26
TEKNIK, KEGAGALAN DAN PROTEKSI RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI PERSONIL BAGIAN RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI ( P.P. NO. 11, 12, 13 Tahun 1975) 1. Dokter / dokter gigi ahli radiology (Radiolog / Radiologist) Seorang dokter atau dokter gigi yang mempunyai spesialisasi dalam mendiagnosa dalam melakukan terapi dengan menggunakan energi radiasi. 2. Radiografer Orang yang telah mendapat pendidikan formal dan mempunyai sertifikat untuk membuat foto radiografis.

III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

  • Upload
    yongky

  • View
    140

  • Download
    17

Embed Size (px)

DESCRIPTION

,,

Citation preview

Page 1: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

TEKNIK, KEGAGALAN DAN PROTEKSI RADIOLOGI

KEDOKTERAN GIGI PERSONIL BAGIAN RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI( P.P. NO. 11, 12, 13 Tahun 1975)

1. Dokter / dokter gigi ahli radiology (Radiolog / Radiologist)

Seorang dokter atau dokter gigi yang mempunyai spesialisasi dalam mendiagnosa dalam melakukan terapi dengan menggunakan energi radiasi. 2. Radiografer

Orang yang telah mendapat pendidikan formal dan mempunyai sertifikat untuk membuat foto radiografis.

Page 2: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

3. Petugas proteksi RadiasiPetugas yang ditunjuk oleh penguasa instalasi atom dan

instalasi yang berwenang, dan dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan personal proteksi radiasi. 4. Ahli Proteksi Radiasi

Seorang yang telah mendapatkan pendidikan khusus dalam keselamatankerja terhadap radiasi yang menurut instalasi yang berwenang dianggap mempunyai cukup keahlian dan kemampuan untuk menyelesaikan persoalan – persoalan yang berhubungan dengan proteksi radiasi. 5. Pekerjaan Radiasi

Setiap orang yang karena jabatannya atau tugasnya selalu berhubungan dengan medan radiasi dan oleh Instalasi yang berwenang senantiasa memperoleh pengamatan tentang dosis –dosis radiasi yang diterimanya.  

Page 3: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN FOTOGRAFI DENTAL

Hasil foto radiografis yang baik harus memenuhi syarat : 1. Kontras, detail dan ketajaman foto radiografis harus baik,

setiap struktur anatomis dapat dibedakan dengan jelas, misalnya perbedaan email, dentin, kamar pulpa, saluran akar, lamina dura dan tulang penyangga disekitarnya serta struktur anatomis lainnya yang penting untuk diinterprestasikan.

2. Seluruh obyek yang diperiksa dapat tampak secara keseluruhan dengan jelas pada film radiografis yang dihasilkan.

3. Bentuk dan ukuran obyek atau gigi tidak mengalami distorsi atau perubahan bentuk. Misalnya pada film radiografis intra oral proyeksi periapikal, tonjol bukal – palatal atau bukal – Lingual terletak terletak dalam satu bidang (berimpit)

4. Pada film radiografis intra oral proyeksi periapikal, daerah interdental, harus tampak dengan jelas. Kecuali pada kasus gigi yang berjejal.

Page 4: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

Pada pembuatan foto radiografis teknik intra oral atau ekstra oral ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk mendapat hasil foto radiografis yang baik. Faktor penyebab kegagalan adalah :     1. Operator, pasien, dokter gigi 2. Bahan / material          3. Teknik pemotretan

4. Prosesing / pencucian foto radiografis 1. A. OPERATOR / RADIOGRAFERDalam peraturan pemerintah No. 11 thn. 1975 tentang persyaratan suatu instalasi atom, dikatakan bahwa suatu instalasi atom harus memiliki tenaga – tenaga yang cakap dan terlatih. Oleh sebab itu operator / radiografer harus memiliki dan menguasai kemampuan teknik pemotretan yang baik juga memperoleh pendidikan Resmi dari Departemen Kesehatan atau BATAN tentang Keselamatan Kerja dan Proteksi Radiasi.Kesalahan yang disebabkan oleh Operator yang akan dibahas berikut ini terutama yang disebabkan oleh kecerobohan operator pada waktu pemotretan dan teknik proses pencucian film akan dibahas tersendiri.

Page 5: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

Superimposed :

Gambar radiografis tumpang tindih dengan gambaran selain gigi dan struktur anatomis disekitarnya, karena kelalaian operator memeriksa kesiapan pasien sebelum melakukan pemotretan. Gambaran tumpang tindih ini antara lain dapat berupa gambaran kaca mata, cengkraman gigi tiruam lepas, gigi tiruan kerangka logam, atau kawat alat orthodonsi.Pada teknik periapikal, pasien menahan film dengan jari, apabila jari pasien ada pada daerah yang terkena sinar –X primer selama pemotretan akan tampak gambaran radiografis tulang jari tangan.Double Expose :

Film yang telah dipakai, sebelum dicuci dipakai lagi untuk pemotretan pasien lain (film dipakai dua kali pemotretan), sehingga akan tampak dua gambaran radiografis pasien yang berbeda pada satu film. Sidik jari tangan :

Gambaran sidik jari ini terjadi karena operator melakukan pencucian tanpa menggunakan clip, film langsung dipegang oleh operator. Sehingga pada waktu pencucian dalam developer, gambaran sidik jari operator akan tercetak pada film radiografis yang dihasilkan.

Page 6: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

1. B. PENDERITA / PASIENPemotretan pada pasien anak kadang – kadang sulit dilakukan, karena rasa takut yang berlebihan. Pasien sering bergerak atau meronta pada waktu pemotretan. Pasien lanjut usia kadang – kadang juga agak sulit untuk dilakukan pemotretan, karena pasien tidak dapat diam akibat tremor yang mungkin terjadi. Pada pasien – pasien ini dapat terjadi Double Image.

Bentuk anatomis rahang sempit dan palatum dangkal dapat menyebabkan tidak seluruh struktur yang akan diperiksa dapat terproyeksi dengan utuh (terpotong). Sedangkan gigi yang berjejal atau pada kasus gigi impaksi dapat terjadi tumpang tindih satu gigi dengan gigi geligi disekitarnya.Pasien dengan refleks muntah tinggi juga dapat menyulitkan pemotretan. Terutama pemotretan regio posterior rahang atas dan rahang bawah.  1. C. DOKTER GIGIPengetahuan, ketelitian dan keterampilan dokter gigi juga mempengaruhi foto radiografis yang dihasilkan. Kelalaian Dokter gigi pada waktu menulis surat rujukan, misalnya salah menulis elemen gigi atau regio, tidak menulis maksud tujuan pemeriksaan radiografis atau

Page 7: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

regio, tidak menulis maksud tujuan pemeriksaan radiografis atau tidak menulis diagnosa sementara berdasarkan pemeriksaan radiografis sebelumnya menyebabkan hasil pemeriksaan radiografis yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang dimaksud / diharapkan.

2. BAHAN / MATERIAL Film

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menilai film radiografis adalah waktu kedaluarsa (expire date) serta kemasan pembungkus film. Hal ini penting diperhatikan karena apabila kedua hal tersebut sudah tidak memenuhi syarat lagi, hasil foto radiografisnya tidak dapat sebaik yang diharapkan.

Bahan Pencucian FilmDeveloper dan Fixer jenis powder yang penggunaannya harus dilarutkan terlebih dahulu, lebih baik dari pada yang sudah tersedia dalam bentuk cairan. Developer dalam bentuk cairan sering menyebabkan noda kuning pada hasil foto radiografis.

 

Page 8: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

3. TEKNIK PEMOTRETANa. PENGATURAN POSISI KEPALA PENDERITAKesalahan pengaturan posisi kepala penderita pada teknik intra oral (terlalu tunduk atau tengadah) menyebabkan kesulitan menentukan posisi tube (penentuan sudut vertikal dan horizontal) atau menyebabkan tidak tercakupnya daerah yang akan diperiksa (terpotong) pada foto radiografis yang dihasilkan. Sedangkan pada teknik ekstra oral kesalahan pengatauran posisi kepala penderita sangat berpengaruh terhadap foto radiografis yang dihasilkan. Kesalahan berupa obyek yang dituju tumpang tindih dengan struktur anatomis lain sehingga tidak terproyeksi dengan baik atau terjadi gambaran radiografis yang terpotong. b. PELETAKKAN FILMPada teknik intra oral peletakkan film dalam rongga mulut harus sedemikian rupa sehingga obyek yang akan diperiksa terletak di pertengahan film, untuk itu perlu diperhatikan bahwa letak film untuk gigi anterior film diletakkan vertical dan gigi posterior film horizontal, dengan demikian seluruh gigi sampai dengan daerah periapikal dapat tercakup dalam film.

Page 9: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

Sisakan 2-3 mm antara jarak tepi permukaan gigi dengan permukaan oklusal atau incisal. Kesalahan yang dapat terjadi apabila tidak memperhatikan hal – hal tersebut di atas adalah terpotongnya gambaran radiografis yang dihasilkan. Gambaran terpotongnya hasil gambaran radiografis juga dapat terjadi akibat kondisi anatomis pasien berupa palatum atau dasar mulut yang dangkal.Kesalahan peletakan cassette pada teknik ekstra oral baik pada teknik pemotretan yang menggunakan cassette holder atau tidak, adalah terpotongnya gambaran radografis yang dihasilkan.c. CARA MENAHAN FILMPada teknik intra oral proyeksi periapikal yang benar adalah dengan menggunakan ibu jari atau telunjuk di daerah pertemuan antara mahkota dan gusi (didaerah leher gigi). Penekanan yang berlebihan dan menahan film pada daerah palatum, dapat menyebabkan film tertekuk yang gambarannya akan tampak mirip kasus elongasi, ujung akar gigi tampak membengkok sedangkan mahkotanya tetap pada ukuran sebenarnya. Penekukan ini dapat pula terjadi karena gigi yang akan diperiksa terletak pada sudut rahang yaitu gigi kaninus-premolar atas maupun bawah.Pada teknik ekstra oral, pemahaman film ehingga tidak berpengaruh pada foto radiografis yang dihasilkan.

Page 10: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

d. PENENTUAN SUDUT PEMOTRETANKesalahan penentuan vertical dapat berupa :

Elongasi yaitu pemanjangan gambaran radiografis gigi yang dihasilkan, akibat penentuan sedet vertical terlalu kecil.Forshortening yaitu pemendekan gambaran radiografis gigi yang dihasilkan, akibat penentuan sudut vertikal terlalu besar.Kesalahan penentuan sudut horizontal :Horisontal Overlaping yaitu gambaran radiografis yang tumpang tindih antara satu gigi dengan gigi lain yang berdekatan, akibat sinar –X tidak sejajar dengan permukaan interproksimal gigi atau tidak tegak lurus dengan sumbu gigi yang diperiksa.Cone Cutting adalah terpotongnya sebagian gambaran radiografis gigi yang dihasilkan dengan batas tepi berupa lengkungan, terjadi akibat sinar –X tidak tepat pada pertengahan film, sehingga ada sebagian film yang tidak terkena sinar –X. Kesalahan penentuan sudut pemotretan pada teknik ekstra oral dapat menyebabkan gambaran tumpang tindih (overlapping) antara obyek yang diperiksa dengan struktur anatomis disekitarnya. e. PENENTUAN KONDISI SINAR –X

Kondisi sinar –X yang dihasilkan oleh suatu pesawat sinar –X adalah : kV, mA, & sec. Pada umumnya pesawat sinar –X baik sudah mempunyai kV, dan mA yang sudah distandardisasi, sehingga pada waktu melakukan pemotretan hanya

Page 11: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

diubah waktunya saja.Overexposed adalah kondisi waktu pemotretannya yang terlalu lama sehingga gambaran radiografis yang dihasilkan akan tampak gelap / hitam (radiolusen) secara keseluruhan. Underexposed terjadi bila waktu pemotretannya terlalu singkat dan gambaran radiografis yang dihasilkan akan tampak putih (radiopak) secara keseluruhan.Tidak ada gambaran sama sekali (film bening) tidak ada sinar –X yang mengenai film yang disebabkan pesawat Roentgen rusak dan tidak menghasilkan sinar –X atau salah melakukan menekan tombol expose.

f. PROSESSING / PENCUCIAN FOTO RADIOGRAFIS Beberapa macam kesalahan dapat terjadi pada waktu

proses pencucian film, baik intra oral maupun delam kamar gelap, yaitu:Overdeveloped adalah kondisi waktu pencucian dalam developer yang terlalu lama sehingga gambaran radiografis yang dihasilkan tampak hitam secara keseluruhan. Underdeveloped adalah kondisi waktu pencucian dalam developer yang terlalu cepat

Page 12: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

PROTEKSI RADIASI RADIOLOGI

Usaha proteksi terhadap masyarakat disekitar instalasi radiasi merupakan satu hal yang koMpleks. Karena biasanya bagian radiologi merupakan bagian dari suatu gedung, yang akan berdampingan dengan bagian-bagian lain. Ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk mengurangi radiasi terhadap masyarakat dan lingkungan disekitar instalasi radiasi :

1. Pembatasan penggunaan sumber-sumber radiasi untuk tujuan survey kesehatan masyarakat, kecuali bila ada kemungkinan ditemukan suatu penyakit secara pasti.

2. Pengawasan ketat dan persyaratan prizinan yang mutlak bagi pemakaian sumber radiasi, dan dilaksanakan dengan baik serta penjualan alat-alat yang memenuhi persyaratan.

Khusus untuk bidang kedokteran gigi usaha-usaha proteksi yang dilakukan terhadap masyarakat adalah sebagai berikut :

Page 13: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

A. Perencanaan pembangunan.1. Lokasi, tata letak dan orientasi Bagian radiologi yang berada di

dalam atau merupakan bagian dari suatu rumah sakit harus direncanakan sebaik mungkin, baik mengenai lokasi maupun tata letaknya. Sedapat mungkin, lokasi tidak bersebelahan langsung dengan bagian-bagian lain (tersendiri). Selain itu pengaturan arah berkas sinar X primer diutamakan ke daerah-daerah yang kosong.

2. Beberapa fasilitas lain yang juga sangat penting untuk diperhatikan dan sifatnya mudah pengontrolanya adalah

- Instalasi listrik - Saluran pembuangan - Instalasi airB. Bahan proteksi

1. Timbal (Pb) adalah bahan proteksi radiasi utama yang paling umum dipakai. Biasanya dibuat dalam bentuk apron, sarung tangan atau penutup gonad. Dapat juga dipakai sebagai bahan untuk melapisi dinding, lantai dan langit-langit.

2. Konstruksi dinding dari beton dapat juga digunakan sebagai bahan proteksi radiasi.

3. Bahan bangunan biasa, dapat juga dipakai sebagai bahan proteksi radiasi. Nilai kesetaraannya bahan ini terhadap beton dapat diperkirakan secara kasar sebagai berikut :

Page 14: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

Tebal beton equivalen = (tebal bahan x densitas) /2,354. Bahan-bahan lain seperti baja, barium plaster, batu, keramik,

bata atau kaca juga memiliki kemampuan menyerap radiasi yang dapat dihitung nilai kesetaraannya dengan Pb

Usaha-usaha lain yang dapat dilakukan adalah :1. Pemberian tanda khusus berupa symbol radiasi didaerah

sumber-sumber radiasi termasuk diruangan pesawat radiodiagnostik.

2. Pemeriksaan yang menggunakan sinar X dirumah sakit atau poliklinik, harus dilakukan dibagian Radiologi kecuali bila keadaan pasien tidak mengizinkan.3. Orang tua atau orang lain yang mengantar pasien harus berada jauh dari

ruangan sinar-X atau memakai pelindung bila berada didalam ruangan.4. Pemakaian bahan proteksi pada dinding, lantai, dan langit-langit.5. Penggunaan pesawat sinar X dengan kualitas terbaik, yang telah

mendapat izin dari Departemen Kesehatan.6. Pemeriksaan periodic tentang kebocoran radiasi pada pesawat sinar-X.7. Gunakan alat pengukur radiasi diruangan, misalnya dengan survey

meter.

Page 15: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

C. Proteksi Radiasi Terhadap PasienUsaha-usaha proteksi terhadap pasien dapat dilakukan secara

langsung maupun tidak langsung. Ada dua hal yang perlu diperhatikan :

• Tidak boleh melakukan penyinaran tanpa adanya keuntungan yang jelas.

1. Pemeriksaan diagnostic dengan sinar-X baru dilakukan bila pemeriksaan klinis mengarah pada kelainan pada struktur didaerah yang tidak dapat dilihat secara klinis.

Usaha-usaha proteksi terhadap pasien dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Hilangkan tata kerja yang tidak perlu atau berlebihan.2. Operator harus terlebih dahulu memeriksa identitas pasien.3. Tanyakan apakah penderita pernah menerima radiasi (kapan ?)4. Kurangi pemeriksaan radiografi dengan seleksi kasus.5. Untuk semua wanita pada masa subur, pemeriksaan radiografi terutama

rahang atas harus ditunda.6. Teknik pemotretan radiografis dan penentuan kondisi sinar X, harus

betul-betul telah telah direncanakan dengan baik.

Page 16: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

Teknik pemotretan bite wing dapat memperlihatkan gigi-gigi rahang atas dan bawah terlihat pada satu film. Dengan demikian dapat mengurangi jumlah pemotretan radiografis yang dilakukan, sehingga dapat mengurangi radiasi yang diterima oleh pasien. Teknik ini juga sebaiknya dipakai untuk pemotretan anak-anak. Untuk pemeriksaan menyeluruh, film yang digunakan untuk teknik bite wing hanya 4 film sedangkan pada teknik biseksi 6-8 film

7. Penggunaan film tipe high speed (sangat peka) dengan mutu terbaik. Gunakan cassette yang dilengkapi dengan intensifying screen tipe high speed untuk mengurangi radiasi. 

8. Penggunaan pesawat sinar-X sebaiknya menggunakan filter :Filter yang tepat, untuk menyaring radiasi yang tidak berguna. Filter, adalah materi penyerap, biasanya lempengan aluminium (Al), yang ditempatkan didalam tabung sinar-X dan dilewati oleh berkas sinar-X, berguna untuk menyaring dan menyerap sinar-X berenergi rendah yang tidak berguna dalam pembentukan gambaran radiografis. Sehingga sinar X yang mencapai film lebih homogen panjang gelombangnyan, dengan demikian proses ionisasi AgBr pada film akan lebih merata, dan akan memperoleh gambaran radiografi yang lebih kontras. Selain itu dosis radiasi yang diterima pasien juga akan berkurang

Page 17: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

Tebal filter minimum, ditentukan oleh tegangan maksimal pada pesawat sinar-X. Filter untuk pesawat sinar-X diagnostik biasa, termasuk pesawat sinar-X dental harus setara dengan :

• 1,5 mm Al untuk pesawat sinar-X dengan tegangan sampai dengan 75 KV.

• 2 mm Al untuk pesawat sinar-X dengan tegangan 75 – 100 KV• 2,5 mm Al untuk pesawat sinar-X dengan tegangan diatas 100

KV >  9. Penggunaan pesawat sinar-X yang menggunakan :

- Cone dari logam- Cone yang panjang- Cone yang ujungnya terbuka

10. Penggunaan diafragma/collimator/shutter yang tepat untuk membatasi ukuran lapangan (lebar berkas) penyinaran.

11. Waktu pemotretan yang sesingkat-singkatnya, tetapi memberikan hasil gambaran radiografis yang terbaik.

12. Pasien menggunakan apron proteksi dan gonad proteksi selama penyinaran

13. Pasien harus mengikuti instruksi operator

Page 18: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

D. Proteksi Radiasi terhadap operatorPada umumnya pengurangan dosis kepada penderita akan mengakibatkan pengurangan dosis kepada operator dan personil lainnya. Hal penting yang diperhatikan juga adalah operator harus berdiri dibelakang sinar X primer.1. Jarak berdiri operatorBesarnya radiasi yang diterima oleh seseorang, berbanding terbalik dengan besarnya jarak antara orang tersebut berdiri dan sumber sinar X. hal ini dapat dibuktikan dengan hokum bidang (inverse law). Hokum ini menunjukkan hubungan antara besarnya radiasi yang diterima oleh seseorang dengan besarnya jarak antara orang tersebut berdiri dan sumber sinar-X.Radiasi yang diterima operator bila berdiri pada jarak 4 feet dari sumber sinar X dibandingkan bila berdiri pada jarak 2 feet dari sumber sinar X, adalah sebesar (1/2)

2 = ¼ (seperempat) kali jumlah radiasi yang diterima pada jarak 2 feet.Hal ini menggambarkan dengan jelas, pentingnya operator berdiri pada jarak sejauh-jauhnya dari sumber sinar X. untuk penggunaan pesawat sinar-X diagnostik, dianjurkan operator berdiri minimal 6 feet dari sumber sinar X. Selain itu operator perlu juga memperhatikan untuk :

Page 19: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

1. Tidak memegang film didalam mulut penderita2. Tidak memegang kaca mulut didalam mulut penderita selama

pemotretan.3. Tidak memegang cone atau tube selama pemotretan.4. Selalu menggunakan apron proteksi dan gonad proteksi.5. Selalu menggunakan monitor radiasi berupa :6. Film badge7. Pocket dose meter8. Cara pemeriksaan apron dan sarung tangan Pb. 

Apron dan sarung tangan Pb harus mempunyai ketebalan Pb minimum yaitu 0,25 mm, untuk pesawat dengan 150 kV. Sarung tangan dan apron Pb harus diperiksa setahun sekali.Caranya: pada apron dan sarung tangan Pb dilakukan penyinaran dengan sinar-X pada kondisi 80 kV dengan mAs tertentu dengan jarak 1 meter. Untuk ketebalan 0,25 mm Pb dipakai mAs = 10 pada penyinaran ini apron dan sarung tangan Pb harus kedap / tidak dapat dilewati oleh sinar-X.

Page 20: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

b. P 2. Posisi berdiri operator.Perlu ditekankan, bahwa selama melakukan pemotretan radiografis operator juga mendapat radiasi. Oleh karena itu operator tidak diperbolehkan berdiri didaerah radiasi sinar-X primer. Untuk mengurangi dosis radiasi yang diterimanya, sebaiknya operator juga berdiri pada tempat yang aman yaitu dibalik dinding pelindung berlapis Pb dan berjarak cukup jauh dari sumber sinar X selama melakukan pemotretan radiografis.Umumnya operator berdiri pada posisi yang membentuk sudut antara 900 dan 1350 terhadap sinar-X pusat. Akan tetapi yang terbaik adalah berdiri jauh dibelakang sumber sinar X, atau berlawanan arah dengan sinar-X pusat. Untuk pemotretan radiografis dental region :1. Gigi anterior, operator berdiri pada sebelah depan kanan atau sebelah

depan kiri pasien.2. Gigi posterior, operator lebih baik berdiri disebelah belakang pasien dari

pada sebelah depan pasien.

Ada pembagian 3 daerah radiasi beserta penggolongan orang yang berada disekitarnya :

1. “Controled area” (daerah I), yang berada didaerah ini termasuk :- Orang-orang yang langsung menggunakan pesawat sinar-X (operator)

Page 21: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

- Orang-orang yang tempat kerjanya cukup dekat dengan pesawat X-ray, yang bila pesawat tersebut digunakan, kemungkinan akan mendapat sejumlah radiasi.

Misalnya : Dokter pengawas, mahasiswa yang sedang praktek dibagian tersebut.Didaerah I ini harus dihindari pekerja berusia dibawah 18 tahun.

M.P.D. (Maximum Permisive Dose) untuk daerah I adalah :

  D = (N-18) x 5 Rem.D = Dosis maksimalN = Usia pekerja radiasi dalam tahunRem = radiation equivalent men

18 = Batas umur minimal yang diperbolehkan MPD daerah I ini tidak boleh melebihi 5 Rem pertahun, atau 10 m Rem per minggu (1 tahun = 50 minggu).

Page 22: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

2. “Environ” (daerah II), orang-orang yang tidak berada dalam Controled area, tetapi berada disekitar daerah radiasi meliputi : penulis atau penerima konsul pasien (pegawai administrasi), yang pekerjaannya tidak terlibat langsung dalam penggunaan pesawat sinar-X. Mereka tidak akan menerima radiasi ionisasi sebesar pekerja radiasi.

M.P.D. untuk daerah II ini adalah 0,5 Rem per tahun

3. Daerah disekeliling daerah instalasi radiasi (daerah III).Orang-orang yang termasuk didaerah ini adalah pasien dikamar tunggu atau pegawai-pegawai poliklinik gigi lain, yang tempatnya kerja disekitar daerah penyinaran 

M.P.D. untuk daerah II ini adalah 0,5 Rem per tahun

E. Proteksi Radiasi terhadap bahaya radiasi bocorPersyaratan sarana dan fasilitas proteksi radiasi termasuk juga proteksi terhadap adanya radiasi bocor. Untuk mengetahui ada tidaknya atau besarnya radiasi bocor perlu dilakukan pengetesan pada pesawat dengan cara mengaktifkan pesawat dalam beberapa saat. Kemudian dihitung dalam satuan R/jam. Radiasi bocor adalah radiasi yang dihasilkan dan dikeluarkan dari kepala tabung sinar-X yang tidak melalui Cone:

Page 23: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

 1. Untuk pesawat diagnostik, radiasi bocor yang diperbolehkan,

maksimum 100 mR/jam pada jarak 1 meter dari tabung sinar-X, pada waktu pesawat dalam kondisi aktif penuh.

2. Untuk pesawat terapi, radiasi bocor yang diperbolehkan, sebesar 100 mR/jam pada jarak 1 meter dari tabung sinar-X dan 100 mR/menit pada setiap titik diatas tube housing.

3. Untuk pesawat telegama, “Sourhead” dan peralatan kolimasi harus dibuat sedemikian rupa sehingga pada jarak 1 meter dalam setiap arah dari sumber sinar dalam keadaan “tertutup” , radiasi maksimum tidak boleh lebih dari 10 mR/jam, dan radiasi rata-rata tidak lebih dari 2 mR/jam.

PERSYARATAN PEKERJA INSTALASI RADIASIPersyaratan pekerja instalasi radiasi dalam hal ini tenaga operator

(radiographer) merupakan masalah yang sangat penting, karena berhubungan secara langsung dengan mutu hasil foto radiografis. Selain memiliki keterampilan yang memenuhi syarat, pekerja instalasi radiasi juga memiliki dan harus memperhatikan semua faktor-faktor mengenai proteksi radiasi. Persyaratan tersebut meliputi :

1. Usia pekerja. Tidak semua orang dapat bekerja didaerah radiasi. Orang-orang yang berusia dibawah 18 tahun, tidak diperbolehkan bekerja didaerah radiasi (“controlled area”).

Page 24: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

2. Operator harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang pesawat dan teknik penggunaannya. Untuk instalasi Radioterapi operator juga harus memiliki pengetahuan tentang bahan-bahan radioaktif, kegunaan aturan pemakaiannya, serta bahaya radiasi yang dapat ditimbulkannya.

3. Operator harus trampil, memiliki pengetahuan dan menguasai teknik pemotretan dengan baik. Termasuk juga penggunaan film yang baik, memilih ukuran film yang sesuai dengan kebutuhan pemotretan radiografis serta cara memberikan instruksi yang penting bagi pasien.

4. Dibagian Radiologi Kedokteran Gigi, operator harus menguasai teknik oral maupun ekstra oral dengan baik.

5. Menguasai teknik pencucian foto radiografis dengan baik. Selain itu memahami cara penyimpanan film radiografis yang baik dan aman terhadap kontaminasi sinar-X dan cahaya lainnya.

6. Operator dibagian Radiologi Kedokteran Gigi, harus memahami struktur anatomis daerah rongga mulut, khususnya anatomi gigi dan mulut, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.

7. Mengetahui penyebab kegagalan pembuatan foto radiografis dan mengetahui semua factor-faktor penyebabnya.

Page 25: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

8. Dalam melakukan tugasnya sehari-hari, operator harus dapat memiliki pola kerja yang sistematis, teliti dan hati-hati, untuk dapat menghindari kesalahan.

9. Ketelitian operator biasanya diperlukan pada waktu membaca surat konsul, terutama dalam hal region gigi yang akan diperiksa dan tujuan pembuatan foto radiografis tersebut.

CONTOH: Konsul foto dental regio : IV V dari bagian kedokteran gigi anak.Harus diteliti, apakah tujuannya untuk mengetahui dalamnya

karies, kelainan periapikal, mengukur jarak benih 345 terdapat puncak tulang alveolar untuk perawatan ortodonsi.

 Konsul foto panoramik :Harus diperhatikan apakah tujuannya untuk melihat kelainan

sandi, fraktur regio anterior atau kista yang besar di mandi bula, diman perlu diatur bidang kejelasan yang tepat.

Page 26: III. Teknik, Kegagalan, Proteksii Radiologi

SELESAI……Wassalamualaikum

….. Wr…Wb……Terima kasih