Upload
rahmah-a-dianingrum
View
506
Download
20
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II
Topik : Amalgam
Grup : A10
Tgl. Praktikum : 26 September 2012
Pembimbing : Asti Meizarini, drg., MS
Penyusun :
1. Chana Ulum Rizqona 021111055
2. Miralda Yessa Bella 021111056
3. Rizki Widyakartika Y. 021111057
4. Nur Indah Metikasari 021111058
5. Rahmah Ayu D. 021111059
DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012
1
AMALGAM
1. Tujuan
a. Mahasiswa mampu melakukan manipulasi bahan restorasi amalgam dengan
benar menggunakan perbandingan antara bubuk amalgam dengan merkuri
tepat
b. Mahasiswa mampu membedakan antara hasil triturasi bahn restorasi
amalgam secara manual dengan mekanik
c. Mahasiswa mampu melakukan aplikasi bahan restorasi amalgam dalam
kavitas (cetakan model) dengan tepat
2. Manipulasi Amalgam
2.1. Bahan
a. Bubuk Amalgam
b. Cairan merkuri
2.2. Alat
a. Mortar dan pestle amalgam
b. Kondenser amalgam
c. Kain kasa
d. Pistol Amalgam
e. Cetakan model
f. Dispenser bubuk amalgam
g. Dispenser cairan merkuri
h. Stopwatch
i. Sonde
2
j. Spatula Semen
k. Brander
l. Burnisher
m. Pinset
n. Pisau model
2.3. Cara Kerja
2.3.1 Triturasi secara manual
1. Persiapan alat dan bahan
Gambar 2.1 : Gambar alat-alat dan bahan.
2. Bubuk amalgam dikeluarkan dari dispenser sebanyak
beberapa kali tekanan (arah tegak lurus) dimasukkan ke
dalam mortar.
3
Gambar 2.2: Bubuk dikeluarkan dari dispenser amalgam dan ditimbang
di atas timbangan.
3. Cairan merkuri dikeluarkan dari dispenser sebanyak 1 kali
tekanan (arah tegak lurus) dimasukkan dalam mortar yang
telah berisi bubuk amalgam.
Gambar 2.3 : proses pencampuran bubuk amalgam dan cairan merkuri
ke dalam mortar.
4
Gambar 2.4 : pengadukan amalgam secara manual.
4. Bubuk amalgam dan cairan diaduk dengan cara menekan
pestle pada dinding mortar (pen-type-ring) dengan
memutar sampai homogen selama 60 detik. Pada saat
mulai pengadukan waktu dicatat.
5. Adonan yang telah diaduk dimasukkan ke dalam kain kasa,
kelebihan merkuri dikeluarkan dengan cara memeras dalam
kain kasa . Kain kasa dijepit kuat dengan pinset kemudian
kain kasa diputar dan digerakkan ke atas, maka sisa merkuri
akan keluar dari kasa. Hal ini seharusnya dilakukan
beberapa kali hingga tak ada yang tersisa dari kain kasa.
Gambar 2.5 : Amalgam yang telah diletakkan dalam kasa kemudian
diperas dengan pinset.
6. Adonan dari kain kasa diambil dengan amalgam pistol
dimasukkan ke dalam cetakan model. Penempatan adonan
amalgam dalam cetakan model sedikit demi sedikit sambil
melakukan kondensasi menggunakan kondensor sampai
5
adonan padat. Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang
sampai cetakan model penuh, kemudian dihaluskan dengn
burnisher. Kekerasan model diamati dengan menggurat
permukaan amalgam menggunakan sonde.
Gambar 2.6 : Amalgam yang tersisa dalam kasa diambil menggunakan
amalgam pistol.
Gambar 2.7 : Amalgam yang telah dimasukan ke dalam cetakan dan
digurat menggunakan sonde dan dihaluskan dengan
burnisher dan diamati waktu kekerasannya.
7. Amalgam ditunggu sampai mengeras. Waktu yang
diperlukan sampai amalgam mengeras dicatat.
2.3.2 Triturasi dengan cara mekanik
1. Sambungkan listrik amalgamator ke sumber listrik.
6
Gambar 2.8 : Gambar amalgamator.
2. Bubuk amalgam dan merkuri ditimbang 1:1,dimasukkan ke
dalam kapsul.
3. Kapsul diletakkan di tempat pengaduk pada amalgamator
dengan tepat.
Gambar 2.9 : Proses Amalgamator yang bergerak memutar kapsul
amalgam.
4. Tentukan waktu pengadukan 20 detik. Tentukam
kecepatan pengadukan dengan menekan tombol High.
Kemudian tombol ON dinyalakan.
5. Triturasi dilakukan sesuai waktu yang ditentukan,
selanjutnya kapsul dikeluarkan dari amalgamator. Kapsul
dibuka dan amalgam diletakkan di atas kain kasa, kemudian
diperas.
6. Adonan dari kain kasa diambil dengan amalgam pistol
dimasukkan ke dalam cetakan model. Penempatan adonan
amalgam dalam cetakan model sedikit demi sedikit sambil
7
melakukan kondensasi menggunakan kondensor sampai
adonan padat. Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang
sampai cetakan model penuh, kemudian dihaluskan dengn
burnisher.
7. Kekerasan model diamati dengan menggurat permukaan
amalgam menggunakan sonde. Polishing dilakukan
minimal 24 jam setelah amalgam mengeras.
3. Hasil Praktikum
Tabel 3.1. Hasil pengamatan setting time amalgam
No Jenis Triturasi Waktu Triturasi Setting time
1. Manual 1 60 detik 14 menit
2. Manual 2 60 detik 23 menit 12 detik
3. Mekanik 20 detik > 35 menit
Pada praktikum amalgam dilakukan manipulasi dalam pengadukan
yaitu dengan dua kali cara manual dan satu kali cara mekanik atau pengadukan
menggunakan mesin amalgamator. Bubuk amalgam dan merkuri yang
digunakan baik cara manual maupun mekanik menggunakan rasio 1:1. Setelah
dilakukan percobaan menghasilkan data yaitu, triturasi secara manual selama
60 detik dimasukkan ke dalam cetakan model dan dilakukan kondensasi serta
burnishing membutuhkan waktu 14 menit untuk mengeras. Sedangkan pada
percobaan dengan triturasi manual kedua dengan waktu yang sama
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengeras dan tidak dapat
diburnishing lagi, yaitu 23 menit 12 detik. Kemudian pada percobaan terakhir
8
yaitu dengan cara mekanik selama 20 detik membutuhkan lebih dari 35 menit
untuk mengeras.
4. Pembahasan
Amalgam terdiri dari campuran dari dua atau lebih logam, salah satunya
adalah merkuri. Dental amalgam pada dasarnya terdiri dari merkuri yang
dikombinasikan dengan bubuk alloy perak-timah. Pada suhu kamar, merkuri
berwujud cair dan dapat bercampur dengan alloy. Reaksi antara merkuri dan
alloy disebut sebagai reaksi amalgamasi. Reaksi ini menghasilkan bahan
restoratif yang keras dan berwarna perak keabu-abuan. (McCabe 2008, hal 181)
Amalgam telah diterima sebagai bagian dari terapi gigi selama lebih
dari 150 tahun. Amalgam masih digunakan untuk lebih dari 75% dari restorasi
langsung gigi posterior saat ini. Alasan masih banyaknya penggunaan amalgam
terletak pada kemudahan manipulasi, biaya yang relatif rendah, dan awet.
(O’Brien 2002, hal 175) Tetapi setelah berkembangnya keramik dan resin
maka popularitas amalgam semakin menurun dikarenakan tingkat
keselamatannya yang sering meragukan. (McCabe 2008, hal 181)
a. Komposisi
Merkuri yang digunakan dalam dental amalgam adalah merkuri yang
telah dimurnikan dengan cara distilasi. Komposisi bubuk alloy untuk dental
amalgam dikendalikan oleh Standar ISO (ISO 1559). (McCabe 2008, hal 181)
Tabel 4.1 Compositional limits of dental amalgam alloys specified in ISO 1559
9
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa komponen utama dari alloy
adalah perak, timah dan tembaga. Sebagian kecil seng, merkuri dan logam lain
seperti indium atau paladium mungkin juga terkandung pada beberapa alloy.
Perak dan timah yang digunakan adalah senyawa Ag3Sn. Senyawa ini, yang
dikenal sebagai fase γ (gamma) dari sistem perak-timah, dibentukdengan
komposisi kecil dan sangat menguntungkan karena mudah mengalami reaksi
penggabungan dengan merkuri. Alloy terbentuk dari logam yang mencair
secara bersama-sama. Pada peningkatan suhu yang diperlukan untuk tujuan ini
ada kecenderungan untuk terjadinya oksidasi. Oksidasi dari timah, tembaga
atau perak akan mempengaruhi sifat dari alloy dan amalgam. Seng akan
bereaksi dengan oksigen yang tersedia dan membentuk kerak seng oksida yang
mudah dihapus. Sekarang ini sudah banyak alloy yang bebas kandungan seng.
Oksidasi saat pencairan dicegah dengan melakukan prosedur dalam suasana
inert. (McCabe 2008, hal 181)
Mayoritas bubuk alloy tidak mengandung merkuri. Produk-produk yang
mengandung sampai dengan 3% merkuri disebut sebagai pre-amalgamated
alloy. Alloy ini akan bereaksi lebih cepat bila dicampur dengan merkuri.
(McCabe 2008, hal 181)
Bentuk dan ukuran partikel serbuk alloy bervariasi dari satu produk ke
produk lain. Terdapat dua metode yang biasanya digunakan untuk
menghasilkan partikel. Pertama,dengan proses prehomogenized. Dari proses ini
akan dihasilkan alloy lathe-cut yang bentuknya tidak teratur. Kedua, atomisasi.
Partikel yang dihasilkan dengan cara ini berbentuk spherical atau spheroidal.
(McCabe 2008, hal 182)
Klasifikasi umum pada alloy dental amalgam adalah: (O’Brien 2002,
hal 176)
10
b. Reaksi
Ketika bubuk alloy dan merkuri bercampur, mercury berdifusi ke dalam
partikel alloy. Produk-produk reaktan mengkristal untuk memberikan fase baru
dalam amalgam yang telah setting. (McCabe 2008, hal 183)
Skema reaksi yang terjadi dalam amalgam alloy konvensional yaitu:
Ag3Sn + Hg Ag2Hg3 + Sn7-8Hg + Ag3Sn
γ + Hg γ 1 + γ 2 + γ
Untuk alloy yang mengandung tembaga, reaksi yang terjadi adalah:
Ag3Sn + Cu + Hg Ag2Hg3 + Cu6Sn5 + Ag3Sn
γ +Cu + Hg γ 1 + η + γ
Perbedaan penting antara reaksi ini dan sebelumnya adalah penggantian
γ2 dalam produk reaksi dengan fase tembaga-timah. Fase tembaga-timah yang
mungkin terbentuk adalah Cu6Sn5 (η fase) atau Cu3Sn (ε fase) tergantung pada
alloynya.
Dalam kasus dispersi-dimodifikasi, bahan yang diperkaya tembaga,
diyakini bahwa partikel konvensional lathe-cut alloy awalnya bereaksi
membentuk γ1 dan γ2. Tahap γ2 kemudian bereaksi dengan tembaga dari
eutektik perak-tembaga untuk membentuk fase tembaga-timah. Dengan
demikian, peran γ2 adalah sebagai perantara. (McCabe 2008, hal 184)
Pada percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa triturasi
mempengaruhi setting time amalgam. Tetapi dari hasil yang diperoleh
didapatkan perbedaan dengan teori yang ada, yaitu semakin cepat triturasi
maka adonan yang dihasilkan semakin homogen dan setting time akan semakin
cepat. Seharusnya pengadukan yang dilakukan secara mekanik akan
menyebabkan amalgam lebih cepat setting dibanding dengan cara manual.
11
Meskipun homegenitas adonan yang diperoleh telah sesuai dengan teori,
namun setting time yang diperlukan dalam percobaan adalah semakin cepat
triturasi yang dilakukan menyebabkan setting time yang semakin lama.
Hal tersebut kemungkinan disebabkan tidak validnya rasio pada kapsul
amalgam. Karena kapsul amalgam tidak dilakukan pengukuran sendiri yaitu
telah tersedia dari pabrik sehingga tidak dapat dipastikan bahwa rasio bubuk
amalgam dan merkuri adalah 1:1. Sedangkan perbedaan yang cukup besar pada
kedua triturasi manual yaitu 14 menit dengan 23 meit 12 detik kemungkinan
dikarenakan cepat pengadukan masing masing adonan tidak sama dan tidak
stabil. Pengadukan secara manual pertama lebih cepat dibandingkan dengan
pengadukan secara manual pada percobaan kedua.
Sedangkan setting time yang diperlukan diharapkan tidak terlalu lama,
karena jika setting time terlalu lama akan membuat pasien tidak nyaman. Pada
percobaan waktu amalgam mengeras cukup lama disebabkan saat adonan
amalgam diperas tidak mengeluarkan cairan merkuri. Hal tersebut berarti
cairan merkuri tetap berada dalam cairan dan menyebabkan amalgam lebih
lama mengeras meskipun dalam pemasukan adonan ke dalam cetakan model
telah dilakukan kondensasi dengan tujuan cairan merkuri naik keatas bahkan
menempel pada kondensor.
5. Kesimpulan
a. Amalgam merupakan bahan restorasi yang berasal dari logam campur yaitu
merkuri dengan logam lain.
b. Triturasi mempengaruhi setting time amalgam. Semakin cepat triturasi
maka semakin cepat pula setting time.
c. Setting time amalgam dipengaruhi oleh rasio bubuk amalgam dengan cairan
merkuri. Rasio yang tepat untuk manipulasi amalgam adalah 1:1.
6. Daftar Pustaka
1. Mc Cabe and Walls. 2008. Applied Dental Material. 9th ed. Blackwell
Science publ. Hal. 181-4
12
2. O’Brian W. J. 2002. Dental Material and Their Selection. 3rd ed.
Michigan. Quintessence Publishing Co Inc. Hal. 175-6
13