Imunisasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

imunisasi

Citation preview

BAB IPENDAHULUANImunisasi merupakan pencegahan primer terhadap penyakit infeksi yang paling efektif dan murah. Imunisasi bukan saja dapat melindungi individu dari penyakit yang serius namun dapat juga menghindari tersebarnya penyakit menular. World Health Organization (WHO) dan United Nations International Childrens Emergency Fund (UNICEF) mencanangkan Global Immunization Vision and Strategy (GIVS) yaitu rancangan kerja 10 tahun untuk mencegah penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi. Sasaran GIVS hingga tahun 2010 adalah meningkatkan cakupan imunisasi negara sekurang-kurangnya 90% cakupan imunisasi nasional dan sekurang-kurangnya 80% cakupan imunisasi dalam setiap distrik atau daerah administratif untuk mengetahui pemerataan penyebaran imunisasi pada semua anak.1Data mutakhir dari Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, dan Kesehatan Matra, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Indonesia pada tanggal 27 mei 2008 menunjukkan angka cakupan imunisasi di indonesia pada tahun 2007 adalah campak 89,5%, DTP-3 90,4%, polio-4 87,4%, dan hepatitis B-3 mencapai 91%. Menurut RISKESDA (Riset Kesehatan Daerah) 2008 angka cakupan imunisasi DTP-3 tertingi di DI Yogyakarta mencapai 90%, terendah di Sulawesi Barat 47%, sedangkan di Jakarta mencapai 69%. 1Di negara berkembang penyebab kematian terbesar adalah penyakit infeksi. Salah satu usaha pencegahan terhadap timbulnya penyakit infeksi adalah dengan melaksanakan imunisasi. Dari segi ekonomi, pencegahan adalah suatu cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh lebih murah daripada mengobati. Imunisasi merupakan upaya pencegahan primer yaitu upaya untuk menghindari terjadinya sakit atau kejadian yang mengakibatkan seseorang sakit atau menderita cedera dan cacat. Pemberian imunisasi tidak hanya memberikan pencegahan terhadap orang yang di imunisasi, tetapi akan memberikan dampak yang jauh lebih luas karena akan mencegah terjadinya penularan yang luas dengan adanya peningkatan imunitas secara umum di masyarakat. 1Imunisasi telah diakui sebagai upaya pencegahan suatu penyakit infeksi yang paling sempurna dan berdampak pada peningkatan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan akan vaksin makin meningkat seiring dengan keinginan dunia untuk mencegah berbagai penyakit yang dapat menimbulkan kecacatan dan kematian. Peningkatan kebutuhan vaksin telah ditunjang dengan upaya perbaikan dalam produksi vaksin guna meningkatkan efektifitas dan keamanan. 1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. DEFINISI Imunisasi berasal dari kata imun yang berati resisten atau kebal. Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk ke dalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman.2,3Imunisasi dapat dilakukan pada orang dewasa ataupun anak-anak, pada anak-anak karena sistem imun yang belum sempurna, sedangkan pada usia 60 tahun terjadi penurunan sistem imun nonspesifik seperti produksi air mata menurun, mekanisme batuk tidak efektif, gangguan pengaturan suhu, dan perubahan sel sistem imun, baik seluler maupun hormonal. Dengan demikian usia lanjut kebih rentan terhadap infeksi, namun usia lanjut masih menunjukan respon yang baik terhadap polisakarida bakteri, sehingga pemberian vaksin dapat mmeningkat antibodi dengan efektif. 2,3Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus-menerus, yang harus dilaksanakan pada periode waktu tertentu yang telah ditentukan. Berdasarkan usia kelompok sasaran imunisasi rutin dibagi menjadi 3 yaitu imunisasi rutin pada bayi, imunisasi rutin pada Wanita Usia Subur, dan imunisasi rutin pada usia anak sekolah. 2,3

2.2. TUJUAN IMUNISASITujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia.Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, cacar air, tbc, dan lain sebagainya. 3

2.3. KLASIFIKAS IMUNISASI Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan efek-efek yang merugikan. Imunisasi terdiri dari 2 macam, yaitu : 2,32. 3. 1 Imunisasi aktif Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya. 2,3,4Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena tubuh yang secara aktif membentuk zat anti bodi.1. Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh setelah sembuh dari suatu penyakit.2. Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit2. 3.2 Imunisasi pasif Imunisasi pasif ini merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat imunoglobin,zat yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia ( kekebalan yang didapat bayi dari ibu melaui plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum)pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak. 2,3,4Imunisasi pasif adalah kekebalan tubuh yang bisa diperoleh seseorang yang zat kekebalan tubuhnya didapatkan dari luar.1. Imunisasi pasif alamiah adalah antibody yang didapat seseorang karena diturunkan oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandungan.2. Imunisasi pasif buatan adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan serum untuk mencegah penyakit tertentu

2.4. JADWAL IMUNISASI

Tabel 1. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Tahun 2014.6

2.5. SISTEM IMUNOLOGI IMUNISASI DAN VAKSINASISistem imunitas dapat mencegah antigen masuk menginfeksi tubuh. Sistem imunitas bersifat alami dan artificial. Imunitas alami bersifat spesifik dan non spesifik. Saat antigen menginfeksi tubuh, imunitas non spesifik yang terdiri dari sel komplemen dan magrofag akan bertarung dengan cara memakan zat antigen tersebut. Setelah itu, baru imunitas spesifik menyempurnakan perlawanan dari imunitas kita. Imunitas spesifik terdiri dari imunitas humoral dan seluler. Sistem pertahanan humoral menghasilkan imunoglobulin ( IgM, IgG, IgA, IgD, IgE), sedangkan sistem pertahanan seluler terdiri dari sel limfosit B dan limfosit T ( sel Th1n Th2,Tc ). Pada tahap selanjutnya, imunitas spesifik menghasilkan suatu sistem memori. Pada anak anak imunitas seluler akan berkembang spesifik setelah 2 -3 tahun, sedangkan imunitas humoral harus menunggusampai 6 -9 tahun.2 Imunitas artificial, bekerja secara aktif dan pasif, bekerja secara aktif bila suatu zat diinduksikan ke dalam tubuh yang bertujuan untuk merangsang sistem imun mengeluarkan antibodi, sebagai contoh adalah imunisasi. Bekerja secara pasif jika menyuntikkan serum yang berisi antibodi ke dalam tubuh, sebagai contoh serum bisa ular.2 Ketika tubuh terpapar dengan antigen yang terdapat dalam vaksin maka sel T akan terangsang jadi matang. Pematangan sel T kemudian mendiferensiasi sel T selanjutnya, seperti Th1 yang memperantarai respon imun seluler, dan sel Th2 yang memperbesar prooduksi antibodi. Proses selanjutnya sel B mulai teraktifasi dengan mengeluarkan imunoglobulin ( IgM, IgG, IgA, IgD, IgE ). Imunoglobulin teraktifasi secara bertahap dengna periode waktu tertentu. Dalam 7 10 hari terpapar dengan antigen amunoglobulin baru mulai terangsang, untuk awalnya terbentuklah IgM, kemudian titer IgG naik selama 2 minggu setelah ranngsang imunogenik, menyebabkan titer Igm menurun, selanjutnya terbentuklah IgA dan imunoglobulin lainnya.2,3

2.6. KETERLAMBATAN IMUNISASIKeterlambatan imunisasi bukan menjadi suatu alasan anak tidak dapat memperoleh imunisasi.Ada beberapa alasan mengapa jadwal imunisasi seorang anak terlambat, diantaranya ketidaktahuan orang tua terhadap pentingnya imunisasi, orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, serta pandangan-pandangan tertentu tentang imunisasi. 3,4Imunisasi terlambat dari jadwal tidak akan mengurangi efektivitas vaksinasi untuk membentuk imunitas tubuh, hanya saja selama jangka waktu tersebut antibodi terhadap penyakit itu sudah berkurang, sehingga memungkinkan untuk terkena penyakit itu. Imunisasi yang terlambat tersebut dapat tetap diberikan. 3,4

Tabel 2. Rekomendasi untuk jadwal imunisasi yang tidak teratur 2,4

2.7. JENIS JENIS VAKSINASIImunisasi yang diwajibkan meliputi BCG, Hepatitis B, Polio, DTP, dan Campak. 2,3,4,5,6

A. BCG ( Bacillus Celmette Guerin )a. Indikasi:Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis.b. Kontra indikasi: Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti: eksin, furunkulosis dan sebagainya. Mereka yang sedang menderita TBC. Pasien tersangka HIV yang telah memberikan gejala.c. Reaksi sesudah imunisasi BCG 2 minggu : indurasi, eritema kemudian menjadi pustula 3 - 4 minggu : pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu pengobatan) 8 - 12 minggu : ulkus menjadi scar diameter 3 - 7 mm Kadang terjadi di kel.axilla dan supraklavikula

B. Hepatitis BProgram vaksin hepatitis B (hepB) segera setelah lahir perlu lebihdigalakkan, mengingat vaksinasi ini merupakan upaya yang sangat efektif untuk memutuskan rantai transmisi maternal dari ibu kepada bayinya. 4a. Indikasi:Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B.b. Kontra indikasi:Hipersensitif terhadap komponen vaksi. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat.

c. Efek SampingReaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembekakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari. C. DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) 4a. IndikasiUntuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis dan tetanus.b. Kontra indikasiGejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.a. Efek SampingGejala-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam, kemerahan, pada tempat penyuntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas, dan merancau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.

D. Polio 4a. Indikasi:Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.b. Kontra indikasi:Pada individu yang menderita imunodefisiensi tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.a. Efek SampingPada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi.

E. Campak 4a. Indikasi:Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.b. Kontra indikasi:Individu yang mengidap penyakit Immune deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.c. Efek Samping:Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8 12 hari setelah vaksinasi.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KESIMPULANImunisasi telah diakui sebagai upaya pencegahan suatu penyakit infeksi yang paling sempurna dan berdampak pada peningkatan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan akan vaksin makin meningkat seiring dengan keinginan dunia untuk mencegah berbagai penyakit yang dapat menimbulkan kecacatan dan kematian.Tanpa pemberian vaksin, jumlah kematian anak-anak yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut meningkat dan banyak orang yang mengalami komplikasi kronik setelah menderita penyakit tersebut.Pada keadaan tertentu juga imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati. Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi. Vaksin yang sudah diterima oleh anak tidak menjadi hilang manfaatnya tetapi belum mempunyai antibodi yang optimal. Dengan demikian kita harus menyelesaikan jadwal imunisasi dengan melanjutkan imunisasi yang belum selesai.

DAFTAR PUSTAKA1. Ari Prayogo dkk. Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Usia 1 5 tahun. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 1. Jakarta. Juni 2009. 2. Proverawati, Atikah. Perkembangan Imunisasi, Jadwal Imunisasi, Imunisasi Wajib, Imunisasi Anjuran. Imunisasi dan Vaksinasi. Nuha Medika. Yogyakarta. 2010. 3. Mulyani,siti, Nina. Pentingnya Imunisasi, Jadwal Imunisasi. Imunisasi Untuk Anak. Nuha Medika. Yogyakarta. 20134. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Pusat Promosi Kesehatan. Berikan Imunisasi Dasar Lengkap Untuk Melindungi si Buah Hati. Jakarta. 20095. Soedjatmiko. Pentingnya Imunisasi Untuk Mencegah Wabah, Sakit Berat, Cacat Serta Kematian Bayi Dan Balita. Eliminasi Tetanus Maternal Dan Neonatal.Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan. Volume I. September 2012 6. Jadwal Imunisasi Anak - Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2014. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2014.

10