19
1 PELUANG DAN TANTANGAN PROYEK KONSTRUKSI SWASTA oleh: KELOMPOK KEAHLIAN MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SEMINAR NASIONAL LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL BANDUNG, 31 MARET 2007

IKHTISAR

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PELUANG DAN TANTANGAN PROYEK KONSTRUKSI SWASTA oleh: KELOMPOK KEAHLIAN MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SEMINAR NASIONAL LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL BANDUNG, 31 MARET 2007. IKHTISAR. Peluang Industri/Sektor Konstruksi. - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: IKHTISAR

1

PELUANG DAN TANTANGAN PROYEK KONSTRUKSI SWASTA

oleh:KELOMPOK KEAHLIAN MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

SEMINAR NASIONALLEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL

BANDUNG, 31 MARET 2007

Page 2: IKHTISAR

2

IKHTISAR

1.1. Peluang Industri/Sektor Konstruksi. Peluang Industri/Sektor Konstruksi.

2.2. Sistem Industri Konstruksi Nasional.Sistem Industri Konstruksi Nasional.

3.3. Tantangan Sektor Konstruksi Tantangan Sektor Konstruksi Swasta.Swasta.

4.4. Upaya Strategis Mendorong Sektor Upaya Strategis Mendorong Sektor Swasta.Swasta.

Page 3: IKHTISAR

3

Kontribusi dan Pertumbuhan Sektor/Industri Konstruksi Negara Berkembang

6,47,76,45,5Industri manufaktur

3,68,65,25,9Industri konstruksitahun (%)

5,05,9 4,43,5PDBPertumbuhan/

7,35,45,23,6Kontribusi sektor konstruksi

dalam PDB (%)

2000700 - 2000350 - 700 350

PDB/kapita (US$)

Sumber: Berbagai studiSumber: Berbagai studi

PELUANG INDUSTRI/SEKTOR KONSTRUKSI (1)

Page 4: IKHTISAR

4

NASIONAL (2006):1. PDB: Rp. 3.000

T.2. APBN/APBD: Rp. 750

T.

SEKTOR KONSTRUKSI: 1. Kontribusi sektor (5-6%) terhadap PDB: Rp. 165 T.2. Anggaran Pemerintah: Rp. 65 T.

Lapangan Kerja (5% dari 105 juta): 5 juta.

PELUANG INDUSTRI/SEKTOR KONSTRUKSI (2)

Page 5: IKHTISAR

5

4753160,0075,8710,3334,4731,0784,132004

4555106,6447,9721,145,9920,8458,672003

415987,7836,1114,034,8117,2751,672002

Pemerintah(%)

Swasta(%)

TotalBUMNAPBDAPBN

Persentase Terhadap Total Nilai Konstruksi Total Nilai

Konstruksi(T. Rp.)

Pemerintah(T. Rp.)

Swasta(T. Rp.)

THN

Sumber: Departemen PU (2005)Sumber: Departemen PU (2005)

NILAI KONSTRUKSI BERDASARKAN SUMBER DANA

Catatan:Catatan:

1.1. Mencakup: sektor transportasi; energi listrik dan SDA; perumahan dan Mencakup: sektor transportasi; energi listrik dan SDA; perumahan dan permukiman; migas, air minum dan sanitasi; telekomunikasi; permukiman; migas, air minum dan sanitasi; telekomunikasi; properti properti belum termasukbelum termasuk..

2.2. Berdasarkan Berdasarkan BCIBCI Asia: Proyek Pemerintah 8,5%, Proyek Pribadi 9%, dan Asia: Proyek Pemerintah 8,5%, Proyek Pribadi 9%, dan Proyek Swasta 82%. Proyek Swasta 82%.

Page 6: IKHTISAR

6

SISTEM INDUSTRI KONSTRUKSI NASIONAL(UU 18, 1999)

PENYEDIA JASA KONSTRUKSI

MASYARAKAT PROF.Asosiasi

Perusahaan

PT LSMAsosias

i Profesi

Proc.

Proc.

PEMERINTAH(REG., FAS., WAS.)

LPJK

LEMBAGA INDEPENDE

N

BPJT

BPPSPAM

DanaSwasta(+ 85 T)

APBN/APBD(+ 75

T)

PENGGUNA JASA

Page 7: IKHTISAR

7

1. Struktur demand (playing field) belum terbentuk: asosiasi badan usaha dan database belum lengkap.

2. Sektor konstruksi swasta relatif tertutup:- Informasi tidak terbuka; regulasi pemerintah tidak mampu

menjangkau;- Seleksi oleh investor luar negeri sangat ketat; tidak banyak pemain lokal yang bisa masuk.

3. Struktur supply yang kurang menguntungkan:- Kemampuan Small and Medium Enterprise (SME) rendah. - General Contractor orientation; bukan Specialist Contractor orientation.

4. Kontraktor Indonesia sebagian besar mengandalkan proyek pemerintah (BCI Asia; data statistik tidak diketahui).

5. Terdapat masalah yang struktural di sektor swasta yaitu aspek hukum tidak terjamin karena kepastian hukum di sektor swasta lemah; resiko tinggi bagi badan usaha.

TANTANGAN SEKTOR KONSTRUKSI SWASTA (UMUM - 1)

Page 8: IKHTISAR

8

6. Tingkat suku bunga kredit perbankan (dinilai pelaku jasa konstruksi nasional) terlalu tinggi.

7. Kompetisi dengan kontraktor asing semakin meningkat:- adanya kebebasan bagi pihak asing untuk berbisnis di

Indonesia; ekivalensi standar kompetensi (badan usaha dan tenaga kerja) belum ada.

8. Faktor eksternal kurang mendukung:a. Situasi politik dan keamanan tidak sepenuhnya stabil;

kepastian hukum rendah country risk factor tinggi; minat investasi luar negeri kurang.b. Pembebasan lahan sukar; karakteristik/budaya lokal (hak atas tanah, dll.) misal tanah adat tidak boleh diganggu gugat.

TANTANGAN SEKTOR KONSTRUKSI SWASTA (UMUM - 2)

Page 9: IKHTISAR

9

TANTANGAN SEKTOR KONSTRUKSI SWASTA (KHUSUS PPP)

1. Sistem untuk mendorong investasi swasta belum terbentuk.

2. Ketidak-konsistenan strategi partisipasi investasi swasta:a. Market mechanism vs pengendalian pemerintah;b. Jalan tol = jalan pemerintah.

3. Deregulasi beberapa sektor terlambat misalnya industri infrastruktur (jalan tol, air bersih); pemahaman, kemampuan, dan kesempatan belajar terbatas (financial engineering – pemanfaatan dana nasional, risk management, contractual system, dll.).

4. Peraturan dan Kelembagaan (pendanaan dan penjaminan) belum berkembang.

5. Fasilitas/insentif belum mendukung khususnya dalam ijin usaha, pembebasan lahan, pembiayaan, penjaminan, dll.

Page 10: IKHTISAR

10

UPAYA STRATEGIS MENDORONG SEKTOR SWASTA

UPAYA STRATEGIS UPAYA STRATEGIS MENDORONG MENDORONG

SEKTOR SWASTASEKTOR SWASTA

1.Mengelola 1.Mengelola DemandDemand

2. 2. Meningkatkan Meningkatkan kapasitas dan kapasitas dan kualitas kualitas supplysupply

4. Memperbaiki 4. Memperbaiki sistem sistem

perlindungan perlindungan hukum bagi usaha hukum bagi usaha konstruksi swastakonstruksi swasta

3. 3. Mengembangkan Mengembangkan fasilitas/insentiffasilitas/insentif

Page 11: IKHTISAR

11

a. Mengenal sektor swasta nasional.b.

Memperluas/mengembangkan lapangan permainan.

c. Membina lapangan permainan:- Mengembangkan asosiasi profesi/asosiasi perusahaan;- Mengembangkan informasi mengenai potensi dan pelaku;- Merumuskan masukan kebijakan; mewujudkan ko-operasi dan kompetisi; iklim usaha yang sehat; pemerataan kesempatan; dsb.nya.

d. Meningkatkan koordinasi antara sub-sektor infrastruktur serta memperjelas arah, kebijakan, dan strategi pengembangan.

1. MENGELOLA DEMAND

Page 12: IKHTISAR

12

a. Pembinaan oleh asosiasi profesi dan pemerintah:- Pelatihan kepada perusahaan dan tenaga kerja (ahli dan terampil); meningkatkan kompetensi dan profesionalisme;- Kemampuan untuk memenuhi persyaratan pasar

(pemahaman internasional kontrak, client satisfaction orientation,

dll).

b. Melalui kegiatan pemerintah (APBN/APBD), membangun kemampuan bertahap pelaku nasional (kecil/menengah/besar).

2. MENINGKATKAN KAPASITAS DAN KUALITAS SUPPLY

Page 13: IKHTISAR

13

a. Mempermudah kredit usaha konstruksi.b. Mengembangkan insentif perpajakan yang bisa

mendorong sektor swasta.c. Memfasilitasi kemitraan SME – usaha besar, dan

kemitraan pemerintah – swasta dalam mengembangkan SME.

d Memperbaiki/mempermudah sistem penyelesaian sengketa antara penyedia jasa dengan pengguna jasa.

e. Memperkuat right action pemerintah agar investor luar negeri membuka kesempatan bagi badan usaha lokal; affirmative action policy supaya pemain Indonesia bisa mengikuti pelelangan.

f. Mengembangkan persyaratan sertifikasi badan usaha dan tenaga kerja asing untuk memenuhi ’karakteristik lokal’.

3. MENGEMBANGKAN FASILITAS/INSENTIF

Page 14: IKHTISAR

14

TERIMA KASIHTERIMA KASIH

Page 15: IKHTISAR

15

KLUSTER INFRASTRUKTUR

Public BuildingPublic Building

Social Social Residential Residential BuildingBuilding

Jalan non tolJalan non tol

InfrastrukturInfrastruktur

Jalan tol dan Jalan tol dan JembatanJembatan

TelekomunikaTelekomunikasisi

EnergiEnergi

Pengelolaan limbahPengelolaan limbah

Water supplyWater supply

PelabuhanPelabuhan

BandaraBandara Fasilitas Fasilitas rekreasirekreasi

PropertyProperty (Gedung (Gedung perkantoran & perkantoran & komersial; komersial; ResidentialResidential: : Apartemen, Apartemen, Real EstateReal Estate, , dll.)dll.)Fasilitas kesehatan Fasilitas kesehatan & pendidikan& pendidikan

Industrial Facilities Industrial Facilities (Pabrik,(Pabrik,Oil&gasOil&gas, , Refinery, Refinery, dll.)dll.)

Informal sektor Informal sektor (Perbaikan Rumah (Perbaikan Rumah pribadi/toko, dll.) pribadi/toko, dll.)

Domain Domain PemerintahPemerintah

Domain Domain SwastaSwasta

Page 16: IKHTISAR

16

MENGEMBANGKAN LAPANGAN PERMAINAN

BIDANG

O&M Demolisi

KUALIFIKASI (Manajemen, Keuangan, Teknik)

JENIS

Besar

Menengah

Kecil

GagasanA S M E T

Bangunan

Gedung

Bangunan Sipil

Konstruksi

Spesifik

(CPC)

(Siklus Proyek)

KLASIFIKASI

PeRENcanaanPerancangan

PengadaanPeLAKsanaa

nPengWASan

Page 17: IKHTISAR

17

INSENTIF YANG DIBERIKAN PEMERINTAH UNTUK SME (1)

1. INDONESIAa. Pemberian kompensasi/insentif kepada investor yang ingin mengelola ruas jalan tol yang tidak diminati.b. Pembebasan fiskal bagi Badan Usaha Jasa Konstruksi yang akan melakukan pekerjaan di luar negeri.c. Pelatihan-pelatihan secara gratis, misalnya pelatihan Sistem Manajemen Mutu untuk SME yang diikuti oleh perwakilannya.

2. CINA:State Economic and Trade Commision memberikan kredit untuk pengembangan SME melalui Experimental Work Plan for The Construction of SMEs Credit Guaranteeing System.

3. TAIWAN:a. Pengembangan SME oleh pemerintah melalui peningkatan construction public.b. Pemberian insentif pajak untuk merangsang resource and development, manpower training, dsb.nya.

Page 18: IKHTISAR

18

4. FILIPINA:a. Pemerintah meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan para pihak yang terlibat (Pemerintah, Lembaga, Perusahaan) untuk mendorong SME; program-program saling melengkapi.b. Departemen Perdagangan dan Industri mengkoordinasikan program

pengembangan SME, yang mencakup program: HRD and entrepreneurship training, market development, product development and technology intervention, advocacy for enabling environment, dan financing.c. Government Financial Institution (GFI) menggunakan prosedur dan standar pinjaman yang sederhana untuk memberikan kemudahan SME memiliki modal. d. Pemerintah mengembangkan program pemasaran untuk produk SME di pasar dalam dan luar negeri.e. Pemerintah secara terus-menerus mendukung SME dengan dengan cara: creating a conducive business environment, improving acces to financing, providing adequate business support, providing training on enterpreneurship and worker skills, providing linkage between SME and large firms, strengthening government-private sector partnership in SME development.

INSENTIF YANG DIBERIKAN PEMERINTAH UNTUK SME (2)

Page 19: IKHTISAR

19

5. MALAYSIA:a. Pengembangan SME di Malaysia didukung oleh banyak

kementerian dan institusi.b. Untuk menjamin fokusnya rencana pengembangan SME,

pemerintah Malaysia membentuk National SME Development Council (NSMEDC)yang diketuai oleh Perdana Menteri.c. NSMDC bertanggung-jawab menyusun kebijakan dan strategi untuk memfasilitasi pengembangan SME, dan untuk menjamin agar implementasi dari kebijakan dan tindakan dilakukan secara effektif.d. Pertemuan secara rutin yang dihadiri oleh pihak yang terkait (agencies, ministries, banks and financial institution yang mendukung SME); mekanisme pelaporan untuk memonitor outcome dan memberikan feedback telah disiapkan.

INSENTIF YANG DIBERIKAN PEMERINTAH UNTUK SME (3)