7
PENERAPAN INQUIRY TRAINING MODEL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS VIII F SMPN 1 KARANGPLOSO Retno Putri Sari Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan, masalah yang ada dalam kegiatan belajar mengajar di kelas VIII F SMPN 1 Karangploso adalah rendahnya motivasi belajar dan pemahaman konsep fisika siswa. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan model pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Inquiry Training Model merupakan model yang sesuai untuk memperkuat metode.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep dengan menggunakan Inquiry Training Model. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK),dengan teknik analisis data yang digunakan adalah persentase motivasi belajar dan pemahaman konsep siswa.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Inquiry Training Model dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan pemahaman konsep fisika siswa. Kata kunci : Inquiry Training Model, motivasi belajar,pemahaman konsep Peradaban manusia akan sangat diwarnai oleh tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan bersumber pada Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Fisika sebagai salah satu unsur dalam IPA mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pengembangan teknologi masa depan, oleh karena itu dalam memacu ilmu pengetahuan dan teknologi, proses pembelajaran fisika perlu mendapat perhatian yang lebih.(Wirtha, 2008 :16) Salah satunya adalah dengan mengubah perilaku guru dalam mengajar IPA. Berdasarkan praktek pengalaman lapangan yang telah dilakukan selama 6 minggu di SMPN 1 Karangploso yakni mulai tanggal 15 januari – 22 Februari 2014, masalah yang ada dalam kegiatan belajar mengajar di kelas VIII F adalah rendahnya motivasi belajar dan pemahaman konsep fisika siswa. Dalam penelitian ini motivasi belajar siswa sangat kurang, hanya 31,1 % deskriptor yang terlaksana. Adapun rincian keterlaksanaan deskriptor masing-masing aspek yaitu aspek perhatian sebesar 28,8 %, aspek lama belajar sebesar 36,7%, aspek usaha sebesar 24,8%, aspek irama perasaan sebesar 26,7%, aspek ekstensi sebesar 36,7% dan aspek penampilan sebesar 32%. Hasil ulangan fisika siswa kelas VIII F bab getaran dan gelombang bisa dikatakan rendah, dari 30 siswa hanya 11 siswa yang mempunyai nilai yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai rata-rata 65 sedangkan KKM adalah 75. Persentase siswa yang tuntas belajar fisika adalah 36,67%, hal ini jauh di bawah standar ketuntasan belajar sekolah yaitu 70%.

INQUIRI TRAINING MODEL.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENERAPAN INQUIRY TRAINING MODEL UNTUK MENINGKATKANMOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA

    KELAS VIII F SMPN 1 KARANGPLOSO

    Retno Putri SariUniversitas Negeri Malang

    ABSTRAK: Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan, masalah yangada dalam kegiatan belajar mengajar di kelas VIII F SMPN 1 Karangploso adalah rendahnyamotivasi belajar dan pemahaman konsep fisika siswa. Upaya untuk mengatasi masalahtersebut diperlukan model pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung kepadasiswa. Inquiry Training Model merupakan model yang sesuai untuk memperkuatmetode.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar danpemahaman konsep dengan menggunakan Inquiry Training Model. Penelitian inidilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis Penelitian Tindakan Kelas(PTK),dengan teknik analisis data yang digunakan adalah persentase motivasi belajar danpemahaman konsep siswa.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran InquiryTraining Model dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan pemahaman konsep fisikasiswa.Kata kunci : Inquiry Training Model, motivasi belajar,pemahaman konsepPeradaban manusia akan sangat diwarnai oleh tingkat penguasaan ilmu

    pengetahuan dan teknologi. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akanbersumber pada Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Fisika sebagai salahsatu unsur dalam IPA mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalampengembangan teknologi masa depan, oleh karena itu dalam memacu ilmupengetahuan dan teknologi, proses pembelajaran fisika perlu mendapat perhatianyang lebih.(Wirtha, 2008 :16) Salah satunya adalah dengan mengubah perilaku gurudalam mengajar IPA.

    Berdasarkan praktek pengalaman lapangan yang telah dilakukan selama 6minggu di SMPN 1 Karangploso yakni mulai tanggal 15 januari 22 Februari 2014,masalah yang ada dalam kegiatan belajar mengajar di kelas VIII F adalah rendahnyamotivasi belajar dan pemahaman konsep fisika siswa. Dalam penelitian ini motivasibelajar siswa sangat kurang, hanya 31,1 % deskriptor yang terlaksana. Adapunrincian keterlaksanaan deskriptor masing-masing aspek yaitu aspek perhatian sebesar28,8 %, aspek lama belajar sebesar 36,7%, aspek usaha sebesar 24,8%, aspek iramaperasaan sebesar 26,7%, aspek ekstensi sebesar 36,7% dan aspek penampilan sebesar32%. Hasil ulangan fisika siswa kelas VIII F bab getaran dan gelombang bisadikatakan rendah, dari 30 siswa hanya 11 siswa yang mempunyai nilai yangmemenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai rata-rata 65 sedangkanKKM adalah 75. Persentase siswa yang tuntas belajar fisika adalah 36,67%, hal inijauh di bawah standar ketuntasan belajar sekolah yaitu 70%.

  • Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajarsiswa pada awal, proses dan evaluasi pembelajaran sangat kurang, walaupun gurusudah memberikan metode eksperimen. Hal ini berdampak pula pada pemahamankonsep yang rendah sehingga untuk mengatasi masalah di atas diperlukan modelpembelajaran yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Mereka harusberusaha menemukan sendiri konsep agar pembelajaran menjadi bermakna. Modelpembelajaran inkuiri dirasa tepat menjadi solusi. Inkuiri merupakan suatu bentukpembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif mengamati, mengoprasikanalat/berlatih menggunakan objek konkrit sebagai bagian dari proses belajar.

    Inquiry Training Model merupakan model pembelajaran yang melatih siswauntuk belajar berangkat dari fakta menuju ke teori. Model pembelajaran ini memilikilangkah-langkah sebagai berikut: (1) konfrontasi dengan masalah, dalam hal ini gurumenjelaskan prosedur inkuiri dan menyajikan kejadian ganjil pada siswa; (2)pengumpulan dan verifikasi data, yaitu menguji hakekat objek dan kondisi,memverifikasi kejadian dari situasi masalah; (3) pengumpulan data- eksperimentasi,yaitu siswa melakukan eksperimen, mengisolasi variabel-variabel yang relevan,menguji hipotesis dengan hubungan kausalitas; (4) mengorganisasi dan merumuskanpenjelasan, setelah melakukan eksperimen dan diperoleh data, guru mengajak siswamerumuskan aturan atau penjelasan dan (5) menganalisis proses inkuiri, yaitu gurumeminta siswa untuk menganalisis pola- pola penemuannya. (Yuliati, 2008)

    METODEPenelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan

    jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan 2 siklus, 1 siklus terdiri dari 2pertemuan. Setiap siklus PTK terdiri atas 4 tahap yaitu perencanaan tindakan,pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik analisis data yang digunakan adalahpersentase motivasi belajar dan pemahaman konsep siswa. peneliti bertindak sebagaiinstrumen kunci dan pengumpul data. Instrumen kunci berarti bahwa peneliti sebagaipengamat dan pemberi tindakan. Dalam kegiatan pengamatan dan pengumpulan data,peneliti dibantu oleh 2 teman sejawat. Peran teman sejawat adalah sebagai mitraobservasi dalam pengumpulan data.

    Tempat penelitian atau pengambilan data dilaksanakan di SMP Negeri 1Karangploso. Waktu penelitian yaitu bulan April 2014. Subjek penelitian yangdigunakan adalah siswa di kelas VIII F SMPN 1 Karangploso dengan jumlah 30siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Data yangdikumpulkan dalam penelitian ini adalah Proses pembelajaran yang dilakukan olehguru dan siswa sesuai dengan langkah- langkah dalam pembelajaran Inquiry TrainingModel diukur dengan lembar observasi keterlaksanaan model. Data yang diperoahselanjutnya akan dianalisis sehingga diperoleh persentase keberhasilan tindakan.Motivasi belajar siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran yang diukur denganlembar observasi motivasi. Data yang diperoleh selanjutnya akan di analisis sehinggadidapatkan skor motivasi belajar siswa. Pemahaman konsep diukur dengan tes tulis.

  • Data yang diperoleh berupa keterlaksanaan pembelajaran Inquiry TrainingModel yang dikumpulkan oleh dua orang pengamat. Selanjutnya dihitung persentaseketerlaksanaan model dengan menggunakan rumus sebagai berikut.Persentase keterlaksaan model = Jumlah skor aktivitas yang dilakukan x 100%

    Jumlah skor maksimum(Sumber : Adaptasi Syarifuddin (dalam Riyani dkk : 4))

    Data yang diperoleh berupa data motivasi siswa, pengamatan motivasidilakukan pada setiap siklus. Selanjutnya dihitung persentase motivasi belajar siswa,untuk menghitung persentase motivasi belajar siswa dapat dihitung denganmenggunakan rumus sebagai berikut.Persentase motivasi = Jumlah siswa yang menunjukkan deskriptor x 100%

    Jumlah total siswa(Sumber: Adaptasi Arikunto, 2001)

    Analisis data pemahaman konsep siswa dilakukan dengan ketuntasan belajarsiswa secara individual dan secara klasikal. Standar ketuntasan minimum yangdigunakan di SMPN 1 Karangploso sebagai berikut :a. Siswa dikatakan tuntas belajarnya apabila mencapai skor 75, hal ini sesuai dengan

    KKM yang ditentukan oleh sekolah.b. Ketuntasan belajar klasikal jika 70% siswa di dalam kelas mencapai skor 75.HASIL PENELITIAN

    Keterlaksananaan pembelajaran dengan Inquiry Training pada siklus I yangterdiri dari dua pertemuan, yang masing-masing aspek dikembangkan menjadibeberapa deskriptor. Data yang diperoleh pada pertemuan pertama persentaseketerlaksanaan model observer 1 sebesar 72,5 % dan observer 2 sebesar 77, 5%sehingga rata- ratanya menjadi 75%. Pada pertemuan kedua diperoleh hasilpersentase keterlaksanaan model observer 1 sebesar 75 % dan observer 2 sebesar76,25% sehingga rata- ratanya menjadi 75,6%. Keterlaksanaan pembelajaran denganmenggunakan Inquiry Training Model pada siklus II yaitu persentase keterlaksanaanmodel observer 1 sebesar 82,5 % dan observer 2 sebesar 83,75% sehingga rata-ratanya menjadi 83,125%. Ada peningkatan sebesar 7,5% dibanding dengan siklus I

    Pada studi pendahuluan di kelas VIIIF SMPN 1 Karangploso, menunjukkanbahwa motivasi belajar siswa cenderung kurang. Berdasarkan deskriptor motivasibelajar siswa, hampir semua aspek belum tercapai secara maksimal. Hal ini dapatdiketahui bahwa persentase motivasi belajar siswa secara klasikal adalah 56,67%dengan taraf keberhasilan cukup. Namun sudah ada peningkatan sebesar 25,57%dibandingkan dengan sebelum diberi tindakan. Berdasarkan deskriptor motivasibelajar siswa, hampir semua aspek mengalami peningkatan dari siklus I. Berdasarkantabel motivasi belajar siswa dapat diketahui bahwa persentase motivasi belajar siswasecara klasikal adalah 66,5% dengan taraf keberhasilan baik. Ada peningkatansebesar 9,83% dibandingkan dengan siklus I.

  • Materi yang diujikan pada tes siklus I adalah pembiasan cahaya dan lensacembung. Tes ini diikuti oleh 30 siswa dengan soal tes berupa pilihan ganda sebanyak15 soal. Setelah pengolahan hasil tes akhir siklus I, diperoleh nilai rata- rata 75,5dengan persentase 60% siswa dinyatakan tuntas karena mencapai nilai KKM. 40 %siswa nilainya masih berada di bawah KKM. Ketuntasan belajar siswa pada siklus Ilebih tinggi dibandingkan sebelum diterapkan Inquiry Training Model, yakni terdapatpeningkatan sebesar 23,3%. Setelah pengolahan hasil tes akhir siklus II, diperolehnilai rata- rata 78,3 dengan dengan persentase 70% siswa dinyatakan tuntas karenamencapai nilai KKM. Ketuntasan belajar siswa pada siklus II lebih tinggidibandingkan sebelum diterapkan Inquiry Training Model, yakni terdapatpeningkatan sebesar 10%.

    PEMBAHASANBerdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan selama proses penerapan

    tindakan diperoleh hasil rata-rata keterlaksanaan pembelajaran dengan InquiryTraining Model pada siklus I sebesar 75,6% dan pada siklus II sebesar 83,1%.Berdasarkan hasil yang dicapai, kedua nilai tersebut sudah memenuhi indikatorketerlaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu tingkat keberhasilantindakan pembelajaran dengan Inquiry Training Model telah mengalami peningkatandari siklus I ke siklus II. Peningkatan keterlaksanaan pembelajaran merupakan hasilrefleksi yang dilakukan setelah siklus I dengan memperbaiki kekurangan-kekuranganyang terjadi pada siklus I dan mempetahankan kelebihan pada siklus I untukditerapkan pada tindakan selanjutnya.

    Hasil dari pemahaman konsep siswa dilihat berdasarkan ranah kognitif.Aspek ini diukur dengan tes yang dilakukan setiap akhir siklus. Hasil akhir dibuatrerata serta dilihat jumlah siswa yang sudah dan belum tuntas, kemudiandibandingkan tiap akhir siklus untuk mengetahui adakah peningkatan daripemahaman konsep dari sebelum diberi tindakan, setelah siklus I dan II. Hasil tespada siklus I diperoleh rata-rata Pada siklus I diperoleh rata-rata nilai sebesar 75,5dengan persentase 60% dari siswa yang mengikuti tes telah mencapai KKM. Padasiklus II diperoleh rata-rata nilai sebesar 78,3 dengan persentase 70% dari siswa yangmengikuti tes telah mencapai KKM. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwapemahaman konsep siswa dari siklusI ke siklus II mengalami peningkatan. Jikadilihat, pemahaman konsep fisika siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran InquiryTraining Model dan setelah dilaksanakan pembelajaran Inquiry Training Modelmengalami peningkatan yang cukup signifikan. Yaitu dari 30 siswa hanya 36,7% sajayang tuntas atau mencapai KKM. Penelitian ini juga didukung oleh yang telahdilakukan oleh Hanafi (2012), penerapan model pembelajaran inkuiri dapatmeningkatkan motivasi dan prestasi belajar fisika siswa. Hal ini ditunjukkan daripeningkatan motivasi belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 11%, sedangkanprestasi belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 25 % berdasarkanhasil tes yang telah dilaksanakan di akhir masing-masing siklus.

  • KESIMPULAN dan SARANKESIMPULAN

    Keterlaksanaan proses pembelajaran dengan Inquiry Training Model rata-ratasiklus I sebesar 75,6% dan siklus II sebesar 83,1%. Dengan demikian penerapanInquiry Training Model pada pelajaran fisika kelas VIIIF SMPN1 Karangploso telahterlaksana sesuai perencanaan, dengan tahapan konfrontasi dengan masalah, tahappengumpulan dan verifikasi data, tahap pengumpulan data-eksperimen,mengorganisasi dan merumuskan penjelasan, serta menganalisis proses inkuiri telahmemenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Penerapan Inquiry Training Modeldapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIIF SMPN 1 Karangploso. Padasiklus I diperoleh rata-rata motivasi belajar siswa yang memenuhi deskriptor sebesar56,7% dan siklus II sebesar 66,5%. Penerapan Inquiry Training Model dapatmeningkatkan pemahaman konsep fisika siswa kelas VIIF SMPN 1 Karangplosodilihat dari aspek kognitif. Hasil tes pada siklus I diperoleh rata-rata Pada siklus Idiperoleh rata-rata nilai sebesar 75,5 dengan persentase 60% dari siswa yangmengikuti tes telah mencapai KKM. Pada siklus II diperoleh rata-rata nilai sebesar78,3 dengan persentase 70% dari siswa yang mengikuti tes telah mencapai KKM.Jika dilihat, pemahaman konsep fisika siswa sebelum dilaksanakan pembelajaranInquiry Training Model dan setelah dilaksanakan pembelajaran Inquiry TrainingModel mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dari 30 siswa hanya36,7% saja yang tuntas atau mencapai KKM.SARAN

    Berdasarkan kesimpulan di atas, maka diajukan beberapa saran yang bisadipertimbangkan sebagai berikut.Guru fisika kelas VIIIF SMPN 1 Karangplosodisarankan untuk melaksanankan pembelajaran dengan Inquiry Training Modelkarena dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep fisika siswa.Bagi peneliti selanjutnya hendaknya dapat dijadikan masukan untuk melakukanpenelitian lebih lanjut. Misalnya dengan memadukan Inquiry Training Model denganmodel lain yang sesuai pada konsep yang sama ataupun berbeda, karena adanya fase-fase dalam pembelajaran Inquiry Training Model dapat meningkatkan motivasibelajar dan pemahaman konsep fisika siswa. Bagi siswa disarankan untuk bersikapkooperatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran Inquiry Training Model dantidak bersikap curang pada saat pelaksanaan tes karena hal ini untuk kebaikan dirisiswa sendiri, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan dapat meningkatkanmotivasi belajar dan pemahaman konsep fisika siswa secara optimal.

  • DAFTAR RUJUKANArikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi

    Aksara.Arikunto, S. 2001. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: PT.

    Rineka CiptaChodijah, Siti. 2012. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika. (On Line), diakses

    tanggal 21 Mei 2014Dimyati, & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka CiptaGunawan, Imam. 2012. Taksonomi Bloom Revisi Ranah Kognitif

    KerangkaLandasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Penilaian. (OnLine) http://www.ikippgrimadiun.ac.id, diakses tanggal 21 Mei 2014

    Handayanto, Supriyono Koes. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Malang: JICAHayati dan Retno, 2013. Efek Model Pembelajaran Inquiry training berbasis

    multimedia dan motivasi terhadap hasil belajar fisika siswa. Jurnal. Online.Diakses tangal 22 Maret 2014 (http://dikfispasca.org/hayati-dan-retno-dwi-suyanti-24-32/

    Laksmi, Shrie.2007.Menumbuhkan Keberanian Siswa Untuk Bertanya.(online),(http:// pembelajaranfisika.blogspot.com, diakses pada tanggal 20 Mei 2014)

    Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Penedekatan Penemuan :Modul Paket Pembinaan, (Online)http://www.diknas/modul/pembelajaran.gi.id, diakses tanggal 12 Februari2014)

    National Research Council. 2000. Inquiry and the National Science SducationStandard : A Guide for Teaching and Learning. Washington DC : NationalAcademy Press.

    Rangke L. Tobing.1981. Model Pengajaran IPA di Sekolah Lanjutan. Jakarta:Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

    Sardiman, A.M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: CV.Remadja.

    Sutikno, M.S. 2007. Peranan Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa,(Online), (http://www.bruderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.html, diakses tanggal 12 Februari2014).

    Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.Rineka Cipta

    Susanto, P. 1999. Strategi Penbelajaran Biologi di Sekolah Menengah. Malang:diktat seminar.

    Sutikno, M.S. 2007. Peranan Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa,(Online), (http://www.bruderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.html, diakses 12 Februari 2014).

    Thoha, M. Chabib. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

    Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi, dan Implementasinyadalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jakarta : Bumi Aksara

  • Wiriaatmadja, R. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

    Widodo, A. 2006. Profil Pertanyaan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sains:The Feature Of Teachers and Students Questions In Science Lessons,(Online), Vol. 4, No. 2,(http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/4206139148.pdf, Diakses 1 Maret2014).

    Wirtha, I Made. 2008. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. (On Line),diakses tanggal 21 Mei 2014

    Yuliati, Lia. 2008. Model- Model Pembelajaran Fisika Teori dan Praktek. Malang :LP3 UM