28
1.A. Definisi Ileus Obstruktif Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Ada dua tipe obstruksi yaitu : 1. Mekanis (Ileus Obstruktif) Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses. 2. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)

ileus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ileus

Citation preview

Page 1: ileus

1. A.    Definisi  Ileus Obstruktif

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun

penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus.

Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total.

Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat

karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari

obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus

merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini

dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap

hidup.

Ada dua tipe obstruksi yaitu :

1.      Mekanis (Ileus Obstruktif)

Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi

oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada

hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari.

Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis,

obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan

abses.

2.      Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)

Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami

paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu

Page 2: ileus

mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi

otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau

gangguan neurologis seperti penyakit parkinson.

Beberapa pengertian obstruksi usus dan ileus obstruksi

menurut para ahli, yaitu:

v  Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang

mencegah aliran normal melalui saluran pencernaan. (Brunner

and Suddarth, 2001).

v  Obstruksi usus adalah gangguan isi usus disepanjang saluran

usus (Patofisiologi             vol 4, hal 403).

v  Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus

sepanjang traktus    intestinal (Nettina, 2001).

v  Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan

terhambatnya aliran   isi usus ke depan tetapi peristaltiknya

normal (Reeves, 2001).

v  Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang

menghambat pasase      cairan, flatus dan makanan dapat

secara mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).

Page 3: ileus

v  Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada

usus dimana                merupakan penyumbatan yang sama

sekali menutup atau menganggu jalannya isi        usus (Sabara,

2007).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi

usus adalah sumbatan total atau parsial yang menghalangi

aliran normal melalui saluran pencernaan atau gangguan usus

disepanjang usus. Sedangkan Ileus obstruktif adalah kerusakan

atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan

mekanik.

1. B.     Etiologi

1)      Adhesi ( perlekatan  usus  halus )  merupakan  penyebab 

tersering  ileus  obstruktif,  sekitar 50-70%  dari semua kasus.

Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal

sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi

yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari

pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya.

Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus

obstruktif di dalam masa anak-anak.

2)     Hernia  inkarserata  eksternal ( inguinal, femoral,

umbilikal, insisional,  atau  parastomal ) merupakan yang

terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan

Page 4: ileus

merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak

mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna

(paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen

Winslow) juga bisa menyebabkan hernia.

3)     Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat

menyebabkan   obstruksi   intralumen,  sedangkan tumor

metastase atau tumor intra abdominal dapat menyebabkan

obstruksi melalui kompresi eksternal.

4)     Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan

iskhemia terhadap bagian usus yang mengalami intususepsi.

Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus

dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.

5)      Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder

sampai inflamasi akut selama masa infeksi atau karena striktur

yang kronik.

6)     Volvulus sering  disebabkan oleh  adhesi  atau  kelainan 

kongenital, seperti  malrotasi  usus. Volvulus lebih sering

sebagai penyebab obstruksi usus besar.

7)     Batu   empedu   yang    masuk   ke  ileus.  Inflamasi   yang

berat     dari   kantong   empedu menyebabkan fistul dari

saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang

Page 5: ileus

menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal.

Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus,

umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal

yang menyebabkan obstruksi.

8)     Striktur yang  sekunder yang berhubungan dengan 

iskhemia, inflamasi,  terapi radiasi, atau trauma operasi.

9)      Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma,

intususepsi, atau penumpukan cairan.

10)  Benda asing, seperti bezoar

11)    Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus,

intususepsi, atau hernia Littre.

12)  Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik

pada ileum distalis dan kolon kanan sebagai akibat adanya

benda seperti mekonium

1. C.    Patofisiologi

Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus

adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi usus

tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional.

Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik

dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis

Page 6: ileus

peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya

hilang. Lumen usus yang tersumbat profesif akan terenggang

oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen

usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan

distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan

distensi maka tekanan intralumen meningkat, menyebabkan

penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi

iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang

peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari

usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis

septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka

kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam

melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan

menyebabkan kematian. (Pice and Wilson, hal 404).

Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik

yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau

mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan

penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut

menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi

pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada

bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan

pelebaran dinding usus (distensi).

Page 7: ileus

Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan

terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian

akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang

menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan

tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah

proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus

yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah.

Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini

menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntah-

muntah.

D. Manifestasi Klinik

1. Nyeri tekan pada abdomen.

2. Muntah.

3. Konstipasi (sulit BAB).

4. Distensi abdomen.

5. BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus (Kapita

Selekta, 2000, hal 318).

1. E.     Pemeriksaan Diagnostik

Page 8: ileus

Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara

lain:

ü  Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal

dari gas atau cairan             dalam usus.

ü  Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit

dan jumlah darah      lengkap) akan menunjukan gambaran

dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan        kemungkinan

infeksi.

ü  Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk

menegakkan diagnosa    obstruksi usus. Obstruksi mekanis

usus halus ditandai oleh udara dalam usus halus,     tetapi tidak

ada gas dalam usus. Bila foto fokus tidak memberi kesimpulan,

dilakukan radiogram barium untuk mengetahui tempat

obstruksi (Brunner and        Suddarth, 2001, hal 1121).

1. F.     Penatalaksanaan Bedah dan Medis

Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan

cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah

dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan

syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk

memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.

Ø  Obstruksi Usus Halus

Page 9: ileus

·         Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau

nasogastrik bermamfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus

halus.Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka strangulasi

yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan, sebelum

pembedahan, terapi intra vena diperlukan untuk mengganti

kehilangan cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan kalium).

·         Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus

tergantung penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari

obstruksi seperti hernia dan perlengketan. Tindakan

pembedahannya adalah herniotomi.

Ø  Obstruksi Usus Besar

·         Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi

dapat dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus.

Sekostomi, pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum,

dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk terhadap

pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi.

Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah reseksi bedah utntuk

mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara dan

permanen mungkin diperlukan.

G. Komplikasi

Page 10: ileus

1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium

sehinnga terjadi        peradangan atau infeksi yang hebat pada

intra abdomen.

2.  Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu

lama pada organ intra             abdomen.

3.  Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani

dengan baik dan      cepat.

4.  Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan

volume plasma.

(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1122).

KONSEP  KEPERAWATAN

 

            A.  Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan

sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi

status kesehatan klien. (Nursalam, 2001).

Page 11: ileus

1. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis

kelamin, agama, suku dan            gaya hidup.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama .

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat

dikaji. Pada             umumnya akan ditemukan klien merasakan

nyeri pada abdomennya biasanya terus        menerus, demam,

nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan kaku.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari

pertolongan, dikaji         dengan menggunakan pendekatan

PQRST :

P  : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.

Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang,

timbul atau                                 terus-             menerus.

R  : Di daerah mana gejala dirasakan

Page 12: ileus

S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai

skala                                    numeric 1 s/d       10.

T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat

dan                                        memperingan keluhan.

c. Riwayat kesehatan masa lalu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang

sama, riwayat      ketergantungan terhadap makanan/minuman,

zat dan obat-obatan.

d.  Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang

sama dengan klien.

3.Pemeriksan fisik

a.  Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelelahan dan ngantuk.

Tanda  : Kesulitan ambulasi

b. Sirkulasi

Page 13: ileus

Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)

c. Eliminasi

Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan

Flatus

Tanda  : Perubahan warna urine dan feces

d.  Makanan/cairan

Gejala : anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.

Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa

pecah-pecah. Kulit    buruk.

e.  Nyeri/Kenyamanan

Gejala  : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat

kolik.

Tanda   : Distensi abdomen dan nyeri tekan

f.   Pernapasan

Gejala   : Peningkatan frekuensi pernafasan,

Page 14: ileus

Tanda    : Napas pendek dan dangkal

g.   Diagnostik Test

·         Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas

abnormal dari gas                             dan cairan dalam usus.

·         Pemeriksaan simtologi

·         Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi

·         Leukosit: normal atau sedikit meningkat

·         Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan

Cl-  rendah

·         Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi

abdomen

·         Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari

penyebab (batu                                empedu, volvulus, hernia)

·         Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat

obstruktif.  (Doenges, Marilynn                           E, 2000)

            B.  Diagnosa Keperawatan

Page 15: ileus

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia (status kesehatan, resiko

perubahan pola hidup) dari individu atau kelompok dimana

perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan

memberi intervensi pasti untuk menjaga status kesehatan,

menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,

2000).

Diagnosa keperawatan merupakan respon klien terhadap

adanya masalah kesehatan. Oleh karena itu diagnosa

keperawatan berorientasi pada kebutuhan dasar manusia

berdasarkan teori kebutuhan dasar Abraham Maslow (Gaffar,

1996).

Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien

dengan ileus obstruksi  adalah sebagai berikut : (Doenges, M.E.

2001 dan Wong D.L)

1.  Nyeri b/d distensi abdomen dan adanya selang Nasogastrik

tube/ usus.

2.  Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan, mual dan

muntah.

3.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

b/d gangguan absorbsi nutrisi.

Page 16: ileus

4.  Kurang pengetahuan tentang kondisi/situasi, prognosis dan

kebutuhan pengobatan b/d kurangnya pemanjanan/mengingat,

kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber

informasi, keterbatasan kognitif.

1. D.    Rencana Keperawatan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi atau mengoreksi. Beberapa komponen

yang perlu diperhatikan untuk mengevaluasi tindakan

keperawatan meliputi menentukan prioritas, menentukan

kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan dokumentasi

(Nursalam, 2001, hal 52) Adapun renana tindakan dari

diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan

obstruksi usus antara lain:

1. Nyeri b/d distensi abdomen dan adanya selang

Nasogastrik tube/ usus.

Tujuan: Nyeri hilang/terkontrol, menunjukkan rileks.

Kriteria hasil :

·         Nyeri berkurang sampai hilang.

·         Ekspresi wajah rileks.

Page 17: ileus

·         TTV dalam batas normal.

·         Skala nyeri 3-0.

Intervensi:

a.Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-

10) dan faktor           pemberat/penghilang.

            Rasional: Nyeri distensi abdomen, dan mual.

Membiarkan pasien rentang   ketidaknyamanannya sendiri

membantu mengidentifikasi intervensi yang tepat dan         

mengevaluasi keefektifan analgesia.

b.Pantau tanda-tanda vital.

            Rasional: Respon autonomik meliputi perubahan pada

TD, nadi dan pernafasan,    yang berhubungan dengan

keluhan/penghilangan energi. Abnormalitas tanda vital        

terus menerus memerlukan evaluasi lanjut.

c. Memberikan tindakan kenyamanan. Mis: gosokan punggung,

pembebatan insisi selama perubahan posisi dan latihan

batuk/bernafas; lingkungan tenang. Anjurkan     penggunaan

bimbingan imajinasi, tehnik relaksasi. Berikan aktivitas hiburan.

            Rasional: Memberikan dukungan (fisik, emosional),

menurunkan tegangan otot,    meningkatkan relaksasi,

Page 18: ileus

mengfokuskan ulang perhatian, meningkatkan rasa kontrol  

dan kemampuan koping.

d. Palpasi kandung kemih terhadap distensi bila berkemih

ditunda. Tingkatkan       privasi dan gunakan tindakan

keperawatan untuk meningkatkan relaksasi bila bila          

pasien berupaya untuk berkemih. Tempatkan pada posisi semi-

fowler atau berdiri   sesuai kebutuhan.

            Rasional: Faktor psikologis dan nyeri dapat

meningkatkan tegangan otot. Posisi    tegak meningkatkan

tekanan intra-abdomen, yang dapat membantu dalam          

berkemih.

Kolaborasi :

e. Berikan analgesik, narkotik, sesuai indikasi.

            Rasional: Mengontrol/mengurangi nyeri untuk

meningkatkan istirahat dan             meningkatkan kerjasama

dengan aturan terapeutik.

f. Kateterisasi sesuai kebutuhan.

            Rasional: Kateterisasi tunggal/multifel dapat

digunakan untuk mengosongkan       kandung kemih sampai

fungsinya kembali.

Page 19: ileus

2. Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan,

mual dan muntah.

Tujuan: Volume cairan seimbang.

Kriteria hasil :

·         Klien mendapat cairan yang cukup untuk mengganti

cairan yang hilang.

·         Klien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat.

Intervensi:

a. Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan

peningkatan nadi, perubahan            TD, takipnea, dan

ketakutan. Periksa balutan dan luka dengan sering selama 24

jam     pertama terhadap tanda-tanda darah merah terang atau

bengkak insisi berlebihan.

            Rasional: Tanda-tanda awal hemoragi usus atau

pembentukan hematoma, yang     dapat menyebabkan syok

hipovolemik.

b. Palpasi nadi perifer, evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit

dan status membran mukosa.

Page 20: ileus

            Rasional: Memberi informasi tentang volume sirkulasi

umum dan tingkat hidrasi.

c. Perhatikan adanya edema.

            Rasional: Edema dapat terjadi kerena perpindahan

cairan berkenaan dengan          penurunan kadar albumin

serum/protein.

d. Pantau masukan dan haluaran, perhatikan haluaran urine,

berat jenis,. Kalkulasi keseimbangan 24 jam, dan timbang berat

badan setiap hari.

            Rasional: Indikator langsung dari hidrasi/perfusi organ

dan fungsi. Memberikan    pedoman untuk penggantian cairan.

e. Perhatikan adanya/ukur distensi abdomen.

            Rasional: Perpindahan cairan dari ruang vaskuler

menurunkan volume sirkulasi      dan merusak perfusi ginjal.

f. Observasi/catat kuantitas, jumlah dan karakter drainase NGT.

tes pH sesuai        indikasi. Anjurkan dan bantu dengan

perubahan posisi sering.

            Rasional: Haluaran cairan berlebihan dapat

menyebabkan ketidakseimbangan        eletrolit dan alkalosis

metabolik dengan kehilangan lanjut kalium oleh ginjal yang

berupaya untuk mengkompensasi. Hiperasiditas, ditunjukkan

Page 21: ileus

oleh pH kurang dari        5, menunjukkan pasien beresiko ulkus

stres. Pengubahan posisi mencegah             pembentukan

magenstrase di lambung, yang dapat  menyalurkan cairan

gastrik dan            udara melalui selang NGT ke dalam

duodenum.

Kolaborasi:

g.  Pertahankan potensi penghisap NGT/usus.

            Rasional: Meningkatkan dekompresi usus untuk

menurunkan distensi/tekanan di   garis jahitan dan menurunkan

mual/muntah, yang dapat menyertai      anastesia,manipulasi

usus atau kondisi yang sebelumnya ada, mis: kanker.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

gangguan absorbsi     nutrisi.

Tujuan: Berat badan stabil dan nutrisi teratasi.

Kriteria hasil :

·         Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.

·         Berat badan stabil.

·         Pasien tidak mengalami mual muntah.

Page 22: ileus

Intervensi:

a. Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi

kemampuan untuk mencerna           makanan, mis: status

puasa, mual, ileus paralitik setelah selang dilepas.

            Rasional: Mempengaruhi pilihan intervensi.

b. Auskultasi bising usus; palpasi abdomen; catat pasase flatus.

            Rasional: Menentukan kembalinya peristaltik

(biasanya dalam 2-4 hari).

c. Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari pasien.

Anjurkan pilihan makanan             tinggi protein dan vitamin C.

            Rasional: Meningkatkan kerjasama pasien dengan

aturan diet. Protein/vitamin C   adalah kontributor utuma untuk

pemeliharaan jaringan dan perbaikan. Malnutrisi         adalah

fator dalam menurunkan pertahanan terhadap infeksi.

d. Observasi terhadap terjadinya diare; makanan bau busuk

dan  berminyak.

            Rasional: Sindrom malabsorbsi dapat terjadi setelah

pembedahan usus halus,         memerlukan evaluasi lanjut dan

perubahan diet, mis: diet rendah serat.

Kolaborasi :

Page 23: ileus

e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Antimetik, mis:

proklorperazin         (Compazine). Antasida dan inhibitor

histamin, mis: simetidin (tagamet).

            Rasional: Mencegah muntah. Menetralkan atau

menurunkan pembentukan asam    untuk mencegah erosi

mukosa dan kemungkinan ulserasi.

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi/situasi,

prognosi dan kebutuhan         pengobatan b/d kurangnya

pemanjanan/mengingat, kesalahan interpretasi        

informasi, tidak mengenal sumber informasi,

keterbatasan kognitif.

Tujuan: Menyatakan paham terhadap proses penyakitnya.

Kriteria hasil :

·         Klien dan keluarga mengetahui penyakit yang diderita

·         Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses belajar

·         Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses

pengobatan

Intervensi:

Page 24: ileus

a. Diskusikan pentingnya masukan cairan adekuat dan

kebutuhan diet.

            Rasional: Meningkatkan penyembuhan dan

normalisasi fungsi usus.

b. Tinjau ulang perawatan selang gastrostomi bila pasien

dipulangkan dengan alat ini.

            Rasional: Meningkatkan kemandirian dan

meningkatkan kemampuan perawatan   diri.

c. Tinjau perawatan kulit disekitar selang.

            Rasional: Membantu mencegah kerusakan kulit dan

menurunkan resiko infeksi.

d. Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi

medis, mis demam        menetap, bengkak, eritema, atau

terbukanya tepi luka, perubahan karakteristik   drainase.

            Rasional: Pengenalan dini dari komplikasi dan

intervensi segera dapat mencegah   progresi situasi serius dan

mengancam hidup.

e.  Tinjau ulang keterbatasan/pembatasan aktivitas, mis: tidak

mengangkat benda   berat selama 6-8 minggu dan menghindari

latihan dan olahraga keras.

            Rasional: Menurunkan resiko pembentukan hernia.

Page 25: ileus

 

DAFTAR PUSTAKA

1. Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan

Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran, EGC.

2. Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan

Gangguan System Kardiovaskular dan Hematologi.

Jakarta : Salemba Medika.

3. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan

Medikal Bedah.  Jakarta : EGC.

4. Setiawan, Wawan. 2010. Intervensi dan Rasional Ileus

Obstruktif. (http://wawanjokamblog.blogspot.com/ Diakses

tanggal 11 Januari 2011).

5. Zwani. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan

Obstruksi

Usu

s(http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/obstruksi-

usus.htmlDiakses tanggal 11 Januari 2011).

6. Harnawati. 2008. Obstruksi Usus.

(http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/obstruksi-

usus/Diakses tanggal 11 Januari 2011).

Page 26: ileus

7. Vanilow, Barry. 2010. Askep Ileus Obstruksi .

(http://barryvanilow.blogspot.com//. Diakses tanggal 11

Januari 2011).