Upload
noveldy-pitna
View
8
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ileus
Citation preview
1. A. Definisi Ileus Obstruktif
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus.
Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total.
Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat
karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari
obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus
merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini
dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap
hidup.
Ada dua tipe obstruksi yaitu :
1. Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi
oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada
hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari.
Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis,
obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan
abses.
2. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami
paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu
mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi
otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau
gangguan neurologis seperti penyakit parkinson.
Beberapa pengertian obstruksi usus dan ileus obstruksi
menurut para ahli, yaitu:
v Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang
mencegah aliran normal melalui saluran pencernaan. (Brunner
and Suddarth, 2001).
v Obstruksi usus adalah gangguan isi usus disepanjang saluran
usus (Patofisiologi vol 4, hal 403).
v Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus
sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001).
v Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya
normal (Reeves, 2001).
v Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang
menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat
secara mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).
v Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada
usus dimana merupakan penyumbatan yang sama
sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara,
2007).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi
usus adalah sumbatan total atau parsial yang menghalangi
aliran normal melalui saluran pencernaan atau gangguan usus
disepanjang usus. Sedangkan Ileus obstruktif adalah kerusakan
atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan
mekanik.
1. B. Etiologi
1) Adhesi ( perlekatan usus halus ) merupakan penyebab
tersering ileus obstruktif, sekitar 50-70% dari semua kasus.
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi
yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari
pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya.
Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus
obstruktif di dalam masa anak-anak.
2) Hernia inkarserata eksternal ( inguinal, femoral,
umbilikal, insisional, atau parastomal ) merupakan yang
terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan
merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak
mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna
(paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen
Winslow) juga bisa menyebabkan hernia.
3) Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat
menyebabkan obstruksi intralumen, sedangkan tumor
metastase atau tumor intra abdominal dapat menyebabkan
obstruksi melalui kompresi eksternal.
4) Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan
iskhemia terhadap bagian usus yang mengalami intususepsi.
Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus
dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
5) Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder
sampai inflamasi akut selama masa infeksi atau karena striktur
yang kronik.
6) Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan
kongenital, seperti malrotasi usus. Volvulus lebih sering
sebagai penyebab obstruksi usus besar.
7) Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang
berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari
saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal.
Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus,
umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal
yang menyebabkan obstruksi.
8) Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan
iskhemia, inflamasi, terapi radiasi, atau trauma operasi.
9) Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma,
intususepsi, atau penumpukan cairan.
10) Benda asing, seperti bezoar
11) Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus,
intususepsi, atau hernia Littre.
12) Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik
pada ileum distalis dan kolon kanan sebagai akibat adanya
benda seperti mekonium
1. C. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus
adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi usus
tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional.
Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik
dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis
peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya
hilang. Lumen usus yang tersumbat profesif akan terenggang
oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen
usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan
distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan
distensi maka tekanan intralumen meningkat, menyebabkan
penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi
iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang
peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari
usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis
septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka
kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam
melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan
menyebabkan kematian. (Pice and Wilson, hal 404).
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik
yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau
mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut
menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi
pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada
bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan
pelebaran dinding usus (distensi).
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan
terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian
akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang
menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan
tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah
proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus
yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah.
Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini
menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntah-
muntah.
D. Manifestasi Klinik
1. Nyeri tekan pada abdomen.
2. Muntah.
3. Konstipasi (sulit BAB).
4. Distensi abdomen.
5. BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus (Kapita
Selekta, 2000, hal 318).
1. E. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara
lain:
ü Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal
dari gas atau cairan dalam usus.
ü Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit
dan jumlah darah lengkap) akan menunjukan gambaran
dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan
infeksi.
ü Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk
menegakkan diagnosa obstruksi usus. Obstruksi mekanis
usus halus ditandai oleh udara dalam usus halus, tetapi tidak
ada gas dalam usus. Bila foto fokus tidak memberi kesimpulan,
dilakukan radiogram barium untuk mengetahui tempat
obstruksi (Brunner and Suddarth, 2001, hal 1121).
1. F. Penatalaksanaan Bedah dan Medis
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan
cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah
dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan
syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk
memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
Ø Obstruksi Usus Halus
· Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau
nasogastrik bermamfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus
halus.Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka strangulasi
yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan, sebelum
pembedahan, terapi intra vena diperlukan untuk mengganti
kehilangan cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan kalium).
· Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus
tergantung penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari
obstruksi seperti hernia dan perlengketan. Tindakan
pembedahannya adalah herniotomi.
Ø Obstruksi Usus Besar
· Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi
dapat dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus.
Sekostomi, pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum,
dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk terhadap
pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi.
Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah reseksi bedah utntuk
mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara dan
permanen mungkin diperlukan.
G. Komplikasi
1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium
sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada
intra abdomen.
2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu
lama pada organ intra abdomen.
3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani
dengan baik dan cepat.
4. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan
volume plasma.
(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1122).
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi
status kesehatan klien. (Nursalam, 2001).
1. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku dan gaya hidup.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama .
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat
dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan
nyeri pada abdomennya biasanya terus menerus, demam,
nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan kaku.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan
PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang,
timbul atau terus- menerus.
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai
skala numeric 1 s/d 10.
T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat
dan memperingan keluhan.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang
sama, riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman,
zat dan obat-obatan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang
sama dengan klien.
3.Pemeriksan fisik
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelelahan dan ngantuk.
Tanda : Kesulitan ambulasi
b. Sirkulasi
Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)
c. Eliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan
Flatus
Tanda : Perubahan warna urine dan feces
d. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa
pecah-pecah. Kulit buruk.
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat
kolik.
Tanda : Distensi abdomen dan nyeri tekan
f. Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda : Napas pendek dan dangkal
g. Diagnostik Test
· Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas
abnormal dari gas dan cairan dalam usus.
· Pemeriksaan simtologi
· Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi
· Leukosit: normal atau sedikit meningkat
· Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan
Cl- rendah
· Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi
abdomen
· Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari
penyebab (batu empedu, volvulus, hernia)
· Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat
obstruktif. (Doenges, Marilynn E, 2000)
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia (status kesehatan, resiko
perubahan pola hidup) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberi intervensi pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,
2000).
Diagnosa keperawatan merupakan respon klien terhadap
adanya masalah kesehatan. Oleh karena itu diagnosa
keperawatan berorientasi pada kebutuhan dasar manusia
berdasarkan teori kebutuhan dasar Abraham Maslow (Gaffar,
1996).
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien
dengan ileus obstruksi adalah sebagai berikut : (Doenges, M.E.
2001 dan Wong D.L)
1. Nyeri b/d distensi abdomen dan adanya selang Nasogastrik
tube/ usus.
2. Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan, mual dan
muntah.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d gangguan absorbsi nutrisi.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi/situasi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan b/d kurangnya pemanjanan/mengingat,
kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber
informasi, keterbatasan kognitif.
1. D. Rencana Keperawatan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi atau mengoreksi. Beberapa komponen
yang perlu diperhatikan untuk mengevaluasi tindakan
keperawatan meliputi menentukan prioritas, menentukan
kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan dokumentasi
(Nursalam, 2001, hal 52) Adapun renana tindakan dari
diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
obstruksi usus antara lain:
1. Nyeri b/d distensi abdomen dan adanya selang
Nasogastrik tube/ usus.
Tujuan: Nyeri hilang/terkontrol, menunjukkan rileks.
Kriteria hasil :
· Nyeri berkurang sampai hilang.
· Ekspresi wajah rileks.
· TTV dalam batas normal.
· Skala nyeri 3-0.
Intervensi:
a.Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-
10) dan faktor pemberat/penghilang.
Rasional: Nyeri distensi abdomen, dan mual.
Membiarkan pasien rentang ketidaknyamanannya sendiri
membantu mengidentifikasi intervensi yang tepat dan
mengevaluasi keefektifan analgesia.
b.Pantau tanda-tanda vital.
Rasional: Respon autonomik meliputi perubahan pada
TD, nadi dan pernafasan, yang berhubungan dengan
keluhan/penghilangan energi. Abnormalitas tanda vital
terus menerus memerlukan evaluasi lanjut.
c. Memberikan tindakan kenyamanan. Mis: gosokan punggung,
pembebatan insisi selama perubahan posisi dan latihan
batuk/bernafas; lingkungan tenang. Anjurkan penggunaan
bimbingan imajinasi, tehnik relaksasi. Berikan aktivitas hiburan.
Rasional: Memberikan dukungan (fisik, emosional),
menurunkan tegangan otot, meningkatkan relaksasi,
mengfokuskan ulang perhatian, meningkatkan rasa kontrol
dan kemampuan koping.
d. Palpasi kandung kemih terhadap distensi bila berkemih
ditunda. Tingkatkan privasi dan gunakan tindakan
keperawatan untuk meningkatkan relaksasi bila bila
pasien berupaya untuk berkemih. Tempatkan pada posisi semi-
fowler atau berdiri sesuai kebutuhan.
Rasional: Faktor psikologis dan nyeri dapat
meningkatkan tegangan otot. Posisi tegak meningkatkan
tekanan intra-abdomen, yang dapat membantu dalam
berkemih.
Kolaborasi :
e. Berikan analgesik, narkotik, sesuai indikasi.
Rasional: Mengontrol/mengurangi nyeri untuk
meningkatkan istirahat dan meningkatkan kerjasama
dengan aturan terapeutik.
f. Kateterisasi sesuai kebutuhan.
Rasional: Kateterisasi tunggal/multifel dapat
digunakan untuk mengosongkan kandung kemih sampai
fungsinya kembali.
2. Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan,
mual dan muntah.
Tujuan: Volume cairan seimbang.
Kriteria hasil :
· Klien mendapat cairan yang cukup untuk mengganti
cairan yang hilang.
· Klien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat.
Intervensi:
a. Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan
peningkatan nadi, perubahan TD, takipnea, dan
ketakutan. Periksa balutan dan luka dengan sering selama 24
jam pertama terhadap tanda-tanda darah merah terang atau
bengkak insisi berlebihan.
Rasional: Tanda-tanda awal hemoragi usus atau
pembentukan hematoma, yang dapat menyebabkan syok
hipovolemik.
b. Palpasi nadi perifer, evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit
dan status membran mukosa.
Rasional: Memberi informasi tentang volume sirkulasi
umum dan tingkat hidrasi.
c. Perhatikan adanya edema.
Rasional: Edema dapat terjadi kerena perpindahan
cairan berkenaan dengan penurunan kadar albumin
serum/protein.
d. Pantau masukan dan haluaran, perhatikan haluaran urine,
berat jenis,. Kalkulasi keseimbangan 24 jam, dan timbang berat
badan setiap hari.
Rasional: Indikator langsung dari hidrasi/perfusi organ
dan fungsi. Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
e. Perhatikan adanya/ukur distensi abdomen.
Rasional: Perpindahan cairan dari ruang vaskuler
menurunkan volume sirkulasi dan merusak perfusi ginjal.
f. Observasi/catat kuantitas, jumlah dan karakter drainase NGT.
tes pH sesuai indikasi. Anjurkan dan bantu dengan
perubahan posisi sering.
Rasional: Haluaran cairan berlebihan dapat
menyebabkan ketidakseimbangan eletrolit dan alkalosis
metabolik dengan kehilangan lanjut kalium oleh ginjal yang
berupaya untuk mengkompensasi. Hiperasiditas, ditunjukkan
oleh pH kurang dari 5, menunjukkan pasien beresiko ulkus
stres. Pengubahan posisi mencegah pembentukan
magenstrase di lambung, yang dapat menyalurkan cairan
gastrik dan udara melalui selang NGT ke dalam
duodenum.
Kolaborasi:
g. Pertahankan potensi penghisap NGT/usus.
Rasional: Meningkatkan dekompresi usus untuk
menurunkan distensi/tekanan di garis jahitan dan menurunkan
mual/muntah, yang dapat menyertai anastesia,manipulasi
usus atau kondisi yang sebelumnya ada, mis: kanker.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
gangguan absorbsi nutrisi.
Tujuan: Berat badan stabil dan nutrisi teratasi.
Kriteria hasil :
· Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.
· Berat badan stabil.
· Pasien tidak mengalami mual muntah.
Intervensi:
a. Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi
kemampuan untuk mencerna makanan, mis: status
puasa, mual, ileus paralitik setelah selang dilepas.
Rasional: Mempengaruhi pilihan intervensi.
b. Auskultasi bising usus; palpasi abdomen; catat pasase flatus.
Rasional: Menentukan kembalinya peristaltik
(biasanya dalam 2-4 hari).
c. Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari pasien.
Anjurkan pilihan makanan tinggi protein dan vitamin C.
Rasional: Meningkatkan kerjasama pasien dengan
aturan diet. Protein/vitamin C adalah kontributor utuma untuk
pemeliharaan jaringan dan perbaikan. Malnutrisi adalah
fator dalam menurunkan pertahanan terhadap infeksi.
d. Observasi terhadap terjadinya diare; makanan bau busuk
dan berminyak.
Rasional: Sindrom malabsorbsi dapat terjadi setelah
pembedahan usus halus, memerlukan evaluasi lanjut dan
perubahan diet, mis: diet rendah serat.
Kolaborasi :
e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Antimetik, mis:
proklorperazin (Compazine). Antasida dan inhibitor
histamin, mis: simetidin (tagamet).
Rasional: Mencegah muntah. Menetralkan atau
menurunkan pembentukan asam untuk mencegah erosi
mukosa dan kemungkinan ulserasi.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi/situasi,
prognosi dan kebutuhan pengobatan b/d kurangnya
pemanjanan/mengingat, kesalahan interpretasi
informasi, tidak mengenal sumber informasi,
keterbatasan kognitif.
Tujuan: Menyatakan paham terhadap proses penyakitnya.
Kriteria hasil :
· Klien dan keluarga mengetahui penyakit yang diderita
· Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses belajar
· Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses
pengobatan
Intervensi:
a. Diskusikan pentingnya masukan cairan adekuat dan
kebutuhan diet.
Rasional: Meningkatkan penyembuhan dan
normalisasi fungsi usus.
b. Tinjau ulang perawatan selang gastrostomi bila pasien
dipulangkan dengan alat ini.
Rasional: Meningkatkan kemandirian dan
meningkatkan kemampuan perawatan diri.
c. Tinjau perawatan kulit disekitar selang.
Rasional: Membantu mencegah kerusakan kulit dan
menurunkan resiko infeksi.
d. Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi
medis, mis demam menetap, bengkak, eritema, atau
terbukanya tepi luka, perubahan karakteristik drainase.
Rasional: Pengenalan dini dari komplikasi dan
intervensi segera dapat mencegah progresi situasi serius dan
mengancam hidup.
e. Tinjau ulang keterbatasan/pembatasan aktivitas, mis: tidak
mengangkat benda berat selama 6-8 minggu dan menghindari
latihan dan olahraga keras.
Rasional: Menurunkan resiko pembentukan hernia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran, EGC.
2. Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan System Kardiovaskular dan Hematologi.
Jakarta : Salemba Medika.
3. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
4. Setiawan, Wawan. 2010. Intervensi dan Rasional Ileus
Obstruktif. (http://wawanjokamblog.blogspot.com/ Diakses
tanggal 11 Januari 2011).
5. Zwani. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Obstruksi
Usu
s(http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/obstruksi-
usus.htmlDiakses tanggal 11 Januari 2011).
6. Harnawati. 2008. Obstruksi Usus.
(http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/obstruksi-
usus/Diakses tanggal 11 Januari 2011).
7. Vanilow, Barry. 2010. Askep Ileus Obstruksi .
(http://barryvanilow.blogspot.com//. Diakses tanggal 11
Januari 2011).