11

Click here to load reader

INOVASI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

inovasi sipp

Citation preview

SUARA PEMBARUAN: RABU 2 OKT 2013

Survei UPI: Kecurangan UN Libatkan Guru dan Kepala SekolahRabu, 2 Oktober 2013 | 11:29Siswa tengah mengikuti ujian nasional tingkat SMP [antara] Berita Terkait Wapres JK Tegaskan UN Siap Dilaksanakan Tingkatkan Mutu Pendidikan Melalui UN UN Bukan Penentu Kelulusan Siswa Naskah UN 2015 Disusun Jakarta 19 SMA/SMK di Banten Penuhi Syarat Laksanakan UN dengan Sistem CBT[JAKARTA] Pusat Psikologi Terapan Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melakukan survei online atas pelaksanaan ujian nasional (UN) tahun 2004-2013. Ditemukan bahwa kecurangan UN terjadi secara massal lewat aksi mencontek, serta melibatkan peran tim sukses yang terdiri dari guru, kepala sekolah, dan pengawas.

Psikolog UPI Ifa Hanifah Misbach memaparkan, total responden dalam survei UN adalah 597 orang yang berasal dari 68 kota dan 89 kabupaten di 25 provinsi. Survei dilakukan secara online untuk mengurangi bias data. Sebab, tim psikologi UPI sudah beberapa kali melakukan survei langsung ke sekolah namun sering ditolak oleh kepala sekolah dan ada intervensi dari guru saat mengisi survei.

Kami akhirnya lakukan survei secara online, karena saat di sekolah justru bisa terjadi bias. Pernah ketika siswa sedang mengisi data, guru masuk ke dalam kelas lalu berkata, hati-hati ya, ujar Ifa, kepada SP, di Jakarta, Selasa (1/10).

Responden berasal dari sekolah negeri (77%) dan sekolah swasta (20%). Para responden mengikuti UN antara tahun 2004-2013.

Dari hasil survei, 75% responden mengaku pernah menyaksikan kecurangan dalam UN. Jenis kecurangan terbanyak yang diakui adalah mencontek massal lewat pesan singkat (sms), grup chat, kertas contekan, atau kode bahasa tubuh. Ada pula modus jual beli bocoran soal dan peran dari tim sukses (guru, sekolah, pengawas) atau pihak lain (bimbingan belajar dan joki).

Dalam survei juga terungkap sebagian besar responden tidak melakukan apa pun saat melihat aksi kecurangan. Sedangkan, sisanya ikut melakukan kecurangan atau sekadar sebagai pengamat. Responden yang melaporkan kecurangan hanya sedikit sekali (3%).

Ada doktrin dari sekolah bahwa kita masuk sekolah sama-sama dan keluar harus sama-sama. Ini akhirnya menjadikan anak yang jujur malah dimusuhi dan tidak dapat kawan. Akhirnya, UN berpotensi menjadikan generasi apatis. Yang penting saya selamat, kalau jujur malah dapat hukuman, tutur Ifa.

Ifa mengungkapkan, sejumlah murid terpaksa membobol tabungannya untuk mendapatkan bocoran soal yang harganya mencapai Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta. Kebanyakan tidak berani menceritakan hal ini kepada orangtua masing-masing karena takut dilarang melakukan kecurangan. Bahkan, di antara murid juga ada tim suksesnya.

Ingin Bunuh Diri Dalam survei juga terungkap mayoritas responden pernah ditawarkan bocoran soal dari teman. Ada pula tawaran bocoran dari pihak luar, seperti bimbel atau pengawas. Secara psikologis, mayoritas responden mengaku dihantui rasa ketakutan tidak lulus UN (66%). Bahkan, 95% responden mengaku ingin bunuh diri jika tidak lulus UN.

UN sudah dimaknai sebagai stressor atau pemicu stres, yang membuat siswa menjadi tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan, ucap Ifa.

Dia mengatakan, mayoritas responden juga melakukan ritual sebelum UN. Mayoritas responden melakukan istiqhasah atau doa bersama di sekolah. Ada pula sebagian kecil yang melakukan ritual adat, seperti pergi ke orang pintar atau dukun.

Sebelumnya, juru bicara Koalisi Reformasi Pendidikan (KRP) Retno Listyarti berpendapat, Konvensi UN tidak membawa perubahan signifikan. Bahkan, UN SD tetap berjalan, padahal PP No 32/2013 yang merupakan perubahan dari PP No 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sudah disambut sebagai penghapusan UN SD.

Semestinya Konvensi UN juga memberi ruang untuk mengevaluasi hal-hal yang lebih fundamental, termasuk eksistensi UN sebagai penentu kelulusan dan seleksi ke jenjang berikutnya, kata Retno. [C-5]

OKEZONE.COM: 17 APRIL 2014: 14.20 WIBKASUS UN DARI TAHUN KE TAHUNAde Hapsari Lestarini Jurnalis Share on Facebook Share on Twitter Share on GoogleA A A JAKARTA - Kendati ujian nasional (UN) selalu "dinanti" oleh para siswa, namun selalu menyisakan beberapa permasalahan. Mulai dari naskah soal tertukar, sampai mundurnya pelaksanaan UN.

Berikut permasalahan ujian nasional sejak 2009-2013.

Tahun 20091. Tertukarnya soal UN paket A dan B di beberapa wilayah2. Pengemasannya terjadi kekurangan halaman3. Naskah soal tidak disertai lembar jawaban Ujian Nasional (LJUN)4. Kualitas LJUN mudah sobek dan rusak5. Penyimpanan soal masih di sekolah atau madrasah.

Tahun 2010Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menemukan 900 temuan kecurangan selama UN singkat SMA dan SMP, 200 di antaranya terkait bocornya soal.

Tahun 2011Kecurangan dalam UN masih saja terjadi di sejumlah wilayah. Kemendikbud bahkan menyebut ada 87 temuan kecurangan.

Tahun 20121. Posko Pengaduan UN menerima 1.000 lebih laporan kasus UN tingkat SMP. Sebanyak 775 merupakan laporan kebocoran ataupun kecurangan saat UN.2. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan penyimpangan proses lelang UN yang mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp8,2 miliar.

Tahun 2013Pemerintah mengumumkan pengunduran pelaksanaan UN pada jenjang SMA/SMK/MA/SMALB di 11 provinsi terkait dengan belum tuntasnya pencetakan materi ujian. Panitia dinilai tak menyiapkan matang perubahan varian soal dari lima pada 2012 menjadi 20 pada 2013.

Sumber : Litbang Koran Sindo (ade)

Wow...Polisi Dan Guru Terlibat Kecurangan UNJumat, 16 Mei 2014 | 9:01Sejumlah lansia ikut ujian nasional di Depok,Jawa Barat. [Antara] Berita Terkait Wajah Dunia Pendidikan Sama Saja, Di AS Guru Palsukan Jawaban Ujian Siswa NTT Target Raih Kelulusan 100 Persen Cermat Bagi Waktu, Jilan Raih Nilai UN Tertinggi Jumlah Siswa SMP Tidak Lulus UN Terbanyak Di Sumba Timur 10 Daerah di NTT Raih 100 Persen Kelulusan UN SMP[LAMONGAN] Oknum anggota Kepolisian Resor (Polres) Lamongan yang bertugas mengawal pengiriman naskah soal ujian nasional (Unas) SMA sederajat 2014, kini meringkuk di sel tahanan internal Polres setempat.

Langkah itu diambil pimpinan Polres setelah Satreskrim Polrestabes Surabaya berhasil membongkar bocornya peredaran lembar kunci jawaban ujian nasional (UN) yang ternyata berasal dari Lamongan.

Lembar kunci jawaban soal UN itu semula dikerjakan sejumlah ahlinya (guru) setelah lembar soal dicuri sekelompok oknum terorganisir pada saat pengiriman dari Polres ke Polsek.

Kita tindak tegas ketidakdisiplinannya dan kita akan tangani pelanggaran kode etik yang dilakukan oknum anggota (polisi) kami, ujar Kapolres Lamongan AKBP Solehan yang dikonfirmasi, Kamis (15/5) malam.

Sanksi yang dijatuhkan terhadap oknum anggotanya, menurut Kapolres adalah sebagai bentuk tanggung jawab yang sportif atas kelalaian yang bersangkutan sehingga anggotanya yang melaksanakan tugas pengawalan soal UN berhasil dikecoh dengan cara diajak mampir makan di rumah makan.

Pada saat diajak makan bersama itulah, ada sekelompok orang yang sengaja mencurinya dengan mengambil per lembar soal UN dari puluhan kardus-kardus bersegel, ujar Kapolres sambil menambahkan, jika sampai oknum anggota itu terbukti menerima uang untuk meloloskan aksi pencurian soal UN, maka dipastikan akan dipidanakan.

Selain itu Kapolres membenarkan, pihaknya sudah mengantongi tujuh orang yang ikut dalam aksi pengalihan terhadap anggota pengawalan naskah soal UN SMA.

Kita sudah memeriksa 20 orang saksi, dan tujuh di antaranya terlibat dan akan kita tetapkan sebagai tersangka pula, ujar Kapolres sambil membenarkan, kasus yang ditangani Polrestabes Surabaya adalah kasus kebocoran lembar kunci jawaban UN yang dibuat oknum-oknum guru beserta kelompoknya di Lamongan setelah mengerjakan secara bersama-sama atas soal-soal yang semula dicurinya.

Kita juga sudah mengamankan barang bukti keeping VCD berisi kunci jawaban soal UN SMA yang semula dikerjakan sekelompok guru yang menjadi bagian dari sindikat pencurian soal UN SMA 2014, tandas Kapolres.

Guru Dipecat

Sementara itu, Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Kediri, Provinsi Jawa Timur bertindak tegas terhadap kasus bocornya kunci jawaban Ujian Nasional (UN) SMP di Kota Kediri 2014 belum lama ini.

Disdik menyatakan sudah mengambil langkah pemecatan terhadap oknum guru sekolah dasar (SD), salah satu penyebar kunci jawaban matematika yang dipergoki petugas kepolisian setempat.

Mulai tahun ajaran mendatang yang bersangkutan (pelaku) sudah diberhentikan dari kegiatan mengajar. Kami mengambil tindakan tegas kepadanya, karena perbuatannya sudah tidak dapat ditolerir, ujar Kepala Dinas Pendidikan (Kadindik) Kota Kediri, Drs H Noto, MM di Sekolah Dasar (SD) Rahmat, Kota Kediri, Kamis (15/5).

Kendati sudah mengambil langkah pemecatan, Noto enggan membeberkan identitas oknum guru SD yang terlibat dalam tindak pidana menyebarkan lembar kunci jawaban UN SMP tersebut.

Ia hanya mengatakan, jika oknum guru tersebut baru berstatus sebagai Guru Tidak Tetap (GTT). Tindakan pelaku, dianggap telah mencoreng dunia pendidikan, terutama di Kota Kediri.

Sebelumnya, Polres Kediri Kota, terus melakukan penyelidikan terkait kasus kebocoran kunci jawaban UN tingkat SMP di Kota Kediri. Polisi berhasil menemukan dua otak penyebar kunci jawaban mata pelajaran matematika dari pelajar SMP Negeri 8 Kediri.

Kapolres Kediri Kota, AKBP Budhi Herdi Susianto, dua penyebar tersebut adalah oknum guru SMP dan seorang alumni SMP di Kota Kediri.

Keduanya mendapatkan kunci jawaban tersebut dari wilayah Kabupaten Jombang yang dijual ke siswa dengan harga Rp 250.000 per paket.

Sesuai hasil pemeriksaan kepolisian tingkat akurasi kunci jawaban dari 20 varian mencapai mencapai 70 hingga 80 persen.

Sebelumnya kunci jawaban itu terungkap saat polisi berpatroli dan ada kerumunan siswa di tempat foto kopi jalan penanggungan Kota Kediri.

Dari situ para siswa tampak antri mendapatkan kunci jawaban matematika. AKBP Budhi Herdi Susianto, mantan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu membenarkan, sebelum menyebar lembar jawaban UN SMP itu ke siswa SMP di Kota Kediri, kunci jawaban tersebut ternyata sudah beredar di wilayah Kecamatan Papar dan Purwoasri, Kabupaten Kediri serta Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang.

Sesuai hasil pemeriksaan kepolisian tingkat akurasi kunci jawaban dari 20 varian mencapai mencapai 70 hingga 80 persen.

Kita masih menyelidiki, apakah kasus ini terkait dengan kasus yang ditangani Polrestabes Surabaya yang dalangnya ada di Kabupaten Lamongan, ujarnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya lembar kunci jawaban itu terungkap saat polisi berpatroli dan menemui kerumunan siswa di tempat foto kopi di Jalan Penanggungan, Kota Kediri. Dari tempat itu para siswa antre mendapatkan kunci jawaban matematika dengan membeli seharga Rp 250.000 per paket yang dijual oknum guru tidak tetap. [ARS/L-8]

Fakta di Balik Perubahan Ujian NasionalSelasa, 7 April 2015 | 16:00 WIB

KOMPAS.com - Ujian Nasional (UN) 2015 akan dilaksanakan secara serentak selama dua pekan mulai Senin (13/4/2015) hingga Rabu (15/4/2015) di 18.552 SMA/MA dan 10.362 SMK dan pada Senin (4/5/2015) sampai Kamis (7/5/2015) di 50.515 SMP. Tahun ini pelaksanaan UN mengalami perbaikan dan pembaruan sistem.

Setelah mengkaji ulang pelaksanaan UN sebelumnya, perubahan tersebut dirasakan perlu dalam rangka mewujudkan filosofi dasar UN dalam sistem pendidikan di Indonesia. UN diberlakukan dalam upaya mengevaluasi tingkat keberhasilan pemerataan mutu pendidikan di seluruh wilayah Indonesia.

Untuk itu, UN seharusnya dapat digunakan sebagai acuan antar-provinsi dan sebagai pertimbangan siswa untuk masuk seleksi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga sepatutnya hasil UN memberi informasi detail dan menyeluruh atas capaian kompetensi siswa. Dengan demikian, para guru dan pengajar diharapkan terdorong terus melakukan penguasaan dan peningkatan kompetensi diri agar siswanya termotivasi untuk belajar sungguh-sungguh dan menyukai proses belajar.

Namun, faktanya banyak siswa yang hanya mementingkan nilai semata. Hal itu didorong rasa takut dan mungkin malu jika gagal lulus UN. Hal itu juga yang menyebabkan guru dan sekolah hanya berfokus pada nilai, bukan pada peningkatan kompetensi diri sehingga informasi capaian siswa yang diperoleh dari hasil UN kurang lengkap.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan pada Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2015 di Depok, Senin (30/3/2015), lalu mengatakan bahwa tujuan utama pemerintah memberikan mutu pendidikan yang adil dan merata juga tidak dapat tercapai dengan baik karena kurang bermaknanya perbandingan antar-provinsi, yaitu ketika kecurangan terjadi dalam proses pelaksanaan UN itu sendiri. Jika hasil UN tidak lengkap, apa lagi ditambah kemungkinan terjadinya kecurangan, maka secara otomatis hasil UN belum dapat secara maksimal dimanfaatkan sebagai alat seleksi siswa untuk maju ke jenjang lebih tinggi.

Perubahan UN

Sebanyak 700.000 pengawas telah disiapkan untuk mengawasi jalannya UN tahun ini. Sementara itu, 35 juta eksemplar naskah UN harus didistribusikan tepat waktu agar 7,3 juta peserta ujian tahun ini dapat melaksanakan UN secara serempak.

Tahun ini, UN memang bukan lagi penentu kelulusan dan dapat diulang lewat ujian perbaikan pada tahun berikutnya. Bahkan, mulai 2016, kelulusan siswa sepenuhnya ditentukan oleh sekolah dengan mempertimbangkan capaian siswa pada seluruh mata pelajaran, keterampilan, maupun sikap dan perilaku siswa selama duduk di bangku sekolah. Selain itu, nantinya, UN juga dapat ditempuh beberapa kali dan wajib diambil minimal satu kali oleh siswa.

Perbaikan di berbagai sisi pun dilakukan, mulai peningkatan mutu soal yang mendorong deep learning siswa melalui soal-soal kontekstual, disertai survei dan kuisioner untuk mengidentifikasi faktor yang berpengaruh pada keberhasilan siswa, serta Sertifikat Hasil Ujian Nasional (SHUN) lebih lengkap dalam menggambarkan capaian kompetensi siswa. Terakhir, UN nantinya akan dilakukan menggunakan CBT atau Computer-Based Test secara merata di seluruh sekolah di Indonesia.

"Harapannya, ujian nasional tidak akan menjadi momok yang menakutkan lagi bagi siswa, guru, dan orang tua," ujar Mendikbud.

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik: Kemendikbud

SUARA PEMBARUAN 16 MEI 2014NLAI UN TURUN[JAKARTA] Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Edy Tri Baskoro mengatakan nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat tahun ini turun dibandingkan tahun sebelumnya.

"Turun dari tahun sebelumnya. Berapa besar turunnya, tunggu pengumumannya pada Senin," ujar Edy usai acara serah terima hasil UN di Jakarta, Jumat.

Saat disinggung, apakah turunnya nilai rata-rata UN disebabkan soal yang lebih sulit, Edy enggan menjawab. Meskipun dia mengakui soal UN pada tahun ini lebih sulit.

Sementara itu, anggota Majelis Tinggi Rektor Profesor Rochmat Wahab juga mengakui bahwa hasil UN pada tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

Itu pula yang membuatnya bimbang dalam menetapkan besaran persentase nilai UN dalan kelulusan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

"Nilai rata-rata UN tahun ini kurang dari enam koma," kata Rochmat.

Sebelumnya, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menetapkan persentase nilai UN sebesar 30 persen. Namun karena rendahnya nilai rata-rata dan kasus kecurangan di Surabaya, pihaknya melakukan kaji ulang persentase nilai UN.

Sebelumnya, nilai rata-rata ujian nasional tingkat SMA/MA tahun 2012/2013 dibandingkan dengan tahun 2011/2012 turun dari 7,7 menjadi 6,35. Tingkat kelulusannya juga turun dari 99,50 persen menjadi 99,48 persen. [Ant/N-6]

Wajah Dunia Pendidikan Sama Saja, Di AS Guru Palsukan Jawaban Ujian SiswaSabtu 4 april 2014: 7.22[ATLANTA] Wajah dunia pendidikan dimana-mana sama saja. Juga dalam hal yang buruk. Menyontek atau mengubah nilai anak didik seperti menjadi kebiasaan. Itu yang terjadi di Amerika Serikat (AS) saat ini. Sebanyak 11 tenaga pendidik divonis bersalah oleh pengadilan di Negara Bagian Atlanta, Amerika Serikat, atas keterlibatan mereka dalam membetulkan jawaban ujian murid-murid agar nilai tes mereka menjadi lebih baik.Selain guru-guru, ke-11 tenaga pendidik tersebut mencakup koordinator ujian dan pegawai tata usaha. Mereka dinilai sengaja mengubah jawaban ujian agar kemampuan murid yang mereka ajar tampak meningkat. Apabila kemampuan murid menunjukkan perkembangan signifikan, hal ini praktis berdampak pada bonus dan penghasilan mereka.Atas perbuatan tersebut, Hakim Jerry Baxter memerintahkan polisi untuk mengirim mereka ke penjara sesegera mungkin dengan tangan diborgol. Mereka akan kembali menghadiri sidang, pekan depan, untuk mengetahui vonis hukuman. Berdasarkan pasal mengenai tindakan pemalsuan, perbuatan mereka dapat diganjar dengan hukuman penjara selama 20 tahun.Kasus pemalsuan hasil ujian di Negara Bagian Atlanta dimulai pada 2009, ketika wartawan surat kabar the Atlanta Journal-Constitution mencium keganjilan dalam nilai ujian murid-murid sejumlah sekolah yang menunjukkan hasil dramatis. Kejanggalan tersebut kemudian dituangkan dalam serangkaian artikel.InvestigasiGubernur Atlanta, Sonny Perdue, lalu memerintahkan jajarannya memulai investigasi menyeluruh. Hasil laporan, yang rampung pada 2011, menyimpulkan bahwa sedikitnya 44 sekolah terlibat dalam penyimpangan yang terorganisasi. Sebanyak 180 tenaga pendidik, termasuk 38 kepala sekolah, dituduh punya andil."Kecurangan terjadi sedemikian lama, kami menganggapnya sebagai bagian dari tugas kami," kata Jackie Parks, selaku mantan guru yang menjadi saksi dalam persidangan, kepada harian New York Times.Para penyelidik kemudian menemukan bahwa penilik sekolah, Beverly L Hall, turut bertanggung jawab atas kecurangan yang terjadi. Dalam laporan investigasi, Hall dan sejumlah asistennya disebut menciptakan budaya ketakutan, intimidasi, dan pembalasan sehingga kecurangan tidak diperiksa selama bertahun-tahun.Pada saat bersamaan, reputasi perempuan itu sangat terdongkrak ketika hasil tes murid-murid di kawasan yang dia tangani menunjukkan perkembangan signifikan.Bahkan, pada 2009, dia mendapat predikat Penilik Tahun Ini oleh Asosiasi Penilik Sekolah Amerika.Namun, Hall berkeras dirinya tidak bersalah dan tidak pernah menghadiri sidang sampai akhir hayatnya. Hall meninggal bulan lalu karena kanker payudara. [BBC/L-8]

5