Upload
tranhanh
View
229
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi dalam
kehidupan sehari-hari. Manusia membutuhkan makan dan minum yang cukup
baik jumlah dan mutunya agar dapat beraktifitas secara produktif. Masalah pangan
termasuk tentang keamanan, keselamatan, dan kesehatan baik jasmani maupun
rohani. Dengan demikian, makanan yang dikonsumsi sehari-hari tidak hanya
harus cukup jumlahnya, juga harus sehat, aman, dan halal.
Namun, hal ini berkebalikan dengan fakta yang ada. Terlihat dari maraknya
produk makanan yang menggunakan zat kimia berbahaya. Banyak bermunculan
tindak kecurangan seperti penggunaan bahan berbahaya boraks dan formalin pada
makanan yang dijual. Kedua bahan berbahaya tersebut masih sering digunakan
sebagai pengawet pada makanan yang di jual di berbagai tempat umum seperti
tahu, ikan, mie, daging, dan bakso. Padahal bahan pengawet seperti boraks dan
formalin dilarang penambahannya pada makanan karena dapat menimbulkan
gangguan kesehatan. Formalin dan boraks dapat menimbulkan gangguan hati,
ginjal, jantung, pencernaan, dan kanker sehingga sedikit pun tidak boleh ada pada
makanan.
Beradasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia
tahun 2005, penggunaan boraks dan formalin pada ikan dan hasil laut menempati
peringkat teratas. Yakni, 66 persen dari total 786 sampel. Sementara pada mi
1
basah menempati posisi kedua dengan 57 persen. Tahu dan bakso berada di urutan
berikutnya yakni 16 persen dan 15 persen.
Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat, penting untuk lebih peduli dan
kritis terhadap adanya bahan pengawet berbahaya pada makanan. Kita harus
mengetahui dan memahami ciri serta karakteristik dari makanan dan minuman
yang mengandung bahan pengawet berbahaya, dan juga harus dapat mendeteksi
ada atau tidaknya bahan berbahaya tersebut dalam sampel yang diteliti melalui
suatu uji.
Pada praktikum kali ini kami akan membahas tentang uji makanan
berpengawet boraks pada bakso, tahu, dan sosis di enam tempat berbeda. Bakso
diambil dari yang dijual di “Bakso Kepala Sapi” Klampis dan di “Bakso
Rajawali” Mulyorejo. Tahu diambil dari yang dijual di Superindo dan di Pasar
Keputih. Sosis diambil dari yang dijual di Superindo dan di SDN Wadung Asri 1.
Di mana dalam praktikum ini kami akan melakukan dua uji kualitatif yaitu uji
nyala boraks dan uji sederhana deteksi boraks dengan cairan dari perasan kunyit.
Lokasi pengambilan sampel dipilih secara acak dan dimaksudkan untuk
membandingkan kualitas makanan dalam hal ini penggunaan boraks antara tempat
yang sudah memiliki nama seperti supermarket dengan tempat yang biasa saja
seperti pasar tradisional.
1.2 Rumusan Masalah
Menguji kandungan boraks pada bakso, tahu dan sosis yang didapatkan dari
dua tempat yang berbeda dengan metode uji boraks sederhana yang menggunakan
kunyit, serta uji nyala boraks yang menggunakan H2SO4 pekat dan methanol
2
untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya kandungan boraks pada makanan
tersebut serta membandingkan bagaimanakah kualitas makanan dari tempat yang
telah memiliki nama (Brand) dengan tempat yang biasa saja?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mempraktikkan uji bahan pengawet boraks pada bakso, tahu dan sosis
menggunakan uji boraks sederhana dan uji nyala boraks.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mempraktikkan uji boraks sederhana pada bakso, tahu dan sosis
dari dua tempat berbeda.
2. Mempraktikkan uji nyala boraks pada bakso, tahu dan sosis dari
dua tempat berbeda.
3. Membandingkan hasil uji boraks sederhana dan uji nyala boraks
pada bakso, tahu dan sosis dari dua tempat berbeda.
4. Mengetahui perbandingan kualitas bakso, tahu dan sosis di
tempat yang berbeda.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu mempraktikkan uji boraks sederhana pada bakso,
tahu dan sosis dari dua tempat berbeda.
2. Mahasiswa mampu mempraktikkan uji nyala boraks pada bakso, tahu
dan sosis dari dua tempat berbeda.
3
3. Mahasiswa mampu membandingkan hasil uji boraks sederhana dan uji
nyala boraks pada bakso, tahu dan sosis dari dua tempat berbeda.
4. Mahasiswa dapat membandingkan kualitas bakso, tahu dan sosis di
tempat yang sudah punya nama (Brand) dengan tempat yang biasa
saja.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bahan Tambahan Makanan
Menurut FAO dalam Furia (1980), bahan tambahan makanan adalah
senyawa yang sengaja ditambahkan kedalam makanan dengan jumlah dan ukuran
tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau
penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki masa simpan, dan bukan
merupakan bahan (ingredient) utama.
Menurut Codex dalam Saparinto (2006), bahan tambahan pangan adalah
bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan, yang dicampurkan secara
sengaja pada proses pengolahan makanan. Bahan ini ada yang memiliki nilai gizi
dan ada yang tidak. Pemakaian Bahan Tambahan Pangan di Indonesia diatur oleh
Departemen Kesehatan. Sementara, pengawasannya dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM).
Pengertaian bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang
biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan
komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud tekhnologi pada
pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan
penyimpanan (Cahyadi, 2006). Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004
tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang
dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan
5
kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk
pangan.
2.2 Jenis Bahan Tambahan Makanan
Tujuan penggunaan Bahan Tambahan Makanan adalah meningkatkan atau
mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan
lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Secara
teknis, bahan tambahan makanan dibedakan dalam dua golongan besar, yaitu :
a) BTM yang sengaja ditambahkan
BTM yang dengan sengaja ditambahkan dengan tujuan untuk
meningkatkan konsistensi, nilai gizi, dan menetapkan bentuk serta
menambah rasa dengan mengendalikan keasaman atau kebasaan dengan
mengetahui komposisi bahan tersebut. Contoh : pengeras, pewarna,
pengawet, dan pengenyal.
b) BTM yang tidak sengaja ditambahkan
Bahan ini tidak mempunyai fungsi dalam makanan, tetapi secara tidak
sengaja terdapat dalam makanan (insidental) baik dalam jumlah kecil
maupun besar akibat perlakuan selama proses produksi, pengolahan, dan
pengemasan. Contoh : bahan tambahan pangan dalam golongan inio adalah
residu pestisida (insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida),
antibiotik, dan hidrokarbonaromatic polisiklis.
Bahan Tambahan Makanan yang diizinkan dan dilarang (bahan Tambahan
Kimia) di Indonesia oleh departemen Kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri
6
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan
Pangan, dalam bab II pasal 3 disebutkan Bahan Tambahan Pangan yang
digunakan terdiri atas sebagai berikut
1. Antibuih (Antifoaming agent)
Antibuih adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau
mengurangi pembentukan buih.
2. Antikempal (Anticaking Agent)
Adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah mengempalnya
produk pangan.
3. Antioksidan (Antioxidant)
Adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau menghambat
kerusakan pangan akibat oksidasi.
4. Bahan Pengkarbonasi (Carbonating agent)
Adalah bahan tambahan pangan untuk membntuk karbonasi di dalam
pangan.
5. Garam Pengemulsi (Emulsifying Salt)
Adalah bahan tambahan pangan untuk mendispersi protein dalam keju
sehingga mencegah pemisahan lemak.
6. Gas Untuk Kemasan (Packaging Gas)
Adalah bahan tambahan pangan berupa gas, yang dimasukkan ke
dalam kemasan pangan untuk mempertahankan mutu pangan dan
melindungi pangan dari kerusakan.
7. Humektan (Humectant)
7
Adalah bahan tambahan pangan untuk mempertahankan kelembapan
pangan.
8. Pelapis (Glazing Agent)
Adalah bahan tambahan pangan untuk melapisi permukaan pangan
sehingga memberikan efek perlindungan dan/atau penampakan mengkilap.
9. Pemanis (Sweetener)
Adalah bahan tambahan pangan berupa pemanis alami dan pemanis
buatan yang memberikan rasa manis pada produk pangan. Pemanis ini
dibagi menjadi pemanis alami dan buatan.
10. Pembawa (Carrier)
Adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk memfasilitasi
penanganan, aplikasi atau penggunaan bahan tambahan pangan lain atau zat
gizi di dalam pangan dengan cara melarutkan, mengencerkan,
mendispersikan atau memidifikasi secara fisik bahan tambahan pangan lain
atau zat gizi tanpa mengubah fungsinya dan tidak mempunyai efek
teknologi pada pangan.
11. Pembentuk Gel (Gelling Agent)
Adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk gel.
12. Pembuih (Foaming Agent)
Adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk atau memelihara
homogenitas dispersi fase gas dalam pangan berbentuk cair atau padat.
13. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator)
Adalah bahan tambahan pangan untuk mengasamkan, menetralkan
dan/atau mempertahankan derajat keasaman pangan.
8
14. Pengawet (Preservative)
Adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau menghambat
fermentasi, pengasaman, penguraian, dan perusakan lainnya terhadap
pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
15. Pengembang (Raising Agent)
Adalah bahan tambahan pangan berupa senyawa tunggal atau
campuran untuk melepaskan gas sehingga meningkatkan volume adonan.
16. Pengemulsi (Emulsifier)
Adalah bahan tambahan pangan utnuk membantu terbentuknya
campuran yang homogen dari dua atau lebih fase yang tidak tercampur
seperti minyak dan air.
17. Pengental (Thickener)
Adalah bahan tambahan pangan untuk meningkatkan viskositas
pangan.
18. Pengeras (Firming Agent)
Adalah bahan tambahan pangan untuk memperkeras, atau
mempertahankan jaringan buah atau sayuran, atau berinteraksi dengan
bahan pembentuk gel untuk memperkuat gel.
19. Penguat rasa (Flavour Agent)
Adalah bahan tambahan pangan untuk memperkuat atau memodifikasi
rasa dan/atau aroma yang telah ada dalam bahan pangan tanpa memberikan
rasa dan/atau aroma baru.
20. Peningkat Volume (Bulking agent)
Adalah bahan tambahan pangan untuk meningkatkan volume pangan.
9
21. Penstabil (Stabilizer)
Adalah bahan tambahan pangan untuk menstabilkan sistem dispersi
yang homogen pada pangan.
22. Peretensi warna (Colour Retention Agent)
Adalah bahan tambahan pangan yang dapat mempertahankan,
menstabilkan, atau memperkuat intensitas warna pangan tanpa
menimbulkan warna baru.
23. Perisa (Flavouring)
Adalah bahan tambahan pangan berupa preparat konsentrat dengan
atau tanpa ajudan perisa yang digunakan untuk memberi rasa dengan
pengecualian rasa asin, manis dan asam.
24. Perlakuan Tepung (Flour Treatment Agent)
Adalah bahan tambahan pangan yang ditambahkan pada tepung untuk
memperbaiki warna, mutu adonan dan atau pemanggangan, termasuk bahan
pengembang adonan, pemucat dan pematang tepung.
25. Pewarna (Colour)
Adalah bahan tambahan pangan berupa pewarna alami dan pewarna
sintetis, yang ketika ditambahkan atau diaplikasikan pada pangan, mampu
memberi atau memperbaiki warna.
26. Propelan (Propellant)
Adalah bahan tambahan pangan untuk mendorong pangan keluar dari
kemasan.
27. Sekuestran (Sequestrant)
10
Adalah bahan tambahan pangan yang dapat mengikat ion logam
polivalen untuk membentuk kompleks sehingga meningkakan stabilitas dan
kualitas pangan.
Adapun Bahan Tambahan Makanan yang dilarang untuk digunakan diatur
dalam Permenkes RI Nomor 033 Tahun 2012 sebagai berikut :
1. Asam borat dan senyawanya (Boric acid)
2. Asam salisilat dan garamnya (Salicylic acid and its salt)
3. Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, DEPC)
4. Dulsin (Dulcin)
5. Formalin (Forlmaldehyde)
6. Kalium bromat (Potassium bromate)
7. Kalium kromat (Potassium chlorate)
8. Kloramfenikol (Chloramphenicol)
9. Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils)
10. Nitrofurazon (Nitrofurazone)
11. Dulkamara (Dulcamara)
12. Kokain (Cocaine)
13. Nitrobenzen (Nitrobenzene)
14. Sinamil antranilat (Cinnamyl antranilate)
15. Dihidrosafrol (Dihydrosafrole)
16. Biji tonka (Tonka bean)
17. Minyak kalamus (Calamus oil)
18. Minyak tansi (Tansy oil)
11
19. Minyak sasafras (Sasafras oil)
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1168/Menkes/Per/x/1999, selain Bahan Tambahan Makanan yang dilarang diatas,
masih ada beberapa bahan tambahan makanan yang dilarang seperti :
1. Rhodamin B (pewarna merah)
2. Methanyl yellow (pewarna kuning)
3. Duksin (pemanis sintetis)
4. Potassium Bromat (pengeras)
(Cahyadi, 2008)
2.3 Jenis Bahan Pengawet
Berdasarkan Permenkes no. 033 Tahun 2012 terdapat 10 jenis bahan
pengawet yang diizinkan untuk digunakan dalam makanan, dengan mengikuti
dosis yang telah ditetapkan adapun kelompok pengawet tersebut adalah :
1. Asam sorbat dan garamnya:
a. Asam sorbat.
b. Natrium sorbat.
c. Kalium sorbat.
d. Kalsium sorbat.
2. Asam benzoat dan garamnya:
a. Asam benzoat.
b. Natrium benzoat.
c. Kalium benzoat.
12
d. Kalsium benzoat.
3. Etil para-hidroksibenzoat.
4. Metil para-hidroksibenzoat.
5. Sulfit:
a. Belerang dioksida.
b. Natrium sulfit.
c. Natrium bisulfit.
d. Natrium metabisulfit.
e. Kalium metabisulfit.
f. Kalium sulfit.
g. Kalsium bisulfit.
h. Kalium bisulfit.
6. Nisin.
7. Nitrit:
a. Natrium nitrit.
b. Kalium nitrit.
8. Nitrat:
a. Natrium nitrat.
b. Kalium nitrat.
9. Asam propionat dan garamnya:
a. Asam propionat.
b. Natrium propionat.
c. Kalsium propionat.
d. Kalium propionat.
13
10. Lisozim hidroklorida.
2.4 Ciri Makanan yang Mengandung Pengawet
1. Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan yang khas
berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging.
Warnanya pun tidak kecokelatan seperti penggunaan daging namun
lebih cenderung keputihan.
2. Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang
dan empuk, teksturnya bagis dan renyah.
3. Ciri mie basah yang mengandung boraks terlihat dari teksturnya
kenyal, lebih mengkilat, tidak lengket, dan tidak cepat putus.
4. Ciri jajanan (termasuk lontong) yang mengandung boraks terlihat dari
teksturnya yang sangat kenyal, berasa tajam, seperti sangat gurih dan
membuat lidah bergetar dan memberikan rasa getir.
5. Ciri makanan berformalin pada mie basah yaiotu bentuknya yang
tidak lengket, lebigh mengkilap, tidak rusak sampai dua hari pada
suhu kamar, bertahan lebih dari 15 hari dalam lemari es (10°C)
6. Pada ikan yang berformalin, warna insang merah tua tidak cemerlang,
warnanya tidak merah segar, warna daging ikan putih bersih, tidak
rusak sampai 3 hari pada suhu kamar.
7. Tahu yang mengandung formalin, teksturnya terlalu keras, kenyal
tetapi tidak padat, tidak rusak dalam tiga hari dalam suhu kamar, bisa
bertahan 15 hari dalam lemari es.
14
8. Pada ikan yang berformalin, warnanya bersih cerah dan tidak berbau
khas ikan asin, tidak dihinggapi lalat, tidak rusak sampai lebih dari 1
bulan pada suhu 25°C.
9. Bakso yang mengandung formalin, teksturnya sangat kenyal dan tidak
rusak sampai 2 hari pada suhu kamar.
10. Ayang yang mengandung formalin dapat dideteksi dari tekstur daging
kencang, tidak dihinggapi lalat dan tidak rusak sampai dua haru pada
suhu kamar.
2.5 Dampak penggunaan bahan pengawet terhadap kesehatan
Adapun beberapa bahan pengawet dari zat kimia yang dapat mengakibatkan
kerusakan dalam tubuh, yakni :
1. Asam benzoat dan garamnya (Ca, K dan Na)
Jenis pengawet ini banyak digunakan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri penghasil toksin, bakteri spora, dan bakteri bukan
pembusuk. Asam benzoat banyak digunakan untuk mengawetkanminuman
ringan, minuman segar, saus saribuah, sirup, serta ikan asin. Namun, apabila
pengawet ini terkonsumsi dalam jumlah yang berlebih pada orang yang
menderita asma dan orang yang menderita urticaria yang sangat sensitif
terhadap asam benzoat, aspirin makan akan terjadi iritasi lambung. Kalsium
benzoat sendiri dapat memicu terjadinya asma.
2. Asam sorbat dan garamnya
Jenis pengawet ini sering digunakan pada produk yang beraroma
jeruk, berbahan keju, salad, buah, dan produk minuman. Namun, pada
15
kondisiyang ekstrim (suhu dan konsentrat asam sorbat tinggi) asam sorbat
dapat bereaksi dengan nitrit sehingga membentuk produk mutagen yang
tidak terdeteksi di bawahy kondisi normal penggunaan. Apabila langsung
terpapar pada kulit, asam sorbat dapat memberikan efek iritasi kulit,
sedangkan untuk garam sendiri belum diketahui dampak yang
ditimbulkannya terhadap tubuh.
3. Natrium Propionat dan garamnya / Kalium Propionat
Kedua jenis pengawet ini termasuk dalam golongan asam propionat
yang digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur. Sehingga jenis
pengawet ini banyak digunakan dalam pembuatan roti dan tepung. Natrium
propionat diketahui dapat memberikan efek berupa migrain sedangkan
untuk kalium propionat belum diketahui efek terhadap kesehatan.
4. Ester dari asam benzoat (paraben)
Ester asam benzoat (metil-p-hidroksi benzoat dan propil-p-hidorksi
benzoat) dapat menyebabkan gangguan berupa reaksi yang spesifik. Metikl-
p-hidroksi benzoat dan garam natriumnya memberikan efek berupa reaksi
alergi pada mulut dan kulit. Sedangkan propil-p-hidroksi benzat dan
garamnya terutama pada orang yang menderita asma, urticaria, dan sensitif
terhadap aspirin dapat menyebabkan reaksi alergi yang sama pada kulit dan
juga mulut.
5. Nissin
Meskipun nissin diterima sebagai BTM, namun perlu diperhatikan
bahwa nissin beresiko menyebaka timbulnya netprotoksik.
6. Belerang dioksida atau sulfur dioksida (SO2)
16
Jenis pengawet ini banyak ditambahkan dalam sari bguah, buah
kering, kacang kering, sirup, dan acar. Namun jenis pengawet ini memiliki
resiko menyebabkan terjadinya perlukaan pada lambung, mempercepat
asma, mutasi genetik, kanker, alergi.
7. Boraks
Boraks dipakai sebagai pengawet kayu, anti septik kayu dan
pengontrol kecoa. Bahaya boraks terhadap kesehatan diserap melalui usus,
kulit yang rusak dan selaput lendir. Efek toksik konsumsi boraks bersifat
kumulatif. Dampak negatifnya bagi tubuh yaitu gangguan otak, hati, dan
ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak
terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan
depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan gunjal, pingsan,
hingga kematian.
8. Formalin
Formalin banyak dipakai sebagai desinfektan, cairan pembalsem,
pengawet jaringan, pembalsem, pengawet jaringan, pembasmi serangga dan
digunakan di industri tekstil dan kayu lapis. Formalin tidak bolehg
digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan. Akbiatnya, jika
digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan
beberapa gejala diantaranya adalah tenggorokan terasa pana dan kanker
yang pada akhirnya akan mempengaruhi orhgan tubuh lainnya.
17
2.6 Pencegahan Bahan Pengawet
Menghindari bahan pengawet dengan sempurna sangat sulit dilakukan saat
ini. Hal yang bisa dilakukan adalah mengurangi konsumsi dan senantiasa
memperhitungkan keamanan dan kesehatan makanan dan minuman sebelum
membeli. Ada beberapa hal yang dapat dilkukan untuk mencegah dan
meminimalisir dampak bahan pengawet :
1. Sebelum membeli teliti dulu warna, tekstur dan kondisi fisik dari
makanan dan minuman tersebut. Misalnya pada bakso yang aman,
warna bakso sesuai dengan warna daging, tidak terlalu putih dan
kekenyalannya pun pas.
2. Orang tua hendaknya membatasi pemberian uang saku yang
berlebihan kepada anak dan membawakan bekal atau jajanan dari
rumah yang lebih sehat dan aman.
3. Sebagai antisipasi, kurangi bahaya dari zat pengawet dengan
perendaman atau pencucian mesialnya tahu yang direndam dengan air
selama beberapa menit akan mengurangi kadar formalin sekitar 68%.
4. Jaga kondisi kesehatan dengan rajin berolahraga dan teratur minum air
putih.
5. Perbanyak makan sayur dan buah-buahan yang kaya antioksidan.
6. Seringlah membaca berita atau informasi mengenai isu makanan atau
isu kesehatan.
18
2.7 Boraks
Borax atau Boraks merupakan suatu senyawa yang berbentuk kristal, warna
putih, tidak berbau, larut dalam air dan stabil pada suhu dan tekanan normal,
Boraks dijual dipasaran dengan label bleng, dengan maksud menyamarkan
identitas aslinya. Bleng ini dapat dibeli dengan harga murah dan didapat dengan
mudah, sehingga masyakat banyak menggunakan bahan berbahaya ini.
2.7.1 Nama lain Boraks
1) Sodium Borate
2) Borax Decahydrate
3) Sodium Biborate Decahydrate
4) Disodium Tetraborate Decahydrate
5) Sodium Pyroborate Decahydrate
6) Sodium Tetraborate Decahydrate
7) Boron Sodium Oxide
8) Fused Borax
2.7.2 Boleh digunakan untuk
1) Mematri logam
2) Pembuatan gelas dan enamel
3) Pengawet dan anti jamur kayu
4) Obat untuk kulit, dalam bentuk salep
5) Sebagai antiseptic
6) Pembasmi kecoa
19
7) Campuran pembersih
Penggunaan boraks dalam makanan seringkali dijumpai dan digunakan
secara diam-diam. Sebetulnya penggunaan pengawet yang dapat memicu penyakit
itu telah digunakan sejak belasan tahun lalu.
Pangan yang mengandung boraks antara lain mie basah, bakso, lontong,
cilok, dan otak-otak. Ciri-cirinya, tekstur sangat kenyal, tidak lengket, dan tidak
mudah putus pada mie basah. Makanan lain yang mengandung boraks yaitu
kerupuk rambak dari tepung dan kerupuk gendar. Cirinya: tekstur sangat renyah
dan terasa getir.
2.7.3 Bahaya boraks bagi kesehatan
Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai
industri non-pangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan
keramik. Boraks biasa berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah larut
dalam air, tetapi boraks tidak dapat larut dalam alkohol. Boraks biasa
digunakan sebagai pengawet dan anti septic kayu. Daya pengawet yang kuat
dari boraks berasal dari kandungan asam borat didalamnya.
Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika.
Misalnya, larutan asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci mata
dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat
kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, bahan ini tidak boleh
diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap
masuk dalam tubuh.
20
Berikut beberapa pengaruh boraks pada kesehatan
1) Tanda dan gejala akut :
Muntah-muntah, diare, konvulsi dan depresi SSP(Susunan
Syaraf Pusat)
2) Tanda dan gejala kronis :
a) Nafsu makan menurun
b) Gangguan pencernaan
c) Gangguan SSP : bingung dan bodoh
d) Anemia, rambut rontok dan kanker.
3) Kematian
Sering mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan
gangguan otak, hati, lemak, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks
menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma,
merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis,
tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan kematian.
2.7.4 Ciri makanan yang mengandung boraks
Cukup sulit menentukan apakah suatu makanan mengandung boraks.
Hanya lewat uji laboratorium, semua bisa jelas. Namun, penampakan luar
tetap memang bisa dicermati karena ada perbedaan yang bisa dijadikan
pegangan untuk menentukan suatu makanan aman dari boraks atau tidak.
1) Bakso
a) Lebih kenyal dibanding bakso tanpa boraks.
b) Bila digigit akan kembali ke bentuk semula.
21
c) Tahan lama atau awet beberapa hari.
d) Warnanya tampak lebih putih. Bakso yang aman berwarna
abu-abu segar merata di semua bagian, baik di pinggir
maupun tengah.
e) Bau terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul.
f) Bila dilemparkan ke lantai akan memantul seperti bola
bekel.
2) Gula Merah
a) Sangat keras dan susah dibelah.
b) Terlihat butiran-butiran mengkilap di bagian dalam.
3) Ikan
a) Lalat tidak suka pada ikan yang menggunakan boraks.
b) Terlihat pucat dan kenyal.
2.8 Kunyit
Kunyit atau kunir, (Curcuma longa Linn. atau Curcuma domestica Val.),
adalah termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia
Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah Malaysia,
Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta
bangsa Asia umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai
pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.
Dalam bahasa Banjar kunyit atau kunir ini dinamakan Janar.
Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae. Kunyit
dikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti turmeric
22
(Inggris), kurkuma (Belanda), kunyit (Indonesia dan Malaysia), kunir (Jawa),
koneng (Sunda), konyet (Madura).
2.8.1 Kegunaan Kunyit
Kunyit adalah rempah-rempah yang biasa digunakan dalam masakan
di negara-negara Asia. Kunyit sering digunakan sebagai bumbu dalam
masakan sejenis gulai, dan juga digunakan untuk memberi warna kuning
pada masakan, atau sebagai pengawet. Produk farmasi berbahan baku
kunyit, mampu bersaing dengan berbagai obat paten, misalnya untuk
peradangan sendi (arthritis- rheumatoid) atau osteo-arthritis berbahan aktif
natrium deklofenak, piroksikam, dan fenil butason dengan harga yang relatif
mahal atau suplemen makanan (Vitamin-plus) dalam bentuk kapsul. Dalam
bahasa Banjar kunyit biasa pula disebut Janar.
Kandungan utama kunyit adalah kurkumin dan minyak atsiri yang
berfungsi untuk pengobatan hepatitis, antioksidan, gangguan pencernaan,
anti mikroba, anti kolesterol, anti HIV, anti tumor (menginduksi apostosis),
menghambat perkembangan sel tumor payudara, menghambat ploriferasi sel
tumor pada usus besar, anti invasi, anti rheumatoid arthritis
(rematik).Diabetes melitus, Tifus, Usus buntu, Disentri, Sakit keputihan;
Haid tidak lancar, Perut mulas saat haid, Memperlancar ASI; Amandel,
Berak lendir, Morbili, Cangkrang (Waterproken).
23
2.8.2 Kandungan kimia
Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut
kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin sebanyak 10%
dan bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat- zat bermanfaat lainnya
seperti minyak atsiri yang terdiri dari Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon
60%, Zingiberen 25%, felandren , sabinen , borneol dan sineil. Kunyit juga
mengandung Lemak sebanyak 1 -3%, Karbohidrat sebanyak 3%, Protein
30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, dan garam-garam mineral, yaitu zat besi,
fosfor, dan kalsium.
2.8.3 Kurkumin
Kurkumin (bahasa Inggris: diferuloylmethane) adalah senyawa aktif
yang ditemukan pada kunir, berupa polifenol dengan rumus kimia C21H20O6.
Kurkumin memiliki dua bentuk tautomer: keton dan enol. Struktur keton
lebih dominan dalam bentuk padat, sedangkan struktur enol ditemukan
dalam bentuk cairan. Kurkumin merupakan senyawa yang berinteraksi
dengan asam borat menghasilkan senyawa berwarna merah yang disebut
rososiania.
24
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Metode praktikum yang kami gunakan untuk menguji kandungan boraks
pada sampel makanan, yakni bakso, sosis, dan tahu, kami menggunakan dua uji,
yakni uji sederhana yang menggunakan kunyit sebagai reagen, dan uji nyala api
yang menggunakan H2SO4 pekat dan methanol sebagai reagen.
Tujuan utama dari praktikum ini adalah kami ingin mengetahui apakah di
dalam sampel makanan yang kami uji terdapat atau mengandung boraks dan juga
kami ingin membandingkan kandungan boraks pada sampel makanan yang sama
namun kami dapatkan dari dua tempat yang berbeda, yakni dari tempat yang
sudah punya nama atau merek (Brand), seperti restoran dan supermarket, dengan
dari tempat yang biasa-biasa saja, seperti pasar tradisional, sekolah maupun dari
warung kaki lima.
3.1 Uji Boraks Sederhana
A. Tujuan
1) Mahasiswa bisa melakukan uji boraks sederhana.
2) Mahasiswa bisa mengidentifikasi makanan yang mengandung
boraks atau tidak setelah melakukan uji boraks sederhana.
3) Mengetahui ciri-ciri makanan yang mengandung boraks atau
tidak setelah melakukan uji boraks sederhana.
4) Mahasiswa mampu memilih makanan sehat berdasarkan
informasi yang dimilki.
25
B. Alat dan bahan
1) Alat
a) Cawan petri
b) Sendok plastik
c) Kantong plastik putih
d) Pipet tetes
e) Alat penumbuk
f) Kain putih
g) Pisau
h) Spidol
2) Bahan
a) Bakso (pentol)
b) Sosis
c) Tahu Putih
d) Kunyit
e) Air
C. Prosedur kerja
1) Kunyit dikupas, lalu dihaluskan dengan cara diparut kemudian
ditambahkan sedikit air. Selanjutnya kunyit tersebut dibungkus
dengan kain putih, lalu diperas untuk memperoleh air kunyit.
26
2) Membuat larutan boraks dengan cara memasukkan sedikit
boraks ke dalam beberapa sendok teh air.( sesuai dengan
kebutuhan )
3) Mencampurkan lima tetes larutan kunyit dengan lima tetes
larutan boraks. mengaduk kedua larutan itu hingga rata dan
bewarna merah kecoklatan. Larutan merah kecoklatan itu dapat
dijadikan indikator adanya kandungan boraks dalam bahan
makanan.
4) Menumbuk contoh makanan yang akan diuji hingga halus, dan
letakkan dalam cawan petri. Usahakan masing-masing bahan
makanan tidak saling tercampur satu sama lain.
5) Meneteskan air kunyit ke atas contoh makanan yang telah
dihaluskan tadi dengan menggunakan pipet. Amati dan catat
perubahan warna yang terjadi.
Catatan :
Bahan makanan yang berubah menjadi merah kecoklatan setelah
ditetesi air kunyit diduga mengandung boraks.
D. Lokasi Praktikum
Lokasi praktikum: Laboratorium Kesehatan Lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat
27
E. Waktu Pelaksanaan Praktikum
Tanggal 9 April 2013
F. Rincian Biaya
Bakso (pentol) Rp 11.000,-
Sosis Rp 12.000,-
Tahu Rp 5.000,-
Kunyit Rp 3.000,-
Rp 31.000,-
G. Tabel Pengamatan
NO Nama Makanan Lokasi Asal Mengandung BoraksYA TIDAK
1 Bakso (pentol) Bakso RajawaliBakso Kepala Sapi
2 Sosis SDN Wadung Asri 1SUPERINDO
3 Tahu Putih Pasar KeputihSUPERINDO
3.2 Uji Nyala Boraks
A. Tujuan
1) Mahasiswa bisa melakukan uji nyala boraks.
2) Mahasiswa bisa mengidentifikasi makanan yang mengandung
boraks atau tidak setelah uji nyala boraks.
3) Mengetahui ciri-ciri makanan yang mengandung boraks atau
tidak setelah uji nyala boraks.
28
+
4) Mahasiswa mampu memilih makanan sehat berdasarkan
informasi yang dimiliki.
B. Alat dan bahan
1) Alat
a) Timbangan
b) Cawan porselen
c) Krus (cawan penguap)
d) Gelas kimia kecil
e) Lumpang dan alu
f) Pipet tetes
g) Bunsen
h) Tripod
i) Korek api
j) Lempengan seng
k) Spatula
l) Batang Pengaduk
2) Bahan
a) Bakso
b) Sosis
c) Tahu
d) H2SO4 pekat
e) Methanol
f) Spirtus
29
C. Prosedur kerja
1) Menimbang sejumlah sampel masing-masing 5 gram sampel.
2) Membakar sampel tersebut sampai terbentuk arang.
3) Arang yang terbentuk dihancurkan (gerus) sampai lembut.
4) Serbuk yang terbentuk dimasukkan ke dalam cawan penguap.
5) Menambahkan 10 tetes H2SO4 pekat dan 2 ml methanol kedalam
cawan porselen.
6) Uap yang terjadi segera dibakar.
7) Nyala api yang timbul akan berwarna hijau atau biru jika
mengandung boraks.
D. Lokasi Praktikum
Lokasi praktikum: Laboratorium Kesehatan Lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat
E. Waktu Pelaksanaan Praktikum
Tanggal 8 April 2013
F. Rincian Biaya
Bakso (pentol) Rp 11.000,-
Sosis Rp 12.000,-
Tahu Rp 5.000,-
Spirtus Rp 13.000,-
30
H2SO4 pekat Rp 39.000,-
Methanol Rp 42.000,-
Rp 122.000,-
G. Tabel Pengamatan
NO Nama Makanan Lokasi Asal Mengandung BoraksYA TIDAK
1 Bakso (pentol) Bakso RajawaliBakso Kepala Sapi
2 Sosis SDN Wadung Asri 1SUPERINDO
3 Tahu Putih Pasar KeputihSUPERINDO
31
+
BAB 4
HASIL PRAKTIKUM
4.1 Uji Boraks Sederhana
NO Nama Makanan Lokasi Asal Mengandung BoraksYA TIDAK
1 Bakso (pentol) Bakso Rajawali Bakso Kepala Sapi
2 Sosis SDN Wadung Asri 1 SUPERINDO
3 Tahu Putih Pasar Keputih SUPERINDO
Gambar 4.1 Uji boraks sederhana pada bakso
rajawali
Gambar 4.2 Uji boraks sederhana pada bakso
kepala sapi
32
Gambar 4.3 Uji boraks sederhana pada sosis dari
SD Wadung Asri
Gambar 4.4 Uji boraks sederhana pada sosis dari
Superindo
Gambar 4.5 Uji boraks sederhana pada Tahu dari
Pasar Keputih
Gambar 4.6 Uji boraks sederhana pada Tahu dari
Superindo
Dari seluruh sampel uji tidak ada yang berubah warna menjadi merah
bata/sesuai warna indikator ketika ditetesi air kunyit.
Jadi dengan metode uji boraks sederhana menggunakan air kunyit yang
telah dilakukan, seluruh sampel makanan yang diuji menunjukkan hasil negatif.
33
Bakso, sosis, dan tahu baik di tempat yang memiliki brand atau pun yang di
pinggir jalan tidak terbukti mengandung boraks.
4.2 Uji Nyala Boraks
NO Nama Makanan Lokasi Asal Mengandung BoraksYA TIDAK
1 Bakso (pentol) Bakso Rajawali Bakso Kepala Sapi
2 Sosis SDN Wadung Asri 1 SUPERINDO
3 Tahu Putih Pasar Keputih SUPERINDO
Gambar 4.7 Uji nyala api pada bakso rajawali
Gambar 4.8 Uji nyala api pada bakso kepala sapi
34
Gambar 4.9 Uji nyala api pada sosis dari SD
wadung asri
Gambar 4.10 Uji nyala api pada sosis dari
superindo
Gambar 4.11 Uji nyala api pada tahu dari pasar
keputih
Gambar 4.12 Uji nyala api pada tahu dari
superindo
Dari seluruh sampel uji, hanya sampel tahu putih yang nyala apinya
berwarna biru. Baik tahu Pasar Keputih atau pun tahu SUPERINDO, sama-sama
35
memiliki nyala api berwarna biru. Warna biru pada uji nyala inilah yang menjadi
indikator terdapatnya kandungan boraks pada tahu.
Jadi dengan metode uji nyala api, hanya sampel tahu putih yang
menunjukkan hasil positif. Baik di tempat yang sudah memiliki brand atau pun
tidak memiliki brand, ternyata masih ditemui kandungan boraks pada tahu.
4.3 Kendala Selama Pengujian
Kendala-kendala yang kami temui selama melakukan pengujian kandungan
boraks dengan metode sederhana dan uji nyala api antara lain adalah:
a. Keterbatasan waktu untuk melakukan pengujian, sehingga kami tidak
sempat untuk melakukan pengujian ulang untuk menguji konsistensi.
b. Kurangnya pengetahuan dan literatur yang mendukung pengujian,
sehingga hasil antara kedua uji tidak sama.
c. Tidak bisa mengidentifikasi variabel-variabel atau faktor-faktor lain
yang mempengaruhi uji, terutama uji boraks sederhana, sehingga
hasilnya tidak sama dengan uji nyala api.
d. Belum bisa menemukan komposisi yang tepat untuk perbadingan air
dengan kunyit, serta air kunyit dan sampel uji
36
BAB 5
KESIMPULAN
Hasil praktikum uji kandungan boraks pada 3 sampel makanan yang kami
dapatkan dari 2 tempat berbeda untuk setiap sampelnya, menuntun kami mencapai
beberapa kesimpulan, yakni:
1. Uji nyala api lebih akurat daripada uji boraks sederhana untuk menguji
kandungan boraks pada makanan.
2. Uji boraks sederhana menyatakan bahwa seluruh sampel bahan makanan
tidak mengandung borkas, karena hasil uji menyatakan negatif.
3. Uji nyala api menyatakan bahwa sampel tahu putih, baik yang didapat dari
pasar Keputih maupun Superindo, positif mengandung boraks.
4. Meski peredaran dan penggunaan boraks pada makanan sudah dilarang oleh
pemerintah, dari praktikum yang kami lakukan, terbukti boraks masih
digunakan secara luas oleh masyarakat, mulau dari kalangan bawah hingga
atas.
37
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan.
Wikipedia Indonesia. 2013. Kunyit. http://id.wikipedia.org/wiki/Kunyit. Diakses tanggal 17 Maret 2013.
Wikipedia Indonesia. 2013. Kurkumin. http://id.wikipedia.org/wiki/Kurkumin. Diakses tanggal 17 Maret 2013.
Yusnia, dkk. 2012. Uji Makanan yang Mengandung Boraks. http://ipa7pgsdb.wordpress.com/2012/01/. Diakses tanggal 12 Maret 2013.
Mixed-blog. 2013. Borax atau Boraks. http://arti-persahabatan.blogspot.com/2013/01/borax-atau-boraks.html. Diakses tanggal 15 April 2013.
38
LAMPIRAN
Methanol dan H2SO4 pekat Cawan Petri dan timbangan
Alat penumbuk, sendok dan gunting
Gelas ukur, pipet, rak dan sikat
Lempengan seng, tripod, dan bunsen
39
Tahu Superindo
Tahu Pasar Keputih
Sosis SD Wadung Asri
Sosis Superindo
40
Bakso Rajawali
Bakso Kepala Sapi
Boraks (garam bleng)
Cairan Kunyit
Menyiapkan bunsen
Menimbang sampel
41
Menghaluskan sampel
Membakar sampel
Menambahkan cairan methanol dan H2SO4 pekat pada arang sampel
Membakar campuran methanol, H2SO4 pekat dan arang sampel
42