37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi tiruan sebagian adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama adalah jaringan lunak di bawah plat dasar dan dukungan tambahan dari gigi asli yang masih tertinggal dan terpilih sebagai gigi pilar. Restorasi prostetik ini sering disebut juga removable partial denture. Pemakaian gigi tiruan mempunyai tujuan bukan hanya memperbaiki fungsi pengunyahan, fonetik, dan estetik saja, tetapi juga harus dapat mempertahankan kesehatan jaringan tersisa. Dalam proses pembuatan desain geligi tiruan sebagian lepasan berlaku suatu yang umum dan penting. Pertama-tama, dokter gigi perlu mengetahui selengkap- lengkapnya tentang keadaan fisik pasien yang akan menerima protesa. Selain itu, sebelumnya, ia juga sudah memahami betul data-data mengenai bentuk, indikasi dan fungsi dari cengkeram, letak sandaran, macam konektor, bentuk sadel dan jenis dukungan yang akan diterapkan untuk sebuah geligi tiruan. Selanjutnya, sebagai pemenuhan tanggung jawab kepada pasien, dokter gigi wajib membuat rencana desain protesa yang akan diberikannya. 1

III

Embed Size (px)

DESCRIPTION

njk

Citation preview

Page 1: III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi tiruan sebagian adalah suatu alat yang berfungsi untuk

mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama adalah

jaringan lunak di bawah plat dasar dan dukungan tambahan dari gigi asli yang

masih tertinggal dan terpilih sebagai gigi pilar. Restorasi prostetik ini sering

disebut juga removable partial denture. Pemakaian gigi tiruan mempunyai tujuan

bukan hanya memperbaiki fungsi pengunyahan, fonetik, dan estetik saja, tetapi

juga harus dapat mempertahankan kesehatan jaringan tersisa.

Dalam proses pembuatan desain geligi tiruan sebagian lepasan berlaku

suatu yang umum dan penting. Pertama-tama, dokter gigi perlu mengetahui

selengkap-lengkapnya tentang keadaan fisik pasien yang akan menerima protesa.

Selain itu, sebelumnya, ia juga sudah memahami betul data-data mengenai bentuk,

indikasi dan fungsi dari cengkeram, letak sandaran, macam konektor, bentuk sadel

dan jenis dukungan yang akan diterapkan untuk sebuah geligi tiruan. Selanjutnya,

sebagai pemenuhan tanggung jawab kepada pasien, dokter gigi wajib membuat

rencana desain protesa yang akan diberikannya.

Setiap protesa yang dipasang dalam rongga mulut memiliki resiko

merusak kesehatan gigi dan jaringan pendukung, kerusakan ini dapat diperkecil

dengan membuat desain yang tepat dan dengan menginstruksikan pada pasien

tentang cara menjaga kebersihan mulut dan geligi tiruannya. Oleh sebab itu,

rencana pembuatan desain merupakan salah satu tahap penting dan merupakan

salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah geligi tiruan.

1

Page 2: III

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Memahami tujuan dan manfaat gigi tiruan sebagian lepasan.

2. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi gigi tiruan sebagian lepasan.

3. Mengetahui klasifikasi gigi tiruan sebagian lepasan.

4. Memahami tahapan pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan.

5. Memahami faktor keberhasilan dan kegagalan gigi tiruan sebagian

lepasan.

2

Page 3: III

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tujuan dan Manfaat GTSL

1. Mengembalikan fungsi estetik

Estetik adalah cab.dari filosofi yg berhubungan dengan keindahan dalam

alam. Dasar-dasar dari estetik adalah keindahan, keaslian, keharmonisan.

Kosmetik adalah hanya mementingkan keindahan sehingga kadang-

kadang berlebihan, tetapi kurang memikirkan keaslian dan

keharmonisannya dalam prosthodonsi yang perlu diperhatikan adalah

estetik membuat gigi tiruan secara:

- Hygiene.

- Harmonis dengan gigi asli.

- Tidak boleh kelihatan palsu.

2. Mengembalikan fungsi pengunyahan

Secara teori,apabila gigi posterior hilang menyebabkan pengunyahan

kurang baik sehingga mengakibatkan pencernaan terganggu dan akhirnya

timbul macam-macam penyakit pencernaan.

3. Mengembalikan fungsi bicara.

Ada 2 golongan huruf yaitu: s

- huruf hidup / vokal: A,I,U,E,O

- huruf mati / kongsonan: B,C,D,F….dan lain-lain

Alat bicara mempunyai 2 sifat:

- sifat statis : gigi palatum.

- sifat dinamis: lidah,bibir,tali suara,mandibula suara berawal dari

laring-palatum-dan dibantu gigi gelligi shg terbentuk suara. Ruang

resonansi berada dalam rongga mulut dan sinus maksilaris.

4. Memperbaiki profil wajah.

5. Mempertahankan kesehatan jaringan.

6. Membantu mempertahankan gigi yang masih tertinggal.

7. Memperbaiki oklusi.

3

Page 4: III

8. Meningkatkan distribusi beban kunyah.

9. Mempertahankan jaringan lunak mulut yang masih ada agar tetap sehat.

2.2 Indikasi dan Kontraindikasi GTSL

Indikasi GTSL:

1. Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat:

Usia pasien masih muda, ruang pulpa masih besar, panjang mahkota

klinis masih kurang. Pasien usia lanjut dengan kesehatan umum yang

buruk, karena perawatannya memerlukan waktu yang lama.

Panjang daerah edentulous tida memenuhi syarat Hukum Ante.

Kehilangan tuang yang banyak pada daerah edentulous.

2. tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous (free end saddle).

3. bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat.

4. bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan.

5. bila membutuhkan estetik yang lebih baik.

6. bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut.

7. keinginan pasien.

Kontraindikasi GTSL:

1. Penderita yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai perawatan gigi

tiruan.

2. Umur lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita sebaiknya

dibuatkan GT temporer.

3. penyakit sistemik (epilepsy, DM tidak terkontrol)

4. OH jelek.

2.3 Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Daerah tak bergigi pada suatu lengkungan gigi dapat bervariasi, dalam hal

panjang, macam, jumlah, dan letaknya. Semua ini mempengaruhi rencana

pembuatan desain geligi tiruan, baik dalam bentuk sadel, konektor, maupun

dukungannya (Gunadi et al., 1995).

4

Page 5: III

Klasifikasi menurut Osborne J & Lammie GA berupa klasifikasi geligi

tiruan berdasarkan distribusi beban, sebagai berikut.

1. Geligi tiruan tooth borne, semua pendukung untuk geligi tiruan berasal

dari gigi geligi.

2. Geligi tiruan mucosa borne, geligi tiruan ini seluruhnya didukung oleh

mukosa dan lingir alveolar dibawahnya.

3. Geligi tiruan tooth and mucosa borne, beberapa bagian geligi tiruan

didukung oleh gigi sebagian yang lainnya didukung oleh mukosa (Watt

& McGregor, 1992).

Kalsifikasi Keneddy, syarat:

1. Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai

dilaksanakan atau gigi yang diindikasikan untuk dicabut selesai dicabut

2. Bila gigi M3 hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak termasuk

dalam klasifikasi.

3. Bila gigi M3 masih ada dan akan digunakan sebagai pengganti, gigi ini

dimasukkan klasifikasi

4. M2 hilang tidak akan diganti jika antagonisnya sudah hilang.

5. Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan Klas utama dalam

klasifikasi.

6. Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam

klasifikasi masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah

daerah atau ruangannya.

7. Banyaknya modifikasi ditentukan oleh banyaknya ruangan yang tidak

bergigi.

8. Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV.

Klasifikasi Kennedy, yaitu:

Klas I:

Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada dan

berada pada kedua sisi rahang/Bilateral Free End. Keadaan ini sering

5

Page 6: III

dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun kehilangan

gigi.

Secara klinis dijumpai:

a. Derajat resorbsi residual ridge bervariasi.

b. Tenggang waktu pasien tidak bergigi akan mempengaruhi stabilitas geligi

tiruan yang akan dipasang.

c. Jarak antar lengkung rahang bagian posterior biasanya sudah mengecil.

d. Gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi dalam berbagai posisi.

e. Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat

f. Jumlah gigi yang masih tertinggal di bagian anterior umumnya sekitar 6-

10 gigi saja.

g. Ada kemungkinan dijumpai kelainan Sendi Temporo Mandibula.

Indikasi pelayanan prostodontik Klas I:

Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan perluasan basis distal.

Klas II:

Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian posterior gigi yang masih ada,

tetapi berada hanya pada salah satu rahang saja /unilateral free end. Klas ini

sering tidak diperhatikan pasien.

Secara klinis dijumpai keadaan:

a. Resorbsi tulang alveolar terlibat lebih banyak

b. Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur

6

Page 7: III

c. Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi antagonis ini.

d. Pada kasus ekstrim, karena tertundanya pembuatan protesa untuk jangka

waktu lama, kadang-kadang perlu pencabutan satu atau lebih gigi antagonis.

e. Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan Sendi Temporo

Mandibula.

Indikasi pelayanan prostodontik Klas II:

Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan perluasan basis

distal.

Klas III:

Keadaan tak bergigi paradental dengan ke dua gigi tetangganya tidak lagi

mampu memberi dukungan kepada protesa secara keseluruhan.

Secara klinis dijumpai keadaan:

a. Daerah tidak bergigi sudah panjang.

b. bentuk atau panjang akar gigi kurang memadai.

c. Tulang pendukung mengalami resorbsi cervikal dan atau disertai

goyangnya gigi secara berlebihan.

d. Beban oklusal berlebihan.

Indikasi pelayanan prostodontik Klas III:

Geligi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dengan desain bilateral.

7

Page 8: III

Klas IV:

Daerah tidak bergigi teretak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang masih ada

dan melewati garis tengah rahang. Pada umumnya untuk Klas ini dapat dibuat

gigi tiruan sebagian lepasan, bila:

a. Tulang alveolar sudah banyak hilang, seperti pada kasus ruda paksa.

b. Gigi harus disusun dengan overjet besar, sehingga dibutuhkan banyak

gigi pendukung.

c. Dibutuhkan distribusi merata melalui lebih banyak gigi penahan, pada

pasien dengan daya kunyah besar.

d. Diperlukan dukungan dan retensi tambahan dari gigi penahan.

e. Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk memenuhi

faktor estetik.

Indikasi pelayanan Prosthodontic Klas IV:

a. Geligi tiruan cekat, bila gigi-gigi tetangga masih kuat.

b. Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan dukungan gigi

atau jaringan atau kombinasi.

c. Pada kasus meragukan sebaiknya dibuat GTSL.

8

Page 9: III

Klas V:

Daerah tak bergigi paradental dimana gigi asli anterior tidak dapat dipakai

sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah. Kasus seperti ini

banyak dijumpai pada rahang atas, karena gigi kaninus yang dicabut karena

malposisi atau terjadinya kecelakaan.

Gigi bagian anterior kurang disukai sebagai gigi penahan, biasanya karena

salah satu alasan berikut ini:

a. Daerah tak bergigi sangat panjang.

b. Daya kunyah pasien berlebihan.

c. Bentuk atau panjang akar gigi penahan kurang memadai.

d. Tulang pendukung lemah.

e. Penguatan dengan splin tidak diharapkan, dan sekalipun dilakukan tetap

tidak memberikan dukungan yang memadai, tetapi tetap dirasakan

perlunya mempertahankan geligi yang masih tinggal ini.

Indikasi pelayanan Prosthodontik Klas V:

Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan prinsip basis

berujung bebas tetapi di bagian anterior.

9

Page 10: III

Klas VI:

Daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi tetangga gigi asli dapat

dipakai sebagai gigi penahan. Kasus seperti ini sering kali merupakan daerah

tak bergigi yang terjadi pertama kalinya dalam mulut.

Biasanya dijumpai keadaan klinis:

a. Daerah tak bergigi yang pendek.

b. Bentuk atau panjang akar gigi tetangga memadai sebagai pendukung

penuh.

c. Sisa processus alveolaris memadai.

d. Daya kunyah pasien tidak besar.

Indikasi pelayanan prosthodontik Klas VI

a. Geligi tiruan cekat.

b. Geligi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dan desain unilateral

(protesa sadel).

Pemilihan geligi tiruan lepasan dalam hal ini didasarkan pada:

10

Page 11: III

a. Usia pasien masih muda

b. Mencegah ekstrusi gigi antagonis

c. Pulpa gigi masih lebar

d. Kesehatan pasien tak memungkinkan dilakukannya preparasi segera

e. Kendala waktu untuk pembuatan gigi tiruan cekat

f. Pasien menolak pembuatan geligi tiruan cekat

g. Keadaan sosial ekonomi pasien tak menunjang

Selain ke enam Klas tersebut di atas, klasifikasi Aplegate Kennedy mengenai

juga modifikasi untuk daerah tak bergigi tambahan.

1. Bila tambahan ini terletak di anterior, maka disebut Klas.... modifikasi A

2. Pada penambahan yang terletak di posterior, sebutan menjadi Klas ...

modifikasi P.

3. Untuk penambahan ruangan yang lebih dari satu, dimuka huruf petunjuk

modifikasi. Diberi tambahan angka arab sesuai jumlahnya.

Contoh: Klas II Modifikasi 2A (atau 1P atau 2A dan 3P dan seterusnya).

2.4 Tahap Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

A. Kunjungan Pertama

1. Anamnesa Indikasi

2. Membuat Studi Model

- Alat: Sendok cetak nomor dua

- Bahan Cetak: Hyidrokoloid Irreversible (alginat)

- Metode Mencetak: Mucostatik

Posisi operator: rahang bawah: di kanan depan pasien

Posisi pasien: rahang baawah: pasien duduk tegak dan bidang oklusal

sejajar lantai posisi mulut setinggi siku operator.

- Cara mencetak

Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu 3:1,

setelah dicapai konsistensi yang tepat dimasukkan ke dalam sendok cetak

dengan merata, kemudian dimasukkan ke dalam mulut pasien dan tekan

posisi ke atas atau ke bawah sesuai dengan rahang yang dicetak. Di

11

Page 12: III

samping itu dilakukan muscle triming agar bahan cetak mencapai lipatan

mukosa. Posisi dipertahankan sampai setting, kemudian sendok

dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan dari saliva. Hasil cetakan diisi

dengan stone gips dan di-boxing.

B. Kunjungan Kedua

1. Membuat work model

- Alat: sendok cetak fisiologis

- Bahan cetak: hyidrokoloid irreversible (alginat)

- Metode mencetak: mucocompresi

- Cara mencetak

Rahang Atas:

Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke

dalam sendok cetak. Posisi operator di samping kanan belakang.

Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, sehingga garis

tengah sendok cetak berimpit dengan garis median wajah. Setelah

posisinya benar sendok cetak ditekan ke atas. Sebelumnya bibir dan pipi

penderita diangkat dengan jari telunjuk kiri, sedang jari manis, tengah dan

kelingking turut menekan sendok dari posterior ke anterior. Pasien disuruh

mengucapkan huruf U dan dibantu dengan trimming.

Rahang Bawah:

Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke

dalam sendok cetak. Pasien dianjurkan untuk membuang air ludah. Posisi

operator di samping kanan depan. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak

ke dalam mulut, kemudian sendok ditekan ke processus alveolaris. Pasien

diinstruksikan untuk menjulur lidah dan mengucapkan huruf U. dilakukan

muscle trimming supaya bahan mencapai lipatan mucobuccal. Posisi

dipertahankan sampai setting.

2. Pembuatan cangkolan yang akan digunakan untuk retensi gigi tiruan dengan

melakukan survey model terlebih dahulu pada gigi yang akan dipakai

sebagai tempat cangkolan berada nantinya.

12

Page 13: III

3. Pembuatan basis gigi tiruan dengan menggunakan malam merah yang

dibuat sesuai dengan desain gigi tiruan.

4. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking, finishing,

polishing.

C. Kunjungan Ketiga

1. Try – in basis gigi tiruan akrilik dengan cangkolannya.

2. Pembuatan gigitan kerja yang digunakan untuk menetapkan hubungan yang

tepat dari model RA dan RB sebelum dipasang di artikulator dengan cara:

pada basis gigi tiruan yang telah kita buat tadi ditambahkan dua lapis malam

merah dimana ukurannya kita sesuaikan dengan lengkung gigi pasien.

Malam merah dilunakkan kemudian pasien diminta mengigit malam

tersebut.

3. Pemasangan model RA dan RB pada artikulator dengan memperhatikan

relasi gigitan kerja yang telah kita dapatkan tadi.

4. Penyusunan gigi tiruan dimana pada kasus ini akan dipasang gigi posterior

maka perlu diperhatikan bentuk dan ukuran gigi yang akan dipasang. Posisi

gigi ditentukan oleh kebutuhan untuk mendapatkan oklusi yang memuaskan

dengan gigi asli atau gigi tiruan antagonis untuk mendapatkan derajat oklusi

yang seimbang. Malam dibentuk sesuai dengan kontur alami prosesus

alveolar dan tepi gingiva.

5. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking, finishing,

polishing.

Flasking

Flasking ialah suatu proses penanaman model dan “trial denture” malam dalam

suatu flasfk/cuvet untuk membuat sectional mold. Berikut prosedur kerja flasking:

1. Pilih flask  yang ukurannya sesuai dengan model, kemudian letakkan

model dalam flask bagian bawah untuk memastikan bahwa flasknya

cukup.

13

Page 14: III

2. Sebelum flasking ulasilah seluruh bagian dalam flask dengan lapisan

vaselin tipis dan plug  bagian bawah flask diletakkan.

3. Bagian tepi/dasar model dikuas dengan separating medium (vaselin/ air

sabun).

4. Aduklah adonan gips, kemudian letakkan di flask  bagian bawah lalu

model ditanam dalm flask tersebut, setelah gips agak mengeras dirapikan.

5. Setelah gips mengeras, bagian gips dicat dengan vaselin/ air sabun.

6. Buatlah adonan stone dan kuaskan pada gigi-gigi dan malam geligi tiruan

sambil digetarkan untuk mencegah terjadinya gelembung-gelembung

udara. Pasang flask bagian atas tanpa tutup, lalu isikan stone kedalam

flask sampai batas permukaan oklusal gigi-gigi.

7. Setelah stone mengeras, buatlah adonan stone kedua dan tuangkan

kedalam flask sampai penuh lalu flask ditutup dan ditaruh di bawah press

(bagian-bagian flask kontak antar metal).

Cara flasking ada 2, yaitu:

a. Pulling the casting ialah seperti cara di atas: dimana setelah boiling out,

gigi-gigi akan ikut pada flask bagian atas. keuntungannya adalah

memulaskan separating medium dan packingnya mudah, karena seluruh

mold terlihat.

b. Holding the casting: permukaan labial gigi-gigi ditutup stone/gips

sehingga setelah boiling out akan terlihat seperti gua kecil. Pada waktu

packing adonan akrilik harus melewaqti bagian bawah gigi untuk

mencapai daerah sayap, yang disebut packing through).

Boiling Out

Setelah flasking dilakukan, mold harus betul-betul keras paling tidak

kurang lebih 1 jam sebelum bagian kuvet dipisahkan, dan malam dibuang. Kuvet

ditaruh pada dalam air yang mendidih dengan suhu 130oF, selama 15 menit untuk

melunakkan malam, dan memisahkan kuvet. Setelah pemisahan malam, bagian

mold dicuci dengan air panas hingga tidak terdapat lagi sisa residu.

14

Page 15: III

Mold yang telah dicuci ditinggalkan untuk pendinginan selama 10 menit.

Panas membantu mempercepat penetrasi dalam pemisahan dental plaster dan

mempercepat pengeringan. Jika separator tidak sengaja menutupi bagian denture

gigi, maka material yang terkontaminasi dapat dihilangkan menggunakan sikat

atau alat yang lain. Setelah pemisahan kuvet telah mengering dan kuvet telah

mengering dengan suhu yang sesuai dengan suhu kamar, maka mold siap untuk

pembuatan resin akrilik.

Packing Acrylic

Packing acrylic adalah proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik.

Yang mempunyai dua metode yaitu:

a. Dry method ialah cara mencampur monomer dan polimer langsung

didalam mold.

b. Wet method ialah cara mencampur monomer dan polimer di luar mold dan

bila sudah mencapai dough stage baru dimasukkan ke dalam mold.

Resin akrilik adalah suatu polimer yang berbentuk bubuk dan monomer yang

berbentuk cair. Penggunaannya adalah dengan mencampur kedua kemasan

tersebut sampai didapatkan massa yang plastis agar dapat dibentuk sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan.

Nama acrylic berasal dari bahasa latin yaitu acrolain yang berarti bau tajam.

Bahan ini berasal dari asam acrolain atau gliserin aldehida.

Macam-macam bahan akrilik adalah:

1.      Bahan akrilik heat cured

2.      Bahan akrilik self cured

3.      Bahan akrilik light cured

Komposisi dari bahan polimerisasi:

1. Powder: polimer, polimetil metakrilat baik serbuk yang diperoleh dari

polimerisasi metal metakrilat dalam air maupun partikel yang tidak

teratur bentukannya yang diperoleh dengan cara menggerinda batangan

polimer.

2. Cairan: monomer yaitu metil metakrilat.

15

Page 16: III

Stabiliser sekitar 0,006% hydroquinone untuk mencegah berlangsungnya

polimerisasi selama penyimpanan.

Initiator peroksida berupa 0,2-0,5% benzoyl peroksida

Pigmen, sekitar 1% tercampur dalam partikel polimer.

Proses pencampuran monomer dan polimer mengalami 6 stadium:

1. Wet sand/sandy stage: adoan seperti pasir

2. Puddled sand: adonan seperti lumpur basah

3. Stringy/sticky stage: adonan apabila disentuh dengan jari/alat bersifat

lekat, apabila ditarik membentuk serat. Butir-butir polimer mulai larut,

monomer bebas meresap ke dalam polimer.

4. Dough/packing stage: adonan bersifat plastis. Pada tahap ini sifat lekat

hilang dan adonan mudah dibentuk sesuai dengan bentuk yang kita

inginkan.

5. Rubbery stage: kenyal seperti karet. Pada tahap ini telah banyak monomer

yang menguap, terutama pada permukaannya sehingga terjadi permukaan

yang kasar.

6. Rigid stage: kaku dan keras. Pada tahap ini adonan telah menjadi keras

dan getas pada permukaannya, sedang keadaan dibagian dalam adukan

masih kenyal.

Prosedur kerja packing:

a. Pencampuran resin akrilik. tuang monomer kedalam mixing jar porselen

yang bersih dan masukkan polimer sampai semua cairan terserap dalam

bubuk (polimer:monomer, 3:1),

b. Aduk campuran dengan spatula stainless steal sampai monomer dan

polimer tercampur dengan baik,

c. Pasang tutup mixing jar untuk mencegah menguapnya monomer saat

polimerisasi dan diamkan selama waktu yang dianjurkan pabrik,

d. Jar dibuka dan bahan di tes dengan spatula, jika sudah lunak dan tidak

lengket (dough stage), adonan siap dimasukkan kedalam mold,

16

Page 17: III

e. Packing resin akrilik yang sudah dough stage kedalam mold dengan jari

telunjuk yang terbungkus kertas selopan. Adonan dipacking satu arah

untuk menghindari terjebaknya hawa udara antar resin akrilik dan mold,

f. Letakkan kertas selopan diatas resin akrilik, dan pasang kuvet antagonis.

g. Press dan buang kelebihan sebanyak 2 kali, lepas kertas selopan, kemudian

press dan pasang baut.

Curing

Proses curing adalah polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan

polimernya bila dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya.

Polimerisasi ada 2 cara yaitu,

1. Secara thermis yang disebut heat curing

2. Secara khemis (zat kimianya sudah ditambah dengan monomer) yang

disebut dengan cold/self curing.

Pemberian panas dapat secara:

1. Dry heat: dipanaskan dengan udara kering

2. Vapour heat: dipanaskan dengan uap panas

3. Water heat: dipanaskan dengan air panas yang biasa digunakan di

laboratorium

Pemberian panas ini harus teratur karena reaksi kimia antara monomer dan

polimer itu sendiri bersifat exsothermis. Bila polimerisasi telah dimulai maka

temperature resin akrilik akan jauh lebih tinggi dari airnya dan monomernya akan

mendidih pada temperature 1000C. Oleh karena itu, pada tahap permulaan

polimerisasi, temperature air harus dijaga jangan terlalu tinggi. Dengan demikian

panas yang timbul dari reaksi polimerisasi dapat dialihkan ke bahan investingnya,

dan pemanasan yang berlebihan sehingga monomer mendidih akan

mengakibatkan terjadinya porositas pada hasil curing. Porositas dapat juga

disebabkan oleh mold yang kurang terisi atau selama curing kurang di press

sehingga terjadi shrinkage porosity.

Komposit pertama yang dikeraskan oleh proses polimerisasi teraktivasi kimia,

kadang kadang disebut sebagai cold curing. Cold curing diawali dengan

pengadukan kedua pasta. Selama proses pengadukan, hampir tidak mungkin

17

Page 18: III

mencegah masuknya gelembung udara kedalam adukan. Gelembung udara ini

mengandng oksigen yang menyebabkan penghambatan oksigen selama

polimerisasi. Masalah lain dengan cold curing adalah bahwa operator tidak

memiliki pengendalian waktu kerja setelah bahan diaduk. Jadi, memasukkan

bahan dan pembentukan bahan pembentukan kontur restorasi harus diselesaikan

begitu tahap inisiasi selesai. Jadi, proses polimerisasi terus menerus terganggu

sampai operator telah menyelesaikan proses pembentukan kontur restorasi.

Untuk mengatasi masalah ini, bahan-bahan yang tidak memerlukan pengadukan

mulai dikembangkan. Tujuan ini dicapai dengan menggunakan sumber sinar

untuk mengaktifkan system  inisiator. Dengan mempertimbangkan kekurangan

resin  cold curing, adalah  bahwa bahan-bahan dengan pengerasan sinar memiliki 

keuntungan dengan memungkinkan  operator menyelesaikan baik pemasukan

bahan dan pembentukan kontur restorasi sebelum  pengerasan dimulai.

Alat dan bahan curing:

1.      Alat perebus cuve (panci dan kompor)

2.      Timer

3.      Air

Prosedur kerja curing:

1.      Masukkan kuvet dan air di dalam panci (air yang masih dingin)

2.      Panaskan kuvet hingga air mendidih dan pertahankan selama 15 menit.

3.      Matikan api dan biarkan kuvet dalam panci sampai dingin.

4.      Setelah kuvet dingin, buka dan lepaskan model dari kuvet.

5.      Bersihkan sisa gips yang masih melekat pada gigi tiruan akrilik.

Finishing dan Polishing

Finishing

Finishing merupakan proses atau tahap penyelesaiaan geligi tiruan dari

menyempurnakan bentuk akhir geligi tiruan dengan membuang sisa-sisa resin

18

Page 19: III

akrilik di sekitar gigi. Tonjolan tonjolan akrilik pada permukaan landasan geligi

tiruan akibat dari processing.

Waktu proses penyelesaian berhati-hatilah melindungi batas dan kontur

geligi tiruan . jika cetakan telah diboxing dengan baik dan geligi malam/ trial

denture telah diwaxing dengan baik, garis luar geligi tiruan dengan mudah dapat

ditentukan. Selain itu, jika geligi tiruan malam telah di wax contouring dengan

seksama sesuai dengan bentuk yang diinginkan, proses penyelesaian yang

diperlukan akan lebih sederhana.

Flash adalah resin akrilik yang menonjol keluar atara kedua mould karena

tekanan yang dilakukan selama prosedur processing . buanglah flash dari geligi

tiruan de ngan menekan sedikit batas geligi tiruan pada arbon band yang berputar

perlahan lahan. Jika geligi tiruan ditrial packing dengan hati hati ,aka flash hamya

sedikit sekali. Berhati-hatilah membuang flash dan sisa stone yang berada

disekitar leher gigi dengan sebuah cungkil kecil/pahat yang tajam.

Gelembung air atau bahan asing lainnya yang terjebak dibawah permukaan

stone akan membentuk ruang kosong didalam mould. Tekanan yang digunakan

waktu prosedur packing dapat menyebabkan resin akrilik patah didalam ruang

kosong tersebut dan akan terlihat sebagai gumpalan/nodul diperukaan geligi tiruan

yang telah diproses. Periksalah geligi tiruan dengan jari tangan terhadap

gelembung resin akrilik dan hati-hati buanglah bila ada dengan stone/bur bulat

kecil.

Polishing

Pemolesan geligi tiruan terdiri dari menghaluskan dan mengkilapkan

geligi tiruan tanpa mengubah konturnya .

Untuk mengkilapkan resin akrilik, semua guratan dan daerah kasar harus

dibuang, sehingga alat-alat abrasive harus digunakan untuk menghasilkan

permukaan geligi tiruan ang licin dan mengkilap. Suatu rag wheel khusus dan

brush wheel harus difunakan dengan salah satu bahan poles. Roda-roda ini tidak

boleh digunakan secara bergantian dengan bahan abrasive yang berbeda. Rag

wheel harus dibiarkan lembut dan basah dan digunakan dengan pumice basah

untuk mencegah panas yang berlebihan dari landasan geligi tiruan.

19

Page 20: III

Gunakan rag wheel (putih) dan pumice halus untuk memoles tepi

permukaan lingual dan palatal geligi tiruan. Karena rag wheel dapat merusak

kontur asli dan stain pada permukaan fasial, maka tidak boleh menyentuh

permukaan fasial geligi tiruan.

Hilangkan semua kekasaran dari permukaan fasial yang distain dengan

brush wheel putih dan bubuk pumice halus yang basah. Pada permukaan fasial

digunakan tekanan seringan mungkin dan putaran roda serendah mungkin.

Permukaan landasan geligi tiruan yang berhadapan dengan jaringan tidak

boleh dipoles.

Bila gigi-giginya dari akrilik, maka pada waktu pemolesan gigi-gigi akrilik

tersebut harus dilindungi dengan menutupi gigi-gigi akrilik tersebut dengan tape,

sehingga anatomi gigi tidak akan rusak.

D. Kunjungan Keempat

Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut pasien. Hal-hal

yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Part of insertion and part of removement

Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat

pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan cara

pengasahan permukaan gigi tiruan (hanya pada bagian yang perlu saja).

2. Retensi

Yaitu kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah yang cenderung

memindahkan gigi tiruan ke arah oklusal. Retensi gigi tiruan ujung bebas

di dapat dengan cara:

- Retensi fisiologis, diperoleh dari relasi yang erat antara basis gigi

tiruan dengan membarana mukosa di bawahnya.

- Retensi mekanik, diperoleh dari bagian gigi tiruan yang bergesekan

dengan struktur anatomi. Retensi mekanik terutama diperoleh dari

lengan traumatic yang menempati undercut gigi abutment.

3. Stabilisasi

Yaitu perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya yang menyebabkan

perpindahan tempat/gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan

20

Page 21: III

berfungsi, misal pada saat mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan

dengan cara menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan secara

bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan pergeseran pada saat tes

ini.

4. Oklusi

Yaitu pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral, dan

anteroposterior. caranya dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan

di bawah gigi atas dan bawah, kemudian pasien diminta melakukan

gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi pasien diminta

melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi diangkat dan

dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan normal terlihat warna

yang tersebar secara merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang

tidak merata pada oklusal gigi maka dilakukan pengurangan pada gigi

yang bersangkutan dengan metode selective grinding. Pengecekan oklusi

ini dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.

Selective grinding yaitu pengrindingan gigi-gigi menurut hukum MUDL

(pengurangan bagian mesial gigi RA dan distal RB) dan BULL

(pengurangan bagian bukal RA dan lingual RB).

Instruksi yang harus disampaikan kepada pasien

o Mengenai cara pemakaian gigi tiruan tersebut, pasien diminta

memakai gigi tiruan tersebut terus menerus selama beberapa waktu

agar pasien terbiasa.

o Kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut harus selalu dijaga. Sebelum

dipakai sebaiknya gigi tiruan disikat sampai bersih.

o Pada malam hari atau bila tidak digunakan, protesa dilepas dan

direndam dalam air dingin yang bersih agar gigi tiruan tersebut tidak

berubah ukurannya.

o Jangan dipakai untuk makan makanan yang keras dan lengket.\

Apabila timbul rasa sakit setelah pemasangan pasien harap segera

kontrol.

o Kontrol seminggu berikutnya setelah insersi.

21

Page 22: III

E. Kunjungan Kelima

Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi. Tindakan

yang perlu dilakukan:

1. Pemeriksaan subjektif

Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa mengganjal saat

pemakaian gigi tiruan tersebut.

2. Pemeriksaan objektif

o Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut

o Melihat keadaan GTS lepasan baik pada plat dasar gigi tiruannya

maupun pada mukosa di bawahnya.

o Melihat posisi cangkolan.

o Melihat keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya.

o Memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan.

2.5 Faktor Keberhasilan Dan Kegagalan GTSL

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan GTS adalah:

1. Gigi tiruan tersebut harus tahan lama 

2. Gigi tiruan tersebut harus dapat mempertahankan dan melindungi gigi

yang masih ada serta jaringan yang sekitarnya.

3. Gigi tiruan tersebut tidak boleh merugikan pasien dalam bentuk

apapun

4. Gigi tiruan tersebut harus mempunyai konstruksi dan desain yang

harmonis.

Keberhasilan pembuatan GTS adalah

1. Kooperatifan pasien.

2. Kondisi rongga mulut pasien 

3. Kemampuan tekniker 

4. Retensi dan stabilisasi GTS yang berasal dari cengkram dan anatomi

rongga mulut pasien.

5. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok

6. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut

Kegagalan Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan:

22

Page 23: III

1. Manipulasi yang salah: mencetak dan permukaan oklusal yang tidak

balance oclution

2. Perluasan landasan geligi tiruan yang tidak memenuhi syarat atau

landasan geligi tiruan yang tidak cermat.

3. Oklusi yang tidak layak yaitu relasi sentris, dimensi vertical dan

kontak premature yang salah, hubungan sentris dan eksentris serta

hubungan tonjol yang kurang seimbang

4. Daya horizontal dari bibir, pipi dan lidah pada gigi-gigi dan sayap

geligi tiruan.

23

Page 24: III

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Tujuan dan manfaat GTSL

- Mengembalikan dan memperbaiki fungsi mengunyah dan bicara.

- Memperbaiki profil wajah.

- Mempertahankan kesehatan jaringan

2. Indikasi dan Kontraindikasi GTSL

Indikasi GTSL

- Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat.

Kontraindikasi GTSL

- Penderita yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai perawatan gigi

tiruan.

- Umur lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita sebaiknya

dibuatkan GT temporer.

- penyakit sistemik (epilepsy, DM tidak terkontrol)

- OH jelek.

3. Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Klasifikasi Gigi tiruan sebagian lepasan ada bermacam0macam, tetapi yang

paling sering digunakan adalah klasifikasi kennedy, yaitu:

Klas I Kennedy: daerah tidak bergigi di bagian posterior dari gigi

masih ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral)

Klas II Kennedy: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari

gigi yang masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi saja

(unilateral)

Klas III Kennedy: daerah yang tak bergigi terletak di antera gigi-gigi

yang masih ada di bagian posterior maupun anteriornya unilateral.

24

Page 25: III

Klas IV Kennedy: daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dan

gigi yang masih dan melewati garis median (tengah).

Klas V Kennedy: Daerah tak bergigi paradental dimana gigi asli

anterior tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu

menahan daya kunyah. Kasus seperti ini banyak dijumpai pada rahang

atas, karena gigi kaninus yang dicabut karena malposisi atau

terjadinya kecelakaan.

Klas VI Kennedy: Daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi

tetangga gigi asli dapat dipakai sebagai gigi penahan. Kasus seperti

ini sering kali merupakan daerah tak bergigi yang terjadi pertama

kalinya dalam mulut.

4. Tahapan pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Tahapan dalam pembuatan Gigi tiruan sebagian lepasan adalah sebagai

berikut:

Anamnesa

Pemeiksaan

Pencetakan model study

Pembuatan desain

Penyusunan gig

flasking

moulding

packing

curing

deflasking

pengasahan

polishing dan finishing

insersi

5. Faktor keberhasilan dan kegagalan GTSL

Keberhasilan pembuatan GTS adalah

1. Kooperatifan pasien.

25

Page 26: III

2. Kondisi rongga mulut pasien 

3. Kemampuan tekniker 

4. Retensi dan stabilisasi GTS yang berasal dari cengkram dan

anatomi rongga mulut pasien.

5. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok

6. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut

Kegagalan Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan:

1. Manipulasi yang salah: mencetak dan permukaan oklusal yang

tidak balance oclution

2. Perluasan landasan geligi tiruan yang tidak memenuhi syarat atau

landasan geligi tiruan yang tidak cermat.

3. Oklusi yang tidak layak yaitu relasi sentris, dimensi vertical dan

kontak premature yang salah, hubungan sentris dan eksentris serta

hubungan tonjol yang kurang seimbang

4. Daya horizontal dari bibir, pipi dan lidah pada gigi-gigi dan sayap

geligi tiruan.

26