjang, juga menanggung beban yang selalu dinamis.
Hal-hal tersebut bisa mengakibatkan terjadinya drop tegangan pada suatu titik
atau seksi tertentu. Drop tegangan bisa mempengaruhi peralatan listrik di
saluran (AVS, RECLOSER dan Iain-lain) yang membutuhkan rating kerja
tertentu maupun di pusat-pusat beban (peralatan rumah tangga).
25
r m, in • • -.1+ .
Distribution Line
R X y
I
ER
LOAD
Gambar 2.5 u
Drop tegangan pada saluran distribusi
Pada gambar 2.5 digambarkan bahwa karakteristik listrik pada bagian saluran
distribusi (distribution line) merupakan R dan X. Dan beban (load)
diumpamakan adalah motor yang bersifat reaktif yang mengakibatkan
tegangannya Lagging (lihat gambar 2.6).
3 James J. Burke, Power Distribution Engineers - Fundamentals and Aplications, Marcel Dekker INC, USA, 1994. p. 77.
26
1*
«B
I 1* = *cos6 a n d lx = IS)H6
1
Gambar 2.6 u
Hubungan fasa untuk beban induktif
Tegangan pada sisi kirim Es, bisa dihitung sebagai berikut:
Es = ER + LINE DROP
= ER + 7(Z)
= E R + 7 ( R + j X )
= ER + / ( I R - j I x ) ( R + j X )
= ER + I R - R - J I X - R + J I R - X + I X - X
= ER + IR • R + Ix • X - j Ix • R +j IR • X (2-20)
14 Ibid. p. 78.
27
Gambar 2.7 15
Diagram vektor drop tegangan
Drop tegangan sesungguhnya sama dengan Es - ER . Jika Es diproyeksikan
pada sumbu axis ER, dapat dilihat pada gambar 2.7 bahwa drop tegangan
sesungguhnya hampir sama dengan IR • R + Ix • X dan komponen drop
tegangan di luar fasa (- j Ix R dan j IR X ) tidak mempengaruhi hasil totalnya.
Maka persamaan untuk drop tegangan adalah
AV = I(Rcos0 + Xsin0) (2-21)
Untuk Sistim 3<fi yang mempunyai saluran yang panjang dan dalam satuan
Volt :
AV =VJ I • t (R cos 0 + X sin 0 ) • 1000"3 Volt (2-22)
dimana : / = panjang konduktor (m )
I = arus beban maksimum (A)
R = resistansi saluran urutan positif (QI km)
X = reaktansi saluran urutan positif (D / km)
0 = sudut power factor
15 Ibid. p. 78.
28
5. SISTIM JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER
Di Indonesia, Sistim jaringan distribusi primer dikenal dengan
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 20 KV. Saluran ini
menyalurkan tenaga listrik dari Gardu Induk Distribusi (Distribution
Substation) menuju ke konsumen yang terlebih dahulu diturunkan
tegangannya menjadi 220/380 V oleh transformator distribusi 20 KV/220-
380 V. Di dalam mendesain suatu Sistim jaringan distribusi primer harus
bisa menanggung beban hingga batas maksimum. Oleh karena itu
disesuaikan dengan perkembangan beban. Batas maksimum tergantung
pada kapasitas trafo daya, kemampuan saluran menghantarkan arus dan
kerugian tegangan yang diijinkan antara sisi kirim dan sisi terima saluran.
Klasifikasi jaringan distribusi primer sebagai berikut:
5.1. Jaringan Distribusi Primer Menurut Konstruksi Konduktor.
Jaringan distribusi SUTM 20 KV di seluruh wilayah Jawa
Timur pada umumnya menggunakan konstruksi Kawat, yaitu saluran
yang konduktornya tidak dilapisi isolasi sebagai pelindung luar
(telanjang). Untuk jenis Kabel, yaitu saluran yang konduktornya
dilindungi lapisan isolasi tidak digunakan kecuali pada permintaan
khusus kompleks perumahan seperti Citra Land dan Graha Family
Pakuwon Jati karena diletakkan dalam tanah (underground) atau
karena ada benda yang menghalanginya (pohon besar, rumah susun
29
yang berhimpitan dengan jaringan SUTM 20 KV, jembatan atau
jalan tol dan sebagainya).
5.2. Jaringan Distribusi Primer Menurut Konstruksi Peletakannya.
Peletakan di Udara (Overhead) menjadi pilihan PT. PLN di
Jawa Timur, baik menggunakan konduktor penghantar kawat
maupun kabel (keadaan khusus). Beberapa tempat menggunakan
kontruksi Bawah tanah (undergorund) dan untuk kontruksi bawah
laut yang digunakan di Selat Madura maupun Selat Bali tidak untuk
SUTM tapi SUTT/SUTET.
5.3 Jaringan Distribusi Primer Menurut Susunan Rangkaiannya.
5.3.1. Sistim Radial. Tipe ini merupakan bentuk yang paling
sederhana dari semua jenis Sistim jaringan distribusi lainnya.
Penyalurannya secara radial dari penyulang gardu induk hingga
konsumen (baik SUTM maupun SUTR). Namun kemungkinan
terjadinya padam sangat besar, yang biasanya disebabkan oleh
gangguan trafo distribusi atau salurannya. Nilai Drop Tegangan-nya
sangat besar, terutama pada saluran yang jauh dari penyulang-nya.
Maka untuk jenis ini dipakai di daerah pedesaan atau daerah beban
yang tidak membutuhkan kontinuitas tenaga listrik yang tinggi.
30
Gambar2.816
Bentuk Umum Sistim Radial
Sistim ini juga terdiri dari beberapa bentuk modifikasi, yaitu:
a. Radial Pohon.
Sistim ini hampir sama dengan radial murni, namun pada radial
pohon hanya ada satu saluran utama (main feeder) keluar dari
penyulang di gardu induk. Kemudian bercabang-cabang (lateral
feeder), dan bercabang-cabang lagi (sub-lateral feeder) hingga ke
beban atau konsumen.
16 Nono Moelyono W., Pengantar Sistim Distribusi Tenaga Listrik, Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS, Surabaya, 1999. p. 113.
31
Maka main feeder harus mempunyai kapasitas beban total dari
lateral feeder dan sub-lateral feeder. Terlihat pada gambar 2.8.
I SUNBER (PEflBANGKIT)
LATERAL FEEDER
V VI DISTRIBUTION TRANSFORMER
KE PUSAT-PUSAT BGBAN
Gambar 2.9 ,7
Sistim Radial Pohon
17 Ibid. p. 114.
32
b. Radial Dengan Tie dan Switch Pemisah (Radial
Interkoneksi).
Tipe ini merupakan modifikasi yang lebih menguntungkan,
terutama dalam hal kontinuitas tenaga listrik yang disalurkan
ke konsumen. Antara Sistim penyulang radial yang satu
dengan lainnya dipasang tie atau switch pemisah (LBS), yang
fungsinya sebagai penghubung ketika suatu misal penyulang
radial A mengalami gangguan bisa di manuver atau di suplai
dari penyulang radial B atau C. Lihat gambar 2.9.
AREA BE8AN-1
TIE SWITCH
30 3d
SEcriONAiizeR^
SUHBER 30
> - ^
AREA BEBAN-2
/
^-i > v ^
(
KE PUSAT PUSAT BEBAN
Gambar 2.10 ,8
Sistim Radial dengan Tie atau Simpul Pemisah
AREA V BE9AN-3
Ibid. p. 114.
33
c. Radial Pusat Beban.
Pada dasarnya tipe ini merupakan radial murni, namun titik
sumbernya tidak terletak di titik pusat beban (gambar 2.11),
dan antara titik sumber (pembangkit) dengan suatu titik
dimana dianggap sebagai pusat beban dihubungkan oleh
feeder utama yang dinamakan express feeder.
~L
3s
LOAD CENTRE A
—dS—•*
(S«UUR»». 01S1RIDUSI PR MEM)
SULURRH oiaTwiauar
Gambar 2.11 2(1
Sistim Radial Pusat Beban
34
d. Radial Daerah Fasa.
Beban pada Sistim ini hanya disuplai oleh salah satu fasa
saja, yaitu R, S atau T. Dan diharapkan pada Sistim ini tidak
terjadi perkembangan pada beban-beban yang tersambung.
Karena perkembangan beban pada tiap fasa tidak akan sama
sehingga mengakibatkan tidak simetrisnya fasa pada sumber.
Sistim ini cocok untuk beban rumah tangga yang tidak
mengalami perkembangan kapasitas bebannya. Lihat pada
gambar 2.12.
I _ <e_?i!si''^,JUSAT_B£BiN
Gambar 2.12 21
Sistim Distribusi Fasa Area
35
5.3.2. Sistim Ring (LOOP). Bentuk jaringan dari Sistim ring
(Loop) merupakan rangkaian tertutup dan seperti cincin (Ring).
Dengan menggunakan Sistim ini, beban bisa disuplai dari dua
penyulang jika salah satu saluran terjadi gangguan. Sehingga
kontinuitas penyaluran tenaga listrik lebih baik dari Sistim radial dan
panjang jaringan yang ditanggung oleh dua penyulang tersebut bisa
lebih pendek, sehingga voltage drop-nya semakin kecil. Gambar 2.13
menunjukkan Sistim open loop.
Sistim ini terdiri atas dua jenis, yaitu :
a. Sistim Open Loop.
Pada tipe ini, dilengkapi dengan sakelar yang Normaly Open
(NO) diantara saluran penyulang yang satu dengan saluran
penyulang lainnya.
b. Sistim Close loop.
Pada tipe ini, dilengkapi dengan sakelar yang Normaly Closed
(NC).
36
•v^QOP TIE OS • i i n ^ c i
Gambar2.1322
Sistim Ring (Loop)
5.3.3. Sistim Mesh. Sistim ini menyediakan banyak pilihan
saluran dan sumber. Jadi tidak hanya salurannya yang lebih dari satu
tetapi sumbernya juga lebih dari satu. Tipe ini lebih baik daripada
radial maupun loop. Spesifikasi tipe ini adalah:
a. Kontinuitas penyaluran daya paling terjamin.
b. Kualitas tegangan baik, dan rugi daya pada saluran amat kecil.
c. Dibanding dengan bentuk / tipe yang lain, paling fleksibel dalam
melayani perkembangan dan pertumbuhan beban.
22 Ibid. p. 119. 23 Ibid. p. 118.
37
d. Memerlukan biaya investasi yang mahal.
Jadi tipe ini lebih banyak diterapkan pada jaringan transmisi
(SUTT dan SUTET). Lihat gambar 2.14.
SUHBER
c Gambar 2.14 u
Sistim Mesh atau Jaring
5.3.4. Sistim Dengan Modifikasi. Sistim ini merupakan modifikasi
dari beberapa tipe saluran yang ada. Modifikasi yang digunakan saat
ini di PLN Area Surabaya Selatan adalah Sistim Radial Interkoneksi
dengan Open Loop. Hal tersebut bertujuan untuk keandalan dari
Sistim kelistrikan dalam melayani beban yang semakin berkembang.
24 Ibid. p. 119.
38
5.4. Jenis Saluran SUTM 20 KV
a. Saluran Satu Fasa dengan Tiga Kawat.
Merupakan tipe yang paling sederhana dan biasanya digunakan
untuk jarak pendek dan berkapasitas kecil. Pentanahannya ada
yang di salah satu kawatnya (Gbr.2.15a) dan ada yang pada
tengah kumparan fasanya (Gbr 2.15b).
b. Saluran Satu Fasa dengan Tiga Kawat.
Kawat yang ketiga (Netral) terhubung ke bagian tengah
sekunder trafo dan ditanahkan untuk melindungi personel dari
electric shock.
Lihatgambar 2.15c.
I i s I T
«
J JT
m (c)
Gambar2.15 2S
Saluran Satu Fasa dengan Dua dan Tiga Kawat
25 B. L. Theraja, Text Book Of Electrical Technology, Nirja Construction & Development ( Pvt. ) Ltd., RamNagar, New Delhi, 1984. p. 1158.
39
c. Saluran Dua Fasa dengan Tiga Kawat.
Saluran ini memiliki dua kumparan fasa I dan II, dimana
tegangannya kuadratur antara satu dengan lainnya. Jika
tegangan antara netral dengan salah satu kawat lainnya adalah
V, maka tegangan antara fasanya adalah v2 V. Tetapi tipe ini
mempunyai kelemahan, yaitu menghasilkan tegangan yang tak
seimbang karena terjadi voltage drop yang tak simetris di
netral-nya. Lihat gambar 2.16a.,
d. Saluran Dua Fasa dengan Empat Kawat.
Kawat yang keempat diambil dari bagian belakang kumparan
dan 2 kumparan yang ada terhubung pada bagian tengahnya.
Tegangannya kuadratis antara kumparan I dan II. Jika tegangan
antara kawat pada salah satu kumparan adalah V. Maka
tegangan antara kawat fasa I dengan fasa II adalah (0.707) (V).
Lihat gambar 2.16b.
(b)
Gambar 2.16 26
T
Saluran Dua Fasa dengan Tiga dan Empat Kawat
Ibid. p. 1159.
40
e. Saluran Tiga fasa dengan Tiga Kawat.
Pada umunya tipe ini sering digunakan. Untuk PLN Jawa
Timur, menggunakan Sistim ini (Bintang) pada jaringan SUTM
20 KV. Bentuknya hubungan kumparannya bisa Delta atau
Bintang. Pada Delta tegangan antara fasa dengan fasa adalah V.
Untuk Bintang, adalahv3 V . Lihat gambar 2.17a,b.
f. Saluran Tiga Fasa dengan Empat Kawat.
Pada pnnsipnya sama dengan tiga fasa tiga kawat. Namun
disini ditambah dengan kawat netral dari titik bintang-nya. Jadi
tegangan fasa ke netral adalah V dan fasa ke fasa adalah>/3 V .
Lihat gambar 2.17c.
(«)
£\ A •
' I H M H ' *
—° V
r
1 . «—0
•• c
TV | FT
W
c
1-0
Gambar 2.17 27
Saluran Tiga Fasa dengan Tiga dan Empat Kawat
"ibid. p. 1159.
41
6. FAKTOR PEMBEBANAN (LOAD FACTOR)
Perbandingan antara beban rata-rata satu tahun dengan beban
puncak disebut dengan faktor pembebanan dari suatu daerah sistim
distribusi listrik. Persamaan yang digunakan adalah
= BEBAN RATA-RATA SATU TAHUN(W) (2-23) LD " BEBAN PUNCAK(VA)
Dari persamaan tersebut, yang dimaksud dengan beban terpakai
yang paling besar yang pernah dicapai. Sedangkan beban puncak adalah
total beban terpasang. Maka persamaan diatas menjadi:
_ BEBAN PUNCAK YANG TERPAKAI (W) (2-24) LD " TOTAL BEBAN TERPASANG (VA)